SURVEI PERTAMBANGAN
Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2021
Weisbach Triangulation Method
Theodolite berada di titik B (permukaan tanah) dan di titik C (bawah tanah). Arah P1-P2
ditentukan dari titik B dimana besaran tersebut mewakili arah P1’ dan P2’ di bawah
tanah sebagai orientasi untuk survei bawah tanah.
Gambar 12.4 Transfer orientasi bawah tanah (tampilan permukaan).
Data yang diukur adalah adalah:
1. Koordinat titik stasiun A dan B
2. Sudut δ1 dan ⍺1
3. Jarak B-P1, B-P2, dan P1-P2
4. Sudut δ2 dan ⍺2
5. Jarak C-P1, C-P2, dan C-D
Selanjutnya, data yang akan dicari adalah koordinat titik C dan D dan azimut garis C-D.
Langkah perhitunganya adalah sebagai berikut:
1. Sudut 𝛾1 dan β1 pada segitiga atas (B-P1-P2) dihitung menggunakan aturan
sinus.
2. Sudut 𝛾2 dan β2 pada segitiga bawah (C-P1-P2) dihitung menggunakan aturan
sinus.
3. Hitung azimuth garis atas tanah dan bawah tanah (B-P1, B-P2, P2-P1, P1-P2,
P2-C,P1-C, C-D).
4. Lakukan perhitungan poligon A-B-P1-C-D atau A-B-P2-C-D.
1. Akurasi sudut yang tinggi, β1 dan β2 sama dengan 180° dan α1 dan α2 diukur
dengan paling sedikit tiga set
5. Kesalahan dalam jarak sebesar 10 mm dapat diabaikan jika sudut α1 dan α2
kurang dari 30’ karena jarak tidak perlu diukur dengan sangat tepat (Biasanya,
jarak antara kabel dan stasiun theodolite harus akurat hingga 0,3–3 mm.)
1. Kebutuhan untuk mengukur sudut secara tepat sekaligus menjadi kelemahan dari
metode ini karena lebih banyak pekerjaan dan perawatan alat yang baik untuk
mendapatkan hasil yang akurat dan ketelitian baik.
2. Metode ini tidak dapat diterapkan jika sudut-sudut yang dibentuk oleh kedua
kawat (sudut α1 danα2) lebih besar dari 10 ° karena pengaruh kesalahan jarak
yang diukur menjadi kritis (mulai signifikan errornya), atau dengan kata lain
sudut α1 dan α2 dibatasi
Sumber kesalahan:
Kesalahan yang sering terjadi pada transfer bearing ( ) adalah karena hal
sebagai berikut :
(12.1)
dimana e1 dan e2 adalah sebagian kecil hasil pembelokan acak untuk plumblines
pertama dan kedua dan a adalah jarak pemisahan antara dua plumblines. Dengan
berasumsi bahwa pembelokan dari 2 kawat P1 dan P2 pada sudut yang benar
menuju garis P1P2 adalah 1 mm untuk setiap pembelokannya dan jarak antara kawat
adalah 2 meter, maka :
Gabungan error pada azimuth dari garis CD di bawah tanah dapat ditulis sebagai :
(12.2)
atau
(12.3)
Jika pada persamaan (12.2) or (12.3) diharuskan untuk kurang dari i 120″
(12.5)
dimana a adalah jarak antara dua plumblines, bi adalah panjang dari garis yang
mengarah pada sudut yang sesuai dan adalah sudut yang mengarah pada
garis yang menghubungkan dua plumblines. Mengikuti aturan dari perambatan
kesalahan pada persamaan 12.5, variasi dari setiap sudut terhitung dapat ditulis
sebagai :
(12.6)
dimana , , dan adalah variasi dari jarak b, jarak ai, and sudut
(dalam radian). Namun, sudut harus ditentukan langsung melalui persamaan
(12.5), sebelum menggunakan rumus perambatan kesalahan pada persamaan (12.6),
dikarenakan persamaan (12.6) adalah penurunan langsung dari persamaan (12.5)
Contoh :
Tabel 12.1 Catatan Lapangan untuk Orientasi Transfer melalui Poros Tunggal.
Dari tabel diatas, menunjukkan catatan lapangan yang diambil dalam proses transfer
orientasi ke bawah poros tunggal melalui segitiga Weisbach. Membiarkan P1 dan P2
mewakili pipa ledeng, B dan C masing-masing stasiun theodolit permukaan dan bawah
tanah, dan A dan D titik referensi permukaan dan bawah tanah masing masing seperti
yang ditunjukkan pada gambar berikut :
Gambar 12.4 Segitiga Weisbach (tampilan denah).
Untuk solusinya, yang mewakili bagian permukaan segitiga Weisbach, gunakan aturan
sinus sebagai berikut :
atau
Tampak segitiga Weisbach (bawah tanah) bisa dilihat pada gambar berikut :
Untuk bagian permukaan : A = 4,48 m (atau 4480 mm); B1 = 8,83 m (atau 8830 mm)
dan α1 = 4″. Dari persamaan :
Karena arcsinus suatu bilangan tidak dapat memberikan nilai yang lebih besar dari 90°,
nilai sudutnya adalah β1 = 180 ° 0 ° 00kan7.9″ atau β1 = 179°59kan52.1″.
Menggunakan hukum propagasi kesalahan dari persamaan :
di mana A = 4,48 m (atau 4480 mm); B1 = 8,83 m (atau 8830 mm); α1 = 4″;