NIM : H061181303
Pada plan surveying, posisi titik dimuka bumi, misalnya titik Ao, pada bidang datar
di bentuk oleh absis XA dan ordinat YA. Sebagai sumbu Y dalam sistem koordinat
kartesis bidang datar adalah garis meridian yang dipilih melalui satu titik. Pada
gambar diatas meridian yang dipilih adalah meridian 0. Titik selanjutnya sebagai titik
awal (titik 0) sistem koordinatnya. Sebagai sumbu X adalah garis tegak lurus sumbu
Y di titik 0.
Arti jarak
Titik – titik Ao dan Bo terletak di permukaan bumi, garis penghubunga lurus AoBo
disebut sebagai jarak miring (Slope distance). Garis garis AoA dan BoB merupakan
garis garis sejajar dan tegak lurus bidang PQRS. Jarak antara kedua garisa ini
disebut jarak mendatar dari Ao ke Bo (AB – AoB’ = jarak mendatar = horizontal
distance ).
Jarak BoB’ disebut jarak tegak (vertical distance) dari Ao ke Bo dan lazim disebut
beda tinggi. Sudut BoAoB’ disebut sudut miring. Komplemennya (penyikunya)
disebut sudut Zenith. Antara sudut miring, jarak miring, jarak mendatar dan beda
tinggi terdapat hubungsn mstemstik sebagai berikut :
Bila besarnya sudut miring BoAoB’ = m, komplemennya adalah z = (90 – m), maka :
AB = jarak mendatar
Pada gamabr di atas, sudut mendatar di A0 adalah sudut yang dibentuk oleh
bidangbidang normal A0 B0 B A dengan A0 C0 C A. Sudut BAC disebut sudut
mendatar (BAC = β). Sudut antara sisi AB dengan garis Y’ yang sejajar dengan
sumbu Y disebut sudut jurusan sisi AB, αAB. Sudut jurusan sisi AC adalah αAC.
Dalam ilmu ukur tanah terdapat perjanjian untuk sudut jurusan sebagai berikut:
’Sudut jurusan satu sisi dihitung dari sumbu Y positif (arah utara) berputar
searah putaran jarum jam (ke kanan) sampai sisi yang bersangkutan. Sudut
jurusan mempunyai harga dari 0o sampai 360o.’
Dengan adanya perjanjian tersebut diatas maka dalam hal ini sudut mendatar yaitu
β =αAC -αAB.
Seperti yang diperlihatkan pada Gambar dapat dimengerti bahwa koordinat titik A
adalah (XA, YA), jarak mendatar dari A ke B adalah dAB, dari A ke C adalah dAC dan
sudut jurusan dari A ke B adalah αAB, dari A ke C adalah αAC.
Penentuan koordinat B dilakukan dengan rumus:
Jika dAB, dan αAB diketahui ∆XAB dapat dihitung dengan cara ∆
Dengan cara yang sama maka ∆ sehingga dari persamaan (i) di atas dapat
disubsitusi menjadi:
Metode Polar
Metode polar merupakan metode dengan menentukan satu titik koordinat yang
diikatkan pada satu titik yang telah diketahui koordinatnya
Data :
Koordinat A : 𝑋 𝑌
𝑋 =𝑋 +𝑋 =𝑋 + 𝑑 sin 𝛼
𝑌 = 𝑌 +𝑌 =𝑌 + 𝑑 cos 𝛼
Metode Polygon
Metode poligon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak
titik dimana titik satu dengan lainnya dihubungkan satu sama lain dengan
pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik (polygoon).
Ditinjau dari cara menyambungkan titik satu dengan lainnya. Polygoon digolongkan
sebagai polygoon terbuka, tertutup, bercabang atau kombinasi dari dua atau
ketiganya seperti terlihat pada Gambar 2.6
Gambar 2.6 Poligon Terbuka (modifikasi dari Brinker & Moritz, 1996)
Gambar 2.6 Poligon Tertutup (modifikasi dari Brinker & Moritz, 1996)
Gambar 2.6 Poligon Bercabang (modifikasi dari Brinker & Moritz, 1996)
Gambar 2.6 Poligon Kombinasi (modifikasi dari Brinker & Moritz, 1996)
Keterangan :
A 1 : Jarak diukur
: Sudut diukur
Hitungan poligon
Gambar 2.7 Poligon Terbuka (modifikasi dari Brinker & Moritz, 1996)
Data:
Koordinat A: XA, YA
∑
. fx atau ...(2.10)
∑
. fy