Anda di halaman 1dari 78

KERANGKA DASAR

PEMETAAN
Andri Hernandi
Pemetaan : - Terrestris
- Non Terrestris
Terrestris : - objek didatangi secara langsung
- hasilnya berupa peta garis
- tidak tergantung pada non terrestris
Peta garis : objeknya dinyatakan dalam bentuk garis

Non Terrestris : - objek tidak didatangi secara langsung


( umumnya ) ; contoh : fotogrametris
- hasilnya bisa berupa peta garis dan
bisa berupa peta foto
- tidak terlepas dari terrestris

Tahapan : Pengambilan , Pengolahan , Penyajian


( D A T A )
SISTEMATIKA PEMETAAN SECARA TERRESTRIS

1. PEMBUATAN KERANGKA DASAR


2. PENGUKURAN DETAIL
3. PENGGAMBARAN

KERANGKA DASAR ADALAH :

SEKUMPULAN TITIK DENGAN PENYEBARAN TERTENTU


YANG MEMPUNYAI NILAI KOORDINAT DAN TINGGI

GUNANYA : SEBAGAI KONTROL DAN PENGIKAT


MACAMNYA : HORISONTAL DAN VERTIKAL

KERANGKA DASAR DINYATAKAN DALAM POSISI


Posisi Horizontal
Posisi Horizontal dinyatakan dalam Koordinat Horizontal
Kegunaan Koordinat Horizontal :
1. Untuk mendiskripsikan lokasi / letak suatu titik / garis / bidang

2. Untuk merekonstruksi lokasi / letak titik / garis / bidang

3. Untuk menghitung :
- jarak antara dua titik
- arah antara dua titik
- luas suatu daerah yang dibatasi oleh beberapa titik

Posisi Horisontal : - Relatif(Lokal/Khusus)

- Absolut (Global/Umum)
Arti Jarak

s = jarak ruang d = jarak datar


Arti arah :
Arah ; menunjukkan lokasi suatu titik , relatif terhadap titik lainnya

Secara kuantitatif , suatu arah biasanya dinyatakan dalam besaran


sudut , yang dihitung searah dengan perputaran jarum jam dari /
terhadap suatu arah acuan ( arah nol ) yang dipilih / ditentukan

Arti sudut :
Sudut adalah selisih antara dua arah yaitu arah kanan dikurang
arah kiri
A Catatan :
 Pengertian sudut mendatar,
arah acuan
adalah sudut pada bidang
atau  mendatar ( lihat pengertian
arah nol =- jarak )

P B
Sistem Koordinat Kartesian Dua Dimensi
Sumbu Y

XA A

YA

Sumbu X

Titik Nol Koordinat

A ( XA ; YA )

Absis Ordinat
Perjanjian kuadran dan tanda :

X: - X: +
Y: + IV I Y: +

X: - X: +
Y: - III II Y: -
Sistem Koordinat Dalam Ilmu Ukur Tanah :

1. Sistem Kartesian Y

XA A

A ( XA ; YA )
YA

2. Sistem Polar Y
A

A ( d ;  )  d

Hubungan kedua sistem :X = d sin 


Y = d cos 
SUDUT JURUSAN

Sudut Jurusan suatu sisi adalah sudut yang dimulai


dari arah yang sejajar sumbu Y positip searah dengan
perputaran jarum jam sampai ke sisi yang bersangkutan .

αBA = αAB + 180o

Arah sejajar sumbu Y positip

αAB

αAB B

αBA
A
AZIMUT

Azimut suatu sisi adalah sudut yang dimulai dari


arah utara searah dengan perputaran jarum jam
sampai ke sisi yang bersangkutan .
Karena terdapat beberapa macam arah utara maka
dikenal juga beberapa macam azimut yaitu :

terhadap
Azimut astronomis Utara astronomis
Azimut magnetis Utara magnetis

Azimut geodetis Utara geodetis


U

U AAB

ABA
AAB B

ABA = AAB + 180o + 

 = konvergensi meredian ; terjadi akibat meredian konvergen ke kutub


B = |  B sin LR |
METODA PENENTUAN
POSISI HORISONTAL

SATU TITIK : Polar


Ikatan ke Muka
Ikatan ke Belakang

BANYAK TITIK : Poligon


Triangulasi
Trilaterasi
PRINSIP DASAR HITUNGAN KOORDINAT

dAB sin αAB

dAB cos αAB


αAB dAB

XB = XA + dAB sin αAB


YB = YA + dAB cos αAB
SOAL KEBALIKAN

BILA DIKETAHUI KOORDINAT 2 TITIK MAKA


DAPAT DIHITUNG JARAK MENDATAR SERTA
SUDUT JURUSAN ANTARA KEDUA TITIK ITU .
DAB = { ( XB - XA )2 + ( YB - YA )2 }1/2

αAB = arc tan { ( XB - XA ) / ( YB - YA ) }


Ketentuan :
1. Bila pembilang dan penyebut positip maka sudut jurusan AB = α AB

2. Bila pembilang positip dan penyebut negatip maka sudut jurusan AB = α AB + 180o

3. Bila pembilang dan penyebut negatip maka sudut jurusan AB = α AB + 180o

4. Bila pembilang negatip dan penyebut positip maka sudut jurusan AB = α AB + 360o
Quadrants and tan function
N
+ +

 negative  positive
add 360
o
okay
 +
 + E

 positive  negative
o o
add 180   add 180
Sistem Satuan Sudut

1. Sistem Seksagesimal ( Sistem Derajat / Degree System)


2. Sistem Sentisimal ( Sistem Gon / Grade System)
3. Sistem Radial

a s

1. a = 1o bila s = 2 r / 360 1o = 60’ 1’ = 60”

2. a = 1g bila s = 2 r / 400 1g = 100c 1c = 100cc

Bilangan radial biasa ditulis : ρ


3. a = 1 rad bila s = r
menyatakan hubungan sistem radial dan sistem derajat , diperoleh dari :
180o /  = 57,29577951o dan ’ = 3437,746771’ ; ” = 206264,8062”
SOAL UNTUK LATIHAN

357o 26’ 08”


1.

 = ?

25o 08’ 03”


2. Gambarkan posisi titik berikut : A ( + 25 ; - 30 ) m
B ( - 25 ; + 40 ) m
C ( + 25 ; 0 ) m
D( 0 ; + 20 ) m
dengan skala 1 : 500
3. Bila : A ( + 2608,203 ; - 2808,203 ) m dan B ( + 2105,195 ; - 2211,195 ) m ;
tentukan sudut jurusan AB dalam satuan gon dan satuan derajat
serta tentukan jarak AB
4. Bila : A ( - 2604,198 ; - 1210,381 ) m dan jarak AB = 198,381 m serta
sudut jurusan dari B ke A = 198g 83c 98cc ;
tentukanlah koordinat titik B
Metoda Penentuan Posisi Horizontal

1. Polar

αAB Diketahui : A ( XA ; YA )
DAB
DAB

αAB
A
Dicari : B ( XB ; YB )

Dengan prinsip dasar hitungan koordinat maka titik B dapat dicari :

XB = XA + DAB sin αAB dan YB = YA + DAB cos αAB


Ikatan Kemuka

C Diketahui : A ( XA ; YA )
B ( XB ; YB )

Diukur :  dan 

 Ditanya : C
A 
B

Penyelesaian :

Koordinat C dapat dihitung dari A dan B dengan rumus :

Dihitung dari A : XC = XA + dAC sin AC

YC = YA + dAC cos AC


Dihitung dari B : XC = XB + dBC sin BC

YC = YB + dBC cos BC


Langkah hitungan :

1. Hitung jarak AB : dAB = = { ( XB - XA )2 + ( YB - YA )2 }1/2

2. Hitung jarak AC dan atau BC dengan rumus sinus :

dAC = dAB { sin  / sin (  +  ) }

dBC = dAB { sin  / sin (  +  ) }

3. Hitung sudut jurusan AB dengan rumus dasar : AB = arc tan { XAB / YAB }

4. Hitung sudut jurusan AC dan atau BC yang dalam hal ini : AC = AB - 

BC = AB + 180o + 


5. Hitung koordinat titik C : Dihitung dari A : XC = XA + dAC sin AC

YC = YA + dAC cos AC


Dihitung dari B : XC = XB + dBC sin BC

YC = YB + dBC cos BC


SOAL UNTUK LATIHAN

1. Bila pada segitiga sama kaki ABP, koordinat titik alas segitiga
tersebut adalah :
A ( - 59,27 ; + 71,63 ) meter dan B ( + 11,98 ; + 60,04 ) meter
Besarnya sudut di titik puncak segitiga tersebut (P) adalah :
66o 32’ 23”
Tentukan koordinat titik puncak segitiga tersebut bila P di utara AB

2. Pada sebuah segitiga sama sisi ABC, koordinat titik A & B adalah :
A ( - 12,34 ; + 43,21 ) meter dan B ( + 21,45 ; - 15,48 ) meter
Tentukanlah koordinat titik C bila C terletak di Timur garis AB

3. Pada segitiga ABP, diketahui koordinat titik A & B sebagai berikut :


A ( + 21,05 ; - 22,11 ) meter dan B ( - 26,04 ; - 12,10 ) meter
Jarak AP = 65,19 meter dan jarak BP = 73,88 ) meter
Tentukan koordinat titik P bila P terletak di Selatan garis AB
POLIGON

Pengukuran : - Jarak Mendatar


- Sudut Mendatar

Bentuk Geometrik Poligon : - Terbuka


- Tertutup
Poligon tertutup selalu mempunyai kontrol baik
untuk sudut maupun untuk koordinat .
Poligon terbuka :
Mempunyai kontrol sudut bila diketahui sudut
jurusan awal & sudut jurusan akhirnya serta
mempunyai kontrol koordinat bila diketahui
koordinat awal dan koordinat akhirnya .
HITUNGAN POLIGON
Hitungan koordinat titik-titik poligon menggunakan prinsip dasar hitungan
koordinat yang dilakukan secara berangkai .

α23

3 α34
α12 
1
α23 α12 3
( X1 ; Y1 ) d12 β2 d34
d23 4

2

 = 180o - 2 ; α23 = α12 -  α23 = α12 + 2 - 180o

 = β3 - 180o ; α34 = α23 +  α34 = α23 + 3 - 180o

JADI , PERSOALAN UTAMA PADA HITUNGAN POLIGON


ADALAH MENGHITUNG SUDUT JURUSAN SISI POLIGON
HITUNGAN SUDUT JURUSAN SISI POLIGON
( RUMUS UMUM )

αij
i
αjk k
βj

Untuk sudut kiri : αjk = αij + βj - 180o

Bila sudut kanan : αjk = αij + 180o - βj


SYARAT GEOMETRIS POLIGON

A αA1 B αBQ
A
α1B B

αPA β1
Q

1
P

αA1 = αPA + A - 180o

α1B = αA1 + 1 - 180o α1B = αPA + A + 1 - 2 . 180o

αBQ = α1B + B - 180o αBQ = αPA + A + 1 + B - 3 . 180o

αBQ - αPA = A + 1 + B - 3 . 180o

αakh - αaw =  - n . 180o ; dimana n adalah bilangan asli


Persamaan terakhir disebut syarat geometris pertama poligon ( poligon terbuka dengan ukuran sudut kiri )
SYARAT GEOMETRIS POLIGON

αA1 2 α2B
A
α12 2
dA1 β1 d2B
d12
B

1
Berdasarkan prinsip dasar hitungan koordinat maka dapat ditentukan :
X1 = XA + dA1 sin αA1
X2 = X1 + d12 sin α12 X2 = XA + dA1 sin αA1 + d12 sin α12
XB = X2 + d2B sin α2B XB = XA + dA1 sin αA1 + d12 sin α12 + d2B sin α2B
XB - XA =  ( d sin α )
Xakh - Xaw =  ( d sin α )
Persamaan terakhir disebut syarat geometris kedua poligon
Analog , akan diperoleh syarat geometris ketiga poligon yaitu : Yakh - Yaw =  ( d cos α )
Karena pengukuran tidak lepas dari kesalahan maka
timbul koreksi yang diperoleh dari hubungan :

αAkh - αAw = Σβ - n.180o + f Jumlah koreksi sudut

Xakh - Xaw = Σ ( d sin α ) + fx Jumlah koreksi absis

Yakh - Yaw = Σ ( d cos α ) + fy Jumlah koreksi ordinat


PEMBAGIAN KOREKSI

KOREKSI SUDUT DIBAGI RATA :

fβ’ = fβ / n
KOREKSI ABSIS DAN ORDINAT

METODA BOWDITCH : fx’ = fx ( di / Σd )

fy’ = fy ( di / Σd )

Bila koreksi tidak habis dibagi maka prinsip yang digunakan :


Untuk sudut : berbanding terbalik dengan jarak
Untuk absis dan ordinat : berbanding lurus dengan jarak
Pada jalur poligon : P-A-1-2-3-4-5-B-Q , diketahui :
- sudut jurusan PA = 249o 27’ 52”
- sudut jurusan BQ = 106o 57’ 30”
Hasil ukuran sudut di titik : A = 293o 27’ 40”
1 = 59o 21’ 00”
2 = 236o 38’ 56”
3 = 179o 35’ 18”
4 = 179o 29’ 11”
5 = 139o 02’ 21”
B = 29o 56’ 02”
Hasil ukuran jarak : A1 = 99,94 meter
12 = 73,83 meter
23 = 75,70 meter
34 = 67,04 meter
45 = 72,20 meter
5B = 81,19 meter
Tentukan koordinat titik 1 s/d 5 , bila koordinat :
A ( - 32789,54 ; + 20228,94 ) meter
B ( - 33117,68 ; + 20378,67 ) meter
Catatan : untuk mempermudah dan mempersingkat hitungan sebaiknya
dilakukan dalam bentuk tabel
Langkah hitungan poligon yang mempunyai kontrol sudut
dan kontrol koordinat (berkaitan dengan contoh soal)
1. Tentukan jumlah koreksi sudut
Rumus : αakhir – αawal = Σβ – n.180o + fβ
2. Koreksikan masing-masing sudut
Rumus : fβ’ = fβ/n
3. Hitung sudut jurusan sisi poligon
Rumus : αjk = αij + βj – 180o
4. Hitung semua nilai d sin α dan semua nilai d cos α
5. Tentukan jumlah koreksi absis & jumlah koreksi ordinat
Rumus : Xakhir – Xawal = Σ(dsinα) + fX
Yakhir – Yawal = Σ(dcosα) + fY
6. Koreksikan semua selisih absis & semua selisih ordinat
Rumus : (di / Σd ) x fX dan ( di / Σd ) x fY
7. Hitung koordinat yang dicari
Rumus : Xj = Xi + dij sin αij : Yj = Yi + dij cos αij
Nama Sudut Horizontal Koreksi Sudut Jurusan Jarak Selisih Absis Koreksi Selisih Ordinat Koreksi Ko o rd in a t Nama
Titik (b ) Sudut ( a ) Horizontal DX = D sin a DX DY = D Cos a DY X ( Absis ) Y ( Ordinat ) Titik
o o
( --- -- ' --.-- " ) ( --.-- " ) ( --- -- ' --.-- " ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter )
Nama Sudut Horizontal Koreksi Sudut Jurusan Jarak Selisih Absis Koreksi Selisih Ordinat Koreksi Ko o rd in a t Nama
Titik (b ) Sudut ( a ) Horizontal DX = D sin a DX DY = D Cos a DY X ( Absis ) Y ( Ordinat ) Titik
o o
( --- -- ' --.-- " ) ( --.-- " ) ( --- -- ' --.-- " ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter )

P
249 27 52
A 293 27 40 -32789.54 20228.94 A
99,94
1 59 21 00 1
73,83
2 236 38 56 2
75,70
3 179 35 18 3
67,04
4 179 29 11 4
72,20
5 139 02 21 5
81,19
B 29 56 02 -33117.68 20378.67 B
106 57 30
Q
Laboratorium Pemetaan Sistematik & Rekyasa Jurusan Teknik Geodesi FTSP - ITB

Hal. : ...............
FORMULIR HITUNGAN KOORDINAT TITIK POLIGON

Dihitung Oleh : ................................. Nrp. : .................................... Alat Hitung : .................................................... Tanggal : ................................................

Nama Sudut Horizontal Koreksi Sudut Jurusan Jarak Selisih Absis Koreksi Selisih Ordinat Koreksi Ko o rd in a t
Titik (b ) Sudut ( a ) Horizontal DX = D sin a DX DY = D Cos a DY X ( Absis ) Y ( Ordinat )
o o
( --- -- ' --.-- " ) ( --.-- " ) ( --- -- ' --.-- " ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter )

P
249 27 52
A 293 27 40 -32789.54 20228.94
99,94
1 59 21 00
73,83
2 236 38 56
75,70
3 179 35 18
67,04
4 179 29 11
72,20
5 139 02 21
81,19
B 29 56 02 -33117.68 20378.67
106 57 30
Q

Jumlah 1117 30 28
nx180 1260 00 00
Selisih 217 30 28
Koreksi - 0 00 50
Laboratorium Pemetaan Sistematik & Rekyasa Jurusan Teknik Geodesi FTSP - ITB

Hal. : ...............
FORMULIR HITUNGAN KOORDINAT TITIK POLIGON

Dihitung Oleh : ................................. Nrp. : .................................... Alat Hitung : .................................................... Tanggal : ................................................

Nama Sudut Horizontal Koreksi Sudut Jurusan Jarak Selisih Absis Koreksi Selisih Ordinat Koreksi Ko o rd in a t Nama
Titik (b ) Sudut ( a ) Horizontal DX = D sin a DX DY = D Cos a DY X ( Absis ) Y ( Ordinat ) Titik
o o
( --- -- ' --.-- " ) ( --.-- " ) ( --- -- ' --.-- " ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter )

P
249 27 52
A 293 27 40 -7 -32789.54 20228.94 A
99,94
1 59 21 00 -7 1
73,83
2 236 38 56 -7 2
75,70
3 179 35 18 -7 3
67,04
4 179 29 11 -8 4
72,20
5 139 02 21 -7 5
81,19
B 29 56 02 -7 -33117.68 20378.67 B
106 57 30
Q

Jumlah 1117 30 28
nx180 1260 00 00
Selisih 217 30 28
Koreksi - 0 00 50
Akh-Aw 217 29 38
Nama Sudut Horizontal Koreksi Sudut Jurusan Jarak Selisih Absis Koreksi Selisih Ordinat Koreksi Ko o rd in a t Nama
Titik (b ) Sudut ( a ) Horizontal DX = D sin a DX DY = D Cos a DY X ( Absis ) Y ( Ordinat ) Titik
o o
( --- -- ' --.-- " ) ( --.-- " ) ( --- -- ' --.-- " ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter )

P
249 27 52
A 293 27 40 -7 -32789.54 20228.94 A
2 55 25 99,94
1 59 21 00 -7 1
242 16 18 73,83
2 236 38 56 -7 2
298 55 07 75,70
3 179 35 18 -7 3
298 30 18 67,04
4 179 29 11 -8 4
297 59 21 72,20
5 139 02 21 -7 5
257 01 35 81,19
B 29 56 02 -7 -33117.68 20378.67 B
106 57 30
Q

Jumlah 1117 30 28
nx180 1260 00 00
Selisih 217 30 28
Koreksi - 0 00 50
Akh-Aw 217 29 38

Koreksi masing-masing sudut = - 50" / 7 = - 7,14" ; dibulatkan = - 7" tetapi bila masing-masing sudut diberi koreksi - 7"
jumlahnya hanya - 49" sedangkan seharusnya - 50"
Jadi : 6 sudut diberi koreksi masing-masing - 7" dan 1 sudut diberi koreksi - 8" sehingga bila diperiksa diperoleh :
bahwa jumlahnya adalah - 50" yaitu sama dengan jumlah koreksi yang diperoleh dari langkah pertama .
o o
( --- -- ' --.-- " ) ( --.-- " ) ( --- -- ' --.-- " ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter )

P
249 27 52
A 293 27 40 -7 -32789.54 20228.94
2 55 25 99,94 5,10 99.81
1 59 21 00 -7
242 16 18 73,83 -65.35 -34.35
2 236 38 56 -7
298 55 07 75,70 -66.26 36.61
3 179 35 18 -7
298 30 18 67,04 -58.91 31.99
4 179 29 11 -8
297 59 21 72,20 -63.76 33.88
5 139 02 21 -7
257 01 35 81,19 -79.12 -18.23
B 29 56 02 -7 -33117.68 20378.67
106 57 30
Q

Jumlah 1117 30 28
nx180 1260 00 00
Selisih 217 30 28
Koreksi - 0 00 50
Akh-Aw 217 29 38

Koreksi masing-masing sudut = - 50" / 7 = - 7,14" ; dibulatkan = - 7" tetapi bila masing-masing sudut diberi koreksi - 7"
jumlahnya hanya - 49" sedangkan seharusnya - 50"
Jadi : 6 sudut diberi koreksi masing-masing - 7" dan 1 sudut diberi koreksi - 8" sehingga bila diperiksa diperoleh :
bahwa jumlahnya adalah - 50" yaitu sama dengan jumlah koreksi yang diperoleh dari langkah pertama .
Nama Sudut Horizontal Koreksi Sudut Jurusan Jarak Selisih Absis Koreksi Selisih Ordinat Koreksi Ko o rd in a t
Titik (b ) Sudut ( a ) Horizontal DX = D sin a DX DY = D Cos a DY X ( Absis ) Y ( Ordinat )
o o
( --- -- ' --.-- " ) ( --.-- " ) ( --- -- ' --.-- " ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter )

P
249 27 52
A 293 27 40 -7 -32789.54 20228.94
2 55 25 99,94 5,10 99.81
1 59 21 00 -7
242 16 18 73,83 -65.35 -34.35
2 236 38 56 -7
298 55 07 75,70 -66.26 36.61
3 179 35 18 -7
298 30 18 67,04 -58.91 31.99
4 179 29 11 -8
297 59 21 72,20 -63.76 33.88
5 139 02 21 -7
257 01 35 81,19 -79.12 -18.23
B 29 56 02 -7 -33117.68 20378.67
106 57 30
Q

Jumlah 1117 30 28
nx180 1260 00 00
Selisih 217 30 28 Jumlah -328.3 149.71
Koreksi - 0 00 50 Koreksi 0,16 0,02
Akh-Aw 217 29 38 Akh - Aw -328.14 149.73

Koreksi masing-masing sudut = - 50" / 7 = - 7,14" ; dibulatkan = - 7" tetapi bila masing-masing sudut diberi koreksi - 7"
jumlahnya hanya - 49" sedangkan seharusnya - 50"
Jadi : 6 sudut diberi koreksi masing-masing - 7" dan 1 sudut diberi koreksi - 8" sehingga bila diperiksa diperoleh :
Nama Sudut Horizontal Koreksi Sudut Jurusan Jarak Selisih Absis Koreksi Selisih Ordinat Koreksi Ko o rd in a t Nama
Titik (b ) Sudut ( a ) Horizontal DX = D sin a DX DY = D Cos a DY X ( Absis ) Y ( Ordinat ) Titik
o o
( --- -- ' --.-- " ) ( --.-- " ) ( --- -- ' --.-- " ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter )

P
249 27 52
A 293 27 40 -7 -32789.54 20228.94 A
2 55 25 99,94 5,10 0,04 99.81 0,01
1 59 21 00 -7 1
242 16 18 73,83 -65.35 0,02 -34.35 0
2 236 38 56 -7 2
298 55 07 75,70 -66.26 0,03 36.61 0
3 179 35 18 -7 3
298 30 18 67,04 -58.91 0.02 31.99 0
4 179 29 11 -8 4
297 59 21 72,20 -63.76 0,02 33.88 0
5 139 02 21 -7 5
257 01 35 81,19 -79.12 0,03 -18.23 0,01
B 29 56 02 -7 -33117.68 20378.67 B
106 57 30
Q

Jumlah 1117 30 28
nx180 1260 00 00
Selisih 217 30 28 Jumlah -328.3 149.71
Koreksi - 0 00 50 Koreksi 0,16 0,02
Akh-Aw 217 29 38 Akh - Aw -328.14 149.73

Koreksi masing-masing sudut = - 50" / 7 = - 7,14" ; dibulatkan = - 7" tetapi bila masing-masing sudut diberi koreksi - 7"
jumlahnya hanya - 49" sedangkan seharusnya - 50"
Jadi : 6 sudut diberi koreksi masing-masing - 7" dan 1 sudut diberi koreksi - 8" sehingga bila diperiksa diperoleh :
bahwa jumlahnya adalah - 50" yaitu sama dengan jumlah koreksi yang diperoleh dari langkah pertama .
Nama Sudut Horizontal Koreksi Sudut Jurusan Jarak Selisih Absis Koreksi Selisih Ordinat Koreksi Ko o rd in a t Nama
Titik (b ) Sudut ( a ) Horizontal DX = D sin a DX DY = D Cos a DY X ( Absis ) Y ( Ordinat ) Titik
o o
( --- -- ' --.-- " ) ( --.-- " ) ( --- -- ' --.-- " ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter )

P
249 27 52
A 293 27 40 -7 -32789.54 20228.94 A
2 55 25 99,94 5,10 0,04 99.81 0,01
1 59 21 00 -7 -32784.4 20328.76 1
242 16 18 73,83 -65.35 0,02 -34.35 0
2 236 38 56 -7 -32849.73 20294.41 2
298 55 07 75,70 -66.26 0,03 36.61 0
3 179 35 18 -7 -32915.96 20331.02 3
298 30 18 67,04 -58.91 0.02 31.99 0
4 179 29 11 -8 -32974.85 20363.01 4
297 59 21 72,20 -63.76 0,02 33.88 0
5 139 02 21 -7 -33038.59 20396.89 5
257 01 35 81,19 -79.12 0,03 -18.23 0,01
B 29 56 02 -7 -33117.68 20378.67 B
106 57 30
Q

Jumlah 1117 30 28
nx180 1260 00 00
Selisih 217 30 28 Jumlah -328.3 149.71
Koreksi - 0 00 50 Koreksi 0,16 0,02
Akh-Aw 217 29 38 Akh - Aw -328.14 149.73

Koreksi masing-masing sudut = - 50" / 7 = - 7,14" ; dibulatkan = - 7" tetapi bila masing-masing sudut diberi koreksi - 7"
jumlahnya hanya - 49" sedangkan seharusnya - 50"
Jadi : 6 sudut diberi koreksi masing-masing - 7" dan 1 sudut diberi koreksi - 8" sehingga bila diperiksa diperoleh :
bahwa jumlahnya adalah - 50" yaitu sama dengan jumlah koreksi yang diperoleh dari langkah pertama .
Posisi Vertikal
Posisi Vertikal
ZAB
Bidang Nivo
melalui A Grs/Bd Mendatar melalui A
A mAB
Beda Tinggi AB Permukaan Topografi
Bidang Nivo
Bd/Grs Vertikal melalui B
melalui B
Tinggi A
B
Tinggi B
Geoid

Garis
Vertikal MSL
Garis
Vertikal
POSISI VERTIKAL

Maksud : Menentukan tinggi titik dengan mengukur


beda tinggi
Tinggi : Jarak terhadap acuan tertentu
Beda Tinggi : Jarak antar bidang nivo
Bidang Nivo : Bidang dengan potensial yang sama
Acuan Tinggi : Bidang Nivo melalui muka laut
rata-rata
Bidang / Garis Mendatar :
Bidang / Garis yang menyinggung bidang nivo
Bidang / Garis Vertikal :
Bidang / Garis normal pada bidang nivo
Sudut Vertikal : Sudut pada bidang vertikal
Sudut Zenit Sudut Miring
METODA PENENTUAN BEDA TINGGI

1. Cara Barometrik Kasar Gunung

2. Cara Trigonometrik Sedang Bukit


3. Cara Sipat Datar Teliti “Datar”

Prinsip Barometrik : Hubungan Tinggi & Tekanan Udara


Prinsip Trigonometrik :
x = d tan m
s
x
x = d cotan z
z m
x = s sin m
d
x = s cos z
Rumus berlaku bila tinggi alat ( i ) sama dengan tinggi
target ( t )

t x

i B Δh

A
X = Δh

Bila tinggi alat tidak sama dengan tinggi target

s
t x

m
B
i Δh

A
Dari gambar terakhir terlihat bahwa :
x + i = t + Δh
atau : Δh = x + i - t

Bila diperhatikan , nilai x akan sama dengan yang sebelumnya .

Jadi , rumus sebelumnya diberi tambahan di kanan


dengan nilai i - t
Prinsip Cara Sipat Datar :

a b

Δh
B
A
Pada daerah yang relatip kecil , bidang nivo dapat
dianggap sebagai bidang mendatar .

Bila pada titik A dan B ditegakkan mistar dan ditarik


garis sembarang yang sejajar bidang nivo maka garis
tersebut akan memotong mistar misalnya pada bacaan
a dan b .

Beda tinggi antara A dan B adalah : ΔhAB = a - b .

Garis sembarang tersebut akan diwakili oleh garis


bidik alat sipat datar ( yang dalam keadaan baik )
atau dengan perkataan lain garis bidik alat sipat
datar dapat merealisir garis mendatar setelah alat
tersebut diatur sesuai dengan ketentuannya .
Penentuan beda tinggi dengan alat sipat datar
berdasarkan penempatan alat sipat datar .

1. Alat ditempatkan di atas titik


BT
ta

ΔhAB ΔhAB = ta - BT
A

b a
2. Alat di luar titik

ΔhAB A
ΔhAB = a - b
B
3. Alat di antara kedua titik

b m

ΔhAB B

ΔhAB = b - m
Beda tinggi didefinisikan sebagai selisih bacaan benang tengah ke rambu belakang dengan
bacaan benang tengah ke rambu muka.

Δh = BTb - BTm

Beda tinggi mempunyai nilai :

1. Positif, artinya titik yang di belakang lebih rendah dari titik yang di muka

2. Negatif, artinya titik yang di belakang lebih tinggi dari titik yang di muka

3. Nol, artinya kedua titik sama tinggi


s

Mistar yang digunakan panjangnya biasanya


3 ( tiga ) meter dan dipasang vertikal dan s
yang diukur / dibaca pada mistar .
BA = 0,219

BT = 0,270

BB = 0,321
SIPAT DATAR MEMANJANG

dst

1
2

Slag 2
Slag 1

Bentuk geometris , terbuka dan tertutup ( ingat poligon )


Langkah Hitungan Sipat Datar Memanjang Dengan Kontrol

1. Tentukan jumlah koreksi beda tinggi dengan rumus :

Hakh - Haw = ΣΔh + fΔh berasal dari syarat geometris beda tinggi

2. Koreksikan setiap beda tinggi dengan membagi rata


( koreksi berbanding lurus dengan jarak )

3. Tentukan tinggi titik dengan rumus :

Hj = Hi + Δ hij + koreksinya
Nomor Jarak Beda Tinggi Koreksi Tinggi Titik Nomor
Titik (meter) ( meter ) ( meter ) ( meter ) Titik
Nomor Jarak Beda Tinggi Koreksi Tinggi Titik Nomor
Titik (meter) ( meter ) ( meter ) ( meter ) Titik
A 573,216 A
98,1 - 0,307
1 1
110,5 - 0,257
2 2
105,4 + 0,409
3 3
102,5 + 0,426
B 573,480 B
Nomor Jarak Beda Tinggi Koreksi Tinggi Titik Nomor
Titik (meter) ( meter ) ( meter ) ( meter ) Titik
A 573,216 A
98,1 - 0,307
1 1
110,5 - 0,257
2 2
105,4 + 0,409
3 3
102,5 + 0,426
B 573,480 B
Σ + 0,271
Koreksi - 0,007
Akh - Aw + 0,264
Nomor Jarak Beda Tinggi Koreksi Tinggi Titik Nomor
Titik (meter) ( meter ) ( meter ) ( meter ) Titik
A 573,216 A
98,1 - 0,307 - 0,001
1 1
110,5 - 0,257 - 0,002
2 2
105,4 + 0,409 - 0,002
3 3
102,5 + 0,426 - 0,002
B 573,480 B
Σ + 0,271
Koreksi - 0,007
Akh - Aw + 0,264
Nomor Jarak Beda Tinggi Koreksi Tinggi Titik Nomor
Titik (meter) ( meter ) ( meter ) ( meter ) Titik
A 573,216 A
98,1 - 0,307 - 0,001
1 572,908 1
110,5 - 0,257 - 0,002
2 572,649 2
105,4 + 0,409 - 0,002
3 573,056 3
102,5 + 0,426 - 0,002
B 573,480 B
Σ + 0,271
Koreksi - 0,007
Akh - Aw + 0,264
Metoda Dell
Metoda Dell
Prinsip dasar dari metoda Dell yaitu melakukan hitungan dengan cara
pengulangan (iterasi), sehingga hasil akhirnya akan memenuhi syarat
geometris dari jaring, baik untuk poligon maupun sipat datar.
Perataan metoda Dell untuk jaring poligon.
Pada jaring poligon tahapan hitungannya adalah sebagai berikut :
1. Hitungan perataan sudut
2. Hitungan perataan absis
3. Hitungan perataan ordinat
Dalam melakukan hitungannya, Dell membuat ketentuan sebagai berikut :
1. Hitungan dilakukan searah perputaran jarum jam
2. Setiap kring dalam jaringan tersebut dibagi dalam seksi-seksi yang
dibatasi oleh pertemuan kring
3. Untuk sudut, berat/bobot titik pertemuan kring/batas seksi adalah
setengah dari berat titik lainnya yang terdapat pada seksi tersebut
sehingga koreksi sudut yang terdapat pada suatu seksi sama besar
kecuali pada titik pertemuan antar seksi diberi koreksi setengahnya
4. Koreksi pada seksi yang merupakan batas antar kring sama besar
tapi mempunyai tanda yang berbeda
5. Koreksi untuk selisih absis dan selisih ordinat berbanding lurus dengan
jarak
6. Jumlah sudut di titik sentral harus tetap 360 o
Tahapan hitungan perataan absis dan perataan ordinat

1. Hitung salah penutup absis dan salah penutup ordinat


2. Hitung jarak tiap seksi
3. Hitung persentase seksi yaitu : (jarak seksi dibagi jarak kringnya) dikali
100% dengan aturan pembulatan yang sama dengan untuk sudut
4. Hitung koreksi absis dan koreksi ordinat dimulai dari salah penutup kring
yang terbesar nilai atau angkanya (ingat bahwa koreksi ini berbanding lurus
terhadap jarak)
5. Ulangi hitungan dimulai dari sisa salah penutup yang terbesar nilai atau
angkanya sampai semua sisa salah penutup kring menjadi nol
6. Jumlahkan koreksi dari setiap tahapan hitungan
7. Kontrol : - jumlah koreksi seksi setiap kring = - salah penutup kringnya
- koreksi di seksi batas sama besar tapi berbeda tanda
8. Tiap antar titik diberi koreksi sebesar : (jarak antar titik tersebut dibagi
jarak seksinya) dikali koreksi seksi tersebut.
9. Lakukan kontrol syarat geometris poligon tertutup untuk absis dan ordinat

Kemudian hitung koordinat titik poligonnya

Untuk jaring sipat datar hampir sama dengan cara perataan absis/ordinat
dimana salah penutup absis/ordinat diganti dengan salah penutup beda
tinggi dan koreksi absis/ordinat diganti dengan koreksi beda tinggi
Tahapan hitungan jaring poligon
Sebelum melakukan perataan sudut, gambarkan terlebih dahulu jaringnya
sehingga jelas batas seksinya.
Bila jaring mempunyai titik sentral maka koreksi yang pertama adalah pada
titik sentral
Tahapan hitungan perataan sudut
1. Hitung salah penutup sudut setiap kring
2. Hitung jumlah sudut dari masing-masing seksi (ingat bahwa sudut di batas
seksi bernilai ½)
3. Hitung persentase seksi dalam setiap kring yaitu (jumlah sudut seksi dibagi
jumlah sudut kringnya) dikali 100%; dengan pembulatan ke bawah pada seksi
batas dan sebaliknya
4. Hitung koreksi sudut dimulai dari salah penutup kring yang terbesar nilai
atau angkanya (ingat bahwa koreksi sudut berbanding terbalik terhadap
jarak)
5. Ulangi hitungan dimulai dari sisa salah penutup yang terbesar nilai atau
angkanya sampai semua sisa salah penutup kring menjadi nol
6. Jumlahkan koreksi dari setiap tahapan hitungan
7. Kontrol : - jumlah koreksi seksi setiap kring = - salah penutup kringnya
- koreksi di seksi batas sama besar tapi berbeda tanda
8. Tiap sudut mendapat koreksi sebesar nilai koreksi sudut seksi tersebut
dibagi banyaknya sudut di seksi tersebut (ingat bahwa sudut di batas
seksi mendapat nilai ½ dari setiap seksinya)
9. Lakukan kontrol syarat geometris untuk sudut segibanyak (ingat : bila
jaring mempunyai titik sentral, jumlah sudut di titik sentral harus 360 o)
Contoh jaring poligon
b
2
J A
11 13 1
k
h 10 12 3 C
g 7 II
I

9 8 6 4
i F d
5
e

Jarak : Fe = 61,14 m Sudut : 1 = 69o 44’ 48” 10 = 105o 17’ 57”


ed = 75,02 m 2 = 160o 34’ 21” 11 = 131o 11’ 30”
dC = 61,06 m 3 = 110o 39’ 24” 12 = 206o 30’ 18”
Cb = 68,58 m 4 = 124o 58’ 12” 13 = 94o 50’ 12”
bA = 40,60 m 5 = 153o 02’ 30”
Ak = 49,48 m 6 = 54o 22’ 36”
kJ = 52,22 m 7 = 226o 37’ 54”
Jh = 45,26 m 8 = 101o 40’ 30”
hi = 91,48 m 9 = 127o 06’ 57”
iF = 88,70 m
Fg = 84,00 m
gA = 66,80 m Koordinat F ( 0 ; 0 ) dan Fe = 82o 06’ 25”

Batas seksi dinyatakan dalam abjad (huruf besar)


Perataan Sudut
Σ

Kring Seksi Sdt % SP K SSP K SSP K SSP K SSP kor

FJ 3 43 + 13 + 3 + 16

I JA 2 29 + 9 + 2 + 11

AF 2 28 + 8 - 6 + 1 0 + 3

Σ 7 100 -30 + 30 0 - 6 - 6 + 6 0 0 0 + 30

FA 2 28 - 8 + 6 - 1 0 - 3

II AC 2 29 + 7 0 + 7

CF 3 43 + 10 + 1 + 11

7 100 -15 - 8 - 23 + 23 0 - 1 - 1 + 1 0 + 15
Σ
Koreksi Sudut

Kring Seksi Σ Sudut Nomor Cara Pembagian Koreksi


Sudut
AF 8 (+3/2) x 1/2 = + 0,75 +1

2 7’ (+3/2) x 1 = + 1,5 +1

V=+ 3 13 (+3/2) x 1/2 = + 0,75 +1

FJ 8 (+16/3)x1/2 = + 2,67 +3

9 (+16/3)x1 = + 5,33 +5
I
3 10 (+16/3)x1 = + 5,33 +5

V=+16 11 (+16/3)x1/2 = + 2,67 +3

JA 11 (+11/2)x1/2 = + 2,75 +3

2 12 (+11/2)x1 = + 5,5 +5

V=+11 13 (+11/2)x1/2 = + 2,75 +3


Koreksi Sudut

Kring Seksi Σ Sudut Nomor Cara Pembagian Koreksi


Sudut
FA 6 (-3/2) x 1/2 = - 0,75 -1

2 7 (-3/2) x 1 = - 1,5 -1

V=- 3 1 (-3/2) x 1/2 = - 0,75 -1

AC 1 (+7/2)x1/2 = + 1,75 +2

2 2 (+7/2)x1 = + 3,5 +3
II
V=+ 7 3 (+7/2)x1/2 = + 1,75 +2

CF 3 (+11/3)x1/2 = + 1,83 +2

4 (+11/3)x1 = + 3,67 +4

3 5 (+11/3)x1 = + 3,67 +4

V=+11 6 (+11/3)x1/2 = + 1,83 +1


Titik Sudut Koreksi Sudut Jur Jarak ΔX ΔY
F

27 43 49 84,00 + 39,086 + 74,352


g 133 22 06 1

341 05 56 66,80 - 21,639 + 63,198


A 94 50 12 4

255 56 12 49,48 - 47,997 - 12,023


k 206 30 18 5

282 26 35 52,22 - 50,993 + 11,252


J 131 11 30 6

233 38 11 45,26 - 36,447 - 26,835


h 105 17 57 5

158 56 13 91,48 + 32,877 - 85,368


i 127 06 57 5

106 03 15 88,70 + 85,241 - 24,530


F 101 40 30 4

27 43 49

g Σ + 0,128 + 0,046
Titik Sudut Koreksi Sudut Jur Jarak ΔX ΔY
F

82 06 25 61,14 + 60,560 + 8,396


e 153 02 30 4

55 08 59 75,02 + 61,565 + 42,869


d 124 58 12 4

0 07 15 61,06 + 0,129 + 61,060


C 110 39 24 4

290 46 43 68,58 - 64,119 + 24,329


b 160 34 21 3

271 21 07 40,60 - 40,589 + 0,958


A 69 44 48 1

161 05 56 66,80 + 21,639 - 63,198


g 226 37 54 - 1

207 43 49 84,00 - 39,086 - 74,352


F 54 22 36 0

82 06 25

e Σ + 0,099 + 0,062
Perataan Absis
Σ

K Seksi Jarak % SP K SPP K SPP K SPP K SPP K SPP K SPP K SPP Kor.
r
i
n
g

150,80 32 - 41 +46 14 + 5 2 +1 0 5
FA - - -

101,70 21 - 27 - 10 1 0 38
I AJ - -

225,44 47 - 60 22 2 1 85
JF - - - -

477,94 100 +128 -128 0 +46 +46 - 46 0 + 5 + 5 - 5 0 + 1 + 1 1 0


Σ
- - 128

197,22 43 60 6 1 67
FC - - - -

109,18 24 - 34 3 0 37
I CA - -

I
150,80 33 +41 46 +14 5 + 2 1 0 + 5
AF - - -

457,20 100 +99 +41 +140 -140 0 +14 +14 - 14 0 + 2 + 2 2 0 0 0 99


Σ
- -
Perataan Ordinat
Σ

Kring Seksi Jarak % SP K SPP K SPP K SPP K SPP K SPP K SPP Kor

150,80 32 +20 - 21 +7 2 +1 0 + 5
FA -

101,70 21 - 14 - 2 0 - 16
I AJ

225,44 47 - 31 - 3 -1 - 35
JF

477,94 100 +20 +66 - 66 0 + 7 + 7 - 7 0 + 1 + 1 -1 0 - 46


Σ 46

197,22 43 - 27 - 9 1 - 37
FC -

109,18 24 15 - 5 0 - 20
II CA -

150,80 33 20 +21 - 7 + 2 - 1 0 - 5
AF -

457,20 100 - 62 0 +21 +21 - 21 0 + 2 + 2 - 2 0 0 0 - 62


Σ 62
Pembagian Koreksi Absis
Kring Seksi Sisi Jarak Cara Pembagian Koreksi Koreksi

FA Fq 84,00 (84,00/150,80)x(-5) = - 2,8 - 3 mm

qA 66,80 (66,80/150,80)x(-5) = - 2,2 - 2 mm

Kx1 = - 5 Σ 150,80

AJ Ak 49,48 (49,48/101,70)x(-38) = - 18,5 - 18 mm


I
kJ 52,22 (52,22/101,70)x(-38) = - 19,5 - 20 mm

Kx2 = - 38 Σ 101,70

JF Jh 45,26 (45,26/225,44)x(-85) = - 17,1 - 17 mm

hi 91,48 (91,48/225,44)x(-85) = - 34,5 - 35 mm

iF 88,70 (88,70/225,44)x(-85) = - 33,4 - 33 mm

Kx3 = - 85 Σ 225,44
Pembagian Koreksi Absis
Kring Seksi Sisi Jarak Cara Pembagian Koreksi Koreksi

FC Fe 61,14 (61,14/197,22)x(-67) = - 20,8 - 21 mm

ed 75,02 (75,02/197,22)x(-67) = - 25,5 - 25 mm

dc 61,06 (61,06/197,22)x(-67) = - 20,7 - 21 mm

Kx4 = - 67 Σ 197,22

CA Cb 68,58 (68,58/109,18)x(-37) = - 23,2 - 23 mm


II
bA 40,60 (40,60/109,18)x(-37) = - 13,8 - 14 mm

Kx5 = - 37 Σ 109,18

AF Ag 66,80 (66,80/150,80)x(+5) = + 2,2 + 2 mm

gF 84,00 (84,00/150,80)x(+5) = + 2,8 + 3 mm

Kx6 = + 5 Σ 150,80
Pembagian Koreksi Ordinat
Kring Seksi Sisi Jarak Cara Pembagian Koreksi Koreksi

FA Fq 84,00 (84,00/150,80)x(+5) = + 2,8 + 3 mm

qA 66,80 (66,80/150,80)x(+5) = + 2,2 + 2 mm

Ky1 = + 5 Σ 150,80

AJ Ak 49,48 (49,48/101,70)x(-16) = - 7,8 - 8 mm


I
kJ 52,22 (52,22/101,70)x(-16) = - 8,2 - 8 mm

Ky2 = - 16 Σ 101,70

JF Jh 45,26 (45,26/225,44)x(-35) = - 7,0 - 7 mm

hi 91,48 (91,48/225,44)x(-35) = - 14,2 - 14 mm

iF 88,70 (88,70/225,44)x(-84) = - 13,8 - 14 mm

Ky3 = - 35 Σ 225,44
Pembagian Koreksi Ordinat
Kring Seksi Sisi Jarak Cara Pembagian Koreksi Koreksi

FC Fe 61,14 (61,14/197,22)x(-37) = - 11,5 - 12 mm

ed 75,02 (75,02/197,22)x(-37) = - 14,1 - 14 mm

dc 61,06 (61,06/197,22)x(-37) = - 11,5 - 11 mm

Ky4 = - 37 Σ 197,22

CA Cb 68,58 (68,58/109,18)x(-20) = - 12,6 - 13 mm


II
bA 40,60 (40,60/109,18)x(-20) = - 7,4 - 7 mm

Ky5 = - 20 Σ 109,18

AF Ag 66,80 (66,80/150,80)x(-5) = - 2,2 - 2 mm

gF 84,00 (84,00/150,80)x(-5) = - 2,8 - 3 mm

Ky6 = - 5 Σ 150,80
Laboratorium Pemetaan Sistematik & Rekyasa Jurusan Teknik Geodesi FTSP - ITB

Hal. : ............
FORMULIR HITUNGAN KOORDINAT TITIK POLIGON

Dihitung Oleh : ................................. Nrp. : .................................... Alat Hitung : .................................................... Tanggal : ................................................

Nama Sudut Horizontal Koreksi Sudut Jurusan Jarak Selisih Absis Koreksi Selisih Ordinat Koreksi Ko o rd in a t
Titik (b ) Sudut ( a ) Horizontal DX = D sin a DX DY = D Cos a DY X ( Absis ) Y ( Ordinat )
o o
( --- -- ' --.-- " ) ( --.-- " ) ( --- -- ' --.-- " ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter )

F 0 0
27 43 49 84,00 39,086 -0.003 74.352 0.003
g 133 22 06 1 39.083 74.355
341 05 56 66,80 -21.639 -0.002 63.198 0,002
A 94 50 12 4 17.442 137.555
255 56 12 49,48 -47.997 -0.018 -12.023 -0.008
k 206 30 18 5 -30.573 125.524
282 26 35 52,22 -50.993 -0.02 11.252 -0.008
J 131 11 30 6 -81.586 136.768
233 38 11 45,26 -36.447 -0.017 -26.835 -0.007
h 105 17 57 5 -118.05 109.926
158 56 13 91,48 32.877 -0.035 -85.368 -0.014
i 127 06 57 5 -85.208 24.544
106 03 15 88,70 85.241 -0.033 -24.53 -0.014
F 101 40 30 4 0 0
27 43 49
g
Laboratorium Pemetaan Sistematik & Rekyasa Jurusan Teknik Geodesi FTSP - ITB

Hal. : ............
FORMULIR HITUNGAN KOORDINAT TITIK POLIGON

Dihitung Oleh : ................................. Nrp. : .................................... Alat Hitung : .................................................... Tanggal : ................................................

Nama Sudut Horizontal Koreksi Sudut Jurusan Jarak Selisih Absis Koreksi Selisih Ordinat Koreksi Ko o rd in a t
Titik (b ) Sudut ( a ) Horizontal DX = D sin a DX DY = D Cos a DY X ( Absis ) Y ( Ordinat )
o o
( --- -- ' --.-- " ) ( --.-- " ) ( --- -- ' --.-- " ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter ) ( meter )

F 0 0
82 06 25 61,14 60.56 -0.021 8.396 -0.012
e 153 02 30 4 60.539 8.384
55 08 59 75,02 61.565 -0.025 42.869 -0.014
d 124 58 12 4 122.079 51.239
0 07 15 61,06 0.129 -0.021 61.06 -0.011
C 110 39 24 4 122.187 112.288
290 46 43 68,58 -64.119 -0.023 24.329 -0.013
b 160 34 21 3 58.045 136.604
271 21 07 40,60 -40.589 -0.014 0.958 -0.007
A 69 44 48 1 17.442 137.555
161 05 56 66,80 21.638 0.002 -63.198 -0.002
g 226 37 54 -1 39.082 74.355
207 43 49 84,00 -39.086 0.003 -74.352 -0.003
F 54 22 36 0 -0.001 0
82 06 25 (akibat
e pembulatan)

Anda mungkin juga menyukai