LAPORAN
Diajukan unrtuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Ilmu Ukur Tanah
Yang diampu oleh Dr.Ir.H. Iskandar Muda Purwaamijaya, M.T
Oleh :
Kelompok II
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan kasih-Nya, yang telah
memberikan umur beserta kesehatan kepada kami, sehingga laporan yang berjudul
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal ini dapat kami selesaikan. Laporan ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Ilmu Ukur Tanah yang diampu oleh
Dr.Ir.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, M.T.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang tidak bisa
kami sebutkan satu persatu yang telah menyumbangkan ide serta gagasan sehingga dapat
membantu kami dalam menyusun laporan ini.
Kami sangat sadar bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak sekali
kekurangan dikarenakan keterbatasan penyusun dalam bidang ilmu pengetahuan serta
kurangnya pengalaman penyusun, maka dari itu kami senantiasa menerima kritik beserta
saran yang bersifat membangun dari pembaca demi terwujudnya laporan kami yang lebih
baik lagi kedepannya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Pembatasan Masalah
1.4 Rumusan Masalah
1.5 Tujuan
1.6 Sistematika
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penyetelan instrumen Sipat Datar
2.2 Metode Pengukuran Sipat Datar
2.3 Tujuan Pengukuran Sipat Datar
2.4 Pengertian Kerangka Dasar Vertikal
BAB III METODOLOGI
3.1 Lokasi Kegiatan
3.2 Waktu Kegiatan
3.3 Metode
3.4 Populasi dan sample technique
3.5 Data primer dan data sekunder
3.6 Instrumen
3.7 Teknik analisis
3.8 Kerangka berfikir
3.9 Diagram alir
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengukuran Kerangka Dasar Vertikal
4.2 Pembahasan Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
5.2 Implikasi
iii
5.3 Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengukuran sipat datar dilakukan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik
diatas permukaan bumi. Bila bedda tinggi (h) dari selisih ketinggian dari titik A dan B,
sedangkan tinggi titik A diketahui = Ha dan titik B terletak lebih tinggi dibanding titik A,
maka tinggi titik B (Hb) = Ha+h. Metode sipat datar yaitu dengan cara menghitung tinggi
garis bidik atau benang tengah dari suatu rambu dengan menggunakan alat ukur sipat
datar (waterpass).
Mahasiswa S1 pendidikan teknik bangunan belum memahami secara menyeluruh
mengenai pengukuran kerangka dasar vertikal.
Dalam proses pelaksanaan pengukuran kerangka dasar vertikal hal yang perlu
diperhatikan peralatan yang digunakan untuk mengukur, lalu langkah pengukuran yang
harus sesuai dengan prosedur.
Mahasiswa S1 PTB belum pernah malaksanakan pengukuran kerangka dasar vertikal
dengan alat penyipat datar secara langsung.
Pengukuran kerangka dasar vertikal dengan menggunakan alat waterpass bertujuan
untuk memperoleh data beda tinggi pada suatu elevasi tanah, data yang di peroleh dari
lapangan kemudian diolah sehingga menjadi data yang memenuhi tujuan pengukuran
kerangka dasar vertikal.
Mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Bangunan belum memahami cara pemasukan data dan
belum bisa mengolah data lapangan sesuai kebutuhan.
Penggambaran hasil pengukuran merupakan proses akhir dari materi kerangka
dasar vertikal, penggambaran dilakukan setelah data hasil pengukuran telah di olah dan
memenuhi syarat. Selanjutnya dilakukan penggambaran sesuai dengan data.
Mahasiswa S1PTB belum memahami cara penggambaran kerangka dasar vertikal.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari pemaparan diatas dapat diidentifikasi kan beberapa permasalahan, diantaranya
adalah :
1. Kurangnya pengetahuan serta pemahaman mahasiswa Pendidikan Teknik
bangunan mengenai pengukuran kerangka dasar vertikal
2. Mahasiswa S1 pendidikan teknik bangunan belum pernah melaksanakan praktikum
pengukuran kerangka dasar vertikal sebelumnya.
3. Kurangnya pemahaman mahasiswa pendidikan teknik bangunan terhadap
pemasukan, pengolahan data dan cara menggambar.
2
3
4
1. Syarat utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo,
2. Syarat kedua : garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu,
3. Syarat ketiga : garis mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.
Sebelum alat ukur penyipat datar digunakan untuk mengukur, maka syarat-syarat diatas
harus terpenuhi terlebih dahulu atau dengan kata lain alat ukur penyipat datar harus
diaturter lebih dahulu, supaya ketiga syarat tersebut dapat terpenuhi. Pengukuran dengan
cara menyipat datar adalah dengan memahami bahwa beda tinggi dua titik adalah jarak
antara kedua bidang nivo yang melalui titik–titik itu. Selanjutnya bidang nivo dianggap
mendatar untuk jarak–jarak yang kecil antara titik–titik itu. Apabila demikian, beda tinggi
h dapat ditentukan dengan menggunakann garis mendatar yang sembaranng dan dua
mistar yang dipasang di atas kedua titik A dan B.
8
7
BAB III
METODOLOGI
3.1 Lokasi Kegiatan
Fakultas Pendidikan Seni dan Desain & Fakultas Pendidikan Bahasa dan sastra,
universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Jawa Barat.
3.2 Waktu Kegiatan
Selasa, 03 februari 2020 pukul 08.40 s/d selesai
Kamis, 06 februari 2020 pukul 08.40 s/d selesai
Selasa, 10 februari 2020 pukul 08.40 s/d selesai
Jumat, 13 februari 2020 pukul 13.00 s/d selesai
3.3 Metode
Praktikum : melakukan pengukuran secara langsung di lokasi yang telah ditentukan
Studi literatur : melakukan pencarian terhadap berbagai berbagai sumber tertulis
seperti buku, jurnal, artikel dan lain lain.
3.4 Populasi dan sample technique
Populasi : Petunjuk praktikum ilmu ukur tanah
Sample : Petunjuk praktikum ilmu ukur tanah, bab II pengukuran sipat datar
kerangka dasar vertikal.
Sampling technique : teknik sampling yang digunakan yaitu non-probability
sampling dengan puposive sampling (Sugiono, 2016 hal 85)
menyatakan bahwa purposive sampling adalah teknik pengambilan
daata dengan pertimbangan tertentu.
3.5 Data primer dan data sekunder
Data primer : diperoleh dari data hasil pengukuran KDV di lapangan.
Data sekunder : diperoleh dari buku petunjuk praktikum ilmu ukur tanah
3.6 Instrumen
1. Komputer jinjing (Laptop)
2. Kertas HVS
3. Printer dan tinta
3.7 Teknik analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah dengan mengumpulkan
data serta daftar pustaka. Melaksanakan praktikum serta membaca, mengolah data
dengan alat bantu komputer.
8
6
Praktikum
pengukuran
kerangka dasar
vertikal
8
7
Maksud :
Pembuatan serangkaian titik-titik di lapangan
yang di ukur ketinggiannya melalui pengukuran
beda tinggi untuk pengikatan ketinggian titik-
titik yang lebih detail dan banyak
Tujuan :
Memperoleh informasi tinggi yang lebih akurat
untuk menyajikan informasi yang lebih
kompleks (garis kontur)
Pengukuran di lapangan :
Persiapan sketsa/peta jalur pengukuran dan
rencana pematokan dengan jumlah slag genap.
Persiapan patok-patok pengukuan. Survei awal
dan pematokan. Rambu ukur didirikan di atas
patok-patok pengukuran. Alat sipat datar
didirikan sekitar tengah-tengah slag atau dibuat
jumlah jarak belakang ~ jumlah jarak muka.
Pembacaan rambu ukur belakang dan muka.
Pengukuran jarak belakang & muka.
Pengolahan Data :
Koreksi bacaan benang tengah dengan hasil kali koreksi garis bidik dan jarak.
Perhitungan beda tinggi koreksi kesalahan sistematis. Perhitungan bobot
koreksi dari rasio jarak slag terhadap total jarak pengukuran. Perhitungan
kesalahan acak. Distribusi kesalahan acak ke setiap slag dengan bobot koreksi.
Perhitungan beda tinggi dan tinggi definitif yang telah dikoreksi kesalahan
acak. Penggambaran jalur pengukuran dengan skala vertikal > skala horisontal.
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
9
Langkah-langkah Pengukuran
24. Dirikan alat pada slag pertama lakukan pembacaan BA, BT, BB. Ke rambu
belakang dan rambu muka.
25. Mengukur jarak belakang dan jarak muka (jarak mendatar menggunakan pita
ukur).
26. Memindahkan alat ke slag 2 lakukan hal yang sama seperti di slag 1.
27. Lakukan hal yang sama hingga slag terakhir.
∑ΔH = -0,0373
5. Mencari Bobot
Untuk mencari bobot dapat menggunakan rumus :
∑d
Bobot =
∑(∑ d )
Keterangan :
Bobot = hasil bagi dari jarak antara dua titik dengan jarak seluruhnya
22,6 31,8
Titik A-B :
435,7
= 0,0519 Titik J-K :
435,7
= 0,0730
25,5 31,7
Titik B-C :
435,7
= 0,0585 Titik K-L :
435,7
= 0,0728
24,6 31,1
Titik C-D :
435,7
= 0,0565 Titik L-M :
435,7
= 0,0714
22 32,1
Titik D-E : 435,7 = 0,0505 Titik M-N : 435,7 = 0,0737
25,2 29,8
Titik E-F :
435,7
= 0,0578 Titik N-O :
435,7
= 0,0684
26,2 13,7
Titik F-G :
435,7
= 0,0601 Titik O-P :
435,7
= 0,0314
20,2 19,5
Titik G-H :
435,7
= 0,0464 Titik P-Q :
435,7
= 0,0448
30,2 18,6
Titik H-I :
435,7
= 0,0693 Titik Q-R :
435,7
= 0,0427
14,1 16,8
Titik I-J :
435,7
= 0,0324 Titik R-A’ :
435,7
= 0,0386
∑BOBOT =1
17
Mencari beda tinggi koreksi dapat digunakan rumus : ΔHk = ΔH – (∑ΔH x bobot)
Keterangan :
ΔHk = beda tinggi koreksi
ΔH = beda tinggi antara 2 titik
∑ΔH = jumlah dari beda tinggi antara dua titik
Bobot = hasil bagi dari jarak antara dua titik dengan jarak seluruhnya
Berikut adalah perhitungan beda tinggikoreksi :
ΔHk A-B = -1,5864 - (-0,0373 x 0,0519) = -1,5845
ΔHk B-C = -0,0808 - (-0,0373 x 0,0585) = -0,0786
ΔHk C-D = -0,6586 - (-0,0373 x 0,0565) = -0,6565
ΔHk D-E = 0,7208 - (-0,0373 x 0,0505) = 0,7227
ΔHk E-F = 2,0931 - (-0,0373 x 0,0578) = 2,0952
ΔHk F-G = 2,2287 - (-0,0373 x 0,0601) = 2,2309
ΔHk G-H = 2,2171 - (-0,0373 x 0,0464) = 2,2188
ΔHk H-I = 2,2041 - (-0,0373 x 0,0693) = 2,2067
ΔHk I-J = 0,9601 - (-0,0373 x 0,0324) = 0,9613
ΔHk J-K = 0,7808 - (-0,0373 x 0,0730) = 0,7835
ΔHk K-L = 0,5569 - (-0,0373 x 0,0728) = 0,5596
ΔHk L-M = -1,5903 - (-0,0373 x 0,0714) = -1,5876
ΔHk M-N = -0,4990 - (-0,0373 x 0,0737) = -0,4962
18
∑ΔHk = 0
Ti = Ti sebelumnya + ΔHk
Keterangan :
Ti = Tinggi titik
20
21
5.2 Implikasi
Implikasi dari pengukuran kerangka dasar vertikal ini adalah :
1. Memahami alat-alat yang digunakan untuk pengukuran kerangka dasar vertikal
2. Memahami bagaimana cara pengambilan pengukuran sesuai prosedur yang
benar
3. Memahami bagaimana cara memasukan data yang diperoleh dari hasil
pengukuran dan mengolahnya untuk memperoleh beda tinggi elevasi tanah
5.3 Rekomendasi
1. Saat mengambil alat sesuaikan kebutuhan alat dengan mencocokan kondisi
waterpass
2. Pastikan alat waterpass, statif, pita ukur, dan lainnya layak pakai
3. Ikuti peraturan dan langkah peraturan dengan benar.
4. Lakukan pengukuran dengan teliti untuk menghindari kesalahan.
5. Saling berkoordinasi antar anggota kelompok untuk saling
bekerjasama dalampelaksanaan pengukuran
DAFTAR PUSTAKA
Purwaamijaya, Iskandar Muda. 2008. Teknik survei dan pemetaan jilid 1. Jakarta :
Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan
22