Anda di halaman 1dari 29

PRAKTIKUM PENGUKURAN

KERANGKA DASAR VERTIKAL

LAPORAN

Diajukan unrtuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Ilmu Ukur Tanah
Yang diampu oleh Dr.Ir.H. Iskandar Muda Purwaamijaya, M.T

Oleh :
Kelompok II

Nuri Lizuardi Imani (1801994)


Fauzan Salam (1805785)
Intan Risqi Trispinu Putri (1806175)
M. Fardomuan Siregar (1807916)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan kasih-Nya, yang telah
memberikan umur beserta kesehatan kepada kami, sehingga laporan yang berjudul
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal ini dapat kami selesaikan. Laporan ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Ilmu Ukur Tanah yang diampu oleh
Dr.Ir.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, M.T.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang tidak bisa
kami sebutkan satu persatu yang telah menyumbangkan ide serta gagasan sehingga dapat
membantu kami dalam menyusun laporan ini.

Kami sangat sadar bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak sekali
kekurangan dikarenakan keterbatasan penyusun dalam bidang ilmu pengetahuan serta
kurangnya pengalaman penyusun, maka dari itu kami senantiasa menerima kritik beserta
saran yang bersifat membangun dari pembaca demi terwujudnya laporan kami yang lebih
baik lagi kedepannya.

Bandung, Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Pembatasan Masalah
1.4 Rumusan Masalah
1.5 Tujuan
1.6 Sistematika
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penyetelan instrumen Sipat Datar
2.2 Metode Pengukuran Sipat Datar
2.3 Tujuan Pengukuran Sipat Datar
2.4 Pengertian Kerangka Dasar Vertikal
BAB III METODOLOGI
3.1 Lokasi Kegiatan
3.2 Waktu Kegiatan
3.3 Metode
3.4 Populasi dan sample technique
3.5 Data primer dan data sekunder
3.6 Instrumen
3.7 Teknik analisis
3.8 Kerangka berfikir
3.9 Diagram alir
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengukuran Kerangka Dasar Vertikal
4.2 Pembahasan Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
5.2 Implikasi

iii
5.3 Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : perolehan data pengukuran kdv di lapangan

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Dumpy Level (type kekar)

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data hasil pengukuran di lapangan


Lampiran 2 : Data hasil pengolahan
Lampiran 3 : Gambar pengukuran kerangka dasar vertikal

vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengukuran sipat datar dilakukan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik
diatas permukaan bumi. Bila bedda tinggi (h) dari selisih ketinggian dari titik A dan B,
sedangkan tinggi titik A diketahui = Ha dan titik B terletak lebih tinggi dibanding titik A,
maka tinggi titik B (Hb) = Ha+h. Metode sipat datar yaitu dengan cara menghitung tinggi
garis bidik atau benang tengah dari suatu rambu dengan menggunakan alat ukur sipat
datar (waterpass).
Mahasiswa S1 pendidikan teknik bangunan belum memahami secara menyeluruh
mengenai pengukuran kerangka dasar vertikal.
Dalam proses pelaksanaan pengukuran kerangka dasar vertikal hal yang perlu
diperhatikan peralatan yang digunakan untuk mengukur, lalu langkah pengukuran yang
harus sesuai dengan prosedur.
Mahasiswa S1 PTB belum pernah malaksanakan pengukuran kerangka dasar vertikal
dengan alat penyipat datar secara langsung.
Pengukuran kerangka dasar vertikal dengan menggunakan alat waterpass bertujuan
untuk memperoleh data beda tinggi pada suatu elevasi tanah, data yang di peroleh dari
lapangan kemudian diolah sehingga menjadi data yang memenuhi tujuan pengukuran
kerangka dasar vertikal.
Mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Bangunan belum memahami cara pemasukan data dan
belum bisa mengolah data lapangan sesuai kebutuhan.
Penggambaran hasil pengukuran merupakan proses akhir dari materi kerangka
dasar vertikal, penggambaran dilakukan setelah data hasil pengukuran telah di olah dan
memenuhi syarat. Selanjutnya dilakukan penggambaran sesuai dengan data.
Mahasiswa S1PTB belum memahami cara penggambaran kerangka dasar vertikal.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari pemaparan diatas dapat diidentifikasi kan beberapa permasalahan, diantaranya
adalah :
1. Kurangnya pengetahuan serta pemahaman mahasiswa Pendidikan Teknik
bangunan mengenai pengukuran kerangka dasar vertikal
2. Mahasiswa S1 pendidikan teknik bangunan belum pernah melaksanakan praktikum
pengukuran kerangka dasar vertikal sebelumnya.
3. Kurangnya pemahaman mahasiswa pendidikan teknik bangunan terhadap
pemasukan, pengolahan data dan cara menggambar.
2

1.3 Pembatasan Masalah


Masalah ini dibatasi pada pengukuran kerangka dasar vertikal menggunakan alat
penyipat datar atau waterpass
1.4 Rumusan Masalah
1. Apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pengukuran kerangka dasar
vertikal.
2. Bagaimana langkah kerja pengukuran kerangka dasar vertikal
3. Bagaimana cara memasukan data dan cara mengolah data hasil pengukuran
1.5 Tujuan
Tujuan dari pengukuran kerangka dasar vertikal ini adalah :
1. Agar mahasiswa mengetahui alat alat yang digunakan untuk pengukuran
kerangka dasar vertikal
2. Agar mahasiswa bisa melaksanakan pengukuran sesuai prosedur yang benar
3. Agar mahasiswa bisa memasukan data yang diperoleh dari hasil pengukuran
dan mengolahnya untuk memperoleh beda tinggi elevasi tanah
4. Agar mahasiswa bisa menggambar pengukuran secara digital, maupun manual.
1.6 Sistematika
BAB I PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan
rumusan masalah, tujuan beserta sistematika penulisan laporan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Berisi tentang prosedur penulis, mulai dari lokasi, waktu, metode populasi, sample
technique, data primer dan data sekunder, instrumen, teknik analisis, kerangka berfikir
dan diagram alir.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang penjelasan atau penyelesaian suatu permasalahan pada bab-bab
laporan.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Berisi tentang kesimpulan, manfaat serta rekomendasi atau anjuran yang relevan
dengan materi yang dijelaskan
DAFTAR PUSTAKA
Berisi tentang sumber sumber rujukan yang menjadi referensi pada penulisan
laporan.
LAMPIRAN
Berisi tentang data data penunjang untuk laporan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.5 Pengertian Kerangka Dasar Vertikal
Kerangka Dasar Vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran kumpulan titik-
titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya
terhadap bidang rujukan ketinggian tertentu. Bidang rujukan ini biasanya berupa
ketinggian muka air laut rata-rata (Mean Sea Level-MSL) atau ditentukan lokal.
Maksud pengukuran tinggi adalah menentukan beda tinggi antara dua titik. Bila tinggi
h diketahui antara dua titik A dan B, sedang tinggi titik A diketahui sama dengan Hadan
titik B letak lebih tinggi dari pada titik A, maka tinggi titik B, Hb = Ha + h. Yang
diartikan dengan beda tinggi antara titik A dan titik B adalah jarak antara dua bidang nivo
yang melalui titik A dan B. Umumnya bidang nivo adalah bidang yang lengkung, tetapi
bila jarak antara titik-titik A dan B kecil, maka kedua bidang nivo yang melalui titik-titik
A dan B dapat dianggap sebagai bidang yang mendatar. Beda tinggi antara dua titik dapat
dilakukan dengan tiga cara:
1. Dengan cara Barometris, yaitu menentukan beda tinggi dengan cara mengamati
tekanan udara di suatu tempat dengan tempat lain yang dijadikan referensi dalam hal
ini misalnya elevasi ± 0.00 meter dari permukaan laut rata-rata.
2. Dengan cara Trigonometris, yaitu menentukan beda tinggi menggunakan alat ukur
yang cukup t mkop-eliti yang dapat mengukur sudut vertikal dan horizontal yaitu alat
ukur Theodolit.
3. Dengan cara pengukuran sipat datar, yaitu dengan cara menghitung tinggi garis bidik
atau Benang Tengah (BT) dari suatu rambu dengan menggunakan alat ukur sipat datar
(waterpass).

2.6 Tujuan Pengukuran Sipat Datar


Pengukuran sipat datar KDV adalah untuk memperoleh informasi tinggi yang
relatif akurat dilapangan sedemikian rupa sehingga informasi tinggi pada daerah yang
tercakup layak untuk diolah sebagai informasi yang lebih kompleks.

2.7 Metode Pengukuran Sipat Datar


Pengukuran Sipat Datar KDV adalah pembuatan serangkaian titik-titik dilapangan
yang diukur ketinggiannya melalui pengukuran beda tinggi untuk pengikatan ketinggian
titik-titik lain yang lebih detail dan banyak.
Syarat-syarat alat Sipat Datar adalah:

3
4

1. Syarat utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo,
2. Syarat kedua : garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu,
3. Syarat ketiga : garis mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.
Sebelum alat ukur penyipat datar digunakan untuk mengukur, maka syarat-syarat diatas
harus terpenuhi terlebih dahulu atau dengan kata lain alat ukur penyipat datar harus
diaturter lebih dahulu, supaya ketiga syarat tersebut dapat terpenuhi. Pengukuran dengan
cara menyipat datar adalah dengan memahami bahwa beda tinggi dua titik adalah jarak
antara kedua bidang nivo yang melalui titik–titik itu. Selanjutnya bidang nivo dianggap
mendatar untuk jarak–jarak yang kecil antara titik–titik itu. Apabila demikian, beda tinggi
h dapat ditentukan dengan menggunakann garis mendatar yang sembaranng dan dua
mistar yang dipasang di atas kedua titik A dan B.

2.8 Penyetelan instrumen Sipat Datar


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyetelan instrument sipat datar adalah :
1. Penempatan nivo harus tegak lurus dengan sumbu garis vertikal.
2. Penempatan nivo harus sejajar dengan garis holimasi.
3. Penyetelan garis horizontal benang silang instrumen sifat datar.
Penyetelan instrument sipat datar wye adalah sebagai berikut :
1. Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan garis – garis rangka teleskopnya.
2. Penyetelan agar garis holimasi sejajar dengan sumbu nivo tabung dari teleskopnya.
3. Penyetelan agar garis holimasi tegak lurus sumbu garis vertical.

Gambar 2.1 Dumpy Level (type kekar)


Keterangan:
1. Teropong 9. Kiap (leveling head)
2. Nivo Tabung 10. Sumbu ke-16
3. Pengatur nivo
4. Pengatur diafragma
5. Kunci horizontal
6. Skrup kiap
7. Tribrach
8. Trivet

8
7

BAB III
METODOLOGI
3.1 Lokasi Kegiatan
Fakultas Pendidikan Seni dan Desain & Fakultas Pendidikan Bahasa dan sastra,
universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Jawa Barat.
3.2 Waktu Kegiatan
Selasa, 03 februari 2020 pukul 08.40 s/d selesai
Kamis, 06 februari 2020 pukul 08.40 s/d selesai
Selasa, 10 februari 2020 pukul 08.40 s/d selesai
Jumat, 13 februari 2020 pukul 13.00 s/d selesai
3.3 Metode
Praktikum : melakukan pengukuran secara langsung di lokasi yang telah ditentukan
Studi literatur : melakukan pencarian terhadap berbagai berbagai sumber tertulis
seperti buku, jurnal, artikel dan lain lain.
3.4 Populasi dan sample technique
Populasi : Petunjuk praktikum ilmu ukur tanah
Sample : Petunjuk praktikum ilmu ukur tanah, bab II pengukuran sipat datar
kerangka dasar vertikal.
Sampling technique : teknik sampling yang digunakan yaitu non-probability
sampling dengan puposive sampling (Sugiono, 2016 hal 85)
menyatakan bahwa purposive sampling adalah teknik pengambilan
daata dengan pertimbangan tertentu.
3.5 Data primer dan data sekunder
Data primer : diperoleh dari data hasil pengukuran KDV di lapangan.
Data sekunder : diperoleh dari buku petunjuk praktikum ilmu ukur tanah
3.6 Instrumen
1. Komputer jinjing (Laptop)
2. Kertas HVS
3. Printer dan tinta
3.7 Teknik analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah dengan mengumpulkan
data serta daftar pustaka. Melaksanakan praktikum serta membaca, mengolah data
dengan alat bantu komputer.

8
6

3.8 Kerangka berfikir  Mahasiswa S1 pendidikan teknik


bangunan belum memahami secara

Pengukuran sipat datar dilakukan pengukuran kerangka dasar vertikal.


untuk menentukan beda tinggi  Mahasiswa S1 PTB belum pernah
antara dua titik diatas permukaan
malaksanakan pengukuran kerangka
bumi.
dasar vertikal secara langsung.
Metode sipat datar yaitu dengan
 Mahasiswa S1 Pendidikan Teknik
cara menghitung tinggi garis bidik
atau benang tengah dari suatu rambu Bangunan belum memahami cara
dengan menggunakan alat ukur sipat pemasukan data dan belum bisa
datar (waterpass). mengolah data.
 Mahasiswa S1PTB belum memahami
cara penggambaran kerangka dasar
vertikal.

1. Kurangnya pengetahuan serta pemahaman mahasiswa Pendidikan Teknik


bangunan mengenai pengukuran kerangka dasar vertikal
2. Mahasiswa S1 pendidikan teknik bangunan belum pernah melaksanakan
praktikum pengukuran kerangka dasar vertikal sebelumnya.
3. Kurangnya pemahaman mahasiswa pendidikan teknik bangunan terhadap
pemasukan, pengolahan data dan cara menggambar.

Praktikum
pengukuran
kerangka dasar
vertikal

Mahasiswa S1 dapat memahami proses


Analisis
= yang digunakan adalah
pengukuran, pemasukan data,
deskriptif kuantitatif
pengolahan data serta penggambaran

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan, implikasi dan


rekomendasi

8
7

3.9 Diagram alir

Maksud :
Pembuatan serangkaian titik-titik di lapangan
yang di ukur ketinggiannya melalui pengukuran
beda tinggi untuk pengikatan ketinggian titik-
titik yang lebih detail dan banyak

Tujuan :
Memperoleh informasi tinggi yang lebih akurat
untuk menyajikan informasi yang lebih
kompleks (garis kontur)

Pengaturan awal alat sipat datar :


Mengatur garis bidik // sumbu II teropong
Pengukuran Sipat dengan mengetengahkan gelembung nivo kotak
Datar Kerangka (menggerakkan 2 sekrup kaki kiap ke dalam/
Dasar Vertikal luar dan 1 sekrup kaki kiap ke kanan/kiri) ;
Mengatur sumbu I tegak lurus sumbu II
teropong dengan mengetengahkan gelembung
nivo tabung. Rambu ukur diatur tegak lurus
permukaan tanah dan dibaca

Pengukuran di lapangan :
Persiapan sketsa/peta jalur pengukuran dan
rencana pematokan dengan jumlah slag genap.
Persiapan patok-patok pengukuan. Survei awal
dan pematokan. Rambu ukur didirikan di atas
patok-patok pengukuran. Alat sipat datar
didirikan sekitar tengah-tengah slag atau dibuat
jumlah jarak belakang ~ jumlah jarak muka.
Pembacaan rambu ukur belakang dan muka.
Pengukuran jarak belakang & muka.

Pengolahan Data :
Koreksi bacaan benang tengah dengan hasil kali koreksi garis bidik dan jarak.
Perhitungan beda tinggi koreksi kesalahan sistematis. Perhitungan bobot
koreksi dari rasio jarak slag terhadap total jarak pengukuran. Perhitungan
kesalahan acak. Distribusi kesalahan acak ke setiap slag dengan bobot koreksi.
Perhitungan beda tinggi dan tinggi definitif yang telah dikoreksi kesalahan
acak. Penggambaran jalur pengukuran dengan skala vertikal > skala horisontal.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Hasil pengukuran Kerangka Dasar Vertikal


Tabel 1 : perolehan data pengukuran kdv di lapangan
Belakang Muka dm
Titik db
BTbk Bab BBb BTmk Bam BBm
A-B 0,121 0,173 0,067 10,6 1,707 1,766 1,646 12
B-C 1,074 1,142 1,005 13,7 1,154 1,213 1,095 11,8
C-D 0,854 0,914 0,796 11,8 1,513 1,576 1,448 12,8
D-E 1,478 1,527 1,427 10 0,757 0,818 0,698 12
E-F 2,337 2,413 2,263 15 0,244 0,294 0,192 10,2
F-G 2,493 2,572 2,412 16 0,264 0,314 0,212 10,2
G-H 2,317 2,366 2,266 10 0,100 0,150 0,048 10,2
H-I 2,564 2,644 2,482 16,2 0,359 0,429 0,289 14
I-J 1,832 1,866 1,797 6,9 0,872 0,909 0,837 7,2
J-K 1,849 1,930 1,768 16,2 1,068 1,146 0,990 15,6
K-L 1,581 1,662 1,502 16 1,024 1,102 0,945 15,7
L-M 0,272 0,352 0,193 15,9 1,862 1,937 1,785 15,2
M-N 1,114 1,194 1,034 16 1,613 1,694 1,533 16,1
N-O 0,822 0,897 0,749 14,8 2,555 2,629 2,479 15
O-P 0,662 0,696 0,627 6,9 1,975 2,008 1,940 6,8
P-Q 0,537 0,582 0,494 8,8 2,099 2,152 2,045 10,7
Q-R 0,505 0,553 0,459 9,4 2,008 2,055 1,963 9,2
R-A' 0,672 0,716 0,626 9 1,946 1,986 1,908 7,8

4.4 Pembahasan Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal


Peralatan dan Bahan

1. Alat sipat datar optis (nomor seri)


2. Statif
3. Unting-unting
4. Rambu ukur 2 buah
5. Alat tulis dan formulir ukuran
6. Payung 1 buah
7. Pita ukur 1 buah
8. Peta wilayah situasi
9. Bon peminjaman alat dan absensi kelompok

8
9

Langkah-langkah Pengukuran

1. Para surveyor harus mengenakan pakaian untuk survey lapangan.


2. Ketua tim mencatat semua peralatan yang dibutuhkan pada bon peminjaman
alat.
3. Para anggota tim mengisi kehadiran praktikum.
4. Ketua tim menyerahkan bon peminjaman alat kepada laboran.
5. Ketua tim memeriksa kelengkapan alat dan mencatat no serinya.
6. Para anggota tim membawa peralatan ke lapangan.
7. Mempersiapkan pengukuran kesalahan garis bidik (cukup di sekitar
laboratorium).
8. Dirikan alat statip pada posisi stand 1 dan pasang alat di atas stand tersebut.
9. Mengetengahkan gelembung nivo dengan prinsip 2 skrup kaki kiap ke dalam/
ke luar dan skrup kaki kiap kiap ke kanan/ke kiri.
10. Memasang unting-unting dan 2 rambu ukur diarahkan ke belakang dan muka.
11. Menghimpitkan gelembung nivo tabung.
12. Membidik rambu ukur belakang dengan visir.
13. Memperjelas benang diafragma dengan skrup pada teropong.
14. Memperjelas objek rambu ukur dengan memutar skrup fokus.
15. Menggerakan skrup gerakan halus horizontal sehingga benang bertikal
diafragma berhimpit dengan bagian tengah rambu.
16. Lakukan pembacaan BA dan BB.
17. Periksa syarat jika sesuai lanjutkan dengan langkah selanjutnya jika tidak
ulangi pembacaannya.
18. Hitung jarak optis dari alat ke rambu.
19. Lakukan hal yang sama untuk rambu belakang.
20. Hitung kesalahan garis bidiknya.
21. Bawa semua peralatan ke titik awal pengukuran/patok pertama.
22. Berdasarkan batas pengukuran pada peta wilayah studi tentukan lokasi patok-
patok pada jalur pengukuran.
23. Lakukan pematokan di jalur pengukuran dengan patok yang telah tersedia
(untuk slag genap).
10

24. Dirikan alat pada slag pertama lakukan pembacaan BA, BT, BB. Ke rambu
belakang dan rambu muka.
25. Mengukur jarak belakang dan jarak muka (jarak mendatar menggunakan pita
ukur).
26. Memindahkan alat ke slag 2 lakukan hal yang sama seperti di slag 1.
27. Lakukan hal yang sama hingga slag terakhir.

Langkah-langkah Pengolahan Data

1. Menyiapkan tabel pengolahan data sipat datar KDV.


2. Masukan nilai kesalahan garis bidik ke dalam tabel.
3. Masukan nilai BA, BT, BB, db, dan dm ke dalam tabel.
4. Hitung BT koreksi disetiap slag.
5. Hitung beda tinggi di setiap slag dari bacaan BT koreksi belakang dan muka.
6. Menghitung total jarak jalur pengukuran dengan menggunakan semua jarak
slag.
7. Hitung bobot koreksi setiap slag dengan membagi jarak slag dengan total
jarak pengukuran.
8. Menghitung beda tinggi koreksi dengan cara menjumlahkan beda tinggi awal
(BTbk – BTmk).
9. Kontrol beda tinggi hasil koreksi.
10. Menghitung tinggi titik-titik pengukuran dengan cara menjumlahkan tinggi
titik sebelumnya dengan beda tinggi koreksi.
Langkah-langkah Penggambaran
1. Mengetahui jarak total pengukuran dan selisih beda tinggi terbesar.
2. Prinsip skala vertikal berbeda dengan skala horizontal (skala horizontal <
skala vertikal).
3. Tetapkan ukuran kertas (lebih baik menggunakan kertas milimeter).
4. Desain/rancang tata letak penggambaran yang meliputi muka gambar,
legenda, notasi dan skala gambar (sebaiknya grafis)
5.
Hasil Pengukuran di Lapangan
Table 1 : formulir perolehan data lapangan
11

1. Mencari Jarak Optis


Jarak optis muka dan belakang dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut :
d = (BA-BB) . 100
Keterangan :
d = jarak datar optis
BA = bacaan benang atas
BB = bacaan benang bawah
Berikut perhitungan jarak optis antar titik.
A dan P1 = (0,177 – 0,071) . 100 = 10,6 meter

P1 dan B = (1,771 – 1,651) . 100 = 12 meter +

Jarak titik A dan B (∑d) = 22,6 meter

B dan P2 = (1,147 – 1,010) . 100 = 13,7 meter

P2 dan C = (1,218 – 1,100) . 100 = 11,8 meter +

Jarak titik B dan C (∑d) = 25,5 meter

C dan P3 = (0,919 – 0,801) . 100 = 11,8 meter

P3 dan D = (1,581 – 1,453) . 100 = 12,8 meter +

Jarak titik C dan D (∑d) = 24,6 meter

D dan P4 = (1,531 – 1,431) . 100 = 10 meter

P4 dan E = (0,823 – 0,703) . 100 = 12 meter +

Jarak titik D dan E (∑d) = 22 meter

E dan P5 = (2,419 – 2,269) . 100 = 15 meter

P5 dan F = (0,298 – 0,196) . 100 = 10,2 meter +

Jarak titik E dan F (∑d) = 25,2 meter

F dan P6 = (2,578 – 2,418) . 100 = 16 meter

P6 dan G = (0,318 – 0,216) . 100 = 10,2 meter +

Jarak titik F dan G (∑d) = 26,2 meter

G dan P7 = (2,370 – 2,270) . 100 = 10 meter


12

P7 dan H = (0,154 – 0,052) . 100 = 10,2 meter +

Jarak titik G dan H (∑d) = 20,2 meter

H dan P8 = (2,650 – 2,488) . 100 = 16,2 meter

P8 dan I = (0,435 – 0,295) . 100 = 14 meter +

Jarak titik H dan I (∑d) = 30,2 meter

I dan P9 = (1,869 – 1,800) . 100 = 6,9 meter

P9 dan J = (0,912 – 0,840) . 100 = 7,2 meter +

Jarak titik I dan J (∑d) = 14,1 meter

J dan P10 = (1,936 – 1,774) . 100 = 16,2 meter

P10 dan K = (1,152 – 0,996) . 100 = 15,6 meter +

Jarak titik J dan K (∑d) = 31,8 meter

K dan P11 = (1,668 – 1,508) . 100 = 15,7 meter

P11 dan L = (1,108 – 0,951) . 100 = 16 meter +

Jarak titik K dan L (∑d) = 31,7 meter

L dan P12 = (0,358 – 0,199) . 100 = 15,9 meter

P12 dan M = (1,943 – 1,791) . 100 = 15,2 meter +

Jarak titik L dan M (∑d) = 31,1 meter

M dan P13 = (1,200 – 1,040) . 100 = 16 meter

P13 dan N = (1,700 – 1,539) . 100 = 16,1 meter +

Jarak titik M dan N (∑d) = 32,1 meter

N dan P12 = (0,903 – 0,755) . 100 = 14,8 meter

P12 dan 0 = (2,635 – 2,485) . 100 = 15 meter +

Jarak titik N dan O (∑d) = 29,8 meter

O dan P13 = (0,699 – 0,630) . 100 = 6,9 meter


P13 dan P = (2,011 – 1,943) . 100 = 6,8 meter
13

Jarak titik O dan P (∑d) = 13,7 meter

P dan P14 = (0,586 – 0,498) . 100 = 8,8 meter

P14 dan Q = (2,156 – 2,049) . 100 = 10,7 meter +

Jarak titik P dan Q (∑d) = 19,5 meter

Q dan P15 = (0,557 – 0,463) . 100 = 9,4 meter

P15 dan R = (2,059 – 1,967) . 100 = 9,2 meter +

Jarak titik Q dan R ( ∑ d) = 18,6 meter

R dan P16 = (0,720 – 0,630) . 100 = 9 meter

P16 dan A’ = (1,989 – 1,911) . 100 = 7,8 meter +

Jarak titik R dan A’ (∑d) = 16,8 meter

Jumlah jarak A sampai A’ ∑ (∑d) = 435,7 meter

2. Mencari Benang Tengah Belakang Koreksi


Benang tengah belakang koreksi dapat dicari menggunakan rumus berikut.
BTbk = BTb – (Kgb . db)
Keterangan :
BTbk = Benang tengah belakang koreksi
BTb = Benang tengah belakang
Kgb = Koreksi garis bidik (0,00041)
db = Jarak benang belakang
Berikut perhitungan BTbk di setiap titik.
Titik A = 0,125 – (0,00041 . 10,6) = 0,121
Titik B = 1,079 – (0,00041 . 13,7) = 1,074
Titik C = 0,859 – (0,00041 . 11,8) = 0,854
Titik D = 1,482 – (0,00041 . 10) = 1,478
Titik E = 2,343 – (0,00041 . 15) = 2,337
Titik F = 2,499 – (0,00041 . 16) = 2,493
Titik G = 2,321 – (0,00041 . 10) = 2,317
Titik H = 2,570 – (0,00041 . 16,2) = 2,564
14

Titik I = 1,835 – (0,00041 . 6,9) = 1,832


Titik J = 1,855 – (0,00041 . 16,2) = 1,849
Titik K = 1,587 – (0,00041 . 16) = 1,581
Titik L = 0,278 – (0,00041 . 15,9) = 0,272
Titik M = 1,120 – (0,00041 . 16) = 1,114
Titik N = 0,828 – (0,00041 . 14,8) = 0,822
Titik O = 0,665 – (0,00041 . 6,9) = 0,662
Titik P = 0,541 – (0,00041 . 8,8) = 0,537
Titik Q = 0,509 – (0,00041 . 9,4) = 0,505
Titik R = 0,676 – (0,00041 . 9) = 0,672

3. Mencari Benang Tengah Muka Koreksi


Benang tengah muka koreksi dapat dicari menggunakan rumus berikut.
BTmk = BTm – (Kgb . db)
Keterangan :
BTmk = Benang tengah muka koreksi
BTm = Benang tengah muka
Kgb = Koreksi garis bidik (0,00041)
dm = Jarak benang muka
Berikut perhitungan BTmk di setiap titik.
Titik A = 1,712 – (0,00041 . 12) = 1,707
Titik B = 1,159 – (0,00041 . 11,8) = 1,154
Titik C = 1,518 – (0,00041 . 12,8) = 1,513
Titik D = 0,762 – (0,00041 . 12) = 0,757
Titik E = 0,248 – (0,00041 . 10,2) = 0,244
Titik F = 0,268 – (0,00041 . 10,2) = 0,264
Titik G = 0,104 – (0,00041 . 10,2) = 0,100
Titik H = 0,365 – (0,00041 . 14) = 0,359
Titik I = 0,875 – (0,00041 . 7,2) = 0,872
Titik J = 1,074 – (0,00041 . 15,6) = 1,068
Titik K = 1,030 – (0,00041 . 15,7) = 1,024
Titik L = 1,868 – (0,00041 . 15,2) = 1,862
15

Titik M = 1,619 – (0,00041 . 16,1) = 1,613


Titik N = 2,561 – (0,00041 . 15) = 2,555
Titik O = 1,978 – (0,00041 . 6,8) = 1,975
Titik P = 2,103 – (0,00041 . 10,7) = 2,099
Titik Q = 2,012 – (0,00041 . 9,2) = 2,008
Titik R = 1,949 – (0,00041 . 7,8) = 1,986

4. Mencari Beda Tinggi Antara Dua Titik


Beda tinggi antara dua titik dapat dicari dengan rumus berikut.
ΔH = BTbk – BTmk
Keterangan :
ΔH = Beda tinggi antara dua titik
BTbk = Benang tengah belakang koreksi
BTmk = Benang tengah muka koreksi
Berikut perhitungan beda tinggi antara dua titik.
ΔH A-B = 0,121 - 1,707 = -1,5864
ΔH B-C = 1,074 - 1,154 = -0,0808
ΔH C-D = 0,854 - 1,513 = -0,6586
ΔH D-E = 1,478 - 0,757 = 0,7208
ΔH E-F = 2,337 - 0,244 = 2,0931
ΔH F-G = 2,493 - 0,264 = 2,2287
ΔH G-H = 2,317 - 0,100 = 2,2171
ΔH H-I = 2,564 - 0,359 = 2,2041
ΔH I-J = 1,832 - 0,872 = 0,9601
ΔH J-K = 1,849 - 1,068 = 0,7808
ΔH K-L = 1,581 - 1,024 = 0,5569
ΔH L-M = 0,272 - 1,862 = -1,5903
ΔH M-N = 1,114 - 1,613 = -0,4990
ΔH N-O = 0,822 - 2,555 = -1,7329
ΔH O-P = 0,662 - 1,975 = -1,3130
ΔH P-Q = 0,537 - 2,099 = -1,5612
ΔH Q-R = 0,505 - 2,008 = -1,5031
16

ΔH R-A’ = 0,672 - 1,946 = -1,2735 +

∑ΔH = -0,0373

5. Mencari Bobot
Untuk mencari bobot dapat menggunakan rumus :

∑d
Bobot =
∑(∑ d )

Keterangan :

Bobot = hasil bagi dari jarak antara dua titik dengan jarak seluruhnya

∑d = jarak antara dua titik

∑(∑d) = jarak keseluruhan

Berikut perhitungan bobot di tiap titik :

22,6 31,8
Titik A-B :
435,7
= 0,0519 Titik J-K :
435,7
= 0,0730

25,5 31,7
Titik B-C :
435,7
= 0,0585 Titik K-L :
435,7
= 0,0728

24,6 31,1
Titik C-D :
435,7
= 0,0565 Titik L-M :
435,7
= 0,0714

22 32,1
Titik D-E : 435,7 = 0,0505 Titik M-N : 435,7 = 0,0737
25,2 29,8
Titik E-F :
435,7
= 0,0578 Titik N-O :
435,7
= 0,0684

26,2 13,7
Titik F-G :
435,7
= 0,0601 Titik O-P :
435,7
= 0,0314

20,2 19,5
Titik G-H :
435,7
= 0,0464 Titik P-Q :
435,7
= 0,0448

30,2 18,6
Titik H-I :
435,7
= 0,0693 Titik Q-R :
435,7
= 0,0427

14,1 16,8
Titik I-J :
435,7
= 0,0324 Titik R-A’ :
435,7
= 0,0386

∑BOBOT =1
17

6. Mencari Beda Tinggi Koreksi

Mencari beda tinggi koreksi dapat digunakan rumus : ΔHk = ΔH – (∑ΔH x bobot)
Keterangan :
ΔHk = beda tinggi koreksi
ΔH = beda tinggi antara 2 titik
∑ΔH = jumlah dari beda tinggi antara dua titik
Bobot = hasil bagi dari jarak antara dua titik dengan jarak seluruhnya
Berikut adalah perhitungan beda tinggikoreksi :
ΔHk A-B = -1,5864 - (-0,0373 x 0,0519) = -1,5845
ΔHk B-C = -0,0808 - (-0,0373 x 0,0585) = -0,0786
ΔHk C-D = -0,6586 - (-0,0373 x 0,0565) = -0,6565
ΔHk D-E = 0,7208 - (-0,0373 x 0,0505) = 0,7227
ΔHk E-F = 2,0931 - (-0,0373 x 0,0578) = 2,0952
ΔHk F-G = 2,2287 - (-0,0373 x 0,0601) = 2,2309
ΔHk G-H = 2,2171 - (-0,0373 x 0,0464) = 2,2188
ΔHk H-I = 2,2041 - (-0,0373 x 0,0693) = 2,2067
ΔHk I-J = 0,9601 - (-0,0373 x 0,0324) = 0,9613
ΔHk J-K = 0,7808 - (-0,0373 x 0,0730) = 0,7835
ΔHk K-L = 0,5569 - (-0,0373 x 0,0728) = 0,5596
ΔHk L-M = -1,5903 - (-0,0373 x 0,0714) = -1,5876
ΔHk M-N = -0,4990 - (-0,0373 x 0,0737) = -0,4962
18

ΔHk N-O = -1,7329 - (-0,0373 x 0,0684) = -1,7304

ΔHk O-P = -1,3130 - (-0,0373 x 0,0314) = -1,3119

ΔHk P-Q = -1,5612 - (-0,0373 x 0,0448) = -1,5596

ΔHk Q-R = -1,5031 - (-0,0373 x 0,0427) = -1,5015

ΔHk R-A’ = -1,2735 - (-0,0373 x 0,0386) = -1,2720

∑ΔHk = 0

7. MENCARI TINGGI TITIK, DENGAN TITIK AWAL ADALAH +9240

Mencari beda tinggi dapat di tentukan dengan rumus :

Ti = Ti sebelumnya + ΔHk

Keterangan :

Ti = Tinggi titik

ΔHk = beda tinggi koreksi

Berikut adalahperthitungan titik pada setiap titik :

Tinggi titik A = 9240761,2700 (Tinggi titik awal)

Tinggi titik B = 9240761,2700 + (-1,5845) = 9240759,6855

Tinggi titik C = 9240759,6855 + (-0,0786) = 9240759,6069

Tinggi titik D = 9240759,6069 + (-0,6565) = 9240758,9504

Tinggi titik E = 9240758,9504 + 0,7227 = 9240759,6731

Tinggi titik F = 9240759,6731 + 2,0952 = 9240761,7683

Tinggi titik G = 9240761,7683 + 2,2309 = 9240763,9993

Tinggi titik H = 9240763,9993 + 2,2188 = 9240766,2181

Tinggi titik I = 9240766,2181 + 2,2067 = 9240768,4248

Tinggi titik J = 9240768,4248 + 0,9613 = 9240769,3861


19

Tinggi titik K = 9240769,3861 + 0,7835 = 9240770,1696

Tinggi titik L = 9240770,1696 + 0,5596 = 9240770,7292

Tinggi titik M = 9240770,7292 + (-1,5876) = 9240769,1416

Tinggi titik N = 9240769,1416 + (-0,4962) = 9240768,6453

Tinggi titik O = 9240768,6453 + (-1,7304) = 9240766,9150

Tinggi titik P = 9240766,9150 + (-1,3119) = 9240765,6031

Tinggi titik Q = 9240765,6031 + (-1,5596) = 9240764,0435

Tinggi titik R = 9240764,0435 + (-1,5015) = 9240762,5420

Tinggi titik A’ = 9240762,5420 + (-1,2720) = 9240761,2700 ok!


BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi bab 4 mengenai pengukuran sipat datar kerangka dasar
vertikal, maka dapat disimpulkan sebagi berikut:
1. Pengukuran menggunakan sipat datar optis adalah pengukuran tinggi garis
bidik alat sipat datar di lapangan melalui rambu ukur.
2. Pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal maksudnya adalah pembuatan
serangkaian titik-titik di lapangan yang diukur ketinggiannya melalui
pengukuran beda tinggi untuk pengikatan ketinggian titik–titik lain yang lebih
detail dan banyak.
3. Tujuan pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal adalah untuk
memperoleh informasi tinggi yang relatif akurat di lapangan sedemikian rupa
sehingga informasi tinggi pada daerah yang tercakup layak untuk diolah
sebagai informasi yang layak kompleks.
4. Bagian utama pada Alat sipat datar optis adalah
a. Teropong untuk membidik rambu (menggunakan garis bidik) dan
memperbesar bayangan rambu.
b. Nivo tabung berfungsi mengatur agar garis bidik mendatar.
c. Kiap (leveling head/base plate), digunakan untuk menegakan sumbu
kesatu (sumbu tegak) teropong.
d. Sekrup pengunci (untuk mengunci gerakan teropong kekanan/ kiri).
e. Lensa okuler (untuk memperjelas benang).
f. Lensa objektif/ diafragma (untuk memperjelas benda/ objek).
g. Sekrup penggerak halus (untuk membidik sasaran).
h. Vizir (untuk mencari/ membidik kasar objek).
i. Statif (tripod) berfungsi untuk menyangga ketiga bagian tersebut di atas.
5. Peralatan yang digunakan pada pengukuran sipat datar optis adalah :
a. alat sipat datar optis
b. rambu ukur 2 buah
c. pita ukur
d. statif
e. payung
f. unting-unting.

20
21

5.2 Implikasi
Implikasi dari pengukuran kerangka dasar vertikal ini adalah :
1. Memahami alat-alat yang digunakan untuk pengukuran kerangka dasar vertikal
2. Memahami bagaimana cara pengambilan pengukuran sesuai prosedur yang
benar
3. Memahami bagaimana cara memasukan data yang diperoleh dari hasil
pengukuran dan mengolahnya untuk memperoleh beda tinggi elevasi tanah
5.3 Rekomendasi
1. Saat mengambil alat sesuaikan kebutuhan alat dengan mencocokan kondisi
waterpass
2. Pastikan alat waterpass, statif, pita ukur, dan lainnya layak pakai
3. Ikuti peraturan dan langkah peraturan dengan benar.
4. Lakukan pengukuran dengan teliti untuk menghindari kesalahan.
5. Saling berkoordinasi antar anggota kelompok untuk saling
bekerjasama dalampelaksanaan pengukuran
DAFTAR PUSTAKA

Purwaamijaya, Iskandar Muda. 2008. Teknik survei dan pemetaan jilid 1. Jakarta :
Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan

Purwaamijaya, Iskandar Muda. 2020. Petunjuk praktik ilmu ukur tanah

22

Anda mungkin juga menyukai