Anda di halaman 1dari 14

KONSEP BIMBINGAN UNTUK SEKOLAH, PELATIHAN, DAN

INDUSTRI
MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kajian Teknologi dan
Vokasi yang diampu oleh Dr. H. Danny Meirawan, M.Pd.

Oleh
Muhammad Fajar Fadlurahman
1802008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha kuasa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
dengan judul “Model Bimbingan untuk Sekolah, Pelatihan, dan Industri” tepat
pada waktunya.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dan berkontribusi dalam proses penulisan makalah ini.
Penulis menyadari masi banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
maaka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para
pembaca agar dapat meningkatkan kualitas karya tulis yang lainnya

Sukabumi, Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
1.1 Latar Belakang........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3 Tujuan Penunlisan..................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Definisi Model Bimbingan......................................................................3
2.2 Model-model Bimbingan untuk Sekolah...............................................5
2.3 Model-model Bimbingan untuk Industri..............................................6
2.4 Model-model Bimbingan untuk Pelatihan............................................8
BAB III PENUTUP..............................................................................................11
3.1 Simpulan.................................................................................................11
3.2 Saran.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk filosofis, artinya bahwa manusia
memilikisebuah pengetahuan dan kemampuan untuk berfikir, manusia juga
memiliki suatu sifat yang unik, serta memiliki perbedaan dengan makhluk yang
lain dalam perkembangannya. Keterkaitan dari keragaman ini adalah bahwa setiap
peserta didik itu memiliki kebebasan untuk menentukan dan mengembangkan
dirinya berdasarkan pada keunikan atau tiap-tiap potensi yang ada pada dirinya
tanpa menimbulkan adanya suatu masalah dengan lingkungan disekitarnya, maka
dalam prosesnya diperlukan proses bimbingan
Proses bimbingan ditunjukkan untuk membantu/membimbing peserta
didik dalam menghadapi dan mengatasi problematiknya dalam berbagai bidang
yang sedang dihadapi, dan membuat peserta didik menjadi berkembang, Ada
prosedur yang perlu diketahui oleh para pendidik maupun calon pendidik dalam
membimbing pesert didik ke arah perkembangan yang optimal maka diperlukan
pengetahuan tentang model-model pelayanan bimbingan untuk sekolah, pelatihan
dan industri, Model-model bimbingan dimaksudkan untuk membekali mahasiswa
calon guru agar mampu menyelenggarakan/mengaplikasikannya di waktu yang
akan datang

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Model Bimbingan untuk Sekolah ?
2. Bagaimana Model Bimbingan untuk Industri ?
3. Bagaimana Model Bimbingan untuk Pelatihan ?

1.3 Tujuan Penunlisan


1. Untuk mengetahui dan memahami model-model bimbingan untuk Sekolah
2. Untuk mengetahui dan memahami model-model bimbingan untuk
Pelatihan
3. Untuk mengetahui dan memahami model-model bimbingan untuk Industri

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Model Bimbingan


Bimbingan adalah suatu proses yang membantu peserta didik agar dapat
memahami bahwa tiap individu itu memiliki kebebasan untuk menentukan dan
mengembangkan dirinya berdasarkan pada keunikan atau tiap-tiap potensi yang
ada pada dirinya tanpa menimbulkan adanya suatu masalah dengan lingkungan
disekitarnya, proses bimbingan ini bersifat konstruktif untuk membangun,
mengembangkan kepribadian peserta didik,. Istilah Model menurut Shertzer dan
Stone (1981) yaitu suatu konseptualisasi yang luas, bersifat teoritis namun belum
memenuhi semua persyaratan bagi suatu yang luas, bersifat teoritis namun belum
memenuhi semua persyaratan bagisuatau teori ilmiah
Di dalam prosesnya pembimbing lebih memprioritaskan kehendak dan
keputusan dari peserta didik dibandingkan kehendak diri sendiri karena di dalam
prosesnya pembimbing menjadi fasilitator bagi peserta didik untuk mengetahui
dan mengembangkan potensi dan keunikan diri sendiri
Model bimbingan pendidikan dari berbagai ahli, sebagai berikut :
1. Model Parsonian
Dikemukakan oleh Frank Parsons, menciptakan istilah Vocational
Guidance, menekankan ragam jabatan bimbingan dengan menganalisis diri
sendiri, analisis terhadap bidang pekerjaan, serta memadukan keduanya dengan
berfikir rasional dan mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan data
serta wawancara konseling, Maksudnya ketika individu bekerja pada pekerjaan
yang sesuai dengan karakteristiknya, maka ia akan menguntungkan dirinya dan
juga masyarakat atau tempat individu itu bekerja, Ada 3 faktor yang
mempengaruhi keberhasilan memilih pekerjaan menurut Parsons, yaitu
a. Man Analysis
Dalam hal ini Pembimbing dan klien/peserta didik bekerja sama
untuk memahami apa minat, bakat, kemampuan dan keunikan yang
dimilik peserta didik

11
4

b. Job Analysis
Peserta Didik mempelajari tentang berbagai dunia pekerjaan, apa
persyaratannya, bagaimana peluangnya, dan bagaimana prospek pekerjaan
tersebut
c. Joint and Cooperative Comparison of These Two Sets of Analysis
Dengan menganalisis indvidu itu sendiri dan pekerjaan yang akan
dipilih, hasil dari kedua analisis tersebut digabungkan untuk membuat
keputusan mengeai pekerjaan yang diambil
Model ini memberikan kontribusi dalam perkembangan bimbingan, terutama
dalam membantu individu memilih pekerjaan

2. Model William M. Proctor (1925),


Mengembangkan model bimbingan dan mengenalkan dua fungsi
yaitufungsi penyaluran dan fungsi penyesuaian menyangkut bantuan yang
diberikan kepada siswa dalam memilih program studi, aktivitas ekstrakurikuler,
bentuk rekreasi, membantu mengambil langkah dalam mencapai cita-cita yang
sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan siswa

3. Model John M. Brewer (1932)


Mengembangkan ragam bimbingan seperti bimbingan belajar, bimbingan
rekreasi, bimbingan kesehatan, bimbingan moral dan bimbingan perkembangan.
Model ini tidak hanya mengenai bimbingan jabatan saja.

4. Model Bimbingan Identik dengan Pendidikan


Tujuan dari model bimbingan ini adalah
a. Keanggotaan keluarga.
b. Klaim
c. Kemasyarakatan
d. Penggunaanwaktu.
e. Kesehatan.
f. Proses mental dasar.
d. Karakter etika
5

Kelebihan dari model bimbingan ini adalah memperluas konsep


bimbingan dari bimbingan karir ke bimbingan pendidikan, Implementasinya
adalah bimbingan identik dengan pendidikan maka perlu “diajarkan” sesuai
dengan kurikulum 2006 KTSP, guru pemimbing diberikan kesempatan masuk
kelas selama 2 jam pelajaran per minggu, Bimbingan tidak dapat dipisahkan
dengan sekolah karena saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya

2.2 Model-model Bimbingan untuk Sekolah


Bimbingan yang dilakukan dengan metode bimbingan, pendampingan, dan
pengawasan menunjukan hasil yang sangat baik untuk pembentukan karakter
peserta didik, pengetahuan tentang karir kerja peserta didik, dan prestasi kerja
praktik peserta didik, jika bimbingan kejuruan dilakukan sesuai dengan prosedur
yang benar dan sesuai dengan pedoman yang disyaratkan maka tingkat
keberhasilan proses bimbingan akan sangat memuaskan.
Layanan bimbingan karir di PTK hendaknya dapat membantu peserta
didik mencari dan menemukan bidang karir yang cocok dengan dirinya, layanan
bimbingan karir hendaknya membantu siswa agar mampu :
a. Mengembangkan kesadaran akan perlunya penerapan yang lebih
khusus dari tujuan karir
b. Mengembangkan rencana yang lebih khusus guna menerapkan
tujuan karier
c. Melaksanakan rencana-rencana untuk dapat memenuhi syarat guna
memasuki pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran yang
mendukung pekerjaan, latihan dalam jabatan, dan mengejar latihan
lebih lanjut di perguruan tinggi atau pendidikan setelah sekolah
lanjutan yang mengantarkan siswa pada kualifikasi untuk suatu
pekerjaan khusus
PTK memiliki kemitraan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri yang
memberikan manfaat ekonomis dengan memanfaatkan sumber daya dan fasilitas
yang ada, Pola kemitraan antara PTK dengan DUDI antara lain.
1. Pola inti-plasma, DUDI sebagai inti dan SMK sebagai plasma. Pola ini
tepat dilakukan oleh SMK bidang keahlian Agrobisnis Hasil Pertanian,
6

Perikanan, Kelautan. Inti memiliki perusahaan pengolahan hasil pertanian,


plasma memiliki lahan. Plasma mendapat bantuan modal untuk mengelola
lahan dengan perjanjian hasil panennya dijual ke perusahaan inti.
2. Pola waralaba misalnya DUDI yang sudah memiliki brand (merek)
terkenal memberi waralaba kepada SMK untuk memperluas usahanya.
Jenis waralaba yang sering dijual misalnya waralaba bidang makanan
seperti bebek goreng, kebab turki, ayam penyet yang dapat dilakukan oleh
SMK bidang keahlian Tata Boga, dsb.
3. Pola perdagangan umum dapat dilakukan dengan cara SMK sebagai
pemasok barang, memproduksi barang atau jasa bagi mitra dagangnya.
Barang-barang yang dapat diproduksi SMK misalnya makanan,
minuman,benda kerajinan, hasil-hasil pertanian, spare part, yang dapat
dilakukan oleh SMK bidang keahlian: Teknik Mesin, Desain dan Produksi
Kriya, Agribisnis, dan Tata Niaga, dll.
4. Pola kerjasama operasional dilakukan dengan cara DUDI melibatkan
beberapa pekerjaan proyek yang sifatnya sementara sampai dengan
pekerjaan selesai misalnya proyek pemetaan lahan, proyek pembangunan
masyarakat desa yang sebagian dilakukan oleh SMK bidang keahlian
Teknik Bangunan dan Teknik Survei dan Pemetaan.
5. Kemitraan pola penyumberluaran dijalankan pada bidang dan jenis usaha
yang bukan merupakan pekerjaan pokok dan/atau bukan komponen pokok
DUDI. SMK dapat sebagai penyedia dan pelaksana jasa pekerjaan.
6. Joint enterprise atau kerja sama penanaman modal dengan membentuk
badan hukum baru misalnya usaha penyewaan gedung, hotel, Lembaga
Pelatihan Keterampilan (LPK). DUDI membangunkan fasilitas usaha yang
akan dikelola bersama.

2.3 Model-model Bimbingan untuk Industri


Dunia Industri memang bejenjang dan bisa dikategorikan. Namun, tidak
sama halnya dengan sekolah, bimbingan di dunia industri sangat beragam, baik
dari segi usia maupun latar belakang karyawannya
7

Konseling di dunia industri memiliki ruang yang sangat luas, karena


sebenarnya kita sedang membicarakan mengenai apa itu industri, siapa
konselornya, karywannya (sebagai konseli), dan sistemnya
Steve Cooper (2005:14) mendefinisikan konseling di industri sebagai
usaha yang sengaja untuk menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang
dapat memberdayakan karyawan, menenangkan karyawan, membantu atau
memberikan konsultasi untuk menyelesaikan masalah mereka dengan cara mereka
sendiri
Model-model Bimbingan pelatihan yang berdasarkan kepada kebutuhan
seseorang adalah sebagai berikut
1. Directive Counseling
Directive Counseling adalah proses mendengaran masalah emosional
individu membuat keputusan bersama tentang apa yang harus dilakukan dan
memberitahu serta memotivasinya untuk melakukan hal tersebut, Model
bimbingan Directive Counseling sebagian besar menggunakan fungsi konseling
nasihat (advice) juga reassurance, communication, memberikan emotional
release dan sedikit clarified thinking. Konselor Directive Counseling harus
menjadi pendengar yang baik jika ingin memahami masalah karyawan sehingga
karyawan mampu mengalami emotional release. Setelah mengalami emotional
release disertai beberepa ide dari konselor, karyawan diharapkan dapat
menjernihkan pikirannya, Directive counseling tidak terlalu disukai karena tidak
tepat untuk situasi konseling saat ini
2. Non-directive Counseling
Non-directive counseling adalah proses mendengarkan karyawan
sepenuhnya dan mendorong untuk menjelaskan masalah emosionalnya,
memahami masalah tersebut dan menentukan tindakan-tindakan yang akan
diberikan. Tipe konseling ini memfokuskan perhatian pada karyawan, konselor
tidak bertindak sebagai penilai atau penasihat karenanya bimbingan ini bisa
disebut juga dengan bimbingan client-centered. Konselor non-directive
counseling tidak menggunakan advice dan reassurance, tetapi menggunakan
empat fungsi konseling lainnya, Emotional release lebih efektif digunakan dalam
non-directive counseling dan clarified thinking. Keuntungan khas dari non-
8

directive adalah kemampuannya untuk mengarahkan karyawan melakukan


reorientation yang menekankan perubahan pada dirinya. Dalam tipe Non-
directive counseling ini membangun suatu hubungan permisif yang mengarahkan
client untuk berbicara dengan bebas sampai merasa bahwa kebutuhan akan
pertolongan konselor berkurang dan menyadari hubungan konseling harus
berakhir, Non-directive counseling yang murni dilakukan oleh karyawan tidak
banyak digunakan karena biaya yang mahal dan keterbatasan lainnya
3. Cooperative Couseling
Untuk mengatasi dua tipe konseling yang ekstrim pada dua model
bimbingan sebelumnya, ada metode yang merupakan penggabungan kedua model
bimbingan sebelumnya tersebut yang dinamakan cooperative counseling. Karena
Cooperative counseling penggabungan dua model sebelumnya maka dalam
prosesnya Cooperative counseling dimulai dengan menggunakan teknik
mendengarkan non-directive counseling, tetapi ketika interview berkembang,
manajer memainkan peran yang lebih positif daripada memainkan peran konselor
non-directive.
Cooperative counseling tidak sepenuhya client-centered juga tidak
sepenuhnya counselor-centered, tetapi merupakan kerjasama saling
menguntungkan antara konselor dengan karyawan untuk menerapkan perbedaan
pandangan pengetahuian dan nilai terhadap masalah. Hal ini ditetapkan sebagai
diskusi yang saling menguntungkan tentang masalah emosional karyawan dan
usaha kerja sama untuk membangun kondisi yang memulihkan karyawan
Secara umum, manajer dalam perannya sebagai konselor cooperative
menerapkan empat fungsi konseling yaitu reassurance, communications,
emotional release dan clarify thinking. Dalam konseling, karyawan lebih banyak
berbicara sedangkan konselor lebih banyak mendengarkan. Konselor lebih
berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2.4 Model Bimbingan untuk Pelatihan


Dalam penelitian di UPI, pelatihan adalah sebuah konsep terprogram yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterempilan individu
9

berkembang pesat dan modern, Model-model bimbingan untuk pelatihan


berdasarkan kepada kebutuhan seseorang adalah sebagai berikut.
1. Model Induktif
Pendekatan yang digunakan dalam model induktif menekankan pada usaha
yang dilakukan dari pihak yang terdekat, langsung, dan bagian-bagian ke arah
pihak yang luas, dan menyeluruh, melalui pendekatan ini diusahakan secara
langsung pada kemampuan yang dimiliki pada setiap sasaran didik, lalu
membandingkannya dengan kemampuan yang diharapkan akan dimiliki sesusai
dengan tuntutan yang datang kepada dirinya. Model Induktif ini digunakan untuk
mengidentifikasi jenis kebutuhan belajar yang bersifat kebutuhan terasasa (felt
need) atau kebutuhan belajar dalam pelatihan yang dalam prosesnya akan
dirasakan langsung, Oleh karena itu, model pendekatan ini digunakan bagi peserta
pelatihan yang sudah ada (hadir menjadi peserta pelatihan)
Keuntungan model induktif ini adalah dapat memperoleh informasi yang
langsung dan tepat mengenai jenis kebutuhan peserta pelatihan sehingga
memudahkan kepada tutor untuk memilih materi pelatihan/pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan peserta. Namun kerugiannya, dalam menetapkan materi
pendidikan yang bersifat menyeluruh, dan umum untuk peserta pelatihan yang
banyak dan luas akan membutuhkan waktu, dana, dan tenaga yang banyak dan
tidak sedikit. Karena setiap peserta pelatihan yang mempunyai kecenderungan
ingin atau harus belajar dimintai informasinya mengenai kebutuhan pelatihan
(belajar) yang diinginkan peserta
2. Model Deduktif
Pendekatan pada model ini dilakukan secara umum, dengan sasaran yang
luas Apabila akan menetapkan kebutuhan pelatihan unutuk peserta pelatihan yang
memiliki karakteristik yang sama maka pelaksaan identifikasinya dilakukan
pengajuan pertimbangan kepada semua peserta pelatihan (sasaran). Hasil
identifikasi diduga dibutuhkan untuk keseluruhan peserta pelatihan (sasaran) yang
mempunyai ciri-ciri yang sama, hasil identifikasi digunakan dalam menyusun
materi pelatiham yang sifatnya massal dan menyeluruh
Keuntungan dari Bimbingan Model Deduktif ini adalah bahwa hasil
identifikasi dapat diperoleh dari sasaran yang luas, relatif lebih efisien dibanding
10

dengan tipe induktif karena informasi kebutuhan belajar yang diperoleh dapat
digunakan untuk penyelenggaraan proses belajar dalam pelatihan secara umum.
Namun demikian, model ini mempunyai kelemahan dari segi efektivitasnya,
karena belum tentu semua peserta pelatihan(sasaran) diduga memiliki
karakteristik yang sama akan memanfaatkan, dan membutuhkan hasil identifikasi
tersebut. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwakeanekaragaman peserta
pelatihan (sasaran) cenderung memiliki minat dan kebutuhan belajar yang berbeda

3. Model Klasik

Model klasik ditujukan untuk menyesuaikan bahan belajar yang ditetapkan


dalam kurikulum dengan kebutuhan belajar yang dirasakan peserta pelatihan,
berbeda dengan model induktif, pada model ini tutor telah memiliki pedoman
yang berupa kurikulum, umpamanya Kurikulum pelatihan prajabatan, kurikulum
pelatihan kepemimpinan, satuan pelajarandalam pelatihan, modul, hand-out dll.
Identifikasi kebutuhan belajar pelatihan dilakukan secara terbuka dan langsung
kepada peserta pelatihan yang sudah ada di kelas, Pelatih mengidentifikasi
kesenjangan di antara kemampuan yang telah dimiliki peserta pelatihan dengan
bahan belajar yang akan dipelajari,
Tujuan dari model klasik ini adalah untuk mendekatkan kemampuan yang
telah dimiliki dengan kemampuan yang akan dipelajari, sehingga peserta pelatihan
tidak akan memperoleh kesulitan dalam mempelajari bahan belajar yang baru.
Keuntungan dari model ini adalah untuk memudahkan peserta pelatihan
dalam mempelajari bahan belajar, di samping kemampuan yang telah dimiliki
akan menjadi modal memahami bahan belajar yang baru, Kerugiannya adalah
bagi peserta pelatihan yang terlalu jauh kemampuan dasarnya dengan bahan
belajar yang akan dipelajari menunut untuk mempelajari terlebih dahulu
kesenjangan kemampuan tersebut, sehingga dalam mempelajari terlebih dahurulu
kesenjangan kemampuan tersebut, sehingga dalam mempelajari kebutuhan belajar
yang diharapkannya membutuhkan waktu yang lama
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Bimbingan adalah suatu proses yang membantu peserta didik agar dapat
memahami bahwa tiap individu itu memiliki kebebasan untuk menentukan dan
mengembangkan dirinya berdasarkan pada keunikan atau tiap-tiap potensi yang
ada pada dirinya tanpa menimbulkan adanya suatu masalah dengan lingkungan
disekitarnya, proses bimbingan ini bersifat konstruktif untuk membangun,
mengembangkan kepribadian peserta didik
Bimbingan Sekolah yang dilakukan dengan metode bimbingan,
pendampingan, dan pengawasan menunjukan hasil yang sangat baik untuk
pembentukan karakter peserta didik, pengetahuan tentang karir kerja peserta didik,
dan prestasi kerja praktik peserta didik, jika bimbingan kejuruan dilakukan sesuai
dengan prosedur yang benar dan sesuai dengan pedoman yang disyaratkan maka
tingkat keberhasilan proses bimbingan akan sangat memuaskan.
Bimbingan Pelatihan yang terprogram bertujuan unutk meningkatkan
kemampuan seseorang, dalam pelatihan terdapat tiga model umum yang
dijelaskan yaitu Model Deduktif, Induktif, dan Kreatif yang diantara ketiga nya
mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing
Bimbingan di industri memiliki ruang lingkup yang sangat luas karena
membicarakan mengenai apa itu industry, siapa konselornya, siapa karyawan dan
sistemnya, Bimbingan di Industri sebagai usaha yang sengaja untuk menciptakan
dan memelihara lingkungan kerja yang dapat memberdayakan karyawan,
menenangkan karyawan, membantu atau memberikan konsultasi untuk
menyelesaikan masalah mereka dengan cara mereka sendiri
3.2 Saran
Mahasiswa S-1 PTB sebagai calon guru diharapkan memperdalam
pemahaman tentang model model pembelaran ini agar nantinya bisa bermanfaat di
dunia pekerjaan, dan mampu mengaplikasikannya di sekolah, pelatihan maupun di
industri

11
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Diah (2010). Model-model Bimbingan dan Konseling : Universitas


Negeri Semarang
Boharudin. (2011). Desain Praktek Konseling Industri. Riau: Universitas Islam
Negeri Riau.
Drs. Tohirin, M.pd. (2007). Bimbingan dan konseling di Sekolah dan
Madrasah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Supriatna, M & Budiman, N. (2020). Bimbingan Karir di SMK. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.

12

Anda mungkin juga menyukai