Anda di halaman 1dari 2

TITIK DASAR TEKNIK

Titik Dasar Teknik adalah titik yang mempunyai koordinat yang diperoleh dari suatu pengukuran
dan perhitungan dalam suatu system tertentu yang berfungsi sebagai titik control atau titik ikat
untuk keperluan pengukuran dan rekonstruksi batas. (Pasal 1 butir 13 PP No. 24/1997). TDT
dilaksanakan berdasarkan kerapatan dan dibedakan atas orde 0, 1, 2, 3, 4 serta TDT Perapatan.
Pemasangan TDT orde 0 dan orde 1 dilaksanakan oleh Bakosurtanal, sedangkan orde 2, 3, 4 serta
Titik Dasar Teknik Perapatan dilaksanakan oleh BPN.
A.  Kerapatan TDT
Kerapatan Titik Dasar Teknik diklasifikasikan berdasarkan menurut tingkat kerapatannya. Titik
dasar teknik orde 2 dilaksanakan dengan kerapatan  ± 10 kilometer.  Titik dasar teknik orde 3
dilaksanakan dengan kerapatan  ± 1 - 2 kilometer. Titik dasar teknik orde 4 merupakan titik
dasar teknik dengan kerapatan hingga 150 meter. Titik dasar teknik perapatan merupakan hasil
perapatan titik dasar teknik orde 4.
 
B.    Warna, bentuk, ukuran TDT

1.    Titik dasar teknik orde 2 dibuat dengan konstruksi beton dari campuran semen, pasir dan
kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3 dengan diameter  tulang besi  12 mm, yang besarnya
sekurang-kurangnya 0,35 m x 0,35 m dan tinggi sekurang-kurangnya 0,80 m,dan berdiri di atas
beton dasar dengan ukuran 0,55 m x 0,55 m dan tinggi 0,2 m, diber i warna biru dan dilengkapi
dengan marmer dan logam yang berbentuk tablet yang memuat sekurang-kurangnya nomor titik
dasar teknik tersebut .

2.    Titik dasar teknik orde 3 dibuat dengan konstruksi beton dar i campuran semen, pasir dan
kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3 dengan diameter tulang besi 8 mm, yang besarnya
sekurang-kurangnya 0,30 m x 0,30 m dan tinggi sekurang-kurangnya 0,60 m, dan berdiri di atas
beton dasar dengan ukuran 0,40 m x 0,40 m dan tinggi 0,20 m, diberi warna biru dan dilengkapi
dengan logam yang berbentuk tablet yang memuat  sekurang kurangnya nomor titik dasar teknik
tersebut .

3.    Titik dasar teknik orde 4 dibuat dengan konstruksi yang dapat disesuaikan dengan kondisi di
lapangan. Konstruksi TDT orde 4 dibedakan untuk daerah padat dan terbuka, sebagai berikut :
·         Daerah padat adalah daerah dengan tingkat pembangunan yang cukup tinggi, yang
ditandai dengan cepatnya perubahan fisik di daerah tersebut dan pola penggunaan tanah yang
menjurus kearah permukiman dan jasa. Mengingai perubahan tersebut, pemasangan TDT
menggunakan 2 (dua) alternatif, yaitu :

1.    Alternatif pertama berupa konstruksi beton dan ditempatkan pada trotoar-trotoar jalan, bahu
jalan, dan sebagainya, yang diperkirakan lokasi TDT tersebut akan mengalami perubahan fisik.

2.    Alaternatif kedua berupa bahan kuningan, misalnya pada lokasi bidang tanah di mana pada
bidang tersebut telah berdiri bangunan permanen dan bangunan tersebut tidak akan dibongkar
dalam waktu yang cukup lama.
·         Daerah terbuka adalah daerah dengan tingkat pembangunan yang lambat, yang ditandai
dengan pola umum penggunaan tanah yang menjurus kea rah pertanian sederhana yang
dilakukan oleh penduduk sekitarnya. Konstruksi TDT pada daerah ini berupa konstruksi beton,
dengan harapan bahwa TDT ini dapat dipakai dalam waktu yang cukup lama.

Selain kedua konstruksi tersebut, TDT dapat juga dibuat berdasarkan tugu-tugu instansi lain
yang telah terpasang di daerah tersebut. Hal ini dilakukan untuk dapat menyatukan sistem
pemetaan yang telah dikembangkan BPN dengan sistem pemetaan di instansi-instansi lainnya,
dengan syarat kondisi fisiknya baik (tidak pecah, retak), stabil (tidak goyang) dan pada lokasi
tugu tersebut dimungkinkan dilaksanakannya pengukuran dengan alat ukur sudut dan jarak.
Misalnya tugu-tugu yang dibangun oleh Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Pajak Bumi
dan Bangunan, Bakosurtanal, Direktorat Tata Kota, dan lain-lain. Bila hal ini dilaksanakan, tugu
tersebut tidak perlu diubah konstruksi fisiknya dan tidak dilaksanakan pergantian nomor tugu di
lapangan.
TDT Perapatan dibuat dengan alasan tidak dimungkinkannya dilakukan pengikatan langsung
suatu bidang tanah dari TDT orde 0,1, 2, 3 atau 4. Untuk itu diperlukan titik-titik bantu yang
merapatkan TDT tersebut dan bersifat sementara, atau dengan kata lain hanya dipergunakan
pada saat pengukuran bidang tanah dilaksanakan. Dalam praktek di lapangan, TDT Perapatan
dibuat dengan bahan sederhana yang tersedia di daerah setempat, misalnya patok kayu, paku
seng. Bahan-bahan ini nantinya tidak digunakan untuk waktu yang cukup lama karena pada
dasarnya walaupun pengikatan suatu bidang tanah dilakukan dari TDT Perapatan, pekerjaan
rekonstruksi batas tetap dilaksanakan dengan mengikatkan kepada TDT orde 0, 1, 2, 3 atau 4.
 
 
 
C.   Penomoran TDT
1.     Titik dasar teknik orde 2 diberi nomor yang unik/tunggal sebanyak lima digit yang terdiri
dari dua digit kode propinsi dan tiga digit nomor urut.
2.    Titik dasar teknik orde 3 diberi nomor yang unik/tunggal sebanyak tujuh digit yang terdiri
dari dua digit kode propinsi, dua digit kode kabupaten/kota madya dan tiga digit nomor urut.
3.       Titik dasar teknik orde 4 diberi nomor yang unik/tunggal berdasarkan wilayah
desa/kelurahan sebanyak tiga digit.
 
D.   Pengukuran TDT
Pengukuran TDT dilaksanakan dengan menggunakan metode pengamatan satelit atau metode
lainnya (Pasal 7). TDT dipakai sebagai pengikatan bidang tanah dan pengikatan bagi perapatan
TDT dengan ketelitian di bawahnya.
Berkaitan dengan pengukuran TDT yang harus diikatkan terhadap TDT yang lebih tinggi ordenya,
TDT orde 2 harus lebih teliti dibandingkan dengan TDT orde 3 dan 4. TDT orde 3 harus lebih teliti
dibandingkan dengan TDT orde 4.
Sehubungan dengan keterbatasan sumberdaya dan peralatan, Kantor Wilayah BPN dan Kantor
Pertanahan hanya melaksanakan pengukuran TDT orde 4 dan TDT Perapatan, serta Direktorat
Pengukuran melaksanakan pengukuran TDT orde 2, 3, 4 dan TDT Perapatan. Pengukuran TDT
orde 2 dan 3 dapat dilaksanakan oleh Kanwil dan atau Kantor Pertanahan setelah mendapat
pelimpahan wewenang dari Direktur Pengukuran setelah mempertimbangkan kesiapan
sumberdaya manusia dan peralatannya. Metode pengukuran yang dapat dipakai adalah
pengamatan satelit, pengukuran terestrial dan pengukuran fotogrametrik.
Pemasangan titik dasar teknik yang berfungsi sebagai pengikatan berarti  bahwa setiap bidang
tanah dalam pendaftaran tanah sistematik ataupun sporadik harus diikatkan kepada titik dasar
teknik tersebut, sedangkan yang berfungsi sebagai perapatan berarti bahwa pemasangan titik
dasar teknik tersebut adalah merapatkan titik dasar teknik yang telah ada dan tersebar di suatu
wilayah.
Mengingat fungsi-fungsi tersebut di atas, tahapan kegiatan pemasangan titik dasar teknik adalah
sebagai berikut :
a.             Inventarisasi
b.            Perencanaan
c.             Survei Pendahuluan
d.            Monumentasi

Anda mungkin juga menyukai