Anda di halaman 1dari 25

FOTOGRAMETRI DIGITAL

Kelas B

PROSES KALIBRASI KAMERA MENGGUNAKAN

PHOTOMODELER SCANNER

Dosen:

Agung Budi Cahyono, ST., M.Sc., DEA

Dosen Asistensi :

Cherie Bhekti Pribadi, S.T, M.T

Oleh :

Riva Dianita 03311540000048

TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN
DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis hingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Asistensi Fotogrametri Digital dengan lancar dan tepat
pada waktunya.
Laporan ini telah penulis susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Agung Budi Cahyono, ST., M.Sc., DEA selaku dosen pengajar mata kuliah
Fotogrametri Digital Kelas B Teknik Geomatika ITS
2. Cherie Bhekti Pribadi, S.T.,M.T., dosen asistensi mata kuliah Fotogrametri Digital
Teknik Geomatika ITS
3. Staff dan Karyawan Lab Geospasial Teknik Geomatika yang telah mempersiapkan
fasilitas di laboratorium.
4. Teman-teman yang telah membantu dalam praktikum sehingga terselesaikan tugas
laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari kelengkapan
isi dan penjelasannya, segi susunan kalimat, maupun tata bahasa. Oleh karena itu penulis
menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki laporan serupa di kemudian hari.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan tentang praktikum Penginderaan Jauh ini
dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Surabaya, 10 Oktober 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ............................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ 4
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 5
1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................................. 6
2.1 Fotogrametri ...............................................................................................................6
2.2 Fotogrametri Digital ................................................................................................... 7
2.3 Grid Kalibrasi ............................................................................................................. 9
2.4 Kalibrasi Kamera ..................................................................................................... 10
2.5 Software PhotoModeler Scanner ............................................................................. 11
BAB III PELAKSANAAN .................................................................................................... 12
3.1 Alat Dan Bahan ......................................................................................................... 12
3.2 Tempat Dan Waktu Praktikum .............................................................................. 14
3.3 Petunjuk Praktikum ................................................................................................. 14
BAB IV HASIL DAN ANALISA ......................................................................................... 22
4.1 Hasil dan Analisa Praktikum .................................................................................. 22
4.2 Parameter Kalibrasi ................................................................................................. 23
BAB V PENUTUP ................................................................................................................. 24
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 25

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perkembangan Alat Restitusi (Dipokusumo, 2004)


Gambar 2.2 Kertas Grid Kalibrasi
Gambar 3.1 Photomodeler Scanner Version 6
Gambar 3.2 Laptop Dell Inspiron 3000 Series
Gambat 3.3 Foto Kertas Grid Kalibrasi
Gambar 3.4 Mouse
Gambar 3.5 Kamera Sony DSC H400
Gambar 3.6 Tripod
Gambar 3.7 Photomodeler Scanner Version 6
Gambar 3.8 Halaman Utama Photomodeler Scanner
Gambar 3.9 Kotak New Project Wizard
Gambar 3.10 Pegambilan Foto Kertas Grid Kalibrasi
Gambar 3.11 Pengambilan Foto ke 1 Sampai ke 12
Gambar 3.12 Pemindahan Foto Kertas Grid Kalibrasi
Gambar 3.13 Proses Kalibrasi (1)
Gambar 3.14 Proses Kalibrasi (2)
Gambar 3.15 Menunggu Proses Kalibrasi ke 12 Foto (1)
Gambar 3.16 Menunggu Proses Kalibrasi ke 12 Foto (2)
Gambar 3.17 Menunggu Proses Kalibrasi ke 12 Foto (3)
Gambar 3.18 Kotak Automatic Camera Calibration
Gambar 3.19 Pemberian Nama pada Kalibrasi Kamera DSC H-400
Gambar 3.20 Proses Penyimpanan Kalibrasi Kamera
Gambar 3.21 Hasil Kalibrasi Kamera
Gambar 3.22 Proses Menyimpan Project
Gambar 3.23 Proses Menyimpan Project dan Memberi Nama File
Gambar 3.24 Hasil Penyimpanan Project
Gambar 4.1 Hasil Kalibrasi Kamera (1)
Gambar 4.2 Hasil Kalibrasi Kamera (2)
Gambar 4.3 Hasil Kalibrasi Yang Diperbesar

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam fotogrametri, kamera merupakan alat yang krusial karena digunakan untuk
menghasilkan photo. Dalam proses fotogrametri, setiap pengambilan foto dengan kamera
dimungkinkan terjadinya error (salah pengoperasian/hasil). Oleh karena itu, perlu
dilakukan kalibrasi kamera, agar kamera tepat dalam hasilnya dan diketahui parameter-
parameternya. Saat ini telah tersedia software yang menunjang dalam melakukan
pengoreksian data foto, yaitu PhotoModeler Scanner version 6.
Kamera fotogrametri tidak mempunyai lensa yang sempurna, sehingga proses
perekaman yang dilakukan akan memiliki kesalahan. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengkalibrasian kamera untuk dapat menentukan besarnya penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi. Kalibrasi adalah kegiatan untuk memastikan hubungan antara harga-harga
yang ditunjukkan oleh suatu alat ukur dengan harga yang sebenarnya dari besaran yang
diukur. Kalibrasi kamera dilakukan untuk menentukan parameter distorsi, meliputi
distorsi radial dan distorsi tangensial, serta parameter-parameter lensa lainnya, termasuk
juga principal distance (c), serta titik pusat fidusial foto.
Parameter kalibrasi kamera memegang peranan penting kunci untuk mendapatkan
tingkat keakurasian yang tinggi untuk titik-titik koordinat obyek yang terekam / diukur
melalui foto digital. Indikasi ketelitian adalah jarak dan bentuk yang benar antara hasil
pengukuran di foto dibanding dengan data lapangan. Dengan demikian parameter
kalibrasi beserta ketelitiannya yang harus didapatkan. Dalam fotogrametri, parameter
tersebut disebut parameter orientsi dalam (interior orientation) dan merupakan syarat
utama untuk menghasilkan foto yang akurat.
Foto yang dipotret menggunakan kamera digital mempunyai sistem koordinat
pixel yang mempunyai origin di baris pertama dan kolom pertama untuk setiap foto.
Dalam sistem proyeksi sentral, origin terletak ditengah foto, sehingga sistem koordinat
piksel harus ditransformasi ke sistem koordinat foto. Transformasi dari sistem koordinat
piksel ke sistem koordinat foto disebut sebagai orientasi dalam.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari praktikum Proses Kalibrasi Kamera ini adalah agar
mahasiswa dapat mengoperasikan software Photomodeler Scanner, mampu memahami
cara melakukan kalibrasi kamera menggunakan Photomodeler Scanner.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Fotogrametri

Definisi fotogrametri yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah :


1. Fotogrametri adalah seni atau ilmu untuk memperoleh keterangan kuantitatif yang
dapat dipercaya dari foto udara (ASP dalam Paine,1987)
2. Fotogrametri adalah ilmu, seni, dan teknologi untuk memperoleh ukuran terpercaya dan
peta dari foto (Lillesand and Kiefer, 1994)
3. Fotogrametri adalah seni, ilmu, dan teknologi untuk memperoleh informasi terpercaya
tentang objek fisik dan lingkungan melalui proses perekaman, pengukuran, dan
interpretasi gambaran fotografik dan pola radiasi energi elektromagnetik yang terekam
(Wolf, 1989).
4. Fotogrametri adalah suatu kegiatan dimana aspek-aspek geometrik dari foto udara,
seperti sudut, jarak, koordinat, dan sebagainya merupakan faktor utama (Ligterink,
1991).
5. Fotogrametri didefinisikan sebagai proses pemerolehan informasi metric mengenai
suatu objek melalui pengukuran pada foto (Tao, 2002).
Dari beberapa pengertian tersebut, terdapat dua aspek penting, yakni ukuran
objek (kuantitatif) dan jenis objek (kualtitatif). Kedua aspek tersebut yang kemudian
berkembang menjadi cabang fotogramteri, yakni fotogrametri metrik dan fotogrametri
interpretatif.
1. Fotogrametri Metrik
Fotogrametri Metrik mempelajari pengukuran cermat berdasarkan foto dan
sumber informasi lain yang pada umumnya digunakan untuk menentukan lokasi
relatif titik - titik (sehingga dapat diperoleh ukuran jarak, sudut, luas, volume, elevasi,
ukuran, dan bentuk objek). Pemanfaatan fotogrametri metrik yang paling banyak
digunakan adalah untuk menyusun peta planimetrik dan peta topografi, disamping
untuk pemetaan geologi, kehutanan, pertanian, keteknikan, pertanahan, dan lain-lain.
2. Fotogrametri Interpretatif
Fotogrametri interpretatif terutama mempelajari pengenalan dan identifikasi
objek serta menilai arti pentingnya objek tersebut melalui suatu analisa sistematik dan
cermat. Fotogrametri interpretatif meliputi cabang ilmu interpretasi foto udara dan
penginderaan jauh.
Dalam perkembangannya seiring dengan perkembangan teknologi pencitraan
(imaging) dan komputer, fotogrametri juga dibedakan menjadi dua, yakni
fotogrametri analitik dan fotogrametri digital. Perbedaan keduanya terletak pada jenis
data foto yang digunakan. Fotogrametri analitik menggunakan foto udara analog
dengan analisis manual, sementara fotogrametri digital memanfaatkan foto digital
sebagai sumber datanya dan pengukuran pengukuran objek pada foto dilakukan
secara digital dengan bantuan komputer.
Tujuan mendasar dari fotogrametri adalah membangun secara sunguh-sungguh
hubungan geometrik antara suatu objek dan sebuah citra dan menurunkan informasi

6
tentang objek secara teliti dari citra. Untuk dapat melakukan pekerjaan perlu pemahaman
terhadap azas fotogrametri.
Azas fotogrametri merupakan hal penting bagi penafsir foto, karena ia merupakan
dasar untuk penghitungan kenampakan medan hasil interpretasi dalam kaitannya dengan
lokasi dan bentangannya. Proses kuantifikasi ini penting karena perhatian penafsir pada
apa yang terdapat pada citra hampir selalu disertai dengan memperhatikan dimana
kedudukan objek-objek yang diamati tersebut di lapangan dan bagaimana bentangan
arealnya (Lillesand, Kiefer,dan Chiepman,2006).
Analisis fotogrametrik meliputi aspek yang paling sederhana dengan pengukuran
yang kurang teliti dengan memanfaatkan konsep-konsep geometrik sederhana dan
menghasilkan peta sampai dengan pengukuran rumit dan dengan tingkat ketelitian yang
sangat tinggi dengan mengunakan peralatan yang canggih.
Sebagai sebuah ilmu dan seni, maka untuk memanfaatkan fotogrametri
diperlukan seperangkat pengetahuan mengenai karakteristik foto udara, pengetahuan
interpretasi, matematika dasar, dan ilmu sesuai bidang yang ditekuninya. Bagi para
peminat geomorfologi, geologi, planologi, kehutanan dan sebagainya, interpretasi tingkat
dasar merupakan pengetahuan yang menyeluruh tentang bidangnya tersebut.
Dengan demikian, fotogrametri tanpa pengetahuan dasar dalam bidang lain
tersebut tidak bermakna apa - apa bagi masing-masing bidang. Foto udara juga hanya
berupa kombinasi dari warna yang menggambarkan objek dan nilai digital tertentu yang
mungkin tidak dapat digunakan tanpa pengetahuan dasar interpretasi.

2.2 Fotogrametri Digital


Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu dan teknologi yang berkaitan
dengan proses perekaman, pengukuran/pengamatan, dan interpretasi (pengenalan dan
identifikasi) suatu kondisi permukaan bumi serta objek fisik di atasnya secara presisi
sehingga diperoleh informasi tentang suatu ukuran dan bentuk permukaan bumi serta
objek fisik di atasnya yang dapat dipercaya. Produk dari fotogrametri digunakan oleh
berbagai disiplin yang di dalam kegiatannya berkaitan dengan lahan/permukaan bumi.
Seiring dengan perkembangan teknologi digital, sistem fotogrametri telah
mengalami perkembangan dari sistem fotogrametri analog berkembang menjadi sistem
fotogrametri analitik dan kemudian yang termutakhir adalah sistem fotogrametri digital
(softcopy fotogrametry). Perkembangan sistem fotogrametri berdampak pada
berkembangnya alat restitusi yang digunakan dari alat restitusi analog dan analitik seperti
analog/analitik stereo plotter dimana proses pekerjaannya dilakukan oleh manusia,
berganti menjadi alat restitusi otomatis dimana proses pekerjaannya dikerjakan secara
otomatis menggunakan komputer (gambar ).

7
Gambar 2.1 Perkembangan Alat Restitusi (Dipokusumo, 2004)

Istilah Fotogrametri Digital muncul sejak fotogramteri mengadopsi citra digital


sebagai objek kajian dan berbagai aplikasinya dalam berbagai bidang. Disamping istilah
fotogramteri muncul pula istilah Softcopy Photogrammetry. Kedua istilah tersebut
menunjuk pada hal yang sama. Istilah softcopy photogrammetry secara luas digunakan
di Amerika Serikat, alasan penggunaan istilah tersebut adalah untuk tujuan historis,
dimana citra yang dianalisis berupa file-file komputer yang biasa disebut softcopy.
Di dunia internasional istilah yang digunakan adalah digital photogrammtery.
Perbedaan utama antara fotogrametri digital dengan pendahulunya (analog dan analitik)
adalah berkaitan dengan citra digital yang digunakan secara langsung daripada foto udara
analog. Pada fotogramteri analog, instrument optik dan mekanik digunakan secara luas
untuk mencari hubungan geometrik, sementara pada fotogramteri analitik, pemodelan
geometrik lebih bersifat matematis. Keduanya berkaitan dengan fotografi analog yang
analisisnya menggunakan plotter fotogramterik yang mahal harganya. Tetapi matematika
untuk model pemrosesan data, seperti orientasi, trianggulasi, dan lain-lain masih
digunakan dalam fotogramteri digital secara mapan.
Menurut Dowman (1991) terdapat sejumlah factor penting yang menyebabkan
fotogramteri digital berkembang sangat cepat, faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Ketersediaan jumlah citra digital yang semakin meningkat dari sensor satelit, kamera
CCD, dan penyiam
2. Ketersediaan komputer (DPW) dengan peripheral teknologi yang inovatif dan
terpercaya, seperti ruang penyimpanan yang makin luas, monitor yang mampu
menampilkan warna sebenarnya, transfer data yang cepat, dan teknik
kompresi/dekompresi.
3. Integrasi semua tipe datadalam suatu system informasi komprehensif dan menyatu,
misalnya SIG.
4. Aplikasi real-time, seperti robotic dan control kualitas
5. Desain berbantuan komputer (dalam bidang seni, arsitek bangunan seperti
diperlihatkan oleh gambar diatas, dan aplikasi industrial)
6. Kekurangan operator fotogramteri yang terlatih dan berpengalaman.

8
Citra digital pada umumnya diperoleh dari hasil perekaman dengan menggunakan
sensor non-kamera (scanner, radiometer, spektometer) dan kamera yang detektornya
tidak menggunakan film tetapi menggunakan detector elektronik.
Citra digital tidak selalu merupakan data rekaman langsung, tetapi dapat pula
hasil rekaman data non-digital, seperti gambar dari monitor, televise, atau data fotografik
yang telah dikonversi menjadi bentuk digital (konversi dari kontinum ke diskrit).
Pengolahan citra digital yang berbentuk data diskrit ini dilakukan dengan bantuan
komputer yang bekerja dengan angka-angka presisi terhingga. Dalam fotogrametri
analog, instrument mekanik dan optic (plotter) digunakan untuk membangun relasi
geometrik. Pada fotogrametri analatik, pemodelan geometrik bersifat matematis.
Analisisnya memerlukan plotters fotogrametri yang harganya mahal. Dalam fotogrametri
digital, semua jenis citra (aktif maupun pasif) yang diperoleh dari pesawat terbang,
satelit, dan lain-lain) dapat diproses. Seluruh proses fotogrametri bersifat digital, dan
banyak komponen-komponennya yang telah diotomatisasi.

2.3 Grid Kalibrasi


Proses kalibrasi terjadi ketika suatu obyek yang telah diketahui sebelumnya
diambil oleh kamera, kemudian terjadi perbedaan didalam pengambilan obyek
berikutnya. Setelah itu dilakukan pembetulan citra yang telah diperoleh dengan
membuat perbandingan obyek yang telah didapatkan dalam pengambilan yang
pertama. Didalam mempermudah proses kalibrasi diperlukan sebuah tool kit kalibrasi
yang dinamakan sebagai kalibrasi grid (calibration grid) seperti ditunjukkan pada
gambar.

Gambar 2.2 Kertas Grid Kalibrasi

Kalibrasi dibentuk dari kumpulan titik-titik yang berjarak antara masing-masing


titik-titik tersebut 2 mm dengan garis potong pusat ke pusat yang lain sejauh 1 cm.
Kadangkala juga terjadi perbedaan jarak yang dipengaruhi oleh kualitas dan kalibrasi
printer yang dipakai. Semakin tinggi resolusi printer yang dipergunakan semakin akurat
hasil yang didapatkannya. National instrument memberikan batasan-batasan yang harus
dipenuhi antara lain:
1. Jarak antara x dan y adalah sama.
2. Titik-titik yang ada harus memenuhi keseluruhan area kerja yang dipergunakan.
3. Jarak antara titik satu dengan yang lain adalah sama yaitu 6 sampai dengan 10 pixel.

9
4. Jarak titik potong antara pusat satu dengan pusat yang lainnya berkisar antara 18
sampai dengan 32 pixel.
5. Jarak minimum tepi-tepi dari titik-titik tersebut adalah 6 pixel.

2.4 Kalibrasi Kamera


Kamera fotogrametri tidak mempunyai lensa yang sempurna, sehingga proses
perekaman yang dilakukan akan memiliki kesalahan. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengkalibrasian kamera untuk dapat menentukan besarnya penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi. Kalibrasi adalah kegiatan untuk memastikan hubungan antara harga-harga
yang ditunjukkan oleh suatu alat ukur dengan harga yang sebenarnya dari besaran yang
diukur. Kalibrasi kamera dilakukan untuk menentukan parameter distorsi, meliputi
distorsi radial dan distorsi tangensial, serta parameter-parameter lensa lainnya, termasuk
juga principal distance (c), serta titik pusat fidusial foto. Distorsi lensa dapat
menyebabkan bergesernya titik pada foto dari posisi yang sebenarnya, sehingga
memberikan ketelitian pengukuran yang tidak baik, namun tidak mempengaruhi kualitas
ketajaman citra yang dihasilkan.
Kalibrasi kamera dapat dilakukan dengan berbagai metode. Secara umum
kalibrasi kamera biasa dilakukan dengan tiga metode, yaitu laboratory calibration, on-
the-job calibration dan self-calibration (Atkinson, 1987). Metode lain yang dapat
digunakan antara lain analytical plumb-line calibration dan stellar calibration (Fryer,
1989).
Laboratory calibration dilakukan di laboratorium, terpisah dengan proses
pemotretan objek. Metode yang termasuk di dalamnya antara lain optical laboratory dan
test range calibration. Secara umum metode ini sesuai untuk kamera jenis metrik. On-
the-job calibration merupakan teknik penentuan parameter kalibrasi lensa dan kamera
dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pemotretan objek. Pada self-calibration
pengukuran titik-titik target pada objek pengamatan digunakan sebagai data untuk
penentuan titik objek sekaligus untuk menentukan parameter kalibrasi kamera.
Parameter kalibrasi kamera memegang peranan penting kunci untuk mendapatkan
tingkat keakurasian yang tinggi untuk titik-titik koordinat obyek yang terekam / diukur
melalui foto digital. Indikasi ketelitian adalah jarak dan bentuk yang benar antara hasil
pengukuran di foto dibanding dengan data lapangan. Dengan demikian parameter
kalibrasi beserta ketelitiannya yang harus didapatkan (A. Gruenand Fraser) antara lain
Parameter xo, yo, dan Fokus (c), Parameter Distorsi Radial (K1, K2, K3), Parameter
Distorsi Decentring (P1, P2), dan Parameter Distorsi Affinity(b1 , b2) Untuk keperluan
fotogrametri teliti, posisi tanda tepi, bersama-sama dengan titik tengah foto, panjang
fokus, dan distorsi lensa harus ditentukan dengan cara kalibrasi kamera.
Untuk memperoleh posisi 3D yang akurat dari sebuah foto, parameter internal
dari sebuah kamera harus diketahui. Parameter internal kamera meliputi panjang fokus
ekivalen (panjang fokus efektif di dekat pusat lensa), panjang fokus terkalibrasi, distorsi
lensa (radial dan tangensial), lokasi titik utama foto, jarak antara dua fidusial yang
berhadapan, sudut perpotongan garis-garis fidusial dan kerataan bidang fokal. Parameter
internal ini kemudian dijadikan input orientasi dalam. (Wolf, 1983)

10
Nilai parameter-parameter internal dapat diketahui dengan melakukan kalibrasi
pada kamera udara yang akan digunakan untuk proses pemotretan. Miltikolimator dan
goniometer merupakan metode kalibrasi kamera laboratorium, kedua metode ini masing-
masing memerlukan alat yang khusus dan mahal. Pada metode multikolimator objek
(berupa tanda silang kotak) yang akan dipotret, diletakkan diatas sebuah pelat kaca,
objek tersebut diproyeksikan melalui sejumlah kolimator individual yang dipasang
dengan sudut tertentu (yang nilainya sudah diketahui) ke bidang fokus kamera. Dari
tanda silang kotak yang terproyeksi pada bidang fokus dapat diukur panjang fokus
ekivalen dan radial lensa pada tiap pertambahan sudut .
Pada metode goniometer objek berupa pelat grid yang disinari dari belakang, grid
ini kemudian diproyeksikan melalui lensa kamera pada arah berlawanan. Sudut dimana
sinar grid yang timbul, diukur dengan goniometer. Besarnya panjang fokus ekivalen dan
distorsi radial lensa ditentukan dengan membandingkan sudut terukur sebenarnya
terhadap sudut yang benar menurut teori. Keunggulan metode bintang adalah tidak
diperlukan alat khusus dan mahal. Pada metode bintang dilakukan pemotretan atas
sasaran yang terdiri dari bintang yang dapat di identifikasi, dilakukan pencatatan waktu
pemotretan. Sehingga akan diperoleh sudut perpanjangan bintang pada letak kamera.
Sudut ini kemudian dibandingkan terhadap sudut yang diperoleh dari pengukuran tepat
atas gambar bintang.

2.5 Software PhotoModeler Scanner


Photo Modeler Scanner adalah perangkat lunak yang dibuat oleh Eos System Inc.
yang tergabung dalam Windows Corporation. Kegunaan utama perangkat lunak ini
adalah adanya suatu proses yang dinamakan dengan inverse camera, dalam proses
tersebut dapat dilakukan pengukuran yang akurat di origin foto yang belum terdefinisi.
Modul PhotoModeler Scanner digunakan untuk membuat sebuah model 3D dari
rangkaian foto suatu obyek. Model yang dihasilkan berupa sekumpulan titik-titik tiga
dimensi yang mempunyai nilai berupa koordinat kartesian 3D.
Kalibrasi kamera pada PhotoModeler Scanner dilakukan untuk memberikan hasil
ukuran yang akurat. Kamera kalibrator dalam PhotoModeler Scanner mampu
menyimpan informasi tambahan untuk membantu mengukur kualitas hasil kalibrasi.
Keseluruhan RMS Residual dan Maksimum Residual memberikan umpan balik yang
berguna tentang keberhasilan kalibrasi dan sangat berguna ketika membandingkan dua
kalibrasi dari kamera yang sama. Semakin kecil nilai RMS Residual maka semakin baik
pula kualitas hasil kalibrasi.
Kemampuan PhotoModeler Scanner sebagai berikut :
Dapat membuat model dengan akurat
Mampu membuat model 3D berkualitas tinggi yang didapat dari pengukuran foto
Dapat melakukan banyak pemodelan dan mengukur berbagai pekerjaan
Dilengkapi kemampuan untuk memindai berpasang-pasang foto untuk
menghasilkan padat titik awan (point cloud) dan permukaan dapat menyatu
Memiliki kemampuan untuk melakukan Modeling Permukaan padat (Dense
Surface Modeling/DMS). Modeling Permukaan padat (DMS) dalam aplikasi ini
menggunakan sebagian besar dari point 3D yang diperlukan dalam pemodelan.

11
BAB III
PELAKSANAAN

3.1 Alat Dan Bahan


Alat dan Bahan yang diperlukan pada praktikum ini yaitu:

1. Photomodeler Scanner Version 6


Merupakan bahan berupa perangkat lunak atau software yang di gunakan untuk
melakukan kalibrasi kamera.

Gambar 3.1 Photomodeler Scanner Version 6

2. Laptop Dell Inspiron 3000 Series


Laptop merupakan alat berupa perangkat keras yang digunakan untuk mengolah data
higga membuat laporan akhir. Laptop yang digunakan harus memiliki spesifikasi
koputer yang tinggi. Pada praktikum kali ini menggunakan Laptop Dell Inspiron 3000
series.

Gambar 3.2 Laptop Dell Inspiron 3000 Series

12
3. Foto Kertas Grid Kalibrasi
Merupakan bahan yang digunakan untuk melakukan kalibrasi kamera

Gambat 3.3 Foto Kertas Grid Kalibrasi


4. Mouse
Mouse adalah hardware yang dihubungkan dengan komputer yang fungsinya sebagai
penggerak kursor yang memberikan sebuah perintah masukan atau input pada sistem
windows. Pada praktikum kali ini menggunakan mouse Logitech M170 Wireless
Mouse.

Gambar 3.4 Mouse


5. Kamera
Kamera digunakan untuk mengambil gambar kertas grid kalibrasi. Pada praktikum ini
menggunakan kamera Sony DSC H400.

Gambar 3.5 Kamera Sony DSC H400

13
6. Tripod
Tripod digunakan untuk meletakkan kamera agar saat pengambilan gambar tidak
miring dan memiliki sudut yang sama.

Gambar 3.6 Tripod

3.2 Tempat Dan Waktu Praktikum


Waktu pelaksanaan praktikum ini yaitu :
Hari : Selasa
Tanggal : 26 September 2017
Waktu : 11.00 BBWI - selesai
Tempat : Lab. Geopasial Teknik Geomatika ITS

3.3 Petunjuk Praktikum


3.3.1 Proses Kalibrasi

1. Buka software Photomodeler Scanner Version 6.

14
Gambar 3.7 Photomodeler Scanner Version 6

2. Setelah muncul tampilan seperti gambar di bawah ini, klik Camera Calibration
project

Gambar 3.8 Halaman Utama Photomodeler Scanner

3. Kemudian setelah muncul tampilan seperti pada gambar di bawah ini, pada kotak
New Project Wizard, mengambil foto kertas grid kalibrasi pada folder yang sudah di
siapkan.

Gambar 3.9 Kotak New Project Wizard

4. Pada gambar dibawah ini, saya menyimpan foto kertas grid kalibrasi pada folder
foto2 di Local Disk (D).

15
Gambar 3.10 Pegambilan Foto Kertas Grid Kalibrasi

5. Setelah itu ambil semua gambar menggunakan tombol Ctrl+klik foto pertama sampai
foto terakhir (saya menggunakan 2 foto dengan sudut dan posisi yang berbeda).

Gambar 3.11 Pengambilan Foto ke 1 Sampai ke 12

6. Setelah ke 12 gambar di tandai, klik All yang berada diantara 2 kotak. Kemudian
klik Next

16
Gambar 3.12 Pemindahan Foto Kertas Grid Kalibrasi

7. Kemudian setelah muncul gambar seperti di bawah ini, klik Execute Calibration

Gambar 3.13 Proses Kalibrasi (1)

8. Kemudian akan muncul tampilan proses loading kalibrasi kamera

17
Gambar 3.14 Proses Kalibrasi (2)

Gambar 3.15 Menunggu Proses Kalibrasi ke 12 Foto (1)

Gambar 3.16 Menunggu Proses Kalibrasi ke 12 Foto (2)

18
Gambar 3.17 Menunggu Proses Kalibrasi ke 12 Foto (3)

9. Apabila proses kalibrasi sudah selesai, maka akan muncul tampilan seperti di bawah
ini. Kemudian klik Close. Kemudian klik Yes-Add. Lalu klik Yes lagi.

Gambar 3.18 Kotak Automatic Camera Calibration

Gambar 3.19 Pemberian Nama pada Kalibrasi Kamera DSC H-400

19
Gambar 3.20 Proses Penyimpanan Kalibrasi Kamera

10. Setelah selesai proses penyimpanan, kemudian hasil dari kalibrasi kamera adalah
seperti pada gambar di bawah ini.
Apabila tidak berhasil proses kalibrasinya maka pada foto akan terdapat tanda silang
merah.

Gambar 3.21 Hasil Kalibrasi Kamera


11. Kemudian untuk menyimpan hasil kalibrasi, klik File, Save Project As. Save dalam
folder yang akan dipilih, diberi nama file, kemudian klik Ok.

20
Gambar 3.22 Proses Menyimpan Project

Gambar 3.23 Proses Menyimpan Project dan Memberi Nama File

12. Hasil dari menyimpan project adalah sebagai berikut

Gambar 3.24 Hasil Penyimpanan Project

21
BAB IV
HASIL DAN ANALISA

4.1 Hasil dan Analisa Praktikum


Hasil dari praktikum Kalibrasi Kamera menggunakan foto kertas grid kalibrasi dengan
software Photomodeler Scaner adalah sebagai berikut

Gambar 4.1 Hasil Kalibrasi Kamera (1)

Gambar 4.2 Hasil Kalibrasi Kamera (2)

Gambar 4.3 Hasil Kalibrasi Yang Diperbesar

Analisa :
Praktikum kalibrasi kamera yang dilakukan pada tanggal 26 September 2017 di
Laboratorium Geospasial Lantai 2 Teknik Geomatika ITS, dengan menggunakan
software Photomodeler Scanner, saya menggunakan versi 6 dengan perangkat keras
berupa laptop Dell Inspiron 14 64bit ini menggunakan 12 foto kertas grid kalibrasi yang
diambil menggunakan kamera Sony DSC H-400, memiliki sudut dan posisi yang

22
berbeda-beda. Setelah dilakukan kalibrasi, hasilnya pada gambar diatas (Gambar 4.1 dan
Gambar 4.2). Apabila kalibrasinya berhasil, foto-foto diatas akan memiliki gambar
kamera di ujung kanan atas. Apabila kalibrasi gagal, hasilnya adalah tanda silang merah.
Kalibrasi gagal dikarenaka pada saat pengambilan foto, kamera digital tidak lurus, terlalu
terang sehingga titik-titik gridnya tidak terlihat, dan gambar foto kertas grid kalibrasi
tidak dapat diambil menggunakan kamera ponsel, harus menggunakan kamera digital.
Pada praktikum kali ini saya menggunakan 12 foto grid kalibrasi, apabila
menggunakan banyak foto yang digunakan dalam kalibrasi kamera, distorsi lensanya
semakin kecil.

4.2 Parameter Kalibrasi


Parameter kalibrasi kamera memegang peranan penting kunci untuk mendapatkan
tingkat keakurasian yang tinggi untuk titik-titik koordinat obyek yang terekam / diukur
melalui foto digital. Indikasi ketelitian adalah jarak dan bentuk yang benar antara hasil
pengukuran di foto dibanding dengan data lapangan. Dengan demikian parameter
kalibrasi beserta ketelitiannya yang harus didapatkan (A. Gruenand Fraser) antara lain
Parameter xo, yo, dan Fokus (c), Parameter Distorsi Radial (K1, K2, K3), Parameter
Distorsi Decentring (P1, P2), dan Parameter Distorsi Affinity(b1 , b2).
Untuk keperluan fotogrametri teliti, posisi tanda tepi, bersama-sama dengan titik
tengah foto, panjang fokus, dan distorsi lensa harus ditentukan dengan cara kalibrasi
kamera. Ada 2 jenis distorsi lensa, yaitu distorsi yang bersifat radial dan tangensial.
Umumnya distorsi yang cukup signifikan pengaruhnya adalah distorsi radial (r) dan
dimodelkan dengan persamaan polinomial orde ganjil sebagai berikut (Cooper dan
Robson, 1996).
Dalam fotogrametri, parameter tersebut disebut parameter orientasi dalam
(interior orientation) dan merupakan syarat utama untuk menghasilkan foto yang akurat.
Foto yang dipotret menggunakan kamera digital mempunyai sistem koordinat pixel yang
mempunyai origin di baris pertama dan kolom pertama untuk setiap foto. Dalam sistem
proyeksi sentral, origin terletak ditengah foto, sehingga sistem koordinat piksel harus
ditransformasi ke sistem koordinat foto. Transformasi dari sistem koordinat piksel ke
sistem koordinat foto disebut sebagai orientasi dalam. Model matematis untuk orientasi
dalam adalah Affine.
.

23
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil kalibrasi kamera menggunakan foto kertas grid kalibrasi
dan software Photomodeler Scanner adalah
1. Setelah dilakukan kalibrasi, hasil fotonya memiliki koreksi distorsi, apabila foto
yang di kalibrasi banyak, maka hasil distorsi lensanya semakin kecil
2. Parameter kalibrasi pada fotogrametri disebut dengan parameter orientasi dalam
dan merupakan syarat utama untuk menghasilkan foto yang akurat.
3. Dalam sistem proyeksi sentral, origin terletak ditengah foto, sehingga sistem
koordinat piksel harus ditransformasi ke sistem koordinat foto. Transformasi dari
sistem koordinat piksel ke sistem koordinat foto disebut sebagai orientasi dalam.

24
DAFTAR PUSTAKA

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/bambang-syaeful-hadi-spdmpd-msi/diktat-
fotogramteri.pdf
http://www.digilib.itb.ac.id/files/disk1/622/jbptitbpp-gdl-ahmadniama-31062-3-2008ta-2.pdf
https://www.slideshare.net/irsyadifirdaus/laporan-kalibrasi-kamera
https://tuxdoc.com/download/metode-kalibrasi-kamera-dengan-photomodeler-scaner_pdf
https://www.slideshare.net/enoeno1/praktikum-kalibrasi-kamera
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=343583&val=8006&title=MODEL%20
DAN%20TEKNIK%20KALIBRASI%20CITRA%20UNTUK%20SISTEM%20AUTONOM
OUS%20ROBOT

25

Anda mungkin juga menyukai