Anda di halaman 1dari 21

ILMU UKUR TAMBANG

LAPORAN KONTUR

Disusun oleh :
Wa Ode Nurul Annisa
1306432

TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan. Saya berharap laporan ini dapat membantu dan
menambah wawasan saudara-saudari yang ingin lebih memahami tentang Ilmu Ukur Tambang..
Banyak rintangan dan hambatan yang penulis hadapi ketika menyusun laporan ini. Namun,
dengan berkat rahmat dan bimbingan Tuhan Yang Maha Esa saya dapat menyelesaikan laporan tentang
KONTUR. ini. Saya menyadari bahwa lapora ini masih banyak kekurangan, untuk itu saya menerima
kritik dan saran dari pembaca.
Dan akhirnya semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi pembaca. Terima
kasih,

Penulis,

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Pengertian Kontur.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................1
C. Tujuan dan Manfaat...................................................................................................................2
BAB II. DASAR TEORI......................................................................................................................3
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN.............................................................................................8
A. Tujuan.......................................................................................................................................8
B. Waktu Pelaksanaan....................................................................................................................8
C. Prosedur Kerja..........................................................................................................................8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................................13
BAB V PENUTUP................................................................................................................................18
A. Kesimpulan...............................................................................................................................18
B. Saran.........................................................................................................................................18
LAMPIRAN ........................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................... 21

BAB I

ii

PENDAHULUAN
A. Garis Kontur
Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian
yang sama terhadap bidang refrensi yang digunakan. Kecuraman dari suatu lereng (stepness) dapat
ditentukan dengan adanya interval kontur dan jarak antara dua kontur, sedangkan jarak horizontal antara
dua garis kontur dapat ditentukan dengan cara interpolasi. Garis kontur tidak boleh saling berpotongan
satu sama lain. Selain itu garis kontur harus merupakan garis yang tertutup baik di dalam maupun di luar
peta.

Sifat-sifat garis kontur adalah sebagai berikut:


1. Garis kontur selalu merupakan garis tertutup (loop), kecuali pada batas peta.
2. Dua buah garis kontur dengan ketinggian yang berbeda tidak mungkin saling berpotongan.
3. Garis kontur tidak mungkin bercabang (dalam hubungannya dengan keaslian alam, kecuali buatan
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

manusia).
Garis kontur dengan ketinggian berbeda tidak mungkin menjadi satu, kecuali pada
bagian tanah yang vertikal akan digambarkan sebagai garis yang berimpit.
Semakin miring keadaan tanah, kontur akan digambarkan semakin rapat.
Semakin landai kondisi tanah, kontur yang digambarkan semakin jarang.
Garis kontur yang melalui tanjung/lidah bukit akan cembung kearah turunnya tanah.
Garis kontur yang melalui lembah atau teluk akan cembung kearah titik atau hulu lembah.
Garis kontur yang memotong sungai akan cembung kearah hulu sungai.
Garis kontur yang memotong jalan akan cembung kearah turunnya jalan.

Garis kontur merupakan ciri khas yang membedakan peta topografi dengan peta lainnya dan digunakan
untuk penggambaran relief atau tinggi rendahnya permukaan bumi yang dipetakan. Dari pengertian di
atas dapat dipahami betapa pentingnya garis kontur antara lain untuk pembuatan trace jalan/rel dan
menghitung volume galian dan timbunan.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Metode Pengukuran dengan menggunakan metode Poligon Tertutup?
C. TUJUAN DAN MAANFAT
Praktikum pembuatan peta kontur bertujuan untuk :
1.
Mengukur suatu wilayah dengan menggunakan beberapa metode seperti : metode poligon
tertutup, poligon terbuka, dan metode polar.

2.
3.
4.

Melakukan perhitungan data hasil pengukuran.


Membuat peta kontur wilayah yang telah diukur.
Menentukan kelerengan kontur pada peta kontur.

BAB II
DASAR TEORI

Pengertian garis kontur


Garis kontur adalah garis khayal di lapangan yang menghubungkan titik dengan ketinggian yang
sama atau garis kontur adalah garis kontinyu di atas peta yang memperlihatkan titik-titik di atas peta
dengan ketinggian yang sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis tinggi
horizontal. Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai
ketinggian sama + 25 m terhadap tinggi tertentu. Garis kontur disajikan di atas peta untuk
memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah.
Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi slope (kemiringan
tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang permukaan tanah terhadap jalur proyek
(bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian
vertikal garis atau bangunan.
Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang
mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan
skala tertentu, maka untuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.
Garis-garis kontur merupakan cara yang banyak dilakukan untuk melukiskan bentuk permukaan
tanah dan ketinggian pada peta, karena memberikan ketelitian yang lebih baik. Cara lain untuk
melukiskan bentuk permukaan tanah yaitu dengan cara hachures dan shading. Bentuk garis kontur dalam
3 dimensi

Garis-garis kontur merupakan cara yang banyak dilakukan untuk melukiskan bentuk permukaan
tanah dan ketinggian pada peta, karena memberikan ketelitian yang lebih baik. Cara lain untuk
melukiskan bentuk permukaan tanah yaitu dengan cara hachures dan shading.
Bentuk garis kontur dalam 3 dimensi . Penggambaran kontur Garis kontur memiliki sifat sebagai berikut :
1.

Berbentuk kurva tertutup.

2.

Tidak bercabang.

3.

Tidak berpotongan.

4.

Menjorok ke arah hulu jika melewati sungai.

5.

Menjorok ke arah jalan menurun jika melewati permukaan jalan.

6.

Tidak tergambar jika melewati bangunan.

7.

Garis kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan tanah yang terjal.

8.

Garis kontur yang jarang menunjukan keadaan permukaan yang landai

9.

Penyajian interval garis kontur tergantung pada skala peta yang disajikan, jika datar maka interval
garis kontur tergantung pada skala peta yang disajikan, jika datar maka interval garis kontur adalah
1/1000 dikalikan dengan nilai skala peta, jika berbukit maka interval garis kontur adalah
1/500 dikalikan dengan nilai skala peta dan jika bergunung maka interval garis kontur adalah 1/200
dikalikan dengan nilai skala peta.

10.

Penyajian indeks garis kontur pada daerah datar adalah setiap selisih 3 garis kontur, pada daerah
berbukit setiap selisih 4 garis kontur sedangkan pada daerah bergunung setiap selisih 5 garis kontur.

11.

Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu..

12.

Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.

13.

Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf U menandakan punggungan gunung.

14.

Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf V menandakan suatu lembah/jurang

Interval kontur dan indeks kontur


Garis kontur pada curah dan punggung bukit. .Garis kontur pada bukit dan cekung Interval kontur
adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang berdekatan dan merupakan jarak antara dua
bidang mendatar yang berdekatan.
Pada suatu peta tofografi interval kontur dibuat sama, berbanding terbalik dengan skala
peta. Semakin besar skala peta, jadi semakin banyak informasi yang tersajikan, interval kontur semakin
kecil. Indeks kontur adalah garis kontur yang penyajiannya ditonjolkan setiap kelipatan interval kontur
tertentu.
Kegunaan garis kontur
Selain menunjukan bentuk ketinggian permukaan tanah, garis kontur juga dapat digunakan untuk:
a. Menentukan profil tanah (profil memanjang, longitudinal sections) antara dua tempat.
b. Menghitung luas daerah genangan dan volume suatu bendungan
c. Menentukan route/trace suatu jalan atau saluran yang mempunyai kemiringan tertentu

d. Menentukan kemungkinan dua titik di lahan sama tinggi dan saling terlihat (gambar 353.)

Penentuan dan pengukuran titik detail untuk pembuatan garis kontur

Semakin rapat titik detil yang diamati, maka semakin teliti informasi yang tersajikan dalam peta.

Dalam batas ketelitian teknis tertentu, kerapatan titik detil ditentukan oleh skala peta dan
ketelitian (interval) kontur yang diinginkan.

Pengukuran titik-titik detail untuk penarikan garis kontur suatu peta dapat dilakukan secara
langsung dan tidak langsung.

a. Pengukuran tidak langsung


Titik-titik detail yang tidak harus sama tinggi, dipilih mengikuti pola tertentu yaitu: pola kotakkotak (spot level) dan profil (grid) dan pola radial. Dengan pola-pola tersebut garis kontur dapat dibuat
dengan cara interpolasi dan pengukuran titik-titik detailnya dapat dilakukan dengan cara tachymetry
pada semua medan dan dapat pula menggunakan sipat datar memanjang ataupun sipat datar profil pada
daerah yang relatif datar.
Pola radial digunakan untuk pemetaan topografi pada daerah yang luas dan permukaan tanahnya
tidak beraturan.

b. Pengukuran langsung

Titik detail dicari yang mempunyai ketinggian yang sama dan ditentukan posisinya dalam peta
dan diukur pada ketinggian tertentu. cara pengukurannya bisa menggunakan cara tachymetry,
atau kombinasi antara sipat datar memanjang dan pengukuran polygon.
Cara pengukuran langsung lebih sulit dibanding dengan cara tidak langsung, namun ada jenis
kebutuhan tertentu yang harus menggunakan cara pengukuran kontur cara langsung, misalnya
pengukuran dan pemasanngan tanda batas daerah genangan.
Interpolasi garis kontur
Titik detail dicari yang mempunyai ketinggian yang sama dan ditentukan posisinya dalam peta
dan diukur pada ketinggian tertentu. cara pengukurannya bisa menggunakan cara tachymetry,
atau kombinasi antara sipat datar memanjang dan pengukuran polygon.
Cara pengukuran langsung lebih sulit dibanding dengan cara tidak langsung, namun ada jenis
kebutuhan tertentu yang harus menggunakan cara pengukuran kontur cara langsung, misalnya
pengukuran dan pemasanngan tanda batas daerah genangan.
Penarikan garis kontur diperoleh dengan cara perhitungan interpolasi, pada pengukuran garis
kontur cara langsung, garis-garis kontur merupakan garis penghubung titik-titik yang diamati
dengan ketinggian yang sama, sedangkan pada pengukuran garis kontur cara tidak langsung umumnya
titik-titik detail itu pada titik sembarang tidak sama.
Bila titik-titik detail yang diperoleh belum mewujudkan titik-titik dengan ketinggian yang sama,
posisi titik dengan ketinggian tertentu dicari, berada diantara 2 titik tinggi tersebut dan diperoleh dengan
prinsip perhitungan 2 buah segitiga sebangun. Data yang harus dimiliki untuk melakukan interpolasi garis
kontur adalah jarak antara 2 titik tinggi di atas peta, tinggi definitif kedua titik tinggi dan titik garis kontur
yang akan ditarik. Hasil perhitungan interpolasi ini adalah posisi titik garis kontur yang melewati garis
hubung antara 2 titik tinggi.
Posisi ini berupa jarak garis kontur terhadap posisi titik pertama atau kedua. Titik hasil interpolasi
tersebut kemudian kita hubungkan untuk membentuk garis kontur yang kita inginkan. maka perlu
dilakukan interpolasi linear untuk mendapatkan titiktitik yang sama tinggi. Interpolasi linear
bisa dilakukan dengan cara : taksiran, hitungan dan grafis.

1.

Cara taksiran (visual) Titik-titik dengan ketinggian yang sama, sedangkan pada pengukuran dan

2.

Cara hitungan (Numeris)


Cara ini pada dasarnya juga menggunakan dua titik yang diketahui posisi dan ketinggiannya,
hitungan interpolasinya dikerjakan secara numeris (eksak) menggunakan perbandingan linear.

3.

Cara grafis
Cara grafis dilakukan dengan bantuan garisgaris sejajar yang dibuat pada kertas transparan (kalkir
atau kodatrace). Garisgaris sejajar dibuat dengan interval yang sama disesuaikan dengan tinggi
garis kontur yang akan dicari.

Perhitungan garis kontur


Garis-garis kontur pada peta topografi dapat digunakan untuk menghitung volume, baik volume
bahan galian (gunung kapur, bukit, dan lain-lain).
Luas yang dikelilingi oleh masing-masing garis kontur diukur luasnya dengan planimeter dengan interval
h. Volume total V dapat dihitung.
Prinsip dasar penentuan volume
Dalam pengerjaan teknik sipil, antara lain diperlukan perhitungan volume tanah, baik untuk
pekerjaaN galian maupun pekerjaan timbunan.
Dibawah ini secara singkat diuraikan prinsip dasar yang digunakan untuk bentuk-bentuk tanah
yang sederhana.
Pada dasarnya volume tanah dihitung dengan cara menjumlahkan volume setiap bagian yang
dibatasi oleh dua bidang. Pada gambar bidang dimaksud merupakan bidang mendatar. Banyak metode
yang dapat digunakan untuk menghitung volume.
Disini hanya akan diberikan metode menggunakan rumus prisma dan rumus piramida. Prisma
adalah suatu benda yang dibatasi oleh dua bidang sejajar pada bagian-bagian atas dan bawahnya serta
dibatasi oleh beberapa bidang datar disekelilingnya.
Didalam peta topografi, garis-garis batas bidang datar A0, Am dan A1 ditunjukan oleh garis-garis
kontur sedangkan h merupakan interval konturnya. Jadi apabila h dibuat kecil, garis kontur ditarik dari

data-data ketinggian tanah yang cukup rapat serta pengukuran luas bidang-bidang yang dibatasi oleh garis
kontur diukur hingga v mendekati volume sebenarnya.
Bentuk-bentuk lembah dan pegunungan dalam garis kontur
Jalan menuju puncak umumnya berada di atas punggung (lihat garis titik-titik sedangkan
disisinya terdapat lembah umumnya berisi sungai (lihat garis gelap).
Plateau Daerah

dataran

tinggi

yang

luas Col Daerah

rendah

antara

dua

buah

ketinggian. Saddle Hampir sama dengan col, tetapi daerah rendahnya luas dan ketinggian yang mengapit
tidak terlalu tinggi.

2. Mengukur sudut

Mengukur dari peta : Sudut peta deviasi (jika deviasi ke Timur) = sudut Sudut peta + deviasi
kompas.
(jika deviasi ke Barat)=sudut kompas

Mengukur

dari

kompas:

deviasi

timur sudut

Deviasi Barat sudut kompas sudut = sudut peta.

kompas

deviasi

sudut

peta.

Setelah mengukur utara kompas, sesuaikan garis bujur dengan utara kompas kurang lebih deviasi.

4. Membuat cross bearin

1. Hitung sudut dari dua kenampakan alam atau lebih yang dapat kita kenali di alam dan di peta.

2. Buat garis sudut dengan menghitung deviasi sehingga menjadi sudut peta pada kertas
transparan

3. Letakkan di atas peta sesuai dengan kedudukannya.

4. Tumpuklah.

5. Merencanakan rute
1. Pilihlah jalur perjalanan yang mudah denganmemperhatikan sistem kontur.
2. Bayangkan kemiringan lereng dengan memperhatikan kerapatan kontur (makin rapatmakin terjal).
3. Hitung jarak datar (perhatikan kemiringan lereng).
4. Hitung waktu tempuh dengan prinsip :
jalan datar 1 jam untuk kemiringan lebih 4 km
kemiringan 1 jam tiap kenaikkan 100m
Metode penggambaran:

Tarik garis transis yang dikehendaki diatas peta, bisa berupa garis lurus maupun mengikuti rute
perjalanan.

Beri tanda (huruf atau angka) pada titik awal dan akhir.

Buat grafik pada milimeter blok. untuk sumbu x dipakai sekala horizontal dan sumbu y sekala
vertikal.

Ukur pada peta jarak sebenarnya (jarak pada peta x angka penyebut skala peta) dan ketinggian
(beda tinggi) pada jarak yang diukur tadi.

Pindahkan setiap angka beda tinggi dan jarak sebenarnya tadi sebanyakbanyaknya pada grafik.

Hubungkan setiap titik pada grafik

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tujuan
Praktikum pembuatan peta kontur bertujuan untuk :
1.
Mengukur suatu wilayah dengan menggunakan beberapa metode seperti : metode poligon
tertutup, poligon terbuka, dan metode polar.
2.
Melakukan perhitungan data hasil pengukuran.
3.
Membuat peta kontur wilayah yang telah diukur.
4.
Menentukan kelerengan kontur pada peta kontur.
B. Waktu Pelaksanaan
a. Waktu

b. Tempat

: Lapangan dekat Perpustakaan Universitas Negeri Padang

c. Cuaca

: Cerah

C. Prosedur Praktek

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g

o Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
Theodolit
Pita ukur
Kompas
Rambu ukur
Parang
Senter
Payung
Prosedur praktikum
1.
Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum.
2.
Menentukan dan menandai titik-titik pada lokasi Hutan Pendidikan Cangkurawok yang
akan digunakan sebagai titik-titik poligon, serta menandai titik bantu yang berada pada poligon
tersebut.
3.
Melakukan sentering, mendatarkan, dan mengkalibrasi alat theodolit pada titik pertama
yaitu dengan cara sebagai berikut:
o

Sentring :
a.
Buka ketiga klem kaki statip, dirikan statip diatas patok dengan merentangkan ketiga kaki
hingga ketiga ujung kaki statip membentuk segitiga sama sisi dengan patok sebagai pusatnya.
b.
Tarik statip bagian atas hingga tinggi kepala statip kira-kira sedikit dibawah dada dan kepala
statip mendatar. Kokohkan statip dengan menginjak pijakan dibagian bawah statip, Kemudian
kencangkan ketiga baut statip.
c.
Pasang instrumen diatas statip, hubungkan dengan cara memutar baut instrumen dilubang
dratnya pada plat dasar instrumen.
d.
Perhatikan apakah ujung patok terlihat pada alat sentering optik.
e.
Kencangkan baut instrumen secukupnya.
Mendatarkan alat :
Atur gelembung nivo kotak dan nivo tabung agar berada tepat di tengah-tengah nivo.
Mengkalibrasi alat :
a.
Mencari utara magnet bumi dengan kompas.
b.
Kalibrasi alat dengan membuat sudut horizontal 00000 dan sudut vertical9000 00.
4.
Melakukan bidikan pertama yaitu ke arah titik pasti, bidik ke arah rambu meter yang
didirikan pada titik pasti kemudian amati dan catat sudut horizontal (RB), sudut vertikal, batas
bawah garis bidik batas tengah garis bidik, dan batas atas garis bidik, kemudian ukur dan catat
jarak datar dengan cara mengukur jarak mendatar menggunakan pita ukur.
5.
Theodolit pada titik pertama jangan dipindahkan dahulu karena akan digunakan untuk
membidik ketitik kedua. Amati dan catat sudut horizontal (RM), sudut vertikal, batas atas garis
bidik, batas bawah garis bidik, serta ukur dan catat jarak datar dengan cara mengukur jarak
mendatar menggunakan pita ukur.
6.
Pindahkan theodolit ke titik dua, lakukan sentering dan datarkan alat. Lakukan bidikkan
kearah titik satu, amati dan catat sudut horizontal (RB), sudut vertikal, batas atas garis bidik,
batas tengah garis bidik, dan batas bawah garis bidik.
7.
Kemudian bidik kearah titik tiga (kearah rambu meter yang sudah ditandai) amati dan catat
sudut horizontal (RM), sudut vertikal, batas atas garis bidik, batas bawah garis bidik, dan batas
tengah garis bidik. Kemudian ukur dan catat jarak datarnya.
8.
Pindahkan theodolit ketitik tiga, lakukan sentering dan datarkan alat. Lakukan bidikkan
kearah titik dua, amati dan catat sudut horizontal (RB), sudut vertikal, batas atas garis bidik,batas
tengah garis bidik dan batas bawah garis bidik. Titik tiga ini merupakan titik awal poligon
tertutup. Ukur juga sudut horizontal (RM), sudut vertikal, batas atas garis bidik, batas tengah
garis bidik dan batas bawah garis bidik pada titik bantu pertama (untuk mengetahui beda tinggi
dua titik).
9.
Kemudian bidik kearah titik empat (kearah rambu meter yang sudah ditandai) amati dan
catat sudut horizontal (RM), sudut vertikal, batas atas garis bidik, batas bawah garis bidik, dan
batas tengah garis bidik. Kemudian ukur dan catat jarak datarnya.
10. Lakukan langkah-laangkah yang sama pada titik-titik poligon selanjutnya. Lakukan
pengukuran juga jika ada titik bantu (amati dan catat sudut horizontal (RM)), sudut vertikal, batas

atas garis bidik, batas tengah garis bidik dan batas bawah garis bidik pada titik bantu (untuk
mengetahui beda tinggi dua titik).
11. Pada saat telah kembali ke titik tiga maka lakukan pengukuran juga kembali kearah titik
empat agar poligon tertutup sempurna.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Pengamatan
No.
Berdiri
Alat
P

Tinggi
Alat
(Ta)
1.5

Sasaran

A
1
B
1
C
1
D
1

Sudut

Bacaan Bak Ukur

Ba

Bt

Bb

Jarak
Real

Jarak
Optis

73 2550
73 2550
160 54 10
16054 10
238 5620
238 5620
341 1810
341 1810

89 5024
89 5024
89 33 10
8933 10
90 2720
90 2720
87 3620
87 3620

1.124
1.722
2.250
1.741
2.610
2.240
2.160
1.565

0.880
1.620
1.735
1.430
2.210
1.990
1.862
1.384

0.600
1.451
1.260
1.190
1.740
1.760
1.570
1.210

52.500
27.000
99.000
55.000
87.000
48.000
59.000
35.500

52.400
27.100
99.000
55.100
87.000
48.000
59.000
35.500

B. Perhitungan
a) Perhitungan Jarak
Jarak Miring (m) = 100 x (Ba-Bb).cosv
Jarak Datar (D) = m.cosv
Sasaran
A
1
B
1
C
1
D
1

b) Perhitungan Beda Tinggi


Y = m x sinv

Jarak
Miring (m)
0.14620
0.07561
0.77284
0.43008
-0.69172
-0.38164
2.46495
1.48315

Datar (D)
0.00041
0.00021
0.00603
0.00336
0.00550
0.00303
0.10298
0.06196

t = Ta + y Bt
Sasaran
A
1
B
1
C
1
D
1

Beda Tinggi
Y
0.14620
0.07561
0.77281
0.43007
-0.69170
-0.38163
2.46280
1.48185

t
0.76620
-0.04439
0.53781
0.50007
-1.40170
-0.87163
2.10080
1.59785

c) Perhitungan Ketinggian Titik


Tinggi Titik Sasaran i = Tinggi titi P + ti
Hasil pengukuran GPS menunjukkan bahwa ketinggian titik P adalah 7 m. Berikut ketinggian masingmasing titik sasaran.
Sasaran
A
1
B
1
C
1
D
1

Ketinggia
n
7.76620
6.95561
7.53781
7.50007
5.59830
6.12837
9.10080
8.59785

Luas area
Sudut AB = 160 54 10 - 73 2550 = 87,4720
Sudut BC = 238 5620 - 160 54 10 = 75,0360
Sudut CD = 341 1810 - 238 5620 = 102,3640
Sudut DA = 3600 - 341 1810 + 73 2550 = 92,1280
Luas ABCD = LAPB + LBPC + CPD + DPA
LAPB = 1/2 x PA x PB x Sin 87,4720

= 1/2 x 52,5 x 99 x Sin 87,4720


= 2596,12 m2
LPBC = 1/2 x PB x PC x Sin 75,0360
= 1/2 x 99 x 87 x Sin 75,0360
= 4160,459 m2
LCPD =1/2 x PC x PD x Sin 102,3640
= 1/2 x 87 x 59 x Sin 102,3640
= 2506,975 m2
LDPA = 1/2 x PD x PA x Sin 92,1280
= 1/2 x 59 x 52,5 x Sin 92,1280
= 1547,682 m2
Luas Total = LAPB + LPBC + LCPD + LDPA
= 2596,12 m2 + 4160,459 m2 + 2506,975 m2 + 1547,682 m2
= 108142,236 m2

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum kali ini yaitu dalam melakukan
pengukuran suatu wilayah dapat menggunakan beberapa metode sehingga akan memudahkan
dalam proses pengukuran dan proses pembuatan peta. Praktikan dapat melakukan perhitungan
data hasil pengukuran karena pada praktikum-praktikum sebelumnya juga telah melakukan
beberapa perhitungan dan dalam perhitungan dalam membuat peta kontur juga dapat dilakukan
dengan baik karena praktikan cukup menguasai teori. Sehingga setelah melakukan pengukuran
dan perhitungan praktikan dapat menuangkan hasil praktikum tersebut ke dalam sebuah peta
kontur.

B. SARAN
Pengamat sebaiknya lebih berhati-hati dan lebih teliti dalam melakukan praktek karena Hasil
yang didapatkan dari praktikum ini sangat dipengaruhi oleh ketelitian pada proses praktikum,
baik ketelitian dari alat maupun ketelitian dari praktikan. Kondisi lingkungan juga berpengaruh
pada proses praktikum yang nantinya mempengaruhi juga hasil yang didapatkan. Seperti
misalnya pada praktikum kali ini terjadi kendala cuaca, yaitu ditengah-tengah proses praktikum
hujan turun sangat lebat sehingga terpaksa praktikum dihentikan dan diteruskan hari berikutnya.
Karena theodolit tidak boleh terkena hujan otomatis theodolit dilepas dari statif. Walaupun kunci
body tidak dilepas tapi hal ini juga dapat mempengaruhi nilai yang didapatkan. Sehingga
dilakukan koreksi agar mengetahui data yang didapatkan masih dalam batas toleransi atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA
http://jajangroni.blogspot.co.id/2012/03/laporan-akhir-peta-kontur-iutpw.html
http://geografi-geografi.blogspot.co.id/2011/09/garis-kontur-sifat-dan-interpolasinya.html
http://radarjuve.blogspot.co.id/2013/07/pengertian-peta-topografi-dan.html

Anda mungkin juga menyukai