Anda di halaman 1dari 46

DR.

Asep Yusup Saptari, MSc


Sub Topik :
1) Parameter Posisi Horisontal
2) Prinsip Dasar Hitungan Koordinat
3) Metode Penentuan Posisi Horisontal

Buku Referensi :
1) Elementary Surveying – Introduction to Geomatic. Paul R.
Wolf
2) Engineering Surveying – W. Schoefield
3) Surveying for Construction Application – Barry Cavanaugh
Posisi Horizontal dinyatakan dalam Koordinat Horizontal, Kegunaan
Koordinat Horizontal :
1) Untuk mendiskripsikan lokasi / letak suatu titik / garis / bidang
2) Untuk merekonstruksi lokasi / letak titik / garis / bidang
3) Untuk menghitung :
 Jarak antara dua titik
 Arah antara dua titik
 Luas suatu daerah yang dibatasi oleh beberapa titik

Posisi Horisontal :
1) Relatif(Lokal/Khusus)
2) Absolut (Global/Umum)
Absolut (Global/Umum)

Relatif (Lokal/Khusus)
Dalam penentuan posisi relatif suatu titik / obyek, maka posisi titik
tersebut dinyatakan posisinya terhadap suatu titik / obyek acuan. Titik
yang bertindak sebagai acuan umumnya berupa titik referensi yang
mempunyai tingkat ketelitian minimal setingkat lebih tinggi dari tingkat
ketelitian titik yang akan diukur.

Orde jaring titik kontrol horizontal


c = faktor empirik yang menggambarkan tingkat presisi survei
Titik
Titik Referensi Kerangka
(Tingkat Ketelitian Yang Diukur
Lebih Tinggi)
Sebagai Titik Ikat

Titik
Kerangka
Yang Diukur

Titik
Kerangka
Yang Diukur
Kerangka referensi koordinat

Metode pengamatan untuk


pengadaan jaring titik kontrol
JARAK B

s = jarak ruang d = jarak datar


PARAMETER POSISI HORISONTAL
Arah menunjukkan lokasi suatu titik , relatif terhadap titik lainnya.
Secara kuantitatif , suatu arah biasanya dinyatakan dalam besaran
sudut , yang dihitung searah dengan perputaran jarum jam dari /
terhadap suatu arah acuan ( arah nol ) yang dipilih / ditentukan

Arti sudut :
Sudut adalah selisih antara dua arah yaitu arah kanan dikurang arah
kiri.
A Catatan :
 Pengertian sudut mendatar,
arah acuan adalah sudut pada bidang
atau mendatar ( lihat pengertian

arah nol jarak )
=-

P B
PARAMETER POSISI HORISONTAL

“Azimuths are horizontal angles observed clockwise from any


reference meridian” (Paul R. Wolf)

Azimut suatu sisi adalah sudut yang dimulai dari arah utara
searah dengan perputaran jarum jam sampai ke sisi yang
bersangkutan.
Karena terdapat beberapa macam arah utara maka dikenal juga
beberapa macam azimut yaitu :
terhadap
Azimut Astronomis Utara Astronomis
Azimut Magnetis Utara Magnetis
Azimut Geodetis Utara Geodetis / Geografis /
Sebenarnya
Sudut Jurusan Utara Peta / Grid
PARAMETER POSISI HORISONTAL

Azimut dapat dibaca secara langsung dari alat pengukur sudut datar
seperti Theodolit atau Total Station
PARAMETER POSISI HORISONTAL
U

U AAB

ABA
AAB B

ABA = AAB + 180o + 


 = konvergensi meredian ; terjadi akibat meredian konvergen ke kutub
Nilai  bisa positif atau negatif yang besarnya diperoleh dari : B =  BBA sin LB
PARAMETER POSISI HORISONTAL

“The bearing of a line is defined as the acute horizontal angle


between a reference meridian and the line” (Paul R. Wolf)

αBA = αAB + 180o

Arah sejajar sumbu Y positip

αAB

αAB B
αBA
A
PARAMETER POSISI HORISONTAL

Sudut Jurusan suatu sisi adalah sudut yang dimulai dari arah yang
sejajar sumbu Y positip searah dengan perputaran jarum jam sampai ke
sisi yang bersangkutan .
PRINSIP DASAR HITUNGAN KOORDINAT

Sumbu Y

XA A

YA

Sumbu X

Titik Nol Koordinat


A ( XA ; YA )

Absis Ordinat
PRINSIP DASAR HITUNGAN KOORDINAT
Sistem Koordinat Dalam Ilmu
Ukur Tanah : Y
1. Sistem Kartesian XA A

A ( XA ; YA )
YA

Y A
2. Sistem Polar
A ( d ;  )  d

Hubungan kedua sistem : X = d sin  X


Y = d cos 
PRINSIP DASAR HITUNGAN KOORDINAT

dAB sin αAB

dAB cos αAB


αAB dAB

XB = XA + dAB sin αAB

YB = YA + dAB cos αAB


PRINSIP DASAR HITUNGAN KOORDINAT
Sistem kuadran dan tanda

X: - IV I X: +
Y: + Y: +

X: - III II X: +
Y: - Y: -
PRINSIP DASAR HITUNGAN KOORDINAT

N/Y
+ +

 +
 + E/X

 
Karakteristik data yang diukur dalam kegiatan surveying terdiri dari
5 unsur yang dapat digambarkan sebagai berikut :

(1) Sudut Horizontal


(2) Jarak Horizontal
(3) Sudut Vertical (atau zenith)
(4) Jarak Vertical
(5) Jarak Miring

Kelimanya menggunakan Satuan


jaraj dan sudut
1 foot = 12 inches
1 yard = 3 feet
1 inch = 2.54 centimeters (basis of international foot)
1 meter = 39.37 inches (basis of U.S. survey foot)
1 rod 1 pole 1 perch 16.5 feet
1 mile = 5280 feet
1 nautical mile 6076.10 feet (nominal length of a minute of
latitude, or of
longitude at the equator)
Terdapat tiga satuan untuk menyatakan sudut yaitu :
1) Cara Seksagesimal, yaitu satu lingkaran dibagi menjadi 360
bagian, dalam hal ini satu bagian dinamakan dengan derajat (o).
2) Cara Sentisimal, yaitu sati lingkaran dibagi menjadi 400 bagian,
dimana satu bagian disebut dengan grade (g).
3) Cara Radian, satu radian adalah sudut pusat yang berhadapan
dengan bagian busur yang panjangnya sama dengan jari – jari
lingkaran. Karena panjang busur sama dengan keliling lingkaran
sebuah lingkaran yang berhadapan dengan sudut 360 o dan
keliling lingkaran 2 kali jari – jari, maka 1 lingkaran = 2 rad.

1 Lingkaran = 360 o = 400 grade = 2 rad


r
s
a

1. a = 1o bila s = 2 r / 360 1o = 60’ 1’ = 60”


2. a = 1g bila s = 2 r / 400 1g = 100c 1c = 100cc
3. a = 1 rad bila s = r Bilangan radial biasa ditulis : ρ

o menyatakan hubungan sistem radial dan sistem derajat , diperoleh dari :


180o /  = 57,29577951o dan ’ = 3437,746771’ ; ” = 206264,8062”
1. Nyatakan 1,86 radian dalam ukuran derajat
Jawab : Atau :
1 radian = 57o 17’ 44,81” 2 radian = 360o
Jadi 1,86 = 1,86 x 57o 17’ 44,81” 1 radian = 360o / 2
= 106o 34’ 12,5” Jadi 1,86 radian = 1,86 x 360o / 2
= 106o 34’ 12,5”
2. Nyatakan 72 derajat dalam ukuran radian
Jawab :
2 radian = 360o
Jadi 72 = 2 x 72 / 360
= 1,2566 radian

Jadi 56o 18’ 45” = 62,5694g


= 62g 56cg 94ccg
PRINSIP DASAR HITUNGAN KOORDINAT

Bila diketahui koordinat 2 titik, maka dapat dihitung jarak mendatar


serta sudut jurusan antara kedua titik tersebut.
DAB = { ( XB - XA )2 + ( YB - YA )2 }1/2
αAB = arc tan { ( XB - XA ) / ( YB - YA ) }

Ketentuan :
1) Bila pembilang dan penyebut positip maka sudut jurusan AB =
αAB
2) Bila pembilang positip dan penyebut negatip maka sudut
jurusan AB = αAB + 180o
3) Bila pembilang dan penyebut negatip maka sudut jurusan AB =
αAB + 180o
4) Bila pembilang negatip dan penyebut positip maka sudut
jurusan AB = αAB + 360o
SATU TITIK : Polar
Ikatan ke Muka
Ikatan ke Belakang

BANYAK TITIK : Poligon


Triangulasi

Trilaterasi
1. Polar

αAB Diketahui : A ( XA ; YA )
DAB
DAB

αAB
A
Dicari : B ( XB ; YB )

Dengan prinsip dasar hitungan koordinat maka titik B dapat dicari :

XB = XA + DAB sin αAB dan YB = YA + DAB cos αAB


METODE POLAR
Data : Koordinat A : (XA,YA) --- diketahui Dicari :
Jarak mendatar (dAB) Koordinat B (XB,YB) = ?
Sudut jurusan AB : AB
Dihitung dgn rumus :
Y XB = XA + XAB
B
YB  YB = YA + YAB

AB YAB Dimana


XAB = dAB Sin AB
YAB = dAB Cos AB
XB
A
 XAB Sehingga :
XB = XA + dAB Sin AB
 YB = YA + dAB Cos AB

O X
XA XB
2. Ikatan Ke Muka
C Diketahui : A ( XA ; YA )
B ( XB ; YB )
Diukur :  dan 

 Ditanya : C
A 
B
Penyelesaian :

Koordinat C dapat dihitung dari A dan B dengan rumus :


Dihitung dari A : XC = XA + dAC sin AC

YC = YA + dAC cos AC


Dihitung dari B : XC = XB + dBC sin BC

YC = YB + dBC cos BC


Syarat Geometrik Segitiga
C

 AC BC AB
= =
Sin  Sin  Sin 

AB = (XB - XA)2 + (YB - YA)2


A 

B
Langkah hitungan :
1. Hitung jarak AB : dAB = = { ( XB - XA )2 + ( YB - YA )2 }1/2
2. Hitung jarak AC dan atau BC dengan rumus sinus :
dAC = dAB { sin  / sin (180-(  +  )) }
dBC = dAB { sin  / sin (180-(  +  )) }
3. Hitung sudut jurusan AB dengan rumus dasar :
AB = arc tan { XAB / YAB }
4. Hitung sudut jurusan AC dan atau BC yang dalam hal ini :
AC = AB -  ; BC = AB + 180o + 
5. Hitung koordinat titik C :
Dihitung dari A : XC = XA + dAC sin AC
YC = YA + dAC cos AC
Dihitung dari B : XC = XB + dBC sin BC
YC = YB + dBC cos BC
METODE PERPOTONGAN KE MUKA
Data : Dicari :
Koordinat A(XA,YA) dan B(XB,YB) –- minimal 2 ttk diketahui Koordinat C (XC,YC) = ?
Sudut di A = (1) dan B = 2) – diukur dgn alat
Dihitung dgn rumus SINUS :
Y  = 1800 – (1+ 2)
YB XBC dAB= (XB – XA)2 + (YB – YA)2]½
XAB
C dAC = dAB/Sin  x Sin 2
 dBC = dAB/Sin  x Sin 1
YAC
A BC (XB – XA)
C AB = arc tan
XB  1
A (YB – YA)
2 Y
AB
T  AC = AB - 1
BC = AB + 2– 1800

B
O X
XA XB
Dr ttk A Dr ttk B
Sehingga :
XC = XA + dAC Sin AC = XB + dBC Sin BC
YC = YA + dAC Cos AC = YB + dBC Cos BC
METODE PERPOTONGAN KE MUKA
Data : Dicari :
Koordinat A(XA,YA) dan B(XB,YB) –- minimal 2 ttk diketahui Koordinat C (XC,YC) = ?
Sudut di A = (1) dan B = 2) – diukur dgn alat
Dihitung dgn rumus TANGENS :
AC = AB - 1
Y BC = AB + 2– 1800
YB XBC
XAB XAB
C Tan BC = YAC Tan BC = … (1)
 YAB + YAC
YAC
A BC
C
XBC + XAB

A
XB 1 Tan AC = YAC Tan AC = … (2)
YAC
2 YAB (2) – (1)
XAB + YAB Tan BC
 T

B YAC =
O X Tan AC - Tan BC
XA XB
XAC XC = XA + XAC = YACTan AC
Tan AC =
YC = YA + YAC
YAC
1. Diket titik A(10,10) m
Sdt jur AB = 900
Jarak mendatar AB = 100 m
Koordinat B (XB, YB) = ??

2. Diket titik A(10,10) m ; B(10,70)


Sdt BAC = Sdt ABC = 600
Koordinat C (XC, YC) = ??

3. Diket titik A(-10,-10) m ; B(-10,-70)


Sdt BAC = Sdt ABC = 600
Koordinat C (XC, YC) = ??
357o 26’ 08”
4.

 = ?

25o 08’ 03”

5. Gambarkan posisi titik berikut : A ( + 25 ; - 30 ) m


B ( - 25 ; + 40 ) m
C ( + 25 ; 0 ) m
D ( 0 ; + 20 ) m
dengan skala 1 : 500

6. Bila : A ( + 2608,203 ; - 2808,203 ) m dan B ( + 2105,195 ; - 2211,195 ) m ;


tentukan sudut jurusan AB dalam satuan gon dan satuan derajat
serta tentukan jarak AB

7. Bila : A ( - 2604,198 ; - 1210,381 ) m dan jarak AB = 198,381 m serta


sudut jurusan dari B ke A = 198g 83c 98cc ;
tentukanlah koordinat titik B
8. Bila pada segitiga sama kaki ABP, koordinat titik alas segitiga tersebut
adalah :
A ( - 59,27 ; + 71,63 ) meter dan B ( + 11,98 ; + 60,04 ) meter. Besarnya
sudut di titik puncak segitiga tersebut (P) adalah :
66o 32’ 23”
Tentukan koordinat titik puncak segitiga tersebut bila P di utara AB

9. Pada sebuah segitiga sama sisi ABC, koordinat titik A & B adalah :
A ( - 12,34 ; + 43,21 ) meter dan B ( + 21,45 ; - 15,48 ) meter
Tentukanlah koordinat titik C bila C terletak di Timur garis AB

10. Pada segitiga ABP, diketahui koordinat titik A & B sebagai berikut :
A ( + 21,05 ; - 22,11 ) meter dan B ( - 26,04 ; - 12,10 ) meter
Jarak AP = 65,19 meter dan jarak BP = 73,88 ) meter
Tentukan koordinat titik P bila P terletak di Selatan garis AB
Poligon
Poligon Pada penentuan posisi horisontal dengan metode poligon,
untuk menentukan posisi titik yang belum diketahui koordinatnya
dari titik yang sudah diketahui koordinatnya, semua jarak dan sudut
dalam poligon diukur. Poligon dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
poligon tertutup dan poligon terbuka
Poligon digunakan apabila titik - titik yang akan di cari koordinatnya
terletak memanjang sehingga terbentuk segi banyak (poligon).
Pengukuran dan Pemetaan Poligon merupakan salah satu pengukuran
dan pemetaan kerangka dasar horizontal yang bertujuan untuk
memperoleh koordinat planimetris (X,Y) titik - titik pengukuran.
Pengukuran poligon sendiri mengandung arti salah satu metode
penentuan titik diantara beberapa metode penentuan titik yang lain.
Untuk daerah yang relatif tidak terlalu luas, pengukuran cara poligon
merupakan pilihan yang sering di gunakan, karena cara tersebut dapat
dengan mudah menyesuaikan diti dengan keadaan daerah/lapangan.
penentuan koordinat titik dengan cara poligon ini membutuhkan,
Poligon Tertutup Poligon Terbuka
Poligon Bercabang
Triangulasi
Triangulasi Untuk menentukan posisi horisontal dari suatu titik
dengan metode triangulasi, semua sudut dalam segitiga dan salah
satu sisi segitiga jaraknya harus diketahui.
Trilaterasi
Pada metode trilaterasi semua sisi dari segitiga harus diukur
jaraknya untuk mendapatkan posisi horizontal dari suatu titik.

Anda mungkin juga menyukai