Jurus merupakan besaran sudut yang diukur dalam satuan derajat (0) dengan
menggunakan kompas. Setiap sudut yang diukur dengan menggunakan kompas
disebut arah (baearing atau azimuth).
Jurus suatu struktur bidang dapat dideskripsikan dengan dua cara. Cara
pertama dikenal sebagai konvensi kuadran. Dalam konvensi ini, seluruh
kemungkinanarah dibagi ke dalam empat kuadran (NE, SE, NW, dan SW)
yang masing-masing kuadran memiliki besar 900 (Gambar 2.3a), dan jurus
ditentukan dengan memberikan angka dalam derajat yang mewakili besar
sudut (bisa ke arah barat atau timur) antara garis jurus dengan utara
sebenarnya. Beberapa contoh penentuan dan penulisan jurus dalam
konvensi kuadran adalah sebagai berikut :
1. Jika garis jurus pada suatu struktur bidang tepat berarah N-S, dalam konvensi
kuadran jurus struktur bidang tersebut ditulis N0 0E atau N00W, dan dibaca
"north nol derajat east" atau "north nol derajat west".
2. Jika garis jurus pada struktur bidang tepat berarah NW-SE, dalam konvensi
kuadran jurus struktur bidang tersebut ditulis N45 0W atau S450E dan dibaca
"north empat puluh lima derajat west" atau "south empat puluh lima derajat
east".
3. Jika garis jurus pada struktur bidang tepat berarah NE-SW, dalam konvensi
kuadran jurus struktur bidang tersebut ditulis N45 0E atau S450W dan dibaca
"north empat puluh lima derajat east" atau "south empat puluh lima derajat
west".
Gambar 2.3. Konvensi untuk mendeskripsikan jurus. (a) Konvensi kuadran. (b) Konvensi azimuth.
Dari contoh-contoh di atas, dapat dilihat bahwa penulisan dan penyebutan jurus
dengan mengacu terhadap arah utara selalu memiliki pasangan yang sama dengan
penulisan dan penyebutan jurus dengan mengacu terhadap arah selatan. Hal ini
disebabkan karena tidak ada keharusan untuk membedakan titik-titik ujung dari
sebuah garis horizontal. Namun, jika konvensi kuadran harus digunakan, telah
menjadi kebiasaan bagi para ahli geologi untuk selalu menulis dan menyebut jurus
dengan mengacu terhadap arah utara. Cara kedua untuk mendeskripsikan jurus
dikenal sebagai konvensi azimuth. Dalam konvensi ini, seluruh kemungkinan arah
dibagi ke dalam 3600, dengan arah utara ditetapkan memiliki nilai 0 0 atau 3600
(Gambar 2.3b). Karena pengukuran jurus selalu berputar dari arah utara ke timur
(searah jarum jam), maka jurus dalam konvensi azimuth sebenarnya dapat
Gambar 2.4. Diagram blok yang memperlihatkan arti dari kemiringan. (a) Kemiringan sebenarnya (δ),
dengan arah panah menunjukkan arah kemiringan. (b) kemiringan semu (α).
Kemiringan yang diukur pada bidang vertikal yang tidak tegak lurus garis jurus
disebut sebagai kemiringan semu (apparent dip) (Gambar 2.4b). Besar kemiringan semu
harus selalu lebih kecil dari pada besar kemiringan sebenarnya. Besar kemiringan semu
yang diukur pada bidang vertikal yang mengandung garis jurus adalah nol derajat (00).
Kemiringan dideskripsikan sebagai sudut yang memiliki besar antara 0 0 dan 900. Bidang
dengan kemiringan 00 adalah bidang horizontal, sedangkan bidang dengan kemiringan
900 adalah bidang vertikal. Pada umumnya, kemiringan antara 0 0 dan 200 dianggap
sebagai kemiringan landai (shallow), kemiringan antara 200 dan 500 dianggap sebagai
kemiringan sedang (moderate), dan kemiringan antara 500 dan 900 dianggap sebagai
kemiringan terjal (steep) (Gambar 2.5). Untuk lapisan terbalik (overturned), kemiringan
tetap dideskripsikan sebagai sebuah sudut yang lebih kecil daripada 90 0, tetapi pada peta
digunakan simbol yang berbeda.
Gambar 2.4. Klasifikasi untuk kemiringan sebuah lapisan. Gambar ini menunjukkan adanya lipatan terbalik
(overturned). Panah-panah di dalam lapisan menunjukkan stratigrafi ke arah muda.
2.3.2 Cara Penulisan Kemiringan dan Arah Kemiringan Untuk Struktur Bidang
Kedudukan struktur bidang juga dapat dideskripsikan dengan cara penulisan
kemiringan dan arah kemiringan. Cara penulisan ini, untuk contoh-contoh
kedudukan struktur bidang di atas, diperlihatkan pada Tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1. Contoh cara penulisan kemiringan dan arah kemiringan untuk struktur
bidang.
Cara Penulisan Jurus dan Kemiringan Cara Penulisan Kemiringan
Konversi Kuadran Konversi Azimuth dan Arah Kemiringan
0 0 0 0
N0 E/80 E atau N0 W/80 E N0 E/800E atau N1800E/800
0
800, N900E
0 0 0 0
N90 E/30 N atau N90 W/30 N N900E/300N atau N2700E/300 300, N00E
0 0
N45 W/60 SW N1350E/600SW atau N315ºE/600 600, N2250E
0 0
N45 E/15 NW N450E/150NW atau N2250E/150 150, N3150E
0 0
N3 E/20 W N30E/200W atau N1830E/200 200, N2730E
0 0
N82 W/85 N N980E/850N atau N2780E/850 850, N80E
90
Lapisan vertikal top Belahan horisontal
Gambar 2.7. Perpotongan antar korok (garis tebal) dengan dinding penambangan. Jurus korok tidak tegak
lurus dinding penambangan, karena itu sudut yang dibentuk oleh jejak (trace) korok pada dinding
penambangan denga garis horizontal adalah kemiringan semu. φ adalah kemiringan sebenarnya, μ adalah
kemiringan semu pada bidang penambangan berarah E-W, dan δ adalah kemiringan semu pada bidang
penambangan berarah N-S.
Kasus 2-1
5. Gambar garis XY yang sejajar garis jurus dan melalui titik B. Gambar
garis
dari A yang tegak lurus garis jurus dan memotong XY. Namakan
perpotongan ini sebagai titik C. Dapat dilihat bahwa garis AC
sejajardengan arah kemiringan sebenarnya.
Gambar 2.8
6. Tentukan titik C' yang terletak di bawah titik C sejauh d. Penentuan ini
dilakukan dengan cara memplot titik C' di sepanjang garis XY dan
Kasus 2-2
Dua buah kemiringan semu terletak pada sebuah struktur bidang. Kemiringan
semu pertama berarah 2400 dengan besar 250, kemiringan semu kedua berarah 1700
dengan besar 200. Tentukan jurus dan kemiringan struktur bidang tersebut.
Gambar 2.9.
Kasus 2-3
Pada bidang perlapisan dengan kedudukan N450W/300SW, tentukan
kemiringan semu pada arah N800W.