Anda di halaman 1dari 26

PROBLEMA TIGA TITIK DAN POLA PENYEBARAN

SINGKAPAN
(Laporan Praktikum Geologi Struktur)

Oleh
Fadsyah Muhammad Arbi
2215051063

LABORATORIUM PETROLOGI
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
Judul Praktikum : Problema Tiga Titik Dan Pola Penyebaran Singkapan

Tanggal Praktikum : 16 Maret 2023

Tempat Praktikum : Laboratorium Petrologi Teknik Geofisika

Nama : Fadsyah Muhammad Arbi

NPM : 2215051063

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Geofisika

Kelompok : IV (Empat)

Bandar Lampung, 21 Maret 2023


Mengetahui,
Asisten

Ramot Efraim Frederick Togatorop


NPM 2015051039

i
PROBLEMA TIGA TITIK DAN POLA PENYEBARAN SINGKAPAN

Oleh
Fadsyah Muhammad Arbi

ABSTRAK

Praktikum Geologi Struktur kali ini dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2023
secara offline di Laboratorium Petrologi, Gedung Jurusan Teknik Geofisika,
Universitas Lampung. Pada praktikum, membahas mengenai problema tiga titik
dan pola penyebaran singkapan. Problema titga titik adalah metode yang
digunakan untuk memperhitungkan dan menentukan kedudukan bidang pada
sebuah singkapan bisa dipermukaan atau bawah permukaan dengan menggunakan
tiga singkapan. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan batas satuan batuan,
menentukan ketebalan lapisan batuan yang dinilai ekonomis dan bertujuan untuk
menentukan urutan perlapisan batuan. Dalam menentukan kedudukan bidang
menggunakan problema tiga titik terdapat tiga metode, yaitu metode proyeksi,
metode grafis I, dan metode grafis II. Namun, pada saat praktikum digunakan
metode proyeksi dengan menggambar tiga titik singkapan yang telah diketahui
posisi dan ketinggiannya lalu diproyeksikan untuk menentukan jurus dan
kemiringan suatu bidang. Metode ini dilakukan dengan maksud untuk
menentukan bidang dari tiga titik yang diketahui posisi dan ketinggiannnya yang
terletak pada bidang rata yang sama, untuk menentukan penyebaran dari
singkapan yng telah diketahui kedudukannya dari satu titik, dan menentukan besar
jurus dan kemiringan dari pola penyebaran singkapan. Problema tiga titik hanya
dapat digunakan jika pada ketiga singkapan yang telah diketahui lokasi dan
ketinggiannya terletak pada satu bidang yang mana bidang tersebut belum
mengalami patahan dan terlipatkan.

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan Praktikum..................................................................................1

II. TEORI DASAR

III. METODOLOGI PRAKTIKUM


A. Alat dan Bahan......................................................................................4
B. Diagram Alir.........................................................................................5

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan..................................................................................6
B. Pembahasan...........................................................................................6

V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Alat Tulis..............................................................................................4
Gambar 2. Modul Praktikum Geologi Struktur......................................................4
Gambar 3. Diagram Alir.........................................................................................5

iv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Problema tiga titik adalah suatu cara untuk memetakan singkapan ke dalam
distribusi berdasarkan posisi yang terbentuk pada kontur yang searah
dengan bidang irisan atau mengikuti kontur pada arah dip. Tindakan ini
seperti memetakan singkapan yang dibentuk sedemikian rupa sehingga
menjadi model yang dapat diambil dan dihitung dengan tepat karena
membentuk ruang. Tindakan ini seperti memetakan singkapan pembentuk
sehingga menjadi model yang dapat diambil dan dihitung dengan tepat
karena sudah merepresentasikan ruang.  Pada metode problema tiga titik ini
tujuannya adalah untuk mengetahui dan menentukan level dari 3 titik
coplanar yang posisi dan tingginya diketahui, untuk menentukan sebaran
singkapan titik yang diketahui, dan juga untuk menentukan ukuran titik
tersebut.

Penerapan metode pengukuran tiga titik diwujudkan dengan membuat grafik


tinggi singkapan pada tiga lokasi yang berbeda, dengan asumsi bahwa kurva
ketinggian memiliki tingkat yang sama tiga lokasi yang berbeda. Sehiingga
hasil yang didapat dari digunakannya metode proble tiga titik adalah nilai
dari dip yang diukur dari tiga singkapan yang telah diketahui titik nya dan
ketiga singkapan tersebut saling dihubungkan satu sama lain. Selain dengan
mendapatkan nilai dip, kita juga mendapatkan nilai strike yang mana hal
tersebut juga diukur setelah tiga titik singkapan yang masing-masing
memiliki ketinggian yang berbeda saling dihubungkan.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum problema tiga titik dan pola penyebaran
singkapan adalah sebagai berikut.
1. Menentukan batas satuan batuan
2. Menentukan ketebalan lapisan batuan yang dinilai ekonomis
3. Menentukan urutan perlapisan batuan
4
II. TEORI DASAR

Jurus atau strike adalah arah garis yang terbentuk dari perpotongan antara bidang
planar dengan bidang horizontal. Jurus atau strike ditinjau atau diukur dari arah
utara. Sedangkan kemiringan atau dip adalah sudut atau derajat yang terbentuk
antara bidang planar dengan bidang horizontal. Kemiringan atau dip memiliki
arah yang tegak lurus terhadap garis kemiringan atau strike. Bidang planar adakah
bidang yang memiliki bentuk relatif lurus, misalnya adalah bidang perlapisan,
bidang kekar, dan lain-lain (Wahyuni, Ayusari dkk, 2019).

Dalam bahasa Indonesia strike adalah jurus, yaitu garis potong antara bidang
perlapisan dengan bidang horizontal. Jurus atau strike menggambarkan objek
yang sama dengan dua informasi sekaligus, yaitu garis potong antara lapisan
batuan dengan bidang horizontal dan arah garis potong tersebut atau dikenal
dengan jurusnya. Strike merupakan arah perlapisan yang dinyatakan dalam
besarnya sudut relatif terhadap arah utara. Sedangkan kemiringan atau dip adalah
sudut yang dibentuk oleh bidang perlapisan dengan bidang horizontal, kemiringan
atau dip terbagi menjadi dua yaitu true dip dan apparent dip (Hariyanto, 2018).

Kompas geologi merupakan salah satu jenis kompas yang biasanya digunakan
untuk mengukur besaran arah (azimuth dan bearing), mengukur kemiringan
lereng, amupun mengukur jurus ataupun kedudukan perlapisan dan kemiringan
lapisan batuan. setiap kompas geologi harus memiliki jarum magnet, lingkaran
pembagi dalam derajat, nivo mata lembu (nivo levelling), dan sebuah klinometer
denfan nivo tabung untuk mengukur kemiringan (Wahyuni, Ayusari dkk, 2019).

Peta topografi merupakan peta yang menampilkan gambaran permukaan bumi


yang dapat diidentifikasi, berupa objek alami ataupun objek buatan. Peta topografi
menyajikan objek-objek dipermukaan bumi dengan ketinggian yang dihitung dari
permukaan air laut dan digambarkan dalam bentuk garis-garis kontur, dengan
setiap garis kontur mencerminkan ketinggian tertentu. Peta topografi memiliki dua
unsur utama yaitu ukuran planimetric dan ukuran relief. Elevasi pada peta
topografi digambarkan dengan menghubungkan garis-garis kontur yang memiliki
ketinggian yang sama (Afani, Iqbal dkk, 2019).

iv
Daerah dengan topografi yang komplek, akan memberikan pola penyebaran
singkapan yang komplek pula. Penyebaran singkapan dapat diperkirakan
berdasarkan hubungan antara kedudukan lapisan batuan dengan kontur
topografinya. Hukum V merupakan aturan yang mengatur mengenai hubungan
antara kedudukan lapisan dengan kontur topografinya. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebagai dasar dalam menentukan penyebaran suatu singkapan
batuan, yaitu lapisan yang mempunyai kedudukan horizontal akan memiliki
kontak yang konstan terhadap ketinggian. Tetapi ketika lapisan memiliki
kedudukan vertikal, kontak akan memotong topografi secara tegas dan lurus tanpa
mengikuti kontur topografi. Lapisan dengan kemiringan kecil akan membentuk
kontak batuan yang mengikuti kontur topografi, sedangkan lapisan dengan
kemiringan yang besar akan kurang mengikuti kontur topografi (Sundoyo, 2014).

Singkapan atau autocrop merupakan bagian bukaan batuan yang terlihat di


permukaan. Singkapan tidak menutupi sebagian besar permukaan tanah dibumi
karena sebagaian besar tempat batuan dasar atau deposit superfisial tertutup oleh
mantel dari tanag dan vegetasi sehingga tidak dapat dilihat atau diteliti dengan
seksama. Namun, pada tempat-tempat dimana tanah yang menutupi terhapus oleh
erosi atau proses pengangkatan tektonik, bebatuan akan terbuka dan tersingkap.
Singkapan memungkinkan peneliti untuk mengamati langsung dan mengambil
contoh in situ untuk analisis geologi (Bintarto, Bambang dkk, 2020).

Strike atau jurus adalah garis imajiner yang memiliki arah mata angina tau
kompas untuk pembangunan setiap sedimen berda atau pada titik kesalahan yang
terletak pada garis elevasi setara hingga arah kompas menunjuknya sebagai
bantalan. Sedangkan dip atau kemiringan merupakan garisan imajiner yang
berperan pada pembangunan ketika proses turun dari lereng sedimen berda atau
fault dip pada posisi tegak lurus menghadap arah strike. Strike dan dip biasanya
dinyatakan dalam bentuk derajat atau sudut kemiringan atau bantalan yang
mengalami pwngukuran mulai dari bagian horizontal. Sudut dip yang digunakan
biasanya tidak lebih dari 90˚ (Asmaranto, Runi dkk, 2021).

Jenis lipatan dapat diketahui berdasarkan arah jurus dan kemiringan lapisan
batuan, jurus perlapisan batuan adalah arah suatu garis yang dibentuk oleh
perpotongan lapisan batuan dengan bidang datar hayal. Arah garis tersebut disebut
sebagai bearing, yang merupakan sudut anatra arah utara sebenarnya dengan garis
tersebut. struktur lipatan dapat diidentifikasi dengan caea menelusuri arah
perlapisan. Lipatan yang luas, terbuka, dan bergelombang mudah untuk
diidentifikasi dari citra satelit. Sedangkan lipatan yang rapat, terbalik, isoklinan
suliu diidentifikasi pada citra satelit (Franto, 2020).
3
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

Gambar 1. Alat Tulis

Gambar 2. Kertas Milimeter Blok

Gambar 3. Modul Praktikum Geologi Struktur


5

B. Diagram Alir

Adapun langkah-langkah praktikum ini dapat dirincikan dalam diagram alir


berikut.

Mulai

Menyiapkan Alat dan Bahan

Melakukan Studi Literatur Modul Pengantar


Praktikum

Menentukan Lokasi dan Ketinggian Pada Tiga


Titik Singkapan Pada Satu Bidang

Menentukan Kedudukan Bidang Dengan Metode


Problema Tiga Titik Menggunakan Cara Proyeksi

Hasil Pengamatan

Selesai

Gambar 3. Diagram Alir


IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan praktikum terlampir pada lembar lampiran.

B. Pembahasan

Praktikum Geologi Struktur kali ini dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2023
secara offline di Laboratorium Petrologi, Gedung Teknik Geofisika, yang
mana praktikum membahas tentang cara menetukan kedudukan bidang pada
sebuah singkapan menggunakan minimal tiga titik singkapan yang disebut
dengan metode problema tiga titik dan juga membahas tentang bagaimana
pola penyebaran singkapan batuan. Sebelum dimulainya proses praktikum,
para praktikan seperti biasa akan diuji kemampuan dan pemahamannya
terlebih dahulu mengenai bab yang akan dibahas pada praktikum dengan
metode pretest. Pretest dinyatakan lulus jika praktikan memenuhi nilai
standar yang telah ditentukan dan disepakati, yaitu 75. Praktikan yang belum
dinyatakan lulus akan diberikan tugas tersendiri atau melakukan postest pada
saat akhir praktikum. Setelah dilakukan uji pemahaman awal, barulah
praktikan memasuki kegiatan inti dari praktikum. Selanjutnya, asisten
praktikan memberikan materi sekaligus menjelaskan dan mempraktekkan
bagaimana cara menggambar untuk menentukan kedudukan bidang
menggunakan metode problema tiga titik dan cara menentukan pola
penyebaran singkapannya. Sebelum itu, asisten praktikan mengajarkan
terlebih dahulu bagaimana cara menentukan strike (jurus) dan dip
(kemiringan) suatu bidang singkapan menggunakan kompas geologi. Hal ini
adalah dasar untuk menggali data-data posisi dan ketinggian di lapangan
dalam menggunakan metode problema tiga titik ini untuk menentukan
bidang. Dalam menentukan kedudukan bidang menggunakan problema tiga
titik, praktikan diajarkan menggunakan metode penentuan bidang tersebut
menggunakan cara proyeksi. Praktikan mendengarkan, menyimak, dan
3

menggambarkannya kembali di atas kertas millimeter block yang telah


disiapkan dengn menggunakan alat tulis dan busur
7

Pada akhir praktikum, praktikan diberi tugas praktikum berupa menentukan


kedudukan bidang dengan menggunakan metode problema tiga titik
berdasarkan data-data yang sudah diketahui berupa posisi dan ketinggian dari
masing-masing ketiga titik singkapan. Berdasarkan data yang telah didapat
diketahui suatu lapisan pada tiga titik pengamatan, yang mana lokasi A ke B
berjarak 500 meter dengan arah N 190o E dan jarak lokasi titik A ke C
berjarak 450 m dengan arah N 130o E. Ketinggian titik A = 200 meter, B
=100 meter dan C = 150 meter. Skala 1:100. Pada millimeter block kita
gambarkan garis-garis tersebut dengan menganggap bahwa 1 cm mewakili
100 meter. Pada proses perhitungan dan penentuan kedudukan bidang
menggunakan problema tiga titik ini prakikan menggunakan cara proyeksi.
Langkah pertama yaitu menetukan titik A sebagai koordinat. Kemudian buat
garis A-B dengan data posisi (arah dan jarak) yang sudah ditentukan dimana
garis A sebagai titik acuannya. Lalu, lanjutkan dengan membuat garis A-C
dengan menggunakan cara yang sama pada membuat garis A-B. Setelah garis
A-B dan A-C dibuat maka hubungkan titik C dan titik B, sehingga
membentuk garis B-C. Setelah itu alan terlihat bidang seperti segitiga.
Kemudian di bawah garis B-C beri sedikit jarak dan gambarkan garis bantu
(k) dengan arah horizontal kemudian hubungkan titik A, titik B, dan titik C ke
garis k dengan garis putus-putus. Setelah itu tarik titik kembali garis putus-
putus pada titik A, B, dan C ke bawah garis k dengan ketinggian masing-
masing titik. Setelah itu beri nama masing-masing titik ketinggian dengan A’
untuk titik yang dibentuk oleh ketinggian A dan begitu juga dengan titik yang
dibentuk oleh ketinggian B dan C. Sambungkan garis AB, AC, dan BC. Lalu
buat garis tegak lurus titik C’ kearah garis AB dan buat garis tegak lurus lagi
kearah garis AB dan beri nama titik yang dibentuk dengan titik D. Setelah itu
buat garis memanjang dengan menghubungkan titik C dan D. Kemudian buat
juga garis proyeksi memanjang disamping kiri titik A dengan
memproyeksikan garis yang dibentuk oleh DC yang mana titik A sebagai titik
acuan dan buat juga garis proyeksi yang dimulai dari titik B. Kemudian buat
garis proyeksi AB pada bidang garis proyeksi A, B, dan C. Kemudian beri
nama garis tersebut garis m. Pada ujung garis yang menyentuh proyeksi A
beri nama A’’ dan beri juga nama B’’ dan C’’ titik yang bersentuhan dengan
m pada masing-masing garis proyeksi. Setelah itu untuk menentukan dip
(kemiringan) bisa dicari dengan cara mengurangi ketinggian A-B = 100 m
dan ketinggian B-C = 50 m, sehingga kita bisa membuat garis pada garis
proyeksi B dengan panjang 100 m dari garis m dan buat juga garis pada
proyeksi C dengan panjang 50 m dari garis m. Kemudian hubungkan titik A’’
titik B’’ dan titik C’’ sehingga akan membentuk garis kemiringan terhadap
garis m, dan itulah yang kita sebut dip. Adapun dipnya didapat 15o.
8

Kemudian untuk strike (jurus) buat garis bantu sepanjang garis C’ menuju C
sehingga kita bisa ukur strike (jurusnya) dengan mengukur sudut yang
dibentuk dengan besar sudut 87o, maka itulah strike (jurus)nya. Setelah
ditemukan strike dan dip maka kita bisa menentukan kedudukan
singkapannya, yaitu N 87o E/15o.

Hukum “V" (V Rule) adalah hukum yang menjelaskan hubungan antara


lapisan yang mempunyai kemiringan dengan bentuk topografi berelief akan
menghasilkan suatu pola singkapan yang beraturan. Penyebaran singkapan
batuan akan tergantung bentuk permukaan bumi. Suatu urutan perlapisan
batuan yang miring, pada permukaan yang datar akan terlihat sebagai lapisan-
lapisan yang sejajar. Akan tetapi pada permukaan bergelombang, batas-batas
lapisan akan mengikuti aturan sesuai dengan kedudukan lapisan terhadap peta
topografi. Aturan yang dipakai adalah, bahwa suatu batuan akan tersingkap
sebagai titik, dimana titik tersebut merupakan perpotongan antara ketinggian
(dalam hal ini dapat dipakai kerangka garis kontur topografi) dengan lapisan
batuan (dalam hal ini dipakai kerangka garis jurus) pada ketinggian yang
sama. Aturan ini dapat dipakai untuk menggambarkan penyebaran batuan
dipermukaan dengan mencari titik-titik tersebut, apabila jurus-jurus untuk
beberapa ketinggian dapat ditentukan. Sebaliknya, dari suatu penyebaran
singkapan dapat pula ditentukan kedudukan lapisan dengan mencari jurus-
jurusnya. Lapisan horizontal akan membentuk pola singkapan yang
mengikuti pola garis kontur. Lapisan dengan kemiringan yang berlawanan
dengan arah kemiringan lereng maka kenampakan lapisan akan memotong
lembah dengan pola singkapan membentuk huruf "V" yang berlawanan
dengan arah kemiringan lembah. Pada lapisan tegak akan membentuk pola
singkapan berupa garis lurus dimanapola singkapan ini tidak dipengaruhi oleh
keadaan topografi. Lapisan yang miring searah dengan arah kemiringan
lereng dimana kemumganl apisan lebih besar dan pada kemiringan lereng
akan membentuk pola smgkapan dengan huruf "V" mengarah sama (searah)
dengan arah kemiringan lereng. Lapisan dengan kemiringan yang searah
dengan kemiringan lereng dimana besar kemiringan lapisan lebih kecil dari
kemiringan lereng, maka pola singkapan kebanyaakan membentuk huruf "V"
yang berlawanan dengan arah kemiringan lereng/lembah. Lapisan yang
kemiringan nya searah dengan kemiringan lembah dan besarnya kemiringan
lapisan sama dengan kemiringan lereng/lembah maka pola singkapan tampak.

Indonesia memiliki beragam bentuk topografi yang bervariasi, karena


letaknya yang berada di wilayah persilangan beberapa lempeng tektonik aktif.
Berikut adalah beberapa bentuk topografi yang dapat ditemukan di Indonesia.
Bentuk topografi yang ada di Indonesia seperti gunung, lembah, danau,
9

sungai, dan lain-lain. Oleh karena faktor tersebut, Indonesia banyak


ditemukan pola penyebaran singkapan akibat dari proses endogen yang
terjadi. Adapun yang menjelaskan hubungan antara lapisan yang mempunyai
kemiringan dengan bentuk topografi berelief akan menghasilkan suatu pola
singkapan yang beraturan dikenal dengan hukum V. Penyebaran singkapan
batuan akan tergantung bentuk permukaan bumi. Suatu urutan perlapisan
batuan yang miring, pada permukaan yang datar akan terlihat sebagai lapisan-
lapisan yang sejajar. Di Indonesia banyak ditemukan kasus hukum V.
Contoh kasus hukum yang ada di Indonesia adalah jika suatu lapisan
horizontal contohnya lapisan sedimen di kaki gunung, maka hukum V akan
mengikuti pola garis konturnya yaitu semakin tinggi atau semakin curam
lapisan, maka garis kontur semakin rapat. Contoh lapisan sedimen yang
mengikuti lereng gunung, tiba-tiba ada tenaga endogen dari bawah sehingga
bidang perlapisan tersebut memiliki pola singkapan yang berlawanan dengan
arah lapisan seperti huruf V. Lapisan akan terlihat jika lapisan tersebut tegak
lurus (90°) atau datar, maka lapisan ini tidak dipengaruhi oleh kondisi
topografi contohnya di lapangan. Jika lapisan yang miringkanya sejajar
dengan lapisannya maka akan terlihat seperti huruf Vyang memiliki arag
yang sama, contohnya pada Gunung Semeru. jika lapisan searah dengan
kemiringan lereng namun lebih kecil, maka itu akan terlihat seperti hukum V,
tapi lapisan tersebut agak lebih landai dari kemiringan tersebut. Jika lapisan
dan topografi bidang perlapisan sama-sama curam, maka lapisan akan
membentuk hukum V. Jadi jika suatu perlapisan yang memiliki kemiringan
maka perlapisan itu akan terlihat seperti huruf V. Hukum V ini bisa sejajar
dengan kondisi topografi lapisan ataupun berlawanan arah, tergantung adanya
deformasi. Semakin tinggi atau semacam curam suatu lapisan maka huruf V
nya akan semakin runcing, begitu sebaliknya yaitu mengikuti kondisi
topografinya.
V. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum problema tiga titik dan pola penyebaran singkapan yang telah
dilakukan, maka didapatlah kesimpulan dari hasil praktikum, yaitu sebagai berikut.
1. Dalam menentukan batas satuan batuan menggunakan metode problema tiga
titik maka untuk cara yang tepat adalah dengan menggunakan cara grafis yang
dimana kita dapat mengetahui urutan lapisan yang berada di bawah permukaan
bumi
2. Dalam menentukan ketebalan lapisan batuan yang terletakk dibawah
permukaan bumi salah satu data yang dapat digunakan adalah dengan
menggunakan data sumur bor yang mna data tersebut digunakan untuk
diinterpretasikan melalui cara grafis.
3. Dalam menentukan urutan lapisan batuan cara yang tepat untuk digunakan
adalah dengan melakukan cara proyeksi yang menjadi salah satu cara yang
terdapat pada problema tiga titik, dengan cara tersebut kita dapat mengetahui
lapisan mana yang paling dalam dan lapisan yang mendekati permukaan
4. Hasil praktikum problema tiga titik untuk menentukan kedudukan bidang pada
singkapan didapatlah data jurus 87° dan kemiringan 15°, sehiggga
ditemukanlah kedudukan bidang singkapannya N 87° E/15°.
DAFTAR PUSTAKA

Afani, Iqbal dkk. (2019). Optimalisasi Pembuatan Peta Kontur Skala Besar
Menggunakan Kombinasi Data Pengukuran Terestris dan Foto Udara Format
Kecil. Jurnal Geodesi Undip, 180-189.

Asmaranto, R., Lufira, R.D., Prasetyorini, L., Chandrasasi, D., Hidayat, M. N. &
Asterina, Y. (2021). Geologi Teknik dan Pendugaan Geofisika Bidang
Sumber Daya Air. Yogyakarta: Deepublish Publisher.

Bintaro, Bambang dkk. (2020). Pemetaan Singkapan Di Indonesia Berdasarkan


Pada Karakteristik Reservoar Migas Pada Studi Kasus Cekungan Jawa
Timur Utara. Yogyakarta: Fakultas Teknologi Mineral Universitas
Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta.

Franto. (2020). Metode Pemetaan Potensi Mineralisasi Timah Primer Dengan


Penginderaan Jauh dan Siste, Informasi Geografis. Surabaya: Scopindo
Media Pustaka.

Hariyanto, S. (2018). Lingkungan Abiotik Jilid II: Mineral, Batuan, Gempa, Tanah,
dan Iklim. Surabaya: Airlangga University Press.

Sundoyo. (2014). Perhitungan Sumber Daya Batubara Berdasarkan USGS Circular


No. 891 Tahun 1983 Pada CV. Amindo Pratama. JGP (Jurnal Geologi
Pertambangan), 36-50.

Wahyuni, Ayusari dkk. (2019). Pengukuran Strike dan Dip Di Desa Padaelo'
Kecamatan Mallawa Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. JFT No. 1, Vol. 6,
89-93.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Praktikum
Gambar 1. Hasil Praktikum Menentukan Kedudukan Bidang Menggunakan Metode
Problema Tiga Titik
Lampiran 3
Hasil Pretest
Gambar 3. Bukti Hasil Pretest; Bab 3 Problema Tiga Titik Dan Pola Peyebaran
Singkapan

Anda mungkin juga menyukai