Anda di halaman 1dari 27

BATUAN BEKU (IGNEUS ROCK)

(Laporan Praktikum Geologi Dasar)

Oleh:
Fadsyah Muhammad Arbi
2215051063

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Batuan Beku

Tanggal Praktikum : 20 September 2022

Tempat Praktikum : Ruang 3.3 Gedung Teknik Geofisika Universitas Lampung

Nama : Fadsyah Muhammad Arbi

NPM : 2215051063

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Geofisika

Kelompok : 3 (Tiga)

Bandar Lampung, 26 September 2022


Mengetahui,
Asisten

Aldi Muhammd Tryan


NPM 2015051012

i
BATUAN BEKU (IGNEOUS ROCK)

Oleh
Fadsyah Muhammad Arbi
2215051063

ABSTRAK

Praktikum Geologi Dasar ini dilaksanakan pada tanggal 20 September


2022 di Gedung Teknik Geofisika lantai 3 sebagai acara tatap muka
dengan topik pembahasan Batuan Beku. Batuan beku adalah batuan yang
telah mengalami pendinginan magma dengan atau tanpa proses
kristalisasi, baik di atas permukaan (batuan beku ekstrusif) maupun di
bawah permukaan (batuan beku intrusif). Tujuan dari praktikum ini
adalah untuk mengetahui proses pembentukan batuan beku,
mengidentifikasi dan mendeskripsikan batuan beku, serta mengetahui
proses pembekuan batuan sebagai proses pembentukan batuan beku.
Praktikum ini dilakukan dengan metode pengamatan langsung terhadap
sampel-sampel batuan beku, dengan memperhatikan dan menganalisis
jenis batuan, tekstur, komposisi mineral, warna, hingga dapat
menentukan nama batuan beku yang diamati.
Praktikum yang berada dalam mata kuliah geologi dasar ini adalah salah
satu ilmu yang sangat penting, terutama bagi mahasiswa geofisika.
Mahasiswa harus memiliki keterampilan dan kompetensi yang baik
dalam praktek kerja lapangan yang akan diikuti karena nantinya mereka
akan melakukan penelitian lapangan lebih lanjut untuk eksplorasi batuan
disamping juga mengikuti pembelajaran di kelas

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................i
ABSTRAK............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iv
DAFTAR TABEL................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................1
B. Tujuan Praktikum......................................................................2

II. TEORI DASAR

III. METODOLOGI PRAKTIKUM


A. Alat dan Bahan.........................................................................6
B. Diagram Alir............................................................................9

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan....................................................................10
B. Pembahasan.............................................................................10

V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Alat Tulis............................................................................................6
Gambar 2. Modul Praktikum Batuan Beku..........................................................6
Gambar 3. Laptop................................................................................................7
Gambar 4. Sampel Batuan Beku A......................................................................7
Gambar 5. Sampel Batuan Beku B......................................................................8
Gambar 6. Sampel Batuan Beku C......................................................................8
Gambar 7. Kertas Klasifikasi Batuan Beku.........................................................8
Gambar 8. Diagram Alir......................................................................................9
Gambar 9. Sampel Batuan Beku A, B, dan C......................................................12

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Tabel Identifikasi Batuan........................................................................10

v
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Tabel Pengamatan...........................................................................18
Lampiran 2. Hasil Pretest....................................................................................18
Lampiran 3. Jurnal...............................................................................................19
Lampiran 4. Tugas Rangkuman...........................................................................19

vi
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bumi tertutupi oleh daratan dan lautan, dimana daratan adalah bagian dari
kulit bumi. Kulit bumi pada hakekatnya tersusun oleh lempeng-lempeng
tektonik yang kaku dan kuat. Lempeng itu sendiri ada yang merupakan
kerak samudera dan kerak benua. Kerak samudera dibangun oleh batuan
beku yang bersifat basa, sedangkan kerak benua tersusun atas batuan beku
yang bersifat asam. Kesimpulannya adalah kerak bumi hampir
keseluruhannya dibangun oleh batuan beku, yaitu meliputi 95% dari kulit
bumi.

Petrology adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari batuan penyusun


kerak bumi, meliputi pembentukan, komposisi, klasifikasi, asal usul batuan,
dan asal usul batuan dalam konteks proses geologi dan sejarah. Batuan beku
sebenarnya telah digunakan secara luas oleh manusia dan kehidupan sehari-
harinya, tetapi kebanyakan orang hanya mengetahui cara menggunakannya,
dan sangat sedikit orang yang mengetahui asal usul dan sifat-sifat batuan
beku tersebut. Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang
membeku.

Batuan beku berasal dari bahasa latin ignis yang berarti api. Batuan beku
terbentuk ketika magma mendingin dan mengkristal, membentuk ikatan
mineral silikat. Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan
langsung magma yang tetap berada di bawah tanah atau magma yang
disebut lava yang telah muncul ke permukaan. Batuan beku sendiri terbagi
menjadi beberapa jenis. yaitu, batuan beku intrusif (plutonik) yang
membeku di dapur magma, batuan beku gang (korok) yang membeku di
antara lapisan kerak, dan batuan beku ekstrusif (vulkanik), pembekuannya
terjadi di permukaan bumi.
2

B. Tujuan Praktikum

1. Mengetahui proses terbentuknya batuan beku.


2. Mampu menentukan dan mendeskripsikan batuan beku.
3. Mampu mengetahui proses pembekuan dan pengkristalan batuan sebagai
proses pembentukan batuan beku.
II. TEORI DASAR

A. Batuan Beku

Batuan beku berasal dari bahasa latin ignis yang berarti api. Batuan beku
terbentuk ketika magma mendingin dan mengkristal, membentuk ikatan
mineral silikat. Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan
langsung magma yang masih tersisa di bumi, dan magma yang mencapai
permukaan disebut lava. Para ahli mengatakan magma adalah cairan silikat
kental yang ditemukan di kerak bawah bumi yang sangat panas dan dinamis
di alam dan cenderung tenggelam ke permukaan. Dengan kata lain, bahan
baku batuan beku dapat dikatakan magma pijar yang telah mengalami proses
pembekuan alami.

Siklus batuan (sumber: opentextbc.ca)

Batuan beku (igneous rock) terbentuk dari magma yang mendingin lalu
membeku. Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun
batuan yang sudah ada, di mantel atau kerak bumi. Umumnya, proses
pelelehan dapat terjadi kerana salah satu dari proses-proses berikut:
penurunan tekanan, kenaikan temperature, atau perubahan komposisi.
Berikutnya, untuk proses terbentuknya batuan beku ini juga tergantung
pada jenis batuan bekunya masing-masing.
4

Berdasarkan tekstur dan tempat terjadinya , menurut Rosenbusch (1877-


1907) membagi batuan beku menjadi batuan beku dalam (plutonik),
batuan beku gang (dike), batuan beku luar (effusive)., sedangkan
menurut Troger menamakan kelompok batuan dike dengan hypabyssal,
yang dicirikan pembentukannya dekat permukaan, berupa bentuk intrusi
kecil seperti dike, sill, dan porpiritik. Perbedaan antara ketiganya bisa
dilihat dari ukuran mineral yang menyusun batuannya.

Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari hasil pendinginan


magma lalu membeku yang memerlukan waktu yang sangat lama
sehingga mineral-mineral penyusunnya terbentuk dengan sempurna
dengan tekstur paneritik. Contoh batuan beku plutonik seperti granit,
granodiorit, siyenit, diorite, gabbro, dan peridorit. Batuan beku gang
(korok) umumnya terbentuk hampir di permukaan bumi yaitu tepatnya
di celah-celah antar lapisan dalam kulit bumi dengan komposisi mineral-
mineralnya yang berukuran butir halus dan kasar yang hampir sama
dengan tekstur porpiritik. Contoh batuan beku gang ini adalah
granitporpir, dioritporpir, siyenitporpir, granodioritporpir, dan
garboporpir. Sedangkan untuk batuan beku luar (effusive) biasanya
terbentuk dari pembekuan magma yang waktunya sangat cepat sehingga
mineral penyusunnya adalah berbutir halus dengan tekstur afanitik.
Contoh batuan beku luar ini seperti riolit, dasit, andesit, basalt.

Batuan beku yang terbentuk, disusun oleh mineral-mineral penyusun


batuan beku yang akan mempunyai ukuran yang bervariasi tergantung
dengan kecepatan proses pembekuan magmanya masing-masing.
Masing-masing mineral penyusun batuan beku ini mengalami
kristalisasi pada temperature yang bervariasi pula.

B. Tekstur Batuan Beku

Tekstur adalah hubungan antara massa mineral dengan massa gelas yang
membentuk massa yang merata dari batuan. Faktor utama yang berperan
dalam pembentukan tekstur pada batuan beku adalah kecepatan pembekuan
magma.
a. Derajat kristalisasi = proporsi massa kristal dengan massa gelas dalam
batuan.
1. Holokristalin : batuan beku dimana semua susunannya teridiri dari kristal.
2. Hipokristalin : batuan beku yang terdiri dari massa gelas dan massa kristal.
3. Holohialin : batuan beku dimana semua susunannya teridiri dari massa
gelas.
5

b. Granularitas = ukuran butir kristal dalam batuan beku.


1. Fanerik : kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain
secara megaskopis. Ukuran butir 1-30 mm menunjukkan pembekuan yang
lambat. Contoh: granit, diorite, gabro.
2. Afanitik: besar kristal tidak dapat dibedakan dengan mata biasa. Ukuran
butir <1 mm menunjukkan pembekuan yang cepat. Contoh: basalt, riolit,
andesit.
3. Porphyritic: Ukuran kristal-kristalnya bermacam-macam. Contoh: granit
porfir, andesit porfir, basalt porfir.
c. Kemas
Bentuk Kristal/bentuk butir mineral
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Euhedral : butiran mineral mempunyai bidang kristal sempurna.
2. Subhedral : butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang
sempurna.
3. Anhedral : butiran mineral mempunyai bidang kristal tidak sempurna.
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
1. Equidimensional : bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
2. Tabular : bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang
lain.
3. Prismitik : bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang
lain.
4. Irregular : bentuk kristal tidak teratur

b. Relasi = Merupakan hubungan antara kristal satu dengan lainnya dalam


suatu batuan dari segi ukuran
1. Equigranular: Bila secara relatif ukuran kristalnya mempunyai
ukuran sama besar.
2. Inequigranular: Bila secara relatif ukuran kristalnya mempunyai
ukuran tidak sama besar.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

Gambar 1. Alat Tulis

Gambar 2. Modul Geologi Dasar


7

Gambar 3. Laptop

Gambar 4. Sampel Batuan Beku A


8

Gambar 5. Sampel Batuan Beku B

Gambar 6. Sampel Batuan Beku C

Gambar 7. Klasifikasi Batuan Beku


9

B. Diagram Alir

Adapun langkah-langkah praktikum ini dapat dirincikan dalam diagram alir


berikut.

Mulai

Mempersiapkan Alat Tulis

Mengidetifikasi Karakteristik Batuan

Tabel Hasil Identifikasi Batuan

Selesai

Gambar 8. Diagram Alir


IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Berikut tabel hasil identifikasi dari empat sampel batuan yang amati :
Tabel 1. Tabel Identifikasi Batuan

Kode Granularitas Derajat Struktur Genesa Nama


Batuan Kristali- Batuan
sasi
IA Afanitik Holo- Veskular Ekstrusif Scoria
kristalin
1B Afanitik Holohialin Masif Ekstrusif Basalt
1C Afanitik Hipo- Masif Ekstrusif Andesit
kristalin

B. Pembahasan

Berdasarkan tekstur dan tempat terjadinya , menurut Rosenbusch (1877-1907)


membagi batuan beku menjadi batuan beku dalam (plutonik), batuan beku gang
(dike), batuan beku luar (effusive). Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari
hasil pendinginan magma lalu membeku yang memerlukan waktu yang sangat
lama sehingga mineral-mineral penyusunnya terbentuk dengan sempurna dengan
tekstur paneritik. Contoh batuan beku plutonik seperti granit, granodiorit, siyenit,
diorite, gabbro, dan peridorit. Batuan beku gang (korok) umumnya terbentuk
hampir di permukaan bumi yaitu tepatnya di celah-celah antar lapisan dalam kulit
bumi dengan komposisi mineral-mineralnya yang berukuran butir halus dan kasar
yang hampir sama dengan tekstur porpiritik. Contoh batuan beku gang ini adalah
granitporpir, dioritporpir, siyenitporpir, granodioritporpir, dan garboporpir.
Sedangkan untuk batuan beku luar (effusive) biasanya terbentuk dari pembekuan
magma yang waktunya sangat cepat sehingga mineral penyusunnya adalah
berbutir
11

luar ini seperti riolit, dasit, andesit, basalt.

Pada mata kuliah praktikum geologi dasar ini, mahasiswa diharuskan


mengetahui dan menguasai dasar mengenai teori dasar batuan beku termasuk
pengklasifikasiannya, bagaimana proses pembentukannya, struktur
batuannya, serta warna dan mineral penyusunnya. Sehingga pada saat
pelaksanaan praktikum dapat lebih mudah memahami tentang materi batuan
beku. Batuan beku (igneous rock) adalah batuan yang terbentuk dari proses
pembekuan magma baik yang terjadi di bawah permukaan maupun di luar
permukaan bumi.

Praktikum ini dilaksanakan pada Selasa, 20 September 2022 di lantai 3


Gedung Teknik Geofisika, dimulai dengan pelaksanaan pretest yang dipandu
oleh Asisten Dosen Geologi Dasar. Setelah melaksanakan pretest praktikum,
mahasiswa dipersilahkan untuk istirahat sejenak sembari menunggu hasil
pretest, kemudian mahasiswa yang dinyatakan lulus pretest dengan nilai ≥75
dipersilahkan kembali untuk masuk dan berkumpul di dalam ruangan sesuai
dengan kelompoknya masing-masing, sedangkan untuk yang belum
dinyatakan lulus pretest, diharuskan kembali untuk mengikuti posttest agar
dapat bergabung dengan kelompok untuk mengikuti jalannya praktikum.

Pada saat diruangan tempat kita (mahasiswa) melakukan praktikum, yang


dimana terdapat 6 kelompok. Sebelum kita melakukan pengamatan terhadap
sampel batuan, kita terlebih dahulu mendengarkan materi yang disampaikan
oleh para asisten dosen. Setelah mendengar penyampaian materi dari para
asisten dosen, selanjutnya kita akan melakukan pengamatan terhadap 3
sampel batuan beku. Pertama, ambil 3 sampel batuan. Kedua, catat nomor
sampel batuan. Ketiga, amati jenis batuan lalu dicatat dalam table deskripsi.
Keempat, amati dan dicatat tekstur, komposisi mineral, dan warna pada
sampel batuan. Kelima, tentukan nama batuan yang diamati, kemudian hasil
pengamatan dicatat di lembar kerja pada lampiran.
12

Gambar 9. Sampel batuan beku 1A, 1B, dan 1C

Pada saat mengidentifikasi sampel batuan beku 1A, kami melihat besar
butiran kristal pada batuan beku tersebut tidak bisa dibedakan secara kasat
mata, yang menandakan bahwa batuan tersebut memiliki tipe granularitas
afanitik . Selain granularitas, juga mengamati derajat kristalisasi dari batuan
beku tersebut, yang dimana dari hasil pengamatan, sampel batuan 1A
semuanya disusun atas kristal yang menandakan bahwa derajat
kristalisasinya berupa holokristalin. Selain itu, sampel batuan beku 1A
merupakan batuan beku ekstrusif yang diamana menunjukkan bagaimana
proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut, yang dimana struktur
pada fisiknya terlihat banyak rongga atau celah-celah akibat perlepasan gas,
sehingga bisa disimpulkan bahwa struktur dari batuan beku tersebut adalah
veskular. Kemudian, genesa atau pembentukan asal usul batuan beku tersebut
adalah batuan beku ekstrusif, hal ini kami klaim atas dasar batuan beku
tersebut memiliki struktur batuan yang berongga atau memperlihatkan
lubang-lubang yang dimana itu terjadi akibat perlepasan gas yang
menandakan batuan tersebut memiliki struktur yang veskular, yang dimana
struktur batuan beku veskular merupakan struktur batuan beku yang dimiliki
oleh batuan beku ekstrusif. Selanjutnya, setelah kita mengetahui granularitas,
derajat kristalisasi, struktur, genesa dari sampel batuan tersebut kita dapat
menentukan nama batuan beku tersebut. Adapun nama batuan beku pada
sampel 1A yaitu batu “Scoria”.
Selanjutnya mengidentifikasi sampel batuan beku 1B. Pada batuan beku ini
kami tidak bisa melihat perbedaan secara kasat mata besar butiran kristal
pada batuan beku tersebut, yang menandakan bahwa batuan tersebut
memiliki tipe granularitas afanitik. Selain granularitas, kami juga mengamati
derajat kristalisasi dari batuan beku tersebut, yang dimana dari hasil
13

pengamatan, sampel batuan 1B tersusun semuanya atas massa gelas yang


menandakan bahwa derajat kristalisasinya berupa holohialin. Selain itu,
sampel batuan beku 1B merupakan batuan beku ekstrusif yang dimana
menunjukkan bagaimana proses yang terjadi pada saat pembekuan lava
tersebut, yang dimana struktur pada fisiknya terlihat struktur yang
memperlihatkan suatu massa batuan yang terlihat seragam, sehingga bisa
disimpulkan bahwa struktur dari batuan beku tersebut adalah tipe masif.
Kemudian, genesa atau pembentukan asal usul batuan beku tersebut adalah
batuan beku ekstrusif, hal ini kami klaim atas dasar batuan beku tersebut
memiliki struktur batuan yang memperlihatkan suatu massa batuan yang
terlihat seragam yang dimana menandakan batuan tersebut memiliki struktur
yang masif dan juga batuan ini memiliki butiran batuan yang lebih halus,
yang dimana struktur batuan beku masif merupakan struktur batuan beku
yang dimiliki oleh batuan beku ekstrusif dan batuan ekstrusif ini memiliki
butiran batuan yang halus. Selanjutnya, setelah kita mengetahui granularitas,
derajat kristalisasi, struktur, genesa dari sampel batuan tersebut kita dapat
menentukan nama batuan beku tersebut. Adapun nama batuan beku pada
sampel 1B yaitu batu “Basalt”.

Setelah mengidentifikasi sampel batuan beku 1B, selanjutnya kita akan


mengidentifikasi batuan beku pada sampe 1C. Pada batuan beku kami tidak
bisa melihat perbedaan secara kasat mata ukuran besar butiran kristal pada
batuan beku tersebut, yang menandakan bahwa batuan tersebut memiliki tipe
granularitas afanitik. Selain granularitas, kami juga mengamati derajat
kristalisasi dari batuan beku tersebut, yang dimana dari hasil pengamatan,
sampel batuan beku 1C tersusun atas massa gelas dan massa kristal yang
menandakan bahwa derajat kristalisasinya berupa hipokristalin. Selain itu,
sampel batuan beku 1C merupakan batuan beku ekstrusif yang dimana
menunjukkan bagaimana proses yang terjadi pada saat pembekuan lava
tersebut, yang dimana struktur pada fisiknya terlihat struktur yang
memperlihatkan suatu massa batuan yang terlihat seragam, sehingga bisa
disimpulkan bahwa struktur dari batuan beku tersebut adalah tipe masif.
Kemudian, genesa atau pembentukan asal usul batuan beku tersebut adalah
batuan beku ekstrusif, hal ini kami klaim atas dasar batuan beku tersebut
memiliki struktur batuan yang memperlihatkan suatu massa batuan yang
terlihat seragam yang dimana menandakan batuan tersebut memiliki struktur
yang masif, yang dimana struktur batuan beku masif merupakan struktur
batuan beku yang dimiliki oleh batuan beku ekstrusif. Selanjutnya, setelah
kita mengetahui granularitas, derajat kristalisasi, struktur, genesa dari sampel
batuan tersebut kita dapat menentukan nama batuan beku tersebut dari data
14

yang telah dicari serta mengamati warna dari sampel batuan beku tersebut.
Adapun nama batuan beku pada sampel 1C yaitu batu “Andesit”.
Pembentukan magma terdiri dari tahap pendinginan magma hingga
pembekuan. Pertumbuhan awal kristal dalam magma didorong oleh kekuatan
kinetik dan tekstur yang dihasilkan diawetkan dalam batuan beku yang
didinginkan dengan cepat. Namun, kristal dalam batuan tersebut memiliki
energi permukaan berlebih karena luas permukaannya yang besar relatif
terhadap volumenya. Energi ini dapat dihamburkan dengan menyeimbangkan
tekstur. Pada tahap yang lebih lanjut, ini dimanifestasikan oleh tekstur yang
kasar, dengan kristal kecil yang larut bersamaan dengan pertumbuhan kristal
yang lebih besar. Perubahan tekstur ini biasanya terjadi pada batuan plutonik
yang didinginkan secara perlahan dan mungkin juga penting dalam evolusi
beberapa batuan vulkanik. Meskipun pengkasaran tekstur jelas merupakan
proses petrologi yang penting, hal ini tidak perlu diperhatikan karena tidak
mengubah komposisi kimia batuan dan dengan demikian tidak dapat diukur
menggunakan metode geokimia yang saat ini mendominasi petrologi. Ada
kemungkinan.
Definisi magma yang dipadatkan oleh sebagian besar ahli petrologi agak
kabur. Misalnya, ketika magma granit didinginkan dalam ruang tertutup, fase
silikat dan oksida pertama-tama mengkristal dari cairan silikat. Saat suhu
turun, cairan menjadi lebih encer. Cairan ini tetap pada suhu sistem 20 °C.
Kemudian, menurut definisi yang ketat, sistem masih di atas likuidus.
Kebanyakan ahli petrologi menganggap solidus sebagai suhu di mana
konstituen cair dari suatu sistem berubah dari terutama silikat menjadi
terutama air
V. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum geologi dasar mengenai batuan beku yang telah dilakukan,
maka didapatlah kesimpulan dari hasil praktikum, yaitu sebagai berikut.
1. Batuan beku (igneous rock) adalah batuan yang terbentuk akibat dari proses
pendinginan magma yang membeku dengan atau tanpa kristalisasi yang
terjadi di dalam dan di luar permukaan bumi.
2. Batuan beku terdiri dari satu atau beberapa mineral sebagai penyusun batuan
beku.
3. Perbedaan tempat terjadinya pembentukan batuan beku mempengaruhi
tekstur dan strukrur dari batuan beku
4. Setelah melakukan praktikum, kita dapat menentukan jenis, nama batuan,
serta pengklasifkasian batuan dengan cukup melihat dan mengamati batuan
beku yang diteliti
5. Dalam mengamati batuan kita perlu mengamati granularitas batuan, derajat
kristalisasi, struktur, tekstur, genesa, dan warna batuan beku untuk kemudian
menentukan nama dan jenis batuan yang kita teliti.
DAFTAR PUSTAKA

Higgins, M. D. (2011). Textural coarsening in igneous rocks. International


Geology Review, Volume 53, 2011, (Metamorphism of Thought About
Igneous Rock Textures), 354-376.
Mirwanda, S. (2019). Batuan Beku, Laporan Praktikum Geologi Dasar.
Universitas Lampung. Bandar Lampung: Syatiya Mirwanda.
Miftahurrosyada, dkk. (2022). Penuntun Praktikum Geologi Dasar. Bandar
Lampung, Lampung.
Syukri, M. (2011). Pengantar Teknik Geofisika. (F. Rini Safitri Zul, Ed.) Banda
Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia: Syiah Kuala University
Press.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Pengamatan

Lampiran 2. Jurnal Pembentukan Tekstur Batuan Beku


Lampiran 3. Hasil Pretest

Lampiran 4. Tugas Rangkuman

Anda mungkin juga menyukai