Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Bissmillahirahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur atas kehadirat Illahi Rabbi, berkat rahmat hidayah-Nya, laporan
akhir Modul III yang berjudul “Pengenalan Batuan Beku dan Batuan Piroklastik”
dari praktikum mata kuliah Geologi Umum Fakultas Teknik Prodi Pertambangan
ini dapat diselesaikan
Pembuatan laporan ini tentunya melibatkan banyak pihak, kususnya
kepada para Asisten Laboratorium Geologi yang telah membimbing di Praktikum
Geologi Umum ini . Oleh karena itu, saya ucapkan terimakasih kepada yang
bersangkutan.
Laporan ini, dibuat untuk memenuhi tugas dari Praktikum Geologi Umum
dari Laboratorium Geologi Universitas Islam Bandung. Pembuatan Laporan ini,
tidaklah sempurna. Karenanya, dibutuhkan banyak kritik dan saran supaya tidak
terjadi lagi kesalahan yang akan diulang dimasa yang akan datang.

Wabillahitaufiq walhidayah
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, 14 Maret 2019


Penyusun

Maya Almaniar Z. W.

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum ................................................ 1
1.2.1 Maksud ................................................................................ 1
1.2.2 Tujuan .................................................................................. 1
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 2
2.1 Batuan Beku ............................................................................ 2
2.1.1 Pengertian Batuan Beku ................................................... 2
2.1.2 Klasifikasi Batuan Beku..................................................... 2
2.2 Batuan Piroklastik .................................................................... 5
2.2.1 Pengertian Batuan Piroklastik .......................................... 5
2.2.2 Mineral Penyusun Batuan Piroklastik ............................. 6
2.2.3 Klasifikasi Batuan Piroklastik............................................ 6
BAB III TUGAS DAN PEMBAHASAN .................................................. 9
3.1 Tugas ...................................................................................... 9
3.1.1 Mendeskripsikan Batuan Beku Sebanyak 6 Sampel ( 3
Batuan Beku Intrusif dan 3 Batuan Beku Ekstrusif) .................. 9
3.1.2 Mendeskripsikan Batuan Piroklastik Sebanyak 4
Sampel.............................................................................................. 9
3.1.3 Manfaat Tentang Batuan Beku dan Batuan Piroklastik
Pada Kehidupan Sehari – hari ...................................................... 9
3.1.4 Menggambarkan Tubuh Batuan Beku dan Genesa
Batuan Piroklastik ........................................................................... 9
3.1.5 Menggambarkan Serie Bowen........................................ 9
3.2 Pembahasan ........................................................................... 9
3.2.1 Mendeskripsikan Batuan Beku Sebanyak 6 Sampel ( 3
Batuan Beku Intrusif Dan 3 Batuan Beku Ekstrusif) .................. 9
3.2.2 Mendeskripsikan Batuan Piroklastik Sebanyak 4
Sampel............................................................................................ 13
3.2.3 Manfaat Tentang Batuan Beku Dan Batuan Piroklastik
Pada Kehidupan Sehari – Hari ................................................... 16
3.2.4 Menggambarkan Tubuh Batuan Beku Dan Genesa
Batuan Piroklastik ......................................................................... 17
3.2.5 Menggambarkan Serie Bowen...................................... 18
BAB IV ANALISA ................................................................................ 20
BAB V KESIMPULAN ........................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA

ii
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batuan merupakan kumpulan dari satu atau lebih lebih dari satu susunan
mineral - mineral, batuan penyusun kerak bumi. Pembentukan berbagai macam
mineral di alam akan menghasilkan berbagai macam jenis batuan tertentu. Seperti
adanya pembekuan magma, yang akan membentuk dan menjadikannya berbagai
jenis batuan beku. Batuan sedimen dapat terbentuk karena berbagai proses
alamiah. Bahkan dari letusan gunung api-pun dapat menghasilkan batuan
piroklastik.
Mempelajari batuan sangatlah penting, karena sebagian besar benda
yang kita gunakan dalam kehidupan sehari – hari itu, berbahan dasar dari batuan
yang berasal dari perut bumi. Khususnya bagi teknik pertambangan, dapat
diketahui sejarah atau genesa keterbentukan batuan, dapat mengklasifikasikan
jenis batuan, mendeskripsikan batuan yang ditemukan dan lain sebagainya.
Berangkat dari situlah, maka dapat diketahui jenis mineral berharga apa yang
terkandung pada batuan tersebut, sehingga adanya poensi untuk membuka
tambang.
1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum
1.2.1 Maksud
Maksud dari kegiatan praktikum pengenalan geologi dan mineral ini
adalah untuk mengetahui proses keterbentukan batuan beku dan batuan
piroklastik.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari Praktikum ini adalah :
1. Mengetahui tubuh batuan beku dan batuan piroklastik
2. Mengetahui cara membaca Serie Bowen
3. Mengetahui parameter apasaja yang digunakan untuk mendeskripsikan
batuan beku dan batuan piroklastik

1
BAB II
LANDASAN TEORI

Batuan merupakan kumpulan dari satu atau lebih lebih dari satu susunan
mineral - mineral, batuan penyusun kerak bumi. Pembentukan berbagai macam
mineral di alam akan menghasilkan berbagai macam jenis batuan tertentu. Seperti
adanya pembekuan magma, yang akan membentuk dan menjadikannya berbagai
jenis batuan beku. Batuan sedimen dapat terbentuk karena berbagai proses
alamiah, seperti proses penghancuran batuan, pelapukan secara kimia, proses
kimiawi dan juga proses penguapan. Letusan gunung api-pun dapat menghasilkan
batuan piroklastik dan lain sebagainya. Berikut ini akan dijelaskan mengenai
batuan beku dan batuan piroklastik.
2.1 Batuan Beku
2.1.1 Pengertian Batuan Beku
Batuan beku berasal dari bahasa latin yaitu “igneus” yang artinya api
adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras
bersama atau tanpa proses kritalisasi baik menjadi batuan intrusif (di bawah
permukaan) maupun sebagai ekstrutif (di atas permukaan bumi). Mineral - mineral
yang terdapat pada batuan beku, diantaranya: Quartz, Feldspar dan Feldspatoid,
Olivin, Amphibole dan Piroksin.
2.1.2 Klasifikasi Batuan Beku
Pembagian batuan beku berdasarkan genesanya ini merupakan
pembagian awal sebelum dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut lagi.
Pembagian genetik batuan beku adalah sebagai berikut:
a. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Genesanya
Batuan beku intrusif adalah batuan beku yang proses
pembekuannya berlangsung dibawah atau didalam permukaan bumi. berdasarkan
kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya yaitu struktur tubuh
batuan beku intrusif, terbagi menjadi dua yaitu diskordan dan konkordan.
i) Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan
disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:

2
3

• Dyke, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan


disekitarnya dan memiliki bentuk memanjang. Memiliki ketebalan
dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan
panjang ratusan meter.
 Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat
besar yaitu lebih dari 100 Km persegi dan membeku pada
kedalaman yang besar.
 Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi yang
memebedakannya, bahwa stock memiliki ukuran yang lebih
kecil.
ii) Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan
disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :
 Sill, tubuh batuan yang seperti lembaran serta sejajar dengan
perlapisan batuan disekitarnya.
 Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome),
dimana laccolith memiliki lapisan batuan yang asalnya datar
menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini,
sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Laccolith terdapat di
kedalaman ribuan meter dan berdiameter kirasan dari 2 - 4 mil.
 Lopolith, memiliki bentuk tubuh batuan yang merupakan
kebalikan dari laccolith, yaitu bentuk tubuh batuan yang
melengkung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih
besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer
dengan kedalaman ribuan meter juga.

Sumber : Yuli Yuliarti, 2012


Gambar 2.1
Struktur Batuan Beku Intrusif
4

b. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Kimia


Menurut Hulburt (1977) klasifikasi batuan beku berdasarkan atas
komposisi pembentuknya ini telah lama menjadi standar dalam geologi, dan di bagi
dalam empat golongan yaitu :
i) Batuan Beku Asam.
Termasuk golongan ini bila batuan beku tersebut mengandung
silika (SiO2) lebih dari 66%.contoh batuan ini dalah Granit dan
Ryolit. Batuan yang tergolong kelompok ini mempunyai warna
terang (cerah) karena (SiO2) yang kaya akan menghasilkan
batuan dengan kandungan kuarsa, dan alkali feldspar dengan
atau tanpa muskovit.
ii) Batuan Beku Menengah (intermediet).
Apabila batauan tersebut mengandung 52 – 66% silika maka
termasuk dalam kelas ini. Batuan ini akan berwarnagelap karena
tingginya kandungan mineral feromagnesia. Contoh batuan ini
adalah Diorit dan Andesit.
iii) Batuan Beku Basa.
Yang termasuk kelompok batuan beku ini adalah bataun yang
mengandung 45 – 52% silika. Batuan ini akan memiliki warna
hitam kehijauan karena terdapat kandungan mineral olivine.
Contoh batuan ini adalah Gabbro dan Basalt.
iv) Batuan Beku Ultra Basa.
Golongan batuan beku ini adalah apabila bataun beku
mengnadung 45% SiO2 . Warna batuan ini adalah hijau kelam
karena tidak terdapat silika bebas sebagai kuarsa. Contoh
batuan ini adalah Peridotit dan Dunit.
c. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Mineralogi
Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat
dikeahui sejarah pembentukan batuan dari pada klasifikasi yang berdasarkan
kimia. Tekstur batuan beku dapat menggambarkan keadaan yang mempengaruhi
pembentukan batuan itu sendiri. Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh
Russel B. Travis, tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir
mineralnya dapat dibagi menjadi :
i) Batuan Dalam
5

Batuan Dalam, memiliki tekstur faneritik yang artinya mineral –


mineral yang menyusun batuan tersebut dapat dilihat tanpa alat
bantu pembesar atau lup.
ii) Batuan Gang
Batuan Gang, memiliki tekstur porfiritik dengan berat atau massa
dasar faneritik (kenampakan batuan yang terlihat mineral
penyusunnya, meliputi bentuk kristal, ukuran butir dan hubungan
antar butir)
iii) Batuan gang
Batuan Gang, memiliki tekstur porfiritik dengan berat atau massa
dasar afanitik (kenampakan batuan beku berbutir sangat halus
sehingga mineral/kristal penyusunnya tidak dapat diamati secara
mata telanjang atau dengan lup)
iv) Batuan Lelehan
Batuan Lelehan , memiliki tekstur afanitik, dimana individu
mineralnya tidak dapat dibedakan atau tidak dapat dilihat
dengan mata biasa (diperlukannya alat bantu pembesaran /
lup).

Sumber : Adi Hidayat, 2014


Gambar 2.2
Struktur Batuan Beku Berdasarkan Mineralogi
2.2 Batuan Piroklastik
2.2.1 Pengertian Batuan Piroklastik
Batuan Piroklastik merupakan batuan vulkanik klastik yang dihasilkan
oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung api. Material
penyusun tersebut terendapkan dan terbatukan / terkonsolidasikan sebelum
mengalami perpindahan atau transportasi (reworked) oleh air atau es (William,
6

1982). Pada kegiatannya batuan hasil kegiatan gunung api dapat berupa aliran
lava sebagaimana telah diklasifikasikan dalam batuan beku atau berupa produk
ledakan dari material yang bersifat padat, cair ataupun gas yang terdapat dalam
perut gunung api.
2.2.2 Mineral Penyusun Batuan Piroklastik
Susunan mineral dari batuan piroklastik hampir sama dengan mineral
pembentuk batuan beku. hal ini disebabkan oleh zat yang terkandung dalam
mineral penyusunnya sama, yaitu magma. Dan yang membedakannya hanyalah
bentuk dari butirannya saja. Yang dimana pada batuan beku memiliki butiran dari
hasil campuran dari beberapa butir, dan batuan piroklastik gabungan dari butiran
- butiran. Mineral penyusun batuan piroklastik dapat digolongkan menjadi 3
bagian, yaitu
a. Mineral Sialis
Mineral sialis, yang terdiri atas mineral kuarsa, mineral feldspar dan
juga mineral felspatoid.
b. Mineral femis
Mineral femis yang kaya kandungan besi-magnesium, terdiri atas
melilit , olivin dan piroksin.
c. Mineral tambahan
Mineral tambahan seperti biotit, amfibol serta hipersten.
2.2.3 Klasifikasi Batuan Piroklastik
Endapan piroklastik pada awalnya terjadi karena adanya jatuhan pada
saat gunung api meletus, dan pada saat pengendapan memiliki ukuran dan
ketebalan yang sama pada endapannya. Piroklastik lainnya yaitu piroklastik aliran
akan membentuk penebalan jika pada proses pengendapannya terdapat
cekungan, dan piroklastik surge, penyatuan antara piroklastik endapan dan
piroklastik aliran
7

Sumber : Fauzi Siregar, 2013


Gambar 2.3
Klasifikasi Batuan Piroklastik
a. Piroklastik Jatuhan (Fall)
Endapan jatuhan piroklastik ini terjadi dari ledakan saat gunung api
meletus, kemudian terlempar pada suatu permukaan, memiliki ketebalan endapan
yang relative berukuran sama.
b. Piroklastik Aliran (Flow )
Endapan piroklastik yang pada umumnya mengalir dari pusat letusan
gunung api menuju kebawah dengan kecepatan tinggi pada saat adanya
longsoran. Endapan aliran ini berisikan batu yang berukuran bongkah dan abu.

Sumber : Fauzi Siregar, 2013


Gambar 2.4
Mekanisme Terjadinya Aliran Piroklastik
8

c. Piroklastik Surge
Endapan piroklastik surge dihasilkan dari gabungan antara piroklastik
jatuhan piroklastik aliran yang diamana, letusan gunung api yang kemudian
mengalir karena adanya penyatuan dari jatuhan dan aliran.

Sumber : Riando Elang, 2015


Gambar 2.5
Terjadinya Piroklastik Surge
BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tugas
3.1.1 Mendeskripsikan Batuan Beku Sebanyak 6 Sampel ( 3 Batuan Beku
Intrusif dan 3 Batuan Beku Ekstrusif)
3.1.2 Mendeskripsikan Batuan Piroklastik Sebanyak 4 Sampel
3.1.3 Manfaat Tentang Batuan Beku dan Batuan Piroklastik Pada
Kehidupan Sehari – hari
3.1.4 Menggambarkan Tubuh Batuan Beku dan Genesa Batuan
Piroklastik
3.1.5 Menggambarkan Serie Bowen
3.2 Pembahasan
3.2.1 Mendeskripsikan Batuan Beku Sebanyak 6 Sampel ( 3 Batuan Beku
Intrusif Dan 3 Batuan Beku Ekstrusif)
Berikut 6 buah sampel batuan beku yang telah diamati
Batuan Beku 1
Kode : LG/BB/091/2019
Warna : Dark Sea Green
Teksture :
- Granularitas : Phaneric
- Komposisi Mineral : Plagioclase dan olivine
Genesa Batuan : Intrusif
Jenis Batuan : Asam
Nama Batuan : Granit

Sumber : Maya Almaniar Z, 2019 Sumber :Maya Almaniar Z, 2019

9
10

Foto 3.1 Sketsa 3.2


Batuan Beku 091 Batuan Beku 091

Batu bernomor 091 ini, dapat diindikasikan terbentuk pada suhu 1200⁰C
karena terlihat adanya mineral berwarna hijau mengkilap (terdapat mineral olivine).
Termasuk kedalam jenis batuan asam karena memiliki warna yang cerah (Dark
Sea Green), serta granularitas phaneric yang dapat diketahui, bahwa batuan
tersebut termasuk kedalam batuan intrusif.
Batuan Beku 2
Kode : LG/BB/138/2019
Warna : Gray
Teksture :
- Granularitas : Phaneric
- Komposisi Mineral : Plagioclase, kuarsa, biotit, hornblende
Genesa Batuan : Intrusif
Jenis Batuan : Asam
Nama Batuan : Granit

Sumber : Maya Almaniar Z, 2019 Sumber :Maya Almaniar Z, 2019


Foto 3.3 Sketsa 3.4
Batuan Beku 138 Batuan Beku 138

Batu bernomor 138 ini, dapat diindikasikan terbentuk pada suhu 850 –
600 ⁰C karena terlihat adanya mineral berwarna hitam pipih dan putih susu serta
bening mengkilap. Termasuk kedalam jenis batuan asam karena memiliki warna
yang cerah (Gray), serta granularitas phaneric yang dapat diketahui, bahwa
batuan tersebut termasuk kedalam batuan intrusif.
Batuan Beku 3
Kode : LG/BB/269/2019
Warna : Dark Slate Green
Teksture :
- Granularitas : Phaneric
11

- Komposisi Mineral : Mineral Intermediet


Genesa Batuan : Intrusif
Jenis Batuan : Intermediet
Nama Batuan : Diorit

Sumber : Maya Almaniar Z, 2019 Sumber :Maya Almaniar Z, 2019


Foto 3.5 Sketsa 3.6
Batuan Beku 269 Batuan Beku 269

Batu bernomor 269 ini, dapat diindikasikan terbentuk pada suhu 850⁰C
karena terlihat adanya warna setengah hijau tua dan setengah krem (totol-totol)
yang berbeda ukuran. Batuan ini termasuk kedalam batuan metamorf yang akan
dipelajari selanjutnya.
Batuan Beku 4
Kode : LG/BB/277/2019
Warna : Dimgray
Teksture :
- Granularitas : Phaneric
- Komposisi Mineral : pyroxene, kuarsa, biotit
Genesa Batuan : Intrusif
Jenis Batuan : Intermediet
Nama Batuan : Diorit

Sumber : Maya Almaniar Z, 2019 Sumber :Maya Almaniar Z, 2019


Foto 3.7 Sketsa 3.8
Batuan Beku No 277 Baruan Beku No 277
12

Batu bernomor 277 ini, dapat diindikasikan terbentuk pada suhu 1000 –
600 ⁰C karena terlihat adanya mineral berwarna hitam pipih dan bening mengkilap.
Termasuk kedalam jenis batuan intermediet karena memiliki warna yang tidak
terlalu gelap, serta granularitas phaneric yang dapat diketahui, bahwa batuan
tersebut termasuk kedalam batuan intrusif.
Batuan Beku 5
Kode : LG/BB/039/2019
Warna : Gray
Teksture :
- Granularitas : Afanitik
- Komposisi Mineral : Mineral Intermediet
Genesa Batuan : Ekstrusif
Jenis Batuan : Intermediet
Nama Batuan : Andesit

Sumber : Maya Almaniar Z, 2019 Sumber :Maya Almaniar Z, 2019


Foto 3.9 Sketsa 3.10
Batuan Beku No 039 Batuan Beku No 039
Batu bernomor 039 ini. Termasuk kedalam jenis batuan intermediet
karena memiliki warna yang tidak terlalu gelap, serta granularitas afanitik (mineral
yang tidak terlihat oleh mata ataupun dengan bantuan alat lup) yang dapat
diketahui, bahwa batuan tersebut termasuk kedalam batuan ekstrusif.
Batuan Beku 6
Kode : LG/BB/080/2019
Warna : Dimgray
Teksture :
- Granularitas : Afanitik
- Komposisi Mineral : Mineral Intermediet
Genesa Batuan : Ekstrusif
13

Jenis Batuan : Intermediet


Nama Batuan : Andesit

Sumber : Maya Almaniar Z, 2019 Sumber :Maya Almaniar Z, 2019


Foto 3.11 Sketsa 3.12
Batuan Beku No 080 Mineral No 080

Batu bernomor 080 ini. Termasuk kedalam jenis batuan intermediet


karena memiliki warna yang tidak terlalu gelap, serta granularitas afanitik (mineral
yang tidak terlihat oleh mata ataupun dengan bantuan alat lup) yang dapat
diketahui, bahwa batuan tersebut termasuk kedalam batuan ekstrusif
3.2.2 Mendeskripsikan Batuan Piroklastik Sebanyak 4 Sampel
Batuan Piroklastik 1
Kode : LG/BP/002/2019
Warna : Dark Sea Green
Teksture :
- Ukuran Butir : Debu (< 2mm)
- Bentuk Butir : Membulat
- Kompaksi : Mudah hancur
Genesa Batuan : Fall
Jenis Batuan : PIroklastik
Nama Batuan : Tuff

Sumber : Maya Almaniar Z, 2019 Sumber :Maya Almaniar Z, 2019


Foto 3.13 Sketsa 3.14
Batuan Piroklastik No 002 Batuan Piroklastik No 002
14

Batu bernomor 002 ini, terbentuk akibat fall atau jatuhan, yang secara
tidak langsung berjenis piroklastik dikarenakan tidak tercampurnya batuan
tersebut dengan material lain. Karena memiliki ukuran butir <2mm sehingga dapat
digolongkan menjadi batu bernama tuff.
Batuan Piroklastik 2
Kode : LG/BP/212/2019
Warna : Blanched Almond
Teksture :
- Ukuran Butir : Debu (< 2mm)
- Bentuk Butir : Membulat
- Kompaksi : Mudah hancur
Genesa Batuan : Fall
Jenis Batuan : PIroklastik
Nama Batuan : Tuff

Sumber : Maya Almaniar Z, 2019 Sumber :Maya Almaniar Z, 2019


Foto 3.15 Sketsa 3.16
Batuan Piroklastik No 212 Batuan Piroklastik No 212
Batu bernomor 212 ini, terbentuk akibat fall atau jatuhan, yang secara
tidak langsung berjenis piroklastik dikarenakan tidak tercampurnya batuan
tersebut dengan material lain. Karena memiliki ukuran butir <2mm sehingga dapat
digolongkan menjadi batu bernama tuff.
Batuan Piroklastik 3
Kode : LG/BP/001/2019
Warna : Bisque
Teksture :
- Ukuran Butir : Debu (< 2mm)
- Bentuk Butir : Membulat
- Kompaksi : Mudah hancur
Genesa Batuan : Fall
15

Jenis Batuan : PIroklastik


Nama Batuan : Tuff

Sumber : Maya Almaniar Z, 2019 Sumber :Maya Almaniar Z, 2019


Foto 3.17 Sketsa 3.18
Batuan Piroklastik No 001 Batuan Piroklastik No 001
Batu bernomor 212 ini, terbentuk akibat fall atau jatuhan, yang secara
tidak langsung berjenis piroklastik dikarenakan tidak tercampurnya batuan
tersebut dengan material lain. Karena memiliki ukuran butir <2mm sehingga dapat
digolongkan menjadi batu bernama tuff.
Batuan Piroklastik 4
Kode : LG/BP/178/2019
Warna : Burly Wood
Teksture :
- Ukuran Butir : Tufa (2mm – 64mm)
- Bentuk Butir : Menyudut
- Kompaksi : Mudah hancur
Genesa Batuan : Flow
Jenis Batuan : Epiklastik
Nama Batuan : Lapili

Sumber : Maya Almaniar Z, 2019 Sumber :Maya Almaniar Z, 2019


Foto 3.17 Sketsa 3.18
Batuan Piroklastik No 001 Batuan Piroklastik No 001
16

Batu bernomor 212 ini, terbentuk akibat flow atau aliran, yang secara
tidak langsung berjenis epiroklastik dikarenakan sudah tercampurnya batuan
tersebut dengan material lain. Karena memiliki ukuran butir 2mm – 64mm
sehingga dapat digolongkan menjadi batu bernama lapili.
3.2.3 Manfaat Tentang Batuan Beku Dan Batuan Piroklastik Pada
Kehidupan Sehari – Hari
Adanya aktivitas gunung berapi seperti erupsi, dapat menghasilkan
berbagai jenis batuan tertentu. Seperti batuan beku dan batuan piroklastik. Berikut
ini merupakan manfaat dari batuan beku dan batuan piroklastik itu sendiri dalam
kehidupan sehari-hari
a. Manfaat Batuan Beku dalam kehidupan sehari – hari.
i) Batu andesit, dapat dijadikan sebagai arca (patung yang dibuat
dengan tujuan utama sebagai media keagamaan),cobek, nisan
kuburan.
ii) Batu granit, selain batu andesit bahwasanya batu granitpun
dapat dijadikan sebagai patung dan batu nisan,dan juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan dasar konstruksi bangunan dinding
interior maupun eksterior, ubin washtafel dan yang lainnya.
iii) Batu gabro, atau dikenal dengan granit hitam ini biasanya
digunakan sebagai ubin lantai, batu nisan. Batu gabro yang telah
dihancurnakan dapat dipakai pada pembangunan jalan, kereta
api, dan landasan konstruksi bangunan lainnya.
iv) Batu basal, digunakan sebagai bahan baku atau pondasi
bangunan ( gedung, jalan, jembatan dan lain lain)
v) Batu diorit pun pada umumnya digunakan sebagai bahan baku
untuk banguna, dan dapat dijadikan sebagai ornamen dinding
atau lantai.
vi) Batu riolit. Batu ini dapat dimanfaatkan seperti batu granit, yaitu
sebagai bahan pelengkap bangunan dalam hal estetika,
digunakan sebagai dinding interior atau eksterior.
b. Manfaat Batuan piroklastik dalam kehidupan sehari – hari.
i) Batu pumice atau biasa disebut dengan batu apung,
dimanfaatkan sebagai bahan bangunan (dinding penyekat
ruangan dalam bentuk lembaran serta dijadikan sebagai bahan
17

isolasi panas kamar atau peredam), juga dapat dijadikan sebagai


bahan penyaring air tentunya dengan ukuran butir tertentu.
ii) Batu scoria digunakan untuk dekorasi ruangan pada interior
maupun eksterior. Jika eksterior, pada umumnya sebagai
dekorasi taman dan batu hampar.
iii) Batu tuff, dimanfaatkan sebagai pupuk yang dapa menyuburkan
lahan pertanian, karena banyak mengandung unsur hara (sumber
nutrisi dan makanan yang dibutuhkan tanaman).
iv) Batu lapilli. Batu ini, banyak dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan dan dapat digunakan untuk dekorasi interior dan
eksterior.
3.2.4 Menggambarkan Tubuh Batuan Beku Dan Genesa Batuan
Piroklastik

Sumber : Maya Almaniar Z, 2019


Foto 3.19
Tubuh Batuan Beku dan Genesa Batuan Piroklastik
Gambar tubuh batuan beku merupakan sebuah gambar yang
menjelaskan menganai klasifikasi batuan beku berdasarkan genesa atau proses
keterbentukannya suatu batuan. Berdasarkan proses orogenesa, bahwasanya
magma yang berada dalam gunung berapi bersifat mobilitas yang bergerak ke
arah suhu dan tekanan yang lebih rendah. Jika magma mengalami suhu dan
tekanan yang besar dari dapur magma, maka akan terjadi mobilitas magma yang
sangat cepat sehingga menyebabkan adanya erupsi letusan. Dari erupsi letusan
inilah, mengakibatkan terbentuknya batuan beku dan batuan piroklastik.
Batuan beku dibagi menjadi 2, yaitu batuan intrusif (batuan yang
terbentuk didalam bumi) dan batuan ekstrusif (batuan yang terbentuk dipermukaan
18

bumi / sudah terkena udara). Dari gambar tubuh batuan beku ini dapat diketahui
bahwasanya, batuan intrusif dibagi menjadi 2. Yaitu diskordan dan konkordan.
Diskordan (terbentuknya batuan, yang memotong lapisan batuan disekiarnya)
memiliki jenis tubuh batuan bernama dyke, batholith dan stock. Sedangkan
konkordan ( terbentuknya batuan, yang sejajar dengan lapisan batuan sekitarnya)
terdapat jenis batuan bernama sill, laccolith dan lapolith.
Sedangkan, gambar genesa batuan piroklastik menunjukan bahwasanya
batuan piroklastik terbentuk 3 jenis proses, yaitu fall (jatuhan), flow (aliran) dan
surge (gabungan fall dan flow). Batuan piroklastik berjenis fall ini terbentuk dengan
tidak tercampur dengan material lain yang berada di permukaan bumi, karena
terbentuk saat letusan terjadi yang kemudian terlempar ke udara. Sehingga, pada
saat material berbutir dari mulut gunung ini jatuh, sudah membeku atau mengeras
dengan cepat akibat suhu udara lebih rendah. Sedangkan batuan epiroklastik
berjenis flow terbentuk seperti proses terjadinya batuan beku ekstusif. Yang
dimana terdapat material berbutir atau debu dari mulut gunung yang terbawa oleh
magma, kemudian terendapkan pada bagian cekung atau topografi dengan
elevasi yang lebih rendah hingga membeku.
3.2.5 Menggambarkan Serie Bowen

Sumber : Maya Almaniar Z, 2019


Foto 3.20
Serie Bowen
Serie Bowen ini terbagi atas 2 bagian. Yaitu deret reaksi atau jalur
pembentukan secara Discontinuous dan ada yang Continuous . Dikatakan
Discontinuous karena merupakan deret reaksi yang berkelanjutan. Sedangkan
dikatakan Discontinuous yaitu karena merupakan deret reaksi yang tidak
berkelanjutan.
19

Pada bagian kiri, merupakan deret Discontinuous Series, yang dimana


olivine merupakan mineral yang terbentuk pada suhu tertinggi yaitu 1200⁰C.
Namun berbanding ternalik dengan kandungan SiO2 dan resistansi yang
dimilikinya, olivin memiliki kandungan SiO2 dan resistan yang paling rendah
diantara yang lainnya. Sesuai dengan artinya, maka mineral yang terbentuk
setelah olivine, yaitu mineral piroksen. Tidak akan terbentuk mineral amfibol
sebelum mineral piroksen terbentuk terlebih dahulu dan mineral biotit tidak akan
terbentuk jika mineral amfibol belum terbentuk. Begitupun seterusnya hingga
mineral kuarsa.
Pada bagian kanan, merupakan kelompok feldspar. Deret Continuous ini
mmengacu pada mineral plagioklas, karena mengandung Ca dan Na. Plagioklas
yang mengandung natrium disebut dengan albite, sedangkan yang mengandung
kalsium disebut anortit. Dari mineral pertama yang terbentuk (anortit) maka
kandungan Ca akan menurut dan kandungan Na akan naik seiring dengan
penurunan suhu.
BAB IV
ANALISA

Perbedaan warna yang terdapat pada batuan beku intrusif diakibatkan


karena adanya perbedaan komposisi mineral penyusun batuan terebut. Mineral –
mineral ini memiliki titik beku yang berbeda – beda pula. Berdasarkan Serie bowen,
jika mineral tersebut memiliki warna gelap, maka dapar digolongkan kedalam jenis
batuan basa atau ultrabasa (mafik), jika mineral tersebut memiliki warna abu – abu
(setengah gelap setengah terang) maka digolongkan kedalam jenis batuan
intermediet. Sedangkan mineral yang memiliki warna cerah, maka digolongkan
kedalam jenis batuan asam (felsik). Sehingga, dari warna batuan dapat
mengetahui jenis batuan, dan dari diketahuinya jenis batuan, maka dapat diketahui
pula nama batuannya.
Pada batu beku ekstrusif, pada umumnya merupakan batuan afanitik
(kenampakan batuan beku berbutir sangat halus sehingga mineral/kristal
penyusunnya tidak dapat diamati secara mata telanjang atau dengan lup)
dikarenakan pada saat di permukaan bumi, proses pembekuan terjadi lebih cepat,
sehingga proses tersebut dikatakan pembekuan tidak sempurna. Sedangkan pada
batu beku intrusif, termasuk batuan phaneric (mineralnya terlihat), karena proses
pembekuannya terjadi secara bertahap. Sehingga, dapat dikatakan bahwa batuan
intrusif tercipta dari proses pembekuan dengan sempurna.
Perbandingan anatara batuan piroklastik dengan batuan beku,
bahwasanya batuan piroklastik memiliki tekstur yang lebih rapuh dibandingkan
dengan batuan beku, karena batuan piroklastik hanyalah pecahan atau hancuran
dari mulut gunung saat terjadi erupsi letusan. Sedangkan batuan beku, terbentuk
dari magma (batuan cair) yang membeku.
Batuan piroklastik berdasarkan genesa flow disebut sebagai batuan beku
ekstrusif karena, ketika magma mencapai permukaan dan berubah manjadi
sebutan lava hingga lahar, maka batuan piroklastik (berupa debu dan material
berbutir) akan ikut dan bercampur dengan lava atau lahar tersebut. Sehingga
batun piroklastik bergenesa flow ini memiliki proses yang sama seperti pada
batuan beku ekstrusif.

20
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil praktikum mengenai pengenalan batuan beku dan batuan piroklastik ini,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Struktur tubuh batuan beku intrusif, terbagi menjadi dua yaitu diskordan
dan konkordan. Diskordan merupakan tubuh batuan beku intrusif yang
memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini
yaitu: dyke (tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan
memiliki bentuk memanjang). Batolith (tubuh batuan yang memiliki ukuran
yang sangat besar yaitu lebih dari 100 Km persegi dan membeku pada
kedalaman yang besar), dan stock, (tubuh batuan yang mirip dengan
Batolith tetapi yang memebedakannya, bahwa stock memiliki ukuran yang
lebih kecil). Sedangkan konkordan adalah tubuh batuan beku intrusif yang
sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini
yaitu : sill (tubuh batuan yang seperti lembaran serta sejajar dengan
perlapisan batuan disekitarnya), laccolith (tubuh batuan beku yang
berbentuk kubah (dome)) dan lopolith (tubuh batuan yang merupakan
kebalikan dari laccolith).
2. Serie Bowen ini terbagi atas 2 bagian. Yaitu deret reaksi atau jalur
pembentukan secara Discontinuous dan ada yang Continuous . Pada
bagian kiri, merupakan deret Discontinuous Series, yang dimana olivine
merupakan mineral yang terbentuk pada suhu tertinggi yaitu 1200⁰C.
Namun berbanding ternalik dengan kandungan SiO2 dan resistansi yang
dimilikinya, olivin memiliki kandungan SiO2 dan resistan yang paling
rendah diantara yang lainnya. Pada bagian kanan, merupakan kelompok
feldspar. Deret Continuous ini mmengacu pada mineral plagioklas, karena
mengandung Ca dan Na. Plagioklas yang mengandung natrium disebut
dengan albite, sedangkan yang mengandung kalsium disebut anortit. Dari
mineral pertama yang terbentuk (anortit) maka kandungan Ca akan
menurut dan kandungan Na akan naik seiring dengan penurunan suhu.

21
3. Parameter yang digunakan untuk mendeskripsikan batuan beku adalah
kode, warna, tekstur (terdiri dari granularitas dan komposisi mineral),
genesa batuan, jenis batuan , nama batuan, foto beserta sketsa
batuannya. Sedangkan parameter yang digunakan untuk mendeskripsikan
batuan piroklastik adalah, kode, warna, tekstur (terdiri dari ukuran butir,
bentuk butir dan kompaksi), genesa batuan, jenis batuan, nama batuan,
foto beserta sketsa batuannya.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Edwart, Johan. 2012. “Laporan Makalah Batuan”. Diakses dari https://www


.academia.edu Pada tanggal 15 Maret 2019. (Referensi Internet)

2. Kompas Putra. 2016. “Makalah Batuan”. Diakses dari https://id.scribd.com


Pada tanggal 15 Maret 2019. (Referensi Internet)

3. Mulyanti, Wini Rina. 2013. “Batuan Piroklastik”. Diakses dari https://www


.academia.edu. Pada tanggal 15 Maret 2019. (Referensi Internet)

4. Yoelsyahputra . 2016. “Seri Bowen (Bowen Reaction Series)” . Diakses


dari https://id.scribd.com Pada tanggal 15 Maret 2019. (Referensi
Internet)

Anda mungkin juga menyukai