Anda di halaman 1dari 71

Petrologi

BATUAN BEKU
A. Pengertian

Batuan Beku (Igneous Rocks) adalah batuan


yang terbentuk langsung dari magma, baik
dibawah permukaan maupun diatas
permukaan bumi (Turner, 1974).

Ciri khas dari batuan beku adalah


kenampakannya yang kristalin, yaitu
kenampakan suatu massa dari unit-unit
kristalin yang saling mengunci (interlocking).
B. Genesa Batuan Beku
Batuan beku atau igneous rock adalah batuan yang terbentuk
dari proses pembekuan magma di bawah permukaan bumi atau
hasil pembekuan lava di permukaan bumi.

Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F


Groun (1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai
cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah,
bertemperatur tinggi dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta
terdapat pada kerak bumi bagian bawah.

Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut,


bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan
lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-
volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang
lazim dijumpai dalam batuan beku.
…………. Genesa Batuan Beku
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke
permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa
tersebut dikenal dengan peristiwa Kristalisasi/penghabluran.

Pembekuan magma menjadi batuan beku dapat terjadi pada saat


sebelum magma keluar dari dapurnya, ditengah perjalanan (korok
atau porfirik), dan ketika sudah berada di permukaan bumi.
Dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan
sebagai batuan intrusif (plutonik), di tengah perjalanan (korok atau
porfirik), maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif
(vulkanik).

Jadi batuan beku yaitu batuan yang terbentuk akibat pembekuan


magma karena adanya penurunan suhu pada magma.
Kenampakan tubuh batuan beku (Simpson B, 1966)
C. Tinjauan Umum

 Batuan Beku (igneous rock) adalah batuan yang


terbentuk dari proses pendinginan magma, baik yang
bersifat kristalin maupun gelasan

 Magma: Lelehan batuan silikat panas yang terbentuk di


alam, bersifat mobil, dapat mengandung material padat dan
gas. Zat padat terdiri dari sisa batuan asal yang tidak ikut
meleleh atau senolit (xenolith), sisa kristal yang tidak ikut
meleleh atau senokris (xenocryst) dan kristal-kristal yang
terbentuk oleh pembekuan magma (Jackson, 1982)
Magmatisme

Magma terbentuk oleh pelelehan sebagian (partial


melting) batuan induk (parental rocks) di dalam mantel
atau, dalam jumlah yang lebih sedikit, di bagian bawah
kerak (lower crust)
(Schmincke, 2004)

Magma dapat mendingin untuk membentuk batuan beku


:
1. di permukaan bumi – yang dalam hal ini
menghasilkan batuan beku vulkanik atau ekstrusif
(volcanic or extrusive igneous rocks), atau
2. di bawah permukaan bumi – yang menghasilkan
batuan beku plutonik atau intrusif (plutonic or
intrusive igneous rocks).

Lava: Lelehan magma yang mencapai permukaan bumi


(Hughes, 1982)
D. Bentuk-bentuk tubuh batuan beku intrusif

Schematic block diagram of some intrusive bodies.


E. Types of Igneous Rocks

1. Extrusive (volcanic) rocks


 formed on or near the
surface
 quickly cooled
 anhydrous (dry)
 fine-grained
 Examples: basalt, rhyolite,
andesite, komatiite
…………………….Types of Igneous Rocks

2. Intrusive rocks
 formed below the
surface
 slowly cooled
 hydrous (wet)
 coarse-grained
 Examples: gabbro,
grantite, diorite,
anorthosite
MINERAL PEMBENTUK BATUAN BEKU

1. Mineral utama (essential minerals) : mineral yang


terbentuk dari kristalisasi magma, yang biasanya hadir
dalam jumlah yang cukup banyak dan menentukan
nama/sifat batuan.
Contoh: olivin, piroksen, hornblenda, biotit, plagioklas, k-
felspar, muskovit, kuarsa, felspathoid.

2. Mineral tambahan (accessory minerals) : mineral yang


terbentuk dari kristalisasi magma, tetapi kehadirannya
relatif sedikit (< 5%), dan tidak menentukan nama/sifat
batuan.
Contoh: apatit, zirkon, magnetit, hematit, rutil, dll.

3. Mineral sekunder (secondary minerals) : mineral hasil


ubahan dari mineral-mineral primer karena pelapukan,
alterasi hidrotermal atau metamorfosa.
Contoh: klorit, epidot, serisit, kaolin, aktinolit, dll.
F . Tekstur Batuan Beku

Tekstur pada batuan beku didefenisikan sebagai hubungan


antara massa mineral dan massa gelas yang membentuk massa
menata rona batuan.

Ukuran Mineral

Tekstur Bentuk Mineral

Susunan Butiran
Mineral

Diagram, keterkaitan antara ukuran, bentuk dan susunan butir


mineral terhadap tekstur pada batuan beku
Kecepatan Kristalisasi

Pengaruh

Tekstur Kandungan Gas, temperature,


tekanan dan viskositas magma

Pengaruh

Orde Kristalisasi

Diagram, yang mempengaruhi tekstur pada batuan beku


TEKSTUR
Fungsi

Sejarah pembentukan batuan beku

Sehingga :

Derajat kristalisasi, ukuran butir, granularitas, kemas


F1 Derajat Kristalisasi :
merupakan keadaan proporsi antara massa kristal dan massa gelas
dalam batuan

1. Holokristalin : apabila batuan tersusun seluruhnya


oleh massa kristal/kristal

2. Hipokristalin : apabila batuan tersusun oleh massa


gelas dan massa kristal.

3. Holohyalin : apabila batuan seluruhnya tersusun


oleh massa dasar gelasan/kristal
F.2 Granularitas
merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat
sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan
mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar, sehingga dapat
dibedakan dengan mata telanjang

Fanerik
1. Halus, ukuran diameter rata-rata kristal individu < 1 mm
2. Sedang, ukuran diameter rata-rata kristal individu 1 mm
3. Kasar, ukuran diameter rata-rata kristal individu 5 mm
4. Sangat Kasar, ukuran diameter kristal >30 mm
Granularitas
Porfiritik
Mikrokristalin

Afanitik

Kryptokristalin
F.3 Kemas

Kemas meliputi bentuk butir dan susunan


hubungan kristal dalam suatu batuan.

Bentuk Butir

KEMAS
Granuler

Relasi (Hubungan antar butir)

Inequigranuler
Granuler/Granular
Apabila mineral-mineral penyusun batuan beku mempunyai ukuran butir relatif seragam

Parnidiomorfik granular
Sebagian besar mineral berukuran seragam dan euhedral. Kristal-kristal dengan
bentuk butir euhedral merupakan penciri mineral berbentuk paling awal, ini
dimungkinkan karena ruangan yang tersedia masih luas sehingga mineral-mineral
tersebut sangat mudah membentuk dirinya menjadi kristal yang sempurna.

Hipodiomorfik granular
Sebagian besar mineralnya berukuran relatif seragam dan subhedral. Kristal-kristal
dengan bentuk butir subhedral merupakan penciri mineral terbentuk pada saaat
ruangan yang tersedia sudah tidak memadai untuk membentuk kristal yang
sempurna.

Allotromorfik granular
Sebagian besar mineralnya berukuran relative seragam dan anhedral. Bentuk
butiran anhedral atau tidak beraturan sama sekali merupan pertanda bahwa pada
saat mineral-mineral penyusun ini terbentuk hanya dapat mengisi rongga-rongga
yang tersedia (terbentuk paling akhir)
Sketsa bentuk butir
(kristal/mineral)
a. euhedral,
b. subhedral,
c. anhedral

Beberapa contoh tekstur pada


batuan fanerik :
A. hipidiomorfik granular,
B. alotriomorfik granular,
C. porfiritik
Inequigranuler
Apabila mineral-mineralnya mempunyai ukuran butir tidak sama

a. Porfiririk
Porfiritik adalah tekstur batuan beku dimana kristal-kristal besar (fenokris)
tertanam dalam massa dasar yang lebih halus, dapat berupa butiran
kristal halus. Dibedakan menjadi :

1. Faneroporfiritik (bila butiran-butiran mineralnya yang besar dikelilingi oleh


mineral yang berukuran lebih kecil (massa dasar, yang dapat dikenal
dengan mata telanjang)
2. Porfiroafanitik (bila butiran-buturan mineral sulung/fenokris) dikelilingi
massa dasar yang afanitik.

b. Vitroverik
1. Gelasan (glassy)
Gelasan adalah tekstur pada batuan beku yang tersusun semuanya oleh
mineral-mineral glass (terbentuk diluar permukaan bumi dengan suatu
pembekuan magma yang cepat, sehingga tidak sempat terjadi
pengkristalan)
2. Fragmental
Fragmental adalah tekstur pada batuan beku yang disusun oleh fragmen-
fragmen batuan beku hasil letusan (erupsi) gunungapi bersifat eksplosif
(misalnya batuan piroklastik)
Texture (Porfiri)

Porphyritic = coarse-grained crystals in a


matrix of fine-grained crystals
Texture (Fanerik)

Relative size and shape of


mineral grains
Coarse-grained
Medium-grained
Fine-grained
3. Tekstur Khusus

Suatu tekstur batuan beku yang tidak hanya menunjukkan hubungan antara
bentuk dan ukuran butir, tetapi juga ada yang menunjukkan arah serta
menunjukkan pertumbuhan bersama antara mineral-mineral yang berbeda.
Tekstur khusus ini sangat sulit diamati secara megaskopis, harus dengan bantuan
mikroskop

 Intergranular
Dalam tekstur ini ruang antar kristal-kristal plagioklas ditempati
oleh kristal-kristal piroksin, olivine atau bijih besi

 Trakitik
Tekstur khusus pada batuan beku, mineral piroksin dan sanidin
tertanam dalam massa dasar kristal sanidin yang relatif tampak
penjajajaran dengan isian butir-butir piroksin, oksida besi dan
assesori mineral.

 Diabassic
Dalam tekstur ini plagioklas tumbuh bersama piroksin, piroksin
disini tidak terlihat jelas dan palgioklas hadir terhadap piroksin.
Beberapa tekstur khusus batuan beku
G. Struktur Batuan Beku
kenampakan hubungan antar bagian batuan yang
berbeda. Struktur batuan beku adalah bentuk batuan
beku dalam skala besar, seperti pillow lava , struktur
aliran dan lain-lainnya. Struktur batuan sangat erat
sekali dengan waktu, proses dan tempat
terbentuknya.
1. Masif (Massive)
2. Struktul Bantal (pillow Lava)
3. Struktur Vesikuler
4. Struktur Aliran (flow structure)
5. Struktur Kekar
6. Struktur Amigdaloidal
7. Struktur Weldeel
Struktur Masif (Massive)

Struktur ini menunjukkan tidak adanya fragmen batuan lain yang tertanam
dalam tubuhnya. Kenampakannya dalam batuan beku adalah batuan
nampak sangat pejal, tanpa retakan-retakan atau lubang-lubang gas.
Struktur Vesikuler
Dalam lava banyak mengandung gas-gas yang segera dilepaskan setelah
tekanan menurun. Gas-gas ini disebabkan perjalanan magma kepermukaan bumi.
Keluarnya gas-gas dari lava akan membentuk lubang-lubang yang berbentuk
bulat, elips, selinder atau tidak beraturan. Terak adalah suatu istilah lava yang
sebagain besar terdiri dari lubang-lubang yang tidak beraturan. Hal ini
disebabkan lava tersebut sebagian besar mengandung gas-gas sehingga sewaktu
lava tersebut membeku membentuk rongga-rongga yang dulu ditempati oleh gas
tersebut. Terak yang terjadi pada magma basa menghasilkan batuan beku
Skorian (Scoriaceous), sedangkan pada magma asam akan menghasilkan batuan
beku Pumisan (Pumiceous), atau sering disebut batuapaung.

Struktur Scoriaceous dan struktur Pumiceous


Struktur Aliran (flow structure)
Lava yang disemburkan tidak ada yang homogen. Dalam
perjalannanya menuju permukaan setelah terjadi perubahan
seperi komposisi, kadar gas, kekentalan, dan derajat kristalisasi.
Ketidak homogen inilah menyebabkan terbentuknya struktur
aliran. Hal ini dicerminkan dengan adanya goresan berupa
aliran-aliran sejajar, perbedaan warna dan tekstur.

Struktur aliran dijumpai pula dalam batuan beku dimana


perlapisan-perlapisan digambarkan dengan perbedaan-
perbedaan dalam komposisi dan tekstur mineralnya. Struktur
aliran dapat pula berbentuk sangat halus yang disebut tekstur
aliran. Bentuk mineral-mineral dalam batuan yang mempunyai
bentuk memanjang atau pipih akan condong mengarah menjadi
sejajar dengan arah aliran lava pada waktu itu
Struktur Aliran (flow structure)

1. Schlieren: struktur kesejajaran yang dibentuk mineral


prismatik, pipih atau memanjang atau oleh xenolith
akibat pergerakan magma.

2. Segregasi: struktur pengelompokan mineral (biasanya


mineral mafik) yang mengakibatkan perbedaan
komposisi mineral dengan batuan induknya.

3. Lava bantal: struktur yang diakibatkan oleh pergerakan


lava akibat interaksi dengan lingkungan air, bentuknya
menyerupai bantal, di mana bagian atas cembung dan
bagian bawah cekung.
Struktul Lava Bantal (pillow Lava)
Struktur ini terjadi pada suatu tubuh lava. Struktur ini disebut juga
struktur Lava Bantal. Struktur yang dinyatakan pada suatu batuan
ekstrusif tertentu yang dicirikan oleh massa dengan kenampakan
seperti kubah-kubah yang saling bersusun dan tumpang tindih.
Ukuran dan bentuk lava ini pada umumnya antara 30 – 60 cm.
Jaraknya berdekatan dan terisi oleh nahan-bahan yang
berkomposisi sama dengan “bantal” tersebut, dan juga oleh
sediment-sedimen klastik

Basal dengan
struktur bantal
Karangsambung-
Jateng)
a. Ropy surface of a
pahoehoe flow, 1996
a flows, Kalapana area,
Hawaii.
© John Winter and Prentice
Hall.

b
b. aa (right) meet in
the 1974 flows from
Mauna Ulu, Hawaii.
© John Winter and
Prentice Hall.
Struktur Kekar (Columnar Jointing)
Kekar adalah bidang-bidang pemisah yang terdapat dalam semua
jenis batuan. Kekar biasanya disebabkan oleh proses pendinginan,
juga ada yang disebabkan oleh gangguan struktur/tektonik yang
terjadi sesudah batuan membeku.Kenampakan yang terjadi akibat
tektonik dilapangan menunjukkan bahwa kekar-kekar itu tersusun
dalam system tertentu yang berpotongan atau sejajar satu dengan
lainnya.

Basal yang menunjukan kekar kolom tampak atas


A. Singkapan Komplek Ofiolit Meratus panjang 50 m dan tinggi 15 m,
B. Close up batuan serpentinit, C. Pelapukan ofiolit berwarna kemerahan
Struktur Amigdaloidal

Stuktur ini adalah struktur pada batuan beku


dimana lubang-lubang gas yang ada telah terisi
oleh mineral-mineral sekunder (yang merupakan
pengotor, hadir setelah pembekuan magma).

Struktur Weldeel
Struktur pada batuan beku dengan kenampakan
lubang-lubang, dimana lubang-lubang tersebut
bukanlah lubang-lubang gas akan tetapi bekas-
bekas mineral yang terlepas dari batuan
induknya akibat suatu proses pencucian.
Diagram persentase untuk perkiraan
komposisi berdasarkan volume.
Penggolongan Batuan Beku

A. Berdasarkan Genetik

1. Batuan beku dalam (pluktonik), terbentuk jauh di bawahpermukaan


bumi. Proses pendinginan sangat lambat sehinggabatuan
seluruhnyaterdiri atas kristal-kristal (struktur holohialin).
contoh :Granit, Granodiorit, dan Gabro.

1. Batuan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celah atau


pipa gunung api. Proses pendinginannya berlangsung relatifcepat
sehingga batuannya terdiri atas kristal-kristal yang tidaksempurna dan
bercampur dengan massa dasar sehinggamembentuk struktur
porfiritik.
Contoh batuan ini dalah Granitporfir dan Diorit porfir.

3. Batuan beku luar (efusif) terbentuk di dekat permukaan bumi.


Proses pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempatmembentuk
kristal. Struktur batuan ini dinamakan amorf.
Contoh : Obsidian, Riolit dan Batuapung.
B. Berdasarkan Senyawa kimia
A. Batuan beku ultra basa memiliki kandungan silika
kurang dari 45%.
Contoh : Dunit dan Peridotit.
B. Batuan beku basa memiliki kandungan silika antara
45% - 52 %.
Contoh : Gabro, Basalt.
C. Batuan beku intermediet memiliki kandungan silika
antara 52%-66 %.
Contoh : Andesit dan Syenit.
D. Batuan beku asam memiliki kandungan silika lebih
dari 66%.
Contoh : Granit, Riolit.
Dari segi warna, batuan yang komposisinya semakin basa akan lebih gelap
dibanding yang komposisinya asam
C. Berdasarkan susunan mineralogi

1. Batuan dalam
Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral
yang menyusun batuan tersebut dapat dilihat tanpa
bantuan alat pembesar.

2. Batuan gang
Bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.
Batuan gang Bertekstur porfiritik dengan massa
dasar afanitik.

3. Batuan lelehan
Bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak
dapat dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan
mata biasa.
Klasifikasi Batuan Beku

 Karena adanya berbagai jenis batuan beku dan berbagai klasifikasi yang ada, salah
satu problem dalam klasifikasi batuan beku adalah bahwa batuan ini tidak dapat
semuanya diklasifikasikan dengan menggunakan satu metode saja.

 Akibatnya, beberapa klasifikasi harus dipakai dalam pendeskripsian batuan beku, di


mana masing-masing hanya dapat diaplikasikan pada kelompok batuan tertentu,
misalnya kelompok batuan piroklastik, batuan plutonik dll.

 Ini berarti bahwa kita harus memutuskan klasifikasi mana yang sesuai untuk dipakai
dalam penamaan suatu batuan yang diteliti.

 Untuk mencapai tujuan ini secara konsisten, maka dirumuskan suatu bentuk
klasifikasi yang bersusun (hierarchy of classification) yang harus disetujui bersama
Klasifikasi dan Penamaan Batuan Beku
Klasifikasi batuan Fanerik (gabbroic dan Ultramafic)
Klasifikasi Batuan Beku Fanerik (IUGS, 1973)
•Klasifikasi umum, b. Batuan ultramafik, gabroik & anortosit, c. Batuan ultramafik
I. Granitoid; II. Syenitoid; III. Dioritoid; IV. Gabroid; V. Foid Syenitoid; VI. Foid Dioritoid & Gabroid; VII. Foidolit;
VIII. Anortosit; IX. Peridotit; X. Piroksenit; XI. Hornblendit; II-IV. The Qualifier ‘Foid-Bearing’, digunakan bila
feldspatoid hadir; IX-XI. Batuan Ultramafik.
Diagram Klasifikasi Batuan Beku Afanitik
Q. Kuarsa; A. Alkali Felspar (termasuk ortoklas, sanidin, pertit dan anortoklas);
P. Plagioklas; F. Felspatoid; Mel. Melilit; Ol. Olivin; Px. Piroksen; M. Mineral mafik.
I. Rhyolitoid; II. Dacitoid; III. Trachytoid; IV. Andesitoid, Basaltoid;
V. Phonolitoid; VI. Tephritoid; VII. Foiditoid; VIII. Ultramafitit
Klasifikasi berdasarkan indeks warna ( S.J. Shand, 1943),
yaitu:
• Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30%
mineral mafik.
• Mesococtik rock, apabila mengandung 30% - 60% mineral
mafik.
• Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60%
mineral mafik.

Sedangkan menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi batuan


beku berdasarkan indeks warnanya sebagai berikut:
• Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna
kurang dari 10%.
• Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10%
sampai 40%.
• Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40%
sampai 70%.
• Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari
70%.
Klasifikasi batuan beku (O’Dunn & Sill, 1986)
(Travis, 1955)
Pembagian batuan beku berdasarkan komposisi SiO2 dan

Keterangan :
x : selalu hadir;
- : tidak hadir;
x/- : biasanya hadir/kadangkala tidak hadir;
-/x : biasanya tidak hadir/kadangkala hadir.
No. Batuan: BB-01/BB-02, dll.

Warna: Hitam bintik-bintik putih/putih kemerahan, dll (warna yang representatif)

Struktur: Masif/vesikuler/amigdaloidal/kekar akibat pendinginan, dll.

Tekstur

Granulitas/Besar butir

Sangat kasar > 3 cm, Kasar 5 mm - 3 cm, Sedang 1 - 5 mm Halus < 1 mm

Fanerik Afanitik

Derajat Kristalisasi

Holokristalin Hipokristalin / Hipohyalin Holohyalin

Keseragaman Butir/Kristal

Equigranular Inequigranular Porfiritik/Vitrofirik

Panidiomorfik Granular Hipidiomorfik Granular Alotriomorfik Granular Fenokris

(Euhedral) (Subhedral) (Anhedral)


Komposisi Mineral: Kuarsa (%), ciri-cirinya, dll. (untuk % digunakan diagram perbandingan secara visual)

Nama Batuan: Granitoid/Syenitoid/ Dioritoid, dll. (Gunakan diagram dari IUSGS)


Batuan plutonik (granit), ekuigranular - holokristalin
Fenokris
Diorit Porfir

Inekuigranular
holokristalin
(porfiritik)

Fenokris
Batuan Granit Porfir
Inekuigranular – holokristalin
(porfiritik)

Fenokris
Batuan beku vulkanik Masa Dasar
Dasit Porfiritik
Inekuigranular Fenokris
holokristalin

Fenokris
Lava basal yang menunjukan
struktur vesikuler

vesikuler
PEMERIAN BATUAN

Granit Porfir (Granitoid), abu-abu


putih bintik-bintik hitam, masif,
berbutir kasar-sangat kasar (5-40
mm), holokristalin, inequigranular, 28 cm
porfiritik, terdiri dari k-felspar,
kuarsa, plagioklas, biotit.
Plagioklas (10%) berukuran 5-10
mm, euhedral-subhedral, putih
K-felspar(30%) berukuran 5-40 mm,
euhedral-subhedral, putih.
Kuarsa (50%) berukuran 5-30 mm,
anhedral, putih bening. 17 cm
Biotit (10%) berukuran 5 mm,
anhedral, berlembar, hitam, 19 cm
Gambar batuan
Contoh:
suatu batuan beku mempunyai
Q = 50%, A = 30%, P = 10%
dan mineral mika = 10%.

Jumlah mineral Q + A + P =
50% + 30% + 10% = 100% –
10% = 90%

Mineral Q = 50/90 x 100%


= 55,55%
Mineral A = 30/90 x 100%
= 33,33%
Mineral P = 10/90 x 100%
= 11,12%

Bila diplot pada diagram 4(a),


hasilnya adalah batuan
granitoid.
PEMERIAN BATUAN

Dasit (Dasitoid), coklat kemerahan 8 cm


dan putih, masif, berbutir halus,
afanitik, holokristalin,
inequigranular, porfiritik, fenokris
terdiri dari k-felspar, kuarsa,
plagioklas, masa dasar afanitik.
Plagioklas (32%) sebagai fenokris,
2-10 mm, euhedral-subhedral, putih
K-felspar(8%) sebagai fenokris, 1-8
mm, euhedral-subhedral, putih.
5 cm
Kuarsa (10%) sebagai fenokris, 3
mm, anhedral, putih bening.
Masa dasar (50%) afanitik, coklat
kemerahan.
Gambar batuan

Anda mungkin juga menyukai