Anda di halaman 1dari 5

BAB II

MASSA JENIS

2.1 Definisi Massa Jenis

Massa jenis adalah besaran khas yang menyatakan jenis suatu zat.

Suatu zat yang sejenis walaupun ukuran dan massa bendanya berbeda,

massa jenisnya tetap sama. Massa jenis 1 gram besi sama dengan massa

jenis 1 kg besi. Sebaliknya, dua zat yang jenisnya berbeda pasti memiliki

jenis yang berbeda. Massa jenis suatu zat () adalah massa zat (m) dibagi

dengan volumenya (V) suatu massa jenis dalam SI adalah kg/m 3 atau kg.m-3.

Satuan massa jenis yang sering digunakan adalah g/cm 3, dimana 1 g/cm3 =

1000 kg/m3.

Walaupun zat itu beraneka ragam tetapi mempunyai beberapa sifat

yang sama, yaitu setiap zat menempati ruang dan mempunyai massa. Zat

padat dan zat cair mudah dibuktikan menempati ruang dan mempunyai

massa. Zat gas juga menempati ruang dan memiliki massa maka dapat

disimpulkan bahwa apabila kita ukur ternyata massanya berbeda. Maka kita

katakan kerapatan benda itu berbeda. Pada umumnya setiap zat yang

berbeda jenisnya maka kerapatannya juga berbeda. Kerapatan zat itulah

yang disebut massa jenis. Massa jenis adalah nilai perbandingan antara

massa dan volume suatu benda. Satuan massa jenis berasal dari satuan

massa dibagi satuan volum, yaitu kg/m 3.

Karena massa jenis adalah nilai perbandingan antara massa dan

volum suatu zat, maka untuk zat yang sejenis, mempunyai massa yang

sama. Dari itulah kita dapat mengenal suatu zat dari massa jenisnya.

3
Kerapatan alias massa jenis fluida homogen (sama) pada dasarnya berbeda

dengan kerapatan zat padat homogen. Besi atau es batu misalnya, memiliki

kerapatan yang sama pada setiap bagiannya. Berbeda dengan fluida,

misalnya atmosfer atau air. Pada atmosfer bumi, makin tinggi atmosfir dari

permukaan bumi, kerapatannya semakin kecil sedangkan untuk air laut,

misalnya, makin dalam kerapatannya semakin besar. Massa jenis alias

kerapatan dari suatu fluida homogen dapat bergantung pada faktor

lingkungan seperti temperatur dan tekanan (Darmono, 2001).

2.2 Sifat Fisik Mineral

Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun

atom-atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat

fisik/kimia tersendiri. Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis

mineral dapat dikenal, sekaligus kita mengetahui susunan kimiawinya

dalam batas-batas tertentu (Darmono, 2001). Sifat-sifat fisik yang

dimaksudkan adalah:

2.2.1 Kilap

Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh

permukaan mineral saat terkena cahaya (Lutgens, 2006). Kilap ini secara

garis besar dapat dibedakan menjadi jenis:

1. Kilap Logam (metallic luster)

Bila mineral tersebut mempunyai kilap atau kilapan seperti logam.

Contoh mineral yang mempunyai kilap logam yaitu Gelena, Pirit, Magnetit,

Kalkopirit, Grafit, Hematit.

2. Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:

Kilap intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan, kilap kaca

(viteorus luster), misalnya pada Kuarsa dan Kalsit. Kilap sutera (silky luster),

4
kilat yang menyeruai sutera pada umumnya terdapat pada mineral yang

mempunyai struktur serat, misalnya pada Asbes, Alkanolit, dan Gips. Kilap

damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar misalnya pada

Spharelit. Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun,

misalnya pada Serpentin,Opal dan Nepelin. Kilap tanah, kilat suram seperti

tanah lempung misalnya pada Kaolin, Bouxit dan Limonit.

Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini

dapat dipakai dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu

perlu dibiasakan membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya,

walaupun kadang-kadang akan dijumpai kesulitan karena batas kilap yang

satu dengan yang lainnya tidak begitu tegas (Darmono, 2001).

2.2.2 Warna

Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat,

akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu

mineral dapat berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman

komposisi kimia dan pengotoran padanya. Sebagai contoh, Kuarsa dapat

berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna

(Darmono, 2001).

2.2.3 Kekerasan

Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan.

Kekerasan nisbi suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu

yang dipakai sebagai kekerasan yang standar. Mineral yang mempunyai

kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral

tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan

yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs.

Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak

sampai skala 10 untuk mineral terkeras (Hibbard, 2002).

5
2.2.4 Cerat

Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini

dapat dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu

keping porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari

bubukan tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula

berbeda. Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun

warna mineralnya berubah-ubah (Hibbard, 2002).

2.2.5 Belahan

Belahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri

pada satu atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik

mineral yang mampu membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita

pukul dan tidak hancur, tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan yang

licin. Tidak semua mineral mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah

seperti mudah terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga

pengikat atom di dalam di dalam sruktur kritsal tidak seragam ke segala

arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan yang lemah melalui suatu bidang,

maka mineral akan cenderung membelah melalui suatu bidang, maka

mineral akan cenderung membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena

keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan

teratur (Darmono, 2001).

2.2.6 Pecahan

Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam

arah yang tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan

dengan belahan dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila

memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat

memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan

6
memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur (Darmono, 2001).

Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:

1. Concoidal : Bila memperhatikan gelombang yang melengkung di

permukaan pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol.

Contoh Kuarsa.

2. Splintery/fibrous : Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya

Asbestos, Augit, Hipersten.

3. Even : Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang

pecahan halus, contoh pada kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.

4. Uneven : Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang

pecahan yang kasar, contoh: Magnetit, Hematite, Kalkopirite, Garnet.

5. Hackly : Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar

tidak teratur dan runcing-runcing. Contoh pada native elemen emas dan

perak.

2.2.7 Berat Jenis

Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral.

Cara yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang

mineral tersebut terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian

mineral ditimbang lagi dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya y

gram. Berat terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat miberal

dikurangi dengan berat air yang volumenya sama dengan volume butir

mineral tersebut (Hibbard, 2002).

Anda mungkin juga menyukai