Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….... v
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..  vi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… vii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………..vv
1.2 Maksud dan Tujuan………………………………………………….. vv
1.2.1 Maksud……………………………………………………………...  1 
1.2.2 Tujuan…………………………………………………………....….. 1
1.3 Aplikasi dalam Pertambangan………………………………………...  2

BAB II PENGENALAN MINERAL


2.1 Pengertian Mineral………………………………………………...….  3
2.1.1  Suhu kohesi……………………………………………………..….  3
2.1.2  Reaksi terhadap cahaya………………………………………...…..  3
2.1.3  Perawakan kristal………………………………………………......  3
2.1.4 Sifat kelistrikan………………………………….………………….  4
2.1.5 Sifat radioaktivias…………………………………..………………  8
2.1.6. Gejala emisi cahaya………………………………………………..  8
2.1.7. Bau dan rasa………..      9
                                           
BAB III KETERDAPATAN MINERAL DALAM BATUAN
3.1 Mineral Primer…………………………………………………….....  11
3.1.1 Mineral Falsic…………………………………………………...…  11
3.1.2 Mineral Mafic……………………………………………………...  12
3.2 Mineral Skunder (Secondary Minerals)……………………………...    
3.3 Mineral Tembahan ( Accessory Minerals)…………………………...    13

BAB IV TATACARA PENDISKRIPSIAN


4.1 Warna (Colour)………………………………………………………..  14
4.2 Kilap (Luster)……………………………………………………….…  14
4.3 Cerat (Streak)……………………………………………………….…  15
4.4  Kekerasan (hardness)………………………………………….……...  16
4.5 Belahan (Cleavage)…………………………………………………...   17
4.6 Pecahan (frukture)……………………………………………………    17
4.7 Perawakan (Habit)………………………………………………….…   18
4.8 Sifat dalam (Tennacity)………………………………………………     18
4.9 Berat Jenis (Specific Graviti)…………………………………………    19
4.10 Kemagnetan………………………………………………………...…  19
4.11 Kelistrikan……………………………………………………..…......   20
4.12 Daya lebur mineral…………………………………………………..   21
4.13 Alat yang digunakan dalam pendiskripsian

BABA V PENDESKRIPSIAN MINERAL


5.1 Native Element…………………………………………………….….   23
5.2 Mineral sulfida……………………………………………………...…  30
5.3 Mineral oksida dan hidroksida……………………………………......   34
5.4 Mineral Carbonat………………………………………………...……  46
5.5 Mineral Sulfat………………………………………………..…….....   38
5.6 Mineral Silikat ………………………………………………..……...   38

BAB VI PERSENTASE MINERAL


6.1 Native Element……………………………………………………….   34
6.2 Mineral Sulfida………………………………………………….……   35
6.3 Mineral oksida dan hidroksida………………………………
BAB II
PENGENALAN MINERAL

2.1 Pengertian Mineral


Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai
mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari
tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya.
Minerologi terdiri dari kata mineral dan logos, dimana mengenai arti mineral mempunyai
pengertian berlainan dan bahkan dikacaukan dikalangan awam Sering diartikan sebagai
bahan bukan organik (anorganik).
Maka pengertian yang jelas dari batasan mineral oleh beberapa ahli geologi perlu
diketahui walaupun dari kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum untuk
definisinya(Danisworo, 1994).

2.1.1 Suhu Kohesi


Sifat kohesi mineral adalah kemampuan atau daya tarik-menarik antar atom pada
sebuah mineral. Pada mineral, antar mineral-mineral yang sejenis, akan mempunyai daya
tarik-menarik yang menyebabkan mineral-mineral tersebut cenderung akan terkumpul dalam
suatu jumlah tertentu dalam suatu daerah. Hal ini disebabkan oleh susunan atom-atom atau
komposisi kimia dalam mineral yang tetap.Daya tarik-menarik ini juga dapat dipengaruhi
oleh suhu.Suhu yang mempengaruhi daya tarik-menarik atau kohesi ini disebut suhu kohesi.

2.1.2 Reaksi Mineral Terhadap Cahaya


Mineral cenderung akan bereaksi terhadap cahaya yang dating atau dikenai padanya.
Reaksi ini pada umumnya dapat terlihat oleh mata kita.Namun, sifat ini tidak dapat dijadikan
penentu untuk membedakan mineral. Karena kecenderungan timbulnya reaksi yang sama
pada mineral-minera bila terkena cahaya. Reaksi-reaksi yang terjadi pada mineral akan
menimbulkan atau menampakkan sifat fisik mineral secara determinasi seperti warna, gores,
kilap, transparansi dan perputaran warna.

2.1.3 Perawakan Kristal


Perawakan kristal pada mineral diartikan sebagai kenampakkan sekelompok mineral
yang sama yang tumbuh secara tidak sempurna karena ada gangguan dari sumber utama
mineral maupun gangguan dari lingkungan tempat terjadinya mineral, sehingga mineral tidak
terbentuk dengan sempurna yang menyebabkan ada perbedaan bentuk dan ukuran mineral.
Kenampakkan tersebut sering disebut sebagai struktur mineral.

2.1.4 Sifat kelistrikan


Sifat kelistrikan pada mineral adalah kemampuan mineral untuk menerima dan juga
meneruskan aliran listrik yang dikenakan padanya.Pada mineral hanya ada dua jenis sifat
kelistrikan.Yaitu, yang dapat menghantarkan listrik (konduktor) dan yang tidak dapat
menghantarkan listrik (isolator).

2.1.5 Sifat Radioaktivitas


Sifat Radioaktivitas mineral tercermin dari unsur-unsur kimia yang ada dalam mineral
tersebut yang unsure-unsur tersebut dapat mengeluarkan sinar-sinar α, β, dan γ. Ada mineral-
mineral unsure-unsur yang dapat bersifat radioaktiv seperti Uranium(U), Radium(Ra),
Thorium(Th), Plumbum(Pb), Vanadium(V) dan Kalium(K). Biasanya, mineral_mineral yang
bersifat radioaktiv dijumpai dalam mineral-mineral ikutan atau mineral-minera yang terbetas
jumlahnya. Kegunaan dari mineral-mineral radioaktiv adalah dapat digunakan sebagai
sumber energi dan dapat juga digunakan untuk mengukur waktu Geologi dengan cara
menghitung waktu paruhnya (half time).

2.1.6 Gejala emisi cahaya


Gejala emisi cahaya adalah gejala sumber cahaya yang dihasilkan dalam proses-
proses tertentu.Misalnya, proses radiasi dan keluarnya sinar Ultraviolet. Mineral Phospor
yang pada waktu malam mengeluarkan cahaya adalah contoh emisi cahaya yang terus-
menerus, demikian juga halnya yang terjadi pada mineral Radium(Ra). Cahaya tersebut
merupakan gelombang cahaya yang dikeluarkan oleh mineral, dimana panjang gelombang
cahaya tersebut lebih panjang dari pada gelombang cahaya biasa.Hanya ada beberapa mineral
yang dapat menimbulkan emisi cahaya seperti Phospor, Radium dan Flouride.

2.1.7 Bau dan Rasa


Bau pada mineral dapat diamati jika bentuk fisik mineral tersebut dapat diubah
menjadi gas. Jenis-jenis bau mineral adalah:
         Bau Sulforous adalah bau yang seperti bau Sulfur(S).
         Bau Bituminous adalah bau yang seperti Ter
         Bau Argillerous adalah bau seperti lempung(tanah).

Seperti halnya bau, rasa pada mineral hanya dapat diamati jika bentuk fisik mineral diubah
menjadi cair. Berikut adalah jenis-jenis rasa pada mineral :
         Rasa Saline atau rasa seperti garam(asin).
         Rasa Alkaline atau rasa seperti logam atau soda
         Rasa Witter atau rasa pahit.
Setiap mineral yang dapat membesar tanpa gangguan akan memperkembangkan bentuk
kristalnya yang khas, yaitu suatu wajah lahiriah yang dihasilkan struktur kristalen (bentuk
kristal). Ada mineral dalam keadaan Amorf, yang artinya tak mempunyai bangunan dan
susunan kristal sendiri (misalnya kaca & opal). Tiap-tiap pengkristalan akan makin bagus
hasilnya jika berlangsungnya proses itu makin tenang dan lambat.
BAB III
KETERDAPATAN MINERAL DALAM BATUAN

3.1 Mineral Primer


Yang dimaksud mineral primer adalah mineral asli yang terdapat dalam batuan.Pada
umumnya mineral primer terdiri dari mineral silikat yaitu persenyawaan silikon dan oksigen
(SiO2), kemudian variasinya terdiri dari mineral feldsfar yang mengandung pesenyawaan
alumunium, kalsium, natrium, besi, dan magnesium.
Perubahan susunan kimia selama pelapukan batuan dekat permukaan bumi mengubah
mineral primer yang terurai dan kemudian bersenyawa lagi membentuk mineral sekunder.

3.1.1 Mineral Falsic


Kata "felsic" adalah istilah yang digunakan dalam geologi untuk merujuk pada
mineral silikat, magma, dan batuan yang diperkaya dalam elemen-elemen ringan seperti
silikon, oksigen, aluminium, natrium, dan kalium.
Mereka biasanya ringan dalam warna dan memiliki gravitasi spesifik kurang dari 3.
Batuan felsic paling umum adalah granit, tetapi yang lain termasuk kwarsa,
muskovit, orthoclase, dan natrium kaya  feldspar splagi oklas. Dalam hal kimia, batu felsic
berada di sisi lain dari spektrum batu dari batuan mafik.
Dalam penggunaan modern, istilah asam batuan, meskipun kadang-kadang digunakan
sebagai sinonim, mengacu pada tinggi konten silika(lebih besar dari 63% beratSiO2) batuan
vulkanik, seperti riolit.
Istilah ini digunakan secara lebih luas dalam literatur geologi yang lebih tua. Hal ini
dianggap kuno sekarang, sebagai istilah "asam" dan "batuan dasar" didasarkan pada ide yang
salah, berasal dari abad ke-19, bahwa asam silikat adalah bentuk kepala silikon terjadi di
batuan.
Istilah "felsic" menggabungkan kata "felspar" dan "silika". Kesamaan dari felsic
panjang untuk Fels kata Jerman,yang berarti"batu", dan felsig, yang berarti "batu", adalah
murni kecelakaan, seperti feldspar adalah pinjaman dari Feldspat Jerman, yang berasal dari
JermanFeld, yang berarti "lapangan".
* Klasifikasi batuan felsic
Sebuah fragmen vulkanik felsic lithic, seperti yang terlihat dalam mikroskop
petrografi. Kotak skala dalam milimeter.
Agar batu harus diklasifikasikan sebagai felsic, umumnya perlu mengandung mineral
felsic> 75%, yaitu kwarsa, plagioklas orthoclase dan batuan dengan mineral felsic lebih
besar dari 90% juga dapat disebut leucocratic, yang berarti 'cahaya berwarna'.
Felsite adalah istilah bidang petrologic digunakan untuk merujuk sangat halus atau
aphanitic, berwarna terang batuan vulkanik yang mungkin kemudian direklasifikasi setelah
analisis mikroskopis atau kimia lebih rinci.
Dalam beberapa kasus, batuan vulkanik felsic mungkin mengandung mineral mafik
fenokris, biasanya hornblende, piroksen atau mineral felspar, dan mungkin perlu diberi nama
setelah mineral phenocryst mereka, seperti 'hornblende-bantalan felsite'.
Nama kimia dari batu felsic diberikan sesuai dengan klasifikasi dari Le Maitre TAS
(1975). Namun, ini hanya berlaku untuk batuan vulkanik. Jika batu dianalisis dan ditemukan
felsic tetapi metamorf dan tidak memiliki protolith vulkanik yang pasti, itu mungkin cukup
untuk hanya menyebutnya sebagai 'sekis felsic'. Ada contoh yang sangat dikenal granit
dicukur yang dapat keliru untuk riolit.
Untuk batuan felsic phaneritic, diagram QAPF harus digunakan, dan nama yang
diberikan sesuai dengan nomenklatur granit. Seringkali spesies mineral mafik termasuk
dalam nama untuk granit misalnya, hornblende, piroksen tonalite atau augite monzonit
megacrystic, karena "granit" istilah telah mengasumsikan puas dengan felspar dan kuarsa.
Tekstur batuan sehingga menentukan nama dasar batu felsic.
Close-up dari granit dari Yosemite National Park.
Sebuah spesimen Rhyolite.

Tekstur batuan felsic                                       Nama Batu


Pegmatitic Granit                                            pegmatite
Kasar (phaneritic)                                            Granit
Kasar dan granit                                              porfiritik porfiritik
Fine-grained (aphanitic)                                  Rhyolite
Berbutir halus dan porfiritik porfiritik            riolit
Piroklastik tuf                                                  Rhyolitic atau breksi
Vesikuler                                                         Apung
Amygdaloidal                                                 Tidak ada
Vitreous (Gelas)                                              Obsidian atau porcellanite

3.1.2. Mineral Mafic


Mafik merupakankata sifat yang menggambarkan mineral silikat atau batu yang kaya
akan magnesium dan zat besi;. Istilah adalah portmanteau dari "magnesium" kata-kata
dan “besi”mineral mafik Kebanyakan berwarna gelap dan kepadatan relatif lebih besar dari 3.
Umum batuan pembentuk mineral mafik termasuk olivin, piroksen, amphibole, dan
biotit. Batuan mafik umum termasuk basal, gabro dolerite .
Dalam hal kimia,batuan mafik yang di sisi lain dari spektrum batu dari batu felsic.
Istilah ini secara kasar sesuai dengan kelas yang lebih tua batu dasar.
Lava mafik, sebelum pendinginan, memiliki viskositas rendah, dibandingkan dengan
lavafelsic, karena kandungan silika rendah dalam magmamafik. 
Air dan volatil lainnya dapa tlebih mudah dan secara bertahap melepaskan diri dari
lava mafik, sehingga letusan gunung berapi yang terbuat dari mafik lava kurang eksplosif
kekerasan dari felsic-lava letusan. Kebanyakan mafik-lava gunung berapi gunung -gunung
berapi laut, seperti yang di Hawai.

3.2 Mineral Skunder


Mineral Skunder (Secondary Minerals) merupakan mineral-mineral ubahan dari
mineral utama, dapat dari hasil pelapukan, reaksi hidrotermal maupun hasil metamorfosisme
terhadap mineral utama.
Contoh dari mineral sekunder antara lain; Serpentin, Kalsit, Serisit, Kalkopirit,
Kaolin, Klorit, Pirit.

3.3 Mineral Tembahan


Mineral Tembahan (Accessory Minerals) adalah mineral-mineral yang terbentuk oleh
kristalisasi magma, terdapat dalam jumlah yang sedikit (kurang dari 5%). kehadirannya tidak
menentukan nama batuan.
Contoh dari mineral tambahan ini antara laian :Zirkon, Magnesit, Hematit, Pyrit, Rutil
Apatit, Garnet,Sphen.

BAB IV
TATA CARA PENDESKRIPSIAN

4.1 Warna (Colour)


Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya.Merupakan warna yang terlihat
dipermukaan yang bersih dan sinar yang vukup.Warna mineral memang bukan penciri utama
untuk dapat membedakan antara mineral yang satu dengan lainnya, Namun paling tidak ada
warna-warna yang khas yang dapat digunakan untuk mengenali adanya unsur tertentu
didalamnya.Sebagai contoh warna gelap mengindikasikan terdapatnya unsur besi dan
warna terang diindikasikan  banyak mengandung aluminium.
Bila suatu permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai
permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap dan sebagian dipantulkan. Warna mineral
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
     •Idiokromatik; Yaitu warna mineral yang selalu tetap. Umumnya dijumpai pada mineral-
mineral yang tidak tembus cahaya (opak), seperti galena, magnetit,pirit,dan lain sebagainya.
     •Alokromatik; Yaitu warna mineral yang tidak tetap, tergantung dari material pengotornya.
Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya, seperti kuarsa, kalsit,dan lain
sebagainya.Tapi ada pula warna yang ditentukan oleh kehadiran sekelompok ion asing
yangdapat memberikan warna tertantu pada mineral, yang disebut dengan nama
chomophores.
.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi warna antara lain:
a.Komposisi mineral
 b.Struktur kristal dan ikatan ion
c.Pengotor dari mineral
4.2 Kilap (Luster)
Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya.
Kilapdibedakan menjadi 2, yaitu kilap logam (metallic luster ) dan kilap bukan logam
(nonmetallic luster ).
Kilap logam memberikan kesan seperti logam bila terkena cahaya.Kilap ini biasanya
dijumpai pada mineral-mineral bijih, seperti emas, galena, pirit, dan kalkopirit.
Sedangkan kilap bukan logam tidak memberikan kesan logam jika terkena cahaya.
Selain itu, ada pula kilap sub-metalik ( sub-metallic luster ), yang terdapat pada mineral-
mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6-3.
Kilap bukan logam dapat dibedakan menjadi:
a.Kilap Kaca(Vitreous Luster); Memberikan kesan seperti kaca atau gelas bila terkena cahaya.
Contohnya: kalsit, kuarsa, dan halit.
b.Kilap Intan (Adamantine Luster); Memberikan kesan cemerlang seperti intan.
c.Kilap Sutera (Silky Luster); Memberikan kesan seperti sutera. Umumnya terdapat pada
mineral yang mempunyai struktur serat. Seperti asbes, aktinolit,dan gipsum.
d.Kilap Lilin (Waxy Luster); Merupakan kilap seperti lilin yang khas.
e.Kilap Mutiara (Pearly Luster); Memberikan kesan seperti mutiara atau seperti bagian dalam
dari kulit kerang. Kilap ini ditimbulkan oleh mineral transparan yang berbentuk lembaran.
Contohnya talk, dolomit, muskovit, dan tremolit.
f.Kilap Lemak (Greasy Luster); Menyerupai lemak atau sabun. Hal ini ditimbulkan oleh
pengaruh tekanan udara dan alterasi. Contohnya talk dan serpentin.
g.Kilap Tanah (Earthy Luster); Kenampakannya buram seperti tanah. Misalnya kaolin,
limonit,dan bentonit.

4.3 Cerat (Streak)


Gores atau cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat sama
atau berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna cerat tetap. Gores ini
di pertanggungjawabkan karena stabil dan penting untuk membedakan 2 mineral yang
warnanya sama tetapi goresnya berbeda. Gores ini di peroleh dengan cara menggoreskan
mineral pada permukaan keeping porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan lebih
dari 6, maka dapat di cari mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna
putih.
Mineral bukan logam dan berwarna gelap akan memberikan gores yang lebih terang
dari pada warna mineralnya sendiri. Mineral yang mempunyai kilap metallic kadang-kadang
mempunyai warna gores yang lebih gelap dari warna mineralnya sendiri.Ada beberapa
mineral warna dan gores sering menunjukan warna yang sama.

4.4  Kekerasan (hardness)


Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Penentuan kekerasan
relatif mineral ialah dengan jalan menggoreskan permukaan mineral yang rata pada mineral
standar dari skala Mohs yang sudah diketahui kekerasannya, yang dimulai dari skala 1 yang
paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang paling keras.
1.Talc                          Mg3Si4O10(OH)2
2.Gypsum                    CaSO4·2H2O
3.Calcite                      CaCO3
4.Fluorite                    CaF2
5.Apatite                      Ca5(PO4)3(OH,Cl,F)
6.Orthoclase                KAlSi3O8
7.Quartz                      SiO2
8.Topaz                       Al2SiO4(OH,F)2
9.Corundum                Al2O3
10.Diamond                C (pure carbon)
Misalnya suatu mineral di gores dengan kalsite (H=3) ternyata mineral itu
tidak tergores, tetapi dapat tergores oleh fluorite (H=4), maka mineral tesebut mempunyai
kekerasan antara 3dan 4.
Dapat pula penentuan kekerasan mineral dengan memepergunakan alat-alat yang
sederhana misalnya:
•Kuku jari manusia      H = 2,5
•Kawat tembaga         H = 3
•Pecahan kaca             H = 5,5
•Pisau baja                   H = 5,5
•Kikir baja                   H = 6,5
•Lempeng baja            H = 7
Bila mana suatu mineral tidak tergores oleh kuku manusia tetapi oleh kawat tembaga,
maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.
Merupakan sifat resistensi dari suatu mineral terhadap kemudahan mengalami abrasi
(pengikisan) atau mudah tergores (scratching).
Skala kekerasan mineral mulai dari yang terlunak (skala 1) hingga yang terkeras
(skala 10) diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai Skala Kekerasan Mohs.

Tabel 4.4: Skala Kekerasan Relatif Mineral (Mohs)


Kekarasan Mineral Kekerasan Mineral
1 Talc 6 Orthoclase
2 Gypsum 7 Quartz
3 Calcite 8 Tupaz
4 Fluorite 9 Corundum
5 Apatite 10 Diamond

4.5 Belahan (Cleavage)


Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melalui
bidang-bidang belahan yang rata dan licin.Bidang belahan umumnya sejajar dengan bidang
tertentu dari mineral tersebut.
Belahan dapat di bedakan menjadi:
a.Sempurna (  perfect )Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang
merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya.
b.Baik (good )Yaitu apabila mineral muidah terbelah melalui bidang belahannya yang
rata,tetapi dapat juga terbelah tidak melalui bidang belahannya.
c.Jelas (distinct  )Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral
tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata.
d.Tidak jelas (indistinct )Yaitu apabila arah belahannya masih terlihat, tetapi kemungkinan
untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar.
e.Tidak sempurna (imperfect )Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan
mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.
Mineral mempunyai kecenderungan untuk  pecah melalui suatu bidang yang mempunyai
arah tertentu. Arah tersebut ditentukan oleh susunan dalam dari atom-atomnya.Dapat
dikatakan bahwa bidang tersebut merupakan bidang “lemah” yang dimiliki oleh suatu
mineral.

4.6 Pecahan (frukture)


Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata dan
tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi:
a) Pecahan konkoidal (Choncoidal ): Pecahan yang memperlihatkan gelombangyang    
melengkung di permukaan. Bentuknya menyerupai pecahan botol atau kulit bawang.
b)Pecahan berserat/fibrus (Splintery): Pecahan mineral yang menunjukkankenampakan seperti
serat, contohnya asbes, augit;
c) Pecahan tidak rata (Uneven): Pecahan mineral yang memperlihatkan permukaan bidang
pecahnya tidak teratur dan kasar, misalnya pada garnet;
d)  Pecahan rata (  Even): pecahan mineral yang permukaannya rata dan cukuphalus. Contohnya
mineral lempung.
e) Pecahan Runcing (  Hacly): Pecahan mineral yang permukaannya tidak teratur, kasar, dan
ujungnya runcing-runcing. Contohnya mineral kelompok logam murni.
f) Pecahan tanah ( Earthy), bila kenampakannya seperti tanah, contohnyamineral lempung.

4.7 Perawakan (Habit)


Perawakan kristal adalah bentuk khas mineral di tentukan oleh bidang yang
membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relative bidang-bidang tersebut. Perawakan
kristal pada mineral juga diartikan sebagai kenampakkan sekelompok mineral yang sama
yang tumbuh secara tidak sempurna karena ada gangguan dari sumber utama mineral maupun
gangguan dari lingkungan tempat terjadinya mineral, sehingga mineral tidak terbentuk
dengan sempurna yang menyebabkan ada perbedaan bentuk dan ukuran mineral.
Kenampakkan tersebut sering disebut sebagai struktur mineral.
 Kita juga perlu mengenal perawakan-perawakan yang terdapat pada beberapa jenis
mineral, walaupun perawakan kristal bukan merupakan ciri tetap mineral. Contoh: mika
selalu menunjukan perawakan kristal yang mendaun, (  foliated )amphibol, selalu
menunjukan perawakan kristal meniang(columnar ) perawakan kristal di bedakan menjadi 3
golongan(Richard peart, 1975)yaitu:
a.Elongated habits(meniang/berserabut)
b.Fattened habits(lembaran tipis)
c.Rounded habits(membutir)

4.8 Sifat Dalam (Tenacity)


Sifat dalam adalah suatu reksi atau daya tahan mineral terhadap gaya yang
mengenainya, seperti penekanan, pemecahan, pembengkokan, pematahan,
pemukulan, penghancuran, dan pemotongan.
Sifat dalam dapat dibagi menjadi:
a) Brittle (Rapuh); apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus. 
b)Sectile(Dapat Diiris); apabila mineral mudah dipotong dengan pisau dengan tidak berkurang
menjadi tepung.
c)Ductile (Dapat Dipintal); dapat ditarik dan diulur seperti kawat. Bila ditarik akan menjadi
panjang, dan apabila dilepaskan akan kembali seperti semula.
d)Malleable (Dapat Ditempa); apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih.
e)Elastis (Lentur); dapat merenggang bila ditarik, dan akan kembali seperti semula bila
dilepaskan.
f)Flexible apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan mudah.

4.9 Berat Jenis (Specific Gravity)                      


Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral dibandingkan
dengan berat air pada volume yang sama. Dalam penentuan berat jenis dipergunakan alat-alat
seperti: piknometer, timbangan analitik, dan gelas ukur.Berat jenis dapat dirumuskan sebagai
berikut:

BJ=BERAT MINERALVOLUME MINERA

Besarnya ditentukan oleh unsur-unsur  pembentuknya serta kepadatan dari


ikatan unsur-unsur tersebut dalamsusunan kristalnya.

4.10 Kemagnetan                                                                                          Kemagnetan
kristal adalah sifat mineral terhadap gaya tarik magnet. Untuk mengetahui hal tersebut, dapat
dilakukan dengan cara mendekatkan mineral dengan magnet. Sifat yang terjadi berupa
mineral tertarik oleh magnet atau mineral tidak tertarik oleh magnet.
Kemagnetan terjadi ketika ada suatu ketidakseimbangan dalam struktur susunan ion-
ion besi.Besi ditemukan dalam dua prinsip ionik yang dinamakan ion besi belerang (ferrous
ions) dan ion asam besi (ferric ions). Ion besi belerang bermuatan +2 ; sedangkan ion asam
besi bermuatan +3. Kedua ion mempunyai perbedaan atomic radii karena muatan yang lebih
tinggi pada ion asam besi menarik elektron yang mengelilingi ion secara kuat. Hal ini dapat
mendorong kearah ion yang berbeda yang sedang ditempatkan dalam posisi terpisah pada
suatu struktur kristal. Elektron bergerak dari besi belerang ke ion asam besi yang bermuatan
lebih positif menciptakan suatu medan magnet yang lemah.
4.12 Daya lebur mineral
Daya lebur mineral yaitu meleburnya mineral apabila dipanaskan, penyelidikannya
dilakukan dengan membakar bubuk mineral dalam api. Daya leburnya dinyatakan dalam
derajat keleburan.
BAB V
PENDISKRIPSIAN MINERAL

5.1. Native Element


       Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan hanya
memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak mengandung
unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat dalam (tenacity)
mineralnya adalahmalleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih,
atau ductile yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti
semula jika dilepaskan. Kelas mineralnative element ini terdiri dari dua  bagian umum.
      Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya emas, perak, dan tembaga.
      Semimetal dan non metal (bukan logam). Contohnya antimony, bismuth, graphite dan sulfur.
        Sistem kristal pada native element dapat dibahgi menjadi tiga berdasarkan sifat mineral
itu sendiri. Bila logam, seperti emas, perak dan tembaga, maka sistem kristalnya adalah
isometrik.Jika bersifat semilogam, seperti arsenic dan bismuth, maka sistem kristalnya adalah
hexagonal.Dan jika unsur mineral tersebut non-logam, sistem kristalnya dapat berbeda-beda,
seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombic, intan sistem kristalnya isometric, dan graphite
sistem kristalnya adalah hexagonal.Pada umumnya, berat jenis dari mineral-mineral ini
tinggi, kisarannya sekitar 6.

4.2.Mineral Sulfida
        Golongan Sulfides merupakan kombinasi antara logam atau semi-logam dengan
Belerang (S), misalnya Galena (PbS), Pirit (FeS 2), Proustit (Ag3AsS3), dll. Golongan Sulfida
bukan merupakan pembentuk batuan akan tetapi merupakan golongan yang penting yang
unsur kimia pembentuk merupakan kombinasi berbagai bentuk Belerang (S). Asal mula
terbentuknyaSulfides sangat berkaitan erat dengan pengendapan dari cairan panas atau
aktifitas vulkanik atau gunung api.
4.3 Mineral Oksida dan Hidroksida
      Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari kombinasi
unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O) dan gugus hidroksil hidroksida (OH atau H).
      Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan unsur
tertentu.Susunannya lebih sederhana dibanding silikat.Mineral oksida umumnya lebih keras
dibanding mineral lainnya kecuali silikat.Mereka juga lebih berat kecuali sulfida.Unsur yang
paling utama dalam oksida adalah besi, chrome, mangan, timah dan aluminium. Beberapa
mineral oksida yang paling umum adalah “es” (H2O), korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3)
dan kassiterit (SnO2).
         Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran atau
persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH).Reaksi pembentukannya dapat
juga terkait dengan pengikatan dengan air.Sama seperti oksida, pada mineral hidroksida,
unsur utamanya pada umumnya adalah unsur-unsur logam.Beberapa contoh mineral
hidroksida adalahgoethit (FeOOH) dan limonite (Fe2O3.H2O).

4.4.  Mineral Carbonat                      
           Carbonates merupakan kombinasi antara logam/semilogam dengan anion komplek,
CO3atau Nitrat, NO3 atau Borat (BO3). Contohnya: Kalsit (CaCO3), Niter (NaNO3), dan
Borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O).Termasuk mineral-mineral dari senyawa asam karbon.Mineral-
mineral ini berasal dari endapan dan metamorfosa lapisan tanah dan batu.Mineral dari
golongan ini dapat ditemukan pada batuan beku dan batuan sedimen dan biasanya
mengandung unsur CO3.
Contohnya : Dolomite (CaMg(CO3)2 ; Magnesit (MgCO3)  ; Ankerite (CaFe(CO3)2).

4.5. Mineral Sulfat


       Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-).Mineral sulfat adalah kombinasi logam dengan
anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi pada
daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian perlahan-lahan menguap
sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.
      Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan tungstat. Dan
sama seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk dari kombinasi logam dengan
anion-anionnya masing-masing.
      Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah anhydrite (calcium
sulfate), Celestine (strontium sulfate), barite (barium sulfate), dan gypsum (hydrated calcium
sulfate).Juga termasuk didalamnya mineral chromate, molybdate, selenate, sulfite, tellurate
serta mineral tungstate.
4.6.Mineral Silikat
Silikat merupakan komponen batuan utama terbentuk akibat pembekuan dan
pendinginan magma dan juga terbentuk akibat batuan mengalami metamorfosa region-
thermal. Golongan Silikat merupakan mineral yang jumlahnya meliputi 25% dari
keseluruhan mineral yang dikenal atau 40% dari mineral yang umum dijumpai. Kelompok
mineral ini mengandung ikatan antara Si dan O. Contohnya: Kuarsa (SiO2) ; Orthoklas
(KAlSi3O8).

BAB VI
PERSENTASE  MINERAL

6.1 Native Element
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan hanya
memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak mengandung
unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat dalam (tenacity)
mineralnya adalahmalleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile
yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika
dilepaskan. Kelas mineralnative element ini terdiri dari tiga bagian yaitu:
1.  Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya: emas (Au), perak (Ag), Platina (Pt) dan
tembaga (Cu). sistem kristalnya adalah isometrik.
2.  Semimetal (Semi logam). Contohnya: bismuth (Bi), arsenic (As), , yang keduanya memiliki
sistem kristalnya adalah hexagonal.
3.  Non metal (bukan logam). Contohnya intan, graphite dan sulfur. sistem kristalnya dapat
berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombic, intan sistem kristalnyaisometric,
dan graphite sistem kristalnya adalah hexagonal. Pada umumnya, berat jenis dari mineral-
mineral ini tinggi, kisarannya sekitar 6.

6.2 Mineral Shulphides


Mineral sulfida juga dieja sulfida, setiap anggota dari kelompok senyawa belerang
dengan satu atau lebih logam. Sebagian besar sulfida sederhana struktural, menunjukkan
simetri tinggi dalam bentuk kristal mereka, dan memiliki banyak sifat-sifat logam, termasuk
logam mengkilap dan konduktivitas listrik. Mereka sering mencolok berwarna dan memiliki
kekerasan rendah dan gravitasi spesifik yang tinggi.
Komposisi mineral sulfida dapat dinyatakan dengan rumus kimia umum AMSN, di
mana A adalah logam, S adalah sulfur, dan m dan n adalah bilangan bulat, memberikan
A2S,stoichiometries AS, A3S4 dan AS2. Logam-logam yang terjadi paling umum pada
sulfida adalah besi, tembaga, nikel, timah, kobalt, perak, dan seng, meskipun sekitar lima
belas orang lain masuk ke struktur sulfida.
Hampir semua mineral sulfida memiliki pengaturan struktural yang milik enam jenis
dasar, empat di antaranya penting. Pengaturan ini dekat-kemasan kombinasi dari logam dan
belerang, diatur oleh ukuran dan muatan ionik.
Yang paling sederhana dan paling simetris dari empat jenis struktural penting adalah
natrium klorida struktur, di mana setiap ion menempati posisi dalam sebuah segi delapan
yang terdiri dari enam tetangga malah dibebankan. Sulfida yang paling
umum crystalling  dengan cara ini galena (PbS), mineral bijih timbal.
Jenis kemasan yang melibatkan dua ion sulfida dalam setiap posisi dalam struktur
oktahedral natrium klorida adalah struktur pirit. Ini adalah simetri tinggi struktur karakteristik
dari besi sulfida, pirit (FeS2O). Jenis struktural kedua yang berbeda adalah bahwa dari
sfalerit (ZnS), di mana setiap ion logam dikelilingi oleh enam ion malah dibebankan
diatur tetrahedrally.
Jenis struktural ketiga yang signifikan adalah bahwa fluorit, di mana kation logam
dikelilingi oleh delapan anion, anion masing-masing, pada gilirannya, dikelilingi oleh empat
kation logam. Kebalikan dari struktur-kation ini logam dikelilingi oleh empat anion dan
masing-masing anion yang dikelilingi oleh delapan logam kation-disebut struktur antifluorite.
Ini adalah susunan dari beberapa tellurides lebih berharga logam mulia dan selenides
antaranya adalah hessite (Ag2Te), mineral bijih perak.
Dalam hampir semua sulfida, ikatan kovalen, namun beberapa memiliki sifat logam.
Properti kovalen sulfur belerang-belerang memungkinkan obligasi dan penggabungan
pasangan S2 di beberapa sulfida seperti pirit. Beberapa sulfida, termasuk molibdenit (MoS2)
dancovellite (CU), memiliki struktur lapisan. Beberapa varietas sulfida jarang memiliki
struktur spinel.
Fase hubungan sulfida yang sangat kompleks, dan banyak reaksi solid state terjadi
pada suhu relatif rendah (100-300 ° C [212-572 ° F]), menghasilkan intergrowths kompleks.
Penekanan khusus telah ditempatkan pada penyelidikan eksperimental dari besi-nikel-
tembaga sulfida karena mereka yang jauh yang paling umum. Mereka juga merupakan
indikator penting geologi untuk mencari bijih mungkin dan memberikan reaksi suhu rendah
untuk geothermometry.
Sulfida terjadi pada semua jenis batuan. Kecuali untuk penyebaran dalam batuan
sedimen tertentu, mineral ini cenderung terjadi dalam konsentrasi yang terisolasi yang
membentuk tubuh mineral seperti pembuluh darah dan tambalan fraktur atau yang terdiri dari
batuan yang sudah ada penggantian dalam bentuk selimut. Endapan mineral sulfida berasal
dari dua proses utama, yang keduanya telah mengurangi kondisi:
(1) pemisahan suatu sulfida bercampur mencair selama tahap awal kristalisasi magma dasar; dan
(2) dari larutan air garam deposisi berair pada suhu di 300 - 600 ° C (572-1,112 ° F) dan pada
kisaran tekanan yang relatif tinggi, seperti di dasar laut atau beberapa kilometer di bawah
permukaan bumi. Deposito sulfida terbentuk sebagai hasil dari proses pertama meliputi
terutama pyrrhotites, pirit, pentlandites, dan chalcopyrites. Sebagian lain terjadi karena
proses yang terakhir. Pelapukan dapat bertindak untuk berkonsentrasi sulfida tersebar.
Mineral sulfida adalah sumber dari berbagai logam mulia, terutama emas, perak, dan
platinum. Mereka juga adalah mineral bijih logam yang paling banyak digunakan oleh
industri, seperti untuk contoh antimon, bismut, tembaga, timah, nikel, dan seng. Logam
industri penting lainnya seperti kadmium dan selenium terjadi dalam jumlah jejak di sulfida
umum banyak dan pulih dalam proses pemurnian.

6.3 Mineral Oksida dan Hidroksida


Kelas Oksida mineral adalah kelas yang agak beragam.Hal ini termasuk mineral yang
cukup keras (korundum) dan beberapa yang cukup lembut seperti psilomelane.Ini memiliki
mineral logam seperti hematite dan batu permata seperti korundum, chrysoberyl dan spinel.
Banyak oksida hitam tapi orang lain bisa sangat berwarna-warni. Keragaman besar
oksida sebagian dapat dikaitkan dengan kelimpahan ekstrim oksigen dalam kerak
bumi.Oksigen terdiri lebih dari 45% dari kerak bumi berat. Sebagian besar ini terkunci dalam
mineral yang lebih lengkap berdasarkan anion kompleks kimia seperti CO3,, BO3 SO4, NO3,
SiO4, PO4 dan lain-lain. Tapi ada peluang besar untuk ion oksigen tunggal untuk
menggabungkan dengan berbagai elemen dalam berbagai cara.
Dalam pengertian yang ketat, mineral yang termasuk dalam kelas mineral yang lebih
kompleks seperti silikat benar-benar oksida. Tapi ini akan menjadi rumit
bagi mineralogistsuntuk dapat berurusan dengan hanya empat kelas yang berbeda dari kelas
elemen-elemen, halida kelas, kelas sulfida dan akhirnya kelas sangat besar oksida dengan
semua subclass banyak dan lebih dari 90% dari semua yang dikenal mineral. Dengan
konvensi karena itu, oksida dibatasi untuk mineral kompleks dan non mengandung oksigen
atau hidroksida.
Oksida juga mengandung ikatan ionik kebanyakan dan ini membantu membedakan
anggota dari kelas mineral kompleks yang obligasi biasanya lebih kovalen di alam. Kuarsa,
SiO2, akan dianggap oksida, dan masih ada di beberapa panduan mineral dan teks, kecuali
ikatan kovalen silikon dan oksigen yang kesamaan struktural dengan Tectosilicates lainnya.
Hidrogen dalam satu positif (+1) negara benar-benar hanya sebuah proton tunggal dan
sangat kecil sehingga ketika menggabungkan dengan oksigen menghilang menjadi oksigen
dan gugus OH yang dihasilkan adalah ukuran hampir sama sebagai sebuah ion oksigen
tunggal dengan dua negatif (-2) biaya. Oleh karena itu gugus OH dapat masuk ke dalam situs
kristal banyak yang dinyatakan akan menduduki oksigen, tetapi dengan biaya hanya satu
yang negatif (-1). Kristal kemudian akan perlu seimbang dengan muatan negatif tambahan
atau muatan positif lebih sedikit.

6.4 Mineral Carbonat
Umumnya mineral karbonat yang ditemukan pada atau dekat permukaan. Mereka
mewakili gudang bumi karbon terbesar. Mereka semua berada disisi lembut, dari kekerasan3
sampai 4 pada skala Mohs kekerasan.
Setiap rockhoundserius dan geologi mengambil botol kecil asam kloridake lapangan,
hanya untuk berurusan dengan karbonat.Mineral karbonat ditampilkan di sini bereaksi secara
berbeda terhadap asam klorida.

6.5 Mineral Sulfat


Sulfat adalah garam mineral yang mengandung belerang.Garam sulfat adalah
ditemukan di beberapa tanah Wisconsin. Pembusukan tanaman, hewan, dan beberapa proses
industri memproduksi garam. Pertambangan, penyamakan kulit, pabrik baja, pabrik pulp, dan
tanaman tekstil juga melepaskan sulfat ke lingkungan.
Memahami perbedaan antara sulfat dan sulfit: Sulfit berbeda sulfur yang mengandung
bahan kimia digunakan sebagai pengawet makanan. Sulfit yang tidak sama dengan sulfat.
Beberapa orang, terutama penderita asma, peka terhadap sulfit dan dapat mengalami reaksi
alergi yang parah.Sejak 1987, makanan yang mengandung lebih dari 10 bagian per juta (ppm)
sulfit dan obat yang mengandung sulfida harus diberi label.
Industri air limbah, air limbah rumah tangga, limpasan dari situs limbah berbahaya
atau bahan alami yang membusuk dapat menempatkan sulfat ke dalam air, danau sungai dan
sungai.Limbah yang mengandung sulfat merembes melalui tanah dan mencemari air tanah.
Ion sulfat adalah anion poliatomik dengan rumus empiris SO2-
4 dan massa molekul 96.06 dalton (96.06 g / mol), itu terdiri dari atom belerang pusat
dikelilingi oleh empat atom oksigen setara dalam susunan tetrahedral. Simetri ini sangat
mirip dengan metana, CH4.Atom sulfur dalam keadaan oksidasi +6 sementara empat atom
oksigen masing-masing di negara -2.Ion sulfat membawa muatan dua negatif dan merupakan
basis konjugat dari bisulfat (atau sulfat hidrogen) ion, HSO-4, yang merupakan basis
konjugat dari H2SO4, asam sulfat.Sulfat organik, seperti dimetil sulfat, adalah senyawa
kovalen dan ester asam sulfat.
Panjang ikatan SO dari 149 pm yang lebih pendek dari yang diharapkan untuk
obligasi SO tunggal. Sebagai contoh, panjang ikatan dalam asam sulfat adalah 157 pm untuk
S-OH. Geometri tetrahedral ion sulfat adalah sebagai diprediksi oleh teori VSEPR.
Dua model dari ion sulfat.
1 dengan ikatan kovalen polar saja.
2 dengan ikatan ion.

6.6 Mineral Silikat


Silikat yang terbesar, yang paling menarik, dan kelas paling rumit mineral
jauh.Sekitar 30% dari semua mineral silikat dan beberapa ahli geologi memperkirakan bahwa
90% dari kerak bumi terdiri dari silikat.Dengan oksigen dan silikon dua elemen yang paling
melimpah di kerak bumi, kelimpahan silikat ada kejutan nyata.
Unit kimia dasar silikat adalah (SiO4) kelompok tetrahedron berbentuk anionik
dengan muatan empat negatif (-4). Silikon pusat ion memiliki muatan positif sementara
empat tiap oksigen memiliki muatan negatif dua (-2) dan dengan demikian masing-masing
ikatan silikon-oksigen adalah sama dengan satu setengah (1 / 2) energi total ikatan oksigen.
Kondisi ini meninggalkan oksigen dengan pilihan ikatan menjadi satu ion silikon dan oleh
karena menghubungkan satu (SiO4) tetrahedron yang lain dan yang lain, dll.
Struktur yang rumit bahwa bentuk silikat tetrahedrons benar-benar
menakjubkan.Mereka dapat terbentuk sebagai unit tunggal, unit ganda, rantai, lembaran,
cincin dan struktur kerangka. Cara yang berbeda bahwa tetrahedrons silikat menggabungkan
adalah apa yang membuat Kelas silikat yang terbesar, yang paling menarik dan paling rumit
kelas mineral.

         
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari Praktikum cara mengidentifikasi mineral ini yaitu,secara kasat mata,
masing-masing mineral memiliki penampakan fisik yang berbeda-beda, sehingga
mengakibatkan mineral ini mudah untuk diidentifikasi. Selain itu di simpulkan bahwa pada
melakukan proses pengidentifikasian secara kasat mata diperlukan ketelitian yang
tinggidalam menentukan baik kilap yang dimiliki ataupun kekerasan yangdimiliki, karena
sangatlah penting dalam menentukan jenis mineraltersebut.

7.2 Saran
Sebaiknya sampel mineral yang ada dapat di perbaharui, serta peralatan yang ada
dapat di lengkapi sehingga dapat meningkatkan kemampuan para praktikan dalam
mengidentifikasi dengan menggunalan alat-alat yang mungkin belum pernah dijumpai
sebalumnya.

Anda mungkin juga menyukai