KATA PENGANTAR………………………………………………………….... v
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. vi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… vii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………..vv
1.2 Maksud dan Tujuan………………………………………………….. vv
1.2.1 Maksud……………………………………………………………... 1
1.2.2 Tujuan…………………………………………………………....….. 1
1.3 Aplikasi dalam Pertambangan………………………………………... 2
Seperti halnya bau, rasa pada mineral hanya dapat diamati jika bentuk fisik mineral diubah
menjadi cair. Berikut adalah jenis-jenis rasa pada mineral :
Rasa Saline atau rasa seperti garam(asin).
Rasa Alkaline atau rasa seperti logam atau soda
Rasa Witter atau rasa pahit.
Setiap mineral yang dapat membesar tanpa gangguan akan memperkembangkan bentuk
kristalnya yang khas, yaitu suatu wajah lahiriah yang dihasilkan struktur kristalen (bentuk
kristal). Ada mineral dalam keadaan Amorf, yang artinya tak mempunyai bangunan dan
susunan kristal sendiri (misalnya kaca & opal). Tiap-tiap pengkristalan akan makin bagus
hasilnya jika berlangsungnya proses itu makin tenang dan lambat.
BAB III
KETERDAPATAN MINERAL DALAM BATUAN
BAB IV
TATA CARA PENDESKRIPSIAN
4.10 Kemagnetan Kemagnetan
kristal adalah sifat mineral terhadap gaya tarik magnet. Untuk mengetahui hal tersebut, dapat
dilakukan dengan cara mendekatkan mineral dengan magnet. Sifat yang terjadi berupa
mineral tertarik oleh magnet atau mineral tidak tertarik oleh magnet.
Kemagnetan terjadi ketika ada suatu ketidakseimbangan dalam struktur susunan ion-
ion besi.Besi ditemukan dalam dua prinsip ionik yang dinamakan ion besi belerang (ferrous
ions) dan ion asam besi (ferric ions). Ion besi belerang bermuatan +2 ; sedangkan ion asam
besi bermuatan +3. Kedua ion mempunyai perbedaan atomic radii karena muatan yang lebih
tinggi pada ion asam besi menarik elektron yang mengelilingi ion secara kuat. Hal ini dapat
mendorong kearah ion yang berbeda yang sedang ditempatkan dalam posisi terpisah pada
suatu struktur kristal. Elektron bergerak dari besi belerang ke ion asam besi yang bermuatan
lebih positif menciptakan suatu medan magnet yang lemah.
4.12 Daya lebur mineral
Daya lebur mineral yaitu meleburnya mineral apabila dipanaskan, penyelidikannya
dilakukan dengan membakar bubuk mineral dalam api. Daya leburnya dinyatakan dalam
derajat keleburan.
BAB V
PENDISKRIPSIAN MINERAL
4.2.Mineral Sulfida
Golongan Sulfides merupakan kombinasi antara logam atau semi-logam dengan
Belerang (S), misalnya Galena (PbS), Pirit (FeS 2), Proustit (Ag3AsS3), dll. Golongan Sulfida
bukan merupakan pembentuk batuan akan tetapi merupakan golongan yang penting yang
unsur kimia pembentuk merupakan kombinasi berbagai bentuk Belerang (S). Asal mula
terbentuknyaSulfides sangat berkaitan erat dengan pengendapan dari cairan panas atau
aktifitas vulkanik atau gunung api.
4.3 Mineral Oksida dan Hidroksida
Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari kombinasi
unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O) dan gugus hidroksil hidroksida (OH atau H).
Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan unsur
tertentu.Susunannya lebih sederhana dibanding silikat.Mineral oksida umumnya lebih keras
dibanding mineral lainnya kecuali silikat.Mereka juga lebih berat kecuali sulfida.Unsur yang
paling utama dalam oksida adalah besi, chrome, mangan, timah dan aluminium. Beberapa
mineral oksida yang paling umum adalah “es” (H2O), korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3)
dan kassiterit (SnO2).
Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran atau
persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH).Reaksi pembentukannya dapat
juga terkait dengan pengikatan dengan air.Sama seperti oksida, pada mineral hidroksida,
unsur utamanya pada umumnya adalah unsur-unsur logam.Beberapa contoh mineral
hidroksida adalahgoethit (FeOOH) dan limonite (Fe2O3.H2O).
4.4. Mineral Carbonat
Carbonates merupakan kombinasi antara logam/semilogam dengan anion komplek,
CO3atau Nitrat, NO3 atau Borat (BO3). Contohnya: Kalsit (CaCO3), Niter (NaNO3), dan
Borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O).Termasuk mineral-mineral dari senyawa asam karbon.Mineral-
mineral ini berasal dari endapan dan metamorfosa lapisan tanah dan batu.Mineral dari
golongan ini dapat ditemukan pada batuan beku dan batuan sedimen dan biasanya
mengandung unsur CO3.
Contohnya : Dolomite (CaMg(CO3)2 ; Magnesit (MgCO3) ; Ankerite (CaFe(CO3)2).
BAB VI
PERSENTASE MINERAL
6.1 Native Element
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan hanya
memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak mengandung
unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat dalam (tenacity)
mineralnya adalahmalleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile
yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika
dilepaskan. Kelas mineralnative element ini terdiri dari tiga bagian yaitu:
1. Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya: emas (Au), perak (Ag), Platina (Pt) dan
tembaga (Cu). sistem kristalnya adalah isometrik.
2. Semimetal (Semi logam). Contohnya: bismuth (Bi), arsenic (As), , yang keduanya memiliki
sistem kristalnya adalah hexagonal.
3. Non metal (bukan logam). Contohnya intan, graphite dan sulfur. sistem kristalnya dapat
berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombic, intan sistem kristalnyaisometric,
dan graphite sistem kristalnya adalah hexagonal. Pada umumnya, berat jenis dari mineral-
mineral ini tinggi, kisarannya sekitar 6.
6.4 Mineral Carbonat
Umumnya mineral karbonat yang ditemukan pada atau dekat permukaan. Mereka
mewakili gudang bumi karbon terbesar. Mereka semua berada disisi lembut, dari kekerasan3
sampai 4 pada skala Mohs kekerasan.
Setiap rockhoundserius dan geologi mengambil botol kecil asam kloridake lapangan,
hanya untuk berurusan dengan karbonat.Mineral karbonat ditampilkan di sini bereaksi secara
berbeda terhadap asam klorida.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari Praktikum cara mengidentifikasi mineral ini yaitu,secara kasat mata,
masing-masing mineral memiliki penampakan fisik yang berbeda-beda, sehingga
mengakibatkan mineral ini mudah untuk diidentifikasi. Selain itu di simpulkan bahwa pada
melakukan proses pengidentifikasian secara kasat mata diperlukan ketelitian yang
tinggidalam menentukan baik kilap yang dimiliki ataupun kekerasan yangdimiliki, karena
sangatlah penting dalam menentukan jenis mineraltersebut.
7.2 Saran
Sebaiknya sampel mineral yang ada dapat di perbaharui, serta peralatan yang ada
dapat di lengkapi sehingga dapat meningkatkan kemampuan para praktikan dalam
mengidentifikasi dengan menggunalan alat-alat yang mungkin belum pernah dijumpai
sebalumnya.