Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KRISTAL DAN MINERAL

Disusun Oleh Kelompok 3 :


1. Yovita Febri Kurniawati
2. Galih Jaka Saputra
3. Oktavian Budi Utomo
4. Ari Perastian
5. Ahmad Sihab

JURUSAN GEOLOGI PERTAMBANGAN


SMK NEGERI 1 SALE
TAHUN AJARAN 2015-2016

Laporan Praktikum Deskripsi Mineral Tahun Ajaran 2015 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat serta Hidayah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan tugas “
LAPORAN PRAKTIKUM KRISTAL DAN MINERAL“ ini dengan tepat waktu.
Laporan ini penulis selesaikan untuk memenuhi format resmi untuk mengikuti ujian
praktikum petrologi,ada pun kekurangan dalam laporan ini penulis ucapkan mohon maaf
karena masih dalam tahap pembelajaran dan bimbingan dalam proses penyusunan laporan
ini tentunya penulis mendapatkan bimbingan dan arahan yang tentunya sangat
beramanfaat bagi selesainya laporan ini. untuk itu penulis ucapkan terima kasih dan sangat
banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada:

1. Ibu Nur Hidayah, S.T selaku Guru Mata Pelajaran "Kristalografi Mineralogi".
2. Kak Arif dan Kak Nuna selaku asisten Guru Mata Pelajaran Kristalografi
Mineralogi.

Demikian laporan ini penulis selesaikan semoga dapat bermanfaat untuk pembelajaran
kedepannya.

Sale, 17 Desember 2015


Penyusun

Kelompok 3

Laporan Praktikum Deskripsi Mineral Tahun Ajaran 2015 2


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geologi adalah suatu bidang ilmu pengetahuan kebumian yang mempelajari segala
sesuatu mengenai planet bumi beserta isinya yang pernah ada dan membahas tentang sifat dan
bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas
permukaan bumi, kedudukannya di alam semesta serta sejarah perkembangannya sejak bumi ini
lahir di alam semesta hingga sekarang. Untuk mempelajari semua tentang bumi dimulai dari
pembentuk bumi yang paling dasar yaitu mineral. Mineral dapat kita jumpai dimana-mana
disekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan disungai.
Beberapa dari mineral tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis karena didapatkan dalam
jumlah yang besar, sehingga memungkinkan untuk ditambang sepertiemas dan perak. Mineral
kecuali beberapa jenis memiliki sifat bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai
perwujudan dari sususan yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya memungkinkan, mereka
akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur
dikenal dengan “ Kristal “.
Dengan demikian, kristal secara umum dapat didefinisikan sebagai bahan padat yang
homogen yang memiliki pola internal susunan 3 dimensi yang teratur. Studi kasus mempelajari
sifat-sifat bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan kristalografi.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan diadakan praktikum Kristalografi dan Mineralogi adalah sebagai
berikut :
1. Mempelajari dan menentukan sistem Kristalografi dan Mineralogi dari bermacam-macam
bentuk Kristal baik bentuk dasar maupun bentuk kombinasi dan letak posisi dan panjang
sumbu Kristalografi.
2. Mempelajari dan menentukan kelas simetri dari bermacam-macam bentuk Kristal berdasarkan
jumlah unsur-unsur simetri yang dimilikinya.
3. Mencari hubungan dalam proyeksi stereogram.
4. Mengetahui sfat dari mineral itu sendiri.
5. Menentukan hubungan antara Kristal dan mineral.

Laporan Praktikum Deskripsi Mineral Tahun Ajaran 2015 3


BAB II
METODELOGI PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan

Alat dan Bahan Kegunaan


Sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan suatu mineral
Kuku Jari Tangan
dengan kisaran 2,5
Sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan suatu mineral
Uang Logam
dengan kisaran 3,0
Sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan suatu mineral
Pecahan Kaca
dengan kisaran 4,5
Sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan suatu mineral
Pisau/Paku Baja
dengan kisaran 5,5
Sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan suatu mineral
Kikir Baja
dengan kisaran 6,5
Sebagai tempat menggosokkan mineral guna mengetahui ceratnya
Pecahan Porselin

Batuan& Mineral Sebagai referensi penentuan mineral


2.2 Prosedur Percobaan
Prosedur yang dilakukan pada praktikum ini adalah :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang di perlukan.
2. Melakukan identifikasi mineral secara megaskopis/kasat mata berdasarkan sifat-sifat fisisnya,
yaitu :
 Warna
 Bentuk
 Kekerasan
 Tenacity
 Derajat transparan
 Belahan
 Pecahan
 Cerat
 Kilap
3. Menentukan nama mineralnya.
4. Mengisi data pada lembar jawaban.

Laporan Praktikum Deskripsi Mineral Tahun Ajaran 2015 4


BAB III
ISI

2.1 KRISTALORAFI
2.1.1 Pengertian
Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara
teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.Secara umum, zat cair membentuk
kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal
tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang
sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan
padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari merupakan
polikristal.
Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada kimia cairannya
sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan ambien. Proses terbentuknya struktur
kristalin dikenal sebagai kristalisasi.
Meski proses pendinginan sering menghasilkan bahan kristalin, dalam keadaan tertentu
cairannya bisa membeku dalam bentuk non-kristalin. Dalam banyak kasus, ini terjadi karena
pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atomnya tidak dapat mencapai lokasi kisinya.Suatu
bahan non-kristalin biasa disebut bahan amorf atau seperti gelas.Terkadang bahan seperti ini juga
disebut sebagai padatan amorf, meskipun ada perbedaan jelas antara padatan dan gelas. Proses
pembentukan gelas tidak melepaskan kalor lebur jenis (Bahasa Inggris: latent heat of fusion).
Karena alasan ini banyak ilmuwan yang menganggap bahan gelas sebagai cairan, bukan
padatan.Topik ini kontroversial, silakan lihat gelas untuk pembahasan lebih lanjut.Meskipun
istilah "kristal" memiliki makna yang sudah ditentukan dalam ilmu material dan fisika zat padat,
dalam kehidupan sehari-hari "kristal" merujuk pada benda padat yang menunjukkan bentuk
geometri tertentu, dan kerap kali sedap di mata. Berbagai bentuk kristal tersebut dapat ditemukan
di alam. Bentuk-bentuk kristal ini bergantung pada jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk
menentukan strukturnya, dan juga keadaan terciptanya kristal tersebut. Bunga salju, intan, dan
garam dapur adalah contoh-contoh kristal.
Beberapa material kristalin mungkin menunjukkan sifat-sifat elektrik khas, seperti efek
feroelektrik atau efek piezoelektrik. Kelakuan cahaya dalam kristal dijelaskan dalam optika
kristal. Dalam struktur dielektrik periodik serangkaian sifat-sifat optis unik dapat ditemukan
seperti yang dijelaskan dalam kristal fotonik.

Laporan Praktikum Deskripsi Mineral Tahun Ajaran 2015 5


2.1.2 Sistem Kristal
1. Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem
kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan
yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing
sumbunya.Perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu c.Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.Sistem Isometrik
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3
2. Sistem Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang
masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama.
Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya
lebih panjang(perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c.Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.
sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6
3. Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang
saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang
yang berbeda.Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c.Pada penggambaran, sistem Orthorhombik memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi
ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ =
30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ
4. Sistem monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang
dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi
sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang
yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendekPada
penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Monoklin memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi
ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ =
30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.

Laporan Praktikum Deskripsi Mineral Tahun Ajaran 2015 6


5. Sistem triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak
lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.Pada penggambaran
dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c =
sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-
sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ
membentuk sudut 80˚ terhadap c+.
6. Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu
lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain.
Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih
panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a =
b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu
d.Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Hexagonal
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis
dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan
nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ;
dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu
bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
7. Sistem trigonal
- Mempunnyai 4 buah sumbu
- Sudut sumbu abd tegak lurus c
- Panjang sumbu a = b =d =c
- Sudut antara a+ dengan b- = 200 dan b+ dengan d- = 400
- Perbandingan sumbu a : b: c : d = 1 : 3 : 3 :1

2.2 MINERALOGI
Mineralogi merupakan ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur kristal, dan fisika (termasuk
optik) dari mineral. Studi ini juga mencakup proses pembentukan dan perubahan mineral,sifat-sifat fisik,
sifat-sifat kimia, keterdapatannya, cara terjadinya, dan kegunaannya.
Defenisi mineral menurut beberapa ahli:
 L. G. Berry dan B. Mason, 1959

Laporan Praktikum Deskripsi Mineral Tahun Ajaran 2015 7


“Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam dan terbentuk secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom
yang tersusun secara teratur”.
 D. G. A. Whitten dan J. R. V. Brooks, 1972
“Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai komposisi kimia
tertentu, dibentuk oleh proses alam anorganik”.
 A. W. R. Potter dan H. Robinson, 1977
“Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau
dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu
kehidupan .”
Setiap jenis mineral tidak saja terdiri dari unsur-unsur tertentu, tetapi juga mempunyai bentuk
tertentu yang di sebut bentuk kristal.

2.2.1 Sifat Fisik Mineral


a. Warna(Colour)
Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Bila suatu permukaan mineral dikenai suatu
cahaya, maka cahaya yang mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap dan
sebagian dipantulkan. Warna mineral dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
 Idiokromatik; Yaitu warna mineral yang selalu tetap. Umumnya dijumpai pada mineral-
mineral yang tidak tembus cahaya (opak), seperti galena, magnetit,pirit, dan lain sebagainya.
 Alokromatik; Yaitu warna mineral yang tidak tetap, tergantung dari material pengotornya.
Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya, seperti kuarsa, kalsit,dan lain
sebagainya.
Tapi ada pula warna yang ditentukan oleh kehadiran sekelompok ion asing yang dapat
memberikan warna tertantu pada mineral, yang disebut dengan nama chomophores. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi warna antara lain:
1.Komposisi mineral
2. Struktur kristal dan ikatan ion
3. Pengotor dari mineral

b. Perawakan Kristal (crystal Habit)


Perawakan kristal adalah bentuk khas mineral di tentukan oleh bidang yang
membangunnya, termasuk bnetuk dan ukuran relative bidang-bidang tersebut. Kita perlu
mengenal perawakan yang terdapat pada beberapa jenis mineral, walaupun perawakan kristal

Laporan Praktikum Deskripsi Mineral Tahun Ajaran 2015 8


bukan merupakan cirri tetap mineral. Contoh: mika selalu menunjukan perawakan kristal yang
mendaun (foliated), amphibol, selalu menunjukan perawakan kristal meniang (columnar)
perawakan kristal di bedakan menjadi 3 golongan (Richard peart, 1975) yaitu:
1. Elongated habits (meniang/berserabut)
2. Fattened habits (lembaran tipis)
3. Rounded habits (membutir)

c. Kilap (lister)
Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilap dibedakan
menjadi 2, yaitu kilap logam (metallic luster) dan kilap bukan logam (non metallic luster). Kilap
logam memberikan kesan seperti logam bila terkena cahaya. Kilap ini biasanya dijumpai pada
mineral-mineral bijih, seperti emas, galena, pirit, dan kalkopirit. Sedangkan kilap bukan logam
tidak memberikan kesan logam jika terkena cahaya. Selain itu, adapula kilap sub-metalik (sub-
metallic luster), yang terdapat pada mineral-mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6-3.
Kilap bukan logam dapat dibedakan menjadi:
1. Kilap Kaca(Vitreous Luster); Memberikan kesan seperti kaca atau gelas bila terkena cahaya.
Contohnya: kalsit, kuarsa, dan halit.
2. Kilap Intan (adamantine Luster); Memberikan kesan cemerlang seperti intan.
3. Kilap Sutera (Silky Luster); Memberikan kesan seperti sutera. Umumnya terdapat pada
mineral yang mempunyai struktur serat. Seperti asbes, aktinolit, dan gipsum.
4. Kilap Lilin (Waxy Luster); Merupakan kilap seperti lilin yang khas.
5. Kilap Mutiara (Pearly Luster); Memberikan kesan seperti mutiara atau seperti bagian dalam
dari kulit kerang. Kilap ini ditimbulkan oleh mineral transparan yang berbentuk lembaran.
Contohnya talk, dolomit, muskovit, dan tremolit.
6. Kilap Lemak (Greasy Luster); Menyerupai lemak atau sabun. Hal ini ditimbulkan oleh
pengaruh tekanan udara dan alterasi. Contohnya talk dan serpentin.
7. Kilap Tanah (Earthy Luster); Kenampakannya buram seperti tanah. Misalnya kaolin,
limonit,dan bentonit.

d. Kekerasan (Hardness)
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Penentuan kekerasan relatif
mineral ialah dengan jalan menggoreskan permukaan mineral yang rata pada mineral standar dari
skala Mohs yang sudah diketahui kekerasannya, yang dimulai dari skala 1 yang paling lunak
hingga skala 10 untuk mineral yang paling keras.

Laporan Praktikum Deskripsi Mineral Tahun Ajaran 2015 9


1. Talc Mg3Si4O10(OH)2
2. Gypsum CaSO4·2H2O
3. Calcite CaCO3
4. Fluorite CaF2
5. Apatite Ca5(PO4)3(OH,Cl,F)
6. Orthoclase KAlSi3O8
7. Quartz SiO2
8. Topaz Al2SiO4(OH,F)2
9. Corundum Al2O3
10. Diamond C (pure carbon)
Misalnya suatu mineral di gores dengan kalsi (H=3) ternyata mineral itu tidak tergores,
tetapi dapat tergores oleh fluorite (H=4), maka mineral tesebut mempunyai kekerasan antara 3 dan
4. Dapat pula penentuan kekerasan mineral dengan memepergunakan alat-alat yang sederhana
misalnya:
 Kuku jari manusia H = 2,5
 Kawat tembaga H = 3
 Pecahan kaca H = 5,5
 Pisau baja H = 5,5
 Kikir baja H = 6,5
 Lempeng baja H = 7
Bila mana suatu mineral tidak tergores oleh kuku manusia tetapi oleh kawat tembaga, maka
mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.

e. Gores
Gores atau cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat sama atau berbeda
dengan warna mineral. Umumnya warna cerat tetap. Gores ini di pertanggungjawabkan karena
stabil dan penting untuk membedakan 2 mineral yang warnanya sama tetapi goresnya berbeda.
Gores ini di peroleh dengan cara mengoreskan mineral pada permukaan keeping porselin, tetapi
apabila mineral mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka dapat di cari mineral yang berwarna
terang biasanya mempunyai gores berwarna putih. Mineral bukan logam dan berwarna gelap akan
memberikan gores yang lebih terang dari pada warna mineralnya sendiri. Mineral yang
mempunyai kilap metallic kadang-kadang mempunyai warna gpres yang lebih gelap dari warna
mineralnya sendiri.Ada beberapa mineral warna dan gores sering menunjukan warna yang sama.

Laporan Praktikum Deskripsi Mineral Tahun Ajaran 2015 10


f. Belahan
Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah melaluibidang-
bidang belahan yang rata dan licin.Bidang belahanumumnya sejajar dengan bidang tertentu dari
mineral tersebut.Belahan dapat di bedakan menjadi:
1. Sempurna (perfect)
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan
bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya.
2. Baik (good)
Yaitu apabila mineral muidah terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi
dapat juga terbelah tidak melalui bidang belahannya.
3. Jelas (distinct)
Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut sukar
membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata.
4. Tidak jelas (indistinct)
Yaitu apabila arah belahannya masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk membentuk
belahan dan pecahan sama besar.
5. Tidak sempurna (imperfect)
Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral akan pecah
dengan permukaan yang tidak rata.

g. Pecahan
Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yangtidak rata dan tidak teratur.
Pecahan dapat dibedakan menjadi:
1. Pecahankonkoidal (Choncoidal): Pecahan yang memperlihatkan gelombang yang
melengkung di permukaan. Bentuknya menyerupai pecahan botol atau kulit bawang.
2. Pecahan berserat/fibrus (Splintery): Pecahan mineral yang menunjukkan kenampakanseperti
serat, contohnya asbes, augit;
3. Pecahan tidak rata (Uneven): Pecahan mineral yang memperlihatkanpermukaan bidang
pecahnya tidak teratur dan kasar, misalnya pada garnet;
4. Pecahan rata (Even): pecahan mineral yang permukaannya rata dan cukup halus. Contohnya
minerallempung.
5. Pecahan Runcing (Hacly): Pecahan mineral yang permukaannya tidak teratur, kasar,dan
ujungnya runcing-runcing. Contohnya mineral kelompok logam murni.
6. Pecahan tanah (Earthy), bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung.

Laporan Praktikum Deskripsi Mineral Tahun Ajaran 2015 11


h. Daya Tahan Terhadap Pukulan
Tenacity adalah suatu reksi atau daya tahan mineral terhadap gaya yang mengenainya, seperti
penekanan, pemecahan, pembengkokan, pematahan, pemukulan, penghancuran, dan pemotongan.
Tenacity dapat dibagi menjadi:
1. Brittle (Rapuh); apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus.
2. Sectile (Dapat Diiris); apabila mineral mudah dipotong dengan pisau dengan tidak berkurang
menjadi tepung.
3. Ductile (Dapat Dipintal); dapat ditarik dan diulur seperti kawat. Bila ditarik akan menjadi
panjang, dan apabila dilepaskan akan kembali seperti semula.
4. Malleable (Dapat Ditempa); apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih.
5. Elastis (Lentur); dapat merenggang bila ditarik, dan akan kembali seperti semula bila
dilepaskan.
6. Flexible; apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan mudah.

i. Kemagnetan
Sifat kemagnetan yang perlu dicatat dalam praktikum mineral fisik adalah sifat dari mineral
yang diselidiki, apakah paramagnetit ataukah diamagnetit.
 Paramagnetit (magnetit): yaitu mineral tersebut mempunyai daya tarik terhadap magnet.
 Diamagnetit (non-magnetit): yaitu mineral tersebut mempunyai daya tolak terhadap magnet.

j. Derajat Ketransparan
Sifat Transparan dari suatu mineral tergantung pada kemampuan mineral tersebut mentransmit
sinar cahaya (berkas sinar). Sesuai dengan hal ini, variasi mineral dibedakan atas:
 Opaque mineral; yaitu mineral-mineral yang tidak tembus cahaya meskipun dalam bentuk
lembaran tipis. Mineral-mineral ini permukaannya mempunyai kilauan metalik dan
meninggalkan berkas hitam atau gelap.
 Transparant mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus pandang seperti kaca.
 Translucent mineral; yaitu mineral-mineral yang tembus cahaya tapi tidak tembus pandang.
 Mineral-mineral yang tidak tembus pandang dalam bentuk pecahan-pecahan tetapi tembus
cahaya pada lapisan yang tipis.

Laporan Praktikum Deskripsi Mineral Tahun Ajaran 2015 12


BAB IV
DESKRIPSI MINERAL

No Urut Peraga 1

 Kilap : kilap tanah


 Warna segar : Kwarsa
 Warna lapuk : Putih
 Kekerasan : > 2,5
 Cerat : Putih
 Belahan : Tidak ada
 Pecahan : Uneven
 Tenacity : Brittle
 Nama mineral : Calcite

Gambar Deskripsi

Laporan Praktikum Deskripsi Mineral Tahun Ajaran 2015 13


No Urut Peraga 2
 Kilap : Sutera
 Warna segar : Putih Susu
 Warna Lapuk : Cokelat
 Kekerasan : 2,5
 Cerat : putih
 Belahan : tidak ada / tidak nampak
 Pecahan : even
 Bentuk kristal : Amorf
 Tenacity : Brittle
 Nama Mineral : Talk

Gambar Deskripsi

Laporan Praktikum Deskripsi Mineral Tahun Ajaran 2015 14


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dengan diadakannya praktikum seperti ini siswa siswi diharapkan dapat berfikir maju, kreatif
dan efisien sehingga dapat mengurangi perilaku yang bersifat negatif misalnya kenakalan remaja
karena bakat dan kemampuannya lebih tersalur kepada hal-hal yang positif yang akan berguna
bagi kehidupannya baik sekarang maupun yang akan datang.

4.2 Saran
Adapun saran yang saya dapat berikan pada praktikum ini adalah agar praktikum yang
dilaksanakan tepat waktu sesuai jadwal.

Laporan Praktikum Deskripsi Mineral Tahun Ajaran 2015 15

Anda mungkin juga menyukai