OLEH
MUH. RAHMATUL JIHAD
D111 18 1001
GOWA
2019
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................2
2.1 Mineral..................................................................................................3
4.1 Hasil....................................................................................................23
4.2 Pembahasan........................................................................................35
BAB V PENUTUP................................................................................................24
5.1 Kesimpulan..........................................................................................24
5.2 Saran...................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Contoh struktur kristal..................................................................................12
2.2 Contoh mineral Flourite........................................................................... 15
2.3 Pecahan konkoidal mineral Beril....................................................................16
3.1 Kamera Handphone................................................................................ 19
3.2 Pulpen.........................................................................................................19
3.3 Lup.............................................................................................................19
3.4 Kikir baja.....................................................................................................20
2.5 Tembaga.....................................................................................................20
3.6 Paku............................................................................................................20
3.7 Rocks and Mineral.................................................................................. 21
3.8 Magnet........................................................................................................21
3.9 Kertas HVS..................................................................................................21
3.9 Sampel mineral............................................................................................21
3.10 Lembar deskripsi........................................................................................22
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Kekerasan Mineral........................................................................................13
2.2 Alat penguji kekerasan.................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
MINERAL LOGAM
2.1 Mineral
Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat
secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu,
dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis.
Mineral dapat kita jumpai dimana-mana disekitar kita, dapat berwujud sebagai
batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Beberapa daripada
mineral tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah
yang besar, sehingga memungkinkan untuk ditambang seperti emas dan perak.
Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan
padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Apabila
kondisinya memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan
diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal sebagai kristal.
Dengan demikian, kristal secara umum dapat didefinisikan sebagai bahan padat
yang homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Studi
yang khusus mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan
padat tersebut dinamakan kristalografi (Noor, 2012).
Pengetahuan tentang mineral merupakan syarat mutlak untuk dapat
mempelajari bagian yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari batuan. Bagian luar
yang padat dari Bumi ini disebut litosfir, yang berarti selaput yang terdiri dari
batuan, dengan mengambil lithos dari bahasa latin yang berarti batu, dan sphere
yang berarti selaput. Tidak kurang dari 2000 jenis mineral yang kita ketahui
sekarang. Beberapa daripadanya merupakan benda padat dengan ikatan unsur yang
sederhana. Contohnya adalah mineral intan yang hanya terdiri dari satu jenis unsur
saja yaitu Karbon. Garam dapur yang disebut mineral halit, terdiri dari senyawa dua
unsur Natrium dan Chlorit dengan simbol NaCl. Setiap mineral mempunyai susunan
unsur- unsur yang tetap dengan perbandingan tertentu. Studi yang mempelajari
segala sesuatunya tentang mineral disebut Mineralogi, didalamnya juga mencakup
pengetahuan tentang Kristal, yang merupakan unsur utama dalam susunan mineral.
Pengetahuan dan pengenalan mineral secara benar sebaiknya dikuasai terlebih
dahulu sebelum mempelajari dasar-dasar geologi atau Geologi Fisik, dimana batuan,
yang terdiri dari mineral, merupakan topik utama yang akan dibahas. Diatas telah
dijelaskan bahwa salah satu syarat utama untuk dapat mengenal jenis-jenis batuan
sebagai bahan yang membentuk litosfir ini, adalah dengan cara mengenal mineral-
mineral yang membentuk batuan tersebut. Dengan anggapan bahwa pengguna
buku ini telah mengenal dan memahami mineralogi, maka untuk selanjutnya akan
diulas secara garis besar tentang mineral sebagai penyegaran saja (Noor, 2012).
2.1.1 Penggolongan Mineral
Klasifikasi /pengelompokan mineral yang digunakan berdasarkan klasifikasi
menurut James D. Dana yang didasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan
struktur kristal, adalah sebagai berikut (Krauss dkk, 1951):
1. Kelompok Native Element (Unsur Murni)
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan
dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada
kelas ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya.
Pada umumnya sifat dalam (Tenacity) mineralnya adalah malleable yang
jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik
akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika
dilepaskan.
Dibagi lagi dalam 3 kelas mineral yang berbeda, antara lain:
a. Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya: emas (Au), perak
(Ag), Platina (Pt) dan tembaga (Cu). sistem kristalnya adalah isometrik.
b. Semimetal (Semi logam). Contohnya: Bismuth (Bi), Arsenic (As), yang
keduanya memiliki sistem kristalnya adalah hexagonal.
c. Bukan metal (bukan logam). Contohnya intan, graphite dan Sulphur.
Sistem kristalnya dapat berbeda-beda, seperti Sulphur sistem kristalnya
orthorhombik, intan sistem kristalnya pisometrik, dan graphite sistem
kristalnya adalah hexagonal. Pada umumnya, berat jenis dari mineral-
mineral ini tinggi, kisarannya sekitar 6.
2. Kelompok Sulfida
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk
dari kombinasi antara unsur tertentu dengan Sulphur (belerang). Pada
umumnya unsur utamanya adalah logam (metal).
Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah
gunung api yang memiliki kandungan Sulphur yang tinggi. Proses
mineralisasinya terjadi pada tempat-tempat keluarnya atau sumber Sulphur.
Unsur utama yang bercampur dengan Sulphur tersebut berasal dari magma,
kemudian terkontaminasi oleh Sulphur yang ada disekitarnya. Pembentukan
mineralnya biasanya terjadi dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur
Sulphur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan
sifat pembentukan yang terkait dengan hydrothermal (air panas).
Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih
(ores). Dan oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis
yang cukup tinggi. Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah
logam. Pada industri logam, mineral-mineral sulfides tersebut akan diproses
untuk memisahkan unsur logam dari Sulphurnya. Beberapa penciri kelas
mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur utamanya umumnya
logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai kekerasan yang
rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur pembentuknya yang bersifat
logam.
Beberapa contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pirit (FeS2), Kalkosit
(Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan Kalkopirit (CuFeS2). Termasuk
juga didalamnya selenides, tellurides, arsenides, antimonides,
bismuthinides dan juga sulfosalt.
3. Kelompok Oksida dan Hidroksida
Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari
kombinasi unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O2-) dan gugus
hidroksil hidroksida (OH-).
a. Oksida
Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara
oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat.
Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat.
Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam
oksida adalah besi, chrome, mangan, timah dan aluminium. Beberapa
mineral oksida yang paling umum adalah, korondum (Al2O3), hematite
(Fe2O3) dan kassiterite (SnO2).
b. Hidroksida
Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran
atau persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH -). Reaksi
pembentukannya dapat juga terkait dengan pengikatan dengan air. Sama
seperti oksida, pada mineral hidroksida, unsur utamanya pada umumnya
adalah unsur-unsur logam. Beberapa contoh mineral hidroksida adalah
Manganite MnO(OH), Bauksit [FeO(OH)] dan limonite (Fe2O3.H2O).
4. Kelompok Halida
Kelompok ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenelektronegatif,
seperti: F-, Cl-, Br-, I-. Pada umumnya memiliki berat jenis yang rendah (<
5). Contoh mineralnya adalah: Halit (NaCl), Fluorit (CaF2), Silvit (KCl), dan
Kriolit (Na3AlF6).
5. Kelompok Karbonat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO 3)2-, dan disebut karbonat,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan kalsium karbonat, CaCO 3
dikenal sebagai mineral kalsit. Mineral ini merupakan susunan utama yang
membentuk batuan sedimen.
Karbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton.
Karbonat juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst
yang membentuk gua (caves), stalactite, dan stalagmite. Dalam kelas
karbonat ini juga termasuk nitrat (NO3) dan juga Borat (BO3).
Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah
dolomite (CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite (MgCO3). Dan
contoh mineral nitrat dan borat adalah niter (NaNO3) dan borak
(Na2B4O5(OH)4.8H2O).
6. Kelompok Sulfat
Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO 42-). Mineral sulfat adalah kombinasi logam
dengan anion sulfat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi
pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian
perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.
Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan
tungstat. Dan sama seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk
dari kombinasi logam dengan anion-anionnya masing-masing. Contoh-contoh
mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah barite (barium sulfate),
celestite (strontium sulfate), anhydrite (calcium sulfate), angelsit dan
gypsum
(hydrated calcium sulfate). Juga termasuk didalamnya mineral chromate,
molybdate, selenate, sulfite, tellurate serta mineral tungstate.
7. Kelompok Phosphate
Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus PO43-, dan pada umumnya memiliki
kilap kaca atau lemak, contoh mineral yaitu: (Ca,Sr, Pb,Na,K)5
(PO4)3(F,Cl,OH), Vanadine Pb5Cl(PO4)3, dan Turquoise CuAl6(PO4)4(OH)8 .
5H2O.
8. Kelompok Silikat
Silikat merupakan 25% dari mineral yang dikenal dan 40% dari mineral yang
dikenali. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini,
yang merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa
unsur metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat
kerak-Bumi terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi
(sampai kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian
utama yang membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun
batuan malihan (metamorf). Silikat pembentuk batuan yang umum adalah
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan bukan-
ferromagnesium.
a. Quartz (SiO2)
b. Feldspar Alkali (KAlSi3O8)
c. Feldspar Plagioklas ((Ca,Na)AlSi3O8)
d. Mica Muscovite (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2)
e. Mica Biotite (K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2)
f. Amphibol Horblende ((Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH))
g. Pyroxsene ((Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6)
h. Olivin ((Mg,Fe)2SiO4)
1. Warna Mineral
Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Warna mineral dapat
dibedakan menjadi dua yaitu idiokromatik danalokromatik.
a. Idiokromatik, warna mineral idiokromatik dicirikan oleh warna mineral
yang selalu tetap, umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak
tembus cahaya (opak), seperti galena, magnetit, pirit.
b. Danalokromatik, warna mineral danalokromatik dicirikan oleh warna
mineral yang tidak tetap atau bisa berubah, tergantung dari material
pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus
cahaya, seperti kuarsa dan kalsit.
2. Kilap Mineral
Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya.
Kilap dibedakan menjadi dua, yaitu kilap logam dan kilap bukan logam.
a. Kilap logam, kilap ini memberikan kesan seperti logam bila terkena
cahaya. Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral yang
mengandung logam atau mineral bijih, seperti emas, galena, pirit,
kalkopirit.
b. Kilap bukan logam, Kilap bukan logam tidak memberikan kesan seperti
logam jika terkena cahaya. Kilap jenis ini dapat dibedakan menjadi:
1) Kilap kaca (vitreous luster), memberikan kesan seperti kaca bila
terkena cahaya, misalnya: kalsit, kuarsa, halit.
2) Kilap intan (adamantine luster), memberikan kesan cemerlang
seperti intan, contohnya intan.
3) Kilap sutera (silky luster), memberikan kesan seperti sutera,
umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat,
seperti asbes, aktinolit, gipsum.
4) Kilap damar (resinous luster), memberikan kesan seperti damar,
contohnya: sfalerit dan resin.
5) Kilap mutiara (pearly luster), memberikan kesan seperti mutiara
atau seperti bagian dalam dari kulit kerang, misalnya talk,
dolomit, muskovit, dan tremolit.
6) Kilap lemak (greasy luster), menyerupai lemak atau sabun,
contonya talk, serpentin.
7) Kilap tanah, kenampakannya buram seperti tanah, misalnya:
kaolin, limonit, bentonit.
3. Kekerasan Mineral
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Secara relatif
sifat fisik ini ditentukan dengan menggunakan skala Mohs, yang dimulai dari
skala satu yang paling lunak hingga skala sepuluh untuk mineral yang paling
keras. Skala Mohs tersebut meliputi:
Tabel 2.1 Skala Kekerasan Mineral (Hibbard, 2002)
Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia
1 Talc H2Mg3(SiO3)4
2 Gypsum CaSO4.2H2O
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite CaF2Ca3(PO4)2
6 Orthoklase KAlSi3O8
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO3O8
9 Corondum Al2O3
10 Diamond C
Kawat tembaga 3
4. Cerat Mineral
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Hal ini dapat dapat diperoleh
apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau
membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut.
Cerat dapat sama atau berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna
cerat tetap.
5. Belahan Mineral
Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya
membelah melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin. Bidang
belahan umumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut.
Belahan terbagi atas tiga, yaitu:
a. Belahan satu arah, contoh: Muscovite,
b. Belahan dua arah, contoh: Feldspar, dan
c. Belahan tiga arah, contoh: Halite dan Calcite.
6. Pecahan Mineral
Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak
rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi 6 macam.
a. Pecahan Konkoidal, bila memperlihatkan gelombang yang melengkung di
permukaan.
b. Pecahan Berserat/Fibrous, bila menunjukkan kenampakan seperti serat,
contohnya asbes, augit.
c. Pecahan Tidak Rata, bila memperlihatkan permukaan yang tidak teratur
dan kasar, misalnya pada garnet.
d. Pecahan Rata, bila permukaannya rata dan cukup halus, contohnya:
mineral lempung.
e. Pecahan Runcing, bila permukaannya tidak teratur, kasar, dan ujungnya
runcing-runcing, contohnya mineral kelompok logam murni.
f. Tanah, bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung.
7. Bentuk Kristal
Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral tersebut mempunyai
bidang kristal yang jelas dan disebut amorf, bila tidak mempunyai batas-
batas kristal yang jelas. Mineral-mineral di alam jarang dijumpai dalam
bentuk kristalin atau amorf yang ideal, karena kondisi pertumbuhannya
yang biasanya terganggu oleh proses-proses yang lain. Bentuk mineral
berdasarkan struktur mineral dapat dibagi menjadi 4 macam:
a. Granular atau butiran, terdiri atas butiran-butiran mineral yang
mempunyai dimensi sama, isometrik.
b. Struktur Kolom, biasanya terdiri dari prisma yang panjang dan
bentuknya ramping. Bila prisma tersebut memanjang dan halus,
dikatakan mempunyai struktur fibrous atau berserat.
c. Struktur Lembaran atau Lamelar, mempunyai kenampakan seperti
lembaran, struktur ini dibedakan lagi menjadi: tabular, konsentris, dan
foliasi.
d. Struktur Imitasi, bila mineral menyerupai bentuk benda lain, seperti
asikular, filiformis, membilah, dll.
AKTIVITAS PRAKTIKUM
Berikut adalah nama, gambar dan fungsi alat dan bahan yang digunakan
dalam kegiatan praktikum:
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum kali ini ialah:
1. Kamera Handphone, adalah alat yang di gunakan untuk memotret
sampel mineral.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut
1. Kertas HVS, adalah tempat yang di gunakan untuk menulis deskripsi
data mineral.
Gambar 3.8 Kertas HVS
BAB IV
4.1 Hasil
4.1.1 Stasiun 5
Lembar Deskripsi Mineral
No. Stasiun 5
No. Urut : L-05
Warna :
- Segar : Kuning Keemasan
- Lapuk : Coklat
Kilap : Logam
Belahan : Tidak ada
Pecahan : Uneven
Cerat : Abu-abu
23
Kekerasan 3
Kuku Kawat Tembaga Kikir Baja
(2,5) (3) (6,5-7)
- √ √
24
ASISTEN
PRAKTIKAN
MUH. RAHMATUL
JIHAD D111181001
4.1.2 Stasiun 6
No. Stasiun 6
No. Urut : L-06
Warna :
- Segar : Kuning Keemasan
- Lapuk : Coklat
Kilap : Intan
Belahan : Tiga arah
Pecahan : Runcing
Cerat : Putih
Kekerasan 3
Kuku Kawat Tembaga Kikir Baja
(2,5) (3) (6,5-7)
- √ √
25
Sifat Kemagnetan : Diamagnetik
Tenacity : Brittle
Komposisi Kimia : CuFeS2
Golongan Mineral : Sulfida
Asosiasi Mineral : Tembaga, Covelite, Digenite, Perunggu dan Azurite
Nama Mineral : Kalkopirit
Keterdapatan : Mineral ini terbanyak bersama tembaga dan lebihsedikit
bersama sulfida, sebagai mineral bijih primer
berkarakteristik hipotermal dan urat-urat mosetermal
bertemperatur lebih tinggi.
Kegunaan : Dengan keberadaan yang sangat melimpah di alam,
kalkopirit menjadi sumber utama dalam memperoleh
tembaga dengan presentase 80% dari ekstrasi tembaga di
dunia.
Kalkopirit juga menghasilkan produk sampingan yaitu emas
dan perak
26
4.1.3 Stasiun 1
Lembar Deskripsi Mineral
No. Stasiun 01
No. Urut : L-
01
Warna
- Segar : Abu-abu Kehitaman
- Lapuk : Coklat
Kilap : Intan
Belahan : Satu arah
Pecahan : Tidak Rata
Cerat : Abu-abu
Kekerasan 3
Kuku Kawat Tembaga Kikir Baja
(2,5) (3) (6,5-7)
- √ √
27
sangat tahan terhadap pengaruh-pengaruh perubahan yang
diakibatkan oleh suhu atau temperatur dan tekanan yang
tinggi hal itu pula yang menyebabkan Kromit dapat
terbentuk dalam batuan metamorf.
Kegunaan Mineral : Sebagai bahan pembuat kromium, industri besi.
PRAKTIKAN ASISTEN
No. Stasiun 2
No. Urut : L-02
Warna :
- Segar : Kuning Keemasan
- Lapuk : Coklat
Kilap : Intan
Belahan : Tiga arah
Pecahan : Runcing
Cerat : Putih
Kekerasan 3
Kuku Kawat Tembaga Kikir Baja
(2,5) (3) (6,5-7)
- √ √
29
Keterdapatan : Mineral ini terbanyak bersama tembaga dan lebihsedikit
bersama sulfida, sebagai mineral bijih primer
berkarakteristik hipotermal dan urat-urat mosetermal
bertemperatur lebih tinggi.
Kegunaan : Dengan keberadaan yang sangat melimpah di alam,
kalkopirit menjadi sumber utama dalam memperoleh
tembaga dengan presentase 80% dari ekstrasi tembaga di
dunia. Kalkopirit juga menghasilkan produk sampingan
yaitu emas dan perak
30
PRAKTIKAN ASISTEN
4.1.5 Stasiun 3
No. Stasiun 03
No. Urut : L-03
Warna
- Segar : Hitam
- Lapuk : Coklat
Kilap : Damar
Belahan : Tiga arah
Pecahan : Konkoidal
Cerat : Putih
Kekerasan : 6,5-7
Kuku Kawat Tembaga Kikir Baja
(2,5) (3) (6,5-7)
- - √
31
pergerakan benua dari waktu ke waktu, dan merekontruksi
sejarah perubahan medan magnet bumi hanya dari orientasi
mineral ini dan juga sebagai bijih besi utama dalam
pembuatan besi.
PRAKTIKAN ASISTEN
No. Stasiun 04
No. Urut : L-04
Warna
- Segar : Abu-abu
- Lapuk : Kuning
Kilap : Logam
Belahan : Dua arah
Pecahan : Tidak Rata
Cerat : Abu-abu
Kekerasan : 6,5-7
Kuku Kawat Tembaga Kikir Baja
(2,5) (3) (6,5-7)
- - √
33
Kegunaan Mineral : Digunakan untuk produksi sulfur dioksida, industri kertas,
sebagai cermin, sebagai batu hias, dan sebagai perhiasan
seperti cincin, kalung, dan gelang
PRAKTIKAN ASISTEN
MUH. RAHMATUL 34
JIHAD D111181001
35
4.2 Pembahasan
4.2.1 Stasiun 5
Pada stasiun 5 terdapat sampel mineral dengan nomor urut L-05. Terlihat
pada gambar yang deskripsikan sebagai mineral yang memiliki warna segar kuning
keemasan dan warna lapuk cokelat, setelah dicerat dengan cara menggoresnya
dengan logam terlihat cerat yang berwarna abu-abu, kilap mineral ini berupa kilap
logam. Tidak mempunyai belahan dan pecahannya termasuk dalam kategori
uneven. Setelah dilakukan pengujian kekerasan, mineral ini tergores oleh kawat
tembaga sehingga tingkat kekerasannya mencapai kekerasan 3 (Calcite) dalam
skala mohs. Mempunyai sifat kemagnetan yang lemah yakni diamagnetik dan
dengan sifat dalam yang rapuh brittle .
Pada stasiun 6 dengan terdapat mineral dengan nomor urut L-06, mineral ini
memiliki warna segar yaitu Kuning keemasan serta memiliki warna lapuk yaitu
Cokelat. Mineral ini memiliki jenis pecahan yang runcing. Dengan Kilap yang
menyerupai kilap logam saat dikontakkan dengan cahaya. Sifat dalam (Tenacity)
dari mineral ini adalah Brittle (rapuh), sehingga bila digores menjadi tepung atau
bubuk dan mudah hancur jika diberi gaya. Tingkat kekerasan dari mineral ini yaitu 3
berdasarkan skala Mohs. Mineral yang diteliti pada stasiun ini memiliki daya
kemagnetan yang sangat lemah atau bersifat diamagnetik, sehingga tidak dapat
ditarik oleh magnet. Kuarsa tergolong di dalam mineral Sulfida. Berdasarkan sifat
fisik tersebut, ditemukan bahwa mineral ini bernama Kalkopirit. Kalkopirit banyak
ditemukan bersama dengan mineral lain (berasosiasi). Diantara mineral yang
berasosiasi tersebut adalah tembaga dan lebih sedikit terhadap sulfida. Kalkopirit
memiliki jumlah yang sangat memlimpah dialam dan digunakan lebih dari 80%
dalam mengekstraksi tembaga. Kegunaan mineral kalkopirit yakni dengan
keberadaan yang
sangat melimpah di alam, kalkopirit menjadi sumber utama dalam memperoleh
tembaga dengan presentase 80% dari ekstrasi tembaga di dunia. Kalkopirit juga
menghasilkan produk sampingan yaitu emas dan perak.
4.2.3 Stasiun 1
Pada stasiun 1, Pada stasiun 1 didapatkan mineral dengan nomor urut L-01
dengan warna segar yaitu abu-abu sedangkan warna lapuknya adalah hitam.
Mineral ini memiliki jenis kilap logam karena termasuk dalam jenis mineral
logam. Bidang belahan mineral yang satu arah. Mineral ini memiliki pecahan yang
tidak rata disertai warna cerat yaitu Abu-abu. Tingkat kekerasan dari mineral ini
yaitu 3 berdasarkan skala Mohs. Sifat kemagnetan dari mineral ini yaitu
diamagnetik serta memiliki Tenacity yang termasuk dalam kategori duktile.
Berdasarkan sifat fisik tersebut dapat ditentukan bahwa mineral yang ditemukan
pada stasiun pertama adalah mineral Kromit. Komposisi kimia dari mineral ini yaitu
SiO2 serta termasuk kedalam golongan mineral Oksida. Mineral Kromit ini biasanya
ditemukan berasosiasi dengan mineral seperti Olivine, Talk, Serpentine, Biotite dan juga
Magnetite. Mineral ini biasa terdapat pada batuan beku serta memiliki kegunaan
sebagai bahan dasar industri.
4.2.4 Stasiun 2
Pada stasiun 2 didapatkan mineral dengan nomor urut L-02, mineral ini
memiliki warna segar yaitu Kuning keemasan serta memiliki warna lapuk yaitu
Cokelat. Mineral ini memiliki jenis pecahan yang runcing. Dengan Kilap yang
menyerupai kilap logam saat dikontakkan dengan cahaya. Sifat dalam (Tenacity)
dari mineral ini adalah Brittle (rapuh), sehingga bila digores menjadi tepung atau
bubuk dan mudah hancur jika diberi gaya. Tingkat kekerasan dari mineral ini yaitu 3
berdasarkan skala Mohs. Mineral yang diteliti pada stasiun ini memiliki daya
kemagnetan yang sangat lemah atau bersifat diamagnetik, sehingga tidak dapat
ditarik oleh magnet. Berdasarkan sifat fisik tersebut, ditemukan bahwa mineral ini
bernama Kalkopirit. Kalkopirit banyak ditemukan bersama dengan mineral lain
(berasosiasi). Diantara mineral yang berasosiasi tersebut adalah tembaga dan lebih
sedikit terhadap sulfida. Dengan keberadaan yang sangat melimpah di alam,
kalkopirit menjadi sumber utama dalam memperoleh tembaga dengan presentase
80% dari ekstrasi tembaga di dunia. Kalkopirit juga menghasilkan produk
sampingan yaitu emas dan perak
36
4.2.5 Stasiun 3
Mineral ini memiliki warna segar yaitu Hitam serta memiliki warna lapuknya
yaitu Cokelat. Mineral ini memiliki pecahan ( fracture) konkoidal. Jenis kilap dari
mineral ini yaitu kilap Logam. Sifat dalam ( Tenacity) dari mineral ini adalah rapuh
(Brittle) sehingga mudah hancur jika diberi gaya. Tingkat kekerasan dari mineral ini
yaitu 6,-7 berdasarkan skala Mohs. Mineral ini memiliki daya tarik yang sangat kuat
terhadap magnet sehingga termasuk dalam kategori mineral yang bersifat
ferromagnetik. Berdasarkan sifat fisik tersebut dapat disimpulkan bahwa mineral ini
termasuk mineral Magnetit. Magnetit tergolong di dalam mineral Silikat, dicirikan
oleh adanya ikatan antara unsur Fe dengan O. Mineral ini biasanya ditemukan
berasosiasi dengan mineral seperti Talk, Klorit, Serpentin, Pirit dan beberapa
mineral lainnya. Magnetit banyak ditemukan di puncak gunung dan terbentuk dari
proses hidrotermal. Magnetit terdapat juga pada Formasi lapisan sedimen, beku dan
juga metamorf. Mineral ini sering digunakan sebagai petunjuk sejarah medan
magnet bumi dan dimanfaatkan dalam kebutuhan manusia lainnya misalnya saja
sebagai sumber medan magnet.
4.2.6 Stasiun 4
Pada stasiun 4 didapatkan mineral dengan nomor urut L-04, mineral yang
memiliki warna segar yaitu abu-abu gelap dengan warna lapuk Kuning. Mineral ini
mempunyai jenis kilap logam. Pecahan dari mineral yang tidak rata dan memiliki
belahan dua arah. Mineral ini memiliki warna cerat abu-abu. Tingkat kekerasan
yaitu 6,5-7 dalam skala Mohs karena hanya dapat dicerat dengan menggunakan
kikir baja. Tenacity dari mineral ini yaitu Brittle atau rapuh. Mineral ini bersifat
diamagnetik. Karena tidak dapat ditarik dengan gaya magnet. Berdasarkan hasil
pengamatan terhadap sifat fisiknya dapat disimpulkan bahwa mineral ini adalah pirit
yang memiliki komposisi kimia FeS2. Golongan mineral ini yaitu Sulfida. Pirit memiliki
daya hantar magnet yang tidak terlalu kuat sehingga tergolong paramagnetik.
Mineral ini sangat umum ditemukan di seluruh dunia Banyak orang yang salah
mengartikan bahwa k dan warna yang hampir sama. Pirit terbentuk dari proses
hidrotermal dari pemanasan pada suhu yang sangat tinggi. Mineral ini digunakan
dalam memproduksi Sulfur dioksida, Industri kertas, cermin dan juga batu hias
bahkan terkadang digunakan sebagai perhiasan imitasi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Darmono, D.S. 2001. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta:
UIP. Hibbard, M.J. 2002. Mineralogi. A View Point of Geology, McGraw-Hill.
Krauss, Edward, Henry. 1951. Mineralogy. London: Mc Graw Hill Book Company.Inc.
Lutgens, K.F. 2006. Mineral Exploration. New Delhi: New India Publishing Agency.
Noor, Djauhari, Noor. 2008. Edisi pertama Pengantar Geologi. Universitas Pakuan,
Bogor.
Sapiie, B. 2006. Modul Praktikum Geology Dasar. Jakarta: Erlangga.
Warmada, I Wayan. 2009. Pengantar Kristalografi dan Mineralogi. Unpublished.
LAMPIRAN