Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PRAKTIKUM MINERALOGI

ACARA III: MINERAL LOGAM

OLEH
MUH. RAHMATUL JIHAD
D111 18 1001

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2019

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah


Subhanahu wa Ta’ala yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan
kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan
untuk menyelesaikan tugas penulisan Laporan Mineralogi dengan judul Mineral
Logam.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
kita, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah menyampaikan
petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk kita semua, yang merupakan syariat
yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-
satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Penyusunan Laporan Mineralogi ini merupakan bentuk dari pemenuhan
tugas mata kuliah Mineralogi. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu penulis
selama proses penyelesaian Laporan Mineralogi acara mineral logam. Penulis juga
berharap semoga Laporan Mineralogi ini dapat memberikan manfaat bagi setiap
pembaca. Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati, penulis meminta maaf apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan Laporan Mineralogi ini, karena pada dasarnya
penulis adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.

Gowa, 28 Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL...............................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR................................................................................................v

DAFTAR TABEL...................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Tujuan...................................................................................................2

1.3 Ruang Lingkup Percobaan.......................................................................2

BAB II MINERAL LOGAM......................................................................................3

2.1 Mineral..................................................................................................3

2.2 Sifat Fisik Mineral...................................................................................4

2.3 Sifat Kimia Mineral.................................................................................8

2.4 Mineral Logam.......................................................................................9

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM.....................................................................19

3.1 Alat dan Bahan.....................................................................................15

3.2 Prosedur Percobaan..............................................................................18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................23

4.1 Hasil....................................................................................................23

4.2 Pembahasan........................................................................................35

BAB V PENUTUP................................................................................................24

5.1 Kesimpulan..........................................................................................24

5.2 Saran...................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Contoh struktur kristal..................................................................................12
2.2 Contoh mineral Flourite........................................................................... 15
2.3 Pecahan konkoidal mineral Beril....................................................................16
3.1 Kamera Handphone................................................................................ 19
3.2 Pulpen.........................................................................................................19
3.3 Lup.............................................................................................................19
3.4 Kikir baja.....................................................................................................20
2.5 Tembaga.....................................................................................................20
3.6 Paku............................................................................................................20
3.7 Rocks and Mineral.................................................................................. 21
3.8 Magnet........................................................................................................21
3.9 Kertas HVS..................................................................................................21
3.9 Sampel mineral............................................................................................21
3.10 Lembar deskripsi........................................................................................22
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Kekerasan Mineral........................................................................................13
2.2 Alat penguji kekerasan.................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari


mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan,
antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya,
cara terjadinya dan kegunaannya. Minerologi terdiri dari kata mineral dan logos,
dimana mengenai arti mineral mempunyai pengertian berlainan dan bahkan
dikacaukan dikalangan awam. Sering diartikan sebagai bahan bukan organik
(anorganik). Maka pengertian yang jelas dari batasan mineral oleh beberapa ahli
geologi perlu diketahui walaupun dari kenyataannya tidak ada satupun persesuaian
umum untuk definisinya (Danisworo, 1994).
Mineral adalah suatu zat padat yang terdiri dari unsur atau persenyawaan
kimia yang dibentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik, mempunyai sifat-
sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai penempatan atom-atom secara
beraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai struktur kristal. Selain itu kata mineral
juga mempunyai banyak arti, hal ini tergantung darimana kita meninjaunya. Mineral
dalam arti farmasi lain dengan pengertian di bidang geologi. (Murwanto, 1992).
Secara umum mineral terbagi menjadi dua, berdasarkan komposisinya yaitu
mineral logam dan mineral bukan-logam. Mineral logam merupakan batuan atau
mineral- mineral yang di dalamnya terdapat unsur logam, yang dapat diambil untuk
kepentingan manusia. Unsur logam memiliki sifat fisik yang berbeda dengan unsur
non-logam contohnya sifat kemagnetan, kilap, cerat dan sifat fisik lainnya. Sifat fisik
mineral logam dapat dipelajari dengan mengetahui bentuk fisik secara langsung dan
mengetahui unsur pembentuknya. (Lutgents, 2006).
Berdasarkan uraian di atas, sebagai mahasiswa yang tengah melakukan
proses belajar, maka diadakanlah kegiatan praktikum kali ini. Dengan adanya
praktikum ini maka mahasiswa akan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan
baru, mengenai mineral logam Juga sebagai wadah mempelajari macam-macam hal
mengenai mineral logam secara langsung dan lebih efektif.

1
1.2 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah:


1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan mineral logam,
2. Mahasiswa mampu menentukan sifat-sifat fisik mineral logam, dan
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi mineral berdasarkan sifat fisiknya.

1.3 Ruang Lingkup Percobaan

Pada praktikum kali ini dibatasi pada pengamatan, pendeskripsian sifat-sifat


fisik mineral logam yang diamati pada hari Sabtu, 23 Maret 2019 di Laboratorium
Analisis Pengolahan Bahan Galian Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
BAB II

MINERAL LOGAM

2.1 Mineral

Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat
secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu,
dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis.
Mineral dapat kita jumpai dimana-mana disekitar kita, dapat berwujud sebagai
batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai. Beberapa daripada
mineral tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah
yang besar, sehingga memungkinkan untuk ditambang seperti emas dan perak.
Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan
padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Apabila
kondisinya memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan
diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal sebagai kristal.
Dengan demikian, kristal secara umum dapat didefinisikan sebagai bahan padat
yang homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Studi
yang khusus mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan
padat tersebut dinamakan kristalografi (Noor, 2012).
Pengetahuan tentang mineral merupakan syarat mutlak untuk dapat
mempelajari bagian yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari batuan. Bagian luar
yang padat dari Bumi ini disebut litosfir, yang berarti selaput yang terdiri dari
batuan, dengan mengambil lithos dari bahasa latin yang berarti batu, dan sphere
yang berarti selaput. Tidak kurang dari 2000 jenis mineral yang kita ketahui
sekarang. Beberapa daripadanya merupakan benda padat dengan ikatan unsur yang
sederhana. Contohnya adalah mineral intan yang hanya terdiri dari satu jenis unsur
saja yaitu Karbon. Garam dapur yang disebut mineral halit, terdiri dari senyawa dua
unsur Natrium dan Chlorit dengan simbol NaCl. Setiap mineral mempunyai susunan
unsur- unsur yang tetap dengan perbandingan tertentu. Studi yang mempelajari
segala sesuatunya tentang mineral disebut Mineralogi, didalamnya juga mencakup
pengetahuan tentang Kristal, yang merupakan unsur utama dalam susunan mineral.
Pengetahuan dan pengenalan mineral secara benar sebaiknya dikuasai terlebih
dahulu sebelum mempelajari dasar-dasar geologi atau Geologi Fisik, dimana batuan,
yang terdiri dari mineral, merupakan topik utama yang akan dibahas. Diatas telah
dijelaskan bahwa salah satu syarat utama untuk dapat mengenal jenis-jenis batuan
sebagai bahan yang membentuk litosfir ini, adalah dengan cara mengenal mineral-
mineral yang membentuk batuan tersebut. Dengan anggapan bahwa pengguna
buku ini telah mengenal dan memahami mineralogi, maka untuk selanjutnya akan
diulas secara garis besar tentang mineral sebagai penyegaran saja (Noor, 2012).
2.1.1 Penggolongan Mineral
Klasifikasi /pengelompokan mineral yang digunakan berdasarkan klasifikasi
menurut James D. Dana yang didasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan
struktur kristal, adalah sebagai berikut (Krauss dkk, 1951):
1. Kelompok Native Element (Unsur Murni)
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan
dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada
kelas ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya.
Pada umumnya sifat dalam (Tenacity) mineralnya adalah malleable yang
jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik
akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika
dilepaskan.
Dibagi lagi dalam 3 kelas mineral yang berbeda, antara lain:
a. Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya: emas (Au), perak
(Ag), Platina (Pt) dan tembaga (Cu). sistem kristalnya adalah isometrik.
b. Semimetal (Semi logam). Contohnya: Bismuth (Bi), Arsenic (As), yang
keduanya memiliki sistem kristalnya adalah hexagonal.
c. Bukan metal (bukan logam). Contohnya intan, graphite dan Sulphur.
Sistem kristalnya dapat berbeda-beda, seperti Sulphur sistem kristalnya
orthorhombik, intan sistem kristalnya pisometrik, dan graphite sistem
kristalnya adalah hexagonal. Pada umumnya, berat jenis dari mineral-
mineral ini tinggi, kisarannya sekitar 6.
2. Kelompok Sulfida
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk
dari kombinasi antara unsur tertentu dengan Sulphur (belerang). Pada
umumnya unsur utamanya adalah logam (metal).
Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah
gunung api yang memiliki kandungan Sulphur yang tinggi. Proses
mineralisasinya terjadi pada tempat-tempat keluarnya atau sumber Sulphur.
Unsur utama yang bercampur dengan Sulphur tersebut berasal dari magma,
kemudian terkontaminasi oleh Sulphur yang ada disekitarnya. Pembentukan
mineralnya biasanya terjadi dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur
Sulphur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan
sifat pembentukan yang terkait dengan hydrothermal (air panas).
Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih
(ores). Dan oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis
yang cukup tinggi. Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah
logam. Pada industri logam, mineral-mineral sulfides tersebut akan diproses
untuk memisahkan unsur logam dari Sulphurnya. Beberapa penciri kelas
mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur utamanya umumnya
logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai kekerasan yang
rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur pembentuknya yang bersifat
logam.
Beberapa contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pirit (FeS2), Kalkosit
(Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan Kalkopirit (CuFeS2). Termasuk
juga didalamnya selenides, tellurides, arsenides, antimonides,
bismuthinides dan juga sulfosalt.
3. Kelompok Oksida dan Hidroksida
Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari
kombinasi unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O2-) dan gugus
hidroksil hidroksida (OH-).
a. Oksida
Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara
oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat.
Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat.
Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam
oksida adalah besi, chrome, mangan, timah dan aluminium. Beberapa
mineral oksida yang paling umum adalah, korondum (Al2O3), hematite
(Fe2O3) dan kassiterite (SnO2).
b. Hidroksida
Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran
atau persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH -). Reaksi
pembentukannya dapat juga terkait dengan pengikatan dengan air. Sama
seperti oksida, pada mineral hidroksida, unsur utamanya pada umumnya
adalah unsur-unsur logam. Beberapa contoh mineral hidroksida adalah
Manganite MnO(OH), Bauksit [FeO(OH)] dan limonite (Fe2O3.H2O).
4. Kelompok Halida
Kelompok ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenelektronegatif,
seperti: F-, Cl-, Br-, I-. Pada umumnya memiliki berat jenis yang rendah (<
5). Contoh mineralnya adalah: Halit (NaCl), Fluorit (CaF2), Silvit (KCl), dan
Kriolit (Na3AlF6).
5. Kelompok Karbonat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO 3)2-, dan disebut karbonat,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan kalsium karbonat, CaCO 3
dikenal sebagai mineral kalsit. Mineral ini merupakan susunan utama yang
membentuk batuan sedimen.
Karbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton.
Karbonat juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst
yang membentuk gua (caves), stalactite, dan stalagmite. Dalam kelas
karbonat ini juga termasuk nitrat (NO3) dan juga Borat (BO3).
Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah
dolomite (CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite (MgCO3). Dan
contoh mineral nitrat dan borat adalah niter (NaNO3) dan borak
(Na2B4O5(OH)4.8H2O).
6. Kelompok Sulfat
Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO 42-). Mineral sulfat adalah kombinasi logam
dengan anion sulfat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi
pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian
perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.
Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan
tungstat. Dan sama seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk
dari kombinasi logam dengan anion-anionnya masing-masing. Contoh-contoh
mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah barite (barium sulfate),
celestite (strontium sulfate), anhydrite (calcium sulfate), angelsit dan
gypsum
(hydrated calcium sulfate). Juga termasuk didalamnya mineral chromate,
molybdate, selenate, sulfite, tellurate serta mineral tungstate.
7. Kelompok Phosphate
Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus PO43-, dan pada umumnya memiliki
kilap kaca atau lemak, contoh mineral yaitu: (Ca,Sr, Pb,Na,K)5
(PO4)3(F,Cl,OH), Vanadine Pb5Cl(PO4)3, dan Turquoise CuAl6(PO4)4(OH)8 .
5H2O.
8. Kelompok Silikat
Silikat merupakan 25% dari mineral yang dikenal dan 40% dari mineral yang
dikenali. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini,
yang merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa
unsur metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat
kerak-Bumi terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi
(sampai kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian
utama yang membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun
batuan malihan (metamorf). Silikat pembentuk batuan yang umum adalah
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan bukan-
ferromagnesium.
a. Quartz (SiO2)
b. Feldspar Alkali (KAlSi3O8)
c. Feldspar Plagioklas ((Ca,Na)AlSi3O8)
d. Mica Muscovite (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2)
e. Mica Biotite (K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2)
f. Amphibol Horblende ((Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH))
g. Pyroxsene ((Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6)
h. Olivin ((Mg,Fe)2SiO4)

2.2 Mineral Logam

Mineral logam adalah bahan tambang yang berwujud bijih (dapat


menghantarkan listrik) atau mineral yang mengandung unsur logam, atau Mineral
yang dari padanya dapat diekstrak untuk dimanfaatkan unsur logamnya. Dalam hal
ini mineral logam yang dimaksudkan adalah yang diharapkan bernilai ekonomi.
Contoh,Bijih Besi, Nikel, Emas, Tembaga, Timah, Bijih Bauksit dll. Jenisnya, Logam
Murni dan Logam Campuran (Noor, 2012).
2.2.1 Jenis-jenis Mineral Logam

Mineral logam adalah mineral yang mengandung unsur logam atau


agregatnya. Menurut keterdapatan, mineral logam dibagi menjadi 4 jenis, yaitu
(Darmono, 2001):
1. Logam Dasar (Base Metal)
Secara kimia, logam dasar merupakan logam yang mudah teroksidasi,
terkorosi, dan bereaksi dengan HCL membentuk hidrogen. Logam ini biasa di
sebut logam aktif. Contohnya: Tembaga.
2. Logam Mulia
Jenis logam ini disebut logam mulia karena tahan terhadap korosi maupun
oksidasi. Logam mulia yang terdapat di Indonesia adalah emas (Au), perak
(Ag), dan platina (Pt). Logam ini biasa digunakan sebagai perhiasan dan
mata uang, bahan tahan karat (lapisan perak).
3. Logam Besi dan Paduan Besi
Jenis logam ini lazim digunakan dalam industri besi dan campurannya.
Logam besi yang terdapat di Indonesia yaitu besi (Fe), kobalt (Co), krom
(Cr), mangan (Mg), molibdenum (Mo), nikel (Ni), dan pasir Besi.
4. Logam Ringan dan Langka
Logam ini relatif ditemukan dalam jumlah sedikit. Jenis logam ini yang
terdapat di Indonesia meliputi aluminium (Al), monasit , titan laterit (Ti), titan
placer. Logam ini umumnya digunakan sebagai material teknologi tinggi
seperti barang elektronik, katalis dalam pengolahan minyak bumi, keramik
tahan panas dan lain-lain.
2.2.2 Sifat-sifat Istimewa
Logam mempunyai sifat-sifat istimewa yang menjadi alasan beberapa orang
banyak memanfaatkannya. Berikut sifat-sifatnya (Darmono, 2001):
1. Kuat kecuali raksa, semua berwujud padat pada suhu kamar. Kekerasan dan
kekuatan logam dapat ditingkatkan dengan cara mencampurkan logam
dengan logam yang lain ataudengan non-logam yang disebut aliase (alloy)
misalnya aliase aluminium dengan magnesium yang dimanfaatkan sebagai
bahan konstruksi bangunan, jembatan dankendaraan bermotor.
2. Dapat ditempa dan dapat direnggangkan. Bergantung pada kemudahan
lapisan-lapisan atom menggelincir diatas lapisan atom lainnya yang terdapat
dalam kristal logam. Semakin simetris susunan atom dalam suatu logam
akan
semakin mudah ditempa dan diregangkan. Elektron valensi yang berada
dalam logam mengelilingi ion logam yang bermuatan positif secara simetris
karena gaya tarik antar ion logam dan elektron valensi sama ke segala arah.
Sehingga bila ditempa, logam tidak akan remuk, tetapi akan menggeser.
Logam tidak hancur bila dipukul. Maka, logam dapat ditempa untuk
membuat berbagai perkakas, barang kerajinan atau perhiasan. Logam dapat
pula diulur menjadi kawat.
3. Konduktor lsitrik yang baik. Elektron valensi yang mudah bergerak
memungkinkan muatan negatif yang berasal dariluar mendorong banyak
elektron, sehingga listrik dapat mengalir melalui logam. Sifat ini yang
mendasari penggunaan logam sebagai kabel listrik, serta alat memasak
seperti ketel, panci dan kuali.
4. Penghantar panas yang baik bila bagian tertentu dari logam dipanaskan,
maka elektron-elektron pada logam tersebut akan menerima sejumlah
energi, sehingga energi kinetiknya bertambah dan gerakannya makin cepat.
Elektron yang bergerak cepat itu akan menyerahkan sebagian
energikinetiknya kepada elektron lain sehingga seluruh bagian logam
menjadi panas dan naik suhunya. Mengkilap jika digosok atau terkena
cahaya. Kilap logam terjadi karena permukaan logam memantulkan semua
cahaya dari sinar tanpak yang mengenainya. Pada saat logam terkena
cahaya, elektron-elektron bebas pada logam naik ke tingkat energi yang
lebih tinggi (tereksitasi), kemudian memancarkan kembali semua energi
cahaya yang telah diserapnya pada saat kembali ke tingkat energi awal.
Logam dimanfaatkan sebagai perhiasan maupun untuk dekorasi karena
memiliki sifat mengkilap jika di gosok.
2.2.3 Proses Pembentukan Mineral
Adapun menurut M. Bateman, maka proses pembentukan mineral dapat
dibagi atas beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu, baik yang
bernilai ekonomis maupun mineral yang hanya bersifat sebagai mineral gauge
(Darmono, 2001):
1. Proses Magmatis
Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra
basa, lalu mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-
mineral silikat dan bijih. Pada temperature tinggi (>600˚C) mulai
membentuk mineral-mineral, baik logam maupun bukan logam. Asosiasi
mineral yang terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan saat itu.
Proses magmatis ini dapat terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Early Magmatis, yang terbagi atas:
1) Disseminated, contohnya Intan
2) Segregasi, contohnya Crhomite
3) Injeksi, Contohnya Kiruna
b. Late Magmatis, yang terbagi atas:
1) Residual liquid segregation, contohnya magmatis Taberg
2) Residual liquid injection, contohnya magmatis Adirondack
3) Immiscible liquid segregation, contohnya sulfide Insizwa
4) Immiscible liquid injection, contohnya Vlackfontein
2. Proses Pegmatisme
Setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma
(larutanpegmatisme) yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan
ini berkisar antara 600 ˚C sampai 450˚C berupa larutan magma sisa.
Asosiasi batuan umumnya Granit.
3. Proses Pneumatolisis
Setelah temperatur mulai turun, antara 550-450˚C, akumulasi gas mulai
membentuk jebakan pneumatolisis dan tinggal larutan sisa magma makin
encer. Unsur volatile akan bergerak menerobos batuan beku yang telah
ada dan batuan samping disekitarnya, kemudian akan membentuk
mineral baik karena proses sublimasi maupun karena reaksi unsur
volatile tersebut dengan batuan-batuan yang diterobosnya sehingga
terbentuk endapan mineral yang disebut mineral pneumatolitis.
4. Merupakan proses pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh
temperatur dan tekanan yang sangat rendah, dan larutan magma yang
terbentuk sebelumnya. Secara garis besar, endapan mineral
hydrothermal dapat dibagi atas:
a. Endapan hipotermal, ciri-cirinya adalah:
1) Tekanan dan temperatur pembekuan relatif tinggi.
2) Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan
intrusi dengan kedalaman yang besar.
3) Asosiasi mineral berupa sulfides, misalnya Pyrite, Calcopyrite,
Galena dan Spalerite serta oksida besi.
4) Pada intrusi Granit sering berupa endapan logam Au, Pb, Sn, W
dan Z.
b. Endapan mesotermal, yang ciri-cirinya:
1) Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah
daripada endapan hipotermal.
2) Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan
dekat dengan permukaan bumi.
3) Tekstur akibat cavity filling jelas terlihat, sekalipun sering
mengalami proses penggantian antara lain berupa crustification
dan banding.
4) Asosiasi mineralnya berupa sulfida, misalnya Au, Cu, Ag, Sb dan
Oksida Sn.
5) Proses pengayaan sering terjadi.
c. Endapan epitermal, ciri-cirinya sebagai berikut:
1) Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.
2) Tekstur penggantian tidak luas (jarang terjadi).
3) Endapan bisa dekat atau pada permukaan bumi.
4) Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa (fissure-vein).
5) Struktur khas yang sering terjadi adalah “cockade structure”.
6) Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral
“gangue”-nya berupa Kalsit dan Zeolit disamping Kuarsa.
5. Proses Replacement (Metasomatic replacement)
Adalah prsoses dalam pembentukan endapan-endapan mineral epigenetic
yang didominasi oleh pembentukan endapan-endapan hipotermal,
mesotermal dan sangat penting dalam grup epitermal. Mineral-mineral bijih
pada endapan metasomatic kontak telah dibentuk oleh proses ini, dimana
proses ini dikontrol oleh pengayaan unsur-unsur sulfida dan dominasi pada
formasi unsur-unsur endapan mineral lainnya. Replacement diartikan
sebagai proses dari larutan yang sangat penting berupa pelarutan kapiler
dan pengendapan yang terjadi secara serentak dimana terjadi penggantian
suatu mineral atau lebih menjadi mineralmineral baru yang lain. Atau dapat
juga diartikan bahwa penggantian mineral membutuhkan ion yang tidak
mempunyai ion secara umum dengan zat kimia yang digantikan.
Penggantian mineral yang dibawa dalam larutan dan zat kimia yang
dibawa keluar oleh
larutan dan merupakan kontak terbuka yang terbagi atas Massive, Lode
fissure, dan Disseminated.

2.3 Sifat Fisik Mineral

Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat


fisik mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya. Sifat-sifat fisik
mineral tersebut meliputi: warna, kilap (luster), kekerasan (hardness), cerat
(streak), belahan (cleavage), pecahan (fracture), struktur/bentuk kristal, berat
jenis, sifat dalam (Tenacity), dan kemagnetan. Berikut merupakan sifat fisik mineral
(Warmada, 2009):

Gambar 2.1 Beberapa contoh struktur kristal (Klein,1993)

1. Warna Mineral
Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Warna mineral dapat
dibedakan menjadi dua yaitu idiokromatik danalokromatik.
a. Idiokromatik, warna mineral idiokromatik dicirikan oleh warna mineral
yang selalu tetap, umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak
tembus cahaya (opak), seperti galena, magnetit, pirit.
b. Danalokromatik, warna mineral danalokromatik dicirikan oleh warna
mineral yang tidak tetap atau bisa berubah, tergantung dari material
pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus
cahaya, seperti kuarsa dan kalsit.
2. Kilap Mineral
Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya.
Kilap dibedakan menjadi dua, yaitu kilap logam dan kilap bukan logam.
a. Kilap logam, kilap ini memberikan kesan seperti logam bila terkena
cahaya. Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral yang
mengandung logam atau mineral bijih, seperti emas, galena, pirit,
kalkopirit.
b. Kilap bukan logam, Kilap bukan logam tidak memberikan kesan seperti
logam jika terkena cahaya. Kilap jenis ini dapat dibedakan menjadi:
1) Kilap kaca (vitreous luster), memberikan kesan seperti kaca bila
terkena cahaya, misalnya: kalsit, kuarsa, halit.
2) Kilap intan (adamantine luster), memberikan kesan cemerlang
seperti intan, contohnya intan.
3) Kilap sutera (silky luster), memberikan kesan seperti sutera,
umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat,
seperti asbes, aktinolit, gipsum.
4) Kilap damar (resinous luster), memberikan kesan seperti damar,
contohnya: sfalerit dan resin.
5) Kilap mutiara (pearly luster), memberikan kesan seperti mutiara
atau seperti bagian dalam dari kulit kerang, misalnya talk,
dolomit, muskovit, dan tremolit.
6) Kilap lemak (greasy luster), menyerupai lemak atau sabun,
contonya talk, serpentin.
7) Kilap tanah, kenampakannya buram seperti tanah, misalnya:
kaolin, limonit, bentonit.
3. Kekerasan Mineral
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Secara relatif
sifat fisik ini ditentukan dengan menggunakan skala Mohs, yang dimulai dari
skala satu yang paling lunak hingga skala sepuluh untuk mineral yang paling
keras. Skala Mohs tersebut meliputi:
Tabel 2.1 Skala Kekerasan Mineral (Hibbard, 2002)
Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia
1 Talc H2Mg3(SiO3)4
2 Gypsum CaSO4.2H2O
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite CaF2Ca3(PO4)2
6 Orthoklase KAlSi3O8
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO3O8
9 Corondum Al2O3
10 Diamond C

Masing-masing mineral tersebut diatas dapat menggores mineral lain


dengan tingkat kekerasan lebih kecil dan dapat digores oleh mineral dengan
tingkat kekerasan yang lebih besar. Dengan kata lain skala Mohs adalah
skala relatif. Dari segi kekerasan mutlak skala ini masih dapat dipakai sampai
yang ke-sembilan, artinya nomor sembilan kira-kira sembilan kali lebih keras
dari nomor satu, tetapi nomor sepuluh adalah 42 kali lebih keras dari nomor
satu. Untuk pengukuran kekerasan ini, dapat digunakan alat-alat sederhana
seperti kuku tangan, pisau baja, dll. seperti bisa dilihat pada tabel dibawah
ini:

Tabel 2.2 Alat penguji kekerasan


Alat Penguji Derajat Kekerasan Mohs

Kuku manusia 2,5

Kawat tembaga 3

Pecahan kaca 5,5-6

Pisau baja 5,5-6


Kikir baja 6,5-7

4. Cerat Mineral
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Hal ini dapat dapat diperoleh
apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau
membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut.
Cerat dapat sama atau berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna
cerat tetap.
5. Belahan Mineral
Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya
membelah melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin. Bidang
belahan umumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut.
Belahan terbagi atas tiga, yaitu:
a. Belahan satu arah, contoh: Muscovite,
b. Belahan dua arah, contoh: Feldspar, dan
c. Belahan tiga arah, contoh: Halite dan Calcite.

Gambar 2.2 Contoh mineral Flourite (Noor


, 2012)

6. Pecahan Mineral
Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak
rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi 6 macam.
a. Pecahan Konkoidal, bila memperlihatkan gelombang yang melengkung di
permukaan.
b. Pecahan Berserat/Fibrous, bila menunjukkan kenampakan seperti serat,
contohnya asbes, augit.
c. Pecahan Tidak Rata, bila memperlihatkan permukaan yang tidak teratur
dan kasar, misalnya pada garnet.
d. Pecahan Rata, bila permukaannya rata dan cukup halus, contohnya:
mineral lempung.
e. Pecahan Runcing, bila permukaannya tidak teratur, kasar, dan ujungnya
runcing-runcing, contohnya mineral kelompok logam murni.
f. Tanah, bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung.

Gambar 2.3 Pecahan konkoidal mineral


Beril (Hibbard, 2002)

7. Bentuk Kristal
Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral tersebut mempunyai
bidang kristal yang jelas dan disebut amorf, bila tidak mempunyai batas-
batas kristal yang jelas. Mineral-mineral di alam jarang dijumpai dalam
bentuk kristalin atau amorf yang ideal, karena kondisi pertumbuhannya
yang biasanya terganggu oleh proses-proses yang lain. Bentuk mineral
berdasarkan struktur mineral dapat dibagi menjadi 4 macam:
a. Granular atau butiran, terdiri atas butiran-butiran mineral yang
mempunyai dimensi sama, isometrik.
b. Struktur Kolom, biasanya terdiri dari prisma yang panjang dan
bentuknya ramping. Bila prisma tersebut memanjang dan halus,
dikatakan mempunyai struktur fibrous atau berserat.
c. Struktur Lembaran atau Lamelar, mempunyai kenampakan seperti
lembaran, struktur ini dibedakan lagi menjadi: tabular, konsentris, dan
foliasi.
d. Struktur Imitasi, bila mineral menyerupai bentuk benda lain, seperti
asikular, filiformis, membilah, dll.

8. Sifat dalam Mineral


Sifat dalam merupakan reaksi mineral terhadap gaya yang mengenainya,
seperti penekanan, pemotongan, pembengkokan, pematahan, pemukulan
atau penghancuran. Sifat dalam dapat dibagi enam macam:
a. Rapuh (brittle)
b. Dapat Diiris (sectile)
c. Dapat Dipintal (ductile)
d. Dapat Ditempa (malleable)
e. Kenyal/lentur (elastic)
f. Fleksibel (flexible)
9. Kemagnetan Mineral
Kemagnetan merupakan salah satu sifat fisik mineral, selain kekerasan, sifat
dalam, warna, ketembusan cahaya, dll. Berdasarkan bagaimana reaksi suatu
mineral kalau dipapar medan magnet, mineral terbagi atas tiga jenis.
a. Ferromagnetik, mineral-mineral ferromagnetik akan ditarik sangat kuat
jika medan magnet dari luar datang. Mineral-mineral ferromagnetik
bahkan punya sifat kemagnetan yang permanen. Contoh: magnetit
(Fe3O4), pyrhotite (Fe1-xS), maghemite (Fe2O3, γ-Fe2O3), isovite
((Cr,Fe)23C6), chromferide (Fe3Cr1-x), symthite ((Fe,Ni)9S11 atau
((Fe,Ni)13S16), wilhelmramsayite (Cu3FeS3.2(H2O), batiferrite
(Ba[Ti2Fe10]O19).
b. Paramagnetik, berbeda dengan mineral-mineral paramagnetik yang
tertarik kuat dengan medan magnet, mineral-mineral paramagnetik akan
tertarik medan magnet sementara saja. Mineral-mineral ini bersifat
magnet hanya ketika ada medan magnet disekitarnya. Begitu medan
magnet dari luar pergi, hilang sifat kemagnetannya. Contoh: hematit
(Fe2O3), franklinite ((Zn,Fe2+)(Fe3+)2O4, pirit (FeS2), kalkopirit
(CuFeS2),
olivin ((Mg,Fe)2SiO4), ilmenit (FeTiO3), piroksen ((Mg,Fe)SiO3),
hornblende ((Ca,Na)2–3(Mg,Fe,Al)5(Al,Si)8O22(OH,F)2, mineral mika
(Biotit, Muskovit, Flogofit)
c. Diamagnetik, mineral yang tidak akan tertarik oleh medan magnet.
Dalam bahasa sehari-hari, kita sering bilang benda-benda seperti air,
udara, plastik, kertas sebagai benda tanpa magnet. Sebenarnya, benda-
benda diamagnetik sedikit menolak medan magnet. Yang termasuk
mineral- mineral diamagnetik adalah mineral-mineral bukan-logam,
seperti: Sulphur (S), kuarsa (SiO2), halite (NaCl), calcite (CaCO3),
ortoklase (KAlSi3O8), plagioklase ((Na,Ca)(Si,Al)4O8), talk
(Mg3Si4O10(OH)2), gypsum (CaSO4·2H2O), dan Intan (C).
BAB III

AKTIVITAS PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Berikut adalah nama, gambar dan fungsi alat dan bahan yang digunakan
dalam kegiatan praktikum:
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum kali ini ialah:
1. Kamera Handphone, adalah alat yang di gunakan untuk memotret
sampel mineral.

Gambar 3.1 Kamera Handphone

2. Pulpen, adalah alat yang di gunakan untuk mencatat semua hasil


yang di dapatkan dari praktikum.

Gambar 3.2 Pulpen


3. Lup, adalah alat yang digunakan untuk mengamati mineral yang tidak
bisa dilihat dengan kasat mata.

Gambar 3.3 Lup

4. Kikir baja, adalah alat yang digunakan untuk mengukur kekerasan


mineral.

Gambar 3.4 Kikir baja

5. Kawat tembaga, adalah alat yang di gunakan untuk mengukur


kekerasan mineral.

Gambar 3.5 Kawat tembaga

6. Paku, adalah alat yang di gunakan untuk mengukur kekerasan pada


mineral.
Gambar 3.6 Paku

7. Rocks and Mineral, adalah buku yang digunakan untuk


memudahkan penentuan mineral.

Gambar 3.7 Rocks and Mineral

8. Magnet, untuk menguji sifat kemagnetan pada mineral

Gambar 3.8 Magnet

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut
1. Kertas HVS, adalah tempat yang di gunakan untuk menulis deskripsi
data mineral.
Gambar 3.8 Kertas HVS

2. Sampel Mineral, adalah sebagai objek percobaan

Gambar 3.9 kristal Mineral

3. Lembar deskripsi mineral, adalah tempat yang di gunakan


untuk menulis hasil dari percobaan.

Gambar 3.10 Lembar


deskripsi Mineral

3.2 Prosedur Percobaan

Berikut merupakan tahapan – tahapan dalam kegiatan praktikum yakni:


1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum,
2. Mengamati objek praktikum (sampel mineral logam),
3. Mengambil dokumentasi mineral dan objek praktikum
4. Melakukan deskripsi mineral sesuai dengan lembar deskripsi yang telah
disediakan (Mengamati warna segar dan warna lapuk dari suatu mineral;
Menentukan cerat dari suatu mineral dengan cara menggoreskan paku baja
pada mineral yang diamati kemudian ditentukan warna dari hancuran
mineral
tersebut; Menentukan belahan dari suatu mineral dalam hal ini dengan
mengamati arah belahan pada mineral tanpa memberikan gaya pada
mineral tersebut; Menentukan sifat kemagnetan mineral; Menentukan
kekerasan dari suatu mineral dengan cara menggoreskan kuku dan paku
baja pada mineral dan mengamati pada alat apa mineral tersebut hancur
ketika digores; Menentukan sistem kristal dari suatu mineral; Menentukan
komposisi kimia dan berat jenis mineral dengan panduan buku Rocks and
Minerals),
5. Ulangi langkah 2 – 4 untuk objek praktikum lainnya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Stasiun 5
Lembar Deskripsi Mineral

Acara 03 Cuaca : Cerah


Hari/Tgl : Senin/25-Maret 219 Lokasi : Laboratorium PBG

No. Stasiun 5
No. Urut : L-05
Warna :
- Segar : Kuning Keemasan
- Lapuk : Coklat
Kilap : Logam
Belahan : Tidak ada
Pecahan : Uneven
Cerat : Abu-abu

23
Kekerasan 3
Kuku Kawat Tembaga Kikir Baja
(2,5) (3) (6,5-7)
- √ √

Sifat Kemagnetan : Diamagnetik


Tenacity : Brittle
Komposisi Kimia : Sb2S3
Golongan Mineral : Sulfida
Asosiasi Mineral : Kalsit, Barit, Stibiconite, Galena, Pirit,
Markasit Nama Mineral : Stibnit
Kegunaan : Pembuatan alat-alat listrik, dan material tahan panas.

Keterdapatan : Mineral ini terbanyak bersama tembaga dan lebihsedikit


bersama sulfida, sebagai mineral bijih primer
berkarakteristik hipotermal dan urat-urat mosetermal
bertemperatur lebih tinggi.
Kegunaan : Sebagai bahan anti api, paduan logam, dan sebagai
bahan isolator.

24
ASISTEN
PRAKTIKAN

MUH. RAHMATUL
JIHAD D111181001

4.1.2 Stasiun 6

Lembar Deskripsi Mineral

Acara 03 Cuaca : Cerah


Hari/Tgl : Senin/25-Maret 219 Lokasi : Laboratorium PBG

No. Stasiun 6
No. Urut : L-06
Warna :
- Segar : Kuning Keemasan
- Lapuk : Coklat
Kilap : Intan
Belahan : Tiga arah
Pecahan : Runcing
Cerat : Putih
Kekerasan 3
Kuku Kawat Tembaga Kikir Baja
(2,5) (3) (6,5-7)
- √ √

25
Sifat Kemagnetan : Diamagnetik
Tenacity : Brittle
Komposisi Kimia : CuFeS2
Golongan Mineral : Sulfida
Asosiasi Mineral : Tembaga, Covelite, Digenite, Perunggu dan Azurite
Nama Mineral : Kalkopirit
Keterdapatan : Mineral ini terbanyak bersama tembaga dan lebihsedikit
bersama sulfida, sebagai mineral bijih primer
berkarakteristik hipotermal dan urat-urat mosetermal
bertemperatur lebih tinggi.
Kegunaan : Dengan keberadaan yang sangat melimpah di alam,
kalkopirit menjadi sumber utama dalam memperoleh
tembaga dengan presentase 80% dari ekstrasi tembaga di
dunia.
Kalkopirit juga menghasilkan produk sampingan yaitu emas
dan perak

26
4.1.3 Stasiun 1
Lembar Deskripsi Mineral

Acara 03 Cuaca : Cerah


Hari/Tgl : Senin/25-Maret 219 Lokasi : Laboratorium PBG

No. Stasiun 01
No. Urut : L-
01
Warna
- Segar : Abu-abu Kehitaman
- Lapuk : Coklat
Kilap : Intan
Belahan : Satu arah
Pecahan : Tidak Rata
Cerat : Abu-abu
Kekerasan 3
Kuku Kawat Tembaga Kikir Baja
(2,5) (3) (6,5-7)
- √ √

Sifat Kemagnetan : Diamagnetik


Reaksi Dengan Asam : -
Tenacity : Ductile
Kelompok Mineral : Oksida
Komposisi Mineral : FeCr2O4
Kemagnetan : Diamagnetik
Nama Mineral : Kromit
Asosiasi mineral : Olivin, Talk, Serpentin, Piroksin, Biotit dan Magnetit.
Ganesa : Terbentuk dari persenyawaan unsur Cu, Fe dan S yang
terjadi karena proses hedrotermal dimana magma yang
berupa unsur volatil berupa gas dan uap yang mengandung
unsur S, Fe dan Cu yang kemudian bereaksi dengan unsur
yang berasal dari larutan hidrotermal.
Keterdapatan : Kromit banyak ditemukan dalam batuan ultramafik. Kromit
yang dapat diindikasikan dari bentuk pengkristalannya

27
sangat tahan terhadap pengaruh-pengaruh perubahan yang
diakibatkan oleh suhu atau temperatur dan tekanan yang
tinggi hal itu pula yang menyebabkan Kromit dapat
terbentuk dalam batuan metamorf.
Kegunaan Mineral : Sebagai bahan pembuat kromium, industri besi.

PRAKTIKAN ASISTEN

MUH. RAHMATUL JIHAD


D111181001
4.1.4 Stasiun 2

Lembar Deskripsi Mineral

Acara 03 Cuaca : Cerah


Hari/Tgl : Senin/25-Maret 219 Lokasi : Laboratorium PBG

No. Stasiun 2
No. Urut : L-02
Warna :
- Segar : Kuning Keemasan
- Lapuk : Coklat
Kilap : Intan
Belahan : Tiga arah
Pecahan : Runcing
Cerat : Putih
Kekerasan 3
Kuku Kawat Tembaga Kikir Baja
(2,5) (3) (6,5-7)
- √ √

Sifat Kemagnetan : Diamagnetik


Tenacity : Brittle
Komposisi Kimia : CuFeS2
Golongan Mineral : Sulfida
Asosiasi Mineral : Tembaga, Covelite, Digenite, Perunggu dan Azurite
Nama Mineral : Kalkopirit

29
Keterdapatan : Mineral ini terbanyak bersama tembaga dan lebihsedikit
bersama sulfida, sebagai mineral bijih primer
berkarakteristik hipotermal dan urat-urat mosetermal
bertemperatur lebih tinggi.
Kegunaan : Dengan keberadaan yang sangat melimpah di alam,
kalkopirit menjadi sumber utama dalam memperoleh
tembaga dengan presentase 80% dari ekstrasi tembaga di
dunia. Kalkopirit juga menghasilkan produk sampingan
yaitu emas dan perak

30

PRAKTIKAN ASISTEN
4.1.5 Stasiun 3

Lembar Deskripsi Mineral

Acara 03 Cuaca : Cerah


Hari/Tgl : Senin/25-Maret 219 Lokasi : Laboratorium PBG

No. Stasiun 03
No. Urut : L-03
Warna
- Segar : Hitam
- Lapuk : Coklat
Kilap : Damar
Belahan : Tiga arah
Pecahan : Konkoidal
Cerat : Putih
Kekerasan : 6,5-7
Kuku Kawat Tembaga Kikir Baja
(2,5) (3) (6,5-7)
- - √

Sifat Kemagnetan : Feromagnetik


Reaksi Dengan Asam: -
Tenacity : Brittle
Komposisi Kimia : Fe3O4
Golongan Mineral : Oksida
Nama Mineral : Magnetit
Asosiasi Mineral : Talk, Klorit, Serpentin, Pirit dan Hematit.
Ganesa : Terbentuk dari proses hidrotermal. Terjadi dalam endapan
metamorfosa kontak sebagai mineral tambahan dan
terbentuk pada suhu sekitar 800 – 900oC.
Keterdapatan : Magnetit terdapat pada formasi besi lapisan sedimen dan
biasa pula terdapat pada batuan beku dan metamorf.
Kegunaan Mineral : Magnetit digunakan untuk petunjuk sejarah magnet bumi
pada beberapa jenis batuan sedimen, mempelajari

31
pergerakan benua dari waktu ke waktu, dan merekontruksi
sejarah perubahan medan magnet bumi hanya dari orientasi
mineral ini dan juga sebagai bijih besi utama dalam
pembuatan besi.

PRAKTIKAN ASISTEN

MUH. RAHMATUL JIHAD


D111181001
4.1.6 Stasiun 4

Lembar Deskripsi Mineral

Acara 03 Cuaca : Cerah


Hari/Tgl : Senin/25-Maret 219 Lokasi : Laboratorium PBG

No. Stasiun 04
No. Urut : L-04
Warna
- Segar : Abu-abu
- Lapuk : Kuning
Kilap : Logam
Belahan : Dua arah
Pecahan : Tidak Rata
Cerat : Abu-abu
Kekerasan : 6,5-7
Kuku Kawat Tembaga Kikir Baja
(2,5) (3) (6,5-7)
- - √

Sifat Kemagnetan : Ferromagnetik


Reaksi Dengan Asam : -
Tenacity : Rapuh
Kelompok Mineral : Sulfida
Komposisi Mineral : FeS2
Kemagnetan : Paramagnetik
Nama Mineral : Pirit
Asosiasi Mineral : Kuarsa, Kalsit, Spalerit, Galena, dan Flourit.
Genesa : Terbentuk dari proses hidrotermal sedimentary exhalative.
Keterdapatan : Pirit bisa terbentuk pada suhu tinggi/rendah dan
keterdapatannya bisa dalam batuan beku, metamorf dan
sedimen walaupun dalam jumlah yang sedikit.

33
Kegunaan Mineral : Digunakan untuk produksi sulfur dioksida, industri kertas,
sebagai cermin, sebagai batu hias, dan sebagai perhiasan
seperti cincin, kalung, dan gelang

PRAKTIKAN ASISTEN

MUH. RAHMATUL 34
JIHAD D111181001
35
4.2 Pembahasan

4.2.1 Stasiun 5
Pada stasiun 5 terdapat sampel mineral dengan nomor urut L-05. Terlihat
pada gambar yang deskripsikan sebagai mineral yang memiliki warna segar kuning
keemasan dan warna lapuk cokelat, setelah dicerat dengan cara menggoresnya
dengan logam terlihat cerat yang berwarna abu-abu, kilap mineral ini berupa kilap
logam. Tidak mempunyai belahan dan pecahannya termasuk dalam kategori
uneven. Setelah dilakukan pengujian kekerasan, mineral ini tergores oleh kawat
tembaga sehingga tingkat kekerasannya mencapai kekerasan 3 (Calcite) dalam
skala mohs. Mempunyai sifat kemagnetan yang lemah yakni diamagnetik dan
dengan sifat dalam yang rapuh brittle .

Berdasarkan pendeskripsian tersebut dapat disimpulkan bahwa mineral ini


adalah mineral Stibnit. Stibnit memiliki rumus kimia yaitu Sb 2S3. Adapun kegunaan
mineral ini yaitu dipakai dalam pembuatan alat-alat listrik, dan material tahan
panas. Keterdapatannya sendiri, mineral ini terbanyak bersama tembaga dan lebih
sedikit bersama sulfida, sebagai mineral bijih primer berkarakteristik hipotermal dan
urat- urat mosetermal bertemperatur lebih tinggi. Kegunaan dari mineral Stibnit
yakin sebagai bahan anti api, paduan logam, dan sebagai bahan isolator.
4.2.2 Stasiun 6

Pada stasiun 6 dengan terdapat mineral dengan nomor urut L-06, mineral ini
memiliki warna segar yaitu Kuning keemasan serta memiliki warna lapuk yaitu
Cokelat. Mineral ini memiliki jenis pecahan yang runcing. Dengan Kilap yang
menyerupai kilap logam saat dikontakkan dengan cahaya. Sifat dalam (Tenacity)
dari mineral ini adalah Brittle (rapuh), sehingga bila digores menjadi tepung atau
bubuk dan mudah hancur jika diberi gaya. Tingkat kekerasan dari mineral ini yaitu 3
berdasarkan skala Mohs. Mineral yang diteliti pada stasiun ini memiliki daya
kemagnetan yang sangat lemah atau bersifat diamagnetik, sehingga tidak dapat
ditarik oleh magnet. Kuarsa tergolong di dalam mineral Sulfida. Berdasarkan sifat
fisik tersebut, ditemukan bahwa mineral ini bernama Kalkopirit. Kalkopirit banyak
ditemukan bersama dengan mineral lain (berasosiasi). Diantara mineral yang
berasosiasi tersebut adalah tembaga dan lebih sedikit terhadap sulfida. Kalkopirit
memiliki jumlah yang sangat memlimpah dialam dan digunakan lebih dari 80%
dalam mengekstraksi tembaga. Kegunaan mineral kalkopirit yakni dengan
keberadaan yang
sangat melimpah di alam, kalkopirit menjadi sumber utama dalam memperoleh
tembaga dengan presentase 80% dari ekstrasi tembaga di dunia. Kalkopirit juga
menghasilkan produk sampingan yaitu emas dan perak.
4.2.3 Stasiun 1

Pada stasiun 1, Pada stasiun 1 didapatkan mineral dengan nomor urut L-01
dengan warna segar yaitu abu-abu sedangkan warna lapuknya adalah hitam.
Mineral ini memiliki jenis kilap logam karena termasuk dalam jenis mineral
logam. Bidang belahan mineral yang satu arah. Mineral ini memiliki pecahan yang
tidak rata disertai warna cerat yaitu Abu-abu. Tingkat kekerasan dari mineral ini
yaitu 3 berdasarkan skala Mohs. Sifat kemagnetan dari mineral ini yaitu
diamagnetik serta memiliki Tenacity yang termasuk dalam kategori duktile.
Berdasarkan sifat fisik tersebut dapat ditentukan bahwa mineral yang ditemukan
pada stasiun pertama adalah mineral Kromit. Komposisi kimia dari mineral ini yaitu
SiO2 serta termasuk kedalam golongan mineral Oksida. Mineral Kromit ini biasanya
ditemukan berasosiasi dengan mineral seperti Olivine, Talk, Serpentine, Biotite dan juga
Magnetite. Mineral ini biasa terdapat pada batuan beku serta memiliki kegunaan
sebagai bahan dasar industri.
4.2.4 Stasiun 2

Pada stasiun 2 didapatkan mineral dengan nomor urut L-02, mineral ini
memiliki warna segar yaitu Kuning keemasan serta memiliki warna lapuk yaitu
Cokelat. Mineral ini memiliki jenis pecahan yang runcing. Dengan Kilap yang
menyerupai kilap logam saat dikontakkan dengan cahaya. Sifat dalam (Tenacity)
dari mineral ini adalah Brittle (rapuh), sehingga bila digores menjadi tepung atau
bubuk dan mudah hancur jika diberi gaya. Tingkat kekerasan dari mineral ini yaitu 3
berdasarkan skala Mohs. Mineral yang diteliti pada stasiun ini memiliki daya
kemagnetan yang sangat lemah atau bersifat diamagnetik, sehingga tidak dapat
ditarik oleh magnet. Berdasarkan sifat fisik tersebut, ditemukan bahwa mineral ini
bernama Kalkopirit. Kalkopirit banyak ditemukan bersama dengan mineral lain
(berasosiasi). Diantara mineral yang berasosiasi tersebut adalah tembaga dan lebih
sedikit terhadap sulfida. Dengan keberadaan yang sangat melimpah di alam,
kalkopirit menjadi sumber utama dalam memperoleh tembaga dengan presentase
80% dari ekstrasi tembaga di dunia. Kalkopirit juga menghasilkan produk
sampingan yaitu emas dan perak

36
4.2.5 Stasiun 3

Mineral ini memiliki warna segar yaitu Hitam serta memiliki warna lapuknya
yaitu Cokelat. Mineral ini memiliki pecahan ( fracture) konkoidal. Jenis kilap dari
mineral ini yaitu kilap Logam. Sifat dalam ( Tenacity) dari mineral ini adalah rapuh
(Brittle) sehingga mudah hancur jika diberi gaya. Tingkat kekerasan dari mineral ini
yaitu 6,-7 berdasarkan skala Mohs. Mineral ini memiliki daya tarik yang sangat kuat
terhadap magnet sehingga termasuk dalam kategori mineral yang bersifat
ferromagnetik. Berdasarkan sifat fisik tersebut dapat disimpulkan bahwa mineral ini
termasuk mineral Magnetit. Magnetit tergolong di dalam mineral Silikat, dicirikan
oleh adanya ikatan antara unsur Fe dengan O. Mineral ini biasanya ditemukan
berasosiasi dengan mineral seperti Talk, Klorit, Serpentin, Pirit dan beberapa
mineral lainnya. Magnetit banyak ditemukan di puncak gunung dan terbentuk dari
proses hidrotermal. Magnetit terdapat juga pada Formasi lapisan sedimen, beku dan
juga metamorf. Mineral ini sering digunakan sebagai petunjuk sejarah medan
magnet bumi dan dimanfaatkan dalam kebutuhan manusia lainnya misalnya saja
sebagai sumber medan magnet.
4.2.6 Stasiun 4

Pada stasiun 4 didapatkan mineral dengan nomor urut L-04, mineral yang
memiliki warna segar yaitu abu-abu gelap dengan warna lapuk Kuning. Mineral ini
mempunyai jenis kilap logam. Pecahan dari mineral yang tidak rata dan memiliki
belahan dua arah. Mineral ini memiliki warna cerat abu-abu. Tingkat kekerasan
yaitu 6,5-7 dalam skala Mohs karena hanya dapat dicerat dengan menggunakan
kikir baja. Tenacity dari mineral ini yaitu Brittle atau rapuh. Mineral ini bersifat
diamagnetik. Karena tidak dapat ditarik dengan gaya magnet. Berdasarkan hasil
pengamatan terhadap sifat fisiknya dapat disimpulkan bahwa mineral ini adalah pirit
yang memiliki komposisi kimia FeS2. Golongan mineral ini yaitu Sulfida. Pirit memiliki
daya hantar magnet yang tidak terlalu kuat sehingga tergolong paramagnetik.
Mineral ini sangat umum ditemukan di seluruh dunia Banyak orang yang salah
mengartikan bahwa k dan warna yang hampir sama. Pirit terbentuk dari proses
hidrotermal dari pemanasan pada suhu yang sangat tinggi. Mineral ini digunakan
dalam memproduksi Sulfur dioksida, Industri kertas, cermin dan juga batu hias
bahkan terkadang digunakan sebagai perhiasan imitasi.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan mengenai mineral logam dapat


disimpulkan bahwa:
1. Mineral logam adalah bahan tambang yang berwujud bijih (dapat
menghantarkan listrik) atau mineral yang mengandung unsur logam, atau
Mineral yang dari padanya dapat diekstrak untuk dimanfaatkan unsur
logamnya. Contohnya, emas, tembaga, besi, dalam mendeskripsikan mineral
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui sifat-sifat fisiknya dan
melalui analisis kimiawi.
2. Sifat-sifat fisik mineral logam dapat mempermudah untuk melakukan
deskripsi. Sifat-sifat fisik dari mineral logam dapat diamati dengan
menggunakan sifat fisiknya, adapun sifat-sifat fisik mineral tersebut meliputi:
warna, kilap (luster), kekerasan (hardness), cerat (streak), belahan
(cleavage), pecahan (fracture), struktur/bentuk kristal, berat jenis, sifat
dalam (Tenacity), dan kemagnetan.
3. Sifat fisik sangat berguna dalam proses deskripsi. Selain itu, agar
memudahkan saat proses deskripsi dan tepat dalam mendeskripsikan juga
diperlukan literatur sebagai penuntun. Dalam hal ini buku Rocks and
Minerals sangat direkomendasikan.

5.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya


penulis akan lebih berusaha dalam menjelaskan tentang laporan di atas dengan
sumber- sumber yang lebih banyak dan tentu juga dapat dipertanggungjawabkan.
5.2.1 Saran untuk praktikum
1. Perlunya manejemen waktu yang baik dalam pelaksanaan kegiatan sehingga
tidak membebankan kepada praktikan.
2. Untuk pengoptimalan yang lebih baik saat praktikum, dianjurkan untuk
melatih dan membimbing mahasiswa lebih intens.
5.2.1 Saran untuk asisten
1. Semakin semangat dan tetap menjalin hubungan baik dengan praktikan.
2. Semoga terjalin koordinasi dengan baik antara sesama asisten dan praktikan.
DAFTAR PUSTAKA

Darmono, D.S. 2001. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta:
UIP. Hibbard, M.J. 2002. Mineralogi. A View Point of Geology, McGraw-Hill.
Krauss, Edward, Henry. 1951. Mineralogy. London: Mc Graw Hill Book Company.Inc.
Lutgens, K.F. 2006. Mineral Exploration. New Delhi: New India Publishing Agency.
Noor, Djauhari, Noor. 2008. Edisi pertama Pengantar Geologi. Universitas Pakuan,
Bogor.
Sapiie, B. 2006. Modul Praktikum Geology Dasar. Jakarta: Erlangga.
Warmada, I Wayan. 2009. Pengantar Kristalografi dan Mineralogi. Unpublished.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai