Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM MINERALOGI

ACARA IV: MASSA JENIS MINERAL

MUH.FADHIL ADRIAN
D111 20 1087

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Karena berkat dan rahmatnya penulis

bisa menyelesaikan tugas Laporan Mineralogi. Shalawat serta salam tidak lupa selalu

haturkan untuk Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT

untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah

agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi

seluruh alam semesta.

Laporan Mineralogi ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata kuliah

Mineralogi. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada

setiap pihak yang telah mendukung serta membantu pembuatan selama proses

penulisan Laporan Mineralogi ini hingga Laporan Mineralogi . Penulis juga berharap

semoga Laporan Mineralogi ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca. Tak

lupa dengan seluruh kerendahan hati, penulis meminta maaf apabila terdapat

kesalahan dalam penyusunan Laporan ini, karena pada dasarnya penulisan adalah

manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.

Gowa, April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL LAPORAN

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................iv

DAFTAR TABEL ...........................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Tujuan.......................................................................................................2

1.3 Ruang Lingkup ...........................................................................................2

BAB II MASSA JENIS MINERAL..................................................................3

2.1 Mineral.......................................................................................................3

2.2 Sifat-Sifat Fisik Mineral................................................................................4

2.3 Massa Jenis Mineral....................................................................................9

2.4 Aplikasi Massa Jenis Mineral.......................................................................11

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM.........................................................13

3.1 Alat dan bahan.........................................................................................13

3.2 Prosedur praktikum...................................................................................16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................18

4.1 Hasil Pengamatan.....................................................................................18

4.2 Pembahasan.............................................................................................19

iii
BAB V PENUTUP........................................................................................25

5.1 Kesimpulan...............................................................................................25

5.2 Saran.......................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar
2.1 Sistem kristal mineral…….…………………………………………………………….…….5

Gambar 2.2 Warna mineral logam………………………….…………………………….……………….6

Gambar 2.3 Kilap Logam Pirit………………………………………………………………………………..7

Gambar 2.4 Goresan pada bidang….……………..…………….………………………………………10

Gambar 3.1.1 Buku Rock and Minerals………………………………………...………………………13

Gambar 3.1.2 Gelas Ukur piala 1000 ml…………………………………………………………….

…..13

Gambar 3.1.3 Neraca………………………………………………………………………………………….14

Gambar 3.1.4 Pipet Tetes………………………………………………………………………………….…

14

Gambar 3.1.5 Alat


Tulis……………………………………………………………………………………....14

Gambar 3.1.6 Handphone……………………………………………………………………………….


…..15

Gambar 3.2.1 Sampel batuan………………………………………………………………………….…..16

Gambar 3.2.2 Gelas piala berisi aquades……………………………………………………….…….. 16

Gambar 3.2.3 Lembar

deskripsi…………………………………………………………………………...17

Gambar 4.1 Mineral

Kuarsa………………………………………………………………………………….19

Gambar 4.2 Mineral Kalsit……………………………………………………………………………………20

Gambar 4.3 Mineral Pirit……………………………………………………………………………………..22

Gambar 4.4 Mineral Magnetit………………………………………………………………………………23

Gambar 4.5 Mineral Serpentin……………………………………………………………………………..24

v
vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Alat penguji kekerasan ……………………..………….……………………………………….6

Tabel 2.2 Skala Mosh...............................................................................................7

Tabel 4.1 Perhitungan Massa Jenis..........................................................................18

Tabel 4.2 Perbandingan Massa Jenis Mineral............................................................18

vii
0
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mineral di bumi ini ada yang tersusun dari satu macam mineral dan ada yang

tersusun oleh beberapa macam mineral. Mineral yang menyusun mineral ini ada yang

masih alami seperti waktu terbentuk, tetapi ada juga yang sudah mengalami

metamorfisme atau perubahan menjadi mineral lain. Perubahan mineral ini biasanya

dikarenakan adanya pengaruh tekanan dan temperatur yang tinggi, sehingga mineral

dasar akan berubah menjadi mineral lain yang lebih stabil (Sapiie dkk, 2006).

Mineral Logam adalah mineral yang unsur utamanya mengandung logam,

memiliki kilap logam , dan umumnya bersifat sebagai penghantar panas dan listrik

yang baik. Dengan pengetahuan tentang mineral non-logam saya dapat mengetahui

dan mempelajari contoh mineral non-logam yang biasa kita jumpai dalam sehari-hari

kita juga dapat mengetahui bentuk fisik dan kimiawi dari mineral non-logam terdapat

ciri ciri fisik yang kita dapata analisis yaitu: pecahan, belahan, kilap, cerat,dan tenacity

(Haidar, 2014).

Massa jenis suatu mineral merupakan perbandingan suatu massa mineral

dengan volume yang dimiliki oleh mineral tersebut. Massa jenis suatu mineral

sangatlah penting untuk diketahui terutama bagi para mahasiswa Teknik

pertambangan, hal ini dikarenakan dengan mengetahui massa jenis suatu mineral,

maka kita juga dapat mengetahui jenis mineral tersebut. Selain itu, dengan

mengetahui massa jenis suatu mineral kita dapat mengetahui letakmineral tersebut di

1
dalam bumi, karena semakin dalam letak suatu mineral dalam perut bumi, maka massa

jenis mineral tersebut akan semakin besar.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah:

1. Memahami tahan-tahapan dalam menghitung massa jenis

2. Mampu menentukan massa jenis mineral

1.3 Ruang Lingkup Percobaan

Praktikum kali ini mengenai massa jenis mineral, dimana diberikan beberapa

mineral kemudian mendeskripsikannya berdasarkan sifat fisik dari mineral itu dan juga

lebih fokus pada massa jenis mineralnya tempat dilakukannya praktikum ini berada di

Laboratorium Analisis Pengolahan Bahan Galian Fakultas Teknik Universitas

Hasanuddin Gowa pada tanggal 13 April 2021.

2
BAB II

MASSA JENIS MINERAL

2.1 Mineral

Mineral merupakan padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang

memiliki bentuk teratur (sistem kristal) dan terbentuk secara alami. The

International Mineralogical Association tahun 1995 telah mengajukan definisi baru

tentang definisi material: Mineral adalah suatu unsur atau senyawa yang dalam

keadaan normalnya memiliki unsur kristal dan terbentuk dari hasil proses geologi

Klasifikasi modern telah mengikutsertakan kelas organik ke dalam daftar mineral

(Alghifarry dkk, 2020).

Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis.

Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat

yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang telah diketahui. Senyawa

anorganik biasanya tidak termasuk, namun tahun 1995 The International

Mineralogical Association telah mengajukan definisi baru tentang mineral. Mineral

didefinisikan sebagai suatu unsur atau senyawa yang dalam keadaan normalnya

memiliki struktur kristal dan terbentuk dari hasil proses geologi. Klasifikasi modern

telah mengikutsertakan kelas organik ke dalam daftar mineral, seperti skema

klasifikasi.

Mineral bersifat alami terdiri dari zat anorganik dan tersusun dari dan

tersusun dari atom-atom, baik satu unsur kimia atau beberapa unsur yang berbeda.

Ada lebih dari 4.000 mineral yang berbeda, dan masing-masing dibedakan dengan

komposisi kimianya (rasio kimia tertentu elemen) dan struktur kristalnya.

3
Identifikasi mineral dan penamaan suatu mineral kuncinya terletak dalam deskripsi

sifat sifat mineral, identifikasi sifat mineral dapat dilakukan baik secara megaskopis

maupun mikroskopis atau melalui berbagai analisa. Asosiasi Mineralogi Internasional

memberikan definisi sebagai berikut: "mineral adalah elemen atau senyawa kimia

yang biasanya berbentuk kristal dan terbentuk sebagai hasil dari proses geologi"

(Price, 2005).

2.2 Sifat-Sifat Fisik Mineral

Beberapa mineral , ada yang mempunyai sifat sangat khas artinya tidak

semua mineral memiliki sifat ini, sifat demikian disebut sebagai sifat diagnostik,

sangat berguna dalam mengidentifikasi mineral yang tidak dikenal. Mineral halit,

misalnya, memiliki rasa asin, karena sangat sedikit mineral yang mempunyai sifat

asin ini, sehingga rasa asin dianggap sebagai sifat atau properti diagnostik dari

Halit. Sifat atau properti lain dari mineral tertentu dapat bervariasi di antara sample

yang berbeda walaupun dari mineral yang sama.

Sifat mineral untuk identifikasi atau mengenal mineral:

2.2.1 Bentuk kristal (crystall form)

Apabila suatu mineral mendapat kesempatan untuk berkembang

tanpa mendapat hambatan, maka ia akan mempunyai bentuk kristalnya yang khas.

Tetapi apabila dalam perkembangannya ia mendapat hambatan, maka bentuk

kristalnya juga akan terganggu. Secara umum bentuk kristal dibagi menjadi 2, yaitu

kristal isometrik dan non isometrik. Dalam mempelajari dan mengenal bentuk kristal

secara mendetail, perlu diadakan pengelompokkan yang sistematis.

Kristal mineral intan, dapat dikenali dari bentuknya yang segi-delapan atau

“oktahedron” dan mineral grafit dengan segi-enamnya yang pipih, meskipun

keduanya mempunyai susunan kimiawi yang sama, yaitu keduanya terdiri dari unsur

4
Karbon (C). Perbedaan bentuk kristal tersebut terjadi karena susunan atom yang

berbeda. Sehingga dapat diglongkan menjadi 7 sistem kristal yaitu isometri,

tetragonal ,heksagonal, trigonal, monoklin,triklin dan orthorombik. Berikut adalah

bentuk-bentuk kristal yang terbentuk pada suatu mineral.

Gambar 2.1 Sistem kristal mineral

2.2.2 Berat jenis (specific gravity)

Setiap mineral mempunyai berat jenis tertentu. Besarnya ditentukan oleh

unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur tersebut dalam

5
susunan kristalnya. Berat jenis (BJ atau G) atau densitas (density) mineral terutama

ditentukan oleh struktur kristal dan komposisi kimianya. Berat jenis (G) dapat

berubah jika suhu dan tekanan berubah, karena kedua faktor itu menyebabkan

mineral memuai, atau mengerut. Oleh karena itu, mineral yang berkomposisi kimia

dan struktur kristal tertentu.

2.2.3 Warna (color)

Warna mineral memang bukan merupakan ciri utama untuk dapat

membedakan antara mineral yang satu dengan lainnya. Sebagai contoh warna

gelap yang dimiliki mineral, mengindikasikan terdapatnya unsur besi. Mineral

dengan warna terang, diindikasikan banyak mengandung aluminium. Berikut ini

adalah contoh gambar warna mineral logam.

Gambar 2.2 Warna mineral logam

2.2.4 Kekerasan (hardness)

Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah dengan

mengetahui kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat resistensi dari suatu mineral

terhadap kemudahan mengalami abrasi (abrasive) atau mudah tergores

(scratching). Skala kekerasan mineral mulai dari yang terlunak (skala 1) hingga

yang terkeras (skala 10) diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai Skala Mohs.

6
Sebagai perbandingan dari skala maka diberikan kekerasan dari alat penguji

standar, yaitu sebagai berikut:

Alat Penguji Derajat KekerasaMohs


Kawat Tembaga 3

Paku 5,5
Kikir Baja 6,5 – 7
Tabel 2.2.1Alat penguji kekerasan

Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia

1 Talk H2Mg3 (SiO3)4


2 Gipsum CaSO4. 2H2O
3 Kalsit CaCO3
4 Florit CaF2

5 Apatit CaF2Ca3 (PO4)2


6 Feldespar K Al Si3 O8
7 Kuarsa SiO2
8 Topas Al2SiO3O8
9 Korondum Al2O3
10 Intan C
Tabel 2.2 Skala Mohs

7
2.2.5 Kilap (luster)

Kilap adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaan

suatu mineral. Kilap Non-logam antara lain, yaitu: kilap mutiara, kilap gelas, kilap

sutera, kelap resin, dan kilap tanah. Hal ini akan tergantung pada kualitas fisik

permukaan (kehalusan dan trasparansi). Kilap logam, kilap ini memberikan kesan

seperti logam bila terkena cahaya. Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral

yang mengandung logam atau mineral bijih, seperti Emas, Galena, Pirit, Kalkopirit.

Berikut adalah contoh gambar kilap pada mineral logam.

Gambar 2.3 Kilap Logam Pirit

2.2.6 Goresan pada bidang (streak)

Warna mineral dalam bentuk bubuk disebut goresan atau cerat, sering

berguna untuk menentukan identifikasi. Cerat mineral diperoleh dengan

menggosokkannya pada pelat gores (sepotong porselen tanpa glasir) dan

mengamati warna yang ditinggalkannya. Warna mineral dapat bervariasi dari

berbagai sampel, tetapi ceratnya biasanya berwarna konsisten. Tidak semua mineral

menghasilkan cerat ketika digosokkan pada pelat goresan. Streak atau cerat juga

dapat membantu membedakan antara mineral dengan kilap logam dan mineral

dengan kilap non-logam. Mineral logam umumnya memiliki cerat gelap, sedangkan

8
mineral dengan kilau non-logam biasanya memiliki cerat berwarna terang (Noor,

2012). Berikut adalah contoh gambar goresan pada mineral logam.

Gambar 2.4 Goresan pada bidang

2.2.7 Sifat dalam (tenacity)

Sifat mineral adalah reaksi mineral terhadap gaya yang mengenainya

seperti: penekanan, pemotongan, pembengkokan, pematahan atau penghancuran

pada suatu mineral

Berikut ini macam-macam sifat dalam mineral (Mustaghfirin, 2014):

a. Rapuh, mudah hancur tetapi dapat dipotong-potong, contoh: mineral

kuarsa, Ortoklas, Pirit.

b. Mudah ditempa, dapat ditempa menjadi lapisan yang tipis, seperti pada

Emas dan Tembaga.

c. Dapat diiris, dapat diris dengan pisau, hasil irisan rapuh, contoh mineral

Gipsum.

d. Fleksibel, mineral berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa menjadi

patah dan sesudah bengkok kembali lagi seperti semula, contoh mineral

Talk, Selenit.

9
e. Elastis, berupa lapisan tipis dapat dibengkokkan tanpa menjadi patah

dan kembali seperti semula bila kita berhenti menekannya, contoh

mineral Muskovit.

2.2.8 Kemagnetan

Kemagnetan adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Diatakan sebagai

feromagnetic bila mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti magnetik,

phirhotit. Mineral-mineral yang menolak gaya magnet disebut diamagnetic, dan

yang tertarik lemah yaitu paramagnetic. Apakah mineral mempunyai sifat magnetik

atau tidak kita gantungkan pada seutas tali atau benang sebuah magnet, dengan

sedikit demi sedikit mineral kita dekatkan pada magnet tersebut. Bila benang

bergerak mendekati berarti mineral tersebut magnetik. Kuat tidaknya bias kita lihat

dari besar kecilnya sudut yang dibuat dengan benang tersebut dengan garis vertical

(Wilson, 2010).

2.3 Massa Jenis Mineral

Massa adalah suatu sifat fisika dari suatu sifat fisika dari suatu benda yang

digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku objek yang terpantau. Dalam

kegunaan sehari-hari massa biasanya disinonimkan dengan berat. Namun menurut

pemahaman ilmiah modern, berat suatu objek diakibatkan oleh interaski massa

dengan medan gravitasi. Sebagai contoh, seseorang yang mengangkat benda berat

di bumi dapat mengasosiasi berat benda tersebut dengan massanya. Asosiasi ini

dapat diterima untuk benda-benda yang berada di bulan, mak berat benda tersebut

akan lebih kecl dan lebih mudah diiangkat namun massanya tetaplah sama.

Volume atau bisa juga disebut dengan kapasitas adalah penghitungan

seberapa banyak ruang yang bisa ditempati dalam suatu objek. Objek itu bisa

berupa benda yang beraturan ataupun benda yang tidak beraturan. Benda yang

10
beraturan misalnya kubus, silinder, balok, limas, kerucut, dan bola. Benda yang

tidak beraturan misalnya batu yang ditemukan di jalan. Volume digunakan untuk

menetukan massa jenis suatu benda.

Massa jenis (density) suatu zat adalah kuantitas konsentrasi zat dan

dinyatakan dalam massa persatuan volume. Nilai massa jenis suatu zat dipengaruhi

oleh tempeteratur. Semakin tinggi temperatur, maka kerapatan suatu zat semakin

rendah karena molekul-molekul yang saling berikatan akan terlepas. Kenaikan

temperatur menyebabkan volume suatu zat bertambah, sehingga massa jenis an

volume suatu zat memiliki hubungan yang berbanding terbalk (Tipler, 1996) :

m
ρ=
v

Keterangan :

ρ = massa jenis air (gr/cm3)

m = massa benda (gr)

v = volume benda (m3)

Nilai massa jenis suatu zat adalah tetap, tidak tergantung pada massa

maupun volume zat, tetapi bergantung pada jenis zatnya. Oleh karena itu zat yang

sejenis selalu mempunyai massa jenis yang sama. Satuan massa jenis adalah kg/m 3

atau gr/cm3, jenis zat dapat diketahui dari massa jenisnya. Massa jenis rata-rata

setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda

yang memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang

lebih rendah daripada benda bermassa asama yang memiliki massa jenis lebih

rendah (misalnya air) (Kondo, 1982).

11
Satuan massa adalah kg atau gram dan satuan volume m 3 atau cm3

sehingga satua massa jenis adalah kg/m 3 atau g/cm3. Massa jenis merupakan ciri

khas benda. Setiap benda yang sejenis memiliki massa jenis yang sama dan setiap

benda yang berlainan jenis memiliki massa jenis yang berbeda. Beberapa mineral

yang sama dapat memiliki massa jenis yang berbeda. Fenomena ini bisa terjadi

karena adanya pengotor yang ikut terikat dalam mineral tersebut. Pada dasarnya

massa jenis juga dapat digunakan sebagai ukuran dalam mendekripsi sebuah

mineral. Massa jenis suatu zat dapat dihitung dengan mengetahui massa dan

volume zat tersebut (Bredthauer, 1993).

2.4 Aplikasi Massa Jenis

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak dapat terlepas dari benda. Misalnya,

air untuk mandi dan minum, udara untuk bernapas, dan pakaian untuk menutup

badan. Benda-benda itu merupakan zat, yaitu sesuatu yang memiliki massa dan

menempati ruangan (memiliki volume). Jika sesuatu itu tidak memenuhi syarat

sebagai zat maka sesuatu itu bukan zat. Misalnya, nyala api, cahaya, dan panas. Zat

dapat berwujud padat, cair, atau gas. Tiap zat mempunyai sifat berbeda. Zat yang

jenisnya sama akan mempunyai sifat yang sama. Misalnya, massa 5 Liter air murni

di suatu tempat sama dengan massa 5 Liter air. murni di tempat lain emas murni

500 gram di suatu tempat volumenya sama dengan volume 500 gram emas murni

di tempat lain. Sebaliknya, massa 1 Liter air murni tidak sama dengan massa 1 Liter

minyak tanah sebab kedua zat itu berbeda jenisnya. Dua besaran, yaitu massa dan

volume dapat dijadikan sebagai dasar untuk menentukan karakteristik suatu benda.

Jika kedua besaran itu saling dibandingkan maka akan diperoleh sebuah nilai yang

merupakan ciri khas dari benda tersebut. Angka ini akan berbeda untuk tiap jenis

benda.

12
Para ahli geologi memanfaatkan sifat benda terapung, melayang dan

teggelam di dalam zat cair. Benda yang terapung berarti massa jenisnya lebih kecil

daripada massa jenis zat cair. Benda melayang berarti massa jenisnya sama dengan

massa jenis zat cair. Sedangkan benda yang tenggelam berarti massa jenisnya lebih

besar dari massa jenis zat cair.

Para ahli geologi menaruh perhatian besar terhadap pengetahuan tentang

massa jenis batuan. Makin ke dasar bumi, maka massa jenis batuan-batuan bumi

makin besar. Batuan yang terdapat di permukaan bumi di antaranya Granit,

memiliki massa jenis 2.700 kg/m3. Batuan dari vulkanik lebih besar lagi karena

dihasilkan dari lava yang terletak di bagian bawah permukaan bumi.

  

13
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :

3.1.1 Alat

1. Bukul Literatur

Literatur (disarankan menggunakan Buku Rock and Minerals) digunakan

sebagai sumber referensi mengenai mineral.

Gambar 3.1.1 Buku Rock & Minerals

2. Gelas Piala Ukur

Gelas Ukur 1000 ml digunakan untuk menunjukkan selisih volume

pengukuran volume mineral

14
Gambar 3.1.2 Gelas Ukur piala 1000 ml

3. Timbangan atau Neraca

Neraca digunakan untuk mengukur massa mineral

Gambar 3.1.3 Neraca

4. Pipet Tetes
Pipet tetes digunakan memindahkan air dalam parameter yang lebih teliti.

Gambar 3.1.4 Pipet Tetes

5. Alat Tulis

Alat tulis digunakan untuk mencatat semua hasil yang didapatkan dari

praktikum.

15
Gambar 3.1.5 Alat Tulis

6. Handphone

Handphone digunakan sebagai alat mengambil gambar sampel mineral.

Gambar 3.1.6 Handphone

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Sampel Batuan

Sampel batuan digunakan sebagai objek

Gambar 3.2.1 Sampel batuan

2. Gelas Piala Berisi Aquades

Aquades digunakan sebagai pengukur volume

16
Gambar 3.2.2 Gelas piala berisi aquades

3. Lembar Deskripsi

Lembar deskripsi digunakan untuk menulis hasil dari pendeskripsian mineral

Gambar 3.2.3 Lembar deskripsi

3.1 Metode Praktikum

Percobaan kali ini kami melakukan pengamatan langsung pada mineral yang

disediakan dengan sistematika sebagai berikut:

1. Mendeskripsi sampel sesuai literatur.

2. Mengukur berat sampel menggunakan timbangan atau neraca.

17
3. Menuang aquades ke dalam gelas piala dengan volume tertentu kemudian

catat volumenya.

4. Memasukkan sampel ke dalam gelas piala berisi aquades kemudian catat

pertambahan volumenya.

5. Jika volume kurang jelas, maka pindahkan aquades ke gelas ukur hingga

volume pada gelas piala sama sebelum sampel dimasukkan. Catat volume

gelas ukur.

6. Menghitung massa jenis berdasarkan massa dan volume sampel.

7. Membersihkan alat yang telah digunakan.

8. Mengulangi langkah 1 – 6 pada sampel berikutnya.

9. Membuat laporan sementara.

18
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Berikut adalah hasil pengamatan dalam praktikum mineralogi acara IV yang

ditunjukkan oleh tabel

Tabel 4. 1 Perhitungan Massa Jenis


Massa Volume (ml) Massa Jenis
(gram) Awal Akhir Akhir-Awal (gr/cm3)
149,6 gr 500 ml 635 ml 135 ml 1,108
114 gr 500 ml 540 ml 40 ml 2,85
316,1 gr 500 ml 570 ml 70 ml 4,515
243 gr 500 ml 550 ml 50 ml 4,86
136,9 gr 500 ml 550 ml 50 ml 2,738

Berikut adalah tabel perbandingan nilai massa jenis mineral yang didapat melalui

praktikum dan secara teori.

Tabel 4. 2 Perbandingan Massa Jenis Mineral


No Stasiun Nama Mineral  asli  praktikum
1 Kuarsa 2,424 1,108
2 Kalsit 2,71 2,85
3 Pirit 5,02 4,515

4 Magnetit 7,2 4,86

5 Serpentin 2,5 2,738

4.2 PEMBAHASAN

Praktikum kali ini kita membahas tentang penentuan massa jenis dari suatu

mineral. Setiap mineral memiliki massa jenis yang berbeda-beda dengan jenis

mineral. Berikut adalah penjelasan tentang deskripsi dan massa jenis mineral yang

telah diamati saat praktikum.

19
4.2.1 Sampel 01

Sampel 01 adalah Mineral kuarsa memiliki sifat fisik mineral yang dapat

dilihat dari warna segarnya berwarna putih dan warna lapuknya berwarna coklat,

memiliki kilap kaca (vitreous luster), tidak memiliki belahan dan pecahan konkoidal,

memiliki cerat dengan warna putih, memiliki kekerasan tujuh. Mineral ini disebut

dengan Quartz dengan komposisi mineral SiO 2. Mineral ini terbentuk pada semua

suhu permukaan mineral. Kegunaan mineral ini dipakai dalam produk elektronik,

sebagai batu permata, dan sebagai bahan pembuatan kaca.

Gambar 4.1 mineral kuarsa

Percobaan dalam praktikum ini, didapatkan massa jenis yaitu 1,108

gr/cm3,sedangkan massa jenis yang aslinya yaitu 2,424 gr/cm3. Hasil yang

didapatkan sama dengan massa jenis aslinya ini, sehingga dapat dikatakan dalam

percobaan kami hasil persentase kesalahannya adalah nol atau dapat dikatakan

percobaan ini sesuai dengan massa jenis yang aslinya.

4.2.2 Sampel 02

Sampel 02 adalah Mineral Kalsit dengan komposisi mineral CaCO3. Mineral ini

dapat dibuktikan dengan sifat-sifat fisiknya yaitu memiliki warna segar berwarna

putih dan warna lapuknya berwarna coklat, termasuk kilap kaca (vitreous luster),

20
memiliki belahan satu arah dan sempurna (perfect) dan pecahan yang konkoidal,

memiliki cerat berwarna putih dengan kekerasan lebih dari tiga (>3). Mineral ini

terbentuk ketika batu kapur dikenai panas dan tekanan. Kegunaan mineral ini

sebagai bahan konstruksi seperti lantai atau ubin, pagar, semen, dan beton. Mineral

ini digunakan untuk memproduksi kaustik soda pada industri kimia.

Gambar 4.2 mineral kalsit

Percobaan dalam praktikum ini, didapatkan massa jenis yaitu 2,85 gr/cm3,

sedangkan massa jenis yang aslinya yaitu 2,7 gr/cm3. Hasil yang didapatkan

berbeda dengan massa jenis aslinya ini disebabkan karena adanya tidak akurat

dalam melakukan pengukuran sehingga terjadinya kesalahan dalam praktikum yang

menyebabkan hasil yang didapat berbeda dengan massa jenis aslinya.

4.2.3 Sampel 03

Sampel 03 ini, terdapat sebuah mineral yang memiliki warna segar yaitu

abu-abu kekuningan serta warna lapuknya yaitu hitam kecoklatan. Mineral ini

mempunyai kilap yaitu kilap logam seperti mineral logam lainnya, mempunyai

pecahan uneven dan belahan sempurna 3 arah. Mineral ini memiliki warna cerat

21
hitam kehijauan. Tingkat kekerasannya yaitu 5,5-6 dalam skala mohs. Tenacity dari

mineral ini yaitu rapuh. Kaolin dengan komposisi kimia FeS 2. Golongan mineral ini

yaitu Sulfida. Mineral ini bernama Pirit. Sifat kemagnetannya yaitu diamagnetik,

sehingga tidak dapat ditarik oleh suatu medan magnet bila magnet tersebut

ditempelkan pada mineral Pirit. Mineral ini terbentuk pada suhu tinggi dan

keterdapatannya bisa dalam batuan beku, metamorf, dan sedimen walaupun dalam

jumlah yang sedikit. Digunakan untuk produksi sulfur dioksida, industri kertas,

sebagai cermin, sebagai batu hias, dan sebagai perhiasan seperti cincin, kalung dan

gelang.

Gambar 4.3 mineral pirit

Praktikum kali ini, didapatkan massa jenis yaitu 4,515 gr/cm3, sedangkan

massa jenis yang aslinya yaitu 5,02 gr/cm3. Hasil yang didapatkan berbeda dengan

massa jenis aslinya ini disebabkan karena adanya tidak akurat dalam melakukan

pengukuran sehingga terjadinya kesalahan dalam praktikum yang menyebabkan

hasil yang didapat berbeda dengan massa jenis aslinya.

4.2.4 Sampel 04

22
Sampel 04 adalah Mineral Magnetit memiliki warna segar hitam dan warna

lapuk cokelat. Mineral Magnetit merupakan kilap damar dan memiliki belahan tiga

arah. Mineral ini memiliki warna cerat putih dengan jenis pecahan adalah konkoidal.

Kekerasan pada mineral ini berkisar antara 6,5-7 dengan sifat kemagnetan adalah

feromagnetik. Sifat dalamnya yaitu Brittle dengan golongan silikat. Asosiasi

mineralnyayaituTalk, Klorit, Serpentin, Pirit dan Hematit.Terbentuk dari proses

hidrotermal. Terjadi dalam endapan metamorfosa kontak sebagai mineral tambahan

dan terbentuk pada suhu sekitar 800 – 900 oC.Magnetit terdapat pada formasi besi

lapisan sedimen dan biasa pula terdapat pada batuan beku dan metamorf. Magnetit

digunakan untuk petunjuk sejarah magnet bumi pada beberapa jenis batuan

sedimen, mempelajari pergerakan benua dari waktu ke waktu, dan merekontruksi

sejarah perubahan medan magnet bumi hanya dari orientasi mineral ini dan juga

sebagai bijih besi utama dalam pembuatan besi.

Gambar 4.4 mineral magnetit

Praktikum kali ini, didapatkan massa jenis yaitu 4,86 gr/cm3, sedangkan

massa jenis yang aslinya yaitu 7,2 gr/cm3. Hasil yang didapatkan berbeda dengan

massa jenis aslinya ini disebabkan karena adanya tidak akurat dalam melakukan

23
pengukuran sehingga terjadinya kesalahan dalam praktikum yang menyebabkan

hasil yang didapat berbeda dengan massa jenis aslinya.

4.2.5 Sampel 05

Sampel 05 adalah Mineral Serpentin dengan komposisi mineral Mg 3(OH4)

(Si2O5). Mineral ini dapat dibuktikan dengan sifat-sifat fisiknya yaitu memiliki warna

segar berwarna hijau dan warna lapuknya berwarna coklat, termasuk kilap non

logam. Mineral ini memiliki belahan satu arah dan pecahan yang konkoidal, memiliki

cerat berwarna putih dengan kekerasan lebih dari enam (>6). Mineral dalam

kelompok ini dibentuk oleh supentinasi dan transformasi, ditemukan pada batuan

beku tapi sering pada mineral. Kegunaan mineral ini sebagai batu hias. Percobaan

dalam praktikum ini, didapatkan massa jenis yaitu 2,738 gr/cm3, sedangkan massa

jenis yang aslinya yaitu 2,5 gr/cm3.

Gambar 4.5 mineral serpentin

24
BAB V

PENUTUP

.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

1. Dalam menghitung massa jenis mineral, terlebih dahulu harus diketahui

berapa massa dan volume mineral tersebut. Massa mineral dapat diukur

menggunakan neraca ohaus. Volume mineral dapat diketahui dengan

mencelupkan mineral tersebut ke dalam gelas piala yang berisi akuades.

Selisih antara volume awal dengan akhir akuades merupakan volume mineral

tersebut. Perbandingan antara massa dengan volume mineral merupakan

massa jenis mineral.

2. Massa jenis yang didapat pada setiap stasiun untuk setiap mineral bervariasi

sesuai dengan jenis mineral yang diamati.

.2 Saran

Saran untuk Laboratorium adalah sebagai berikut:

Sebaiknya contoh mineral yang digunakan untuk praktikum lebih mudah

untuk dideskripsikan dan waktu yang diberikan untuk mendeskripsikan mineral lebih

lama serta perlengkapan di laboratorium di perbanyak

25
26

Anda mungkin juga menyukai