Anda di halaman 1dari 58

PRAKTIKUM

PETROLOGI DAN MINERALOGI

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, atas


berkah, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan modul praktikum
petrologi dan mineralogi ini dengan baik
Modul praktikum petrologi dan mineralogi ini disusun agar menjadi
pedoman dalam menyelesaikan masalah-masalah praktis dalam analisis petrologi
dan mineralogi, terutama bagi mahasiswa peserta praktikum petrologi dan
mineralogi di Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas
Muara Bungo.
Diharapkan dengan adanya modul praktikum ini pelaksanaan praktikum
petrologi dan mineralogi dapat berjalan dengan lancar dan terarah. Penyusun
menyadari masih banyak kekurangan dalam modul ini, oleh karena itu kritik dan
saran sangat diharapkan demi kesempurnaan modul ini selanjutnya.

Muara Bungo, November 2020

Penulis
PRAKTIKUM
PETROLOGI DAN MINERALOGI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………….……………..ii

DAFTAR ISI……………………………………………………….……………iii
BAB 1 MINERALOGI........................................................................................1

1.1 Tujuan Praktikum...........................................................................................1

1.2 Alat dan Bahan...............................................................................................1

1.3 Langkah Kerja................................................................................................1

1.4 Dasar Teori.....................................................................................................2

BAB 2 BATUAN BEKU....................................................................................12

2.1 Tujuan Praktikum.........................................................................................12

2.2 Alat dan Bahan.............................................................................................12

2.3 Langkah Kerja..............................................................................................12

2.4 Dasar Teori...................................................................................................13

BAB 3 BATUAN PIROKLASTIK...................................................................19

3.1 Tujuan Praktikum.........................................................................................19

3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................19

3.3 Langkah Kerja..............................................................................................19

3.4 Dasar Teori...................................................................................................20

BAB 4 BATUAN SEDIMEN............................................................................24

4.1 Tujuan Praktikum.........................................................................................24

4.2 Alat dan Bahan.............................................................................................24

4.3 Langkah Kerja..............................................................................................24

4.4 Dasar Teori...................................................................................................25

BAB 5 BATUAN METAMORFIK..................................................................41


PRAKTIKUM
PETROLOGI DAN MINERALOGI

5.1 Tujuan Praktikum.........................................................................................41

5.2 Alat dan Bahan.............................................................................................41

5.3 Langkah Kerja..............................................................................................41

5.4 Dasar Teori.................................................................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...…55
BAB 1 MINERALOGI

1.1 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini diantaranya:

 Praktikan dapat mengetahui mineral

 Praktikan dapat mengidentifikasi sifat fisik mineral

1.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya:

 Alat tulis,
 kaca pembesar,
 sampel mineral
 magnet
 jarum baja
 kawat baja
 pecahan kaca
 pisau silet

1.3 Langkah Kerja


Deskripsi sampel mineral, lakukan hal-hal berikut:
1) Tuliskan kode sampel mineral!
2) Tentukanlah nama mineral tersebut!
3) Tentukanlah sifat fisik mineral tersebut!

 Warna
 Gores
 Perawakan
 Kilap
 Belahan
 Kekerasan
 Transparansi
 Keliatan
 kemagnetan
4) Sketsakanlah/fotolah sampel mineral dengan jelas!
5) Lakukan untuk hal yang sama untuk sampel mineral yang lain!

1.4 Dasar Teori


1. Definisi
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari
mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk
kesatuan, antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia,
cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya.

Mineral adalah bahan anorganik, terbentuk secara alamiah, seragam dengan


komposisi kimia yang tetap pada batas volumenya, dan mempunyai struktur
kristal karakteristik yang tercermin dalam bentuk dan sifat fisiknya.

Saat ini telah dikenal lebih dari 2000 mineral. Sebagian merupakan mineral-
mineral utama yang dikelompokkan sebagai Mineral Pembentuk Batuan.
Mineral-mineral tersebut terutama mengandung unsur-unsur yang
menempati bagian terbesar di bumi, antara lain unsur Oksigen (O), Silikon
(Si), Aluminium (AL), Besi (Fe), Kalsium (Ca), Sodium (Na), Potasium (K)
dan Magnesium (Mg).
2. Sifat-Sifat Fisik Mineral
1) Warna
Warna merupakan sesuatu yang ditangkap dengan mata apabila mineral
terkena cahaya atau spektrum cahaya yang dipantulkan oleh mineral.
Warna ini penting untuk membedakan antara warna yang disebabkan oleh
campuran atau pengotoran dan warna asli elemen-elemen utama pada
mineral tersebut. Warna dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu warna
idiokromatik dan warna alokromatik.
 Idiokromatik
warna mineral apabila mineral tersebut berwarna selalu tetap,
umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya,
seperti : galena, magnetit, dan pirit.
Warna asli dari elemen-elemen utama pada mineral (ediochromatis),
yaitu merupakan warna yang tetap dan karakteristik, misalnya: Pirit
berwarna kuning Loyang, Magnetit berwarna hitam, Malachit
berwarna hijau, Belerang berwarna kuning, Azurit berwarna biru.
 Alokromatik
warna mineral apabila mineral tersebut berwarna tidak tetap yang
diakibatkan oleh material pengotor yang berada di dalamnya.
Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya seperti :
kuarsa dan kalsit.
Warna karena adanya pengotoran (allochromatis) ini merupakan warna
yang tidak tetap atau berubah-ubah, misalnya: Kwarsa, tidak berwarna
tetapi karena pengotoran warna dapat berubah-ubah menjadi:
violet (amesthyst), merah jambu, coklat kehitam-hitaman dan lain
sebagainya. Halit, warnanya bermacam-macam: abu-abu, kuning,
coklat gelap, merah jambu, dan bervariasi biru.

2) Gores (Streak)
Gores (streak) adalah warna dari serbuk mineral. Terlihat bila mineral
digoreskan pada lempeng kasar porselen meninggalkan warna goresan.
Untuk mineral-mineral logam gores dapat dipakai sebagai petunjuk.

3) Bentuk Kistal dan Perawakan (Crystal Habit)


Suatu kristal dibatasi permukaan (sisi kristal) yang mencerminkan struktur
dalam dari mineral. Bentuk kristal merupakan kumpulan dari sisi-sisi yang
membentuk permukaan luar kristal. Sifat simetri kristal adalah hubungan
geometri antara sisi-sisinya, yang merupakan karakteristik dari tiap
mineral. Satu mineral yang sama selalu menunjukkan hubungan menyudut
dari sisi-sisi kristal yang disebut sebagai sudut antar sisi (constancy of
interfacial angles), yang merupakan dasar dari sifat simetri. Bentuk kristal
ditentukan berdasarkan sifat-sifat simetrinya yaitu, bidang simetri dan
sumbu simetri.
Dikenal tujuh bentuk kristal yaitu; Kubus (Cubic), Tetragonal, Ortorombik
(Orthorombic), Monoklin (Monoclonic), Triklin (Triclinic), Hexagonal
4) Kilap (Luster)
Kilap adalah kenampakan hasil pantulan cahaya pada permukaan mineral.
Ini akan tergantung pada kwalitas fisik permukaan (kehalusan dan
trasparansi). Kilap merupakan sifat optis dari mineral yang rapat
hubungannya dengan refleksi dan refraksi. Kilap sebagai hasil pantulan
cahaya dari permukaan mineral . Intensitas dari kilap sebenarnya
tergantung kuantitas cahaya pantul dan pada umumnya tergantung pada
besarnya indeks refraksi mineral. Kilap dibedakan menjadi tiga, yaitu
kilap logam ,kilap sub metalik, dan kilap non logam.

Kilap logam membedakan kesan seperti logam bila terkena cahaya. Kilap
ini biasanya dijumpai pada mineral yang mengandung logam atau mineral
bijih, seperti emas, galena, pirit,kalkopirit. Kilap non logam tidak
memberikan kesan seperti logam jika terkena cahaya. Mineral-mineral
yang mempunyai kilap metalik anatara lain adalah : Pyrit (kuning emas),
galeng (abu-abu logam), nopyrit (putih timah), dan lain-lain. Mineral-
mineral yang mempunyai kilap sub metalik antaralain adalah
pyrolusit(abu-abu baja), magnetit (hitam besi), monazite (hitam besi) dan
lain-lain.

Kilap jenis ini dapat dibedakan menjadi :


 Kilap logam (metalic luster)
Mineral – mineral opaque dalam fragmen-fragmen yang tipis dan
mempunyai indeks refraksi ( n = 3 ) atau lebih pada umumnya
mempunyai kilap logam, misal : pirit, galena, sulfida, logam alam.
 Kilap sub metalik
Kilap sub metalik terdapat pada mineral –mineral semi opak sampai
opak dan mempunyai indeks refraksi (n = 2,6 dan 3). Contoh : mineral
cuprit, cinabar, hematit, alabandit.

 Kilap bukan logam (non metalic luster) 


Kilap bukan logam biasanya terlihat pada mineral-mineral yang
mempunyai warna-warna muda dan dapat melukiskan cahaya pada
bagian-bagian yang tipis. Kilap bukan logam dapat dibedakan menjadi
 Kilap kaca (vitreous luster)
Kilap seperti pada pecahan kaca, contoh : kwarsa, flourit, halit,
karbonat, sulfat, silikat, spinel, corundum, garnet, leucit.
 Kilap intan (adamantine luster)
Adalah kilap yang sangat cemerlang seperti berlian. Contoh : intan,
zircon, kasiterit, belerang, rutil.
 Kilap damar (resinous luster)  
kilap seperti pada damar, kombinasi dari warna kuning dan coklat.
Contoh : sfalerit.
 Kilap lemak (greasy luster)
Kilap seperti lemak, seakan-akan berlapis dengan lemak. Contoh :
nefelin, halit yang sudah berhubungan dengan udara bebas. 
 Kilap sutera ( silky luster)
Kilap seperti sutera, biasanya terdapat pada mineral-mineral yang
menyerat. Misalnya : asbes, serpenten, gips.
 Kilap mutiara ( pearly luster)
Kilap seperti mutiara, biasanya terlihat pada bidang-bidang belah
dasar. Contoh : talk, mika, gips yang kristalnya kasar.
 Kilap tanah (earthy luster)
Kilap yang biasanya terlihat pada mineral-mineral yang kompak.
Contoh : kapur, diatomea, kaolin, pirolusit.
 Kilap lilin (waxy luster)
Kilap seperti lilin, contoh : serpenten, cerargirit.

5) Belahan (Cleavage)
Belahan adalah kecenderungan dari beberapa kristal mineral untuk pecah
melalui bidang lemah yang terdapat pada struktur kristalnya. Arah belahan
ini umumnya sejajar dengan satu sisi-sisi kristal. Kesempurnaan belahan
diperikan dalam istilah sempurna, baik, cukup atau buruk. Beberapa
bentuk belahan ditunjukkan pada Gambar

Sifat pecah adakalanya tidak berhubungan dengan struktur kristal, atau


mineral tersebut pecah tidak melalui bidang belahannya, yang disebut
sebagai rekahan (fracture). Beberapa sifat rekahan karakteristik, misalnya
pada kwarsa membentuk lengkungan permukaan yang kosentris
(conchoidal fracture). Beberapa istilah lain adalah, serabut (fibrous) pada
asbes, hackly, even (halus), uneven (kasar), earhty, pada mineral yang
lunak misalnya kaolinit.

6) Kekerasan (Hardness)
Kekerasan mineral adalah ketahanannya terhadap kikisan. Kekerasan ini
ditentukan dari dengan cara menggoreskan satu mineral yang tidak
diketahui denga mineral lain yang telah diketahui. Dengan cara ini Mohs
membuat skala kekerasan relatif dari mineral- mineral, dari yang paling
lunak hingga yang paling keras. Untuk pemakaian praktis, dapat digunakan
 kuku (2,5),
 jarum tembaga (3,5),
 pisau silet (5 - 5,5),
 pecahan kaca (5,5) dan
 kawat baja dengan kekerasan (6,5).

Tabel Skala Kekerasan Mohs

10 Diamond (Intan)
9 Corundum (korundum)
8 Topaz
7 Quartz (Kwarsa)
6,5 > Kawat baja
6 Felspar
5,5 > Kaca
5-5, 5 > Pisau silet
5 Apathite (Apatit)
4 Fluorite (Fluorit)
3,5 > Jarum tembaga
3 Calcite (Kalsit)
2,5 > Kuku
2 Gypsum (Gips)
1 Talc (Talk)

7) Densitas (Specific Gravity)


Densitas mineral dapat diukur dengan sederhana di labolatorium bila kristal
tersebut tidak terlalu kecil. Hubungan ini dinyatakan sebagai berikut :

Spesific Gravity (SG) = W1 / (W1 - W2)


W1 = berat butir mineral di udara
W2 = berat butir mineral di dalam air

Dilapangan agak sulit menentukan dengan pasti biasanya dengan perkiraan;


berat, sedang atau ringan. Beberapa mineral yang dapat dipakai sebagai
perbandingan misalnya:

 Silikat, Karbonat, Sulfat, dan Halida SG berkisar antara 2,2 - 4,0.


 Bijih logam, termasuk Sulfida, dan Oksida berkisar antara 4,5 - 7,5.
 Native elemen (logam), Emas dan Perak umumnya termasuk logam
berat.

8) Transparansi (Transparency)
Transparansi merupakan kemampuan (potongan pipih) mineral untuk
meneruskan cahaya. Suatu obyek terlihat jelas melalui cahaya yang
menembus potongan mineral yang transparan. Bila obyek tersebut terlihat
secara samar, dipakai istilah transculent.

Transparent Opaque
Sub-transparent obyek sulit terlihat
Transculent obyek tak terlihat, sinar masih menembus
kristal
Sub-translucent sinar diteruskan hanya pada tepi kristal
Opaque sinar tidak tembus

9) Keliatan (Tenacity)
Keliatan adalah tingkat ketahanan mineral untuk hancur atau melentur.
Beberapa istilah untuk memerikan sifat ini seperti pada berikut;

Tabel Istilah pemerian Keliatan mineral.


Brittle (tegar) Ductille
Elastic (lentur) dapat dibentuk, dapat kembali
keposisi semula
Flexible (liat) dapat dibetuk, tidak kembali ke posisi
semula
Malleable dapat dibelah menjadi lembaran
Sectille dapat dipotong dengan pisau
Ductille dapat dibentuk menjadi tipis

10)  Kemagnetan
Kemagnetan adalah sifat mineral terhadap daya tarik magnet. Dalam
determinasi mineral berdasarkan sifat kemagnetannya dibagi menjadi :
1. Ferromagnetik
Mineral dikatakan memiliki sifat ini jika mineral dengan mudah
tertarik oleh gaya magnet, seperti mineralMagnetit dan Phyrhotit.
2. Diamagnetik
Mineral dikatakan memiliki sifat ini jika tidak tertarik oleh gaya
magnet.
3. Paramagnetik
Mineral dikatakan memiliki sifat ini karena dapat tertarik oleh gaya
magnet tapi tidak sekuat ferromagnetik.

BAB 2 BATUAN BEKU

2.1 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini diantaranya:

 Dapat membedakan batuan beku berdasarkan klasifikasinya


 Dapat menginterpretasikan penamaan batuan beku berdasarkan
deskripsinya (warna, klasifikasi, tekstur, struktur, dan komposisi
mineralnya)
2.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya:

 Alat tulis,

 kaca pembesar,

 sampel batuan beku.

2.3 Langkah Kerja


Deskripsi sampel batuan, lakukan hal-hal berikut:
a. Tuliskan kode sampel batuan!
b. Tentukanlah jenis batuan tersebut berdasarkan komposisi kimianya:
 Apakah termasuk ke dalam batuan beku asam (felsik)?
 Apakah termasuk ke dalam batuan beku basa (mafik)?
 Apakah termasuk ke dalam batuan beku intermediet?
 Apakah termasuk ke dalam batuan beku ultrabasa?
c. Tentukanlah warna betuan tersebut!
d. Tentukanlah komposisi mineral yang terdapat pada batuan tersebut!
e. Tentukanlah struktur batuan tersebut!
f. Tentukanlah tekstur batuan tersebut:
 Bagaimanakah derajat kristalisasinya?

 Bagaimanakah granularitasnya?

 Bagaimanakah kemasnya?

 Bagaimanakah relasinya?
g. Tentukanlah nama batuan tersebut!
h. Sketsakanlah/fotolah sampel batuan dengan jelas!
i. Perkirakan lokasi/lingkungan pembentukan batuan tersebut!
j. Lakukan untuk hal yang sama untuk sampel batuan yang lain!
2.4 Dasar Teori
1. Batuan Beku
Batuan beku merupakan batuan yang berasal dari cairan magma yang
mengalami proses pendinginan atau pembekuan. Umumnya batuan ini
berada di dalam mantel atau kerak bumi.

Berdasarkan tempat proses pembekuan, siklus batuan beku dibagi menjadi


tiga:

Beberapa jenis batuan beku dan proses pembentukannya antara lain:


a) Batuan beku dalam atau batuan plutonik terbentuk karena pembekuan
yang terjadi di dalam dapur magma secara perlahan- lahan sekali sehingga
tubuh batuan terdiri dari kristal- kristal besar. Contoh dari batuan ini
adalah batuan granit, batuan peridotim, dan juga batuan gabro.
b) Batuan beku gang atau korok, proses terjadi batuan ini pada celah- celah
antar lapisan di dalam kulit bumi. Proses pembekuan ini berjalan lebih
cepat sehingga di samping kristal besar terdapat pula banyak kristal kecil.
Contoh dari batuan jenis ini antara lain batu granit porfir
c) Batuan beku luar atau batuan lelehan, proses terbentuknya batuan ini
adalah ketika gunung api menyemburkan lava cair pijar. Pembekuan ini
terjadi tidak hanya di sekitar kawah gunung api saja, namun juga di udara.
Proses pembekuan ini berlangsungsingkat dan hampir tidak mengandung
kristal (armorf).

2. Klasifikasi batuan beku berdasarkan komposisi kimianya adalah


sebagai berikut:

1. Batuan Beku Silikat/Asam (Felsik)


Batuan beku ini disebut juga batuan asam (felsik). Ciri batuan beku silikat
adalah umumnya berwarna terang (putih, cokelat, merah muda, abu muda).
Batuan beku felsik tinggi kandungan silika, kalium dan alumunium dan
rendah kandungan besi-magnesium.
Mineral dominan batuan beku felsik adalah kuarsa dan ortoklas feldspar,
biotit, amphibol dan plagioklas juga dijumpai pada jumlah sedikit. Mineral
olivine tidak dijumpai pada batuan beku felsik.

2. Batuan Beku Intermediet


Batuan beku intermediet atau menengah ini berwarna coklat gelap atau abu
(kadang kehitaman) dan punya komposisi silica, besi dan magnesium
tingkat menengah atau sedang. Mineral dominan batuan beku intermediet
adalah piroksen dan sodic plagioklas namun biotit dan amphibol juga umum
ditemukan.

3. Batuan Beku Basa (Mafik)


Batuan beku basa (mafik) memiliki ciri warna gelap (hitam atau hijau tua).
Batuan beku basa punya komposisi silica rendah dan tinggi besi,
magnesium dan kalium. Batuan ini mempunyai mineral penyusun utamanya
dari piroksen dan kalsik plagioklas. Mineral kuarsa tidak ada dalam batuan
beku basa.

4. Batuan Beku Ultrabasa


Batuan beku ultrabasa adalah batuan yang tersusun seluruhnya atau hamper
seluruhnya dari mineral ferromagnesian. Tidak ada feldspar yang hadir dan
tentu saja tidak ada kuarsa. Peridotit yang merupakan batuan kasar terdiri
dari piroksen dan olivine adalah batuan ultrabasa yang paling melimpah.
Secara kimiawi batuan peridotit mengandung dari 45% silica.

3. Struktur Batuan Beku 


Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang besar,
seperti lava bantal yang terbentuk di lingkungan air (laut), seperti lava
bongkah, struktur aliran dan lain –lainnya. Suatu bentuk struktur batuan
sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya.

Macam – macam struktur batuan beku adalah :


1. Masif, apabila tidak menunjukan adanya fragmen batuan lain yang
tertanam dalam tubuhnya.
2. Pillow lava atau lava bantal, merupakan struktur yang dinyatakan
pada batuan ekstrusi tertentu, yang dicirikan oleh masa berbentuk
bantal dimana ukuran dari bentuk ini adalah umumnya -+\.30-60  cm
dan jaraknya berdekatan, khas pada vulkanik bawah laut.
3. Joint, struktur yang ditandai oleh kekar-kekar yang tertanam secara
tegak lurus arah aliran. Struktur ini dapat berkembang menjadi
columnar jointing.
4. Vesikuler, merupakan struktur batuan beku ekstrusi yang ditandai
dengan lubang-lubang  sebagai akibat pelepasan gas selama
pendinginan.
5.  Skoria, adalah struktur batuan yang sangat vesikuler (banyak lubang
gasnya).
6.  Amigdaloidal, struktur dimana lubang-lubang keluar gas  diisi oleh
mineral-mineral sekunder seperti zeolit, larbonat, dan bermacam silika.

7.   Xenolith, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen


batuan yang masuk atau tertanam ke dalam batuan beku. Stuktur ini
terbentuk sebagai akibat peleburan tidak sempurna dari suatu batuan
samping di dalam magma yang menerobos.
8.  Autobreccia, adalah struktur pada lava yang memperlihatkan
fragmen-fragmen dari lava itu sendiri.

4. Tekstur Batuan Beku 


Tekstur dalam batuan beku merupakan hubungan antar mineral atau mineral
dengan massa gelas yang membentuk massa yang merata pada batuan.
Selama pembentukan tekstur dipengaruhi oleh kecepatan dan stadia
kristalisasi. Yang kedua tergantung pada suhu, komposisi kandungan gas,
kekentalan magma dan tekanan.  Dengan demikian tekstur tersebut
merupakan fungsi dari sejarah pembentukan batuan beku. Dalam hal ini
tekstur tersebut menunjukkan derajat kristalisasi (degree of crystallinity),
ukuran butir (grain siza), granularitas dan kemas (fabric), (Williams, 1982).

 Derajat kristalisasi
Batuan beku dengan hubungannya dengan kristal-kristal memiliki
tekstur kristal, dimana terdiri dari fragmen-fragmen clastik atau tekstur
piroklastik. Derajat kristalinitas terdiri dari tiga bagian yaitu (lampiran
ketiga):
1. Holokristalin            : batuan yang tersusun seluruhnya oleh massa  
kristal.
2. Hipokristalin            : adalah batuan yang tersusun atas massa
kristal dan gelas
3. Holohyalin                : adalah batuan yang tersusun atas seluruhnya
oleh massa

  Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat
sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan
mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar. Umumnya dikenal 2
kelompok ukuran butir, yaitu afanitik dan fanerik.
1. Afanitik
Dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu kristal sangat halus,
sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang.

2. Fanerik
Kristal individu yang termasuk kristal fanerik dapat dibedakan
ukurannya :
a. Halus, ukuran diameter rata-rata kristal individu < 1 mm.
b. Sedang, ukuran diameter kristal 1 mm – 5 mm.
c. Kasar, ukuran diameter kristal 5 mm – 30 mm.
d. Sangat kasar, ukuran diameter kristal > 30 mm.

 Kemas
Dalam kemas batuan beku meliputi bentuk kristal dan susunan
hubungan kristal dalam suatu batuan.
 Bentuk Kristal
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam :
a) Euhedral, adalah bentuk Kristal dan butiran mineral mempunyai
bidang kristal yang sempurna.
b) Subhedral, adalah bentuk Kristal dan butiran mineral dibatasi oleh
sebagian bidang kristal yang sempurna.
c) Anhedral, adalah bentuk Kristal dan butiran mineral dibatasi oleh
sebagian bidang kristal yang tidak sempurna.

Dilihat dari tiga dimensi, yaitu :


a. Equidimensional, yaitu bentuk kristal ketiga dimensinya sama
panjang.
b. Tabular, yaitu bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari
satu dimensi lain.
c. Iregular, yaitu bentuk kristal tidak teratur.

 Relasi
Merupakan hubungan antar kristal satu dengan yang lain dalam suatu
batuan dari ukuran dikenal :
 Granularitas atau Equigranular, yaitu mineral yang mempunyai
ukuran butir relatif seragam, terdiri dari :
- Panidimorphic granular yaitu sebagian besar mineral mempunyai
ukuran yang seragam dan euhedral.
- Hipidiomorfik granular terdiri dari mineral  yang  berukuran
butir relatif seragam dan subhedral.
-  Allotiomorfik granular terdiri dari mineral yang sebagian besar
berukuran relatif seragam dan anhedral.

 Inequigranular, apabila mineral memiliki ukuran butir tidak sama,


terdiri dari :
- Porfiritik, adalah tekstur batuan dimana kristal besar (fenokris)
tertanam dalam masa dasar yang lebih halus.
- Vitroverik tekstur adalah berkarakter fenokris tertanam dalam masa
dasar berupa gelas. 

BAB 3 BATUAN PIROKLASTIK

3.1 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini diantaranya:

 Dapat membedakan batuan beku berdasarkan klasifikasinya


 Dapat menginterpretasikan penamaan batuan beku berdasarkan
deskripsinya (warna, klasifikasi, tekstur, struktur, dan komposisi
mineralnya)

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya:

 Alat tulis,
 kaca pembesar,

 sampel batuan beku.

3.3 Langkah Kerja


Deskripsi sampel batuan, lakukan hal-hal berikut:
1) Tuliskan kode sampel batuan!
2) Tentukanlah warna betuan tersebut!
3) Tentukanlah komposisi mineral yang terdapat pada batuan tersebut!
4) Tentukanlah struktur batuan tersebut!
5) Tentukanlah tekstur batuan tersebut:
 Bagaimanakah ukuran butirnya?

 Bagaimanakah derajat pembundarannya?

 Bagaimanakah derajat pemilahannya?

 Bagaimanakah kemasnya?
6) Tentukanlah nama batuan tersebut!
7) Sketsakanlah/fotolah sampel batuan dengan jelas!
8) Perkirakan lokasi/lingkungan pembentukan batuan tersebut!
9) Lakukan untuk hal yang sama untuk sampel batuan yang lain!

3.4 Dasar Teori


1. Batuan Piroklastik

Batuan Piroklastik adalah batuan vulkanik klastik yang dihasilkan oleh


serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunungapi. Material
penyusun tersebut terendapkan dan terbatukan/terkonsolidasikan sebelum
mengalami transportasi (reworked) oleh air atau es (William, 1982). Pada
kegiatannya batuan hasil kegiatan gunungapi dapat berupa aliran lava
sebagaimana diklasifikasikan dalam batuan beku atau berupa produk
ledakan/eksplosiv dari material yang bersifat padat, cair ataupun gas yang
terdapat dalam perut gunung.

2. Struktur Batuan Piroklastik


Seperti halnya batuan volkanik lainnya, batuan piroklastik mempunyai
struktur vesikuler, scoria dan amigdaloidal. Jika klastika pijar dilemparkan
keudara dan kemudia terendapkan dalam kondisi masih panas,
berkecenderungan mengalami pengelasa antara klastika satu dengan
lainnya. Struktur tersebut dikenal dengan pengelasan atau welded. Struktur
Batuan Piroklastik yang lain adalah :
Masif  : Batuan masif bila tidak menunjukan struktur dalam.
Laminasi  : Perlapisan dan struktur sedimen yang mempunyai ketebalan
kurang dari 1 cm.
Berlapis : Perlapisan dan struktur sedimen yang mempunyai
ketebalan lebih dari 1 cm.

3. Tekstur Batuan Piroklastik


Cara pendiskripsian tekstur batuan piroklastik hampir sama dengan batuan
sedimen klastik, tetapi yang membedakan adalah Ukuran Butir yang
disesuaikan untuk mencari nama batuan piroklastik tersebut.
 Ukuran Butir Pada Piroklastik

Tabel .  Ukuran Butir Pada Batuan Piroklastik

Ukuran Butir Nama Klastika Pijarnya Keterangan


Membulat
Bom
256 – 64 mm
Blok Meruncing

64 – 2 mm Lapilus
Kasar
2 – 0,04 mm Debu
Halus

Ukuran butir pada piroklastika tersebut merupakan salah satu criteria


untuk menamai batuan piroklastik tanpa mempertimbangkan cara
terjadi endapan piroklastik tersebut.  Adatiga cara kejadian endapan
piroklastik:

o Piroklastik jatuhan adalah : Pengendapan yang dikarenakan gaya


beratnya dikenal dengan. Jenis piroklastik ini biasanya terjadi
disetiap gunung api. Struktur dan teksturnya menyerupai batuan
endapan.

o Piroklastik aliran

o piroklastik hembusan 

 Derajat pembundaran

Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi


butiran pada batuan sedimen klastik sedang sampai kasar. Kebundaran
dibagi menjadi :
a.  Membundar sempurna (well rounded), hampir semua permukaan
cembung.
b.  Membundar (rounded), pada umumnya memiliki permukaan
bundar, ujung-ujung dan tepi butiran cekung.
c. Agak membundar (subrounded), permukaan umumnya datar
dengan ujung-ujung yang memmbundar.
d.   Agak menyudut (subangular), permukaan datar dengan ujung-
ujung yang tajam.
e.   Menyudut (angular), permukaan kasar dengan ujung-ujung butir
runcing dan tajam.

 Derajat Pemilahan (Sortasi)
Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun batuan
endapan / sedimen. Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan
sebagai berikut :
o Terpilah baik (well sorted). Kenampakan ini diperlihatkan oleh
ukuran besar butir yang seragam pada semua komponen batuan
sedimen.
o Terpilah buruk (poorly sorted). Merupakan kenampakan pada
batuan sedimen yang memiliki besar butir yang beragam dimulai
dari lempung hingga kerikil atau bahkan bongkah.
o Selain dua pengelompokan tersebut adakalanya seorang peneliti
menggunakan pemilahan sedang untuk mewakili kenampakan yang
agak seragam.

 Kemas (Fabric)
o Kemas terbuka : Butiran tidak saling bersentuhan
o Kemas tertutup : Butiran saling bersentuhan satu dengan yang
lainnya.
BAB 4 BATUAN SEDIMEN

4.1 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini diantaranya:

 Dapat membedakan klasifikasi batuan sedimen berdasarkan ada


tidaknya proses transportasi
 Dapat menginterpretasikan penamaan batuan sedimen berdasarkan
deskripsinya (warna, klasifikasi, tekstur, struktur, dan komposisi
mineralnya)

4.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya:

 Alat tulis,

 kaca pembesar,

 sampel batuan beku.


4.3 Langkah Kerja

Deskripsi sampel batuan, lakukan hal-hal berikut:


a) Tuliskan kode sampel batuan!
b) Tentukanlah jenis batuan tersebut berdasarkan ada tidaknya proses
transportasi:
o Apakah termasuk ke dalam batuan sedimen klastik?
o Apakah termasuk ke dalam batuan beku basa (mafik)?
c) Tentukanlah warna betuan tersebut!
d) Tentukanlah komposisi mineral yang terdapat pada batuan tersebut!
e) Tentukanlah struktur batuan tersebut!
f) Tentukanlah tekstur batuan tersebut:
 Jika batuan sedimen klastik
o Bagaimanakah ukuran butirnya?

o Bagaimanakah bentuk butirnya?

o Bagaimanakah sortasi(pemilahannya)?

o Bagaimanakah kemasnya?

 Jika batuan sedimen non-klastik bagaimanakah teksturnya


g) Tentukanlah nama batuan tersebut!
h) Sketsakanlah/fotolah sampel batuan dengan jelas!
i) Perkirakan lokasi/lingkungan pembentukan batuan tersebut!
j) Lakukan untuk hal yang sama untuk sampel batuan yang lain!

4.4 Dasar Teori


1) Batuan Sedimen

sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil


perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas
kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada
permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan ( Pettijohn,
1975 ).

Klasifikasi batuan sedimen berdasarkan ada tidaknya proses transportasi


dapat dibedakan menjadi 2 macam :
1. Batuan Sedimen Klastik; Yaitu batuan sedimen yang terbentuk
berasal dari hancuran batuan lain. Kemudian tertransportasi dan
terdeposisi yang selanjutnya mengalami diagenesa.
2. Batuan Sedimen Non Klastik; Yaitu batuan sedimen yang tidak
mengalami proses transportasi. Pembentukannya adalah kimiawi dan
organis.

Sifat – sifat utama batuan sedimen :


 Adanya bidang perlapisan yaitu struktur sedimen yang
menandakan adanya proses sedimentasi.
 Sifat klastik yang menandakan bahwa butir-butir pernah lepas,
terutama pada golongan detritus.
 Sifat jejak adanya bekas-bekas tanda kehidupan (fosil).
 Jika bersifat hablur, selalu monomineralik, misalnya : gypsum,
kalsit, dolomite dan rijing.

Menurut R.P. Koesoemadinata, 1981 batuan sedimen dibedakan


menjadi enam golongan yaitu :
1.Golongan Detritus Kasar
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam
golongan ini antara lain adalah breksi, konglomerat dan batupasir.
Lingkungan tempat pengendapan batuan ini di lingkungan sungai dan
danau atau laut.
2. Golongan Detritus Halus
Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan
laut dangkal sampai laut dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini
adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan Nepal.
3. Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan
cangkang moluska, algae dan foraminifera. Atau oleh proses
pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk
lebih dahulu dan di endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa
terjadi di lingkungan laut litoras sampai neritik, sedangkan proses
kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik sampai bahtial. Jenis
batuan karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada material
penyusunnya.
4. Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik
dan kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini
rijang (chert), radiolarian dan tanah diatom. Batuan golongan ini
tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.
5. Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki
larutan kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk
di lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga sangat 
memungkinkan terjadi pengayaan unsure-unsur tertentu. Dan faktor
yang penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk
suatu endapan dari larutan tersebut. Batuan-batuan yang termasuk
kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.
6. Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari
tumbuh-tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan
cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di atasnya sehingga tidak
akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya
batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali
tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di
tempat tersebut.

2) Tekstur Batuan Sedimen

Tekstur batuan sediment adalah segala kenampakan yang menyangkut


butir sedimen seperti ukuran butir, bentuk butir dan orientasi. Tekstur
batuan sedimen mempunyai arti penting karena mencerminkan proses
yang telah dialamin batuan tersebut terutama proses transportasi dan
pengendapannya, tekstur juga dapat digunakan untuk menginterpetasi
lingkungan pengendapan batuan sediment. Secara umum batuan
sedimen dibedakan menjadi dua, yaitu tekstur klastik dan non klastik.
 Tekstur klastik
Unsur dari tekstur klastik fragmen, massa dasar (matrik) dan semen.
 Fragmen/ Grain : Batuan yang ukurannya lebih besar daripada
pasir.
 Matrik : Butiran yang berukuran lebih kecil daripada fragmen
dan diendapkan bersama-sama dengan fragmen.
 Semen : Material halus yang menjadi pengikat,
semen diendapkan setelah fragmen dan matrik. Semen umumnya
berupa silica, kalsit, sulfat atau oksida besi.

Besar butir kristal dibedakan menjadi :


>5 mm = kasar
1-5 mm = sedang
<1 mm = halus
Jika kristalnya sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan
disebut mikrokristalin.

a) Ukuran Butir
Ukuran butir yang digunakan adalah skala Wenworth (1922),
yaitu :

Ukuran Butir Nama Butir Nama Batuan


(mm)
> 256 Bongkah (Boulder) Breksi : jika fragmen
64-256 Berangkal (Couble) berbentuk runcing
4-64 Kerakal (Pebble)
2-4 Kerikil (Gravel) Konglomerat : jika
membulat
fragmen berbentuk
membulat
1-2 Pasir Sangat Kasar Batupasir
(Very Coarse Sand)
1/2-1 Pasir Kasar
(Coarse Sand)
1/4-1/2 Pasir Sedang
(Fine Sand)
1/8-1/4 Pasir halus
(Medium Sand)
1/16-1/8 Pasir Sangat Halus
( Very Fine Sand)
1/256-1/16 Lanau (Silt) Batulanau
<1/256 Lempung (Clay) Batulempung
Besar butir dipengaruhi oleh :
1) Jenis Pelapukan
2) Jenis Transportasi
3) Waktu/jarak transport
4) Resistensi

b) Bentuk Butir
I. Tingkat kebundaran butir (roundness)
Tingkat kebundaran butir dipengaruhi oleh komposisi butir,
ukuran butir, jenis proses transportasi dan jarak transport
(Boggs,1987). Butiran dari mineral yang resisten seperti
kwarsa dan zircon akan berbentuk kurang bundar
dibandingkan butiran dari mineral kurang resisten seperti
feldspar dan pyroxene. Butiran berukuran lebih besar
daripada yang berukuran pasir. Jarak transport akan
mempengaruhi tingkat kebundaran butir dari jenis butir
yang sama, makin jauh jarak transport butiran akan makin
bundar.
Pembagian kebundaran :
1. Well rounded (membundar baik) Semua permukaan
konveks, hamper equidimensional, sferoidal.
2. Rounded (membundar) Pada umumnya permukaan-
permukaan bundar, ujung-ujung dan tepi butiran bundar.
3. Sub-rounded (membundar tanggung) Permukaan
umumnya datar dengan ujung-ujung yang membundar.
4. Sub-angular (menyudut tanggung) Permukaan pada
umumnya datar dengan ujung-ujung tajam.
5. Angular (menyudut) Permukaan konkaf dengan
ujungnya yang tajam.
6. Very angular (sangat menyudut) Permukaan
konkaf dengan ujungnya yang sangat tajam

Gambar Bentuk kebundaran butir

c) Sortasi (Pemilahan)
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir
penyusun batuan sediment, artinya bila semakin seragam
ukurannya dan besar butirnya maka, pemilahan semakin baik.
Pemilahan yaitu keseragaman butir di dalam batuan sedimen
klastik. beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam
pemilahan batuan, yaitu :
1) Sortasi baik : bila besar butir merata atau sama besar
2) Sortasi sedang : bila ukuran butirnya relatif seragam
3) Sortasi buruk : bila besar butir tidak merata, terdapat
matrik dan fragmen

d) Kemas (Fabric)
Didalam batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas, yaitu
1) Kemas terbuka : bila butiran tidak saling bersentuhan
(mengambang dalam matrik).
2) Kemas tertutup : butiran saling bersentuhan satu sama lain

Kemas terbuka  Kemas tertutup

Sifat sentuhannya ada beberapa macam :


o Point contact, bila sentuhannya hanya pada satu titik saja.
o Long contact, bila bersentuhan pada sisi butiran yang
panjang.
o Concave-convex contact, bila sisi batuan yang
bersentuhan ada yang cembung dan ada yang cekung.
o Sutured contact, bila sisi butiran yang bersentuhan
berbentuk gerigi.
 Tekstur Batuan Sedimen Non-Klastik
Pada umumnya batuan sedimen non-klastik terdiri atas satu jenis
mineral atau yang biasa disebut monomineralik. Pembagian jenis-
jenis tekstur pada batuan sedimen non-klastik biasanya dengan
memperhatikan kenampakan kristal penyusunnya. Macam-macam
tekstur batuan sedimen non-klastik adalah sebagai berikut :
 Amorf, partikel-partikel umumnya berukuran lempung atau
berupa koloid, non-kristalin
 Oolitik, tersusun atas kristal-kristal yang berbentuk bulat atau
elipsoid. Berkoloni atau berkumpul, ukuran butirnya berkisar
0,25 mm - 2mm
 Pisolitik, memiliki karakteristik seperti oolitik, namun memiliki
ukuran butir yang lebih besar, lebih dari 2mm
 Sakaroidal, terdiri atas butir-butir yang berukuran sangat halus
dengan ukuran yang sama besar
 Kristalin, tersusun atas kristal-kristal yang berukuran besar
Ukuran butir kristal batuan sedimen non-klastik dibedakan atas:
- Berbutir kasar, dengan ukuran >5mm
- Berbutir sedang, dengan ukuran 1-5mm
- Berbutir halus, dengan ukuran <1mm

3) struktur Batuan Sedimen

Struktur batuan sedimen dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Struktur Primer (sygenetic): struktur yang terbentuk bersama


dengan pembentukan batuan sedimen itu sendiri :
a. Struktur Fisika; struktur yang terbentuk karena proses fisika (berupa
arus/gelombang)
 Bedding, Cross-bedding, Graded-bedding, Inverted graded-
bedding, Lamination.
 Tidak ada kenampakan struktur; Massif.
 Berdasar kenampakannya di permukaan batuan; Ripple marks,
Tool marks, Flute cast, Mud cracks, Rain print.
 Karena proses deformasi; Load cast, Convolute structure.

b. Struktur Biologi; struktur  yang terbentuk karena aktivitas


organisme biologis.
 Track, Trail (jejak)
 Burrow (galian)
 Cast, Mold (cetakan)
c. Struktur Kimia; struktur yang terbentuk karena aktivitas kimiawi.
 Nodule, Konkresi.

2. Struktur Sekunder (epigenetic): struktur yang terbentuk setelah


terbentuknya batuan sedimen tersebut, seperti fault, fold, jointing.

Dari klasifikasi tersebut, beberapa struktur yang umum ditemukan


pada batuan sedimen antara lain :
 Bedding
Atau biasa dikenal sebagai Struktur Berlapis. Struktur ini
merupakan ciri khas batuan sedimen yang memperlihatkan susun
an lapisan-lapisan (beds) pada batuan sedimen dengan ketebalan
setiap lapisan ≥ 1 cm.
 Cross-Bedding
Perlapisan Silang-Siur (Cross-Bedding), batuan sedimen
berstruktur ini memperlihatkan struktur perlapisan yang saling
potong memotong. Terbentuk karena pengaruh perubahan energi
ataupun arah arus pada saat sedimentasi berlangsung.

 Graded-Bedding
Struktur Perlapisan Bergradasi (Graded-Bedding), memiliki ciri-
ciri ukuran butir penyusun batuan sedimen yang berubah secara
gradual, yaitu makin ke atas ukuran butir yang semakin halus,
dimana pada proses pembentukkannya butiran yang lebih besar
terendapkan terlebih dahulu sedangkan yang lebih halus
terendapkan di atasnya.

 Lamination
LaminasiMerupakan Struktur Perlapisan (Bedding) dengan
ketebalan masing-masing lapisan (bed thickness) yang kurang
dari 1 cm.
 Inverted Graded-Bedding
Normalnya, struktur graded-bedding memperlihatkan perubahan
gradual butiran yang semakin ke atas semakin halus. Akan tetapi
karena suatu pengaruh tertentu, perubahan gradual butiran yang
terbalik (makin ke bawah semakin halus) dapat terbentuk pada
suatu batuan sedimen dan menyebabkan suatu kenampakan
struktur Bergradasi Terbalik (Inverted Graded-Bedding).

 Slump
Struktur Slump (luncuran), salah satu struktur batuan sedimen
yang berbentuk lipatan kecil meluncur ke bawah karena adanya
suatu pengangkatan pada suatu lapisan yang belum
terkonsolidasi sempurna.
 Load Cast
Merupakan struktur batuan sedimen yang berupa lekukan di
permukaan ataupun bentukan tak beraturan karena pengaruh
suatu beban di atas batuan tersebut.

 Flute Cast
Suatu struktur batuan sedimen yang berupa gerusan di
permukaan lapisan batuan karena pengaruh suatu arus.

 Wash Out
Wash out adalah kenampakan struktur batuan sedimen sebagai
hasil dari erosi tiba-tiba karena pengaruh suatu arus kuat pada
permukaannya.

 Stromatolite
Stromatolite adalah struktur lapisan batuan sedimen dengan
susunan berbentuk lembaran mirip terumbu yang terbentuk
sebagai hasil dari aktivitas cyanobacteria.
 Tool Marks
Struktur ini hampir sama dengan flute cast, namun bentuk
gerusan pada permukaan/lapisan batuan sedimen diakibatkan
oleh gesekan benda/suatu objek yang terpengaruh arus.

 Rain Print
Rain print atau rain marks merupakan suatu
kenampakan/struktur pada batuan sedimen akibat dari tetesan air
hujan.

 BurrowStruktur kenampakan pada lapisan batuan sedimen


berupa lubang atau galian hasil dari suatu aktivitas organisme.
 Trail
Kenampakan jejak pada batuan sedimen berupa seretan bagian
tubuh suatu makhluk hidup/organisme.

 Track
Seperti struktur trail, track merupakan kenampakan jejak berupa
tapak kaki suatu organisme.

 Mud Cracks
Bentuk retakan-retakan (cracks) pada lapisan lumpur (mud) yang
umumnya berbentuk polygonal.
 Flame Structure
Flame structure, kenampakan struktur yang seperti lidah/kobaran
api. Struktur ini dapat terbentuk ketika suatu sedimen yang
belum terlitifikasi sempurna terbebani oleh suatu lapisan
sedimen yang lebih berat di atasnya.
BAB 5 BATUAN METAMORFIK

5.1 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini diantaranya:

 Dapat membedakan klasifikasi batuan metamorf berdasarkan


penyebarannya!
 Dapat menginterpretasikan penamaan batuan metamorf berdasarkan
deskripsinya (warna, klasifikasi, tekstur, struktur, dan komposisi
mineralnya)

5.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya:

 Alat tulis,

 kaca pembesar,

 sampel batuan beku.

5.3 Langkah Kerja


Deskripsi sampel batuan, lakukan hal-hal berikut:
 Tuliskan kode sampel batuan!
 Tentukanlah jenis batuan tersebut berdasarkan penyebarannya:
 Apakah termasuk ke dalam batuan metamorf local ?
 Apakah termasuk ke dalam batuan metamorf regional?
 Tentukanlah warna betuan tersebut!
 Tentukanlah komposisi mineral yang terdapat pada batuan tersebut!
 Tentukanlah struktur batuan tersebut!
 Jika foliasi bagaimanakah strukturnya!
 Jika non-foliasi bagaimanakah strukturnya!
 Tentukanlah tekstur batuan tersebut berdasarkan ketahanan terhadap
proses metamorfosanya nya!
 Apakah termasuk palimset atau kristaloblastik?
 Tentukanlah nama batuan tersebut!
 Sketsakanlah/fotolah sampel batuan dengan jelas!
 Perkirakan lokasi/lingkungan pembentukan batuan tersebut!
 Lakukan untuk hal yang sama untuk sampel batuan yang lain!

5.4 Dasar Teori


1. Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk yang lain,
dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf
sendiri yang telah mengalami proses/perubahan mineralogi, tekstur
maupun struktur sebagai akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang
tinggi.

Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair,
dengan temperatur 200oC-6500C. Menurut Grovi (1931) perubahan dalam
batuan metamorf adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut
akan terbentuk kristal-kristal baru, begitupula pada teksturnya.Menurut H.
G. F. Winkler (1967), metamorfisme adealah proses yang mengubah
mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap kondisi
fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda
dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan
diagenesa.

2. Klasifikasi Batuan Metamorf Berdasarkan Penyebarannya

a. Metamorfisme Lokal
Jenis ini penyebaran metamorfosanya sangat terbatas hanya beberapa
kilometer saja. Termasuk dalam tipe metamorfosa ini adalah:
 Metamorfisme Kontak/Thermal

Terjadi pada batuan yang terpanasi oleh intrusi magma


yang besar. Pancaran panas tersebut akan semakin menurun
bila semakin jauh dari tubuh intrusinya. Hal iniberakibat
adanya perbedaan pengaruh suhu pada batuan sampingnya
antara bagianyang dekat dengan tubuh intrusi dan yang
lebih jauh. Tentunya demikian juga dengan hasil perubahan
mineraloginya. Zona aureole yang melingkari tubuh
intrusimerupakan gambaran ada perubahan tersebut.
 Metamorfisme Kataklastik
Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan
tekanan. Tekanan yang berpengaruh disini ada dua macam,
yaitu: hidrostatis, yang mencakup ke segala arah; dan
stress, yang mencakup satu arah saja. Makin dalam ke arah
kerak bumi pengaruh tekanan hidrostatika semakin besar.
Sedangkan tekanan pada bagian kulit bumi yang dekat
dengan permukaan saja, metamorfosa semacam ini
biasanya didapatkan di daerah sesar/patahan.

b.  Metamorfisme Regional
    Tipe metamorfosa ini penyebarannya sangat luas, dapat mencapai
beberapa ribu kilometer. Termasuk dalam tipe ini adalah:
 Metamorfisme Regional Dinamotermal
    Sering dikaitkan dengan jalur orogenesa. Kenyataan menunjukkan
bahwa pada jalur tersebut dijumpai penyebaran batuan metamorf
yang luas yang disebabkan oleh beberapa kali proses orogenesa.
Artinya bahwa beberapa diantaranya telah terbentuk oleh satu kali
atau lebih metamorfisme se.belumnya. Berbeda dengan
metamorfisme kontak, metamorfisme regional dinamotermal
berlangsung berkaitan dengan gerak-gerak penekanan ("penetrative
movement"). Hal ini dibuktikan dengan struktur sekistositas. Jika
metamorfisme termal terjadi pada tekanan rendah antara 100
sampai 1000 bar atau mencapai 3000 bar ( terjadi pada kedalaman
11 - 12 -km ), maka metamorfisme regional dinamotermal terjadi
dalam pengaruh tekanan antara, paling tidak 2000 sampai 10.000
bar. Hal ini akan memperlihatkan perbeqAan fabrik batuan pada
kedua metamorfisme tersebut. Suhu yang berpengaruh pada
keduanya umumnya sama dimulai diatas 150° C sampai maksimum
sekitar 800° C.

 Metamorfisme Beban
Tidak berkaitan dengan orogenesa atau intrusi magma. Suatu
sedimen pada cekungan  yang dalam akan terbebani oleh material
di atasnya. Suhunya, bahkan sampai pada kedalaman yang besar,
lebih rendah dibandingkan pada metamorfisme dinamotermal,
berkisar antara 400° - 45o°C. Gerak - gerak penetrasi yang
menghasilkan sekistositas hanya aktif secara setempat, jika tidak
biasanya tidak hadir. Oleh karena itu fabrik batuan asal tetap
tampak sedangkan yang berubah adalah komposisi mineraloginya.
Perubahan metamorfismenya tidak teramati secara megaskopis
tetapi hanya terlihat pada pengamatan sayatan tipisnya di bawah
mikroskop. Metamorfisme beban memperlihatkan batuan-
batuannya mengandung Seolit CaA1 laumontit dan lawsonit disatu
pihak dan mengandung glaukopan dan jadeit dipihak lain.
Keduanya terbentuk pada kondisi suhu yang dianggap sama,
perbedaan itu lebih cenderung diakibatkan oleh adanya tekanan
yang tinggi sampai sangat tinggi.

 Metamorfisme Lantai Samudera

Batuan Penyusunnya merupakan Material baru yang dimulai


pembentukannya di punggungan tengah samudera. Perubahan
Mineralogi dikenal juga metamorfsime hidrothermal. Dalam hal ini
larutan Panas/gas memanasi retakan-retakan batuan dan
menyebabkan perubahan mineralogi batuan sekitarnya.
Metamorfisme semacam ini melibatkan adanya penambahan unsur
dalam batuan yang dibawa oleh larutan panas dan lebih dikenal
dengan metasomatisme.

3. Struktur Batuan Metamorf


Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau
orientasi unit poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997).  Secara umum
struktur batuan metamorf dapat dibadakan menjadi struktur foliasi dan
nonfoliasi (Jacson, 1997).

1. Struktur Foliasi
Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini
dapat terjadi karena adnya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-
lapisan (gneissoty), orientasi butiran (schistosity), permukaan belahan
planar (cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut (Jacson, 1970).
Struktur foliasi yang ditemukan adalah :

a. Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus
(mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar
yang sangat rapat, teratur dan sejajar. Batuannya disebut slate
(batusabak).

Gambar Struktur Slaty Cleavage dan Sketsa Pembentukan Struktur


b. Phylitic
Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat
rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih
dengan mineral granular. Batuannya disebut phyllite (filit)

Gambar Struktur Phylitic


c. Schistosic
Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau
lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang
sampai kasar. Batuannya disebut schist (sekis).

Gambar Struktur Schistosic dan Sketsa Pembentukan Struktur

d.Gneissic/Gnissose
Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang
mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler
(feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral tabular atau prismatic
(mioneral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya tidak
menerus melainkan terputus-putus. Batuannya disebut gneiss.
Gambar Struktur Gneissic dan Sketsa Pembentukan Struktur

2. Struktur Non Foliasi


Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri
dari butiran-butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai
antara lain:

a  Hornfelsic/granulose
Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular
dan umumnya berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels
(batutanduk)

Gambar Sruktur Granulose


b. Kataklastik
Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan
umumnya membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini
terjadi akibat metamorfosa kataklastik. Batuannya disebut cataclasite
(kataklasit).

c.    Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa
kataklastik. Cirri struktur ini adalah mineralnya berbutir halus,
menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan belum terjadi
rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya disebut mylonite
(milonit).

Struktur Milonitic
d. Phylonitic
Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi
umumnya telah terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap
sutera pada batuan yang ,mempunyai struktur ini. Batuannya disebut
phyllonite (filonit).

4. Tekstur Batuan Metamorf


Merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan
orientasi butir mineral dan individual penyusun batuan metamorf.
Penamaan tekstur batuan metamorf umumnya menggunakan awalan blasto
atau akhiran blastic tang ditambahkan pada istilah dasarnya. (Jacson, 1997).

1.  Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa

Berdasarkan ketahanan terhadap prose metamorfosa ini tekstur batuan


metamorf dapat dibedakan menjadi:

o Relict/Palimset/Sisa
Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa
tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya nasih tampak pada
batuan metamorf tersebut.

o Kristaloblastik
Merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab proses
metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami
rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak. Penamaannya
menggunakan akhiran blastik.

2.   Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir


Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan
menjadi:

o Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata


o Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.

3.   Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal


Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi:
o Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang
kristal itu sendiri.
o Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya
sendiri dan sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
o Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan
kristal lain disekitarnya.

4. Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat


dibedakan menjadi:

o Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk


euhedral.
o Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh
kristal berbentuk anhedral.

5. Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral


Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi:

o Homeoblastik, terdiri dari satu macam bentuk

 “Lepidoblastik”,
mineral-mineral
pipih dan sejajar

 “Nematoblastik”,
bentuk menjarum
dan sejajar

 “Granoblastik”,
berbentuk butir

o Heteroblastik, terdiri dari kombinasi tekstur homeoblastik

Gambar Tekstur batuan metamorfik


Selain tekstur yang diatas terdapat beberapa tekstur khusus lainnya
diantaranya adlah sebagai berikut:

o Perfiroblastik, apabila terdapat mineral yang ukurannya lebih besar


tersebut sering disebut porphyroblasts.
o Poikloblastik/Sieve texture, tekstur porfiroblastik dengan
porphyroblasts tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih
kecil.
o Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat
padamassadasar material yang barasal dari kristal yang sama yang
terkena pemecahan (crhusing).
o Decussate texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimeneralik
yang tidak menunjukkan keteraturan orientasi.
o Saccaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya seperti
gula pasir.

DAFTAR PUSTAKA

Busch, R. M. (2000): Laboratory Manual in Physical Geology,

Prentice Hall Jones, N. W. (1998): Laboratory Manual For

Physical Geology, McGraw-Hill. Mazzullo, J. (1996):

Investigation Into Physical Geology: A Laboratory Manual,

Harcout and Brace.

Lisle, R.J. (2004) : Geological Structures and Maps: A Practical

Guide, Third Edition, Elsevier Butterworth-Heinemann


Woods, K. M. (2009): Physical Geology Laboratory Manual,

Kendall/Hunt, Zumberge, J. H. dan Rutford, R. H., (1991): Laboratory

Manual for Physical Geology,

Wm.C.Brown: Dubuque

Anda mungkin juga menyukai