KATA PENGANTAR
Penulis
PRAKTIKUM
PETROLOGI DAN MINERALOGI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………….……………..ii
DAFTAR ISI……………………………………………………….……………iii
BAB 1 MINERALOGI........................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...…55
BAB 1 MINERALOGI
Alat tulis,
kaca pembesar,
sampel mineral
magnet
jarum baja
kawat baja
pecahan kaca
pisau silet
Warna
Gores
Perawakan
Kilap
Belahan
Kekerasan
Transparansi
Keliatan
kemagnetan
4) Sketsakanlah/fotolah sampel mineral dengan jelas!
5) Lakukan untuk hal yang sama untuk sampel mineral yang lain!
Saat ini telah dikenal lebih dari 2000 mineral. Sebagian merupakan mineral-
mineral utama yang dikelompokkan sebagai Mineral Pembentuk Batuan.
Mineral-mineral tersebut terutama mengandung unsur-unsur yang
menempati bagian terbesar di bumi, antara lain unsur Oksigen (O), Silikon
(Si), Aluminium (AL), Besi (Fe), Kalsium (Ca), Sodium (Na), Potasium (K)
dan Magnesium (Mg).
2. Sifat-Sifat Fisik Mineral
1) Warna
Warna merupakan sesuatu yang ditangkap dengan mata apabila mineral
terkena cahaya atau spektrum cahaya yang dipantulkan oleh mineral.
Warna ini penting untuk membedakan antara warna yang disebabkan oleh
campuran atau pengotoran dan warna asli elemen-elemen utama pada
mineral tersebut. Warna dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu warna
idiokromatik dan warna alokromatik.
Idiokromatik
warna mineral apabila mineral tersebut berwarna selalu tetap,
umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya,
seperti : galena, magnetit, dan pirit.
Warna asli dari elemen-elemen utama pada mineral (ediochromatis),
yaitu merupakan warna yang tetap dan karakteristik, misalnya: Pirit
berwarna kuning Loyang, Magnetit berwarna hitam, Malachit
berwarna hijau, Belerang berwarna kuning, Azurit berwarna biru.
Alokromatik
warna mineral apabila mineral tersebut berwarna tidak tetap yang
diakibatkan oleh material pengotor yang berada di dalamnya.
Umumnya terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya seperti :
kuarsa dan kalsit.
Warna karena adanya pengotoran (allochromatis) ini merupakan warna
yang tidak tetap atau berubah-ubah, misalnya: Kwarsa, tidak berwarna
tetapi karena pengotoran warna dapat berubah-ubah menjadi:
violet (amesthyst), merah jambu, coklat kehitam-hitaman dan lain
sebagainya. Halit, warnanya bermacam-macam: abu-abu, kuning,
coklat gelap, merah jambu, dan bervariasi biru.
2) Gores (Streak)
Gores (streak) adalah warna dari serbuk mineral. Terlihat bila mineral
digoreskan pada lempeng kasar porselen meninggalkan warna goresan.
Untuk mineral-mineral logam gores dapat dipakai sebagai petunjuk.
Kilap logam membedakan kesan seperti logam bila terkena cahaya. Kilap
ini biasanya dijumpai pada mineral yang mengandung logam atau mineral
bijih, seperti emas, galena, pirit,kalkopirit. Kilap non logam tidak
memberikan kesan seperti logam jika terkena cahaya. Mineral-mineral
yang mempunyai kilap metalik anatara lain adalah : Pyrit (kuning emas),
galeng (abu-abu logam), nopyrit (putih timah), dan lain-lain. Mineral-
mineral yang mempunyai kilap sub metalik antaralain adalah
pyrolusit(abu-abu baja), magnetit (hitam besi), monazite (hitam besi) dan
lain-lain.
5) Belahan (Cleavage)
Belahan adalah kecenderungan dari beberapa kristal mineral untuk pecah
melalui bidang lemah yang terdapat pada struktur kristalnya. Arah belahan
ini umumnya sejajar dengan satu sisi-sisi kristal. Kesempurnaan belahan
diperikan dalam istilah sempurna, baik, cukup atau buruk. Beberapa
bentuk belahan ditunjukkan pada Gambar
6) Kekerasan (Hardness)
Kekerasan mineral adalah ketahanannya terhadap kikisan. Kekerasan ini
ditentukan dari dengan cara menggoreskan satu mineral yang tidak
diketahui denga mineral lain yang telah diketahui. Dengan cara ini Mohs
membuat skala kekerasan relatif dari mineral- mineral, dari yang paling
lunak hingga yang paling keras. Untuk pemakaian praktis, dapat digunakan
kuku (2,5),
jarum tembaga (3,5),
pisau silet (5 - 5,5),
pecahan kaca (5,5) dan
kawat baja dengan kekerasan (6,5).
10 Diamond (Intan)
9 Corundum (korundum)
8 Topaz
7 Quartz (Kwarsa)
6,5 > Kawat baja
6 Felspar
5,5 > Kaca
5-5, 5 > Pisau silet
5 Apathite (Apatit)
4 Fluorite (Fluorit)
3,5 > Jarum tembaga
3 Calcite (Kalsit)
2,5 > Kuku
2 Gypsum (Gips)
1 Talc (Talk)
8) Transparansi (Transparency)
Transparansi merupakan kemampuan (potongan pipih) mineral untuk
meneruskan cahaya. Suatu obyek terlihat jelas melalui cahaya yang
menembus potongan mineral yang transparan. Bila obyek tersebut terlihat
secara samar, dipakai istilah transculent.
Transparent Opaque
Sub-transparent obyek sulit terlihat
Transculent obyek tak terlihat, sinar masih menembus
kristal
Sub-translucent sinar diteruskan hanya pada tepi kristal
Opaque sinar tidak tembus
9) Keliatan (Tenacity)
Keliatan adalah tingkat ketahanan mineral untuk hancur atau melentur.
Beberapa istilah untuk memerikan sifat ini seperti pada berikut;
10) Kemagnetan
Kemagnetan adalah sifat mineral terhadap daya tarik magnet. Dalam
determinasi mineral berdasarkan sifat kemagnetannya dibagi menjadi :
1. Ferromagnetik
Mineral dikatakan memiliki sifat ini jika mineral dengan mudah
tertarik oleh gaya magnet, seperti mineralMagnetit dan Phyrhotit.
2. Diamagnetik
Mineral dikatakan memiliki sifat ini jika tidak tertarik oleh gaya
magnet.
3. Paramagnetik
Mineral dikatakan memiliki sifat ini karena dapat tertarik oleh gaya
magnet tapi tidak sekuat ferromagnetik.
Alat tulis,
kaca pembesar,
Bagaimanakah granularitasnya?
Bagaimanakah kemasnya?
Bagaimanakah relasinya?
g. Tentukanlah nama batuan tersebut!
h. Sketsakanlah/fotolah sampel batuan dengan jelas!
i. Perkirakan lokasi/lingkungan pembentukan batuan tersebut!
j. Lakukan untuk hal yang sama untuk sampel batuan yang lain!
2.4 Dasar Teori
1. Batuan Beku
Batuan beku merupakan batuan yang berasal dari cairan magma yang
mengalami proses pendinginan atau pembekuan. Umumnya batuan ini
berada di dalam mantel atau kerak bumi.
Derajat kristalisasi
Batuan beku dengan hubungannya dengan kristal-kristal memiliki
tekstur kristal, dimana terdiri dari fragmen-fragmen clastik atau tekstur
piroklastik. Derajat kristalinitas terdiri dari tiga bagian yaitu (lampiran
ketiga):
1. Holokristalin : batuan yang tersusun seluruhnya oleh massa
kristal.
2. Hipokristalin : adalah batuan yang tersusun atas massa
kristal dan gelas
3. Holohyalin : adalah batuan yang tersusun atas seluruhnya
oleh massa
Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat
sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan
mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar. Umumnya dikenal 2
kelompok ukuran butir, yaitu afanitik dan fanerik.
1. Afanitik
Dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu kristal sangat halus,
sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang.
2. Fanerik
Kristal individu yang termasuk kristal fanerik dapat dibedakan
ukurannya :
a. Halus, ukuran diameter rata-rata kristal individu < 1 mm.
b. Sedang, ukuran diameter kristal 1 mm – 5 mm.
c. Kasar, ukuran diameter kristal 5 mm – 30 mm.
d. Sangat kasar, ukuran diameter kristal > 30 mm.
Kemas
Dalam kemas batuan beku meliputi bentuk kristal dan susunan
hubungan kristal dalam suatu batuan.
Bentuk Kristal
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam :
a) Euhedral, adalah bentuk Kristal dan butiran mineral mempunyai
bidang kristal yang sempurna.
b) Subhedral, adalah bentuk Kristal dan butiran mineral dibatasi oleh
sebagian bidang kristal yang sempurna.
c) Anhedral, adalah bentuk Kristal dan butiran mineral dibatasi oleh
sebagian bidang kristal yang tidak sempurna.
Relasi
Merupakan hubungan antar kristal satu dengan yang lain dalam suatu
batuan dari ukuran dikenal :
Granularitas atau Equigranular, yaitu mineral yang mempunyai
ukuran butir relatif seragam, terdiri dari :
- Panidimorphic granular yaitu sebagian besar mineral mempunyai
ukuran yang seragam dan euhedral.
- Hipidiomorfik granular terdiri dari mineral yang berukuran
butir relatif seragam dan subhedral.
- Allotiomorfik granular terdiri dari mineral yang sebagian besar
berukuran relatif seragam dan anhedral.
Alat tulis,
kaca pembesar,
Bagaimanakah kemasnya?
6) Tentukanlah nama batuan tersebut!
7) Sketsakanlah/fotolah sampel batuan dengan jelas!
8) Perkirakan lokasi/lingkungan pembentukan batuan tersebut!
9) Lakukan untuk hal yang sama untuk sampel batuan yang lain!
64 – 2 mm Lapilus
Kasar
2 – 0,04 mm Debu
Halus
o Piroklastik aliran
o piroklastik hembusan
Derajat pembundaran
Derajat Pemilahan (Sortasi)
Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun batuan
endapan / sedimen. Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan
sebagai berikut :
o Terpilah baik (well sorted). Kenampakan ini diperlihatkan oleh
ukuran besar butir yang seragam pada semua komponen batuan
sedimen.
o Terpilah buruk (poorly sorted). Merupakan kenampakan pada
batuan sedimen yang memiliki besar butir yang beragam dimulai
dari lempung hingga kerikil atau bahkan bongkah.
o Selain dua pengelompokan tersebut adakalanya seorang peneliti
menggunakan pemilahan sedang untuk mewakili kenampakan yang
agak seragam.
Kemas (Fabric)
o Kemas terbuka : Butiran tidak saling bersentuhan
o Kemas tertutup : Butiran saling bersentuhan satu dengan yang
lainnya.
BAB 4 BATUAN SEDIMEN
Alat tulis,
kaca pembesar,
o Bagaimanakah sortasi(pemilahannya)?
o Bagaimanakah kemasnya?
a) Ukuran Butir
Ukuran butir yang digunakan adalah skala Wenworth (1922),
yaitu :
b) Bentuk Butir
I. Tingkat kebundaran butir (roundness)
Tingkat kebundaran butir dipengaruhi oleh komposisi butir,
ukuran butir, jenis proses transportasi dan jarak transport
(Boggs,1987). Butiran dari mineral yang resisten seperti
kwarsa dan zircon akan berbentuk kurang bundar
dibandingkan butiran dari mineral kurang resisten seperti
feldspar dan pyroxene. Butiran berukuran lebih besar
daripada yang berukuran pasir. Jarak transport akan
mempengaruhi tingkat kebundaran butir dari jenis butir
yang sama, makin jauh jarak transport butiran akan makin
bundar.
Pembagian kebundaran :
1. Well rounded (membundar baik) Semua permukaan
konveks, hamper equidimensional, sferoidal.
2. Rounded (membundar) Pada umumnya permukaan-
permukaan bundar, ujung-ujung dan tepi butiran bundar.
3. Sub-rounded (membundar tanggung) Permukaan
umumnya datar dengan ujung-ujung yang membundar.
4. Sub-angular (menyudut tanggung) Permukaan pada
umumnya datar dengan ujung-ujung tajam.
5. Angular (menyudut) Permukaan konkaf dengan
ujungnya yang tajam.
6. Very angular (sangat menyudut) Permukaan
konkaf dengan ujungnya yang sangat tajam
c) Sortasi (Pemilahan)
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir
penyusun batuan sediment, artinya bila semakin seragam
ukurannya dan besar butirnya maka, pemilahan semakin baik.
Pemilahan yaitu keseragaman butir di dalam batuan sedimen
klastik. beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam
pemilahan batuan, yaitu :
1) Sortasi baik : bila besar butir merata atau sama besar
2) Sortasi sedang : bila ukuran butirnya relatif seragam
3) Sortasi buruk : bila besar butir tidak merata, terdapat
matrik dan fragmen
d) Kemas (Fabric)
Didalam batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas, yaitu
1) Kemas terbuka : bila butiran tidak saling bersentuhan
(mengambang dalam matrik).
2) Kemas tertutup : butiran saling bersentuhan satu sama lain
Graded-Bedding
Struktur Perlapisan Bergradasi (Graded-Bedding), memiliki ciri-
ciri ukuran butir penyusun batuan sedimen yang berubah secara
gradual, yaitu makin ke atas ukuran butir yang semakin halus,
dimana pada proses pembentukkannya butiran yang lebih besar
terendapkan terlebih dahulu sedangkan yang lebih halus
terendapkan di atasnya.
Lamination
LaminasiMerupakan Struktur Perlapisan (Bedding) dengan
ketebalan masing-masing lapisan (bed thickness) yang kurang
dari 1 cm.
Inverted Graded-Bedding
Normalnya, struktur graded-bedding memperlihatkan perubahan
gradual butiran yang semakin ke atas semakin halus. Akan tetapi
karena suatu pengaruh tertentu, perubahan gradual butiran yang
terbalik (makin ke bawah semakin halus) dapat terbentuk pada
suatu batuan sedimen dan menyebabkan suatu kenampakan
struktur Bergradasi Terbalik (Inverted Graded-Bedding).
Slump
Struktur Slump (luncuran), salah satu struktur batuan sedimen
yang berbentuk lipatan kecil meluncur ke bawah karena adanya
suatu pengangkatan pada suatu lapisan yang belum
terkonsolidasi sempurna.
Load Cast
Merupakan struktur batuan sedimen yang berupa lekukan di
permukaan ataupun bentukan tak beraturan karena pengaruh
suatu beban di atas batuan tersebut.
Flute Cast
Suatu struktur batuan sedimen yang berupa gerusan di
permukaan lapisan batuan karena pengaruh suatu arus.
Wash Out
Wash out adalah kenampakan struktur batuan sedimen sebagai
hasil dari erosi tiba-tiba karena pengaruh suatu arus kuat pada
permukaannya.
Stromatolite
Stromatolite adalah struktur lapisan batuan sedimen dengan
susunan berbentuk lembaran mirip terumbu yang terbentuk
sebagai hasil dari aktivitas cyanobacteria.
Tool Marks
Struktur ini hampir sama dengan flute cast, namun bentuk
gerusan pada permukaan/lapisan batuan sedimen diakibatkan
oleh gesekan benda/suatu objek yang terpengaruh arus.
Rain Print
Rain print atau rain marks merupakan suatu
kenampakan/struktur pada batuan sedimen akibat dari tetesan air
hujan.
Track
Seperti struktur trail, track merupakan kenampakan jejak berupa
tapak kaki suatu organisme.
Mud Cracks
Bentuk retakan-retakan (cracks) pada lapisan lumpur (mud) yang
umumnya berbentuk polygonal.
Flame Structure
Flame structure, kenampakan struktur yang seperti lidah/kobaran
api. Struktur ini dapat terbentuk ketika suatu sedimen yang
belum terlitifikasi sempurna terbebani oleh suatu lapisan
sedimen yang lebih berat di atasnya.
BAB 5 BATUAN METAMORFIK
Alat tulis,
kaca pembesar,
Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair,
dengan temperatur 200oC-6500C. Menurut Grovi (1931) perubahan dalam
batuan metamorf adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut
akan terbentuk kristal-kristal baru, begitupula pada teksturnya.Menurut H.
G. F. Winkler (1967), metamorfisme adealah proses yang mengubah
mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap kondisi
fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda
dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan
diagenesa.
a. Metamorfisme Lokal
Jenis ini penyebaran metamorfosanya sangat terbatas hanya beberapa
kilometer saja. Termasuk dalam tipe metamorfosa ini adalah:
Metamorfisme Kontak/Thermal
b. Metamorfisme Regional
Tipe metamorfosa ini penyebarannya sangat luas, dapat mencapai
beberapa ribu kilometer. Termasuk dalam tipe ini adalah:
Metamorfisme Regional Dinamotermal
Sering dikaitkan dengan jalur orogenesa. Kenyataan menunjukkan
bahwa pada jalur tersebut dijumpai penyebaran batuan metamorf
yang luas yang disebabkan oleh beberapa kali proses orogenesa.
Artinya bahwa beberapa diantaranya telah terbentuk oleh satu kali
atau lebih metamorfisme se.belumnya. Berbeda dengan
metamorfisme kontak, metamorfisme regional dinamotermal
berlangsung berkaitan dengan gerak-gerak penekanan ("penetrative
movement"). Hal ini dibuktikan dengan struktur sekistositas. Jika
metamorfisme termal terjadi pada tekanan rendah antara 100
sampai 1000 bar atau mencapai 3000 bar ( terjadi pada kedalaman
11 - 12 -km ), maka metamorfisme regional dinamotermal terjadi
dalam pengaruh tekanan antara, paling tidak 2000 sampai 10.000
bar. Hal ini akan memperlihatkan perbeqAan fabrik batuan pada
kedua metamorfisme tersebut. Suhu yang berpengaruh pada
keduanya umumnya sama dimulai diatas 150° C sampai maksimum
sekitar 800° C.
Metamorfisme Beban
Tidak berkaitan dengan orogenesa atau intrusi magma. Suatu
sedimen pada cekungan yang dalam akan terbebani oleh material
di atasnya. Suhunya, bahkan sampai pada kedalaman yang besar,
lebih rendah dibandingkan pada metamorfisme dinamotermal,
berkisar antara 400° - 45o°C. Gerak - gerak penetrasi yang
menghasilkan sekistositas hanya aktif secara setempat, jika tidak
biasanya tidak hadir. Oleh karena itu fabrik batuan asal tetap
tampak sedangkan yang berubah adalah komposisi mineraloginya.
Perubahan metamorfismenya tidak teramati secara megaskopis
tetapi hanya terlihat pada pengamatan sayatan tipisnya di bawah
mikroskop. Metamorfisme beban memperlihatkan batuan-
batuannya mengandung Seolit CaA1 laumontit dan lawsonit disatu
pihak dan mengandung glaukopan dan jadeit dipihak lain.
Keduanya terbentuk pada kondisi suhu yang dianggap sama,
perbedaan itu lebih cenderung diakibatkan oleh adanya tekanan
yang tinggi sampai sangat tinggi.
1. Struktur Foliasi
Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini
dapat terjadi karena adnya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-
lapisan (gneissoty), orientasi butiran (schistosity), permukaan belahan
planar (cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut (Jacson, 1970).
Struktur foliasi yang ditemukan adalah :
a. Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus
(mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar
yang sangat rapat, teratur dan sejajar. Batuannya disebut slate
(batusabak).
d.Gneissic/Gnissose
Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang
mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler
(feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral tabular atau prismatic
(mioneral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya tidak
menerus melainkan terputus-putus. Batuannya disebut gneiss.
Gambar Struktur Gneissic dan Sketsa Pembentukan Struktur
a Hornfelsic/granulose
Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular
dan umumnya berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels
(batutanduk)
c. Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa
kataklastik. Cirri struktur ini adalah mineralnya berbutir halus,
menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan belum terjadi
rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya disebut mylonite
(milonit).
Struktur Milonitic
d. Phylonitic
Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi
umumnya telah terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap
sutera pada batuan yang ,mempunyai struktur ini. Batuannya disebut
phyllonite (filonit).
o Relict/Palimset/Sisa
Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa
tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya nasih tampak pada
batuan metamorf tersebut.
o Kristaloblastik
Merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab proses
metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami
rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak. Penamaannya
menggunakan akhiran blastik.
“Lepidoblastik”,
mineral-mineral
pipih dan sejajar
“Nematoblastik”,
bentuk menjarum
dan sejajar
“Granoblastik”,
berbentuk butir
DAFTAR PUSTAKA
Wm.C.Brown: Dubuque