Anda di halaman 1dari 8

RESUME

SIFAT FISIK MINERAL

1. Pengenalan
Sifat-sifat fisik suatu mineral sangat diperlukan di dalam pengenalan
mineral secara megaskopis, yaitu mengenal dan menentukan mineral tanpa
pertolongan mikroskop atau lup. Dengan cara ini seseorang dapat menentukan
sekitar ratusan mineral. Sifat fisik mineral yang sering digunakan untuk
mendeterminasi/menentukan suatu mineral antara lain:
2. Warna
Warna adalah kemampuan mineral untuk menyerap cahaya dan
spektrum cahaya yang dipantulkan oleh mineral. Warna mineral dapat dibedakan
menjadi:
 Putih : Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O), Gypsum (CaSO4.H2O)
 Kuning : Belerang (S)
 Emas : Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Ema (Au)
 Hijau : Klorit ((Mg.Fe)5 Al(AlSiO3O10) (OH)), Malasit
(Cu CO3Cu(OH)2)
 Biru : Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))
 Merah : Jasper, Hematit (Fe2O3)
 Coklat : Garnet, Limonite (Fe2O3)
 Abu-abu : Galena (PbS)
 Hitam : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C)
3. Kekerasan
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Secara
relatif sifat fisik ini di tentukan menggunakan skala mosh. Berikut urutan
kekerasan berdasarkan skala mohs:
Skala Nama Mineral Rumus Kimia Alat Penguji
1 Talc H2Mg3 (SiO3)4
2 Gipsum CaSO4. 2H2O Tergores kuku
manusia
3 Kalsit CaCO3 Tergores koin
perunggu
4 Fluorit CaF2 Tergores paku
besi
5 Apatit CaF2Ca3 (PO4)2 Tergores kaca
6 Ortoklas K Al Si3 O8 Tergores pisau
lipat
7 Kuarsa SiO2 Tergores pisau
baja
8 Topas Al2SiO3O8 Tergores amplas
9 Korondum Al2O3
10 Intan C
Tabel 1
Kekerasan Mineral

Dalam menggunakan skala MOHS harus dimulai dari mineral yang


terkeras dan digoreskan pada bagian yang rata pada mineral yang akan
diselidiki. Sebagai pembanding juga dapat digunakan benda lain, seperti di
bawah ini :
KEKERASAN ALAT PENGUJI
2,5 Kuku Manusia
3 Kawat Tembaga
5,5 Pisau baja
5,5 - 6 Kaca
6–7 Kikir baja
8-9 Amplas (kasar)
Tabel 2
Cara Pengujian Kekerasan Secara Sederhana

4. Goresan/Cerat
Gores merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut
ditumbuk sampai halus. Gores ini dapat lebih dipertanggungjawabkan karena
stabil dan penting untuk membedakan 2 mineral yang warnanya sama tetapi
goresnya berbeda. Gores ini diperoleh dengan cara menggorekan mineral pada
permukaan keping porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan lebih
dari 6, maka dapat dicari dengan cara menumbuk sampai halus menjadi berupa
tepung. Warna serbuk, lebih khas dibandingkan dengan warna mineral secara
keseluruhan, sehingga dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi mineral
(Sapiie, 2006).
Mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna
putih. Contoh :
- Quartz = putih / tak berwarna
- Gypsum = putih / tak berwarna
- Calcite = tak berwarna
Mineral bukan logam (non metalic mineral) dan berwarna gelap akan
memberikan gores yang lebh terang daripada warna mineralnya sendiri. Contoh:
- Leucite = warna abu-abu / gores hitam.
- Dolomite = warna kuning sampai merah jambu /
gores putih
Mineral yang mempunyai kilap metallic kadang-kadang mempunyai warna
gores yang lebih gelap dari warna mineralnya sendiri. Contoh :
- Pyrite = warna kuning loyang / gores hitam
- Copper = warna merah tembaga / gores hitam
- Hematite = warna abu-abu kehitaman / gores merah
Pada beberapa mineral, warna dan gores sering menunjukkan warna
yang sama. Contoh :
- Cinnabar = warna dan gores merah
- Magnetite = warna dan gores hitam
- Azurite = warna dan gores biru
5. Kilap
Merupakan derajat kecerahan adalah kenampakan atau cahaya yang
dipantulkan oleh permukaan mineral saat terkena cahaya (Sapiie, 2006). Kilap
bergantung pada kualitas fisik permukaan (kehalusan dan transparansi). Kilap ini
secara garis besar dapat dibedakan menjadi jenis kilap logam dan non-logam:
a. Kilap Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai kilap atau
kilapan seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap logam:
 Gelena
 Pirit
 Magnetit
 Kalkopirit
 Grafit
 Hematit
b. Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:
 Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.
 Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.
 Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada
umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat,
misalnya pada asbes, alkanolit, dan gips.
 Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar
misalnya pada spharelit.
 Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun,
misalnya pada serpentin,opal dan nepelin.
 Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada
kaolin, bouxit dan limonit.
6. Belahan
Belahan sifat suatu mineral untuk pecah sepanjang satu atau lebih arah-
arah tertentu dalam bentuk teratur, umumnya sejajar dengan salah satu sisi
kristal. Belahan dibagi berdasarkan bagus tidaknya permukaan bidang belah.
Belahan Keterangan
Sempurna Bila bidang belahan sangat teratur.
Sulit untuk pecah dengan tidak
melalui bidang belah
Baik Bidang belahan teratur, tetapi tidak
sebaik sempurna; masih dapat
pecah pada arah lain
Jelas Bidang belahan jelas, tetapi tidak
begitu teratur; dapat pecah pada
arah lain dengan mudah
Tak Jelas Kemungkinan membelah melalui
bidang belahan/pecah melalui
permukaan pecahan ke segala
arah, akibat adanya tekanan
Tabel 3
Jenis-Jenis Belahan

7. Pecahan
Pecahan suatu permukaan yang berbentuk akibat pecahnya suatu
mineral dan umumnya tidak teratur. Pecahnya mineral tersebut
diakibatkan oleh adanya suatu gaya tekan yang bekerja pada suatu
mineral dan gaya tersebut melebihi batas elastisitas dan plastisitas
mineral tersebut.
Pecahan Keterangan
Conchoidal Pecah bergelombang melengkung
seperti kulit bawang atau botol
pecah
Hackly Pecah tajam-tajam seperti besi
pecah. Misal: Stibnit
Fibrous/Splintery Pecahan menunjukkan bentuk
seperti serat. Misal: Asbestos
Even Bidang pecah halus-halus kasar,
masih mendekati bidang datar.
Uneven Permukaan pecah kasar dan tidak
teratur seperti kebanyakan mineral.
Misal: Hematit
Tabel 4
Jeni-Jenis Pecahan

8. Bentuk Kristal
Bentuk kristal dapat berupa kristal tunggal atau rangkaian kristal, struktur
kristal tersebut berkembang pada saat penghabluran dari larutannya. Bentuk ini
mempunyai pola teratur pada sisi-sisinya dengan sudut aturannya dapat
digolongkan kedalam system mineral utama yang merupakan cirri setiap mineral.
 Isometrik, ketiga sumbu kristal terletak tegak lurus satu dengan yang lain
serta mempunyai panjang yang sama. Contoh: magnetit, pirit
 Ortorombik, tiga buah sumbu terletak tegak lurus sesamanya, panjang
ketiganya berbeda. Contoh: olivine, topas
 Triklin, tiga sumbu yang tidak sama panjangnya terletak tiga tegak lurus
sesamanya. Kedudukan salib sumbu dipilih sedemikian rupa sehingga
sumbu dengan sudut yang lebih dari 90o besarnya mengarah kejurusan
kita. Contoh: aksinit, rhodonit
 Tetragonal, jumlah sumbunya tiga buah. Dua buah sumbu mendatar
sama panjangnya sedangkan yang satunya tegak lurus dengan panjang
yang lain. Ketga-tiganya terletak tegak lurus sesamanya. Contoh: sirkon,
idokrass
 Monoklin, ketiga buah sumbu panjangnya tidak sama, diantara ketiga
sumbu yang tegak terletak tegak lurus pada sumbu mendatar,dan sumbu
ketiga yang bersudut lebih besar dari 90o tertuju pada kita. Contoh:
ortoklas, mika, gypsum
 Heksagonal, jumlah sumbunya empat buah. Tiga buah sumbu horizontal
yang sama panjangnya membuat sudut-sudut yang sama. Sumbu vertikal
mempunyai panjangyang berbeda. Contoh: kwarsa, kalsit
 Trigonal, memiliki tiga sumbu, satu sumbunya vertikal, satu horizontal
yang saling tegak lurus. Sumbu ketiga tidak tegak lurus terhadap dua
sumbu lainnya.
KESIMPULAN

Suatu jenis batuan selalu diperiksa atau diamati berdasarkan komposisi


mineral, dan teksturnya. Komposisi mineral dan tekstur dari batuan tersebut
termasuk sifat-sifat fisik dari mineral yang bisa dilihat dari warna, goresan, bentuk
kristal, kilap, belahan, kekerasan dll. Komposisi mineral dan tekstur ini digunakan
dalam penggolongan batuan. Nilai ekonomis suatu batuan sangat ditentukan
oleh kandungan mineral.
Dengan mengetahui sifat fisik mineral dari suatu batuan ini dapat
membantu kita dalam melakukan kegiatan survey dilapangan. Setiap batuan
memiliki kandungan mineral, sifat-sifat fisik, kemangnetan, tekstur dan lain-lain
yang berbeda-beda
DAFTAR PUSTAKA

 Tri Setyobudi, Prihatin, 2010, “SIFAT-SIFAT FISIK MINERAL”.


ptbudie.wordpress.com/2010/12/23/sifat-sifat-fisikmineral/. Diakses pada
tanggal 13 Maret 2013

 Islahuddin, Imam, 2011, “SIFAT FISIK MINERAL”.


geologist24.blogspot.com/2011/09/sifat-fisik-mineral.html. Diakses pada
tanggal 13 Maret 2013

 Takbir Halim, Muh, 2012, “SIFAT FISIK MINERAL”.


abbyminers.blogspot.com/2012/07/sifat-fisik-mineral.html. Diakses pada
tanggal 14 Maret 2013

 Aphiin, 7 Oktober, “SIFAT-SIFAT FISIK MINERAL”.


fileq.wordpress.com/2012/10/07/sifat-sifat-fisik-mineral/. Diakses pada
tanggal 14 Maret 2013

 Samuel, 2011, “SIFAT-SIFAT FISIK MINERAL”.


samuelmodeon.blogspot.com/2011/04/sifat-sifat-fisik-mineral.html.
Diakses pada tanggal 14 Maret 2013

Anda mungkin juga menyukai