Pendahuluan
Tujuan : Tujuan dari diadakannya praktikum petrologi adalah agar kami sebagai
mahasiswa Teknik Geologi dapat mengerti dan memahami cara pendiskripsian batuan
untuk mendapatka genesa batuan tersebut.
No Bahasan Tanggal
1 Pendeskripsian Batuan Beku Senin, 6 Juni 2016
2 Pendeskripsian Batuan Piroklasstik Selasa, 7 Juni 2016
3 Pendeskripsian Batuan Sedimen Klastik Rabu, 8 Juni 2016
4 Pendeskripsian Batuan Sedimen Non Klastik Kamis, 9 Juni 2016
5 Pendeskripsian Batuan Metamorf Senin, 13 Juni 2016
Tabel 1.1 Waktu Kegiatan Praktikum
Pada praktikum Petrologi kali ini, kami menggunakan metode praktikum aktif,
yaitu dimana seorang praktikan terlibat langsung dalam proses berjalannya
praktikum. Sehingga kami dapat menyusun laporan ini berdasarkan apa yang telah
kami lakukan selama Praktikum Petrologi. Dengan Tahapan kerja sebagai berikut,
Adapun alat dan bahan yang kami gunakan dalam praktikum geologi dasar kali
ini, antara lain;
Alat Bahan
Alat Tulis Sampel Batuan Beku
Buku Panduan Praktikum Petrologi Sampel Batuan Piroklastik
Komparator Sampel Batuan Sedimen Klastiik
Loop Sampel Batuan Sedimen Non Klastik
Pengukur Kekerasan Sampel Batuan Metamorf
Palu Geologi HcL
Lembar Deskripsi
Tabel 1.2 Alat dan Bahan
DASAR TEORI
I. Mineral Utama
Deret Bowen (Gambar 2.1 Bowen‘s Reaction Series) menggambarkan secara umum
urutan kristalisasi suatu mineral sesuai dengan penurunan suhu [bagian kiri] dan
perbedaan kandungan magma [bagian kanan], dengan asumsi dasar bahwa semua
magma berasal dari magma induk yang bersifat basa.
Bagan serial ini kemudian dibagi menjadi dua cabang; kontinyu dan diskontinyu.
Deret ini dibangun dari mineral feldspar plagioklas. Dalam deret kontinyu,
mineral awal akan turut serta dalam pembentukan mineral selanjutnya. Dari bagan,
plagioklas kaya kalsium akan terbentuk lebih dahulu, kemudian seiring penurunan
suhu, plagioklas itu akan bereaksi dengan sisa larutan magma yang pada akhirnya
membentuk plagioklas kaya sodium. Demikian seterusnya reaksi ini berlangsung
hingga semua kalsium dan sodium habis dipergunakan. Karena mineral awal terus
ikut bereaksi dan bereaksi, maka sangat sulit sekali ditemukan plagioklas kaya
kalsium di alam bebas.
Bermula dari cairan magma yang tererupsi, baik yang sampai ke permukaan
maupun yang tidak tererupsikan sampai ke permukaan yang kemudian mengalami
penghabluran, terkristalisasi dan mengalami litifikasi. Dimana batuan beku yang
terbentuk di dalam permukaan disebut dengan batuan beku intrusive sementara
batuan bekku yang terbentuk di luar permukaan disebut batuan beku ekstrusif.
Apabila batuan beku ini mengalami prosses pelapukan, tererosi kemudian
tertransportasi kemudian terdeposisi maka akan terbentuk sediment, dimana jika
sediment ini mengalami proses litifikasi yaitu sementasi dan kompaksi maka akan
terbentuk batuan sediment. Tetapi jika batuan beku dikenai perubahan suhu dan
perubahan tekanan yang melebihi batas resistensinya maka batuan beku akan berubah
menjadi batuan metamorf. Dari batuan sedimenpun jika terkena suhu dan tekanan
yang sangat tinggi maka batuan ini akan berubah pula menjadi batuan metamorf, dari
batuan metaorf, dari batuan metamorf jika mengalami pengangkatan dan terekspose
ke permukaan kemudian mengalami pelapukan, tererosi, tertranssportasi kemudian
terdeposisi dan terlitifikasi maka dapat berubah menjadi batuan sediment. Dan
Batuan beku batuan yang berasal dari cairan magma yang membeku akibat
mengalami proses pendinginan. Batuan beku terdiri atas Kristal-kristal mineral dan
terkadang mengandung gelas. Berdasarkan tempat kejadiannya, batuan beku terbagi
menjadi tiga, yaitu:
Dari segi warna, semakin gelap warna batuan beku tersebut, maka komposisinya
cenderung bersifat basa dan sebaliknya.. Dalam penamaan batuan beku secara
megaskopis didasarkan pada pengamatan
I. Struktur
Yang dapat dilihat dalam “hand specimen sample”, antara lain
- Granularitas
Granularitas dapat diartikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku.
Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
Fanerik atau fanerokristalin,
Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain
secara megaskopis dengan mata telanjang. Kristal - kristal jenis fanerik
ini dapat dibedakan menjadi:
o Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari
30 mm.
Afanitik
Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak bisa dibedakan dengan mata
telanjang sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur
afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya.
Dalam mengamati Kristal dari batuan beku digolongkan menjadi;
V. Komposisi Mineral
Penentuan komposisi mineral batuan (pada batuan beku) secara sederhana cukup
mempergunakan indeks warna dari kristal penyusun batuan. Atas dasar warna
mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
Mineral Felsik, yaitu mineral-mineral berwarna terang
Mineral Mafik, yaitu mineral-mineral berwarna gelap
Batuan piroklastik adalah batuan vulkanik yang bertekstur klastik yakni hasil
akibat oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan guunung api. Material
penyusun tersebut terendapkan dan terbatukan/ terkonsolidasikan sebelum mengalami
transportasi (reworked) oleh air atau es (Williams, 1982). Pada kenyataannya batuan
hasil kegiatan letusan gunung api dapat berupa aliran lava yang sebagaimana
diklasifikasikan dalam batuan beku, serta dapat pula berupa ledakan (eksplosif) dari
material yang bersifat fragmental dari semua bentuk padat, cair ataupun gas yang
terdapat dalam perut gunung.
a. Ukuran Butir
Ukuran butiran pada piroklastika tersebut merupakan salah satu criteria untuk
menamai batuan piroklastik tanpa mempertimbangkan cara terjadi endapan
piroklastik tersebut. Bisa kita lihat pada (Tabel 2.2 Matrik nama endapan dan batuan
piroklastik berdasarkan ukuran butirnya)
b. Mineral Ferromagnesian
Merupakan kelompok mineral yang kaya kandungan Fe dan Mg silikat yang
kadang-kadang disusul oleh Ca silikat. Mineral tersebut hadir berupa kelompok
Piroksen, mineral penting dalam batuan gunung api
Olivine, merupakan mineral yang kaya akan besi dan magnesium dan miskin
silika.
Hornblende, biasanya hadir dalam andesit
Biotit, merupakan mineral mika yang terdapat dalam batuan vulkanik
berkomposisi intermediet hingga asam.
d. Mineral Ubahan
Dalam batuan piroklastik mineral ubahan seringkali muncul saat batuan
terlapukkan atau terkena alterasi hydrothermal. Mineral tersebut, seperti : klorit,
epidot, serisit, limonit, montmorilonit dan lempung, kalsit.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat lithifikasi bahan rombakan
asal, maupun hasil denudasi atau hasil reaksi kimia maupun hasil kegiatan organisme.
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan
dari beberapa centimeter sampai kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus
sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam
batuan sedimen. Dibanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan
tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya merupakan 5% dari seluruh
batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini, batu gamping adalah
80%, batu pasir 5% dan batu lempung kira-kira 80%.
Kompaksi sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari
berat beban diatasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar
butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat.
Sementasi
Yaitu turunnya material-material diruang antar sedimen dan secara mengikat
butir-butir sedimen satu dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat
kelurusan larutan (permeabilitas relative) pada ruang antar butir makin besar.
Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang
berasal dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atau jauh sebelumnya.
Rekristalisasi umumnya terjadi pada pembentukan batuan karbonat.
Autigenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru dilingkungan diagenetik, sehingga adanya
mineral tersebut merupakan partikel baru dalam suatu sedimen. Mineral autigenik
ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat, silica, klorite, illite dan lain-
lain.
Metasomatisme
Yaitu pergantian mineral sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa
pengurangan volume asal. Contoh : dolomitisasi, sehingga dapat merusak bentuk
suatu batuan karbonat atau fosil.
A. Tekstur
Adalah suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir
serta susunannya (Pettijohn, 1975). Butiran tersusun dan terikat oleh semen dan
masih adanya rongga diantara butirnya. Pembentukannya dikontrol oleh media dan
cara transportasinya (Jackson, 1970, Reineck dan Singh, 1975). Pembahasan tekstur
meliputi :
B. Struktur
Struktur sedimen meripakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari batuan
sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi
pembentukannya. Pembentukannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun
segera setelah proses pengendapan (Pettijohn & Potter, 1964; koesoemadinata, 1981).
Dengan kata lain, struktur sedimen adalah kenampakan batuan sedimen dalam
dimensi yang lebih besar. Studi struktur paling baik dilakukan dilapangan (Pettijohn,
1975). Berdasarkan asalnya, struktur sedimen yang terbentuk dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam yaitu :
a. Struktur sedimen primer.
Terbentuk karena proses sedimentasi, dengan demikian dapat merefleksikan
mekanisasi pengendapannya, antara lain : perlapisan, gelembur gelombang,
perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun dan lain-lain.
Macam-macam perlapisan :
Massif, bila menunjukkan struktur dalam, atau ketebalan lebih dari 120 cm
(Mc. Kee 7 Weir, 1953).
Perlapisan sejajar, bila bidang perlapisan saling sejajar.
Laminasi, perlapisan sejajar yang ukuran atau ketebalannya lebih kecil dari
lem. Terbentuk dari suspensi tanpa energi mekanis.
Perlapisan pilihan, bila perlapisan disusun atas butiran yang berubah teratur
dari halus ke kasar pada arah vertikal terbentuk dari arus pekat.
Perlapisan silang siur, perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang
perlapisan yang berada diatas atau dibawahnya dan dipisahkan oleh bidang
erosi, terbentuk akibat intensitas arus yang berubah-ubah.
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti molusca, cacing atau
binatang lainnya, antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan dan lain-lain.
C. Ukuran Butir
Pemerian ukuran butir didasarkan pada skala Wentworth, 1922 adalah sebagai berikut
Nama butir Besar butir (mm)
Bongkah 256-64
Brakal 64-4
Krakal 4-2
Pasir sangat kasar 2-1
Pasir sedang 1-1/2
1 2
Pasir halus / -1/4
1 4
Pasir sangat halus / -1/8
Lanau 1/16-1/256
Lempung 1/256
D. Pemilahan
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun sedimen,
artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya, maka pemilahan semakin
baik. Dalam pemilahan dipakai batasan-batasan sebagai berikut :
E. Kebundaran
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingya butiran dimana sifat ini
hanya bisa diamati pada batuan sedimen klasik kasar. Kebundaran dapat dilihat dari
bentuk batuan yang terdapat dalam batuan tersebut. Tentunya terdapat banyak sekali
variasi dari bentuk batuan, akan tetapi untuk mudahnya dipakai perbandingan sebagai
berikut :
Fragmen adalah bagian butiran yang ukurannya paling besar dan dapat berupa
pecahan-pecahan batuan, mineral dan cangkang-cangkang fosil atau zat
organik lainnya.
Matriks adalah bagian butiran yang ukurannya lebih kecil dari fragmen dan
terletak diantara fragmen massa dasar. Matriks dapat berupa batuan, mineral
atau fosil.
Semen, bukan butir tetapi material pengisi rongga antar butir dan bahan
pengikat diantara fragmen dan matriks. Biasanya berbentuk amorf atau
kristalin. Bahan-bahan semen yang lazim adalah :
o Semen karbonat (kalsit, dolomit).
o Semen silika (kalsedon, kwarsa).
o Semen oksida besi (limonit, hematite, siderite).
G. Kemas
Didalam batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas, yaitu :
A. Tekstur
b. Amorf
Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal atau amorf (non
kristalin).
B. Struktur
Struktur batuan sedimen non klastik terbentuk dari proses reaksi kimia ataupun
kegiatan organik. Macam-macam struktur antara lain :
C. Komposisi mineral
Batuan karbonat adalah batuan dedimen dengan komposisi yang dominan (>
50%) terdiri dari mineral-mineral atau garam-garam karbonat, yang dalam prakteknya
secara umum meliputi batugamping dan dolomite. Proses pembentukannya dapat
terjadi secara insitu berasal dari larutan yang mengalami proses kimia maupun
biokimia dimana organisme turut berperan, dapat terjadi dari butiran rombakan yang
mengalami transportasi secara mekanik dan diendapkan ditempat lain. Seluruh proses
tersebut berlangsung pada lingkungan air laut, jadi praktis berbeda detritus asal darat.
Adalah batuan yang terbentuk karena adanya proses ubahan dari batuan asal, baik
batuan beku, batuan sedimen maupun batuan matamorf itu sendiri oleh suatu proses
metamorfisme. Proses metamorfisme adalah proses dimana batuan asal mengalami
penambahan tekanan (P) atau tempratur (T) atau kenaikan P dan T secara bersamaan.
Proses ini berlangsung dari fase padat ke fase padat tanpa melalui fase cair atau
sering disebut sebagai proses isokimia, dimana komposisi kimia batuan tidak
berubah, yang berubah adalah susunan mineraloginya.
a) Rekristalisasi
b) Reorentasi
I. Tipe Metemorfisme
Meliputi:
1. Metamorfisme Kontak/ Termal
Metamorfosa kontak Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan
temperatur yang tinggi, dan biasanya jenis ini ditemukan pada kontak antara
tubuh intrusi magma/ekstrusi dengan batuan di sekitarnya dengan lebar 2 – 3
km. Salah satu contohnya pada zona intrusi yang dapat menyebabkan
pertambahan suhu pada daerah disekitar intrusi.
2. Metamorfisme Dinamo/ Dislokasi/ Kataklastik
Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Tekanan yang
berpengaruh disini ada dua macam, yaitu: hidrostatis, yang mencakup ke
segala arah; dan stress, yang mencakup satu arah saja. Makin dalam ke arah
kerak bumi pengaruh tekanan hidrostatika semakin besar. Sedangkan tekanan
pada bagian kulit bumi yang dekat dengan permukaan saja, metamorfosa
semacam ini biasanya didapatkan di daerah sesar/patahan
3. Metamorfisme Regional/ Dinamo termal
Metamorfosa regional/dinamothermal Terjadi pada kulit bumi bagian dala,
dimana (Pada geosinklin yang dasarnya mengalami tumbukan lempeng pada
Subduction Zone). Faktor yang mempengaruhi adalah temperatur dan tekanan
yang tinggi.
A. Struktur Foliasi
apabila pada batuan metamorf terlihat adanya penjajaran mineral. Struktur foliasi
dibagi menjadi :
B. Struktur Non-Foliasi
Granulose/ hornfelsik
Tidak mempunyai belahan
Merupakan mosaic yang terdiri dari mineral equidimensional
Kataklastik
Terdiri dari pecahan-pecahan/ fragmen-fragmen batuan mineral
Milonitik
A. Tekstur Homeoblastik
B. Tekstur Heteroblastik
Apabila batuan terdiri lebih dari satu tmineral/ kombinasi dari tekstur homeoblastik
B. Mineral Antistress
Terbentuk bukan dalam kondisi tekanan, hanya suhu yang bekerja
Bentuknya umumnya equidimensional
Mudah rapuh.
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Sapto Heru Yuwantoro, S.Si, MT, 2014, Buku Panduan Praktikum Petrologi,
Laboratorium Geologi Dinamik, Jurusa Teknik Geologi, Institut Teknologi Adhi
Tama Surabaya.
Handoko Teguh Wibowo, ST, 2006. Buku Panduan Pratikum Geologi Dasar Dan
Geologi Fisik-Dinamik, Laboratorium Geologi Dinamik, Jurusa Teknik Geologi,
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
Yansah Oktriono Putra, ST, 2014. Buku Panduan Praktiku Petrologi, Laboratorium
Geologi Dinamik, Jurusa Teknik Geologi, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.