Anda di halaman 1dari 36

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Praktikum Petrologi dilaksanakan untuk melengkapi dan mengimplementasikan


teori dengan praktik, yang diberikan pada perkuliahan Petrologi di Jurusan Teknik
Geologi Institut Teknologi Adhi Tama Suabaya (ITATS). Selain itu untuk kegiatan
praktikum ini merupakan sarana meningkatkan standart kompetensi dari mahasiswa
untuk menyelaraskan antara teori dan praktik.
Petrologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang mempelajari
batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf, asal mula pembentukan batuan,
pembentuk kulit bumi, serta penyebarannya baik didalam maupun dipermukaan
bumi, mencakup aspek deskripsi dan aspek genesa-interpretasi. Batuan didefinisikan
sebagai semua bahan yang menyusun kerak bumi dan merupakan suatu agregat
mineral-mineral yang telah mengkristal. Aspek pemberian nama antara lain meliputi
warna, tekstur, struktur, komposisi, berat jenis, kekerasan, porositas, permebilitas dan
klasifikasi atau penamaan batuan. Aspek genesa – interpretasi mencakup tentang
sumber asal (“source”) hingga proses atau cara terbentuknya batuan. Dalam arti
sempit, yang tidak termasuk batuan adalah tanah dan bahan lepas lainnya yang
merupakan hasil pelapukan kimia, fisika maupun biologis, serta proses erosi dari
batuan. Namun dalam arti luas tanah hasil pelapukan dan erosi tersebut termasuk
batuan.
Batuan sebagai agregat mineral pembentuk kulit bumi secara genesa dapat
dikelompokkan menjadi beberapa jenis batuan, yaitu :
 Batuan Beku
 Batuan Piroklastik
 Batuan Sedimen Klastik

Laporan Praktikum Petrologi Page 1


 Batuan Sedimen Non Klastik
 Batuan Metamorf

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud : Maksud dari diadakannya praktikum petrologi adalah sebagai syarat


kelulusan mata kuliah Petrologi di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Mineral
Kelautan, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.

Tujuan : Tujuan dari diadakannya praktikum petrologi adalah agar kami sebagai
mahasiswa Teknik Geologi dapat mengerti dan memahami cara pendiskripsian batuan
untuk mendapatka genesa batuan tersebut.

1.3 Waktu dan Lokasi

Praktikum geologi struktur diadakan di Laboratorium Geologi Dinamik, Fakultas


Teknologi Mineral Kelautan, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya pada tanggal
dan waktu:

No Bahasan Tanggal
1 Pendeskripsian Batuan Beku Senin, 6 Juni 2016
2 Pendeskripsian Batuan Piroklasstik Selasa, 7 Juni 2016
3 Pendeskripsian Batuan Sedimen Klastik Rabu, 8 Juni 2016
4 Pendeskripsian Batuan Sedimen Non Klastik Kamis, 9 Juni 2016
5 Pendeskripsian Batuan Metamorf Senin, 13 Juni 2016
Tabel 1.1 Waktu Kegiatan Praktikum

1.4 Metode Penelitian

Pada praktikum Petrologi kali ini, kami menggunakan metode praktikum aktif,
yaitu dimana seorang praktikan terlibat langsung dalam proses berjalannya
praktikum. Sehingga kami dapat menyusun laporan ini berdasarkan apa yang telah
kami lakukan selama Praktikum Petrologi. Dengan Tahapan kerja sebagai berikut,

Laporan Praktikum Petrologi Page 2


1. Pemaparan materi batuan oleh assisten dosen
2. Menyiapkan Alat dan Bahan
3. Mendeskripsikan batuan beku, piroklasti, sedimen, dan metamorf secara kasat
mata dengan langkah-langkah yang sudah ditentukan
4. Menentukan nama batuan beserta genesanya
5. Menulis hasil pendeskripsian batuan pada form Lembar Deskripsi Batuan
6. Menggambar sketsa batuan yang telah di deskripsikan

1.5 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang kami gunakan dalam praktikum geologi dasar kali
ini, antara lain;

Alat Bahan
Alat Tulis Sampel Batuan Beku
Buku Panduan Praktikum Petrologi Sampel Batuan Piroklastik
Komparator Sampel Batuan Sedimen Klastiik
Loop Sampel Batuan Sedimen Non Klastik
Pengukur Kekerasan Sampel Batuan Metamorf
Palu Geologi HcL
Lembar Deskripsi
Tabel 1.2 Alat dan Bahan

Laporan Praktikum Petrologi Page 3


BAB II

DASAR TEORI

2.1 Mineral Pembentuk Batuan

Komposisi mineral pembentuk batuan dikelompokkan menjadi tiga kelompok


mineral, yaitu:

I. Mineral Utama

Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan kehadirannya


sangat menentukkan dalam penamaan batuan. mineral utama dapat dilihat dari deret
bowen series(1928).

Deret Bowen (Gambar 2.1 Bowen‘s Reaction Series) menggambarkan secara umum
urutan kristalisasi suatu mineral sesuai dengan penurunan suhu [bagian kiri] dan
perbedaan kandungan magma [bagian kanan], dengan asumsi dasar bahwa semua
magma berasal dari magma induk yang bersifat basa.

Bagan serial ini kemudian dibagi menjadi dua cabang; kontinyu dan diskontinyu.

Continuous branch [deret kontinyu]

Deret ini dibangun dari mineral feldspar plagioklas. Dalam deret kontinyu,
mineral awal akan turut serta dalam pembentukan mineral selanjutnya. Dari bagan,
plagioklas kaya kalsium akan terbentuk lebih dahulu, kemudian seiring penurunan
suhu, plagioklas itu akan bereaksi dengan sisa larutan magma yang pada akhirnya
membentuk plagioklas kaya sodium. Demikian seterusnya reaksi ini berlangsung
hingga semua kalsium dan sodium habis dipergunakan. Karena mineral awal terus
ikut bereaksi dan bereaksi, maka sangat sulit sekali ditemukan plagioklas kaya
kalsium di alam bebas.

Laporan Praktikum Petrologi Page 4


Bila pendinginan terjadi terlalu cepat, akan terbentuk zooning pada plagioklas
[plagioklas kaya kalsium dikelilingi plagioklas kaya sodium].

Discontinuous branch [deret diskontinyu]

Deret ini dibangun dari mineral ferro-magnesian sillicates. Dalam deret


diskontinyu, satu mineral akan berubah menjadi mineral lain pada suhu tertentu
dengan melakukan melakukan reaksi terhadap sisa larutan magma. Bowen
menemukan bahwa pada suhu tertentu, akan terbentuk olivin, yang jika diteruskan
akan bereaksi kemudian dengan sisa larutan magma, membentuk pyroxene. Jika
pendinginan dlanjutkan, akan dikonversi ke pyroxene,dan kemudian biotite [sesuai
skema]. Deret ini berakhir ketika biotite telah mengkristal, yang berarti semua besi
dan magnesium dalam larutan magma telah habis dipergunakan untuk membentuk
mineral.
Bila pendinginan terjadi terlalu cepat dan mineral yang telah ada tidak sempat
bereaksi seluruhnya dengan sisa magma, akan terbentuk rim [selubung] yang tersusun
oleh mineral yang terbentuk setelahnya.

Berdasarkan warna mineral, dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:


 Mineral Felsik ( mineral-mineral berwarna terang )

 Kelompok Plagioklas ( Anortit, bitownit, Labradorit, Andesin, oligoklas, Albit)


 kelompok Alkali Feldspar (ortoklas, Mikrolin, Anortoklas, Sanidin)
 Kelompok Feldspatoid (Leusit, Nefelin, Sodalit)
 Kuarsa
 Muskovit

Kelompok plagioklas dan kelompok alkali feldspar sering disebut kelompok


feldspar. catatan : Tidak semua mineral felsik berwarna terang tetapi ada mineral
felsik yang berwarna gelap yaitu, obsidian. Mineral yang berwarna terang disebabkan
banyaknya kandungan SiO2 dan jarang mengandung Fe dan Mg

Laporan Praktikum Petrologi Page 5


 Mineral Mafik (mineral yang berwarna gelap)

 Olivin (Forsterite dan Fayalite)


 Piroksen, dibagi menjadi dua kelompok yaitu Orto Piroksen (Piroksen tegak)
dan klino piroksen (piroksen miring). Orto piroksen antara lain; Enstatite dan
Hypersten. Klino piroksen antara lain; Diopsit, Augit, Pigeonit, Aigirin,
Spodemen, Jadeit.
 Amfibol (Hornblande, Labprobolit, Riebeokit, Glukofan)
 Biotit.

Gambar 2.1 Bowen‘s Reaction Series

Laporan Praktikum Petrologi Page 6


II. Mineral Tambahan

Adalah mineral-mineral yang terbentuk oleh kristalisasi magma, terdapat dalam


jumlah yang sedikit (kurang dari 5%). kehadirannya tidak menentukan nama batuan.
Contoh dari mineral tambahan ini antara laian : ZIRKON, MAGNESIT, HEMATIT,
PYRIT, RUTIL APATIT, GARNET,SPHEN.

III. Mineral Sekunder

Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil


pelapukan, reaksi hidrotermal maupun hasil metamorfosisme terhadap mineral utama.
contoh dari mineral sekunder antara lain; SERPENTIN, KALSIT, SERISIT,
KALKOPIRIT, KAOLIN, KLORIT, PIRIT

2.2 Siklus Batuan

Bermula dari cairan magma yang tererupsi, baik yang sampai ke permukaan
maupun yang tidak tererupsikan sampai ke permukaan yang kemudian mengalami
penghabluran, terkristalisasi dan mengalami litifikasi. Dimana batuan beku yang
terbentuk di dalam permukaan disebut dengan batuan beku intrusive sementara
batuan bekku yang terbentuk di luar permukaan disebut batuan beku ekstrusif.
Apabila batuan beku ini mengalami prosses pelapukan, tererosi kemudian
tertransportasi kemudian terdeposisi maka akan terbentuk sediment, dimana jika
sediment ini mengalami proses litifikasi yaitu sementasi dan kompaksi maka akan
terbentuk batuan sediment. Tetapi jika batuan beku dikenai perubahan suhu dan
perubahan tekanan yang melebihi batas resistensinya maka batuan beku akan berubah
menjadi batuan metamorf. Dari batuan sedimenpun jika terkena suhu dan tekanan
yang sangat tinggi maka batuan ini akan berubah pula menjadi batuan metamorf, dari
batuan metaorf, dari batuan metamorf jika mengalami pengangkatan dan terekspose
ke permukaan kemudian mengalami pelapukan, tererosi, tertranssportasi kemudian
terdeposisi dan terlitifikasi maka dapat berubah menjadi batuan sediment. Dan

Laporan Praktikum Petrologi Page 7


apabila batuan metamorf yang masih di bawah permukaan ini terkena proses
peleburan atau pelelehan dengan suhu yang sangat tinggi maka akan kembali menjadi
magma.

Gambar 2.2 Siklus Batuan

2.3 Batuan Beku

Batuan beku batuan yang berasal dari cairan magma yang membeku akibat
mengalami proses pendinginan. Batuan beku terdiri atas Kristal-kristal mineral dan
terkadang mengandung gelas. Berdasarkan tempat kejadiannya, batuan beku terbagi
menjadi tiga, yaitu:

 Batuan Beku Vulkanik, batuan yang merupakan hasil proses vulkanisme,


produknya biasanya mempunyai ukuran kristal yang relative halus karena
membeku dipermukaan atau di dekat permukaan bumi.
 Batuan beku plutonik, terbentuk dari proses pembekuan magma yang jauh
didalam bumi, mempunyai kristal yang berukuran kasar.

Laporan Praktikum Petrologi Page 8


 Batuan beku hipabisal, yang merupakan produk intrusi minor, mempunyai kristal
berukuran sedang atau campuran antara halus dan kasar

Berdasarkan komposisi kimmianya, batuan bekku dibagi menjadi lima kelompok,


yaitu:

 Batuan beku ultra basa


 Batuan beku basa
 Batuan beku menengah
 Batuan beku asam
 Batuan beku alkali

Dari segi warna, semakin gelap warna batuan beku tersebut, maka komposisinya
cenderung bersifat basa dan sebaliknya.. Dalam penamaan batuan beku secara
megaskopis didasarkan pada pengamatan

I. Struktur
Yang dapat dilihat dalam “hand specimen sample”, antara lain

 Masif, Tidak menunjukan adanya ubang ataupun struktur aliran


 Vesikuler, Berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada saat
proses pembekuan magma. Struktur ini terbagi menjadi dua, yaittu
 Pumice, jika arah lubangnya teratur
 Scoria, jika arah lubangnya tidak terartur
 Amigdaloidal, Lubang-lubang gas yang kemudian terisi oleh mineral sekunder
(biasanya mineral karbonat/silica, misalnya kalsit)
 Xenolitis, Struktur yang memperlihatkan adanya fragmen atau pecahan
batuan lain yang masuk dalam batuan yang menginstrusi

Laporan Praktikum Petrologi Page 9


II. Tekstur
Adalah hubungan antar mineral-mineral sebagai bagian dari danantara
mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan.
Tekstur Pada batuan beku dikelompokan menjadi dua, yaitu Drajat Kristalisasi
dan Granlaritas

- Derajat Kristalisasi atau Kristalinitas.


Terdiri dari:
 Holokristalin : dimana semuanya tersusun oleh kristal.
 Hipokristalin : apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
 Holohialin : alapabia yang semuanya tersusun dari massa gelas.

- Granularitas
Granularitas dapat diartikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku.
Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
 Fanerik atau fanerokristalin,
Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain
secara megaskopis dengan mata telanjang. Kristal - kristal jenis fanerik
ini dapat dibedakan menjadi:
o Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
 Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.
 Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.
 Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari
30 mm.
 Afanitik
Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak bisa dibedakan dengan mata
telanjang sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur
afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya.
Dalam mengamati Kristal dari batuan beku digolongkan menjadi;

Laporan Praktikum Petrologi Page 10


 Phaneritic : dapat dilihat dengan mata biasa
 Aphanitic : sulit dibedakan dengan mata biasa
 Porphyritic : terdiri dari fanerik dan afanitic
 Glassy : massa gelas
 Cellular : ada gas yang menggelembung
 Fragmental: fragmen terdiri dari hasil ledakan gunung api

III. Bentuk Kristal


Bentuk kristal merupakan sifat dari suatu kristal dalam batuan. Digolongkan
menjadi:
 Euhedral, jika batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang Kristal
 Subhedral, jika sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi
 Anhedral, jika mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli

IV. Hubungan Antar Kristal


Hubungan antara kristal atau mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu
batuan. hubungan antar krisak dapat dibagi menjadi beberapa golongan:
 Panidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral - mineral yang euhedral
 Hipidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral - mineral yang subhedral
 Allotriomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral - mineral yang anhedral

V. Komposisi Mineral
Penentuan komposisi mineral batuan (pada batuan beku) secara sederhana cukup
mempergunakan indeks warna dari kristal penyusun batuan. Atas dasar warna
mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
 Mineral Felsik, yaitu mineral-mineral berwarna terang
 Mineral Mafik, yaitu mineral-mineral berwarna gelap

Laporan Praktikum Petrologi Page 11


2.4 Batuan Piroklastik

Batuan piroklastik adalah batuan vulkanik yang bertekstur klastik yakni hasil
akibat oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan guunung api. Material
penyusun tersebut terendapkan dan terbatukan/ terkonsolidasikan sebelum mengalami
transportasi (reworked) oleh air atau es (Williams, 1982). Pada kenyataannya batuan
hasil kegiatan letusan gunung api dapat berupa aliran lava yang sebagaimana
diklasifikasikan dalam batuan beku, serta dapat pula berupa ledakan (eksplosif) dari
material yang bersifat fragmental dari semua bentuk padat, cair ataupun gas yang
terdapat dalam perut gunung.

2.4.1 Komponen Penyusun Batuan Piroklastik


Fisher, 1984 dan Williams, 1982 mengelompokan material-material penyusun batuan
piroklastik menjadi :

a. Kelompok Material Esensial (Juvenil)


Material yang langsung dari magma yang diletuskan baik yang tadinya berupa
padatan atau cairan serta buih magma. Masa yang tadinya berupa padatan akan
menjadi blok piroklastik, masa cairan akan segera membeku selama diletuskan dan
cenderung membentuk bom piroklastik dan buih magma akan menjadi batuan yang
porous dan sangat ringan, dikenal dengan batuapung (pumice).

b. Kelompok Material Asesori (Cognate)


Material yang berasal dari endapan letusan sebelummnya dari gunung api
yang sama atau tubuh vulkanik yang lebih tua.

c. Kelompok Asidental (Bahan Asing)


Material hamburan dari batuan dasar yang lebih tua di bawah gunung api
tersebut, terutama adalah batuan dinding di sekitar leher vulkanik. Batuannya dapat
berupa batuan beku, endapan maupun batuan ubahan.

Laporan Praktikum Petrologi Page 12


Batuan sedimen Batuan sedimen
Ukuran butir Batuan
vulkanik bercampur
(mm) Piroklastik
epiklastik dengan piroklastik
Aglomerat atau Breksi Vulkanik
Breksi Tufan atau
Breksi Piroklastik atau Konglomerat
64 Konglomerat Tufan
Batu Lapili Vulkanik
2
Batu Pasir Batu Pasir Tufan
0,06
Vulkanik
Batu Lanau Batu Lanau Tufan
0,004 Tuff
Vulkanik
Batu Lempung Batu Lempung
Vulkanik Tufan
Tabel 2.1 Kesetaraan Penamaan batuan piroklastik, vulkanik epiklastik dan sedimen

2.4.2 Struktur dan Tekstur Batuan Piroklastik


Seperti halnya batuan vulkanik lainnya, batuan piroklastik mempunyai
struktur vesikuler, scoria dan amygdaloidal. Jika klastika pijar dilemparkan ke udara
dan kemudian terendapkan dalam kondisi masih panas, memiliki kecenderungan
mengalami pengelasan antara klastika satu dengan yang lainnya. Struktur tersebut
dikenal dengan pengelasan atau welded.

a. Ukuran Butir
Ukuran butiran pada piroklastika tersebut merupakan salah satu criteria untuk
menamai batuan piroklastik tanpa mempertimbangkan cara terjadi endapan
piroklastik tersebut. Bisa kita lihat pada (Tabel 2.2 Matrik nama endapan dan batuan
piroklastik berdasarkan ukuran butirnya)

Laporan Praktikum Petrologi Page 13


Nama endapan Piroklastik
Ukuran
Bentuk butir Nama klastika Belum
butir (mm) Terbatukan
terbatukan
Membulat Bom Tepra bom Aglomerat
64 Breksi
Runcing Blok Tepra blok
piroklastik
2 2 – 64 Lapillus Tepra lapilli Batulapili
0,04 – 2 Kasar Debu kasar Tuff kasar
0,04 Debu
< 0,04 Halus Debu halus Tuff halus
Tabel 2.2 Matrik nama endapan dan batuan piroklastik berdasarkan ukuran butirnya
Ada tiga cara kejadian endapan piroklastik, pengendapan yang dikarenakan
gaya beratnya dikenal dengan piroklastik jatuhan. Jenis piroklastik ini umum terjadi
di setiap gunung api. Struktur dan teksturnya menyerupai batuan endapan. Dua
kelompok piroklastik yang lain adalah piroklastik yang lain adalah piroklastik aliran
dan piroklastik hembusan.

b. Derajad Pembundaran (Roundness)


Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi butiran
pada batuan Sedimen Klastik Sedang sampai Kasar.
Kebundaran dibagi menjadi :
 Membulat Sempurna (Well Rounded), hamper semua permukaan cembung
(equidimensional)
 Membundar (Rounded), umumnya memiliki permukaan bundar, ujung-ujung dan
tepi butiran cekung.
 Agak Membundar (Subrounded), permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung
yang membundar.
 Agak menyudut (Sub Angular), permukaan datar dengan ujung-ujung yang tajam.
 Menyudut (Angular), permukaan kasar dengan ujung-ujung butir runcing dan
tajam.

Laporan Praktikum Petrologi Page 14


c. Derajad Pemilahan (Sorting)
Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyususn batuan endapan
/ sedimen, dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan sebagai berikut :
 Terpilah baik (well sorted), kenampakan ini diperlihatkan oleh ukuran besar
butir yang seragam pada semua komponen batuan sedimen.
 Terpilah buruk (poorly sorted) merupakan kenampakan pada batuan sedimen
yan memiliki besar butir yang beragam dimulai dari lempung hingga kerikil
atau bahkan bongkah.
 Selain dua pengelompokan tersebut ada kalanya seorang peneliti
menggunakan pemilahan sedang untuk mewakili kenampakan yang agak
seragam

2.4.3 Komposisi Mineral Batuan Piroklastik


a. Mineral-mineral Sialis
Mineral-mineral sialis terdiri dari :
 Kuarsa (SiO2), ditentukan hanya pada batuan gunung api yang kaya
kandungan silika atau bersifat asam.
 Feldspar, baik alkali maupun kalsium feldspar (Ca)
 Feldspatoid, merupakan kelompok mineral yang terjadi jika kondisi larutan
magma dalam keadaan tidak atau kurang jenuh silika.

b. Mineral Ferromagnesian
Merupakan kelompok mineral yang kaya kandungan Fe dan Mg silikat yang
kadang-kadang disusul oleh Ca silikat. Mineral tersebut hadir berupa kelompok
 Piroksen, mineral penting dalam batuan gunung api
 Olivine, merupakan mineral yang kaya akan besi dan magnesium dan miskin
silika.
 Hornblende, biasanya hadir dalam andesit
 Biotit, merupakan mineral mika yang terdapat dalam batuan vulkanik
berkomposisi intermediet hingga asam.

Laporan Praktikum Petrologi Page 15


c. Mineral Tambahan
Yang sering hadir adalah ilmenit dan magnetit, keduanya merupakan mineral
bijih, selain itu seringkali didapati mineral senyawa sulfide atau sulfur murni.

d. Mineral Ubahan
Dalam batuan piroklastik mineral ubahan seringkali muncul saat batuan
terlapukkan atau terkena alterasi hydrothermal. Mineral tersebut, seperti : klorit,
epidot, serisit, limonit, montmorilonit dan lempung, kalsit.

2.5 Batuan Sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat lithifikasi bahan rombakan
asal, maupun hasil denudasi atau hasil reaksi kimia maupun hasil kegiatan organisme.
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan
dari beberapa centimeter sampai kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus
sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam
batuan sedimen. Dibanding dengan batuan beku, batuan sedimen hanya merupakan
tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya merupakan 5% dari seluruh
batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini, batu gamping adalah
80%, batu pasir 5% dan batu lempung kira-kira 80%.

Penggolongan dan Penamaan

Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen telah dikemukakan oleh


para ahli, baik berdasarkan genetik maupun deskriptif. Secara genetik disimpulkan
dua golongan (Pettijohn 1975 dan W.T. Huang, 1962) :

I. Batuan Sedimen Klastik


Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari
pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa
batuan beku, metamorf dan sedimen itu sendiri. Fragmentasi batuan asal tersebut

Laporan Praktikum Petrologi Page 16


dimulai dari pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan
tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan. Setelah pengendapan
berlangsung, sedimen mengalami diagenesa, yakni proses perubahan-perubahan yang
berlangsung pada temperatur rendah suatu sedimen, selama dan sesudah lithifikasi ini
merupakan proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras.

 Kompaksi sedimen
Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari
berat beban diatasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar
butir yang satu dengan yang lain menjadi rapat.

 Sementasi
Yaitu turunnya material-material diruang antar sedimen dan secara mengikat
butir-butir sedimen satu dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat
kelurusan larutan (permeabilitas relative) pada ruang antar butir makin besar.

 Rekristalisasi
Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang
berasal dari pelarutan material sedimen selama diagenesa atau jauh sebelumnya.
Rekristalisasi umumnya terjadi pada pembentukan batuan karbonat.

 Autigenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru dilingkungan diagenetik, sehingga adanya
mineral tersebut merupakan partikel baru dalam suatu sedimen. Mineral autigenik
ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat, silica, klorite, illite dan lain-
lain.

 Metasomatisme
Yaitu pergantian mineral sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa
pengurangan volume asal. Contoh : dolomitisasi, sehingga dapat merusak bentuk
suatu batuan karbonat atau fosil.

Laporan Praktikum Petrologi Page 17


II. Batuan Sedimen Non-Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil
kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau
reaksi organik (penggaraman unsur-unsur laut, pertumbuhan kristal dari agregat
kristal yang terpresipitasi dan replacement).

III. Pemerian Batuan Sedimen Klastik

Pemerian batuan sedimen klastik terutama disasarkan pada tekstur, komposisi


mineral dan struktur.

A. Tekstur

Adalah suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir
serta susunannya (Pettijohn, 1975). Butiran tersusun dan terikat oleh semen dan
masih adanya rongga diantara butirnya. Pembentukannya dikontrol oleh media dan
cara transportasinya (Jackson, 1970, Reineck dan Singh, 1975). Pembahasan tekstur
meliputi :

B. Struktur
Struktur sedimen meripakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari batuan
sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi
pembentukannya. Pembentukannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun
segera setelah proses pengendapan (Pettijohn & Potter, 1964; koesoemadinata, 1981).
Dengan kata lain, struktur sedimen adalah kenampakan batuan sedimen dalam
dimensi yang lebih besar. Studi struktur paling baik dilakukan dilapangan (Pettijohn,
1975). Berdasarkan asalnya, struktur sedimen yang terbentuk dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam yaitu :
a. Struktur sedimen primer.
Terbentuk karena proses sedimentasi, dengan demikian dapat merefleksikan
mekanisasi pengendapannya, antara lain : perlapisan, gelembur gelombang,
perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun dan lain-lain.

Laporan Praktikum Petrologi Page 18


Struktur batuan sedimen (struktur primer) tidak banyak yang dapat dilihat dari
contoh-contoh batuan dilaboratorium.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kenampakan adanya struktur perlapisan


adalah :

 Adanya perbedaan warna mineral.


 Adanya perbedaan ukuran besar butir.
 Adanya perbedaan komposisi mineral.
 Adanya perubahan macam batuan
 Adanya perubahan struktr sedimen.
 Adanya perubahan kekompakan.

Macam-macam perlapisan :

 Massif, bila menunjukkan struktur dalam, atau ketebalan lebih dari 120 cm
(Mc. Kee 7 Weir, 1953).
 Perlapisan sejajar, bila bidang perlapisan saling sejajar.
 Laminasi, perlapisan sejajar yang ukuran atau ketebalannya lebih kecil dari
lem. Terbentuk dari suspensi tanpa energi mekanis.
 Perlapisan pilihan, bila perlapisan disusun atas butiran yang berubah teratur
dari halus ke kasar pada arah vertikal terbentuk dari arus pekat.
 Perlapisan silang siur, perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang
perlapisan yang berada diatas atau dibawahnya dan dipisahkan oleh bidang
erosi, terbentuk akibat intensitas arus yang berubah-ubah.

b. Struktur sedimen sekunder.


Terbentuk sesudah sedimentasi, sebelum atau pada waktu diagenesa. Juga
merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan misalnya keadaan dasar, lereng dan
lingkungan organisnya, antara lain : cetak beban, rekah kerut, jejak binatang dan lain-
lain.

Laporan Praktikum Petrologi Page 19


c. Struktur organik.

Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti molusca, cacing atau
binatang lainnya, antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan dan lain-lain.

C. Ukuran Butir
Pemerian ukuran butir didasarkan pada skala Wentworth, 1922 adalah sebagai berikut
Nama butir Besar butir (mm)
Bongkah 256-64
Brakal 64-4
Krakal 4-2
Pasir sangat kasar 2-1
Pasir sedang 1-1/2
1 2
Pasir halus / -1/4
1 4
Pasir sangat halus / -1/8
Lanau 1/16-1/256
Lempung 1/256

Tabel 2.3 skala Wentworth, 1922

D. Pemilahan
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun sedimen,
artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya, maka pemilahan semakin
baik. Dalam pemilahan dipakai batasan-batasan sebagai berikut :

 Pemilahan baik (well sorted)


 Pemilahan sedang (moderate sorted)
 Pemilahan buruk (poorly sorted)

Laporan Praktikum Petrologi Page 20


Gambar 2.3 Sortasi batuan sedimen

E. Kebundaran
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingya butiran dimana sifat ini
hanya bisa diamati pada batuan sedimen klasik kasar. Kebundaran dapat dilihat dari
bentuk batuan yang terdapat dalam batuan tersebut. Tentunya terdapat banyak sekali
variasi dari bentuk batuan, akan tetapi untuk mudahnya dipakai perbandingan sebagai
berikut :

1. Well rounded (membulat baik) : semua permukaan konveks hampir


equidimensional, spheroidal.
2. Rounded : pada umumnya permukaan-permukaan bundar, ujung-ujung dan
tepi-tepi butiran bundar.
3. Subrounded : permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung yang
membundar.
4. Sunangula : permukaan pada umumnya datar dengan ujung-ujung tajam.
5. Angular : permukaan konkal dengan ujungnya yang tajam.

Laporan Praktikum Petrologi Page 21


F. Komposisi Mineral
Komposisi mineral dari batuan sedimen klastik dapat dibedakan yaitu :

 Fragmen adalah bagian butiran yang ukurannya paling besar dan dapat berupa
pecahan-pecahan batuan, mineral dan cangkang-cangkang fosil atau zat
organik lainnya.
 Matriks adalah bagian butiran yang ukurannya lebih kecil dari fragmen dan
terletak diantara fragmen massa dasar. Matriks dapat berupa batuan, mineral
atau fosil.
 Semen, bukan butir tetapi material pengisi rongga antar butir dan bahan
pengikat diantara fragmen dan matriks. Biasanya berbentuk amorf atau
kristalin. Bahan-bahan semen yang lazim adalah :
o Semen karbonat (kalsit, dolomit).
o Semen silika (kalsedon, kwarsa).
o Semen oksida besi (limonit, hematite, siderite).

G. Kemas
Didalam batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas, yaitu :

a. Kemas terbuka: butiran tidak saling bersentuhan (mengambang didalam


matriks).
b. Kemas tertutup: butiran saling bersentuhan satu sama lainnya.

IV. Pemerian Batuan Sedimen Non-Klastik

Pemerian batuan sedimen non-klastik didasarkan pada :

A. Tekstur

Tekstur dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

Laporan Praktikum Petrologi Page 22


a. Kristalin
Terdiri dari kristal-kristal saling mengunci satu sama lain. Pemerian
menggunakan skala Wentworth dengan modifikasi berikut :

Nama butir Besar butir (mm)


Berbutir kasar >2
Berbutir sedang 1/16-2
Berbutir halus 1/256-1/16
Berbutir sangat halus < 1/256
Tabel 2.4 Tabel Kristalin

b. Amorf
Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal atau amorf (non
kristalin).

B. Struktur

Struktur batuan sedimen non klastik terbentuk dari proses reaksi kimia ataupun
kegiatan organik. Macam-macam struktur antara lain :

a. Fossiliferous, struktur yang ditunjukkan oleh adanya fosil atau komposisi


terdiri dari fosil.
b. Oolitik, struktur dimana suatu fragmen klasik diselubungi oleh mineral non
klastik, bersifat konsentris dengan diameter berukuran lebih kecil 2 mm.
c. Pisolitik, sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya > 2 mm.
d. Konkresi, kenampakan struktur ini sama dengan struktur oolitik tetapi tidak
menunjukkan adanya sifat konsentris.
e. Cone in cone, struktur oleh organisme murni dan bersifat insitu.

C. Komposisi mineral

Komposisi mineral batuan sedimen non klastik cukup penting dalam


menentukan penamaan batuan. Pada batuan sedimen jenis non klastik biasanya

Laporan Praktikum Petrologi Page 23


komposisi mineralnya sederhana yaitu bisa terdiri dari satu atau dua macam mineral.
Sebagai contoh :

a. Batugamping : kalsit, dolomit


b. Chert : kalsedon
c. Gypsum : mineral gypsum
d. Anhidrit : mineral anhidrit

V. Pemerian Batuan Karbonat

Batuan karbonat adalah batuan dedimen dengan komposisi yang dominan (>
50%) terdiri dari mineral-mineral atau garam-garam karbonat, yang dalam prakteknya
secara umum meliputi batugamping dan dolomite. Proses pembentukannya dapat
terjadi secara insitu berasal dari larutan yang mengalami proses kimia maupun
biokimia dimana organisme turut berperan, dapat terjadi dari butiran rombakan yang
mengalami transportasi secara mekanik dan diendapkan ditempat lain. Seluruh proses
tersebut berlangsung pada lingkungan air laut, jadi praktis berbeda detritus asal darat.

A. Pemerian batu gamping klastik


Sistematika deskripsi pada hakikatnya sama dengan sedimen klastik, yaitu
meliputi tekstur, komposisi mineral dan struktur.

a. Tekstur, sama dengan pemerian batuan sedimen klastik, hanya berbeda


istilahnya saja meliputi :
Nama butir Besar butir (mm)
Rudite >1
Arenit 0.062 – 1
Lutite < 0.062
Tabel 2.5 Klasifikasi Besar butir Batu Gamping Klastik

b. Struktur, pemeriannya hampir sama dengan batuan sedimen klastik.

Laporan Praktikum Petrologi Page 24


c. Komposisi, juga terdapat pemerian fragmen, matriks, semen, hanya
berbeda istilah saja. (Folk, 1954), komposisi meliputi :
 Allochem merupakan fragmen yang tersusun oleh kerangka atau
butiran-butiran klastik dari hasil abrasi batugamping yang
sebelumnya ada.
 Mikrit merupakan agregat halus berukuran 1 – 4 mikron, merupakan
kristal-kristal karbonat yang terbentuk secara biokimia atau kimiawi
berlangsung dari prespitasi air laut dan mengisi rongga antar butir.
 Sparit merupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan rekahan
berukuran butir halus (0.02 – 0.1 mm), dapat terbentuk langsung dari
sedimen secara insitu atau rekristalisasi mikrit.

B. Pemerian batu gamping non klastik


Pemerian sama dengan batuan sedimen non klastik lainnnya

2.6 Batuan Metamorf

Adalah batuan yang terbentuk karena adanya proses ubahan dari batuan asal, baik
batuan beku, batuan sedimen maupun batuan matamorf itu sendiri oleh suatu proses
metamorfisme. Proses metamorfisme adalah proses dimana batuan asal mengalami
penambahan tekanan (P) atau tempratur (T) atau kenaikan P dan T secara bersamaan.
Proses ini berlangsung dari fase padat ke fase padat tanpa melalui fase cair atau
sering disebut sebagai proses isokimia, dimana komposisi kimia batuan tidak
berubah, yang berubah adalah susunan mineraloginya.

Proses metamorfisme meliputi proses-proses:

a) Rekristalisasi
b) Reorentasi

Laporan Praktikum Petrologi Page 25


c) Pembentukan mineral-mineral baru dengan penyusunan kembali elemen-
elemen kimia yangn sebelumnya telah ada.

I. Tipe Metemorfisme
Meliputi:
1. Metamorfisme Kontak/ Termal
Metamorfosa kontak Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan
temperatur yang tinggi, dan biasanya jenis ini ditemukan pada kontak antara
tubuh intrusi magma/ekstrusi dengan batuan di sekitarnya dengan lebar 2 – 3
km. Salah satu contohnya pada zona intrusi yang dapat menyebabkan
pertambahan suhu pada daerah disekitar intrusi.
2. Metamorfisme Dinamo/ Dislokasi/ Kataklastik
Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Tekanan yang
berpengaruh disini ada dua macam, yaitu: hidrostatis, yang mencakup ke
segala arah; dan stress, yang mencakup satu arah saja. Makin dalam ke arah
kerak bumi pengaruh tekanan hidrostatika semakin besar. Sedangkan tekanan
pada bagian kulit bumi yang dekat dengan permukaan saja, metamorfosa
semacam ini biasanya didapatkan di daerah sesar/patahan
3. Metamorfisme Regional/ Dinamo termal
Metamorfosa regional/dinamothermal Terjadi pada kulit bumi bagian dala,
dimana (Pada geosinklin yang dasarnya mengalami tumbukan lempeng pada
Subduction Zone). Faktor yang mempengaruhi adalah temperatur dan tekanan
yang tinggi.

II. Struktur Batuan Metamorf

A. Struktur Foliasi

apabila pada batuan metamorf terlihat adanya penjajaran mineral. Struktur foliasi
dibagi menjadi :

Laporan Praktikum Petrologi Page 26


Slaty Cleavege
 Struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang belah batu sabak
(slate)
 Belum terdapat segregation bending
 Mineralnya sangat halus
 Mineral mika mulai hadir (belum hadir)
Filitik
 Rekristalisai lebih kasar daripada slaty cleavage
 Sudah ada segregarion bending meskipun belum sebaik pada schistose
 Mulai terdapat banyak mineral mika
Schistose
 Memperlihatkan perulangan mineral pipih dan mineral granular
 Mineral pipih orentasinya tidak terputus-putus disebut juga close
schistostocity
 Sudah banyak mineral mika
Gneisose
 Menunjukan perulangan mineral pipih dan mineral granular
 Mineral pipih orientasinya tidak menerus disebut juga open chistocity

B. Struktur Non-Foliasi

Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan sering terjadi pada


metamorfisme termal/ kontak. Struktur yang bersifat non-foliasi:

Granulose/ hornfelsik
 Tidak mempunyai belahan
 Merupakan mosaic yang terdiri dari mineral equidimensional
Kataklastik
 Terdiri dari pecahan-pecahan/ fragmen-fragmen batuan mineral
Milonitik

Laporan Praktikum Petrologi Page 27


 Sama dengan struktur kataklastik hanya butirannya lebih luas dan dapat
dibelah-belah seperti schistose
 Dapat dipakai sebagai ciri adanya sesar di suatu daerah

III. Tekstur Batuan Metamorf

Tekstur pada batuan metamorf dibedakan menjadi, sebagai berikut:

A. Tekstur Homeoblastik

Apabila batuan terdiri dari 1 mineral saja, terdiri dari:

 Lepidoblastik, terdiri dari mineral pipih/ tabular, misalnya mineral mika


 Nematoblastik, terdiri dari mineral-mineral berbentuk menjarum yang
memperlihatkan orientasi sejajar
 Milonitik, terdiri dari mineral granular

B. Tekstur Heteroblastik

Apabila batuan terdiri lebih dari satu tmineral/ kombinasi dari tekstur homeoblastik

C. Tekstur khas lainnya:


 Porfiroblastik, yaitu tekstur yang memperlihatkan beberapa mineral dengan
ukuran yang lebih besar dikelilingi oleh mineral yang lebih kecil.
 Blastoporfirtik, tekstur porifitik yang terjadi sebelum proses metamorfosa

IV. Bentuk-bentuk kristal pada batuan metamorf


 Idioblastik, jika mineralnya berbentuk euhedral
 Hypidioblastik, jika mineralnya berbentuk subhedral
 Alotrioblastik, jika mineralnya berbentuk anhedral

Laporan Praktikum Petrologi Page 28


V. Komposisi Mineral
A. Mineral Stress
 Adalah mineral yang terbentuk dan stabil dalam kondisi tekanan dan
temprature
 Mineralnya berbentuk piph, prismatic

B. Mineral Antistress
 Terbentuk bukan dalam kondisi tekanan, hanya suhu yang bekerja
 Bentuknya umumnya equidimensional
 Mudah rapuh.

Laporan Praktikum Petrologi Page 29


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi Batuan Beku

Laporan Praktikum Petrologi Page 30


3.2 Deskripsi Batuan Piroklastik

Laporan Praktikum Petrologi Page 31


3.3 Deskripsi Batuan Sedimen Klastik

Laporan Praktikum Petrologi Page 32


3.4 Deskripsi Batuan Sedimen Non Klastik

Laporan Praktikum Petrologi Page 33


3.5 Deskripsi Batuan Metamorf

Laporan Praktikum Petrologi Page 34


BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Setelah melakukan kegiatan praktikum, kami dapat menyimpulkan bahwa


petrologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang mempelajari
batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf, asal mula pembentukan batuan,
pembentuk kulit bumi, serta penyebarannya baik didalam maupun dipermukaan
bumi, mencakup aspek deskripsi dan aspek genesa-interpretasi.

Saran

Untuk praktikum kedepan kami berharap waktu pelaksanaan praktikum bisa


ditambah. Agar kami sebagai praktikan bisa memahami dan mendalami setiap materi
dan praktik secara lebih baik lagi. Kami juga berharap agar sampel batuan bisa
diperlengkap lagi.

Laporan Praktikum Petrologi Page 35


DAFTAR PUSTAKA

Sapto Heru Yuwantoro, S.Si, MT, 2014, Buku Panduan Praktikum Petrologi,
Laboratorium Geologi Dinamik, Jurusa Teknik Geologi, Institut Teknologi Adhi
Tama Surabaya.

Handoko Teguh Wibowo, ST, 2006. Buku Panduan Pratikum Geologi Dasar Dan
Geologi Fisik-Dinamik, Laboratorium Geologi Dinamik, Jurusa Teknik Geologi,
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.

Yansah Oktriono Putra, ST, 2014. Buku Panduan Praktiku Petrologi, Laboratorium
Geologi Dinamik, Jurusa Teknik Geologi, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.

https://medlinkup.wordpress.com/2011/01/10/deskripsi-batuan-beku/ diakses pada 18


Juni 2016

http://berita-kuskus.blogspot.co.id/2014/02/babi-pendahuluan-1.htm diakses pada 20


Juni 2016

Laporan Praktikum Petrologi Page 36

Anda mungkin juga menyukai