Yogyakarta,Maret 2020
Dosen Kimia Analitik Asisten Dosen Kimia Analitik
i
Dra.Hj.Srining Peni,M,Sc Erwina
NIK : 1973 0037 NIM :
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Bab I Pendahuluan
Bab II Percobaan
Lakmus
Lakmus
iii
2.3.1 Dasar Teori
Gambar2.1.3.1……………………………………………………………………………
Gambar2.1.3.2………………………………………………………………………… 6
Gambar2.1.3.3………………………………………………………………………… 6
Gambar2.1.3.4………………………………………………………………………… 6
Gambar2.1.3.5………………………………………………………………………… 6
Gambar2.1.3.6………………………………………………………………………… 6
Gambar2.1.3.7………………………………………………………………………… 6
Gambar2.1.3.8………………………………………………………………………… 6
Gambar2.1.3.9………………………………………………………………………… 6
Gambar2.1.3.10……………………………………………………………………….. 6
Gambar2.1.3.11……………………………………………………………………….. 6
Gambar2.1.3.12……………………………………………………………………….. 6
Gambar2.1.3.13……………………………………………………………………….. 7
Gambar2.1.3.14……………………………………………………………………….. 7
Gambar2.1.3.15……………………………………………………………………….. 7
Gambar2.1.3.16……………………………………………………………………….. 7
Gambar2.1.3.17……………………………………………………………………….. 7
Gambar2.1.3.18……………………………………………………………………….. 7
Gambar2.1.3.19……………………………………………………………………….. 7
Gambar2.1.3.20……………………………………………………………………….. 7
Gambar2.1.3.21……………………………………………………………………….. 7
Gambar2.1.3.22……………………………………………………………………….. 7.
Gambar2.1.3.24……………………………………………………………………….. 8
Gambar2.1.3.25……………………………………………………………………….. 8
Gambar2.1.3.26……………………………………………………………………….. 8
Gambar2.1.3.27……………………………………………………………………….. 8
Gambar2.1.3.28……………………………………………………………………….. 8
Gambar2.1.3.29……………………………………………………………………….. 8
Gambar2.1.3.30……………………………………………………………………….. 8
Gambar2.1.3.31……………………………………………………………………….. 9
Gambar2.1.3.32……………………………………………………………………….. 9
Gambar2.1.3.33……………………………………………………………………….. 9
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.3.1……………………………………………………………………… 5
Tabel 2.2.4.1……………………………………………………………………… 14
Tabel 2.2.4.2……………………………………………………………………… 15
Tabel 2.3.4.1……………………………………………………………………… 20
Tabel 2.3.4.2……………………………………………………………………… 21
Tabel 2.4.4.1……………………………………………………………………… 26
Tabel 2.4.4.2……………………………………………………………………… 28
Tabel 2.5.4.1……………………………………………………………………… 33
Tabel 2.5.4.2……………………………………………………………………… 34
Tabel 2.6.4.1……………………………………………………………………… 37
Tabel 2.6.4.2……………………………………………………………………… 39
Tabel 2.7.4.1……………………………………………………………………… 44
Tabel 2.7.4.2……………………………………………………………………… 46
HALAMAN PERSEMBAHAN
mempersembahkan kepada :
Yogyakarta.
Ibu Dra. Hj.Srining Peni, M.Si, selaku dosen penanggung jawab sekaligus
sangat berarti.
selalu berada di samping setia menemani baik dalam senang maupun duka
Asisten Dosen KIMIA ANALITIK yang telah banyak membantu dan bekerjasama
Penulis
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat ALLAH Yang Maha Kuasa karena hanya oleh Rahmat-
Nya yang dilimpahkan kepada penyusun, maka dengan demikian penyusun dapat
Dan pada kesempatan ini, penyusun juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
• Allah S.W.T yang telah memberikan kesempatan nikmat dan kebesarannya untuk
kita semua.
• Ibu Dra. Hj.Sri Ning Peni, M.Si, selaku dosen penanggung jawab sekaligus
berarti.
• Asisten - asisten dosen yang telah banyak membantu dan membimbing praktikan
• Rekan – rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu selama
jasa dan budi baik dari segala pihak yang membantu. Semoga Laporan Praktikum Kimia
Analitik ini dapat menjadi manfaat bagi penulis khususnya, dan para pembaca pada
umumnya. Amin. Akhirnya pepatah pun mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”
maka tegur sapa sangat diharapkan dari semua pihak yang telah membaca makalah
PENDAHULUAN
Kimia Analitik adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari mengenai cara - cara
penganalisaan zat kimia yang terdapat didalam suatu sampel yang akan dianalisa baik jenis
maupun kadarnya. Dalam bidang kimia analitik, suatu analisis harus melalui beberapa
dua golongan yakni kimia analitik kualitatif dan kimia analitik kuantitatif. Analisa
kualitatif mempunyai arti mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang
tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Definisi dari analisis
kualitatif adalah pemeriksaaan kimiawi tentang jenis unsur atau ion yang terdapat dalam
Dalam analisis secara kualitatif tahap awal yang dilakukan adalah uji organoleptis
sebagai hipotesis awal untuk mengetahui kandungan zat dalam suatu sampel. Organoleptik
berarti kesan indra atau organ. analisis organoleptik mencakup aplikasi penglihatan, bau,
rasa, sentuhan, dan kadang-kadang bahkan suara. Sampel diamati sifat-sifat fisik dan
meliputi sifat fisik seperti bentuk, warna, bau, pelarut yang sesuai dan warna nyala jika
memungkinkan. Perubahan secara fisika dan kimia seperti dalam proses pelarutan dan
pemanasan menjadi pengamatan yang penting dalam analisis pendahuluan. Harus disadari
bahwa untuk melakukan analisa kualitatif yang cepat dan tepat diperlukan pengetahuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk dapat menentukan dosis asam
atau basa yang diperlukan untuk menaikkan pH sampai memenuhi persyaratan dan
mengetahui kemampuan air untuk menetralkan larutan basa dan larutan asam
BAB II
PERCOBAAN
laboratorium, olehkarena itu, fungsi daripada tiap-tiap alat akan dijelaskan dengan tujuan
agar praktikan dapatmemahami secara jelas kegunaan alat-alat laboratorium yang akan
dipakai. Pada dasarnyasetiap alat memiliki nama yang menunjukkan kegunaan alat
tersebut, prinsip kerja atau prosesyang berlangsung ketika alat digunakan. Beberapa
spektrofotometer, dll. Alat-alat pengukur yang disertai dengan informasi tertulis, biasanya
diberi tambahan “graph” seperti thermograph, barograph Dari uraian tersebut, tersirat
bahwa nama pada setiap alat menggambarkan mengenaikegunaan alat dan atau
Peralatan umum biasanya digunakan
untuk suatu kegiatan reparasi, sedangkan peralatan khusus lebih banyakdigunakan untuk
dengan tepat penting untuk diketahui agar pekerjaantersebut dapat berjalan dengan baik.
Kesalahan dalam penggunaan alat-alat ini dapatmempengaruhi hasil yang akan diperoleh.
pekerjaantersebut dapat berjalan dengan baik dan tepat. Apabila terjadi suatu kesalahan
beberapa macam alatgelas yang dipakai di laboratorium, antara lain: gelas piala (beker
gelas), erlenmeyer, gelasukur, botol, pipet, corong, tabung reaksi, gelas objek dan gelas
penutup, cawan petri dankamar hitung.Terdapat dua kelompok alat-alat ukur yang
ukur, pipet. Sedangkan untuk alat-alat yangtidak teliti (kualitatif) terdiri dari gelas ukur,
erlenmeyer, dan lainnya. Dalam prakteknya baikanalisa maupun sintesa, sesorang yang
mempelajari atau menekuni bidang kimia pasti akanselalu dihadapkan pada hal-hal yang
1.Gelas Piala 19. Corong
2.Erlemeyer 20. Rak Tabung Reaksi
3.Labu Ukur 21. Penjepit Tabung Reaksi
4.Petridish 22. Statif dan Klem
5.Gelas Ukur 23. Sikat Tabung Reaksi
6.Kaca Arloji 24. Segitiga
7.Tabung Reaksi 25. Bola Hisap
8.Cawan Penguap 26. Lampu Spiritus
9.Mortal 27. Bunsen
10.Krush 28. Kaki Tiga
11.Pipet Tetes 29. Botol Semprot
12.Pipet Volum 30. Kawat Kasa
13.Pipet Gondok 31. Klem Utilitas
14.Batang Pengaduk 32. Oven
15.Sudip 33. Tanur
16.Corong pisah 34. Hot Plane
17.Desikator 35.Timbangan Analitis
18.Bure
30. Kawat Kasa Sebagai alas atau untuk menahan labu atau
beaker pada waktu pemanasan menggunakan
pemanas spiritus atau pemanas bunsen
31. Klem Alat untuk Penjepit dan penyangga tabung
Utilitas erlemeyer saat dipanaskan
Gas menurut Chang (2009) adalah suatu zat yang berada pada keadaan gas pada
suhu dan tekanan yang normal. Menurut Saidi (2010), kertas lakmus ialah indikator
penunjuk asam dan basanya suatu larutan. Kertas lakmus biasanya berwarna biru atau
merah. Kertas lakmus akan menunjukkan perubahan warna sesuai dengan pH zat tersebut.
Biasanya zat yang bersifat asam akan memerahkan lakmus biru, dan zat yang bersifat basa
Semua gas mempunyai beberapa sifat fisik, seperti: mengikuti volume dan bentuk
dari wadahnya, gas merupakan zat yang paling kompresibel (dapat ditekan) dari ketiga
jenis materi, gas-gas akan bercampur merata dan sepenuhnya bila ditempatkan pada suatu
wadah yang sama, serta gas mempunyai tingkat kerapatan paling rendah dibandingkan
Gas tidak kasat mata dalam arti bahwa tidak ada partikel gas yang dapat dilihat.
Beberapa gas berwarna, seperti misalnya : gas klor (kuning kehijau-hijauan), brom (merah
kecoklat-coklatan) dan iod (ungu), beberapa diantaranya mudah meledak seperti misalnya
hidrogen; dan beberapa diantaranya secara kimiawi bersifat lembab (inert), seperti
Empat sifat dasar gas yang menentukan tingkah laku fisis dari gas adalah
banyaknya molekul gas, volume gas, suhu dan tekanan. Dari nilai-nilai numeris tiga
besaran yang diketahui, tentunya dapat dihitung nilai besaran keempat. Perhitungan ini
(equitation of state) Pada prinsipnya semua, atau paling tidak beberapa sifat gas lainnya
NH4Cl + NaOH NaCl + NH4OH. Zat NH4OH (amonium hidroksida) tidak pernah ada,
zat tersebut tidak dapat diisolasi dalam bentuk murni seperti NaOH (natrium hidroksida).
(Petrucci, 1987) Ketika dipanaskan, maka akan terjadi perubahan reaksi menjadi:
mempercepat terbentuknya gas NH3. Gas NH3 bersifat mudah bereaksi dengan air dan
membentuk larutan amonium hidroksida yang bersifat basa. Untuk mendapatkan gas NH3,
dilakukan pemanasan untuk merombak larutan NH4OH menjadi NH3 dan H2O. (Manan,
2005) Setelah dihasilkan gas NH3 dari pembakaran, maka terjadi perubahan pH kearah
lebih basa (pH = 10) karena NH3 merupakan zat yang bersifat basa di dalam air, biasanya
Saat percobaan, gas NH3 (amonia) yang dihasilkan dari persamaan diatas dapat kita
deteksi dari karakteristik baunya yang menyengat atau dengan meletakkan kertas lakmus
merah di permukaan tabung reaksi yang akan berubah menjadi berwarna biru (Chang,
2009).
NaOH setelah dipanaskan akan menghasilkan gas NH3. Seperti yang kita ketahui, NH3
(amonia) memiliki ciri-ciri berbau menyengat, tidak berwarna, mudah menguap (volatile),
dapat membirukan lakmus merah (bersifat basa), dan merupakan gas yang reaktif (Chang,
2009).
Setelah dilakukan percobaan, tidak ada perubahan pada warna larutan. Hal ini
disebabkan karena tidak adanya indikator yang ditambahkan ke dalam larutan tersebut.
Adanya perubahan pH pada larutan disebabkan karena terbentuknya gas NH3 yang
sifatnya basa serta larut dalam larutan tersebut. Akibat dari pemanasan yang menghasilkan
persamaan reaksi baru: NH4OH + NaOH NH3 + NaCl + H2O, maka sebagian akan
terurai menjadi uap air dan menghasilkan NH3 yang menyebabkan kertas lakmus berubah
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Corong
3. Pipet tetes
4. Gelas piala
5. Penjepit
6. Lampu spritus
Bahan :
1. Larutan Na2CO3
2. Larutan CaCl2
3. Larutan NaOH
4. Larutan NH4Cl
5. Kertas lakmus
Ambil beberapa tetes (5ml) larutan Na2CO3 0,5M Masukkan ke dalam tabung reaksi.
Tambhakana beberapa tetes larutan BaCl2 atau CaCl2 amati apa yang terjadi.
Masukan kertas saring ke dalam corong,kemudian basahi dengan aquades agar kertas
Ambil tabung reaksi yang kosong,letakkan corong yang ada kertas saring di atas.
tuangkan sedikit demi sedikit ke corong dengan bantuan pengaduk untuk di arahkan
ke lubang corong.
Di peroleh endapan yang menempel pada kertas saring,cairan masuk ke tabung reaksi
pengenalan lakmus.
Setelah mendidih,angkat dari atas api janngan sampai larut yang didihkan tumpah.
Praktekkan cara membau gas dengan cara mengipas-ngipaskan telapak tangan diatas
mulut tabung ke arah hidung kita yang berjarak relatif jauh(30 cm) untuk membau gas
yang keluar.
Dekatkan kertas lakmus merah ke mulut tabung,lihat apa yang terjadi pada kertas
NH4Cl di
2. NH4Cl+NaOH teteskan 10 NH4Cl + Dengan di
tetes dan di NaOH tandainya
campurkan NH4OH + kertas lakmus
NaOH 5 tetes NaCl berwarna biru
warna suatu menjadi lebih
zat menjadi pekat maka
tdk dapat di
mengalami ketahui
perubahan dan larutan
tdk berbau tersebut
setelah tabung bersifat basah.
zat di
panaskan saya
mencium
sedikit berbau
dan memakai
kertas lakmus
dan
mengipas-ngi
pas kan nya
berketas tsb
berubah
menjadi biru
yang bertanda
suatu zat
biasa.
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA
ANALITIK
Kimia analitik dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat.
Urusannya adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel.
Sedangkan analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya satu zat
tertentu yang ada dalam sampel.
Dalam kimia analisis kuantitatif dikenal suatu cara untuk menentukan ion
(kation/anion) tertentu dengan menggunakan pereaksi selektif dan spesifik.
Pereaksi selektif adalah pereaksi yang memberikan reaksi tertentu untuk satu
jenis kation/anion tertentu. Dengan menggunakan pereaksi-pereaksi ini maka
akan terlihat adanya perubahan-perubahan kimia yang terjadi, misalnya
terbentuk endapan, terjadinya perubahan warna, bau dan timbulnya gas.
Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi
basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah
untuk zat dalam larutan. Reaksi kering ialah sejumlah uji yang berguna dapat
dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa melarutkan contoh. Petunjuk
untuk operasi semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala, uji
spektroskopi dan uji manik. Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat
dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan terbentuknya
endapan, dengan pembebasan gas dan dengan perubahan warna. Mayoritas
reaksi analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah.
Cara identifikasi ion dibagi menjadi 2 macam, yaitu identifikasi kation dan
identifikasi anion. Namun, pada analisa anion tidak begitu sistematik seperti
pada identifikasi kation. Salah satu cara penggolongan anion adalah
pemisahan anion berdasarkan kelarutan garam-garam perak, garam-garam
kalsium, barium dan seng.
Untuk memudahkan menganalisa anion, diusahakan dulu dalam bentuk
senyawa yang mudah larut dalam air. Umumnya garam-garam natrium mudah
larut dalam garam karbonat dari logam-logam berat sukar larut dalam air,
sehingga apabila zat yang akan dianalisa berupa zat yang sukar larut atau
memberi endapan dengan Na2CO3, maka dibuat dahulu berupa ekstrak soda,
kemudian dipisahkan dari endapan yang mengganggu tersebut.
Identifikasi anion meliputi analisis pendahuluan, analisis anion dari zat
asal dan analisis anion dengan menggunakan larutan ekstra soda. Dari hasil
analisis sebelumnya (data kelarutan) dan pengetahuan tentang kation yang
ada, dapat memberikan petunjuk tentang anion yang mungkin ada atau tak ada
dalam larutan sampel. Sebagai contoh, zat asal larut dalam air panas, kation
yang ditemukan Pb2+, anion yang mungkin ada adalah klorida karena PbCl 2
larut dalam air panas. Tidak mungkin nitrat karena timbal nitrat mudah larut
dalam air dingin.
Analisis anion diawali dengan uji pendahuluan untuk memperoleh
gambaran ada tidaknya anion tertentu atau kelompok lain yang memiliki sifat-
sifat yang sama. Selanjutnya diikuti dengan proses analisis yang merupakan
uji spesifik dari anion tertentu. Pemisahan secara fisik dari anion umumnya
tidak penting , karena uji spesifik anion hanya peka terhadap anion tertentu
dan tidak peka untuk anion lainnya. Hanya bila terjadi interferensi atau
gangguan dalam suatu analisis anion oleh anion lain maka diperlukan langkah
awal proses pemisahan.
Beberapa uji pendahuluan dan uji identifikasi atau uji spesifik dapat
dilakukan dalam fasa padatan, tetapi untuk memperoleh validitas pengujian
yang tinggi biasanya dilakukan dalam keadaan larutan. Kelarutan bahan-
bahan organik terutama garam akan sangat membantu dalam menetapkan
kombinasi antar anion dan kation. Misalnya, jika larutan zat yang tidak
diketahui ditemukan mengandung ion karbonat . CO-, maka hanya
dimungkinkan ada kation-kation tertentu seperti K-, Na-,NH-, sebab garam
karbonat dari kation lain tidak larut dalam air. Analisisi anion dan kation
sering ksli dapat dibantu oleh diagram alir, yang menggambarkab langkah-
langkah sistematis untuk mengidentifikasi jenis anion dan kation. Diagram alir
untuk analisis kation lebih sistematis dibandingkan dengan diagram alir
analisis anion. Dalam diagram analisis kualitatif anion dan kation dimulai dari
ion yang dinyatakan, pereaksi yang perlu ditambahkan, kondisi eksperimen
dan rumus kimia produk yang dihasilkan. Dalam kerja laboratorium yang
berkaitan dengan analisis ion sangant penting mengikuti urutan dari langkah-
langkah analisis yang telah ditetapkan dalam diagram alir.
Ada beberapa macam cara untuk menggambarkan diagram alir analisis
ion. Gambar umum yang biasa digunakan adalah aliran ke bawah, yang
endapannya dituliskan di sebelah kiri, sedangkan larutannya dituliskan di
kanan.
Pada umumnya, suatu proses analisis anion diawali dengan uji
pendahuluan untuk memperoleh gambaran ada atau tidaknya anion tertentu
atau kelompok anion yang memiliki sifat-sifat yang sama. Selanjutnya diikuti
dengan proses analisis yang merupakan uji spesifik dari anion tertentu.
Pemisahan secara fisik dari anion umumnya tidak penting, karena uji spesifik
anion hanya peka terhadap anion yang tertentu dan tidak peka terhadap anion
yang lainnya. Hanya bila terjadi interferensi atau gangguan dalam suatu
analisis anion oleh anion lain maka diperlukan langkah awal proses
pemisahan.
Beberapa uji pendahuluan dan uji identifikasi atau uji spesifikasi anion
dapat dilakukan dalam fase padatan , tetapi untuk memperoleh validitas
pengujian yang tinggi biasanya dilakukan dalam keadaan larutan. Kelarutan
bahan-bahan anorganik, terutama garam telah dipelajari sebelumnya dalam
mata kuliah dasar kimia dalam bentuk daftar kelarutan garam, sangat
membantu untuk proses analisis bahan anorganik. Daftar kelarutan garam
sangat membantu dalam menetapkan kombinasi antara anion dan kation.
Jika zat yang tidak diketahui tidak larut dalam air, harus dilakukan
perlakuan tertentu dengan pereaksi kimia agar menjadi larut. Beberapa anion
tidak stabil dalam larutan asam, atau bereaksi satu sama lain dalam suasana
asam. Bila terjadi keadaan tidak stabil suasan asam, maka analisis anion harus
dilakukan dalam suasana basa.
Analisis anion yang sering dilakukan meliputi 11 anion yang paling
umum, yaitu anion sulfide, sulfit, karbonat, nitrit, iodide, bromida, klorida,
fosfat, kromat, nitrat, dan sulfat. Beberapa uji pendahuluan dan uji identifikasi
atau uji spesifik dapat dilakukan dalam fase padatan, tetapi untuk memperoleh
validitas pengujian yang tinggi biasanya dilakukan dalam keadaan larutan. jika
zat yang tidak diketahui tidak larut dalam ai, harus dilakukan perlakuan
tertentu dengan pereaksi kimia agar menjadi larut.
Reaksi identifikasi yang lebih sederhana dikenal sebagai reaksi spesifik
untuk golongan tertentu. Reaksi golongan untuk anion golongan III adalah
AgNO3 yang hasilnya adalah endapan coklat merah bata.
Pemisahan anion-anion ke dalam golongan utama tergantung pada
kelarutan garam pelarutnya. Garam kalsium, garam barium, dan garam zink
ini hanya boleh dianggap berguna untuk memberi indikasi dari keterbatasan-
keterbatasan metode ini. Skema identifikasi anion bukanlah skema yang kaku,
karena satu anion termasuk dalam lebih dari satu sub golongan.
Selain itu ada cara penggolongan anion menurut Bunsen, Gilreath dan
Vogel. Bunsen menggolongkan anion dari sifat kelarutan garam perak dan
garam bariumnya,warna,kelarutan garam alkali dan kemudahan menguapnya.
Gilreath menggolongkan anion berdasarkan pada kelarutan garam-garam
Ca, Ba, Cd dan garam peraknya. Sedangkan Vogel menggolongkan anion
berdasarkan pada proses yang digunakan dalam identifikasi anion yang
menguap bila diolah dengan asam dan identifikasi anion berdasarkan
reaksinya dalam larutan. Identifikasi anion yang menguap bila diolah dengan
asam dibagi dua lagi yaitu anion membentuk gas bila diolah dengan HCl encer
atau H2SO4 encer, dan anion yang membentuk gas atau uap bila diolah dengan
H2SO4 pekat.
Ada pula identifikasi anion berdasarkan reaksi dalam larutan, yaitu anion
yang diidentifikasi dengan reaksi pengendapan dan dengan reaksi redoks.
Reaksi pengendapan umumnya terjadi saat proses pemisahan yang kemudian
dilanjutkan dengan uji identifikasi, namun tidak ada jenis anion tertentu yang
termasuk dalam kelompok reaksi pengendapan karena hal tersebut sesuai
dengan uji lanjutannya. Pembentukan endapan karena adanya senyawa baru
setelah bereaksi. Banyak sekali reaksi yang di gunakan dalam analisis
anorganik kualitatif melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat
yang memisahkan dari suatu fase padat keluar dari larutan endapan, mungkin
berupa Kristal (kristalin) atau koloid dan dapat dikeluarkan dari larutan
dengan penyaringan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh
dengan zat yang bersangkutan ke larutan (S) satu endapan, menurut defenisi
adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan
tergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-
bahan lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya.
Anion kompleks halida seperti anion kompleks berbasa banyak seperti
oksalat misalnya (CO(C2O4)3)3- dan anion oksa dari oksigen. Klorat, Bromat
dan iodat merupakan ion yang bipiramidal yang terutama dijumpai pada
garam lokal alkali. Anion okso logam transisi jarang digunakan, yang paling
dikenal adalah kalium permanganat (KMnO4) dan kromat (CrO4) atau dikenal
sebagai pengoksida.
Anion berinti banyak dijumpai pada anion okso yang berinti 2, 3 atau 4
atom oksigen yang terikat pada atom inti dan menghasilkan atom deskret.
Namun demikian, mungkin hanya terdiri dari 2 atom oksigen dan
menghasilkan ion dengan jembatan oksigen seperti ion bikarbonat yang
terbentuk dari CrO4 yang diasamkan.
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Pipet tetes.
Bahan :
1. Na2CO3
2. HCl
3. CO3-
4. NaHCO3
5. CaCl2
6. NH3
7. Ca(OH)2
8. HCl
9. Air kapur
10.Kertas saring.
Lihat dan catat apa yang terjadi (buih karena adanya peruraian ion CO 3-
ambil filtratnya.
barit).
hingga volume kira-kira 20ml ke dalam tabung 2 lalu tutup dengan gabus.
Tabung 1 yang berisi air barit/air kapur akan mengeruh ini menunjukkan ada
gas CO2.
Jika pengaliran terlalu lama ke dalam tabung 1yang berisi air kapur,maka
Jadi Ca(OH) 2 di
hungkan dengan
seoang lalu di
panskannya
tabung 2 maka
terjadi aliran gas ke
lubang 1 pad asaat
itu terjadi proses
pengeringan di
karenakan
terdapat CO2 jika
terlalu lama
menyebabkan keruhan
tsb akan hilang
Garam dan di
tambah HCl
encer 20 ml Ca(OH)2+HCl
3 Pencampuran Ca(OH)2 + HCl dalam tabung 2
lalu tabung 1 >CO2+ (HCO3-)
dan 2 di
tabung
hubungkan
dengan selang
penghubung
panskan
tabung 2 dan
terjadi aliran
gas ke lubang
1 tabung yang
berisi air kapur
Pada tabung
kapur
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK
Saat larutan
NaHCO3 di
panaskan larutan
2 NaHCO3+CaCl2 tersebut berbuih. Dengan
Lalu di tambahkan ditandainya filtrat
Cacl2 maka yang telah
terbentuk endapan dicampurkan
berwarna putih. amoniak berubah
Ketika filtratnya menjadi larutan
ditambahkan berwarna putih
amoniak maka keruh maka hal
larutan berubah tersebut menjukan
warna menjadi bahwa adanya ion
keruh keputihan. HCO3 di senyawa
Hal tersebut adanya tsb.
ion HCO3
2.4 identifikasi kation
Merkuro (Hg22+)
Menurut teori, setelah direaksikan dengan larutan alkali karbonat
(Na2CO3), akan terbentuk endapan putih merkuro karbonat. Dari hasil
percobaan didapat larutan berubah menjadi agak keruh walau tidak terbentuk
endapan. Reaksi yang terjadi adalah :
Hg2(NO3)2 (aq) + Na2CO3 (aq) Hg2CO3 ( ) + 2NaNO3 (aq)
Jika larutan Hg2(NO3)2 direaksikan dengan larutan NaOH, akan terbentuk
endapan hitam. Dari hasil percobaan tidak terjadi perubahan yang teramati.
Larutan tetap jernih serta tidak ada endapan yang terbentuk. Hal ini
dimungkinkan karena penambahan NaOH yang berlebih. Reaksi yang
mungkin terjadi adalah :
Hg2+2 (aq) + 2 OH- (aq) Hg2O ( ) + H2O (l)
1. Timbal (Pb2+)
Jika ion Pb2+ direaksikan dengan larutan HCl, akan terbentuk endapan yang
berwarna putih. Dari hasil percobaan didapati endapan berwarna putih
dengan larutan yang tidak berwarna/ bening. Endapan ini dapat terbentuk
karena larutan sudah lewat jenuh, konsentrasi ion-ion PbCl2 sudah melebihi
harga Ksp-nya (Ksp PbCl2 = 2,4 x 10-9). Reaksi yang terjadi adalah :
Pb(NO3)2 (aq) + 2HCl (aq) PbCl2 (s) + 2HNO3 (aq)
Jika ion Pb2+ direaksikan dengan larutan KI, akan terbentuk endapan kuning
PbI2. Dari hasil percobaan didapati endapan kuning mengkilat dengan
larutan yang berwarna kuning. Setelah dipanaskan, larutan berubah menjadi
jernih sedangkan endapan tidak berubah sama sekali. Larutan menjadi jernih
karena PbI2 yang berupa koloid dalam larutan larut kembali. Reaksi yang
terjadi adalah :
Pb(NO3)2 (aq) + 2KI (aq) PbI2 (s) + 2KNO3 (aq)
2. Merkuri (Hg2+)
Jika ion Hg2+ direaksikan dengan larutan Na2S, akan terbentuk endapan putih
yang kemudian berubah menjadi kuning lalu coklat dan akhirnya hitam. Dari
hasil percobaan didapati endapan putih yang berubah menjadi kuning.
Reaksi yang terjadi adalah :
HgCl2 (aq) + Na2S (aq) HgS (s) + 2NaCl (aq)
Jika ion Hg2+ direaksikan dengan larutan NaOH, akan terbentuk endapan
kuning Hg(OH)2. Dari hasil percobaan, didapati endapan kuning-orange.
Reaksi yang terjadi adalah :
HgCl2 (aq) + 2NaOH (aq) HgO (s) + 2NaCl (aq) + H2O (l)
3. Kupri (Cu2+)
Jika ion Cu2+ direaksikan dengan larutan KOH, akan terbentuk endapan biru
Cu(OH)2 yang jika dipanasi berubah menjadi hitam (CuO). Dari hasil
percobaan, didapati endapan biru yang berubah menjadi hitam saat
dipanaskan. Reaksi yang terjadi adalah :
CuSO4 (aq) + 2KOH (aq) Cu(OH)2 (s) + K2SO4 (aq)
dipanaskan
Cu(OH)2 (s) CuO (s) + H2O (l)
Jika ion Cu2+ direaksikan dengan larutan KI, akan terbentuk endapan putih
CuI2 dengan warna larutan agak kuning dikarenakan ada I2 yang dibebaskan.
Dari hasil percobaan didapati warna larutan berubah dari biru muda menjadi
kuning pucat dengan endapan putih. Reaksi yang terjadi adalah :
CuSO4 (aq) + 2KI (aq) CuI 2 (s) +
K2SO4 (aq) 2CuI2 (s)2CuI (s) + I2
(g)
atau
2CuSO4 (aq) + 4KI (aq) 2CuI (s) + 2K2SO4 (aq) + I2
(g)
4.
5. Kadmium (Cd2+)
Jika ion Cd2+ direaksikan dengan larutan (NH4)2CO3, akan terbentuk endapan
putih basa karbonat yang tidak larut dalam (NH 4)2CO3 berlebih. Agar
diperoleh endapan sempurna, saat proses reaksi dilakukuan, larutan
dipanaskan. Dari hasil percobaan didapati endapan putih. Reaksi yang terjadi
adalah :
CdI2 + (NH4)2CO3 CdCO3 ( ) + 2NH4I
Jika ion Cd2+ direaksikan dengan larutan NaOH, akan terbentuk endapan
putih Cd(OH)2. Dari hasil percobaan didapati endapan putih-kuning. Reaksi
yang terjadi adalah :
CdI2 (aq) + 2NaOH (aq) Cd(OH)2 (s) + 2KI
(aq)
Jika ion Sn2+ direaksikan dengan larutan KOH, akan terbentuk endapan putih Sn(OH)2
yang larut dalam KOH berlebih. Dari hasil percobaan tidak ada perubahan yang dapat
teramati. Ini dimungkinkan karena penggunaan KOH yang berlebih. Reaksi yang
6. Alumunium (Al3+)
Jika ion Al3+ direaksikan dengan larutan NH3, akan terbentuk Al(OH)3 yang berupa
koloid. Dari hasil percobaan tidak ada perubahan yang dapat teramati. Hal ini mungkin
dikarenakan kurangnya konsentrasi reagen atau pH yang kurang mendukung. Larutan
tetap jernih seperti semula. Reaksi yang mungkin terjadi adalah :
Al3+ + 3NH3 + 3H2O Al(OH)3 + 3 NH4+
Jika ion Al3+ direaksikan dengan larutan NaCH3COO dan dipanaskan, akan terbentuk
endapan putih. Dari hasil percobaan didapati adanya endapan putih. Reaksi yang
mungkin terjadi adalah :
Al3+ + 3CH3COO- + 2H2O Al(OH)2COO ( ) + 2CH3COOH
7. Mangan (Mn2+)
Jika ion Mn2+ direaksikan dengan larutan KOH, akan terbentuk endapan putih Mn(OH) 2
yang karena pengaruh udara berubah menjadi coklat. Dari hasil percobaan didapati
endapan putih yang kemudian berubah menjadi coklat. Reaksi yang terjadi adalah :
Mn2+ + 2OH- Mn(OH)2 ( )
saat kontak dengan udara terjadi reaksi :
Mn(OH)2 ( ) + O2 + H2O MnO(OH)2 ( ) + 2OH-
Jika ion Mn2+ direaksikan dengan larutan Na2CO3, akan terbentuk endapan putih
MnCO3. Dari hasil percobaan didapati endapan putih. Reaksi yang terjadi adalah :
Mn2+ + CO32- MnCO3 ( )
8. Nikel (Ni2+)
Jika ion Ni2+ direaksikan dengan larutan NaOH, akan terbentuk endapan hijau Ni(OH) 2.
Dari hasil percobaan didapati endapan hijau-putih. Reaksi yang terjadi adalah :
Jika ion Ni2+ direaksikan dengan larutan (NH4)2CO3, akan terbentuk endapan hijau
dari garam basa yang larut dalam reagen berlebih. Dari hasil percobaan didapati endapan
hijau-putih. Reaksi yang terjadi adalah :
Ni2+ + CO32- NiCO3 ( )
9. Kobalt (Co2+)
Jika ion Co2+ direaksikan dengan larutan NaOH dalam keadaan dingin, akan terbentuk
endapan biru dari garam basa. Jika dipanasi akan terbentuk kobalt hidroksida.Dari hasil
percobaan didapati endapan biru. Reaksi yang terjadi adalah :
Co2+ + OH- + NO3- Co(OH)NO3 ( )
Dalam reagen berlebih dan dipanaskan akan tombul endapan merah jambu. Reaksi :
Co(OH)NO3 ( ) + OH- Co(OH)2 ( ) + NO3-
Jika ion Co2+ direaksikan dengan larutan Na2CO3, akan terbentuk endapan merah dari
garam basa. Dari hasil percobaan didapati larutan berwarna merah muda dan tidak ada
endapan. Hal ini mungkin dikarenakan konsentrasi reagen yang kurang karena warna
larutan sudah berwarna merah muda yang mengindikasikan hasil kali ion-ionnya sudah
lebih besar daripada harga Ksp-nya.
Reaksi yang mungkin terjadi :
Co2+ + CO32- CoCO3 ( )
Alat:
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Rak tabung.
Bahan:
1. CaCl2
2. H2SO4
3. NH4OH
4. MgCl2
5. NH4OH
6. NaOH
7. Na2CO3
berikut:
berikut ini:
banyak.Jika larutan basa itu terkena udara luar,sedikit karbon dioksida akan
Mg(OH)2.
dalam air.
5. Reaksinya :
Kelompok :6
Alat :Rak tabung reaksi dan pipet tetes Asisten
: Erwinda
Bahan : Cacl2,H2SO4,NH4OH,MgCl2,NaOH,NaCO3.
MgCl2+NaOH
5. MGCl2 + Na2CO3
MGCl12 di teteskan 10
dan Na2CO3 di MgCO3 + 2NaCl Perubahan yaitu antara
teteskan 6 tetes MGCl2 dan Na2CO3
mengalami
pengendapanjuga
signifikan menjadi
MGCl2+Na2CO3 berwarna putih
Kelompok :6
Alat :Rak tabung reaksi dan pipet tetes Asisten :
Erwinda
Bahan : Cacl2,H2SO4,NH4OH,MgCl2,NaOH,NaCO3.
didefinisikan sebagai banyak mol terlarut dalam 1 liter (1000mL) larutan. Hampir
laboratorium kimia sering kita jumpai satuan molaritas misalnya HNO 3 3M.
Dalam botol tersebut terkandung 3 mol HNO3 dalam 1 liter larutan (Salirawati,
2008).
Molalitas adalah satuan konsentrasi yang menyatakan jumlah mol zat yang
terdapat didalam 1000 gram pelarut. Molalitas diberi lambang dengan huruf m.
CuSO4, hal ini berarti didalam larutan terdapat 0.5 mol CuSO4 dalam 1000 gram
sifat zat yang ditentukan oleh jumlah partikel misalnya kenaikan titik didih atau
Alat:
1. Labu Ukur
2. Corong
3. Gelas ukur
4. Gelas piala
5. Pipet gondok
Bahan:
1. HCl 0,1N
2. HCl 0,2N
3. Aquades
Tentukan volume larutan standar HCl 0,1N yanga akan dibuat,misal 500ml
V2.N2) dari HCl 0,2N yang diencerkan menjadi HCl 0,1N.Maka diperoleh
Ambil sejumlah larutan HCl 0,2N yang sudah dihitung volumenya dengan
cair /diatas garis skala pipet).Cara menggunakan pipet gondok setelah cairan
yang masuk pas batas skala maka tutup dengan telunjuk jari.Buka telunjuk
hati-hati harus tepat pada batas garis skala labu.Jangan lebih dan kurang
Volume.
Volume.
1. HCl +Aquades Zat HCl di tuangkan ke Tabung Dapat di simpulkan ketika HCl di
Ukur 500 Ml dan selanjutnya Zat lakukannya proses pengenceran
HCl tersebut di tuangkan ke Labu menggunakan Zat Aquadess terjadi
Ukur Lalu di tahap proses pengendapan dan sedikit
pencengenceran nya menggunakan mengkeruh
Zat Aquades sampai batas skala
Labu Ukur .
Dik : n1 = 0,1
n2 = 0,05 n
V2 = 500Ml
Dit :V1=
Jawab :
V1.N1= V2.n2
V1.0,1= 500,0,05
V1=25/0,1
V1=250 Ml
2. NaOH+HCL
Tuangkan HCl ke tabung ukur Dapat di simpulkan kembali reaksi
20Ml HCl tuangkan HCl dari tsb di campurkan HCl
tabung ukur ke labu elenmeyer lalu Yang berisi indicator pp dengan
tambahkan indikator pp.3 tetes NaOH terjadi reaksi asam dan basa
menggunakan pipet tetes ke labu di sebut titrasi dan adanya warna
elenmeyer aduk-aduk labu pada larutan tsb yaitu ungu dan
elenmeyer dan dapat di simpulkan ketika di goyang kan warnanya
mengalami pengendapan berwarna menjadi netral di karenakan reaksi
keruh masukkan NaOH ke buret asam dan basa tersebut.
lalu di bawahkan buret di
tampungg labu elenmeyer yg tadi
berisi menggunakan zat-zat yang
tadi lalu goyang-goyang labu
elenmeyer sampai tidak terjadi
perubahan warna.
Dik M1 = 0,1
V2 = 20 Ml
Dit M2 = ?
V1.M1=V2.M2
69,5,5.0,1 =20.M2
M2= 0,03475
Indikator pp
kadar suatu zat (Svehla, 1985). Analisa kuantitatif berkaitan dengan penetapan
beberapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel.
Secara garis besar metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif dibagi
menjadi dua macam yaitu kimia analisis kuantitatif instrumental, yaitu metode
analisis bahan-bahan kimia menggunakan alat-alat instrumen, dan analisa kimia
konvensional.
Alat:
1. Pipet tetes
2. Gelas piala
3. Buret
4. Gelas ukur
5. Erlenmeyer
6. Corong
Bahan:
1. NaOH 0,1 M
2. Indikator PP
Ambil buret dan cuci dengan bersih,setelah di lap kering masukkan larutan
phenolphtalein(pp).
Titran dihentikan jika zat yang dititran sudah berwarna merah muda yang tak
Catat berapa ml volume titran yang ada di buret (larutan standar) yang
dibutuhkan untuk menitrasi larutan hingga warna merah muda tidak hilang.
Volume.
Volume.
1. HCl +Aquades Zat HCl di tuangkan ke Tabung Dapat di simpulkan ketika HCl di
Ukur 500 Ml dan selanjutnya Zat lakukannya proses pengenceran
HCl tersebut di tuangkan ke Labu menggunakan Zat Aquadess terjadi
Ukur Lalu di tahap proses pengendapan dan sedikit
pencengenceran nya menggunakan mengkeruh
Zat Aquades sampai batas skala
Labu Ukur .
Dik : n1 = 0,1
n2 = 0,05 n
V2 = 500Ml
Dit :V1=
Jawab :
V1.N1= V2.n2
V1.0,1= 500,0,05
V1=25/0,1
V1=250 Ml
2. NaOH+HCL
Tuangkan HCl ke tabung ukur Dapat di simpulkan kembali reaksi
20Ml HCl tuangkan HCl dari tsb di campurkan HCl
tabung ukur ke labu elenmeyer lalu Yang berisi indicator pp dengan
tambahkan indikator pp.3 tetes NaOH terjadi reaksi asam dan basa
menggunakan pipet tetes ke labu di sebut titrasi dan adanya warna
elenmeyer aduk-aduk labu pada larutan tsb yaitu ungu dan
elenmeyer dan dapat di simpulkan ketika di goyang kan warnanya
mengalami pengendapan berwarna menjadi netral di karenakan reaksi
keruh masukkan NaOH ke buret asam dan basa tersebut.
lalu di bawahkan buret di
tampungg labu elenmeyer yg tadi
berisi menggunakan zat-zat yang
tadi lalu goyang-goyang labu
elenmeyer sampai tidak terjadi
perubahan warna.
Dik M1 = 0,1
V2 = 20 Ml
Dit M2 = ?
V1.M1=V2.M2
69,5,5.0,1 =20.M2
M2= 0,03475
Indikator pp
2.7 Standarisasi Larutan Asam Dan Basa.
2.6.1 Dasar Teori
Pada standarisasi di atas,merupakan analisa kuantitatif volumetri berdasarkan
dilakukan dengan cara titrasi.Pada titrasi basa terdapat asam bebas,sebagai hasil
Alat:
1. Labu ukur
2. Gelas ukur
3. Gelas piala
4. Corong,Erlenmeyer
5. Buret
6. Pipet tetes
Bahan:
1. Asam cuka
2. NaOH
3. (COOH)2
4. H2O
5. NaOH
6. Aquades
7. Indikator PP
gelas arloji tersebut kemudian tambahkan 0,63 gr asam oksalat diperoleh berat
sampai batas.
(pp).
Titrasi basa tersebut dengan larutan asam oksalat hingga warna merah jambu
hilang.
V1.N1 = V2.N2
Ambil dengan pipet 20ml larutan asam cuka perdagangan masukkan kedalam
Masukkan air aquades ke dalam labu takar sampai tepat batas volume 500ml.
sudah distandarisasi.
perubahan warna.
2 NaOH+H2C2O4
bahwa pertama timbang oksalat dengan
berat 0,5 gram dan masukan ke labu ukur
dan timbah aquades sampai batas ukur
dan ditutup dan digoyang, langkah kedua ketika NaOH yang warna
yaitu masukan NaOH ke gelas ukur 15 sudah berwarna ungu di
ml dan pindahkan ke erlenmyer dan reaksikan dengan oksalat
masukan aquades juga 10 ml ke dengan 0,5 gram yang
erlenmyer dan di tambah pp indicator 2 sudah di timbang dan
tetes terjadi reaksi warna ungu mulai direaksikan dengan bantuan
percobaan yaitu NaOH+asam oksalat buret warna ungu berubah
dengan bantuan buret yang di bawahnya menjadi warna bening
terdapat NaOH dan di reaksikan dengan dengan di campurnya kedua
asam oksalat seketika warna ungunya di tersebut mencapai titik
goyang goyang hilang lahan perlahan standarnya/
dan mencapai titik standarnya
Dik: V1=21,5 ml
N1=0,1 N
V2=15ml +10 ml=25 ml
Dit N2=?
Jawab: V1.N1=V2.N2
21,5.0,1=25.N2
N2=0,086
KESIMPULAN
peralatan gelas dan peralatan non gelas . Jadi, alat-alat yang ada di laboratorium
larutan tersebut dicampurkan dan menghasilkan reaksi sesuai dari masing larutan
titirasi voume asam dan basa yang dilakukanya percobaan dan dapat dilihat dari
makalah ini contohnya Pengenalan Gas dengan Kertas LakmusGas NH3 dapat
dikenali dari baunya yang menyengat dan termasuk basa lemah karena pH-nya
rata dari larutan NaOH yang digunakan untuk menaikkan kadar atau konsentrasi
HCL.Titrasi harus dihentikan bila larutan HCl yang dicampurkan dengan 3 tetes
indikator berubah warna dari bening hingga menjadi pink. Volume NaOH yang
antara larutan-larutan tersebut. Perubahan warna dan endapan terjadi karena ada
reaksi kimia yang terjadi. Adapun sampel yang tidak mengalami perubahan
mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya dari kondisi alat dan
Indonesia. Makassar.
RI, Jakarta.
(UI-Press), Jakarta
Nuryanti, S., 2012. Indikator Titrasi Asam Basa. Agritech, 3(30): 179-181.
Yosi, P., 2013. Pemanfaatan ekstrak daun jati sebagai indikator titrasi asam