Anda di halaman 1dari 90

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan akhir praktikum Kimia Analitik disusun oleh :


NAMA : FEBRYANTO
NIM :4100190022
KELOMPOK :6

Di ajukan sebagai syarat untuk mengikuti responsi Praktikum Kimia Analitik


Program Studi Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Instuti Teknologi Nasional Yogyakarta

Yogyakarta,Maret 2020
Dosen Kimia Analitik Asisten Dosen Kimia Analitik

i
Dra.Hj.Srining Peni,M,Sc Erwina
NIK : 1973 0037 NIM :
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Gambar

Daftar Tabel

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Madsud Dan Tujuan

Bab II Percobaan

2.1 Pengenalan Alat-Alat Praktikum

2.1.1 Dasar Teori

2.1.2 Alat Dan Bahan Percobaan

2.1.3 Laporan Pengenalan Alat-Alat Praktikum

2.2 Penyaringan Endapan,Pengenalan Bau Gas Dan Penggunaan Kertas

Lakmus

2.2.1 Dasar Teori

2.2.2 Alat Dan Bahan Percobaan


ii
2.2.3 Cara Kerja
2.2.4 Laporan Penyaringan Endapan Bau Gas Dan Penggunaan Kertas

Lakmus

2.3 Identifikasi Anion

iii
2.3.1 Dasar Teori

2.3.2 Alat Dan Bahan Percobaan

2.3.3 Cara Kerja

2.3.4 Laporan Analisis Anion

2.4 Identifikasi Kation

2.4.1 Dasar Teori

2.4.2 Alat Dan Bahan Percobaan

2.4.3 Cara Kerja

2.4.4 Laporan Analisis Kation

2.5 Pengenceran Dengan Labu Ukur

2.5.1 Dasar Teori

2.5.2 Alat Dan Bahan Percobaan

2.5.3 Cara Kerja

2.5.4 Laporan Pengenceran Dengan Labu Ukur

2.6 Analisis Kuantitatif

2.6.1 Dasar Teori

2.6.2 Alat Dan Bahan Percobaan

2.6.3 Cara Kerja

2.6.4 Laporan Analisis Kuantitatif

2.7 Standarisasi Larutan Asam Dan Basa


2.7.1 Dasar Teori

2.7.2 Alat Dan Bahan Percobaan

2.7.3 Cara Kerja

2.7.4 Laporan Standarisasi Larutan Asam Dan Basa


DAFTAR GAMBAR

Gambar2.1.3.1……………………………………………………………………………

Gambar2.1.3.2………………………………………………………………………… 6

Gambar2.1.3.3………………………………………………………………………… 6

Gambar2.1.3.4………………………………………………………………………… 6

Gambar2.1.3.5………………………………………………………………………… 6

Gambar2.1.3.6………………………………………………………………………… 6

Gambar2.1.3.7………………………………………………………………………… 6

Gambar2.1.3.8………………………………………………………………………… 6

Gambar2.1.3.9………………………………………………………………………… 6

Gambar2.1.3.10……………………………………………………………………….. 6

Gambar2.1.3.11……………………………………………………………………….. 6

Gambar2.1.3.12……………………………………………………………………….. 6

Gambar2.1.3.13……………………………………………………………………….. 7

Gambar2.1.3.14……………………………………………………………………….. 7

Gambar2.1.3.15……………………………………………………………………….. 7

Gambar2.1.3.16……………………………………………………………………….. 7

Gambar2.1.3.17……………………………………………………………………….. 7

Gambar2.1.3.18……………………………………………………………………….. 7

Gambar2.1.3.19……………………………………………………………………….. 7

Gambar2.1.3.20……………………………………………………………………….. 7

Gambar2.1.3.21……………………………………………………………………….. 7
Gambar2.1.3.22……………………………………………………………………….. 7.

Gambar2.1.3.24……………………………………………………………………….. 8

Gambar2.1.3.25……………………………………………………………………….. 8

Gambar2.1.3.26……………………………………………………………………….. 8

Gambar2.1.3.27……………………………………………………………………….. 8

Gambar2.1.3.28……………………………………………………………………….. 8

Gambar2.1.3.29……………………………………………………………………….. 8

Gambar2.1.3.30……………………………………………………………………….. 8

Gambar2.1.3.31……………………………………………………………………….. 9

Gambar2.1.3.32……………………………………………………………………….. 9

Gambar2.1.3.33……………………………………………………………………….. 9
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.3.1……………………………………………………………………… 5

Tabel 2.2.4.1……………………………………………………………………… 14

Tabel 2.2.4.2……………………………………………………………………… 15

Tabel 2.3.4.1……………………………………………………………………… 20

Tabel 2.3.4.2……………………………………………………………………… 21

Tabel 2.4.4.1……………………………………………………………………… 26

Tabel 2.4.4.2……………………………………………………………………… 28

Tabel 2.5.4.1……………………………………………………………………… 33

Tabel 2.5.4.2……………………………………………………………………… 34

Tabel 2.6.4.1……………………………………………………………………… 37

Tabel 2.6.4.2……………………………………………………………………… 39

Tabel 2.7.4.1……………………………………………………………………… 44

Tabel 2.7.4.2……………………………………………………………………… 46
HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan selesainya laporan akhir praktikum kimia analitik ini penyusun

mempersembahkan kepada :

 Allah S.W.T yang telah memberikan kesempatan nikmat dan kebesarannya

untuk kita semua.

 Bapak Ir.H.Irham, M.T selaku ketua Institut Teknologi Nasional

Yogyakarta.

 Ibu Dra. Hj.Srining Peni, M.Si, selaku dosen penanggung jawab sekaligus

pembimbing praktikum yang telah banyak memberikan masukan yang

sangat berarti.

 Teman – teman khususnya kepada teman-teman Teknik Geologi yang

selalu berada di samping setia menemani baik dalam senang maupun duka

 Untuk perpustakaan serta staf kampus yang membantu mahasiswa dalam

menyelesaikan tugas – tugasnya.

Asisten Dosen KIMIA ANALITIK yang telah banyak membantu dan bekerjasama

dalam praktikum kimia analitik.

Yogyakarta ,Maret 2020

Penulis
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat ALLAH Yang Maha Kuasa karena hanya oleh Rahmat-

Nya yang dilimpahkan kepada penyusun, maka dengan demikian penyusun dapat

menyelesaikan laporan Praktikum Kimia Analit ini.

Dan pada kesempatan ini, penyusun juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada :

• Allah S.W.T yang telah memberikan kesempatan nikmat dan kebesarannya untuk

kita semua.

• Bapak Ir.H.Irham, M.T selaku ketua Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.

• Ibu Dra. Hj.Sri Ning Peni, M.Si, selaku dosen penanggung jawab sekaligus

pembimbing praktikum yang telah banyak memberikan masukan yang sangat

berarti.

• Asisten - asisten dosen yang telah banyak membantu dan membimbing praktikan

dalam melaksakan praktikum dan penyusunan laporan.

• Rekan – rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu selama

praktikum dan penyusunan laporan ini.

Mudah-mudahan Allah SWT berkenan memberikan balasan yang setimpal atas

jasa dan budi baik dari segala pihak yang membantu. Semoga Laporan Praktikum Kimia

Analitik ini dapat menjadi manfaat bagi penulis khususnya, dan para pembaca pada

umumnya. Amin. Akhirnya pepatah pun mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”

maka tegur sapa sangat diharapkan dari semua pihak yang telah membaca makalah

Laporan Praktikum Kimia Analitik ini demi menuju kesempurnaan


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kimia Analitik adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari mengenai cara - cara

penganalisaan zat kimia yang terdapat didalam suatu sampel yang akan dianalisa baik jenis

maupun kadarnya. Dalam bidang kimia analitik, suatu analisis harus melalui beberapa

tahapan seperti pemilihan dan penyiapan sampel (sampling), perlakuan awal

(pretreatment), pemisahan, pengukuran, dan analisis data. Kimia Analitik dibagi menjadi

dua golongan yakni kimia analitik kualitatif dan kimia analitik kuantitatif. Analisa

kualitatif mempunyai arti mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang

tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk

mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Definisi dari analisis

kualitatif adalah pemeriksaaan kimiawi tentang jenis unsur atau ion yang terdapat dalam

suatu zat tunggal atau campuran beberapa zat .

Dalam analisis secara kualitatif tahap awal yang dilakukan adalah uji organoleptis

sebagai hipotesis awal untuk mengetahui kandungan zat dalam suatu sampel. Organoleptik

berarti kesan indra atau organ. analisis organoleptik mencakup aplikasi penglihatan, bau,

rasa, sentuhan, dan kadang-kadang bahkan suara. Sampel diamati sifat-sifat fisik dan

kimiawinya dengan beberapa metode analisis pendahuluan, dengan tujuan mendapatkan

informasi awal untuk menduga komponen yang terkandung didalamnya. Pengamatan

meliputi sifat fisik seperti bentuk, warna, bau, pelarut yang sesuai dan warna nyala jika

memungkinkan. Perubahan secara fisika dan kimia seperti dalam proses pelarutan dan

pemanasan menjadi pengamatan yang penting dalam analisis pendahuluan. Harus disadari
bahwa untuk melakukan analisa kualitatif yang cepat dan tepat diperlukan pengetahuan

yang cukup mengenai sifat fisis bahan-bahan yang dianalisa

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk dapat menentukan dosis asam

atau basa yang diperlukan untuk menaikkan pH sampai memenuhi persyaratan dan

mengetahui kemampuan air untuk menetralkan larutan basa dan larutan asam
BAB II

PERCOBAAN

2.1 Pengenalan Alat-alat praktikum

2.1.1 Dasar Teori

Seperti yang telah dijelaskan, bahwa teori pengenalan alat-alat laboratorium

bertujuanuntuk membuat praktikan mengetahui fungsi atau kegunaan alat-alat

laboratorium, olehkarena itu, fungsi daripada tiap-tiap alat akan dijelaskan dengan tujuan

agar praktikan dapatmemahami secara jelas kegunaan alat-alat laboratorium yang akan

dipakai. Pada dasarnyasetiap alat memiliki nama yang menunjukkan kegunaan alat

tersebut, prinsip kerja atau prosesyang berlangsung ketika alat digunakan. Beberapa

kegunaan alat dapat dikenali berdasarkannamanya. Penamaan alat-alat yang berfungsi

mengukur biasanya diakhiri dengan kata meterseperti thermometer, hygrometer,

spektrofotometer, dll. Alat-alat pengukur yang disertai dengan informasi tertulis, biasanya

diberi tambahan “graph” seperti thermograph, barograph Dari uraian tersebut, tersirat

bahwa nama pada setiap alat menggambarkan mengenaikegunaan alat dan atau

menggambarkan prinsip kerja pada alat yang bersangkutan. Dalam penggunaannya ada

alat-alat yang bersifat umum dan ada pula yang khusus.

Peralatan umum biasanya digunakan

untuk suatu kegiatan reparasi, sedangkan peralatan khusus lebih banyakdigunakan untuk

suatu pengukuran atau penentuan (Moningka, 2008).Penggunaan beberapa alat gelas

dengan tepat penting untuk diketahui agar pekerjaantersebut dapat berjalan dengan baik.
Kesalahan dalam penggunaan alat-alat ini dapatmempengaruhi hasil yang akan diperoleh.

Oleh karena itu harus diberikan pelatihan tentang penggunaan alat-alat

tersebut.Penggunaan alat-alat gelas tersebut haruslah sesuai dengan fungsinya agar

pekerjaantersebut dapat berjalan dengan baik dan tepat. Apabila terjadi suatu kesalahan

atau kekeliruandalam penggunaannya akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Ada

beberapa macam alatgelas yang dipakai di laboratorium, antara lain: gelas piala (beker

gelas), erlenmeyer, gelasukur, botol, pipet, corong, tabung reaksi, gelas objek dan gelas

penutup, cawan petri dankamar hitung.Terdapat dua kelompok alat-alat ukur yang

digunakan pada analisa kuantitatif, yaitu:Alat-alat yang teliti (kuantitatif) dan alat-alat

yang tidak teliti (kualitatif). Untuk alat-alatyang teliti (kuantitatif) terdiri dari : buret, labu

ukur, pipet. Sedangkan untuk alat-alat yangtidak teliti (kualitatif) terdiri dari gelas ukur,

erlenmeyer, dan lainnya. Dalam prakteknya baikanalisa maupun sintesa, sesorang yang

mempelajari atau menekuni bidang kimia pasti akanselalu dihadapkan pada hal-hal yang

berhubungan dengan alat-alat dan bahan kimia

2.1.2 Alat dan bahan Percobaan

1.Gelas Piala  19. Corong

2.Erlemeyer  20. Rak Tabung Reaksi

3.Labu Ukur  21. Penjepit Tabung Reaksi

4.Petridish  22. Statif dan Klem

5.Gelas Ukur  23. Sikat Tabung Reaksi

6.Kaca Arloji  24. Segitiga

7.Tabung Reaksi  25. Bola Hisap

8.Cawan Penguap  26. Lampu Spiritus
9.Mortal  27. Bunsen

10.Krush  28. Kaki Tiga

11.Pipet Tetes  29. Botol Semprot

12.Pipet Volum  30. Kawat Kasa

13.Pipet Gondok  31. Klem Utilitas

14.Batang Pengaduk  32. Oven

15.Sudip  33. Tanur

16.Corong pisah   34. Hot Plane

17.Desikator  35.Timbangan Analitis

18.Bure

2.1.3 Laporan pengenalan alat alat Praktikum

No. Nama Alat Gambar Fungsi


1. Gelas Piala Sebagai tempat untuk menyimpan dan
meletakkan larutan. Gelas Piala memiliki
takaran namun jarang bahkan tidak
diperbolehkan untuk mengukur volume suatu
zat cair.
2. Erlemeyer Sebagai wadah unuk mereaksikan suatu zat
kimia dalam skala yang cukup besar dan
sebagai wadah dalam proses titrasi.
3. Labu Ukur Untuk membuat,menyimpan dan mengencer-
kan larutan dengan ketelitian yang tinggi.

4. Petridish sebuah wadah untuk membiakkan sel atau


mikroba.
5. Gelas Ukur Untuk mengukur volume larutan..

6. Kaca Arloji Sebagai wadah untuk menimbang bahan-bahan


kimia yang berupa padat,serbuk serta kristal

7. Tabung  Sebagai wadah satu atau dua jenis zat


Reaksi

8. Cawan Digunakan sebagai wadah untuk mengeringkan


Penguap suatu zat

9. Mortal Menghaluskan zat yang masing bersifat


padat/kristal.

10. Krush Sebagai wadah untuk menentukan kadar abu.

11. Pipet Tetes Untuk meneteskan atau mengambil larutan


dengan jumlah kecil dari suatu tempat ke
tempat lain.
12. Pipet Untuk menentukan volume larutan
Volum
13. Pipet Untuk mengukur volume larutan
Gondok
14. Batang Untuk mengocok atau mengaduk suatu larutan.
Pengaduk
15. Sudip Untuk mengambil bahan-bahan kimia dalam
berupa padat atau bubuk.

16. Corong Untuk memisahkan larutan yang disebabakan


Pisah ooleh massa jenisnya yang berbeda

17. Desikator Untuk menyimpan bahan-bahan yang harus


bebas air dan mengeringkan zat-zat dalam
laboratorium.
18. Buret Digunakan untuk titrasi, tapi pada keadaan
tertentu dapat pula digunakan untuk mengukur
volume suatu larutan.

19. Corong Corong digunakan untuk memasukan atau


memindah larutan dari satu tempat ke tempat
lain
20. Rak Tabung Sebagai tempat tabung reaksi.
Reaksi

21. Penjepit Untuk menjepit tabung reaksi.


Tabung
Reaksi
22. Statif dan Sebagai penjepit soklet pada proses ekstraksi
Klem dan sebagai penjepit buret dalam proses titrasi
sekaligus untuk menjepit kondensor pada
proses destilasi
23. Sikat Untuk menyikat tabung reaksi
Tabung
Reaksi
24. Segitiga Untuk menahan wadah, misalnya krush pada
saat pemanasan ataau corong pada waktu
penyaringan.
25. Bola Hisap Untuk menghisap larutan yang akan dari botol
larutan.

26. Lampu Untuk membakar zat atau memanaskan


Spritus larutan.

27. Bunsen Untuk memanaskan larutan dan dapat pula


digunakan untuk sterilisasi dalam proses suatu
proses.
28. Kaki Tiga Kaki tiga sebagai penyangga pembakar spirtus.

29. Botol digunakan untuk menyimpan aquades dan


Semprot digunakan untuk mencuci ataupun membilas
bahan-bahan yang tidak larut dalam air.

30. Kawat Kasa Sebagai alas atau untuk menahan labu atau
beaker pada waktu pemanasan menggunakan
pemanas spiritus atau pemanas bunsen
31. Klem Alat untuk Penjepit dan penyangga tabung
Utilitas erlemeyer saat dipanaskan

32. Oven Untuk mengeringkan alat-alat sebelum


digunakan dan digunakan untuk mengeringkan
bahan yang dalam keadaan basah.
33. Tanur Digunakan sebagai pemanas pada suhu tinggi,
sekitar 1000 °C.dan untuk menentukan kadar
abu
34. Hot Plate Untuk memanaskan larutan. Biasanya untuk
larutan yang mudah terbakar.

35 Timbangan Tempat untuk menimbang zat-zat yang akan


Analitis ditimbang dengan skala yang kecil.

2.2 Penyaringan Endapan,Pengenalan bau Gas dan Penggunaan Kertas Lakmus

2.2.1 Dasar Teori

Gas menurut Chang (2009) adalah suatu zat yang berada pada keadaan gas pada

suhu dan tekanan yang normal. Menurut Saidi (2010), kertas lakmus ialah indikator

penunjuk asam dan basanya suatu larutan. Kertas lakmus biasanya berwarna biru atau

merah. Kertas lakmus akan menunjukkan perubahan warna sesuai dengan pH zat tersebut.

Biasanya zat yang bersifat asam akan memerahkan lakmus biru, dan zat yang bersifat basa

akan membirukan lakmus merah.

Semua gas mempunyai beberapa sifat fisik, seperti: mengikuti volume dan bentuk

dari wadahnya, gas merupakan zat yang paling kompresibel (dapat ditekan) dari ketiga

jenis materi, gas-gas akan bercampur merata dan sepenuhnya bila ditempatkan pada suatu

wadah yang sama, serta gas mempunyai tingkat kerapatan paling rendah dibandingkan

dengan zat padat dan cair (Chang, 2009).

Gas tidak kasat mata dalam arti bahwa tidak ada partikel gas yang dapat dilihat.

Beberapa gas berwarna, seperti misalnya : gas klor (kuning kehijau-hijauan), brom (merah

kecoklat-coklatan) dan iod (ungu), beberapa diantaranya mudah meledak seperti misalnya

hidrogen; dan beberapa diantaranya secara kimiawi bersifat lembab (inert), seperti

misalnya helium dan neon (Petrucci, 1987).

Empat sifat dasar gas yang menentukan tingkah laku fisis dari gas adalah

banyaknya molekul gas, volume gas, suhu dan tekanan. Dari nilai-nilai numeris tiga
besaran yang diketahui, tentunya dapat dihitung nilai besaran keempat. Perhitungan ini

bisa diselesaikan melaluli persamaan matematis yang disebut persamaan keadaan

(equitation of state) Pada prinsipnya semua, atau paling tidak beberapa sifat gas lainnya

dapat dihitung melalui persamaan keadaan (Petrucci, 1987).

Reaksi kimia yang terbentuk sebelum dilakukan pemanasan adalah :

NH4Cl + NaOH NaCl + NH4OH. Zat NH4OH (amonium hidroksida) tidak pernah ada,

zat tersebut tidak dapat diisolasi dalam bentuk murni seperti NaOH (natrium hidroksida).

(Petrucci, 1987) Ketika dipanaskan, maka akan terjadi perubahan reaksi menjadi:

NH4OH + NaOH NH3 + NaCl + H2O.

Pemanasan yang dilakukan berfungsi untuk memaksimalkan kerja reaksi dan

mempercepat terbentuknya gas NH3. Gas NH3 bersifat mudah bereaksi dengan air dan

membentuk larutan amonium hidroksida yang bersifat basa. Untuk mendapatkan gas NH3,

dilakukan pemanasan untuk merombak larutan NH4OH menjadi NH3 dan H2O. (Manan,

2005) Setelah dihasilkan gas NH3 dari pembakaran, maka terjadi perubahan pH kearah

lebih basa (pH = 10) karena NH3 merupakan zat yang bersifat basa di dalam air, biasanya

berbentuk NH4OH (Petrucci, 2011).

Saat percobaan, gas NH3 (amonia) yang dihasilkan dari persamaan diatas dapat kita

deteksi dari karakteristik baunya yang menyengat atau dengan meletakkan kertas lakmus

merah di permukaan tabung reaksi yang akan berubah menjadi berwarna biru (Chang,

2009).

Berdasarkan percobaan yang sudah dilakukan, campuran larutan NH4Cl dan

NaOH setelah dipanaskan akan menghasilkan gas NH3. Seperti yang kita ketahui, NH3

(amonia) memiliki ciri-ciri berbau menyengat, tidak berwarna, mudah menguap (volatile),

dapat membirukan lakmus merah (bersifat basa), dan merupakan gas yang reaktif (Chang,

2009).
Setelah dilakukan percobaan, tidak ada perubahan pada warna larutan. Hal ini

disebabkan karena tidak adanya indikator yang ditambahkan ke dalam larutan tersebut.

Adanya perubahan pH pada larutan disebabkan karena terbentuknya gas NH3 yang

sifatnya basa serta larut dalam larutan tersebut. Akibat dari pemanasan yang menghasilkan

persamaan reaksi baru: NH4OH + NaOH NH3 + NaCl + H2O, maka sebagian akan

terurai menjadi uap air dan menghasilkan NH3 yang menyebabkan kertas lakmus berubah

warna dan menunjukkan pH dari larutan tersebut.

2.2.2 Alat dan Bahan Percobaan

Alat :

1. Tabung reaksi

2. Corong

3. Pipet tetes

4. Gelas piala

5. Penjepit

6. Lampu spritus

Bahan :

1. Larutan Na2CO3

2. Larutan CaCl2

3. Larutan NaOH

4. Larutan NH4Cl

5. Kertas lakmus

2.2.3 Cara Kerja


A. Pengendapan

 Ambil beberapa tetes (5ml) larutan Na2CO3 0,5M Masukkan ke dalam tabung reaksi.

 Tambhakana beberapa tetes larutan BaCl2 atau CaCl2 amati apa yang terjadi.

 Ambil kertas saring lipat menjadi 1/4 lingkaran.

 Masukan kertas saring ke dalam corong,kemudian basahi dengan aquades agar kertas

saring menempel pada dinding corong.

 Ambil tabung reaksi yang kosong,letakkan corong yang ada kertas saring di atas.

 Masukkan larutan yang berisi endapan di atas,aduk-aduk dengan pengaduk dan

tuangkan sedikit demi sedikit ke corong dengan bantuan pengaduk untuk di arahkan

ke lubang corong.

 Di peroleh endapan yang menempel pada kertas saring,cairan masuk ke tabung reaksi

di bawahnya(endapan sudah terpisah dengan cairannya).

 Pembuatan dan Pengenalan Bau Gas NH3 ( Amonia) serta

pengenalan lakmus.

 Ambil 4-5 tetes larutan NH4Cl masukkan kekedalam tabung reaksi.

 Tambhkan bebrrapa tetes larutan NaOH

 Peganglah tabung reaksi dengan penjepit,lalu dipanaskan sambil di goyang-goyang.

 Arahkan mulut tabung ke tempat yang kosong,dan tabung agak di condongkan.

 Setelah mendidih,angkat dari atas api janngan sampai larut yang didihkan tumpah.

 Praktekkan cara membau gas dengan cara mengipas-ngipaskan telapak tangan diatas

mulut tabung ke arah hidung kita yang berjarak relatif jauh(30 cm) untuk membau gas

yang keluar.

 Reaksi yang terjadi : NH4Cl + NaOH --> NaCl + NH4OH.

 Dekatkan kertas lakmus merah ke mulut tabung,lihat apa yang terjadi pada kertas

lakmus merah tersebut dan simpulkan.


2.2.4 Laporan Penyaringan Endapan Bau Gas dan Penggunaan Kertas Lakmus

LAPORAN RESMI PRRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

Nama Praktikan : FEBRYANTO No Mahasiswa :41100190022

Acara Praktikum :Penyaringan endapan dan Kelompok 6


pengenalan kertas lakmus
Alat :Tabung reaksi,corong,pipet tetes Asisten : Ghazi
gelas piala,penjepit,lampu spritus
Bahan : Larutan Na2CO3,larutan CaCl2 Tanggal : 17 Maret 2020
,larutan NaOH,larutan NH4Cl,
dan kertas lakmus

No Percobaan Pengamatan Reaksi Kesimpulan


1 Na2CO3 + Na2CO3 di teteskan 9 Na2CO3 + Dari percobaan
CaCl3 kali dan di campurkan CaCl2 yang telah di
CaCl2 mengalami 2NaCl + lakukan,laruta
perubahan warna CaCO2 n NaCO3 di
menjadi keruh tetesan campurkan
CaCl2 di teteskan CaCl2 akan
sebanyak 3x dan bereaksi
aquades berfungsi berubah
sebagai tetesan di warna.Dan
sekitar corong reaksi ketika di
saring maka
akan terjadi
pengendapan
dari suatu
larutan
tersebut.

NH4Cl di
2. NH4Cl+NaOH teteskan 10 NH4Cl + Dengan di
tetes dan di NaOH tandainya
campurkan NH4OH + kertas lakmus
NaOH 5 tetes NaCl berwarna biru
warna suatu menjadi lebih
zat menjadi pekat maka
tdk dapat di
mengalami ketahui
perubahan dan larutan
tdk berbau tersebut
setelah tabung bersifat basah.
zat di
panaskan saya
mencium
sedikit berbau
dan memakai
kertas lakmus
dan
mengipas-ngi
pas kan nya
berketas tsb
berubah
menjadi biru
yang bertanda
suatu zat
biasa.
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA
ANALITIK

Nama Praktikan : FEBRYANTO NoMahasiswa:41100190022

Acara Praktikum :Penyaringan endapan dan Kelompok :6


pengenalan kertas lakmus
Alat :Tabung reaksi,corong,pipet tetes Asisten : Ghazi
gelas piala,penjepit,lampu spritus
Bahan : Larutan Na2CO3,larutan CaCl2 Tanggal : 17 Maret
2020
,larutan NaOH,larutan
NH4Cl, dan kertas
lakmus
No Perco Pengamatan Kesimpulan
baan
1 Na2CO3 + CaCl3 Na2CO3 di Dari percobaan
teteskan 9 kali dan Yang telah di
di campurkan lakukan,larutan NaCO3
CaCl2 mengalami di campurkanCaCl2
perubahan warna akanbereaksi berubah
menjadi keruh warna.Dan ketika di
tetesan CaCl2 di saring maka akan
teteskan sebanyak terjadi pengendapan
3x dan aquades dari suatu larutan
berfungsi sebagai tersebut.
tetesan di sekitar
corong reaksi

NH4Cl di teteskan Dengan ditandainya


2 NH4Cl+NaOH 10 tetes dan di kertas lakmus
campurkan NaOH 5 berwarna biru
tetes warna suatu zat menjadi lebih pekat
menjadi tdk maka dapat di ketahui
mengalami larutan tersebut
bersifat basah
perubahan dan tdk
berbau setelah
tabung zat di
panaskan saya
mencium sedikit
berbau dan memakai
kertas lakmus dan
mengipas-ngipas kan
nya berketas tsb
berubah menjadi biru
yang bertanda suatu
zat biasa.
2.3 Identifikasi Anion

2.3.1 Dasar Teori

Kimia analitik dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat.
Urusannya adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel.
Sedangkan analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya satu zat
tertentu yang ada dalam sampel.
Dalam kimia analisis kuantitatif dikenal suatu cara untuk menentukan ion
(kation/anion) tertentu dengan menggunakan pereaksi selektif dan spesifik.
Pereaksi selektif adalah pereaksi yang memberikan reaksi tertentu untuk satu
jenis kation/anion tertentu. Dengan menggunakan pereaksi-pereaksi ini maka
akan terlihat adanya perubahan-perubahan kimia yang terjadi, misalnya
terbentuk endapan, terjadinya perubahan warna, bau dan timbulnya gas.
Analisa kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi
basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah
untuk zat dalam larutan. Reaksi kering ialah sejumlah uji yang berguna dapat
dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa melarutkan contoh. Petunjuk
untuk operasi semacam ialah pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala, uji
spektroskopi dan uji manik. Reaksi basah ialah uji yang dibuat dengan zat-zat
dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung dengan terbentuknya
endapan, dengan pembebasan gas dan dengan perubahan warna. Mayoritas
reaksi analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah.
Cara identifikasi ion dibagi menjadi 2 macam, yaitu identifikasi kation dan
identifikasi anion. Namun, pada analisa anion tidak begitu sistematik seperti
pada identifikasi kation. Salah satu cara penggolongan anion adalah
pemisahan anion berdasarkan kelarutan garam-garam perak, garam-garam
kalsium, barium dan seng.
Untuk memudahkan menganalisa anion, diusahakan dulu dalam bentuk
senyawa yang mudah larut dalam air. Umumnya garam-garam natrium mudah
larut dalam garam karbonat dari logam-logam berat sukar larut dalam air,
sehingga apabila zat yang akan dianalisa berupa zat yang sukar larut atau
memberi endapan dengan Na2CO3, maka dibuat dahulu berupa ekstrak soda,
kemudian dipisahkan dari endapan yang mengganggu tersebut.
Identifikasi anion meliputi analisis pendahuluan, analisis anion dari zat
asal dan analisis anion dengan menggunakan larutan ekstra soda. Dari hasil
analisis sebelumnya (data kelarutan) dan pengetahuan tentang kation yang
ada, dapat memberikan petunjuk tentang anion yang mungkin ada atau tak ada
dalam larutan sampel. Sebagai contoh, zat asal larut dalam air panas, kation
yang ditemukan Pb2+, anion yang mungkin ada adalah klorida karena PbCl 2
larut dalam air panas. Tidak mungkin nitrat karena timbal nitrat mudah larut
dalam air dingin.
Analisis anion diawali dengan uji pendahuluan untuk memperoleh
gambaran ada tidaknya anion tertentu atau kelompok lain yang memiliki sifat-
sifat yang sama. Selanjutnya diikuti dengan proses analisis yang merupakan
uji spesifik dari anion tertentu. Pemisahan secara fisik dari anion umumnya
tidak penting , karena uji spesifik anion hanya peka terhadap anion tertentu
dan tidak peka untuk anion lainnya. Hanya bila terjadi interferensi atau
gangguan dalam suatu analisis anion oleh anion lain maka diperlukan langkah
awal proses pemisahan.
Beberapa uji pendahuluan dan uji identifikasi atau uji spesifik dapat
dilakukan dalam fasa padatan, tetapi untuk memperoleh validitas pengujian
yang tinggi biasanya dilakukan dalam keadaan larutan. Kelarutan bahan-
bahan organik terutama garam akan sangat membantu dalam menetapkan
kombinasi antar anion dan kation. Misalnya, jika larutan zat yang tidak
diketahui ditemukan mengandung ion karbonat . CO-, maka hanya
dimungkinkan ada kation-kation tertentu seperti K-, Na-,NH-, sebab garam
karbonat dari kation lain tidak larut dalam air. Analisisi anion dan kation
sering ksli dapat dibantu oleh diagram alir, yang menggambarkab langkah-
langkah sistematis untuk mengidentifikasi jenis anion dan kation. Diagram alir
untuk analisis kation lebih sistematis dibandingkan dengan diagram alir
analisis anion. Dalam diagram analisis kualitatif anion dan kation dimulai dari
ion yang dinyatakan, pereaksi yang perlu ditambahkan, kondisi eksperimen
dan rumus kimia produk yang dihasilkan. Dalam kerja laboratorium yang
berkaitan dengan analisis ion sangant penting mengikuti urutan dari langkah-
langkah analisis yang telah ditetapkan dalam diagram alir.
Ada beberapa macam cara untuk menggambarkan diagram alir analisis
ion. Gambar umum yang biasa digunakan adalah aliran ke bawah, yang
endapannya dituliskan di sebelah kiri, sedangkan larutannya dituliskan di
kanan.
Pada umumnya, suatu proses analisis anion diawali dengan uji
pendahuluan untuk memperoleh gambaran ada atau tidaknya anion tertentu
atau kelompok anion yang memiliki sifat-sifat yang sama. Selanjutnya diikuti
dengan proses analisis yang merupakan uji spesifik dari anion tertentu.
Pemisahan secara fisik dari anion umumnya tidak penting, karena uji spesifik
anion hanya peka terhadap anion yang tertentu dan tidak peka terhadap anion
yang lainnya. Hanya bila terjadi interferensi atau gangguan dalam suatu
analisis anion oleh anion lain maka diperlukan langkah awal proses
pemisahan.
Beberapa uji pendahuluan dan uji identifikasi atau uji spesifikasi anion
dapat dilakukan dalam fase padatan , tetapi untuk memperoleh validitas
pengujian yang tinggi biasanya dilakukan dalam keadaan larutan. Kelarutan
bahan-bahan anorganik, terutama garam telah dipelajari sebelumnya dalam
mata kuliah dasar kimia dalam bentuk daftar kelarutan garam, sangat
membantu untuk proses analisis bahan anorganik. Daftar kelarutan garam
sangat membantu dalam menetapkan kombinasi antara anion dan kation.
   Jika zat yang tidak diketahui tidak larut dalam air, harus dilakukan
perlakuan tertentu dengan pereaksi kimia agar menjadi larut. Beberapa anion
tidak stabil dalam larutan asam, atau bereaksi satu sama lain dalam suasana
asam.  Bila terjadi keadaan tidak stabil suasan asam, maka analisis anion harus
dilakukan dalam suasana basa.
   Analisis anion yang sering dilakukan meliputi 11 anion yang paling
umum, yaitu anion sulfide, sulfit, karbonat, nitrit, iodide, bromida, klorida,
fosfat, kromat, nitrat, dan sulfat. Beberapa uji pendahuluan dan uji identifikasi
atau uji spesifik dapat dilakukan dalam fase padatan, tetapi untuk memperoleh
validitas pengujian yang tinggi biasanya dilakukan dalam keadaan larutan. jika
zat yang tidak diketahui tidak larut dalam ai, harus dilakukan perlakuan
tertentu dengan pereaksi kimia agar menjadi larut.
Reaksi identifikasi yang lebih sederhana dikenal sebagai reaksi spesifik
untuk golongan tertentu. Reaksi golongan untuk anion golongan III adalah
AgNO3 yang hasilnya adalah endapan coklat merah bata.
Pemisahan anion-anion ke dalam golongan utama tergantung pada
kelarutan garam pelarutnya. Garam kalsium, garam barium, dan garam zink
ini hanya boleh dianggap berguna untuk memberi indikasi dari keterbatasan-
keterbatasan metode ini. Skema identifikasi anion bukanlah skema yang kaku,
karena satu anion termasuk dalam lebih dari satu sub golongan.
Selain itu ada cara penggolongan anion menurut Bunsen, Gilreath dan
Vogel. Bunsen menggolongkan anion dari sifat kelarutan garam perak dan
garam bariumnya,warna,kelarutan garam alkali dan kemudahan menguapnya. 
Gilreath menggolongkan anion berdasarkan pada kelarutan garam-garam
Ca, Ba, Cd dan garam peraknya. Sedangkan Vogel menggolongkan anion
berdasarkan pada proses yang digunakan dalam identifikasi anion yang
menguap bila diolah dengan asam dan identifikasi anion berdasarkan
reaksinya dalam larutan. Identifikasi anion yang menguap bila diolah dengan
asam dibagi dua lagi yaitu anion membentuk gas bila diolah dengan HCl encer
atau H2SO4 encer, dan anion yang membentuk gas atau uap bila diolah dengan
H2SO4 pekat.
Ada pula identifikasi anion berdasarkan reaksi dalam larutan, yaitu anion
yang diidentifikasi dengan reaksi pengendapan dan dengan reaksi redoks.
Reaksi pengendapan umumnya terjadi saat proses pemisahan yang kemudian
dilanjutkan dengan uji identifikasi, namun tidak ada jenis anion tertentu yang
termasuk dalam kelompok reaksi pengendapan karena hal tersebut sesuai
dengan uji lanjutannya. Pembentukan endapan karena adanya senyawa baru
setelah bereaksi. Banyak sekali reaksi yang di gunakan dalam analisis
anorganik kualitatif melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat
yang memisahkan dari suatu fase padat keluar dari larutan endapan, mungkin
berupa Kristal (kristalin) atau koloid dan dapat dikeluarkan dari larutan
dengan penyaringan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh
dengan zat yang bersangkutan ke larutan (S) satu endapan, menurut defenisi
adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan
tergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-
bahan lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya.
Anion kompleks halida seperti anion kompleks berbasa banyak seperti
oksalat misalnya (CO(C2O4)3)3- dan anion oksa dari oksigen. Klorat, Bromat
dan iodat merupakan ion yang bipiramidal yang terutama dijumpai pada
garam lokal alkali. Anion okso logam transisi jarang digunakan, yang paling
dikenal adalah kalium permanganat (KMnO4) dan kromat (CrO4) atau dikenal
sebagai pengoksida.
Anion berinti banyak dijumpai pada anion okso yang berinti 2, 3 atau 4
atom oksigen yang terikat pada atom inti dan menghasilkan atom deskret.
Namun demikian, mungkin hanya terdiri dari 2 atom oksigen dan
menghasilkan ion dengan jembatan oksigen seperti ion bikarbonat yang
terbentuk dari CrO4 yang diasamkan.

2.3.2 Alat dan Bahan Percobaan

Alat dan bahan yang dipakai dalam percobaan adalah:

Alat :

1. Tabung reaksi

2. Rak tabung

3. Pipet tetes.

Bahan :

1. Na2CO3

2. HCl

3. CO3-

4. NaHCO3
5. CaCl2

6. NH3

7. Ca(OH)2

8. HCl

9. Air kapur

10.Kertas saring.

2.3.3 Cara kerja

Identifikasi anion CO32-(karbonat)

1. Digunakan larutan Na2CO3 0,5 M

 Ambil beberapa tetes larutan Na2CO3 masukkan ke dalam tabung reaksi.

 Tambahkan beberapa tetes dengan larutan HCl encer.

 Lihat dan catat apa yang terjadi (buih karena adanya peruraian ion CO 3-

menjadi gas CO2).Dibuktikan dengan air kapur (air barit).

Identifikasi anion HCO3- (ion hidrogen karbonat)

2. Digunakan larutan NaHCO3 0,5 M atau KHCO3

 Ambil beberapa tetes larutan NaHCO3 masukkan ke dalam tabung reaksi.

 Panaskan,lihat apa yang terjadi (berbuih adanya gas CO 2),dibuktikan dengan

air kapur (air barit).

 Larutan ditambahkan CaCl2 berlebih,terbentuk endapan putih saring dan

ambil filtratnya.

 Tambahkan filtrat dengan amoniak maka akan terbentuk endapam atau

larutan menjadi keruh keputihan.


 Hal tersebut menunjukkan adanya ion HCO3 dibuktikan dengan air kapur (air

barit).

3. Uji dengan air kapur (air barit)

 Siap kan dua buah tabung yang ada penghubung pipanya.

 Masukkan air kapur 15ml ke dalam tabung 1 yang terbuka.

 Masukkan zat padat Ca(OH)2 sebanyak 5 gram,tambahkan larutan HCl encer

hingga volume kira-kira 20ml ke dalam tabung 2 lalu tutup dengan gabus.

 Hubungkan tabung 1 dengan tabung 2 dengan pipa/selang penghubung.

 Panaskan tabung 2 maka terjadi aliran gas ke lubang 1.

 Tabung 1 yang berisi air barit/air kapur akan mengeruh ini menunjukkan ada

gas CO2.

 Jika pengaliran terlalu lama ke dalam tabung 1yang berisi air kapur,maka

kekeruhan itu perlahan-lahan akan hilang,dikarenakan terbentuknya ion hydrogen

karbonat yang larut (HCO3-).


2.3.4 Laporan Analisi Anion

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

Nama Praktikan : FEBRYANTO

NoMahasiswa:41100190022 Acara Praktikum

:Identifikasi anion CO3² Kelompok 6


(Karbonat)
Alat :Tabung reaksi,pipet tetes,lampu Asisten : Erwina
spritus,selang penghubung,gabus
Bahan : Larutan Na2CO3,larutan HCl Tanggal : 19 Maret
,lair kapur(air barit),saringan,
amoniak,Air kapur,Gas CO2,HCO3-
N Percobaan Pengamatan Reaksi Kesimpulan
o
1 Na2CO3 + HCl Saat Na2CO3 + larutan
memasukan HCl > Na2CO3 di
cairan 5 tetes CO3+CO2 campurkan
Na2CO3 HCl akan
kedalam bereaksi
larutan 10 tetes berubah warna
HCl perubahan ketika di
menjadi putih campurkan
dan berbuih. maka akan
saat larutan berbuih dan
tersebut di terjadi
tuangkan pengendapan
kedalam dari suatu
tabung terjadi larutan tsb.
pengendapan.
CaCO3
Endapan
tersebut
berwarna putih
namun tdk
berbau.
Saat larutan
NaHCO3 di NaHCO3+CaC Dengan
2. NaHCO3+CaCl2 panaskan l2 > ditandainya
larutan tersebut Endapan sudah filtrat yang
berbuih. Lalu terpisah dari telah
di tambahkan cairannya . dicampurkan
Cacl2 maka amoniak
terbentuk berubah
endapan menjadi
berwarna larutan
putih. Ketika berwarna putih
filtratnya keruh maka hal
tersebut menjukan
bahwa adanya ion
HCO3 di senyawa
tsb.

Jadi Ca(OH) 2 di
hungkan dengan
seoang lalu di
panskannya
tabung 2 maka
terjadi aliran gas ke
lubang 1 pad asaat
itu terjadi proses
pengeringan di
karenakan
terdapat CO2 jika
terlalu lama
menyebabkan keruhan
tsb akan hilang
Garam dan di
tambah HCl
encer 20 ml Ca(OH)2+HCl
3 Pencampuran Ca(OH)2 + HCl dalam tabung 2
lalu tabung 1 >CO2+ (HCO3-)
dan 2 di
tabung
hubungkan
dengan selang
penghubung
panskan
tabung 2 dan
terjadi aliran
gas ke lubang
1 tabung yang
berisi air kapur
Pada tabung
kapur
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

Nama Praktikan : FEBRYANTO NoMahasiswa:41100190022

Acara Praktikum :Identifikasi anion CO3² Kelompok : 6


(Karbonat)
Alat :Tabung reaksi,pipet tetes,lampu Asisten : Erwina
spritus
Bahan : Larutan Na2CO3,larutan HCl Tanggal : 18 Maret
,lair kapur(air barit),saringan,
amoniak

No Percobaan Pengamatan Kesimpulan


1 Na2CO3 + HCl Saat memasukan larutan Na2CO3 di
cairan 5 tetes campurkan HCl
Na2CO3 kedalam akan bereaksi
larutan 10 tetes berubah warna
HCl perubahan ketika di
menjadi putih dan campurkan maka
berbuih. saat akan berbuih dan
larutan tersebut di terjadi
tuangkan kedalam pengendapan dari
tabung terjadi suatu larutan tsb.
pengendapan.
CaCO3 Endapan
tersebut berwarna
putih namun tdk
berbau.

Saat larutan
NaHCO3 di
panaskan larutan
2 NaHCO3+CaCl2 tersebut berbuih. Dengan
Lalu di tambahkan ditandainya filtrat
Cacl2 maka yang telah
terbentuk endapan dicampurkan
berwarna putih. amoniak berubah
Ketika filtratnya menjadi larutan
ditambahkan berwarna putih
amoniak maka keruh maka hal
larutan berubah tersebut menjukan
warna menjadi bahwa adanya ion
keruh keputihan. HCO3 di senyawa
Hal tersebut adanya tsb.
ion HCO3
2.4 identifikasi kation

2.4.1 Dasar Teori

Merkuro (Hg22+)
Menurut teori, setelah direaksikan dengan larutan alkali karbonat
(Na2CO3), akan terbentuk endapan putih merkuro karbonat. Dari hasil
percobaan didapat larutan berubah menjadi agak keruh walau tidak terbentuk
endapan. Reaksi yang terjadi adalah :
Hg2(NO3)2 (aq) + Na2CO3 (aq) Hg2CO3 ( ) + 2NaNO3 (aq)
Jika larutan Hg2(NO3)2 direaksikan dengan larutan NaOH, akan terbentuk
endapan hitam. Dari hasil percobaan tidak terjadi perubahan yang teramati.
Larutan tetap jernih serta tidak ada endapan yang terbentuk. Hal ini
dimungkinkan karena penambahan NaOH yang berlebih. Reaksi yang
mungkin terjadi adalah :
Hg2+2 (aq) + 2 OH- (aq) Hg2O ( ) + H2O (l)
1. Timbal (Pb2+)
Jika ion Pb2+ direaksikan dengan larutan HCl, akan terbentuk endapan yang
berwarna putih. Dari hasil percobaan didapati endapan berwarna putih
dengan larutan yang tidak berwarna/ bening. Endapan ini dapat terbentuk
karena larutan sudah lewat jenuh, konsentrasi ion-ion PbCl2 sudah melebihi
harga Ksp-nya (Ksp PbCl2 = 2,4 x 10-9). Reaksi yang terjadi adalah :
Pb(NO3)2 (aq) + 2HCl (aq) PbCl2 (s) + 2HNO3 (aq)
Jika ion Pb2+ direaksikan dengan larutan KI, akan terbentuk endapan kuning
PbI2. Dari hasil percobaan didapati endapan kuning mengkilat dengan
larutan yang berwarna kuning. Setelah dipanaskan, larutan berubah menjadi
jernih sedangkan endapan tidak berubah sama sekali. Larutan menjadi jernih
karena PbI2 yang berupa koloid dalam larutan larut kembali. Reaksi yang
terjadi adalah :
Pb(NO3)2 (aq) + 2KI (aq) PbI2 (s) + 2KNO3 (aq)
2. Merkuri (Hg2+)
Jika ion Hg2+ direaksikan dengan larutan Na2S, akan terbentuk endapan putih
yang kemudian berubah menjadi kuning lalu coklat dan akhirnya hitam. Dari
hasil percobaan didapati endapan putih yang berubah menjadi kuning.
Reaksi yang terjadi adalah :
HgCl2 (aq) + Na2S (aq) HgS (s) + 2NaCl (aq)
Jika ion Hg2+ direaksikan dengan larutan NaOH, akan terbentuk endapan
kuning Hg(OH)2. Dari hasil percobaan, didapati endapan kuning-orange.
Reaksi yang terjadi adalah :
HgCl2 (aq) + 2NaOH (aq) HgO (s) + 2NaCl (aq) + H2O (l)
3. Kupri (Cu2+)
Jika ion Cu2+ direaksikan dengan larutan KOH, akan terbentuk endapan biru
Cu(OH)2 yang jika dipanasi berubah menjadi hitam (CuO). Dari hasil
percobaan, didapati endapan biru yang berubah menjadi hitam saat
dipanaskan. Reaksi yang terjadi adalah :
CuSO4 (aq) + 2KOH (aq) Cu(OH)2 (s) + K2SO4 (aq)
dipanaskan
Cu(OH)2 (s) CuO (s) + H2O (l)
Jika ion Cu2+ direaksikan dengan larutan KI, akan terbentuk endapan putih
CuI2 dengan warna larutan agak kuning dikarenakan ada I2 yang dibebaskan.
Dari hasil percobaan didapati warna larutan berubah dari biru muda menjadi
kuning pucat dengan endapan putih. Reaksi yang terjadi adalah :
CuSO4 (aq) + 2KI (aq) CuI 2 (s) +
K2SO4 (aq) 2CuI2 (s)2CuI (s) + I2
(g)
atau
2CuSO4 (aq) + 4KI (aq) 2CuI (s) + 2K2SO4 (aq) + I2
(g)
4.
5. Kadmium (Cd2+)
Jika ion Cd2+ direaksikan dengan larutan (NH4)2CO3, akan terbentuk endapan
putih basa karbonat yang tidak larut dalam (NH 4)2CO3 berlebih. Agar
diperoleh endapan sempurna, saat proses reaksi dilakukuan, larutan
dipanaskan. Dari hasil percobaan didapati endapan putih. Reaksi yang terjadi
adalah :
CdI2 + (NH4)2CO3 CdCO3 ( ) + 2NH4I
Jika ion Cd2+ direaksikan dengan larutan NaOH, akan terbentuk endapan
putih Cd(OH)2. Dari hasil percobaan didapati endapan putih-kuning. Reaksi
yang terjadi adalah :
CdI2 (aq) + 2NaOH (aq) Cd(OH)2 (s) + 2KI
(aq)
Jika ion Sn2+ direaksikan dengan larutan KOH, akan terbentuk endapan putih Sn(OH)2

yang larut dalam KOH berlebih. Dari hasil percobaan tidak ada perubahan yang dapat

teramati. Ini dimungkinkan karena penggunaan KOH yang berlebih. Reaksi yang

mungkin terjadi adalah :

Sn2+ (aq) + 2OH- (aq) Sn(OH)2 (s)


Sn(OH)2 (s) + 2OH- (aq) [Sn(OH)4]2-
Jika ion Sn2+ direaksikan dengan larutan NH3 ditambah Na2CO3, akan terbentuk endapan
putih Sn(OH)2 yang tidak larut dalam reagen berlebih. Dari hasil percobaan tidak ada
perubahan yang dapat teramati. Reaksi yang mungkin terjadi :
Sn2+ + CO32- + NH3 + H2O Sn(OH)2 ( ) + (NH4)2CO3

6. Alumunium (Al3+)
Jika ion Al3+ direaksikan dengan larutan NH3, akan terbentuk Al(OH)3 yang berupa
koloid. Dari hasil percobaan tidak ada perubahan yang dapat teramati. Hal ini mungkin
dikarenakan kurangnya konsentrasi reagen atau pH yang kurang mendukung. Larutan
tetap jernih seperti semula. Reaksi yang mungkin terjadi adalah :
Al3+ + 3NH3 + 3H2O Al(OH)3 + 3 NH4+
Jika ion Al3+ direaksikan dengan larutan NaCH3COO dan dipanaskan, akan terbentuk
endapan putih. Dari hasil percobaan didapati adanya endapan putih. Reaksi yang
mungkin terjadi adalah :
Al3+ + 3CH3COO- + 2H2O Al(OH)2COO ( ) + 2CH3COOH

7. Mangan (Mn2+)
Jika ion Mn2+ direaksikan dengan larutan KOH, akan terbentuk endapan putih Mn(OH) 2
yang karena pengaruh udara berubah menjadi coklat. Dari hasil percobaan didapati
endapan putih yang kemudian berubah menjadi coklat. Reaksi yang terjadi adalah :
Mn2+ + 2OH- Mn(OH)2 ( )
saat kontak dengan udara terjadi reaksi :
Mn(OH)2 ( ) + O2 + H2O MnO(OH)2 ( ) + 2OH-
Jika ion Mn2+ direaksikan dengan larutan Na2CO3, akan terbentuk endapan putih
MnCO3. Dari hasil percobaan didapati endapan putih. Reaksi yang terjadi adalah :
Mn2+ + CO32- MnCO3 ( )

8. Nikel (Ni2+)
Jika ion Ni2+ direaksikan dengan larutan NaOH, akan terbentuk endapan hijau Ni(OH) 2.
Dari hasil percobaan didapati endapan hijau-putih. Reaksi yang terjadi adalah :

Jika ion Ni2+ direaksikan dengan larutan (NH4)2CO3, akan terbentuk endapan hijau
dari garam basa yang larut dalam reagen berlebih. Dari hasil percobaan didapati endapan
hijau-putih. Reaksi yang terjadi adalah :
Ni2+ + CO32- NiCO3 ( )

9. Kobalt (Co2+)
Jika ion Co2+ direaksikan dengan larutan NaOH dalam keadaan dingin, akan terbentuk
endapan biru dari garam basa. Jika dipanasi akan terbentuk kobalt hidroksida.Dari hasil
percobaan didapati endapan biru. Reaksi yang terjadi adalah :
Co2+ + OH- + NO3- Co(OH)NO3 ( )
Dalam reagen berlebih dan dipanaskan akan tombul endapan merah jambu. Reaksi :
Co(OH)NO3 ( ) + OH- Co(OH)2 ( ) + NO3-
Jika ion Co2+ direaksikan dengan larutan Na2CO3, akan terbentuk endapan merah dari
garam basa. Dari hasil percobaan didapati larutan berwarna merah muda dan tidak ada
endapan. Hal ini mungkin dikarenakan konsentrasi reagen yang kurang karena warna
larutan sudah berwarna merah muda yang mengindikasikan hasil kali ion-ionnya sudah
lebih besar daripada harga Ksp-nya.
Reaksi yang mungkin terjadi :
Co2+ + CO32- CoCO3 ( )

10. Seng (Zn2+)


Jika ion Zn2+ direaksikan dengan larutan KOH, akan terbentuk endapan putih Zn(OH)2
yang larut dalam reagen berlebih. Dari hasil percobaan didapati larutan berubah dari
bening menjadi agak keruh dengan sedikit endapan. Hal ini mungkin dikarenakan
konsentrasi reagen yang kurang karena warna larutan sudah berwarna agak keruh yang
mengindikasikan hasil kali ion-ionnya sudah lebih besar daripada harga Ksp-nya atau
reagen yang berlebih sehingga endapan yang terbentuk larut kembali. Reaksi yang
mungkin terjadi :
Zn2+ + 2OH- Zn(OH)2 ( )
Dalam reagen berlebih terjadi reaksi :
Zn(OH)2 ( ) + 2OH- [Zn(OH)4]2-
Jika ion Zn2+ direaksikan dengan larutan Na2SO4, akan terbentuk endapan tersier zink
sulfat yang larut dalam amonia dan asam. Dari hasil percobaan didapati larutan tetap
bening. Tidak ada perubahan yang dapat teramati. Ini mungkin dikarenakan kurangnya
konsentrasi reagen atau kesalahan dalam percobaan. Reaksi yang mungkin terjadi adalah
Zn2+ + SO42- ZnSO4 ( )
11. Kalsium (Ca2+)
Jika ion Ca2+ direaksikan dengan larutan (NH4)2CO3, akan terbentuk endapan
CaCO3 yang jika dipanasi akan menjadi kristalin. Dari hasil percobaan
didapati endapan putih. Setelah dipanaskan tidak terbentuk kristal. Ini
mungkin dikarenakan pemanasan yang dilakukan kurang. Reaksi yang
terjadi :
Ca2+ + SO32- CaCO3 ( )
Jika ion Ca2+ direaksikan dengan larutan (NH4)2C2O4, dalam larutan yang
dibuat alkalis akan terbentuk endapan CaC2O4. Dari hasil percobaan didapati
larutan tetap jernih dan tidak ada endapan yang terbentuk. Ini mungkin
dikarenakan kesalahan pengamatan atau zat yang digunakan sudah tidak
valid lagi. Reaksi yang mungkin terjadi :
Ca2+ + C2O42- CaC2O4 ( )

12. Barium (Ba2+)


Jika ion Ba2+ direaksikan dengan larutan K2CrO4, akan terbentuk endapan
kuning BaCrO4. Dari hasil percobaan didapati endapan kuning. Reaksi yang
terjadi adalah :
Ba2+ + CrO42- BaCrO4 ( )
Jika ion Ba2+ direaksikan dengan larutan H2SO4 encer, akan terbentuk
endapan putih BaSO4. Dari hasil percobaan didapati endapan putih.
Ba2+ + SO42- BaSO4 ( )

13. Magnesium (Mg2+)


Jika ion Mg2+ direaksikan dengan larutan NaOH, akan terbentuk endapan
putih Mg(OH)2. Dari hasil percobaan didapati endapan putih. Reaksi yang
terjadi adalah :
Mg2+ + 2OH- Mg(OH)2 ( )
Jika ion Mg2+ direaksikan dengan larutan (NH4)2CO3, akan terbentuk
endapan putih dari garam basa. Dari hasil percobaan tidak ada perubahan
yang dapat diamati. Hal ini mungkin dikarenakan terjadi kesetimbangan
sehingga tidak terbentuk endapan. Reaksi yang mungkin terjadi :
5Mg2+ + 6 CO32- + 7 H2O 4 MgCO3.Mg(OH)2.5H2O ( )+2 HCO3-
Karena adanya garam-garam amonium, tidak terjadi pengendapan karena
terbentuk kesetimbangan. Reaksi kesetimbangannya :
NH4+ + CO32- NH3 + HCO3-

2.4.2 Alat dan bahan percobaan


Alat dan bahan yang dipakai dalam percobaan adalah:

Alat:

1. Tabung reaksi

2. Pipet tetes

3. Rak tabung.

Bahan:

1. CaCl2

2. H2SO4

3. NH4OH

4. MgCl2

5. NH4OH

6. NaOH

7. Na2CO3

2.4.3 Cara Kerja


Kation : Ca2+ (kalsium) dan Mg2+ (magnesium)

a. Kation kalsium (CaCl2).

1. Masukkan larutan tersebut kedalam tabung reaksi dan berikan pereaksi

berikut:

 Larutan H2SO4 encer,terjadi endapan putih CaSO4.


Reaksi : Ca2+ + SO42- → CaSO4

2. Masukkan larutan CaCl2 ke dalam tabung pereaksi dan berikan pereaksi

berikut ini:

 Larutan amonia,tak ada endapan karena kalsium hidriksida larut cukup

banyak.Jika larutan basa itu terkena udara luar,sedikit karbon dioksida akan

terserap dan terjadi kekeruhan dan ditimbulkan oleh kalsium karbonat.

b. Kation magnesium (Mg2+).

1. Larutan NaOH,maka akan terbentuk endapan putih

Mg(OH)2.

Reaksinya : Mg2+ + 2 OH- → Mg(OH)2.

2. Larutan amonia,terbentuk pengendapan parsial

magnesium hidroksi yang putih seperti gelatin.

Reaksinya : Mg2+ +2NH3 + 2H2O → Mg(OH)2 + 2NH4+.

3. Endapan mudah larut dalam garam-garam amoniumsedikit sekali larut

dalam air.

4. Larutan natrium karbonat,terbentuk endapan

putih,bervolume besar,yaitu karbonat basa.

5. Reaksinya :

5Mg2+ + 6CO32- + 7H2O → 4MgCO3 +Mg(OH)2 + 5H2O + 2HCO3-.

6. Endapan mudah larut dalam asam dan garam

amonium,tak larut dalam asam.


2.4.4 Laporan Analisis Kation Resmi dan Sementara
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

Nama Praktikan : FEBRYANTO No. Mhs


:4100190022
Acara Praktikum : Pencampuran larutan

Kelompok :6
Alat :Rak tabung reaksi dan pipet tetes Asisten
: Erwinda
Bahan : Cacl2,H2SO4,NH4OH,MgCl2,NaOH,NaCO3.

No Percobaan Pengamatan Reaksi Kesimpulan

Pada pengamatan ini di H2SO4 + CaCl2 Saat sejumlah zat tsb di


1. CaCl2+H2SO4 campurkan nya suatu  CaSO4+ satukan antara
zat reaksi CaCl 2HCl CaCl2+H2SO4
sebanyak 11 tetes dan di Dan di goyang zat tsb
campurkan ke reaksi Terjadi pengendapan
H2SO4 sebanyak 5 tetes berubah menjadi berwarna
keruh.
Pada pengamatan ini zat
NH4OH+CaCl2
CaCl2 sebanyak 6 tetes
2. Ca(OH)
dan NH40H 9 tetes zat Saat kedua zat tsb di
reaksi mengalami 2+ campurkan
CaCl2+NH4OH perubahan. 2NH4Cl CaCl2+NH4OHMengalami
perubahan sitnifikan
menjadi keruh.

Saat zat antara MgCl2


di teteskan sebayak 8
3. tetes dan NH4OH 11 Pada ini dapat di simpulkan
tetes juga mengalami MgCl2+2NH4OH MgCl2+NH4OH di
perubahan saat MG(OH)2 + campurkan terjadi
pencampuran . 2NH4Cl perubahan yang sama yaitu
menjadi tidak terlalu keruh
MgCl2+2NH4OH
Saat zat antara MgCl2 Pada zat ini MgCl2 dan
di teteskan 10 tetes dan NHaOH berubah berbeda
4. MgCl2 + NaOH 
NHaOH 7 tetes menjadi dari yang 3 diatas
perubahan yang berbeda Mg(OH)2 + 2NaCl mengalami pengendapan
di zat ini. menjadi bening

MgCl2+NaOH
5. MGCl2 + Na2CO3
MGCl12 di teteskan 10 
dan Na2CO3 di MgCO3 + 2NaCl Perubahan yaitu antara
teteskan 6 tetes MGCl2 dan Na2CO3
mengalami
pengendapanjuga
signifikan menjadi
MGCl2+Na2CO3 berwarna putih

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

Nama Praktikan : FEBRYANTO No. Mhs :4100190022


Acara Praktikum : Pencampuran larutan

Kelompok :6
Alat :Rak tabung reaksi dan pipet tetes Asisten :
Erwinda
Bahan : Cacl2,H2SO4,NH4OH,MgCl2,NaOH,NaCO3.

Tanggal : 20 maret 2020


No Percobaan Pengamatan Kesimpulan
1 CaCl2+H2SO4 Pada pengamatan ini di Saat sejumlah zat tsb di
campurkan nya suatu zat satukan antara CaCl2+H2SO4
reaksi CaCl sebanyak 11 tetes Dan di goyang zat tsb berubah
dan di campurkan ke reaksi menjadi berwarna keruh.
H2SO4 sebanyak 5 tetes

2 Pada pengamatan ini zat Saat kedua zat tsb di


CaCl2+NH4OH
CaCl2 sebanyak 6 tetes dan campurkan CaCl2+NH4OH
NH40H 9 tetes zat reaksi Mengalami perubahan
mengalami perubahan. sitnifikan menjadi keruh.

Saat zat antara MgCl2 di Pada ini dapat di simpulkan


teteskan sebayak 8 tetes dan MgCl2+NH4OH di
3 MgCl2+NH4OH NH4OH 11 tetes juga campurkan terjadi perubahan
mengalami perubahan saat yang sama yaitu menjadi tidak
pencampuran berlangsung terlalu keruh

Saat zat antara MgCl2 di Pada zat ini MgCl2 dan


teteskan 10 tetes dan NHaOH NHaOH berubah berbeda dari
4 7 tetes menjadi perubahan yang 3 diatas menjadi bening
yang berbeda di zat ini
MgCl2+NHaOH
MGCL12 di teteskan 10 dan Perubahan yaitu antara
Na2CO3 di teteskan 6 tetes MGCl2 dan Na2CO3 juga
signifikan menjadi berwarna
5.. putih
MGCl2+Na2CO3

2.5 Pengenceran Dengan Labu Ukur

2.5.1 Dasar Teori

Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, soda api,

atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida


terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium

hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air.

Molaritas adalah suatu konsentrasi yang banyak di pergunakan, dan

didefinisikan sebagai banyak mol terlarut dalam 1 liter (1000mL) larutan. Hampir

seluruh perhitungan kimia larutan menggunakan satuan ini. Di dalam

laboratorium kimia sering kita jumpai satuan molaritas misalnya HNO 3 3M.

Dalam botol tersebut terkandung 3 mol HNO3 dalam 1 liter larutan (Salirawati,

2008).

Molalitas adalah satuan konsentrasi yang menyatakan jumlah mol zat yang

terdapat didalam 1000 gram pelarut. Molalitas diberi lambang dengan huruf m.

Sebagai contoh didalam botol di laboratorium tertera label bertuliskan 0.5 m

CuSO4, hal ini berarti didalam larutan terdapat 0.5 mol CuSO4 dalam 1000 gram

pelarut. Penggunaan satuan konsentrasi molalitas, ketika kita mempelajari sifat-

sifat zat yang ditentukan oleh jumlah partikel misalnya kenaikan titik didih atau

penurunan titik beku larutan (Salirawati, 2008).

Normalitas yang bernotasi (N) merupakan satuan konsentrasi yang sudah


memperhitungkan kation atau anion yang dikandung sebuah larutan. Normalitas
didefinisikan banyaknya zat dalam gram ekivalen dalam satu liter larutan. Secara
sederhana gram ekivalen adalah jumlah gram zat untuk mendapat satu muatan

2.5.2 Alat dan Bahan Percobaan


Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan adalah:

Alat:

1. Labu Ukur
2. Corong

3. Gelas ukur

4. Gelas piala

5. Pipet gondok

Bahan:

1. HCl 0,1N

2. HCl 0,2N

3. Aquades

2.5.3 Cara Kerja

Tentukan volume larutan standar HCl 0,1N yanga akan dibuat,misal 500ml

atau 250ml.(N2=0,1 dan V2 = 500ml).Kemudian hitung dengan rumus V1.N1 =

V2.N2) dari HCl 0,2N yang diencerkan menjadi HCl 0,1N.Maka diperoleh

volume HCl 0,2N.

Ambil sejumlah larutan HCl 0,2N yang sudah dihitung volumenya dengan

menggunakan pipet gondok.Perhatikan minikus (permukaan cekung dari zat

cair /diatas garis skala pipet).Cara menggunakan pipet gondok setelah cairan

yang masuk pas batas skala maka tutup dengan telunjuk jari.Buka telunjuk

pelan-pelan untuk memasukkan cairan ke dalam labu.

Masukkan HCl tersebut ke dalam labu ukur yang volumenya ukurannya

sesuai dengan volume yang sudah ditentukan di atas.


Encerkan dengan air/aquades sampai batas skala labu ukur.Lakukan dengan

hati-hati harus tepat pada batas garis skala labu.Jangan lebih dan kurang

karena akan menimbulkan kesalahan.

NO PERCOBAAN PENGAMATAN REAKSI KESIMPULAN

1. HCl +Aquades Zat HCl di tuangkan ke Dik : n1 = 0,1 Dapat di simpulkan


Tabung Ukur 500 Ml dan n2 = 0,05 n ketika HCl di
selanjutnya Zat HCl V2 = 500Ml lakukannya proses
tersebut di tuangkan ke Dit :V1= pengenceran
Labu Ukur Lalu di tahap Jawab : menggunakan Zat
proses pencengenceran V1.N1= V2.n2 Aquadess terjadi
nya menggunakan Zat V1.0,1= 500,0,05 pengendapan dan
Aquades sampai batas V1=25/0,1 sedikit mengkeruh
skala Labu Ukur . V1=250 Ml
Dik : n1 = 0,1
n2 = 0,05 n
V2 = 500Ml
Dit :V1=
Jawab :
V1.N1= V2.n2
V1.0,1= 500,0,05
V1=25/0,1
2. NaOH+HCL V1=250 Ml
Dik M1 = 0,1 Dapat di simpulkan
V2 = 20 Ml kembali reaksi tsb di
Tuangkan HCl ke tabung Dit M2 = ? campurkan HCl
ukur 20Ml HCl tuangkan V1.M1=V2.M2 Yang berisi indicator
HCl dari tabung ukur ke 69,5,5.0,1 =20.M2 pp dengan NaOH
labu elenmeyer lalu M2= 0,03475 terjadi reaksi asam
tambahkan indikator pp.3 dan basa di sebut
tetes menggunakan pipet titrasi dan adanya
tetes ke labu elenmeyer warna pada larutan
aduk-aduk labu elenmeyer tsb yaitu ungu dan
dan dapat di simpulkan ketika di goyang kan
mengalami pengendapan warnanya menjadi
berwarna keruh masukkan netral di karenakan
NaOH ke buret lalu di reaksi asam dan basa
bawahkan buret di tersebut.
tampungg labu elenmeyer
yg tadi berisi
menggunakan zat-zat yang
tadi lalu goyang-goyang
labu elenmeyer sampai
tidak terjadi perubahan
warna.
Dik M1 = 0,1
V2 = 20 Ml
Dit M2 = ?
V1.M1=V2.M2
69,5,5.0,1 =20.M2
M2= 0,03475
2.5.4 Laporan Pengenceran dengan Labu Ukur Resmi dan Sementara
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

Nama Praktikan : FEBRYANTO No Mahasiswa : 41001090022

Acara praktikan : Pengenceran menggunakan labu Kelompok :6


Ukur dan analisis kuantitatif titrasi Asisten :Erwina

Volume.

Alat :Tabung reaksi,labu ukur gelas piala,botol larutan

Pipet tetes,corong,tiang statif&buret,labu erlenmyer

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

Nama Praktikan : FEBRYANTO No Mahasiswa : 41001090022

Acara praktikan : Pengenceran menggunakan labu Kelompok :6

Ukur dan analisis kuantitatif titrasi Asisten :Erwina

Volume.

Alat :Tabung reaksi,labu ukur gelas piala,botol larutan

Pipet tetes,corong,tiang statif&buret,labu erlenmyer

Tanggal: 23 maret 2020

Bahan : HCL,Aquades,larutan NaOH


NO PERCOBAAN PENGAMATAN KESIMPULAN

1. HCl +Aquades Zat HCl di tuangkan ke Tabung Dapat di simpulkan ketika HCl di
Ukur 500 Ml dan selanjutnya Zat lakukannya proses pengenceran
HCl tersebut di tuangkan ke Labu menggunakan Zat Aquadess terjadi
Ukur Lalu di tahap proses pengendapan dan sedikit
pencengenceran nya menggunakan mengkeruh
Zat Aquades sampai batas skala
Labu Ukur .
Dik : n1 = 0,1
n2 = 0,05 n
V2 = 500Ml
Dit :V1=
Jawab :
V1.N1= V2.n2
V1.0,1= 500,0,05
V1=25/0,1
V1=250 Ml
2. NaOH+HCL
Tuangkan HCl ke tabung ukur Dapat di simpulkan kembali reaksi
20Ml HCl tuangkan HCl dari tsb di campurkan HCl
tabung ukur ke labu elenmeyer lalu Yang berisi indicator pp dengan
tambahkan indikator pp.3 tetes NaOH terjadi reaksi asam dan basa
menggunakan pipet tetes ke labu di sebut titrasi dan adanya warna
elenmeyer aduk-aduk labu pada larutan tsb yaitu ungu dan
elenmeyer dan dapat di simpulkan ketika di goyang kan warnanya
mengalami pengendapan berwarna menjadi netral di karenakan reaksi
keruh masukkan NaOH ke buret asam dan basa tersebut.
lalu di bawahkan buret di
tampungg labu elenmeyer yg tadi
berisi menggunakan zat-zat yang
tadi lalu goyang-goyang labu
elenmeyer sampai tidak terjadi
perubahan warna.
Dik M1 = 0,1
V2 = 20 Ml
Dit M2 = ?
V1.M1=V2.M2
69,5,5.0,1 =20.M2
M2= 0,03475

Indikator pp

2.6 Analisis Kuantitatif


2.6.1 Dasar Teori
Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui

kadar suatu zat (Svehla, 1985). Analisa kuantitatif berkaitan dengan penetapan

beberapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel.

Secara garis besar metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif dibagi

menjadi dua macam yaitu kimia analisis kuantitatif instrumental, yaitu metode
analisis bahan-bahan kimia menggunakan alat-alat instrumen, dan analisa kimia

konvensional.

Metode dalam analisa kuantitatif dibedakan menjadi 2 bagian:

1 metode gravimeter, yaitu penetapan kadar suatu unsur atau senyawa

berdasarkan berat, tetapnya dengan cara penimbangan.

2 Metode volumetri, adalah analisa kuantitatif yang dilakukan dengan cara

menambahkan sejumlah larutan baru yang lebih diketahui kadarnya.

Denganmengetahui jumlah larutan baru yang ditambahkan dan reaksinya

berjalan secara kuantitatif sehingga senyawa yang dianalisis dapat

dihitung jumlahnya (Sumardjo, 1997).

2.6.2 Alat dan Bahan Percobaan

Alat dan bahan yang dipakai dalam percobaan adalah:

Alat:

1. Pipet tetes

2. Gelas piala

3. Buret

4. Gelas ukur

5. Erlenmeyer

6. Corong

Bahan:
1. NaOH 0,1 M

2. Indikator PP

2.6.3 Cara Kerja

 Ambil buret dan cuci dengan bersih,setelah di lap kering masukkan larutan

standar NaOH 0,1 N.

 Ambil larutan HCl x N dengan pipet gondok sebanyak 20ml,kemudian

masukkan ke dalam erlenmeyer tambahkan 3-4 tetes indikator

phenolphtalein(pp).

 Bukalah kran buret teteskan pelan-pelan titran ini ke dalam erlenmeyer,dan

goyangkan zat yang dititrasi yang ada di erlenmeyer ini perlahan-lahan.

 Titran dihentikan jika zat yang dititran sudah berwarna merah muda yang tak

mau hilang pada penggoyangan.

 Catat berapa ml volume titran yang ada di buret (larutan standar) yang

dibutuhkan untuk menitrasi larutan hingga warna merah muda tidak hilang.

 Hitunglah berapa normalitas larutan HCl yang dititrasi. (Gunakan

rumus :V1.N1 = V2.N2).


NO PERCOBAAN PENGAMATAN REAKSI KESIMPULAN

1. HCl +Aquades Zat HCl di tuangkan ke Dik : n1 = 0,1 Dapat di simpulkan


Tabung Ukur 500 Ml dan n2 = 0,05 n ketika HCl di
selanjutnya Zat HCl V2 = 500Ml lakukannya proses
tersebut di tuangkan ke Dit :V1= pengenceran
Labu Ukur Lalu di tahap Jawab : menggunakan Zat
proses pencengenceran V1.N1= V2.n2 Aquadess terjadi
nya menggunakan Zat V1.0,1= 500,0,05 pengendapan dan
Aquades sampai batas V1=25/0,1 sedikit mengkeruh
skala Labu Ukur . V1=250 Ml
Dik : n1 = 0,1
n2 = 0,05 n
V2 = 500Ml
Dit :V1=
Jawab :
V1.N1= V2.n2
V1.0,1= 500,0,05
V1=25/0,1
2. NaOH+HCL V1=250 Ml
Dik M1 = 0,1 Dapat di simpulkan
V2 = 20 Ml kembali reaksi tsb di
Tuangkan HCl ke tabung Dit M2 = ? campurkan HCl
ukur 20Ml HCl tuangkan V1.M1=V2.M2 Yang berisi indicator
HCl dari tabung ukur ke 69,5,5.0,1 =20.M2 pp dengan NaOH
labu elenmeyer lalu M2= 0,03475 terjadi reaksi asam
tambahkan indikator pp.3 dan basa di sebut
tetes menggunakan pipet titrasi dan adanya
tetes ke labu elenmeyer warna pada larutan
aduk-aduk labu elenmeyer tsb yaitu ungu dan
dan dapat di simpulkan ketika di goyang kan
mengalami pengendapan warnanya menjadi
berwarna keruh masukkan netral di karenakan
NaOH ke buret lalu di reaksi asam dan basa
bawahkan buret di tersebut.
tampungg labu elenmeyer
yg tadi berisi
menggunakan zat-zat yang
tadi lalu goyang-goyang
labu elenmeyer sampai
tidak terjadi perubahan
warna.
Dik M1 = 0,1
V2 = 20 Ml
Dit M2 = ?
V1.M1=V2.M2
69,5,5.0,1 =20.M2
M2= 0,03475
2.6.4 Laporan Resmi dan Sementara

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

Nama Praktikan : FEBRYANTO No Mahasiswa : 41001090022

Acara praktikan : Pengenceran menggunakan labu Kelompok :6

Ukur dan analisis kuantitatif titrasi Asisten :Erwina

Volume.

Alat :Tabung reaksi,labu ukur gelas piala,botol larutan


LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

Nama Praktikan : FEBRYANTO No Mahasiswa : 41001090022

Acara praktikan : Pengenceran menggunakan labu Kelompok :6

Ukur dan analisis kuantitatif titrasi Asisten :Erwina

Volume.

Alat :Tabung reaksi,labu ukur gelas piala,botol larutan

Pipet tetes,corong,tiang statif&buret,labu erlenmyer

Tanggal: 23 maret 2020

Bahan : HCL,Aquades,larutan NaOH

NO PERCOBAAN PENGAMATAN KESIMPULAN

1. HCl +Aquades Zat HCl di tuangkan ke Tabung Dapat di simpulkan ketika HCl di
Ukur 500 Ml dan selanjutnya Zat lakukannya proses pengenceran
HCl tersebut di tuangkan ke Labu menggunakan Zat Aquadess terjadi
Ukur Lalu di tahap proses pengendapan dan sedikit
pencengenceran nya menggunakan mengkeruh
Zat Aquades sampai batas skala
Labu Ukur .
Dik : n1 = 0,1
n2 = 0,05 n
V2 = 500Ml
Dit :V1=
Jawab :
V1.N1= V2.n2
V1.0,1= 500,0,05
V1=25/0,1
V1=250 Ml
2. NaOH+HCL
Tuangkan HCl ke tabung ukur Dapat di simpulkan kembali reaksi
20Ml HCl tuangkan HCl dari tsb di campurkan HCl
tabung ukur ke labu elenmeyer lalu Yang berisi indicator pp dengan
tambahkan indikator pp.3 tetes NaOH terjadi reaksi asam dan basa
menggunakan pipet tetes ke labu di sebut titrasi dan adanya warna
elenmeyer aduk-aduk labu pada larutan tsb yaitu ungu dan
elenmeyer dan dapat di simpulkan ketika di goyang kan warnanya
mengalami pengendapan berwarna menjadi netral di karenakan reaksi
keruh masukkan NaOH ke buret asam dan basa tersebut.
lalu di bawahkan buret di
tampungg labu elenmeyer yg tadi
berisi menggunakan zat-zat yang
tadi lalu goyang-goyang labu
elenmeyer sampai tidak terjadi
perubahan warna.
Dik M1 = 0,1
V2 = 20 Ml
Dit M2 = ?
V1.M1=V2.M2
69,5,5.0,1 =20.M2
M2= 0,03475

Indikator pp
2.7 Standarisasi Larutan Asam Dan Basa.
2.6.1 Dasar Teori
Pada standarisasi di atas,merupakan analisa kuantitatif volumetri berdasarkan

reaksi netralisasi dengan asidimetri dan alkalimetri.Keduanya dibedakan pada

larutan standarnya.Pada asidimetri dipakai asam sebagai larutan standar.Analisa

dilakukan dengan cara titrasi.Pada titrasi basa terdapat asam bebas,sebagai hasil

akhir diperoleh suatu garam.

2.7.2 Baha dan Alat Percobaan

Alat dan bahan percobaan yang dipakai dalam percobaan:

Alat:

1. Labu ukur

2. Gelas ukur

3. Gelas piala

4. Corong,Erlenmeyer

5. Buret

6. Pipet tetes

Bahan:

1. Asam cuka

2. NaOH

3. (COOH)2

4. H2O
5. NaOH

6. Aquades

7. Indikator PP

2.7.3 Cara Kerja

1. Standarisasi Larutan NaOH dengan Asam Oksalat

 Timbang 0,6 gr asam oksalat (COOH)2.2H2O dengan gelas arloji (timbang

gelas arloji tersebut kemudian tambahkan 0,63 gr asam oksalat diperoleh berat

total = berat cawan + 0,63 gr asam oksalat),masukkan kedalam labu ukur

100ml.Diperoleh konsentrasi asam oksalat 0,1 N (boleh tidak menimbang).

 Tambahkan aquades/air suling sampai batas hingga volumenya tepat.

 Ambil buret dan cuci bersih,kemudian masukkan asam oksalat tersebut

sampai batas.

 Ambil dengan pipet 15ml larutan NaOH masukkan kedalam

erlenmeyer,tambahkan 10ml air suling dan 2-3 tetes indikator fenolphtalin

(pp).

 Titrasi basa tersebut dengan larutan asam oksalat hingga warna merah jambu

hilang.

 Catat volume asam oksalat yang dibutuhkan untuk titrasi.

 Hitung konsentrasi NaOH dengan rumus :

V1.N1 = V2.N2

 Didapat konsentrasi NaOH


2 Penentuan Kadar Asam Cuka Dengan Larutan Standar NaOH

 Ambil dengan pipet 20ml larutan asam cuka perdagangan masukkan kedalam

labu takar 500ml.

 Masukkan air aquades ke dalam labu takar sampai tepat batas volume 500ml.

 Gojog-gojog larutan agar tercampur homogen.

 Ambil 40 ml larutan tersebut dengan pipet,masukkan ke dalam erlenmeyer

200ml tambah 2 tetes indikator fenolphtalein (pp).

 Ambil buret dan bersihkan,kemudian isi dengan larutan NaOH a N yang

sudah distandarisasi.

 Titrasi larutan tersebut dengan larutan standar NaOH sampai terjadi

perubahan warna.

 Catat volume NaOH yang dibutuhkan.

 Hitung konsentrasi / kadar asam cuka dalam cuka(gram/100ml) dengan rumus

100/20 x 500/40 x N NaOH x V NaOH x Mr asam cuka.


2.7.4 Laporan Resmi dan Sementara

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

Nama Praktikan : FEBRYANTO No Mahasiswa : 41001090022

Acara praktikan : Penentuan Kadar Asam asam Kelompok :6

Cuka dengan larutan standar NaOH

Dan standarisasi larutan

Alat : Corong,gelas ukur,gelas piala Asisten :Erwina

Erlenmeyer,labu ukur,buret dantiang statif

Neraca digital,kaca arloji

Bahan : Cuka,NaOH,PP indicator,oksalat,Aquades

no percobaan Pengamatan kesimpulan


1 NaOH+  CH3COOH masukan asam cuka ke gelas ukur 20 ml bahwa dari percampuran
dipindahkan ke labu ukur ditambah reaksi antara NaOH + asam
aquades sampai batas ukur dan digoyang cuka menghasilkan
agar tercampur kemudian masukan lagi perubahan warna ungu
ke gelas ukur yang lebih besar yaitu yang semula nya daru asam
seukuran 40 ml dengan keadaan yang cuka+indicator pp berwarna
sudah diencerkan pindahkan ke putih keruh berubah warna
erlenmyer dan diberi 3 tetes indicator pp ungu ketika di reaksikan
dan terjadi reaksi berubah warna putih dengan NaOH melalui
keruh dan direaksikan dengan 50 ml buret dan tiang statif dan
NaOH dibantu dengan buret dan tiang digoyang perlahan sehingga
statif yang di bawahnya terdapat larutan berubah karena sudah
cuka yang tercampu indicator kemudia 2 mencapai titik ekuivalenya
larutan tersebut bereaksi lama lama dan berubah jadi larutan
menjadi warna ungu dengan digoyang standar
goyang
Dik: Mr CH3COOH=60
N NaOH=0,1 N
VNaOH=22,3 ml
Dit NCH3COOH? Jawab:
NCH3COOH=100/20.500/40.0,1.22,3
=83.625

2 NaOH+H2C2O4
bahwa pertama timbang oksalat dengan
berat 0,5 gram dan masukan ke labu ukur
dan timbah aquades sampai batas ukur
dan ditutup dan digoyang, langkah kedua ketika NaOH yang warna
yaitu masukan NaOH ke gelas ukur 15 sudah berwarna ungu di
ml dan pindahkan ke erlenmyer dan reaksikan dengan oksalat
masukan aquades juga 10 ml ke dengan 0,5 gram yang
erlenmyer dan di tambah pp indicator 2 sudah di timbang dan
tetes terjadi reaksi warna ungu mulai direaksikan dengan bantuan
percobaan yaitu NaOH+asam oksalat buret warna ungu berubah
dengan bantuan buret yang di bawahnya menjadi warna bening
terdapat NaOH dan di reaksikan dengan dengan di campurnya kedua
asam oksalat seketika warna ungunya di tersebut mencapai titik
goyang goyang hilang lahan perlahan standarnya/
dan mencapai titik standarnya
Dik: V1=21,5 ml
N1=0,1 N
V2=15ml +10 ml=25 ml
Dit N2=?
Jawab: V1.N1=V2.N2
21,5.0,1=25.N2
N2=0,086

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

Nama Praktikan : FEBRYANTO No Mahasiswa : 41001090022

Acara praktikan : Penentuan Kadar Asam asam Kelompok :6

Cuka dengan larutan standar NaOH

Dan standarisasi larutan

Alat : Corong,gelas ukur,gelas piala Asisten :Erwina

Erlenmeyer,labu ukur,buret dantiang statif

Neraca digital,kaca arloji tgl : 27 maret 2020

no percobaan Pengamatan Reaksi kesimpulan


1 NaOH+  CH3COOH masukan asam cuka ke gelas ukur 20 Dik: Mr CH3COOH=60 bahwa dari
ml dipindahkan ke labu ukur ditambah N NaOH=0,1 N percampuran reaksi
aquades sampai batas ukur dan VNaOH=22,3 ml antara NaOH +
digoyang agar tercampur kemudian Dit NCH3COOH? Jawab: asam cuka
masukan lagi ke gelas ukur yang lebih NCH3COOH=100/20.500/40.0,1.22,3 menghasilkan
besar yaitu seukuran 40 ml dengan =83.625 perubahan warna
keadaan yang sudah diencerkan ungu yang semula
pindahkan ke erlenmyer dan diberi 3 nya daru asam
tetes indicator pp dan terjadi reaksi cuka+indicator pp
berubah warna putih keruh dan berwarna putih
direaksikan dengan 50 ml NaOH keruh berubah
dibantu dengan buret dan tiang statif warna ungu ketika
yang di bawahnya terdapat larutan cuka di reaksikan dengan
yang tercampu indicator kemudia 2 NaOH melalui
larutan tersebut bereaksi lama lama buret dan tiang
menjadi warna ungu dengan digoyang statif dan digoyang
goyang perlahan sehingga
Dik: Mr CH3COOH=60 berubah karena
N NaOH=0,1 N sudah mencapai
VNaOH=22,3 ml titik ekuivalenya
Dit NCH3COOH? Jawab: dan berubah jadi
NCH3COOH=100/20.500/40.0,1.22,3 larutan standar
=83.625
2 NaOH+H2C2O4
bahwa pertama timbang oksalat dengan Dik: V1=21,5 ml ketika NaOH yang
berat 0,5 gram dan masukan ke labu N1=0,1 N warna sudah
ukur dan timbah aquades sampai batas V2=15ml +10 ml=25 ml berwarna ungu di
ukur dan ditutup dan digoyang, Dit N2=? reaksikan dengan
langkah kedua yaitu masukan NaOH ke Jawab: V1.N1=V2.N2 oksalat dengan 0,5
gelas ukur 15 ml dan pindahkan ke 21,5.0,1=25.N2 gram yang sudah di
erlenmyer dan masukan aquades juga N2=0,086 timbang dan
10 ml ke erlenmyer dan di tambah pp direaksikan dengan
indicator 2 tetes terjadi reaksi warna bantuan buret
ungu mulai percobaan yaitu warna ungu
NaOH+asam oksalat dengan bantuan berubah menjadi
buret yang di bawahnya terdapat NaOH warna bening
dan di reaksikan dengan asam oksalat dengan di
seketika warna ungunya di goyang campurnya kedua
goyang hilang lahan perlahan dan tersebut mencapai
mencapai titik standarnya titik standarnya/
Dik: V1=21,5 ml
N1=0,1 N
V2=15ml +10 ml=25 ml
Dit N2=?
Jawab: V1.N1=V2.N2
21,5.0,1=25.N2
N2=0,086
BAB III

KESIMPULAN

percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa masing-masing alat

laboratorium memiliki prosedur tersendiri sesuai dengan guna dan fungsinya.

Peralatan yang digunakan di laboratorium terbagi menjadi dua bagian yaitu

peralatan gelas dan peralatan non gelas . Jadi, alat-alat yang ada di laboratorium

harus digunakan sebagaimana mestinya dan menjelaskan bagaimana larutan

larutan tersebut dicampurkan dan menghasilkan reaksi sesuai dari masing larutan

mulai dari mengidentifikasi endapan,kation,anion,kuantitatif,standarisai dan

titirasi voume asam dan basa yang dilakukanya percobaan dan dapat dilihat dari

makalah ini contohnya Pengenalan Gas dengan Kertas LakmusGas NH3 dapat

dikenali dari baunya yang menyengat dan termasuk basa lemah karena pH-nya

mencapai 10. Kertas lakmus merupakan indikator asam-basa yang dapat

ditunjukkan melalui perubahan warna.dan contohnya kesimpulan dari Perhitungan

pH dalam melakukan praktikum dapat ditentukan dengan mencari volume rata-

rata dari larutan NaOH yang digunakan untuk menaikkan kadar atau konsentrasi

HCL.Titrasi harus dihentikan bila larutan HCl yang dicampurkan dengan 3 tetes

indikator berubah warna dari bening hingga menjadi pink. Volume NaOH yang

digunakan akan mempengaruhi hasil konsentrasi dari HCl tersebut, sehingga


harus sangat berhatihati melakukan praktikum ini. Setelah volume NaOH (basa)

diketahui, barulah Konsentrasi HCl (asam) bisa dihitung.

Semua sampel yang diujikan, ada beberapa sampel yang mengalami

perubahan. Jadi hal ini terbukti bahwa sampel-sampel tersebut terjadi reaksin

antara larutan-larutan tersebut. Perubahan warna dan endapan terjadi karena ada

reaksi kimia yang terjadi. Adapun sampel yang tidak mengalami perubahan

mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya dari kondisi alat dan

bahan sampel maupun pereaksi yang digunakan.


DAFTAR PUSTAKA

 Dra Hj Srining Peni M.Si, Petunjuk Kimia Analitik.2020.ITNY Yogyakarta

 Anonim. 2011. “Penuntun Praktimum Kimia Analisis.” Universitas Muslim

Indonesia. Makassar.

 Anwar, M.1981. Kimia Dasar II. Bagian Kimia IPB : Bogor.

 Dirjen POM. 1979. “ Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan

RI, Jakarta.

 Harjadi, W. 1990.Ilmu Kimia AnalitikDasar. PT Gramedia : Jakarta.

 Svehla, G. 1985. “ VOGEL : Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro

dan Semimikro “. PT. Kalma Media Pustaka, Jakarta

 Khopkar, S.M . 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia

(UI-Press), Jakarta

 Nuryanti, S., 2012. Indikator Titrasi Asam Basa. Agritech, 3(30): 179-181.

Petrucci, 2008. Kimia dasar 1. Erlangga : Jakarta.

 Yosi, P., 2013. Pemanfaatan ekstrak daun jati sebagai indikator titrasi asam

basa. Skripsi. FMIPA, Universitas Negeri Semarang: Semarang.



LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai