Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Analitik Program Diploma
Disusun oleh :
DIAH AYUNINGTIAS
NIM. P17334119550
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berbagai kemudahan, petunjuk serta kerunia yang tak terhingga sehingga penulis
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Kimia Analitik, serta
organik.
untuk dosen mata kuliah Kimia Analitik yang sudah membimbing dan
dari itu dibutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk
lebih baik dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
iii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Warna Nyala Logam ..................................................................................9
v
BAB I
PENDAHULUAN
Mata kuliah Kimia Analitik merupakan mata kuliah yang tidak hanya
diperuntukkan untuk mahasiswa bidang kimia tetapi sering juga merupakan
kuliah tambahan untuk mahasiswa dalam bidang-bidang lain seperti pertanian,
biologi dan kedokteran. Di dalam dunia kesehatan kimia analitik merupakan hal
yang sangat penting untuk dipelajari terutama dalam bidang analis kesehatan,
salah satu contohnya adalah untuk membantu dokter mendiagnosis suatu
penyakit pada manusia seperti: tingkat konsentrasi bilirubin dan enzim fosfatase
alkali dalam darah menunjukkan adanya gangguan fungsi liver. Tingkat
konsentrasi gula dalam darah dan urin menunjukkan penyakit gula. Maka dari itu
penting bagi mahasiswa kesehatan untuk dilakukan pembelajaran tentang Kimia
Analitik.
Kimia analitik merupakan analisis cuplikan bahan untuk mengetahui
susunan kimia dan strukturnya. Kimia analitik ini berhubungan dengan teori dan
praktek dari metode-metode yang dipakai untuk menetapkan komposisi bahan.
Kimia analitik bisa dibagi menjadi bidang- bidang yang disebut analisis kualitatif
dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif berkaitan dengan identifikasi zat- zat
kimia, mengenali unsur atau senyawa yang ada didalam suatu sampel. Sedangkan
analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan jumlah suatu zat tertentu yang
terkandung dalam suatu sampel. Beberapa metode analisis kimia yang biasa
digunakan, baik yang konvensional maupun yang menggunakan instrumen yaitu;
(1) gravimetri (2) titrasi ( volumetri ) yang meliputi titrasi asam basa,
pengendapan, pembentukan komplek, oksidasi reduksi (3) ekstraksi (4)
kromatografi (5) elektro analisis kimia yang meliputi, polarografi, potensiometri,
konduktometri (6) spektrofotometri yang meliputi spektrofotometri sinar tampak
( visibel ), sinar UV, sinar infra merah (IR), serapan atom.
Salah satu bagian dari perkuliahan Kimia Analitik adalah mata kuliah
Kimia Analitik yang dimaksudkan untuk memberikan pemahaman tentang
1
dasar-dasar metode analisis kimia konvensional. Lingkup perkuliahan meliputi
penggolongan dan ruang lingkup kimia analitik, peralatan dan metode analisis
kimia, tahap-tahap pekerjaan analisis, analisis kualitatif dan kuantitatif
(gravimetri dan volumetri) zat anorganik. Berdasarkan latar belakang yang telah
dijelaskan maka penulis akan menjelaskan tentang Analisa Kualitatif Anorganik
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
a. Pengaruh komposisi kimia terhadap sifat fisik
Efesiensi suatu katalis, sifat mekanis dan elastis suatu logam, kinerja
suatu bahan bakar sangat ditentukan oleh komposisi bahan-bahan tersebut.
b. Uji kualitas
Analisis kimia sangat diperlukan untuk mengetahui kualitas udara di
sekitar kita, air minum yang kita gunakan, makanan yang disajikan.
Dibidang industri, analisis kimia digunakan secara rutin untuk menentukan
suatu bahan baku yang akan digunakan, produk setengah jadi dan produk
jadi. Hasilnya dibandingkan dengan spesifikasi yang ditetapkan. Bidang
ini disebut pengawasan mutu atau quality control.
d. Bidang kedokteran
Untuk mendiagnosis suatu penyakit pada manusia diperlukan suatu
analisis kimia sebagai contoh tingkat konsentrasi bilirubin dan enzim
fosfatase alkali dalam darah menunjukkan adanya gangguan fungsi liver
tingkat konsentrasi gula dalam darah dan urine menunjukkan penyakit
gula.
e. Penelitian
Sebagian besar penelitian menggunakan Kimia Analitik untuk
keperluan penelitiannya Sebagai contoh pada penelitian korosi logam
maka ditentukan berapa konsentrasi logam yang terlarut ke dalam
lingkungan air di bidang pertanian suatu lahan pertanian sebelum
4
digunakan maka tingkat kesuburannya ditentukan dengan mengetahui
tingkat konsentrasi unsur yang ada di dalam tanah misalnya konsentrasi N,
P, K dalam tanah.
5
d. Penimbangan atau pengukuran volume sampel.
Dalam analisis kuantitatif, sampel yang dianalisis harus diketahui
secara kuntitatif berat atau volume sampel.
e. Pelarutan sampel.
Dalam pelarutan sampel harus dipilih pelarut yang dapat
melarutkan sampel secara sempurna. Pelarut yang biasa digunakan
dikelompokkan menjadi ; air, pelarut organik, pelarut asam (asam
encer, asam kuat, asam campuran) serta peleburan.
6
2.4 Penggolongan Kimia Analitik
Kimia analitik dibagi menjadi bidang-bidang yang disebut analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif berkaitan dengan identifikasi
zat-zat kimia (mengenali unsur atau senyawa apa yang ada dalam suatu sampel).
Sedangkan, analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu
zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel.
7
Analisa pendahuluan kualitatif ini biasa dilakukan untuk mempermudah
pelaksanaan Analisa dalam memperoleh hasil akhir. Dari hasil Analisa
pendahuluan, telah dapat menduga jenis kation, anion, serta senyawa yang
terdapat dalam contoh tersebut.Namun demikian kita juga dapat menggunakan
sifat fisika dan kimia untuk mengembangkan suatu metode analisis kualitatif
menggunakan alat-alat yang sederhana yang dipunyai hampir semua
laboratorium. Sifat fisika yang dapat diamati langsung seperti warna, bau,
terbentuknya gelembung gas atau pun endapan merupakan informasi awal
yang berguna untuk analisis selanjutnya.
1. Reaksi Nyala
a. Prinsip reaksi nyala
Zat yang akan diperiksa dilarutkan dalam HCl (pekat) agar menjadi
senyawa yang mudah menguap sehingga warna nyala kationnya dapat diamati.
Dipergunakan nyala api sempurna yaitu nyala api yang tak bercahaya dan
harus diperhatikan penggunaan daerah nyala api yang sesuai dengan tujuan
pemeriksaan.
8
Jarum oase, gelas arloji, pembakar gas Bunsen, kaca Coblat, tabung reaksi,
dan HCl pekat
c. Cara melakukan
- Jarum ose dibersihkan dengan menyelupkan dalam HCl pekat
kemudian dibakar. Hal ini dilakukan berulang kali sampai bersih.
Tandanya ose telah bersih adalah apabila jarum ose dibakar maka tidak
akan memberikan warna nyala.
- Larutankan sedikit zat dalam sedikit HCl pekat pada gelas arloji atau
tabung reaksi yang bersih dan kering.
- Celupkan ose yang telah bersih ke dalam larutan zat dalam HCl,
kemudian bakar di daerah nyala yang sesuai.
- Amati warna nyala yang timbul. Untuk mengamati warna nyala
Kalium (K) amati menggunakan kaca cobalt untuk mengindarkan
gangguan nyala Natrium (Na).
Tabel 2.1 Warna Nyala Logam
Zat Warna Nyala
Natrium (Na) Kuning mas
Kalium (K) Lembayung muda
Rubidium (Rb)
Cesium (Cs)
Stronsium (Sr) Merah bordo/tua
Litium (Li)
Talium (Ti) Hijau
Kalsium (Ca) Merah sindur
Barium (Ba) Hijau kuning muda
Molibdenum (Mo)
Arsen (As) Kelabu biru lemah
Antimon (Sb)
Bismut (Bi)
Tambang (Cu) Hijau kebiru-biruan
9
Bila contoh yang diperiksa merupakan campuran, mungkin warna
komponen-komponennya yang saling menganggu dan sulit dibedakan. Hal
ini dapat ditanggulangi dengan cara :
10
Alat yang dibutuhkan adalah ose, kaca arloji, pembakar bunsen, serta
serbuk boraks.
c. Cara melakukan
- Kawat ose yang telah bersih dan kering dipijarkan, lalu dimasukkan ke
dalam serbuk boraks. Kemudian dipanaskan lagi hati-hati sehingga
boraks yang menempel pada ose mencair, berbuih dan akhirnya
terbentuk suatu ‘tetes’ yang bening disebut ‘mutiara boraks’
- Mutiara boraks yang panas dimasukkan ke dalam serbuk atau larutan
contoh yang akan diperiksa, sehingga sedikit zat tersebut menempel pada
Mutiara boraks. Lalu dipijarkan pada nyala oksidasi.
- Warna Mutiara diamati dalam keadaan panas dan dingin.
- Dengan cara yang sama, dibuat pula Mutiara yang dipanaskan pada
nyala api reduksi.
Tabel 2.3 Nyala Oksidasi dan Reduksi
Logam Nyala Oksidasi Nyala Reduksi
Panas Dingin Panas Dingin
Ag Kuning Beropalisensi Kelabu Kelabu
tidak
berwarna
Al Tidak Tak Tak --
berwarna berwarna berwarna
Au Ungu muda Ungu muda Merah Lembayung
Bi Kuning Tak Kelabu Kelabu
muda berwarna
Co Biru Biru Biru Biru
Cr Hijau Hijau kuning Hijau Hijau
kuning
Cu Hijau Biru Tak Merah
berwarna kusam
Logam Nyala Oksidasi Nyala Reduksi
Panas Dingin Panas Dingin
Fe Kuning Kuning Hijau Hijau
sindur lemah
Mn Lembayung Lembayung Tak Tak
berwarna berwarna
11
Ni Lembayung Coklat tupai Kelabu Kelabu
coklat lembayung
Sb Kuning Tak Kelabu Kelabu
muda berwarna
Sn Tak Tak Tak --
berwarna berwarna berwarna
Ti Tak -- Kuning Lembayung
berwarna
U Kuning atau -- Hijau --
kecoklatan
V Tak -- Hijau --
berwarna
W Tak -- Coklat --
berwarna
Cd Tak -- Kelabu --
berwarna
Zn -- Tak -- Tak
berwarna berwarna
Dapat pula dibuat Mutiara ‘mutiara fosfat’ bila garam fosfat dari
NaNH4HPO4 4H2O (microcosmic salt) sebagai pengganti boraks
dipanaskan akan kehilangan H2O dan HN3 , sehingga terbentuk Natrium
meta fosfat, NaPO3. Metafosfat ini akan bereaksi dengan oksida logam
membentuk ortofosfat yang sering berwarna. Dalam mutiara ini SiO2 tak
dapat larut : bila zat yang diperiksa mengandung Si atau SiO2 dalam
mutiara tampak bagian-bagian yang tak larut.
12
berwarna
Fe Kuning atau Kuning Kuning Tak
coklat berwarna
kemerahan
Mn Lembayung Lembayung Tak Tak
berwarna berwarna
Ni Coklat Coklat Kelabi Kelabu
Sn Tak - Tak -
berwarna berwarna
Ti Tak Tak Kuning Lembayung
berwarna berwarna
U Kuning Kuning Hijau Hijau
hijau
V Kuning Kuning Hijau Hijau
W Kuning Tak hijau Biru
pucat berwarna
Cara melakukannya :
- Pada balok arang kayu buat lobang kecil
13
- Ke dalam lubang dimasukkan campuran Na/K karbonak kering dengan
serbuk zat yang akan diperiksa (2:1).
- Dengan pembakar bunsen diatur agar diperoleh nyala berwarna setinggi
kurang lebih 2 cm
- Ujing pipa tiup didekatkan pada nyala api dan ditiup perlahan sehingga
terbentuk nyala api yang sempit – panjang. Nyala api ini disemprotkan pada
campuran contoh yang berada dalam lobang kayu. Diatur agar nyala
menyemprot terus menerus selama beberapa menit.
digunakan pada umumnya senyawa NO3- hanya membentuk cincin coklat jika
direaksikan dengan senyawa Fero sulfat dan H2SO4. Lain halnya dengan senyawa
boratyang jika ditambahkan metanol kemudian dipanaskandengan nyala api, maka
menghasilkan uap atau asapberwarna hijau. Analisis kualitatif berdasarkan sifat
kimia melibatkan beberapa reaksi dimana hukum kesetimbangan massa sangat
berguna untuk menentukan ke arah mana reaksi berjalan.Contoh : Reaksi redoks,
reaksi asam-basa, kompleks, dan reaksi pengendapan. Sedangkan analisis
berdasarkan sifat fisikanyadapat diamati langsung secara organoleptis, seperti bau,
warna,terbentuknya gelembung gas atau pun endapan yang merupakaninformasi
awal yang berguna untuk analisis selanjutnya.
1. Reaksi Pengendapan
Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting
dalam analisa kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau koloid
dan dengan warna yang berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan
dengan penyaringan atau pun sentrifus. Endapan tersebut terbentuk jika
larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu
endapan adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan
jenuhnya.Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti tekanan, suhu,
konsentrasi bahan lain dan jenis pelarut. Perubahan kelarutan dengan
14
perubahan tekanan tidak mempunyai arti penting dalam analisa kualitatif,
karena semua pekerjaan dilakukan dalam wadah terbuka pada tekanan
atmosfer.Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan
kecuali pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku sebaliknya.
Perbedaan kelarutan karena suhu ini dapat digunakan sebagai dasar pemisahan
kation. Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(I), dan Pb dapat dilakukan
dengan mengendapkan ketiganya sebagai garam klorida, kemudian
memisahkan Pb dari Ag dan Hg(I) dengan memberikan air panas. Kenaikan
suhu akan memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan tersebut larut
sedangkan kedua kation lainnya tidak.
Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi bahan lain yang
ada dalam campuran larutan itu. Bahan lain tersebut dikenal dengan ion sekutu
dan ion asing. Umumnya kelarutan endapan berkurang dengan adanya ion
sekutu yang berlebih dan dalam prakteknya ini dilakukan dengan memberikan
konsentrasi pereaksi yang berlebih. Tetapi penambahan pereaksi berlebih ini
pada beberapa senyawa memberikan efek yang sebaliknya yaitu melarutkan
endapan. Hal ini terjadi karena adanya pembentukan kompleks yang dapat
larut dengan ion sekutu tersebut. Sedangkan adanya ion asing
menyebabkan kelarutan endapan menjadi sedikit bertambah, kecuali jika
terjadi reaksi kimia antara endapan dengan ion asing. Penambahan ion
asing seperti penambahan asam atau basa kuat dan ligan dapat
menyebabkan endapan menjadi larut kembali, Contohnya pada reaksi
berikut:
Cl-
15
dilakukan dalam larutan air, dalam beberapa hal lebih menguntungkan jika
digunakan pelarut lain misalnya pelarut organik seperti alkohol,eter, dan lain-
lain.
3. Reaksi Asam-Basa
Asam secara sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila
dilarutkan dalam air mengalami disosiasi dengan pembentukan ion
hidrogen., sedangkan basa mengalami disosiasi dengan pembentukan ion
hidroksil. Asam atau pun basa yang mengalami disosiasi sempurna
merupakan asam atau basa kuat, misalnya HCl, HNO3, NaOH dan KOH.
Sebaliknya bila asam atau basa hanya terdisosiasi sebagian maka disebut asam
atau basa lemah, misalnya asam asetat, H2S dan amonium hidroksida. Dalam
analisa kualitatif H2S digunakan untuk mengendapkan sejumlah kation
menjadi garam sulfidanya.
16
harus dipertahankan misalnya pada pH 4, maka cara diatas tidak dapat
dilakukan. Cara yang tepat untuk mempertahankan kondisi larutan yang
sedikit asam atau sedikit basa adalah dengan penambahan larutan buffer.
Larutan buffer yang sering digunakan dapat dibuat dengan melarutkan
asam lemah dan garamnya atau basa lemah dan garamnya, misalnya asam
asetat dan natrium asetat atau amonia dan amonium klorida.
4. Reaksi Redoks
Banyak reaksi oksidasi dan reduksi yang digunakan untuk analisa
kualitatif, baik sebagai pengoksidasi atau pun pereduksi. Beberapa reaksi
oksidasi reduksi yang ditunjukkan dengan adanya perubahan fisik seperti
perubahan warna sangat berguna dalam membantu identifkasi ion.
1. Kalium permanganat,
KMNO4
Zat padat coklat tua yang menghasilkan larutan ungu bila dilarutkan
dengan air, merupakan pengoksidasi kuat yang dipengaruhi oleh pH
dari mediumnya.
a) Dalam asam
4- 2-
MnO + e MnO4 ( warna hijau)
17
2. Asam nitrat, HNO3
Asam nitrat merupakan jenis asam mineral yang bersifat oksidator dan
tergantung pada konsentrasi asam.
2NO + O2 2NO2
a) Sebagai oksidator
b) Sebagai reduktor
H2O2 O2 + 2H+ + 2e
1. Uji-uji spesifik
Beberapa reaksi pembentukan kompleks yang sangat peka dan spesifik dapat
digunakan untuk identifikasi ion. Berikut ini beberapa reaksi
pembentukan kompleks yang sering digunakan dalam analisis kualitatif :
18
Cu2+(biru) + 4NH3 [Cu(NH3)4]2+ (biru tua)
3+ - 3-
Fe + SCN [Fe(SCN)6]
2+
Ni + dimetilglioksim(DMG) 1 Ni-DMG (endapan merah)
2. Penutupan (masking)
Ketika menguji suatu ion spesifik dengan suatu pereaksi, mungkin akan
muncul gangguan karena adanya ion lain yang ada dalam larutan. Gangguan
ini dapat dicegah dengan menambahkan pereaksi yang disebut zat penutup,
yang membentuk kompleks yang stabil dengan ion pengganggu. Ion yang
akan diidentifikasi tidak perlu lagi dipisahkan secara fisika. Misalnya, pada
uji kadmium dengan H2S dengan adanya tembaga. Ion tembaga dapat
bereaksi dengan H2S juga, karena itu perlu ditutupi dengan cara
+
[Ag(NH3)2] .
19
Analisis kation memerlukan pendekatan yang sistematis.Umumnya ini
dilakukan dengan dua cara yaitu pemisahan dan identifikasi. Pemisahan
dilakukan dengan cara mengendapkan suatu kelompok kation dari
larutannya. Kelompok kation yang mengendap dipisahkan dari larutan
dengan cara sentrifus dan menuangkan filtratnya ke tabung uji yang lain.
Larutan yang masih berisi sebagian besar kation kemudian diendapkan
kembali membentuk kelompok kation baru. Jika dalam kelompok kation
yang terendapkan masih berisi beberapa kation maka kation-kation tersebut
dipisahkan lagi menjadi kelompok kation yang lebih kecil, demikian
seterusnya sehingga pada akhirnya dapat dilakukan uji spesifik untuk satu
kation. Jenis dan konsentrasi pereaksi serta pengaturan pH larutan
dilakukan untuk memisahkan kation menjadi beberapa kelompok.
Pemeriksaan ini dilakukan dalam larutan air, dengan menambahkan zat tertentu
sebagai pereaksi sehingga mengalami perubahan kimia disertai perubahan fisik
yang dapat diamati. Pada Analisa kation terdapat hal-hal yang diamati
meliputi :
20
Golongan Kation Pereaksi pengendap/kondisi
I Ag+, Hg+, Pb2+ HCl 6 M
a. Golongan I
21
Kation golongan I : Timbal(II), Merekurium(I), dan Perak(I).
b. Golongan II
- golongan II adalah Merkurium(II), timbal(II), bismuth(III), tembaga(II),
cadmium(II), arsenic(III) dan (V), stibium(III), dan timah(II).
- Reagensia golongan : hIdrogen sulfida(gas atau larutan-air jenuh)
- Reaksi golongan : endapan-endapan dengan berbagai warna HgS
(hitam), PbS (hitam), Bi2S3(coklat), AS2S3 (kuning), Sb2S3 (jingga),
SnS2 (coklat) dan SnS2 (kuning)
Kation-kation golongan II dibagi menjadi 2 sub golongan, yaitu
sub Golongan tembaga dan sub Golongan arsenic. Dasar pembagian ini
22
adalah kelarutan endapan sulfida dalam ammonium polisulfida sub.
Golongan tembaga tidak larut dalam reagensia ini. Sulfida dari sub.
Golongan arsenic melarut dengan membentuk garam tio.
c. Golongan III
- Kation golongan III : Fe2+, Fe3+, Al3+, Cr3+, Cr6+, Ni2+, Cu2+,
Mn2+, dan Mn7+, Zn2+
- Reagensia golongan H2S (gas/larutan air jenuh) dengan adanya
ammonia dan ammonium klorida atau larutan ammonium sulfida.
- Reaksi golongan : endapan dengan berbagai warna FeS (hitam),
Al(OH)3 (putih), Cr(OH)3 (hijau), NiS (Hitam), CoS (hitam), MnS
(merah jambu), dan Zink sulfat (putih).
d. Golongan IV
- Kation golongan IV : Barium, Stronsium, dan Kalsium
- Reagensia golongan : terbentuk endapan putih
- Reaksi golongan : terbentuk endapan putih
Reagensia mempunyai sifat:
- tidak berwarna dan memperlihatkan reaksi basa
23
- terurai oleh asam-asam(terbentuk gas CO2)
- harus dipakai pada suasana netral/ sedikit basa
e. Golongan V
- Kation golongan V : Magnesium, Natrium, Kalium dan Amoniu
- Reagensia golongan : tidak ada reagen yang umum untuk ketiga
golongan V ini.
- Reaksi golongan : Tidak bereaksi dengan HCl, H 2S, (NH4)2S, atau
(NH4)2CO3
Ag+, Pb2+, Hg+, As3+/5+, Sb3+/5+, An2+/4++, Hg2+, Bi3+, Cu2+, Cd2+, Fe2+/3+, Al3+, Cr3+,
Zn2+, Ni2+, Co2+, Mn2+, Ca2+, Sr2+, Ba2+, Mg2+, K+, Na+, NH4+
24
Golongan I : terdiri kadi kation Ag+, Pb2+, Hg+ , yaitu kation-kation yang dapat
mengendap sebagai garam klorida.
Golongan II : terdiri dari kation-kation As3+/5+, Sb3+/5+, An2+/4++, Hg2+, Bi3+, Cu2+
dan Cd2+ yaitu kation-kation yang dapat mengendap sebagai garam
sulfide dalam keadaan asam lemah (± 0,2 N) dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
HgS Hitam
CdS Kuning
AS2S3 Kuning
AS2S5 Kuning
SnS Coklat
CuS Hitam
Bi2S3 Coklat
Sb2S5 Jingga
SnS2 Kuning
Golongan III : terdiri dari Fe2+/3+, Al3+, Cr3+, Zn2+, Ni2+, Co2+, Mn2+ yaitu kation-
kation yang dapat mengendap sebagai garam sulfida atau sebagai
hidroksidanya dalam keadaan buffer NH4Cl-NH4OH.
25
Tabel 2.7 Reaksi Warna Kation Golongan III
FeS Hitam
ZnS Putih
Cr(OH)3 Hijau
Al(OH)3 Putih
CoS Hitam
Nis Hitam
Golongan IV : terdiri dari kation-kation Ca2+, Sr2+, Ba2+, yaitu kation-kation yang
dapat mengendap sebagai garam karbonat.
CaCO3 Putih
SrCO3 Putih
BaCO3 Putih
Golongan V : Golongan V atau biasa disebut sebagai golongan sisa terdiri dari
kation-kation Mg2+, K+, Na+, NH4+, yaitu kation-kation yang tidak
ikut mengendap Bersama kation-kation golongan I sebagai garam
klorida, tidak dengan golongan II sebagai sulfida, tidak dengan
golongan III sebagai sulfide atau hidroksida dan tidak dnegan
golongan IV sebagai garam karbonat.
26
Skema pemisahan golongan kation cara H 2S secara sederhana dapat
digambarkan sebagai berikut :
Cr(OH)3
27
Kation yang harus diperiksa dari contoh asli adalah ammonium sebab
kation tersebut bersifat mudah terbang dan bila diperiksa pada bahan untuk
pemeriksaan golongan V, sudah pasti ada, sebab pada pengendapan kation
golongan III telah digunakan NH4Cl-NH4OH. Asam pengganggu adalah anion-
anion oksalat, borat, dan fosfat. Dikatakan demikian sebab ketiga jenis anion
tersebut mengganggu pemisahan golongan kation. Mengotori endapan kation
golongan III.
PbCl2 larut dalam Endapan dicuci dengan air panas. Ke dalam endapan
keadaan panas. ditambahkan NH4OH (1:1), dihangatkan dan
disaring!
+ -
2Hg + 2Cl Hg2Cl2
28
Pb2+ + 2Cl PbCl2
1+ +
Hg dan Ag dapat dipisahkan dengan penambahan NH3. Jika ada
Hg2Cl2 maka dengan NH3 akan bereaksi :
putih hitam
+
Sedangkan penambahan amonia terhadap Ag menyebabkan
endapan AgCl larut kembali karena terjadi pembentukan kompleks
-
AgCl + 2NH3 Ag(NH3)2 + Cl
-
sehingga Ag+ akan bebas dan bereaksi dengan Cl yang sudah
ada membentuk endapan AgCl kembali.
2.6.2.3 Pemisahan Kation Golongan II : Cu2+, Cd2+, BI3+ , Hg2+, As3+, Sn4+, Sb3+
29
Endapan kation golongan II dicuci, tambah (NH 4)2S2 kemudian panaskan
lalu disaring.
30
atau dari tioasetamida yang terhidrolisis. Penambahan hidrogen peroksida dapat
dilakukan untuk mengoksidasi Sn 2+ menjadi Sn4+ sehingga endapan SnS yang
agak gelatin menjadi SnS2. Reaksi yang terjadi diantaranya:
31
Amonium sulfida (NH4)2S tidak dapat melarutkan SnS, karena itu SnS
harus dioksidasi telebih dahulu. Hal ini dapat dilakuka dengan penambahan
hidrogen peroksida sebelum pengendapan sulfida atau mengganti amonium
sulfida dengan amonium polisulfida (NH4)2S2) yang dapat mengoksidasi
kation tersebut.
Sulfida dari tembaga, kadmium, bismut, dan timbal larut dalam asam
nitrat, sedangkan merkuri tidak. Berdasarkan hal tersebut, maka merkuri
dapat dipisahkan dari kation lainnya yang ada dalam sub gol tembaga.
Sulfida tembaga, kadmium, bismut dan timbal latut dengan asam
nitrat berdasarkan reaksi berikut:
Endapan HgS berwarna hitam, bila ada warna lain misalnya putih
atau kuning maka perlu dilakukan uji kemungkinan adanya Hg. HgS dapat
larut dengan aqua regia (campuran HCl : HNO3 = 3 : 1). Reaksi yang terjadi:
Ion HgCl42- akan segera terdisosiasi menjadi ion Hg2+ dan Cl- yang
tidak berwarna. Ion Hg2+ dapat diidentifikasi dengan cara reduksi oleh :
2+
Sn 2Hg2+ + Sn2+ + 2Cl- Hg2Cl2(putih) +Sn4+
Jika Hg2+ dalam jumlah banyak dan Sn2+ terus ditambahkan maka endapan Hg
akan terbentuk seperti reaksi di bawah ini :
32
Karena Sn2+ pereaksi yang ditambahkan secara berlebih, maka endapan yang
terbentuk akan terlihat abu-abu atau hitam. Sn2+ merupakan senyawa pereduksi
yang kuat, tetapi kemampun ini akan hilang jika terdapat ion Cl - karena Cl- ini
akan mengoksidasi Sn2+ menjadi Sn4+.
2+ +
Cu + 2NH4OH Cu(OH)2(biru) + 2NH4
33
Sn(OH)2 + 2OH- Sn(OH)42-
D. Identifikasi Cu dan Cd
2.6.2.4 Pemisahan Golongan III : Al3+, Cr3+, Co2+, Fe2+, Ni2+, Mn2+, Zn2+
34
sebagai garam sulfida konsentrasi ion H+ dikurangi menjadi sekitar 10-9 M atau
pH 9. Hal ini dapat dilakukan dengan penambahan amonium hidroksida dan
amonium klorida. Kemudian dijenuhkan dengan H2S. Dalam kondisi ini
kesetimbangan
Tambah beberapa tetes HNO3 dan didihkan. Ditambahkan Nis dan Cos
KOH dan H2O2 lalu disaring dilarutkan dalam
35
Zn(NH3)6(NO3)2 Al(OH)3 larutkan encer.
dan K2CrO4. dalam HCl
Tambah asam
asetat dan BaCl2.
Kemudian saring
36
MnO + 2H+ Mn2+ + H2O
B. Identifikasi Besi
C. Identifikasi kobalt
D. Identifikasi Ni
Buat larutan menjadi basa dengan penambahan NH3. Jika pada penambahan ini
terbentuk endapan hidroksida besi dan mangan, sentrifus dan dekantasi. Pada
filtrat yang tidak berwarna ditambahkan dimetil glioksim. Endapan merah dari
37
NiC8H14N4O4 (Ni-dimetil glioksim) menunjukkan adanya Ni (Masterton et al.,
1990).
E. Identifikasi Mn
Pada filtrat hasil pemisahan dengan sub golongan besi, penambahan asam
nitrat akan memberikan reaksi berikut:
Berikut reaksinya :
38
CrO42- + Ba2+ BaCrO4
2.6.2.5 Pemisahan Kation golongan IV: Ba2+, Ca2+, Mg2+, Na+, K+ dan NH4+
Barium sulfat merupakan garam sulfat yang sangat tidak larut dengan
air, sedangkan kalsium agak larut, dan kation logam lainnya larut dalam air.
39
Pemisahan barium dengan kation lainnya berdasarkan hal tersebut. Penambahan
amonium sulfat akan memberikan endapan putih jika terdapat barium. Uji
selanjutnya dapat dilakukan dengan uji nyala memberikan warna hijau
kekuningan.
Karena endapan putih fosfat dari kation lain juga dapat terbentuk maka perlu
dilakukan identifikasi lebih lanjut. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan pereaksi magneson I (p-nitribensenazoresorsinol) atau magneson
II (p-nitrobense-α-nftol) dengan penambahan basa NaOH. Ion OH - dari basa
akan bereaksi dengan Mg2+ membentuk endapan putih hidroksida Mg(OH)2.
Hidroksida tersebut akan bereaksi dengan pereaksimagneson atau
mengabsorbsinya sehingga menjadi berwarna biru.
40
Uji nyala dapat dilakukan untuk menguji adanya Na+ dan K+ dimana Na+
akan memberikan warna nyala kuning dan K+ warna merah keunguan. Warna
nyala dari kalium dapat tertutupi jika terdapat natrium, karena itu diperlukan kaca
kobalt untuk melihat warna nyala kalium tersebut. Uji spesifik dapat dilakukan
untuk Na+ dengan menggunakan pereaksi seng uranil asetat membentuk endapan
kuning [NaZn(UO2)3(C3H3O2)9]. Sedangkan untuk K+ dapat dilakukan dengan
pereaksi natrium heksanitrikobaltat (III) memberikan endapan kuning
[K2NaCo(NO2)6] Ion amonium juga memberikan reaksi yang serupa dengan K +
sehingga harus dihilangkan terlebih dulu dengan cara pemanasan.
NH4+ dapat diketahui dengan memanaskan larutan sampel asli dengan NaOH 6
M. Berikut reaksinya :
Bau gas amoniak yang khas menunjukkan adanya kation ini. Gas tersebut
merubah lakmus merah menjadi biru.
Analisis anion tidak jauh berbeda dengan analisis kation, hanya saja
pada analisis anion tidak memiliki metode analisis standar yang sistematis
seperti analisis kation. Uji pendahuluan awal pada analisis anion juga
berdasarkan pada sifat fisika seperti warna, bau, terbentuknya gas, dan
kelarutannya. Beberapa anion menghasilkan asam lemah volatil atau
dioksidasi dengan asam sulfat pekat seperti dapat dilihat pada tabel berikut.
41
Anion Pengamatan Reaksi
a. Golongan sulfat: SO42-, SO32-, PO43-, Cr2O42-, BO2-, CO32-, C2O42-, AsO43-
42
Garam BaSO4, BaSO3, Ba2(PO4)3, BaCr2O4, Ba(BO2)2, BaCO3,
BaC2O4,Ba3( AsO4)2 tidak larut dalam air kondisi basa, sedangkan garam barium
anion lainnya mudah larut. Berdasarkan sifat tersebut maka pemisahan dan
identifikasi untuk golongan sulfat dapat dilakukan dengan penambahan pereaksi
BaCl2. Kecuali barium kromat yang berwarnakuning, garam barium lainnya
berwarna putih
Jika sampel mengandung beberapa kation maka uji pendahuluan diatas tidak
cukup untuk menentukan ada atau tidaknya suatu anion. Karena itu setelah
pengujian pendahuluan dilakukan maka perlu juga dilakukan uji spesifik untuk
tiap anion.
1. Sulfat
Ambil 1 ml sampel, tambahkan asam dan BaCl2. Jika terbentuk endapan
putih maka anion sulfat ada.
2. Kromat
Perhatikan filtrat pada uji 1, jika berwarna kuning maka anion kromat
ada. Tambahkan pada filtrat Pbnitrat, jika terbentuk endapan kuning
maka kromat ada.
3. Nitrat
Ambil 1 ml sampel, tambahkan 2 ml asam sulfat pekat. Miringkan
tabung uji sehingga membentuk sudut 30oC, kemudian tambahkan
beberapa tetes ferosulfat melalui dinding tabung perlahan-lahan. Jika
terbentuk cincin coklat maka nitrat ada.
4. Asetat
43
Ambil beberapa tetes sampel, tambahkan etanol, perhatikan bau yang
terbentuk, jika tercium bau buah maka asetat ada.
5. Cl-
Setelah dilakukan uji golongan, maka penambahan NH4OH akan
melarutkan anion Cl- dan Br-, sedangkan I- tidak larut. Penambahan
asam lebih lanjut dapat membentuk endapan putih jika Cl- ada.
- Contoh padat ditambah HCl encer, gas yang terjadi dikenakan air barit.
Bila perlu campuran dihangatkan agar pembentukkan gaslebih cepat.
- Bila contoh larut dalam air,larutan contoh ditambah larutan BaCl2 atau
CaCl2. Terjadi endapan berwarna outih yang dapat larut dalam asam
mineral.
- Larutan dalam air ditambah 1-2 tetes larutan AgNO 3 akan terjadi endapan
putih yang larut dalam HNO3 encer.
44
2.7.2.3 Identifikasi Bikarbonat (HCO3-)
Bila ditemukan zat yang mengoksidir, kemungkinan adanya NO3-, datau NO2-
45
2. Sedikit larutan ekstrasoda diasamkan oleh asam asetatencer, tambahkan
larutan tio ureum 10%. Diamkan selama ± 5 menit. Selanjutya tambah HCl
encer dan 1-2 tetes larutan FeCl3. Teradinya warna merah
darah,menunjukkan adanya NO2-.
Sedikit ekstrasoda diasamkan oleh HCl encer. Tambah serbuk ureum kemudian
dikocok sampai semua gas N2 terbang. Selanjutnya ke dalam larutan tambah
sedikit serbuk FeSO4 lalu kocok, secara hati-hati dengan menggunakan pipet tetes
bersih dan kering lalu ditambah H2SO4 pekat melalui dinding tabung
reaksi.Terjadinya cicin berwarna coklat menunjukkan adanya NO3-
- Sedikit ekstrasoda diasamkan oleh HNO 3- encer. Tambah 1-2 tetas larutan
AgNO3. Terjadi endapan kuning, yang dapat larutan ammonia dan asam
nitratencer.
- Larutan ekstrasoda diasamkan oleh HCl encer, tambahlarutan BaCl2 akan
teradi endapan putih yang dapat larut dalam asam mineral encer.
- Larutan ekstrasoda diasamkan oleh HNO3 encer, tambahkan larutan
ammonuim molibdat, terjadi endapan kuning.
- Larutan ekstrasoda diasamkan oleh HCl encer, lalu tambahkan FeCl 3,
maka akan terjadi endapan putih kekuningan yang dapat larut dalam asam
ineral encer.
46
- Mula-mula periksa adanya S= dengan jalan mengambil ± 1 mL
ekstrasoda, tambah asam asetat dan larutan NaAsO 2. Bila terbentuk
endapan kuning, menunukkan adanya S=. Bila tidak terbentuk
endapankuning, tandanya S= tidak ada.
47
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kimia analitik dibagi menjadi bidang-bidang yang disebut analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif berkaitan dengan
identifikasi zat-zat kimia (mengenali unsur atau senyawa apa yang ada
dalam suatu sampel). Sedangkan, analisis kuantitatif berkaitan dengan
penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu
sampel. Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, yaitu reaksi
kering dan reaksi basah. Reaksi kering dapat digunakan pada zat padat dan
reaksi basah untuk zat dalam larutan. Selain itu juga terdapat analisis
kation dan anion. Analisis kation dan anion umumnya ini dilakukan
dengan dua cara yaitu pemisahan dan identifikasi. Pemisahan
dilakukan dengan cara mengendapkan suatu kelompok kation atau
anion dari larutannya. Pemeriksaan ini dilakukan dalam larutan air,
dengan menambahkan zat tertentu sebagai pereaksi sehingga mengalami
perubahan kimia disertai perubahan fisik yang dapat diamati.
3.2 Saran
Dalam melakukan Analisa kualitatif mahasiswa sebaiknya mengetahui dan
memahami prosedur analisis yang benar serta dapat menentukan teknik pemilihan
metode analsisis yang tepat.
48
DAFTAR PUSTAKA
Basset J. dan Mendham. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Kleinfelter, wood. 1980. Kimia Untuk Universitas Edisi Keenam Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Day, R.A. and A.L. Underwood. 2002. Analisis kimia kuantitatif. Edisi keenam.
Jakarta: Erlangga
49