“ KROMATOGRAFI KOLOM ”
Rini Selly,S.Pd.,M.Sc
OLEH KELOMPOK 6 :
Puji dan syukur marilah sama-sama kita ucapkan kehadirat Allah SWT,
Tuhan semesta alam. Dengan rahmat dan karunia-Nyalah kita masih diberi
kesempatan sampai saat ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen
pengampu mata kuliah Kimia Pemisahan, yaitu Bapak Drs. Jasmidi,M.Si dan Ibu
Rini Selly,S.Pd.,M.Sc yang telah memberikan banyak masukan sehingga penulis
mampu menyelesaikan Tugas ini. Laporan yang disajikan penulis ini yang
berjudul ” Kromatografi Kolom”. Tujuannya adalah agar pembaca lebih
memahami mengenai materi Kromatografi kolom.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
BAB V PROJEK.............................................................................................................21
LAMPIRAN....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknik kromatografi adalah metode pemisahan yang digunakan
untuk sintesis senyawa murni (atau hampir murni). Pada umumnya
sebelum suatu senyawa diidentifikasi dan dapat di ukur kadarnya, perlu di
pisahkan dari matriknya. Oleh karena itu, pemisahan merupakan langkah
penting dalam analisi kualitatis. Suatu analisis kimia menjadi meragukan
jika pengukuran sifat tidak berhubungan dengan sifat spesifik senyawa
terukur. Terdapat banyak teknik pemisahan tetapi kromatografi merupakan
teknik yang paling banyak di gunakan. Salah satunya yaitu kromatografi
kolom.
Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling
kuat. Karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk
pemisahan analitik dan preparatif. Biasanya, kromatografi analitik dipakai
pada tahap permulaan untuk semua cuplikan, dan kromatografi preparatif
hanya dilakukan jika diperlukan fraksi murni dari campuran. Pemisahan
secara kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik langsung
beberapa sifat fisika umum dari molekul. Pemisahan senyawa biasanya
menggunakan beberapa teknik kromatografi. Pemilihan teknik
kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang
akan dipisahkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka pada makalah ini akan
dibahas tentang metode kromatografi kolom.
B. Rumusan Masalah
1
5. Bagaimana analisis kualititatif dan kuantitatif kromatografi kolom?
6. Apa saja penerapan kromatografi kolom dalam kehidupan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kromatografi kolom
2. Untuk mengetahui prinsip dari kromatografi kolom
3. Untuk mengetahui fase diam dan fase gerak dari kromatografi kolom
4. Untuk mengetahui proses pemisahan / mekanisme pemisahan pada
kromatografi kolom
5. Untuk mengetahui analisis kualititatif dan kuantitatif kromatografi
kolom
6. Untuk mengetahui penerapan kromatografi kolom dalam kehidupan.
2
BAB II
CRITICAL BOOK REPORT
3
paling lemah terikat kepada adsorben. Komponen – komponen lainnya
akan dihanyutkan menurut urutan afinitasnya terhadap adsorben, sehingga
terjadi pemisahan daripada komponen – komponen tersebut.
Keuntungan kromatografi kolom yaitu dapat digunakan untuk
analisis dan aplikasi preparatif, digunakan untuk menentukan jumlah
komponen campuran digunakan untuk memisahkan dan purifikasi
substansi. Kerugian dari kromatografi kolom yaitu untuk mempersiapkan
kolom dibutuhkan kemampuan teknik dan manual, sehingga metode ini
sangat membutuhkan waktu yang lama.
4
kompresi (misalnya udara, nitrogen, dan argon) untuk mendorong pelarut
melalui kolom.
5
D. Proses Pemisahan atau Mekanisme Pemisahan
a. Penggunaan Kromatografi Kolom
1. Penyiapan Sampel
Sampel ditimbang kemudian dilarutkan dalam pelarut yang sesuai,
lalu dituangkan hati-hati diatas packing kolom. Fase gerak dikeluarkan
tetes demi tetes, diatur kecepatan menetesnya (tergantung besar-
kecilnya kolom) dan dijaga kolom tetap terendam, untuk itu ditambah
fase gerak perlahan-lahan dan dijaga tidak merusak packing kolom.
Fase gerak yang keluar ditampung sebagai fraksi. Volume fraksi
tergantung berat sampel dan pemisahan yang nampak pada kolom saat
proses awal elusi ini. Makin kecil volume fraksi, akan diperoleh
pemisahan yang lebih baik. Cara meletakkan sampel pada kolom yang
lebih baik adalah dengan mencampurnya dengan fase diam. Satu
bagian sampel dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, biasanya pelarut
yang digunakan adalah pelarut yang digunakan untuk pembuatan
ekstrak. Larutan ekstrak ini kemudian dicampur dengan 2,0-3.0 bagian
fase diam, dengan hati-hati campuran ini dikeringkan didalam rotary
evaporator hingga diperoleh serbuk ekstrak kering. Serbuk ini
ditaburkan diatas packing kolom dan ditutup dengan selapis pasir.
Selanjutnya sampel siap dielusi.
2. Elusi
Fase gerak dimasukkan kedalam kolom dengan cara dituangkan
sedikit demi sedikit atau dialirkan dari bejana yang diletakkan diatas
kolom sehingga fase gerak mengalir dengan sendirinya. Cara yang
praktis adalah dengan memasukkan kedalam corong pisah, ujung
corong pisah dimasukkan kedalam kolom dan ujung lain tertutup,
sedangkan keran terbuka. Fase gerak akan keluar dengan sendirinya
sesuai dengan keluarnya fase gerak dari kolom.
6
kromatografi yang menggunakan fase diam dan fase bergeraknya
berupa cairan, fase diam dan fase bergeraknya berupa gas, fase diam
berupa cairan sedangkan fase bergerak berupa gas, atau fase diam
berupa gas sedangkan fase diamnya berupa cairan.
7
2. Teknik Elusi
Ada beberapa cara mengelusi sampel. Yang pertama
dengan cara bertahap (batch elution atau stepwise elution), yaitu
mengelusi kolom dengan suatu jenis pelarut (dapat merupakan
campuran dua macam atau lebih pelarut) sampai sejumlah volume
eluat tertentu dikumpulkan, kemudian elusi dilanjutkan dengan
jenis pelarut lain dengan cara yang sama, demikian seterusnya
dengan jenis pelarut yang lain lagi sampai selesai. Keuntungan
dengan menggunakan cara ini adalah mudah dilakukan
penyeimbangan (conditioning) kolom. Dengan demikian fraksi
fraksi yang ingin dipisahkan dapat dielusi dengan sesedikit
mungkin eluen.
Cara yang kedua adalah mengalirkan eluen secara
berterusan (continuous elution). Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan pompa peristaltik atau secara sederhana dengan
meletakkan tangki penyedia freservoir) pelarut tepat di atas kolom.
Cara yang ketiga adalah mengelusi kolom dengan dua
macam atau lebih pelarut sekaligus dengan rasio yang berubah
selama elusi. Cara ini lazim disebut sebagai pengelusian bertingkat
(gradient elution).
c. Kromatografi Kolom Adsorpsi
Berbeda dengan kromatografi partisi, maka dalam kromatografi
adsorpsi yang menjadi fase diam adalah berupa padatan yang sekaligus
juga berperan sebagai penyangga. Permukaan partikel-partikel
penyangga mempunyai sifat aktif yang dapat mengikat komponen-
komponen atau molekul-molekul tertentu.
Pada kromatografi kolom adsorpsi juga digunakan tabung seperti
halnya pada kromatografi kolom partisi dan cara penyiapannya juga
tidak berbeda dengan penyiapan kolom partisi. Pada umumnya
penyangga merupakan komponen yang mempunyai polaritas tinggi,
sehingga penyerapan solut pada permukaan penyangga sangat
8
tergantung pada polaritas solut. Sedangkan eluennya digunakan pelarut
yang polaritasnya rendah.
9
Data-data yang didapat menggunakan kromatografi kolom selanjutnya
dapat meningkatkan mutu produk obat-obatan ,menghasilkan jenis obat
baru atau dapat dipakai untuk mengontrol kondisi obat sehingga bisa
bertahan lama
3. Dalam bidang clinical (klinik)
Kromatografi kolom sangat bermanfaat terutama dalam
menginvestigasi fluida badan antara lain:
a. Air liur
Dari air liur seorang pasien, dokter dapat mengetahui jenis
penyakit yang sedang diderita pasien tersebut. Seorang perokok dapat
diketahui apakah dia termasuk perokok berat atau ringan hanya dengan
mengetahui konsentrasi CN- (sianida) dari sampel air liurnya.
b. Air kencing
Dari air kencing dapat dideteksi jenis penyakit yang diderita oleh
pasien yakni mendeteksi senyawa oksalat. Demikian halnya air liur, air
kencing, darah dan fluida badan lainnya bisa memberikan data yang
akurat dan cepat sehingga keberadaan suatu penyakit dalam tubuh
manusia dapat dideteksi secara dini dan cepat.
Buku Pembanding
10
afinitas lebih besar (larut dengan baik) terhadap fasa diam akan keluar dari kolom
kemudian.
A. Efisiensi Kolom
HETP = L/N
Efisiensi kolom tergantung pada : pelarut (fase diam), sampel, suhu, kecepatan
aliran gas pembawa dan besarnya partikel komponen Banyak faktor yang
mempengaruhi harga HETP, secara kuantitatif teori yang menyatakan efek-efek
tersebut sangat sukar dan kita hanya akan membicarakan teori pelat dan teori
kecepatan.
B. Teori Laju
Teori laju dikembangkan oleh seorang Belanda bernama Van Deemter dan
persamaanya disebut dengan persamaan Van Deemter. HETP = A + B/ + C
Persamaan ini dapat memberikan jawaban bagaimana untuk meningkatkan
peranan kolom kromatografi. = adalah kecepatan alir gas pembawa melalui
kolom Panjang kolom (dalam cm)
11
3. Gas pembawa untuk komponen dengan berat molekul besar dipakai
N2, sedangkan untuk analisis yang cepat digunakan He atau H2.
11
4. Fasa diam yang digunakan harus mempunyai viscositas yang rendah.
5. Banyaknya fasa diam yang dipakai biasanya 1-10% dari berat padatan
pendukung.
6. Pemisahan akan lebih baik pada suhu kolom yang rendah, tetapi waktu
analisis menjadi lama.
7. Diameter kolom yang kecil memberikan pemisahan lebih baik.
8. Efisiensi pelarut, karena pelarut dapat berinteraksi spesifik dengan zat
terlarut.
C. Kolom
Kolom merupakan jantung dari kromatografi gas. Kolom dapat terbuat dari :
tembaga, teflon, baja, alumunium atau gelas. Panjang kolom packing berkisar
antara 1-3 meter, sedangkan kolom kapiler panjangnya dapat 25-100 meter.
12
b. Fasa cair harus mempunyai tekanan uap yang rendah pada suhu
yang tinggi 0,01- 0,1 mm Hg. 3. Harus stabil dan inert
c. Harus mempunyai kekentalan yang rendah, sehingga tidak
mengikat gas.
d. Harus tersebar dengan baik pada padatan penunjang.
e. Harus larut dengan baik pada pelarut organik yang mempunyai
titik didih rendah. Biasanya persentase dari fasa cair pada padatan
penunjang adalah 10% dari berat.
13
BAB III
CRITICAL JOURNAL REVIEW
CONTOH APLIKASI JENIS PEMISAHAN
2. Produksi DAG
14
kapasitas 2 L. Residu komponen TAG dari pemisahan DAG
pertama digunakan kembali untuk proses gliserolisis kedua.
3. Pemisahan DAG
5. Analisis komponen
15
kemudian visualisasi noda dilakukan dengan menggunakan uap
iodine. Kristal iodine dituangkan ke dalam cawan Petri hingga rata.
Lempeng KLT yang sudah kering diletakkan di atas cawan Petri
selama dua menit hingga terlihat noda cokelat. Noda yang terlihat
langsung diberi tanda menggunakan pensil. Noda yang terlihat dari
setiap komponen minyak (DAG, MAG, ALB dan TAG) dijiplak
menggunakan kertas HVS 80 g lalu ditimbang bobotnya. Fraksi
komponen dihitung dengan persamaan:
Berat komponen x (g)
Fraksi komponen x (%) = X 100%
Berat komponen total
Jurnal Kedua
16
terbentuk dua lapis, kolom diisi dengan dietileter lalu diikuti dengan
Silika Gel GF254 yang telah diimpregnasi sebelumnya. Langkah
16
selanjutnya adalah ditambahkan seasand sebagai lapisan akhir hingga
ketinggian ± 2 cm, elusi dilakukan menggunakan dietil eter hingga 3
kali penuangan (Mc Carthy dan Duthie, 1962). Gambaran lapisan
kolom yang digunakan untuk kromatografi kolom adalah sebagai
berikut:
17
Sedangkan untuk fraksi polar dilakukan degradasi terlebih dahulu
menggunakan katalis.
18
BAB IV
REKAYASA IDE
1. Alat
Suntikan
Pipet tetes
2. Bahan
Etanol (Alkohol 75 %)
Ekstrak daun pandan
Silica gel
Kapas
Alumina
N-heksan (Bensin)
Pasir
D. Prosedur kerja
19
3. Masukkan sampel yaitu ekstrak daun pandan kemudian tambahkan
amilum dan pasir,
4. Lalu tambahkan campuran eluen, dimana eluen terdiri dari campuran
etanol dengan N-heksan.
20
BAB V
PROJEK
1. Alat
Suntikan
Pipet tetes
2. Bahan
Etanol (Alkohol 75 %)
Ekstrak daun pandan
Silica gel
Kapas
Alumina
N-heksan (Bensin)
Pasir
D. Prosedur kerja
21
3. Masukkan sampel yaitu ekstrak daun pandan kemudian tambahkan
amilum dan pasir,
4. Lalu tambahkan campuran eluen, dimana eluen terdiri dari campuran
etanol dengan N-heksan.
Hasil yang kami dapatkan dari percobaan tersebut adalah kami mendapatkan ekstrak
dan percobaan kami berhasil yang ada di dalam video
Tabel Pengamatan
5. Ditampung tetesan yang Tetesan yang keluar di wadah untuk melihat warna.
keluar dari kolom
Pembahasan :
Kami menyiapkan alat kolom yang akan digunakan pada saat kromatografi, kami
menggunakan alat yang sederhana yaitu suntikan untuk kromatografi kolom karena
ketersediaan alat kromatografi kolom yang tidak ada. Kedalam kromatografi tersebut
kami memasukkan sedikit kapas agar ujung tempat larutan akan keluar tersumbat,
kemudian setelah itu kami mencuci kapas dan sekitar dinding kolom guna
mengurangi kotoran- kotoran yang menempel pada kolom menggunakan n-heksan,
kemudian kami mengisi kolom menggunakan silika gel yang berperan sebagai fase
22
diam dalam kromatografi ini, kami mengisi cmpuran silika gel dan n-heksan kedalam
kolom sampai silika gel terisi setengah dari tinggi kolom yang kami gunakan, dan
sembari mengetuh- ngetuk dinding kolom agar silika gel yang masuk semakin padat
dan silika gel nya tidak pecah, kemudian kami menyiapkan sampel yang akan diisi
kedalam alat kolomnya, kami mencampurkan sedikit silika dengan yang akan kami
gunakan yaitu ektrak daun pandan kemudian mengaduknya sampai terlihat tercamur.
Kromatografi siap dilakukan, kami memasukkan sampel ekstrak daun pandan tadi
kedalam kromatografi kolom, sedikit saja, kami kemdudian meratakannya agar sama
dengan permukaannya, kemudian kami menggunakan eluen yaitu n-heksan : etil
asetat dengan perbandian 4:1 yang berpera sebagai fase gerak. Kami meneteskan
eluen terus menerus kedalam kromatografi kolom sampai pelarutnya habis kami
mendapatkan hasil kromatografi sebanyak 1 ml.
23
LAMPIRAN
Alat
Bahan
24
Gambar Kromatografi kolom
25
DAFTAR PUSTAKA
Adelila Sari,S.2019.Kimia Pemisahan.Tangerang : Tira Smart
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=karakterisasi+asal+usul+dan+tingkat+kematangan+biomarka+
minyak+mentah&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3Du20TS_tfTCgJ
Panji, T., Suharyanto, dan Perwitasari, U., (2011)., Pemurnian diasilgliserol dari
produk gliserolisis crude palm oil dengan kromatografi kolom., Menara
Perkebunan, (79)1, 30-35.
https://scholar.google.co.id/scholar?
start=10&q=kromatografi+kolom+pada+minyak+mentah&hl=id&as_sdt=0,5#d=g
s_qabs&u=%23p%3DSaBWA0oOYr4J
https://youtu.be/i3CSlcD2yQo
26