Anda di halaman 1dari 31

Mata Kuliah : Kimia Pemisahan

“ KROMATOGRAFI KOLOM ”

DOSEN PENGAMPU : Drs. Jasmidi,M.Si

Rini Selly,S.Pd.,M.Sc

OLEH KELOMPOK 6 :

AURA FITRIANI HARAHAP (4181131020)

CUT SAFRIDA RISKA (4182131003)

DERI SALSALINA BR. SITEPU (4181131004)

PENDIDIKAN KIMIA A 2018


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
202
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah sama-sama kita ucapkan kehadirat Allah SWT,
Tuhan semesta alam. Dengan rahmat dan karunia-Nyalah kita masih diberi
kesempatan sampai saat ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen
pengampu mata kuliah Kimia Pemisahan, yaitu Bapak Drs. Jasmidi,M.Si dan Ibu
Rini Selly,S.Pd.,M.Sc yang telah memberikan banyak masukan sehingga penulis
mampu menyelesaikan Tugas ini. Laporan yang disajikan penulis ini yang
berjudul ” Kromatografi Kolom”. Tujuannya adalah agar pembaca lebih
memahami mengenai materi Kromatografi kolom.

Penulis mengharapkan agar pembaca berkenan memberikan masukan, baik


itu kritik maupun saran agar penulis bisa memperbaiki pembuatan Laporan untuk
selanjutnya. Penulis juga berharap, semoga Laporan ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Oktober 2020

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

BAB II CRITICAL BOOK REPORT.............................................................................3

BAB III CRITICAL JOURNAL REVIEW....................................................................14

BAB IV REKAYASA IDE.............................................................................................19

BAB V PROJEK.............................................................................................................21

LAMPIRAN....................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknik kromatografi adalah metode pemisahan yang digunakan
untuk sintesis senyawa murni (atau hampir murni). Pada umumnya
sebelum suatu senyawa diidentifikasi dan dapat di ukur kadarnya,  perlu di
pisahkan dari matriknya. Oleh karena itu, pemisahan merupakan langkah
penting dalam analisi kualitatis. Suatu analisis kimia menjadi meragukan
jika pengukuran sifat tidak berhubungan dengan sifat spesifik senyawa
terukur. Terdapat banyak teknik pemisahan tetapi kromatografi merupakan
teknik yang paling banyak di gunakan. Salah satunya yaitu kromatografi
kolom.
Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling
kuat. Karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk
pemisahan analitik dan preparatif. Biasanya, kromatografi analitik dipakai
pada tahap permulaan untuk semua cuplikan, dan kromatografi preparatif
hanya dilakukan jika diperlukan fraksi murni dari campuran. Pemisahan
secara kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik langsung
beberapa sifat fisika umum dari molekul. Pemisahan senyawa biasanya
menggunakan beberapa teknik kromatografi. Pemilihan teknik
kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang
akan dipisahkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka pada makalah ini akan
dibahas tentang metode kromatografi kolom.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan. Di


bawah ini dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam
makalah :

1. Apa yang dimaksud dengan kromatografi kolom?


2. Bagaimana prinsip dari kromatografi kolom?
3. Apa fase gerak dan fase diam kromatografi kolom?
4. Bagaimana proses pemisahan dalam kromatografi kolom?

1
5. Bagaimana analisis kualititatif dan kuantitatif kromatografi kolom?
6. Apa saja penerapan kromatografi kolom dalam kehidupan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kromatografi kolom
2. Untuk mengetahui prinsip dari kromatografi kolom
3. Untuk mengetahui fase diam dan fase gerak dari kromatografi kolom
4. Untuk mengetahui proses pemisahan / mekanisme pemisahan pada
kromatografi kolom
5. Untuk mengetahui analisis kualititatif dan kuantitatif kromatografi
kolom
6. Untuk mengetahui penerapan kromatografi kolom dalam kehidupan.

2
BAB II
CRITICAL BOOK REPORT

A. Pengertian Kromatografi Kolom


Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan
perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk
memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Atau
bisa didefinisikan sebagai proses melewatkan sampel melalui suatu kolom,
perbedaan kemampuan absorpsi terhadap zat-zat yang sangat mirip
mempengaruhi resolusi zat terlarut dan apa yang dihasilkan yang di sebut
kromatogram. Pada dasarnya, semua kromatografi menggunakan dua fase
yaitu satu fase tetap (stationary) dan yang lain fase bergerak (mobile).
Pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fase ini.
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat fase
tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair.
Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling
awal yang pertama kali  di lakukan oleh D.T.Davy yaitu untuk
membedakan komposisi minyak bumi. Ditinjau dari mekanismenya
kromatografi kolom merupakan kromatografi serapan atau adsorbsi.
Kromatografi kolom digolongkan ke dalam kromatografi cair – padat
(KCP) kolom terbuka. Pemisahan kromatografi kolom adsorpsi didasarkan
pada adsorpsi komponen-komponen campuran dengan afinitas berbeda-
beda terhadap permukaan fase diam. Kromatografi kolom adsorpsi
termasuk pada cara pemisahan cair-padat. Substrat padat (adsorben)
bertindak sebagai fase diam yang sifatnya tidak larut dalam fase cair. Fase
bergeraknya adalah cairan (pelarut) yang mengalir membawa komponen
campuran sepanjang kolom.  Prinsip yang mendasari kromatografi kolom
adsorpsi ialah bahwa komponen – komponen dalam zat contoh yang harus
diperiksa mempunyai afinitas yang berbeda-beda terhadap adsorben dalam
kolom. Apabila dialirkan cairan ( elutor ) secara kontinyu melalui kolom
yang berisi zat contoh yang telah diadsorpsikan oleh penyarat kolom,
maka yang pertama – tama dihanyutkan oleh elutor ialah komponen yang

3
paling lemah terikat kepada adsorben. Komponen – komponen lainnya
akan dihanyutkan menurut urutan afinitasnya terhadap adsorben, sehingga
terjadi pemisahan daripada komponen – komponen tersebut.
Keuntungan kromatografi kolom yaitu dapat digunakan untuk
analisis dan aplikasi preparatif, digunakan untuk menentukan jumlah
komponen campuran digunakan untuk memisahkan dan purifikasi
substansi. Kerugian dari kromatografi kolom yaitu untuk mempersiapkan
kolom dibutuhkan kemampuan teknik dan manual, sehingga metode ini
sangat membutuhkan waktu yang lama.

B. Prinsip Kromatografi Kolom


Kromatografi kolom bertujuan untuk purifikasi dan isolasi
komponen dari suatu campurannya. Metode pembuatan kolom terbagi
menjadi 2 yaitu untuk metode kering dan metode basah. Pada metode
kering, kolom pertama diisi dengan kering fase diam bubuk, diikuti
dengan penambahan fase gerak. Sedangkan pada metode basah, sebuah
bubur disiapkan dari eluen dengan fase diam bubuk dan kemudian dengan
hati-hati dituangkan ke dalam kolom. Lapisan ini biasanya ditutupi dengan
lapisan pasir kecil atau dengan kapas atau wol kaca untuk melindungi
bentuk lapisan organik dari kecepatan baru ditambahkan eluen. Eluen
perlahan-lahan melewati kolom untuk memajukan bahan organic.
Sebagian besar prinsip pemisahan kromatografi kolom didasarkan
pada afinitas kepolaran analit dengan fase diam, sedangkan fase gerak
selalu memiliki kepolaran yang berbeda dengan fase diam. Pada sebagian
besar kromatografi kolom menggunakan fase diam yang bersifat polar
dengan fase gerak yang non-polar dengan begitu waktu retensi akan
menjadi lebih singkat. Semakin cepat pergerakan fase gerak akan
meminimalkan waktu yang diperlukan untuk bergerak di sepanjang kolom.
Laju aliran kolom dapat ditingkatkan dengan memperluas aliran eluent di
dalam kolom dengan mengisi fase diam pada bagian bawah atau dikurangi
dengan mengontrol keran. Laju aliran yang lebih baik dapat dicapai
dengan menggunakan pompa atau dengan menggunakan gas dengan

4
kompresi (misalnya udara, nitrogen, dan argon) untuk mendorong pelarut
melalui kolom.

C. Fase Diam dan Fase Gerak dalam Kromatografi Kolom


Dalam kromatografi terdapat istilah fase diam dan fase gerak. Ditinjau dari
pengertian keduanya dimana fase diam (Stationary phase) merupakan salah satu
komponen yang penting dalam proses pemisahan dengan kromatografi karena
dengan adanya interaksi dengan fase diamlah terjadi perbedaan waktu retensi (tR)
dan terpisahnya komponen suatu senyawa analit. Fase diam dapat berupa bahan
padat atau porous (berpori) dalam bentuk molekul kecil atau cairan yang
umumnya dilapiskan pada padatan pendukung.
Sedangkan fase gerak (Mobile phase) merupakan pembawa analit, dapat
bersifat inert maupun berinteraksi dengan analit tersebut. Fase gerak dapat berupa
bahan cair dan dapat juga berupa gas inert yang umumnya dapat dipakai
sebagai carrier gas senyawa yang mudah menguap (volatile).
Pada kromatografi kolom, kolomnya (tabung gelas) diisi dengan bahan
seperti pati yang dicampur dengan adsorben, dan pastanya diisikan kedalam
kolom. Larutan sampel kemudian diisikan kedalam kolom dari atas sehingga
sampel diasorbsi oleh adsorben. Kemudian pelarut (fase gerak) ditambahkan tetes
demi tetes dari atas kolom. Partisi zat terlarut berlangsung di pelarut yang turun ke
bawah (fasa gerak) dan pelarut yang teradsorbsi oleh adsorben (fase diam).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat kita simpulkan bahwa fase gerak dalam
kromatografi kolom merupakan pelarut sedangkan fase diamnya adalah
adsorbenUntuk kromatografi jenis ini dasarnya adalah senyawa yang memiliki
kemiripan sifat fisika kimia dengan fase diam akan tertambat lebih lama pada fase
diam –> tR lebih besarSebagai contoh jika kita ingin memisahkan kafein dan
parasetamol pada sampel obat flu dengan fase diam ODS (Oktadesil silika) yang
nonpolar, maka parasetamol akan lebih dulu keluar dari kolom atau tR lebih kecil
daripada kafein. karena Kafein sifatnya nonpolar dan lebih terlarut pada fase
diam, sedangkan parasetamol bisa terlarut sedikit tapi hanya sebentar saja.

5
D. Proses Pemisahan atau Mekanisme Pemisahan
a. Penggunaan Kromatografi Kolom
1. Penyiapan Sampel
Sampel ditimbang kemudian dilarutkan dalam pelarut yang sesuai,
lalu dituangkan hati-hati diatas packing kolom. Fase gerak dikeluarkan
tetes demi tetes, diatur kecepatan menetesnya (tergantung besar-
kecilnya kolom) dan dijaga kolom tetap terendam, untuk itu ditambah
fase gerak perlahan-lahan dan dijaga tidak merusak packing kolom.
Fase gerak yang keluar ditampung sebagai fraksi. Volume fraksi
tergantung berat sampel dan pemisahan yang nampak pada kolom saat
proses awal elusi ini. Makin kecil volume fraksi, akan diperoleh
pemisahan yang lebih baik. Cara meletakkan sampel pada kolom yang
lebih baik adalah dengan mencampurnya dengan fase diam. Satu
bagian sampel dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, biasanya pelarut
yang digunakan adalah pelarut yang digunakan untuk pembuatan
ekstrak. Larutan ekstrak ini kemudian dicampur dengan 2,0-3.0 bagian
fase diam, dengan hati-hati campuran ini dikeringkan didalam rotary
evaporator hingga diperoleh serbuk ekstrak kering. Serbuk ini
ditaburkan diatas packing kolom dan ditutup dengan selapis pasir.
Selanjutnya sampel siap dielusi.
2. Elusi
Fase gerak dimasukkan kedalam kolom dengan cara dituangkan
sedikit demi sedikit atau dialirkan dari bejana yang diletakkan diatas
kolom sehingga fase gerak mengalir dengan sendirinya. Cara yang
praktis adalah dengan memasukkan kedalam corong pisah, ujung
corong pisah dimasukkan kedalam kolom dan ujung lain tertutup,
sedangkan keran terbuka. Fase gerak akan keluar dengan sendirinya
sesuai dengan keluarnya fase gerak dari kolom.

b. Penggunaan Kromatografi Kolom Partisi

Pada sistem partisi, ialah pemisahan komponen yang didasarkan


atas perbedaan polaritas pada fase diam. Sistem ini terjadi pada

6
kromatografi yang menggunakan fase diam dan fase bergeraknya
berupa cairan, fase diam dan fase bergeraknya berupa gas, fase diam
berupa cairan sedangkan fase bergerak berupa gas, atau fase diam
berupa gas sedangkan fase diamnya berupa cairan.

1. Preparasi Bahan Penyangga


Untuk bahan penyangga berupa silica gel, bahan penyangga
ini harus dicampur dengan fase diam yang akan digunakan dengan
perbandingan 0,5-1,0 bagian fase diam dengan 1,0 bagian bahan
penyangga. Pencampuran harus baik, misalnya dengan
menggunakan mortar atau blender sehmgga akan dihasilkan
semacam pasta atau bubur yang tidak terlalu basah tetapi juga tidak
kering. Fase diam kemudian ditambahkan berlebihan pada pasta
tersebut sehingga terjadi sluri. Setelah itu sluri dimasukkan tabung,
sluri diaduk dengan pengaduk berbentuk cakram yang diameternya
lebih kecil sedikit daripada diameter tabung. Pada pusat cakram
diberi tangkai panjang. Jika cakram dimasukkan ke dalam tabung
dan digerakkan berkali-kali sepanjang tabung ke atas dan ke
bawah, maka cakram akan dapat bergerak leluasa, dan sluri akan
dapat bergerak melalui sela-sela cakram dengan dinding tabung.
Gerakan cakram harus perlahan-lahan, dilakukan beberapa kali.
Sesudah itu cakram diambil dan kelebihan fase diam dikeluarkan
melalui mulut tabung yang terletak di bagian dasar tabung.
Untuk kolom selulosa, maka bubuk selulosa direndam ke
dalam aseton. Campuran kemudian dituangkan ke dalam tabung.
Kelebihan aseton dikeluarkan melalui mulut tabung yang terletak
di bagian dasar tabung. Kolom kemudian dicuci dengan fase
bergerak sampai terjadi keseimbangan. Kadang-kadang sebelum
dicuci dengan fase bergerak, dicuci terlebih dahulu dengan air
berlebihan.

7
2. Teknik Elusi
Ada beberapa cara mengelusi sampel. Yang pertama
dengan cara bertahap (batch elution atau stepwise elution), yaitu
mengelusi kolom dengan suatu jenis pelarut (dapat merupakan
campuran dua macam atau lebih pelarut) sampai sejumlah volume
eluat tertentu dikumpulkan, kemudian elusi dilanjutkan dengan
jenis pelarut lain dengan cara yang sama, demikian seterusnya
dengan jenis pelarut yang lain lagi sampai selesai. Keuntungan
dengan menggunakan cara ini adalah mudah dilakukan
penyeimbangan (conditioning) kolom. Dengan demikian fraksi
fraksi yang ingin dipisahkan dapat dielusi dengan sesedikit
mungkin eluen.
Cara yang kedua adalah mengalirkan eluen secara
berterusan (continuous elution). Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan pompa peristaltik atau secara sederhana dengan
meletakkan tangki penyedia freservoir) pelarut tepat di atas kolom.
Cara yang ketiga adalah mengelusi kolom dengan dua
macam atau lebih pelarut sekaligus dengan rasio yang berubah
selama elusi. Cara ini lazim disebut sebagai pengelusian bertingkat
(gradient elution).
c. Kromatografi Kolom Adsorpsi
Berbeda dengan kromatografi partisi, maka dalam kromatografi
adsorpsi yang menjadi fase diam adalah berupa padatan yang sekaligus
juga berperan sebagai penyangga. Permukaan partikel-partikel
penyangga mempunyai sifat aktif yang dapat mengikat komponen-
komponen atau molekul-molekul tertentu.
Pada kromatografi kolom adsorpsi juga digunakan tabung seperti
halnya pada kromatografi kolom partisi dan cara penyiapannya juga
tidak berbeda dengan penyiapan kolom partisi. Pada umumnya
penyangga merupakan komponen yang mempunyai polaritas tinggi,
sehingga penyerapan solut pada permukaan penyangga sangat

8
tergantung pada polaritas solut. Sedangkan eluennya digunakan pelarut
yang polaritasnya rendah.

E. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif


a. Analisis Kuantitatif
Komponen (eluat) yang diperoleh dapat diteruskan untuk
ditetapkan kadarnya dengan cara titrasi ataupun spektofotometri.
b. Analisis Kualitatif
Pergerakan komponen melalui kolom akan terjadi kesetimbangan
baru antara bahan penyerap, komponen campuran dan eluen.
Kesetimbangan dikatakan tetap bila suatu komponen yang satu dengan
lainnya bergerak ke bagian bawah kolom dengan waktu atau kecepatan
berbeda-beda sehingga terjadi pemisahan dengan terbentuk pita-pita (zona-
zona) yang setiap zona berisi satu macam komponen (eluat). Setiap zona
yang keluar dari kolom dapat ditampung dengan sempurna sebelum zona
yang lain keluar dari kolom.

F. Aplikasi Kromatografi Kolom dalam Kehidupan


Aplikasi Kromatografi Kolom dalam Kehidupan dapat di jelaskan
sebagai berikut:
1. Menganalisa zat pewarna alami dalam tumbuh-tumbuhan. Contohnya
mengekstrak daun atau wortel.
2. Dalam bidang bioteknologi,
a. Kromatografi kolom mempunyai peranan yang sangat besar. Misalnya
penentuan kualitatif maupun kuantitatif senyawa dalam protein.
Protein sering dipilih karena ia sering menjadi objek molekul yang
harus di-purified (dimurnikan) terutama untuk keperluan dalam bio-
farmasi.
b. Kromatografi kolom juga bisa diaplikasikan dalam pemisahan
molekul-molekul penting seperti asam nukleat, karbohidrat, lemak,
vitamin dan molekul penting lainnya.

9
Data-data yang didapat menggunakan kromatografi kolom selanjutnya
dapat meningkatkan mutu produk obat-obatan ,menghasilkan jenis obat
baru atau dapat dipakai untuk mengontrol kondisi obat sehingga bisa
bertahan lama
3. Dalam bidang clinical (klinik)
Kromatografi kolom sangat bermanfaat terutama dalam
menginvestigasi fluida badan antara lain:
a. Air liur
Dari air liur seorang pasien, dokter dapat mengetahui jenis
penyakit yang sedang diderita pasien tersebut. Seorang perokok dapat
diketahui apakah dia termasuk perokok berat atau ringan hanya dengan
mengetahui konsentrasi CN- (sianida) dari sampel air liurnya.
b. Air kencing
Dari air kencing dapat dideteksi jenis penyakit yang diderita oleh
pasien yakni mendeteksi senyawa oksalat. Demikian halnya air liur, air
kencing, darah dan fluida badan lainnya bisa memberikan data yang
akurat dan cepat sehingga keberadaan suatu penyakit dalam tubuh
manusia dapat dideteksi secara dini dan cepat.

Buku Pembanding

Teori kromatografi gas Proses pemisahan komponen-komponen sampel


dalam kromatografi gas berlangsung di dalam kolom berdasarkan pada interaksi
komponen sampel dan fasa diam. Interaksi tersebut dapat berupa absorbsi atau
partisi. Jika fasa diamnya berupa padatan berpori maka peristiwanya adalah
absorbsi dan bila fasa diamnya berupa cairan peristiwanya adalah partisi gas-cair.
Proses kromatografi gas mirip dengan peristiwa gabungan antara ekstraksi dan
destilasi. Proses pemisahannya dapat dipandang sebagai serangkaian peristiwa
partisi, dimana sampel masuk ke dalam fasa cair, dan selang beberapa waktu akan
teruapkan kembali. Interaksi antara sampel dengan fasa diam (cair) sangat
menentukan berapa lama komponen-komponen sampel akan ditahan. Komponen-
komponen yang mempunyai afinitas lebih rendah (tidak suka) terhadap fasa diam
akan keluar dari kolom lebih dahulu. Sedangkan komponen-komponen dengan

10
afinitas lebih besar (larut dengan baik) terhadap fasa diam akan keluar dari kolom
kemudian.

A. Efisiensi Kolom

Efisiensi kolom sebanding dengan jumlah pelat teoritis : N. HETP = Height


Equivalent Theoritical Plate didefinisikan sebagai berikut :

HETP = L/N

N = Jumlah pelat teoritis dari suatu kolom L = Panjang kolom (Cm)

Efisiensi kolom tergantung pada : pelarut (fase diam), sampel, suhu, kecepatan
aliran gas pembawa dan besarnya partikel komponen Banyak faktor yang
mempengaruhi harga HETP, secara kuantitatif teori yang menyatakan efek-efek
tersebut sangat sukar dan kita hanya akan membicarakan teori pelat dan teori
kecepatan.

B. Teori Laju

Teori laju dikembangkan oleh seorang Belanda bernama Van Deemter dan
persamaanya disebut dengan persamaan Van Deemter. HETP = A + B/  + C 
Persamaan ini dapat memberikan jawaban bagaimana untuk meningkatkan
peranan kolom kromatografi.  = adalah kecepatan alir gas pembawa melalui
kolom Panjang kolom (dalam cm)

Panjang kolom(dalam satuancm)


=
waktu penahanan udarah(detik )

Secara ringkas, hal-hal yang dapat meningkatkan efisiensi kolom adalah


sebagai berikut :

1. Padatan pendukung harus mempunyai homogenitas yang tinggi,


dengan besarnya partikel kira-kira 60-120 mesh.
2. Harus dipakai kecepatan aliran gas pengemban yang optimum, karena
pada keadaan tersebut HETP minimum.

11
3. Gas pembawa untuk komponen dengan berat molekul besar dipakai
N2, sedangkan untuk analisis yang cepat digunakan He atau H2.

11
4. Fasa diam yang digunakan harus mempunyai viscositas yang rendah.
5. Banyaknya fasa diam yang dipakai biasanya 1-10% dari berat padatan
pendukung.
6. Pemisahan akan lebih baik pada suhu kolom yang rendah, tetapi waktu
analisis menjadi lama.
7. Diameter kolom yang kecil memberikan pemisahan lebih baik.
8. Efisiensi pelarut, karena pelarut dapat berinteraksi spesifik dengan zat
terlarut.

Kromatografi gas dapat digunakan untuk analisis kualitatif yaitu dengan


memban dingkan waktu retensi komponen dengan zat standar, juga untuk analisis
kuantitatif yaitu berdasarkan metode perhitungan luas puncak atau dengan metode
internal standar.

C. Kolom

Kolom merupakan jantung dari kromatografi gas. Kolom dapat terbuat dari :
tembaga, teflon, baja, alumunium atau gelas. Panjang kolom packing berkisar
antara 1-3 meter, sedangkan kolom kapiler panjangnya dapat 25-100 meter.

1. Isi kolom Padatan penunjang Padatan penunjang berfungsi mengikat fasa


diam. Persyaratan dari padatan penunjang yang baik ialah : 1. Inert
2. Kuat dan stabil pada suhu yang tinggi
3. Mempunyai luas permukaan yang besar : 1-20 m2 /g
4. Permukaan yang teratur, ukuran pori yang homogen .
5. Harus mempunyai tahanan rendah terhadap gas pembawa Padatan
penunjang yang biasa digunakan adalah tanah diatome dengan nama
dagang seperti : - Diatopert - Celite - Chromosorb Padatan penunjang ini
terutama terdiri dari - SiO2 (91%) - Al2 O3 ( 5%) - Fe2 O3 ( 2%) - CeO &
oksida (0,5%) 91 Fasa diam Fasa diam pada GLC berupa cairan. Dalam
cairan inilah terjadi pemisahan komponen-komponen sampel. Persyaratan
fasa cair yang baik adalah sebagai berikut :
a. Terhadap komponen-komponen sampel harus menunjukkan
koefisien distribusi yang berbeda.

12
b. Fasa cair harus mempunyai tekanan uap yang rendah pada suhu
yang tinggi 0,01- 0,1 mm Hg. 3. Harus stabil dan inert
c. Harus mempunyai kekentalan yang rendah, sehingga tidak
mengikat gas.
d. Harus tersebar dengan baik pada padatan penunjang.
e. Harus larut dengan baik pada pelarut organik yang mempunyai
titik didih rendah. Biasanya persentase dari fasa cair pada padatan
penunjang adalah 10% dari berat.

13
BAB III
CRITICAL JOURNAL REVIEW
CONTOH APLIKASI JENIS PEMISAHAN

a. Sampel yang digunakan

Sampel yang digunakan pada jurnal pertama ialah dengan menggunakan


sampel CPO segar yang berasal dari pabrik kelapa sawit (PKS) Kertajaya,
PTPN VIII, Banten.

Pada jurnal yang kedua menggunakan sampel minyak mentah Juwata


Tarakan, Kalimantan Utara.

b. Proses pemisahan sampel


 Jurnal Pertama
1. Penyiapan lipase
Biakan kapang Rhizopus oryzae TP2 dalam potato dextrose
agar (PDA) miring umur 3-4 hari ditambah-kan akuades 3 mL
kemudian spora dikerik dan divorteks hingga diperoleh suspensi
spora. Suspensi spora diinokulasikan dalam 200 mL medium cair
PDB yang mengandung CPO 2 % dan diinkubasi pada suhu ruang
(27-30oC) selama lima hari sambil dikocok dengan kecepatan 75
rpm. Setelah lima hari, miselium dan spora dipisahkan dengan
penyaringan mengguna-kan kertas saring kasar dan filtrat diambil
sebagai ekstrak kasar lipase. Filtrat dikeringbekukan (freeze dried)
untuk mempertahankan kestabilan lipase. Sebanyak 7 g serbuk
ekstrak enzim kasar diperoleh dari 500 mL filtrat yang
dikeringbekukan. Serbuk lipase disimpan dalam freezer untuk
produksi DAG.

2. Produksi DAG

Produksi DAG dilakukan dalam medium glisero-lisis pada


suhu 370C, dengan substrat CPO 3 g, gliserol 0,8 g, pelarut heksana
40 mL, bufer Tris-HCl pH 7.0 50 mL dan ekstrak kasar lipase 10
μL serta waktu inkubasi selama 18 jam. Ekstrak kasar lipase
disiapkan dengan melarutkan serbuk enzim hasil pengeringan beku
(0,05 g) ke dalam 1 mL bufer Tris-HCl pH 7 (Tri-Panji et al.,
2009). Reaktan disaring dengan kain halus dan filtrat dipanaskan
dalam oven suhu 600C untuk menguapkan pelarut heksan. Filtrat
hasil gliserolisis mengandung campuran komponen DAG, MAG,
ALB dan residu TAG. Produksi DAG skala semipilot dilakukan
dengan kondisi reaksi yang sama dengan total reaktan 10 kali skala
laboratorium yang dilakukan pada bejana

14
kapasitas 2 L. Residu komponen TAG dari pemisahan DAG
pertama digunakan kembali untuk proses gliserolisis kedua.

3. Pemisahan DAG

Pemisahan DAG dilakukan dengan kolom kromatografi


menggunakan cara Watanabe et al. (2006) dengan silika gel
sebagai fasa diam dan larutan heksana : etilasetat (80:20) sebagai
fasa gerak. Kolom berdimensi (panjang 30 cm x diameter 2,5 cm)
diisi dengan glass wool setinggi 1 cm dan silika gel. Silika gel (7 g)
terlebih dahulu dibuat bubur dengan cara melarutkannya dalam
larutan heksana: etilasetat (80:20) kemudian bubur silika
dimasukkan ke dalam kolom secara perlahan dan dibiarkan pada
suhu ruang hingga memadat. Sampel hasil gliserolisis (20 mL)
dimasukkan ke dalam kolom lalu dielusikan dengan campuran
heksana:etil asetat (80:20). Setiap fraksi dikumpulkan sebanyak 1
mL. Fraksinasi dihentikan bila hasil fraksinasi sudah terlihat jernih.
Komposisi hasil gliserolisis tiap-tiap fraksi dianalisis menggunakan
metode KLT.

4. Pemurnian DAG skala semipilot

Diasilgliserol produksi skala semipilot diisolasi dengan


kromatografi kolom dengan eluen heksana:etil asetat (80:20).
Jumlah silika gel sebagai fasa diam pada kromatografi kolom yang
digunakan juga diperbesar menjadi 10 kali lipat dari percobaan
skala laboratorium. TAG hasil fraksinasi dikumpulkan kemudian
pelarutnya diuapkan pada suhu 600C selama 15 menit. Setelah
sampel bebas dari pelarut, TAG yang tersisa ditimbang bobotnya
kemudian digliserolisis ulang dan difraksinasi kembali. Setelah
proses gliserolisis, lapisan heksana dipisahkan dari lapisan air,
kemudian lapisan heksana dipanaskan dalam oven pada suhu 60 0C
sampai seluruh pelarut menguap sehingga jumlah fraksi yang
terkumpul lebih pekat.

5. Analisis komponen

Fraksi komponen TAG, DAG, MAG, dan ALB dari reaksi


gliserolisis dianalisis dengan metode KLT (AOAC, 1995).
Lempeng yang digunakan adalah lempeng silika gel G 60.
Sebanyak 10 μL contoh ditotolkan sedikit demi sedikit ke dalam
lempeng tersebut dan dielusikan dengan campuran petroleum
benzene:dietileter:asam asetat glasial (90:10:1). Lempeng KLT
yang sudah dielusikan dibiarkan mengering terlebih dahulu,

15
kemudian visualisasi noda dilakukan dengan menggunakan uap
iodine. Kristal iodine dituangkan ke dalam cawan Petri hingga rata.
Lempeng KLT yang sudah kering diletakkan di atas cawan Petri
selama dua menit hingga terlihat noda cokelat. Noda yang terlihat
langsung diberi tanda menggunakan pensil. Noda yang terlihat dari
setiap komponen minyak (DAG, MAG, ALB dan TAG) dijiplak
menggunakan kertas HVS 80 g lalu ditimbang bobotnya. Fraksi
komponen dihitung dengan persamaan:
Berat komponen x (g)
Fraksi komponen x (%) = X 100%
Berat komponen total

 Jurnal Kedua

Sampel minyak mentah diambil dari sumur dengan menggunakan


mangkuk kaca dan dimasukan dalam botol kaca.Sampel minyak mentah
yang diambil terdiri dari dual lapisan yaitu lapisan air dan minyak,lapisan
minyak terlebih dahulu dipisahkan dari air dengan menggunakan corong
pisah. Sampel minyak yang bebas air dilarutkan dengan menggunakan
pelarut n-heksan dengan perbandingan v:v (50:2) selama 24 jam untuk
memisahkan aspalten dan minyak. Apabila hasil endapan tidak sempurna
maka dilakukan sentrifugas dengan kecepatan 2400 rpm dalam waktu 20
menit untuk mendapatkan ekstrak minyak. Hasil ekstraksi diuapkan
pelarutnya menggunakan rotary evaporator vakum lalu dipindahkan
dalam botol vial. Ekstrak kering tersebut ditimbang dan disimpan untuk
analisis selanjutnya (Farhaduzzaman dkk, 2012)

1. Pemisahan Ekstrak Minyak Mentah

Fraksinasi dilakukan menggunakan metode kromatografi kolom


Silika Gel GF254 yang telah diimpregnasi dengan KOH dalam IPA
sebagai fasa diam dan beberapa pelarut organik sebagai fasa gerak.
Pencampuran dilakukan di dalam labu evaporator, kemudian
pelarutnya diuapkan. Proses pembuatan kolom dilakukan sebagai
berikut: langkah pertama yang dilakukan adalah memasukan kapas
sebagai dasar dari lapisan kolom lalu diikuti oleh seasand. Setelah

16
terbentuk dua lapis, kolom diisi dengan dietileter lalu diikuti dengan
Silika Gel GF254 yang telah diimpregnasi sebelumnya. Langkah

16
selanjutnya adalah ditambahkan seasand sebagai lapisan akhir hingga
ketinggian ± 2 cm, elusi dilakukan menggunakan dietil eter hingga 3
kali penuangan (Mc Carthy dan Duthie, 1962). Gambaran lapisan
kolom yang digunakan untuk kromatografi kolom adalah sebagai
berikut:

Ekstrak kering yang didapatkan dilarutkan dalam campuran


diklorometan dan kloroform hingga larut. Setelah kolom siap, pelarut
(eluen) pertama yang digunakan adalah dietileter yang bersifat non
polar. Senyawa organik yang memiliki sifat yang sama dengan
dietileter dalam sampel akan ikut turun melewati silika gel dan
terakumulasi sebagai fraksi netral.

Eluen kedua yang digunakan dalam proses fraksinasi kromatografi


kolom ini adalah campuran dietileter dan asam format 2% yang
memiliki sifat sedikit asam. Senyawa organik yang memiliki sifat yang
sama dengan campuran dietileter dan asam format 2% dalam sampel
akan ikut turun melewati silika gel dan terakumulasi sebagai fraksi
asam.

Fraksi akhir yang tertinggal adalah fraksi polar yang didapatkan


dengan menggunakan eluen kloroform:metanol:air (65%:25%:4% v/v).
Fraksi asam kemudiandiesterifikasi menggunakan diazomethane, ester
yang terbentuk difraksinasi lebih lanjut menggunakan plat KLTP
dengan CH2Cl2 menghasilkan tiga fraksi yaitu monoester, diester dan
poliester dengan menggunakan referensi Rf 0,9 – 0,5 sebagai
monoester (asam stearat metil ester), Rf 0,5 – 0,25 sebagai diester
(asam ftalat metil ester) dan Rf 0,25 – 0,05 (asam piromalitat metil
ester). Fraksi netral difraksinasi lebih lanjut dengan metode KLTP
menggunakan n-heksan menghasilkan fraksi alifatik (Rf 1,0 – 0,9) dan
aromatik (Rf 0,9 – 0,1 dengan referensi 1,2,5,6- dibenzathracene).

17
Sedangkan untuk fraksi polar dilakukan degradasi terlebih dahulu
menggunakan katalis.

2. Pemisahan Fraksi Netral

Pemisahan terhadap fraksi netral bertujuan untuk mendapatkan


fraksi alifatik, aromatik, keton, alkohol dan polar menggunakan
metode kromatografi lapis tipis (KLTP). Adsorben yang digunakan
adalah Silika gel GF254 sebagai fasa diam dan beberapa pelarut
organik sebagai fasa gerak. Pemisahan pertama terhadap fraksi netral
adalah dengan menggunakan fasa gerak diklorometan untuk
mendapatkan fraksi hidrokarbon, keton, alkohol dan polar
diklorometan. Langkah pertama yang dilakukan adalah fraksi netral
yang telah kering dilarutkan dalam diklorometan. Siapkan plat KLTP
20 x 20 cm dengan ketebalan 0,25 cm yang telah dipreparasi dan
diaktifasi. Fraksi netral yang telah dilarutkan dalam diklorometan
ditotolkan disepanjang garis awal yang telah dibuat pada plat KLTP.
Disamping itu diklorometan dijenuhkan dalam chamber (ruang elusi).
Setelah fraksi netral telah ditotolkan pada plat, langkah selanjutnya
plat tersebut dimasukkan dalam chamber hingga proses elusi mencapai
garis akhir yang telah dibuat. Setelah elusi telah berakhir, plat diambil
dari chamber dan didiamkan hingga kering. Plat yang telah kering ditandai
dengan pensil sesuai Rf, yaitu 0-0,1 untuk polar diklorometan ; 0,1-0,4 untuk
fraksi alkohol; 0,4-0,8 untuk fraksi keton dan 0,8-1,0 untuk fraksi
hidrokarbon. Berikut gambaran plat KLTP untuk fraksinasi fraksi netral:

Setelah proses elusi silika gel yang mengandung fraksi alifatik,


aromatik dan polar nheksana diekstrak menggunakan corong tulip
dengan pelarut diklorometan seperti langkah yang sebelumnya
dilakukan terhadap fraksi hidrokarbon, keton, alkohol, dan polar
diklorometan. Proses ekstraksi ini menghasilkan fraksi kering alifatik,
aromatik, dan polar nheksana dalam vial. Pada penelitian ini dianalisis
fraksi aromatik untuk mendapatkan informasi asal-usul, lingkungan
pengendapan dan tingkat kematangan minyak.

18
BAB IV
REKAYASA IDE

A. Judul : Memisahkan ekstrak daun pandan dengan kromatografi


kolom

B. Tujuan : Untuk memisahkan ekstrak daun pandan dari sampel

C. Alat dan Bahan

1. Alat

Suntikan
Pipet tetes

2. Bahan

Etanol (Alkohol 75 %)
Ekstrak daun pandan
Silica gel
Kapas
Alumina
N-heksan (Bensin)
Pasir

D. Prosedur kerja

1. Bersihkan suntikan yang akan digunakan sebagai buret


2. Masukkan kapas ke dalam suntikan, lalu masukan amilum dan juga silica
gel

19
3. Masukkan sampel yaitu ekstrak daun pandan kemudian tambahkan
amilum dan pasir,
4. Lalu tambahkan campuran eluen, dimana eluen terdiri dari campuran
etanol dengan N-heksan.

20
BAB V
PROJEK

A. Judul : Memisahkan ekstrak daun pandan dengan kromatografi


Kolom

B. Tujuan : Untuk memisahkan ekstrak daun pandan dari sampel

C. Alat dan Bahan

1. Alat

Suntikan
Pipet tetes

2. Bahan

Etanol (Alkohol 75 %)
Ekstrak daun pandan
Silica gel
Kapas
Alumina
N-heksan (Bensin)
Pasir

D. Prosedur kerja

1. Bersihkan suntikan yang akan digunakan sebagai buret


2. Masukkan kapas ke dalam suntikan, lalu masukan amilum dan juga silica
gel

21
3. Masukkan sampel yaitu ekstrak daun pandan kemudian tambahkan
amilum dan pasir,
4. Lalu tambahkan campuran eluen, dimana eluen terdiri dari campuran
etanol dengan N-heksan.

E. Hasil dan Pembahasan

Hasil yang kami dapatkan dari percobaan tersebut adalah kami mendapatkan ekstrak
dan percobaan kami berhasil yang ada di dalam video

Tabel Pengamatan

No. Perlakuan Hasil Pengamatan

1. Disiapkan sampel Sampel yang digunakan ekstrak daun Pandan

2. Disiapkan kolom Disumbat kolom dengan kapas, dimasukkan silica


gel (fase diam) kedalam larutan n-heksan lalu
dimasukkan ke dalam kolom kromatografi sambil
di tekan agar kolom menjadi padat

3. Dimasukkan sampel Dicampur sampel dengan silica gel sekitar 1 sudip


lalu dimasukkan kedalam kolom kromatografi

4. Dialirkan kolom dengan Untuk campuran pelarut yang digunakan itu


pelarut bermacam-macam untuk setiap sampel sesuai
dengan sifat dari sampel tersebut polar, semipolar
atau nonpolar

5. Ditampung tetesan yang Tetesan yang keluar di wadah untuk melihat warna.
keluar dari kolom

Pembahasan :

Kami menyiapkan alat kolom yang akan digunakan pada saat kromatografi, kami
menggunakan alat yang sederhana yaitu suntikan untuk kromatografi kolom karena
ketersediaan alat kromatografi kolom yang tidak ada. Kedalam kromatografi tersebut
kami memasukkan sedikit kapas agar ujung tempat larutan akan keluar tersumbat,
kemudian setelah itu kami mencuci kapas dan sekitar dinding kolom guna
mengurangi kotoran- kotoran yang menempel pada kolom menggunakan n-heksan,
kemudian kami mengisi kolom menggunakan silika gel yang berperan sebagai fase

22
diam dalam kromatografi ini, kami mengisi cmpuran silika gel dan n-heksan kedalam
kolom sampai silika gel terisi setengah dari tinggi kolom yang kami gunakan, dan
sembari mengetuh- ngetuk dinding kolom agar silika gel yang masuk semakin padat
dan silika gel nya tidak pecah, kemudian kami menyiapkan sampel yang akan diisi
kedalam alat kolomnya, kami mencampurkan sedikit silika dengan yang akan kami
gunakan yaitu ektrak daun pandan kemudian mengaduknya sampai terlihat tercamur.
Kromatografi siap dilakukan, kami memasukkan sampel ekstrak daun pandan tadi
kedalam kromatografi kolom, sedikit saja, kami kemdudian meratakannya agar sama
dengan permukaannya, kemudian kami menggunakan eluen yaitu n-heksan : etil
asetat dengan perbandian 4:1 yang berpera sebagai fase gerak. Kami meneteskan
eluen terus menerus kedalam kromatografi kolom sampai pelarutnya habis kami
mendapatkan hasil kromatografi sebanyak 1 ml.

23
LAMPIRAN

Alat

Bahan

24
Gambar Kromatografi kolom

25
DAFTAR PUSTAKA
Adelila Sari,S.2019.Kimia Pemisahan.Tangerang : Tira Smart

Baskoro,Dwi Bimmo.1998.Metode Dasar Pemisahan Kimia

Edi, E., (2017)., Karakterisasi Asal-Usul dan Tingkat Kematangan Biomarka


Minyak Mentah Tarakan-Kalimantan Utara., SAINTEKBU: Jurnal Sains dan
Teknologi, (9)2, 16-26.

https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=karakterisasi+asal+usul+dan+tingkat+kematangan+biomarka+
minyak+mentah&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3Du20TS_tfTCgJ

Panji, T., Suharyanto, dan Perwitasari, U., (2011)., Pemurnian diasilgliserol dari
produk gliserolisis crude palm oil dengan kromatografi kolom., Menara
Perkebunan, (79)1, 30-35.

https://scholar.google.co.id/scholar?
start=10&q=kromatografi+kolom+pada+minyak+mentah&hl=id&as_sdt=0,5#d=g
s_qabs&u=%23p%3DSaBWA0oOYr4J

https://youtu.be/i3CSlcD2yQo

26

Anda mungkin juga menyukai