Oleh :
KELOMPOK II
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................................
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................
1.3. Tujuan ..........................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penjelasan Awal Kromatografi Kolom .........................................................
2.2 Prinsip Kerja Kromatografi Kolom ...............................................................
2.3 Instrumen Kromatografi Kolom....................................................................
2.4 Prosedur Kromatografi Kolom ......................................................................
2.5 Aplikasi Kromatografi Kolom ......................................................................
2.6 Kromatografi Kolom Tekan .........................................................................
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya hingga terselesaikannya makalah ini.
Makalah ini menjelaskan tentang kromatografi kolom.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
.
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar 1. Kromatografi kolom melibatkan fase gerak yang mengalir di atas fase
diam.
Setelah campuran dari fase diam dan sampel yang akan dipisahkan
dimasukkan ke kolom, nantinya komponen dari campuran itu akan bergerak
dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Gambar 2. Kromatografi kolom
Komponen dengan tingkat afinitas dan adsorpsi yang rendah pada fase
diam akan bergerak lebih cepat dan terelusi keluar lebih dulu dibanding dengan
komponen yang memiliki tingkat afinitas dan adsorpsi lebih besar yang bergerak
lebih lambat dan terelusi keluar terakhir.
1. Alumina
2. Charcoal (arang)
3. Silika gel
4. Magnesia
5. Kalium karbonat
6. Sukrosa
7. Starch
8. Serbuk selulosa
Aktivitas permukaan dari setiap adsorben berbeda pada sisi yang satu ke
sisi yang lain dan dari batch yang satu ke batch yang lain. Perlakuan pendahuluan
menurut cara-cara yang ditentukan dapat menghilangkan aktivitas tersebut. Daya
adsorpsi alumina dapat diatur dengan mengatur jumlah air yang dikandung.
Caranya ialah dengan mengeringkan alumina pada suhu 360°C selama 5 jam,
kemudian membiarkan alumina kering tersebut untuk menyerap air sampai jumlah
tertentu. Aktivitasnya tergantung dari kadar airnya dan dinyatakan dalam skala
Brockmann.
Luas permukaan alumina kira-kira 150 m3/g. Sekitar 5% kadar air sudah
cukup untuk melapisi alumina dengan lapisan air tunggal. Alumina yang berkadar
air 3% mempunyai aktivitas yang umum digunakan. Silika gel mempunyai luas
permukaan yang lebih besar, yaitu sekitar 500 m3/g, tetapi mempunyai aktivitas
kimia yang lebih kecil dan lebih disukai untuk pemisahan senyawa-senyawa
organik yang peka terhadap perubahan-perubahan karena aktivitas permukaan
yang mempunyai sifat katalitik.
Fasa gerak atau pelarut dari kromatografi dapat berupa pelarut tunggal atau
pelarut campuran yang diperlukan untuk pemisahan.
Zat pelarut mempunyai peranan yang penting dalam elusi, yang dapat
menentukan baik-buruknya pamisahan. Zat terlarut yang mampu menjalankan
elusi terlalu cepat tidak akan mampu mengadakan pemisahan yang sempurna.
Sebaliknya elusi yang terlalu lambat akan menyebabkan waktu retensi yang
terlalu lama.
Urutan zat pelarut atas dasar kemampuan elusinya telah dikemukakan
terdahulu (seri eluotropik). Beberapa golongan solute dapat juga diurutkan dengan
dasar kenaikan adsorbilitasnya pada kolom alumina, seperti yang tertulis di bawah
ini.
1. Perfluorokarbon
2. Hidrokarbon jenuh
3. Hidrokarbon tidak jenuh
4. Haida dan eter
5. Aldehid dan eter
6. Alkohol dan thiol
7. Asam dan basa
Wol kapas atau bantalan asbes digunakan untuk menahan fase diam dan
hanya membiarkan keluarnya pelarut dan sampel saja.
Pengisian kolom
Mini kolom yang dipakai dibuat dari pipa kaca, panjang 150 mm dan
diameter 8 mm. Kolom tersebut diisi dengan bahan isial florisil (100-200 mesh)
setinggi 15 mm di bagian bawah dan 15 mm di bagian atas dengan alumina netral
(E. Merck) yang tidak mempunyai daya fluoresensi. Untuk menjaga agar bahan
isian tidak bergerak, bagian atas maupun bagian bawah dibatasi dengan wol kaca
atau pulp kertas.
d. Mengepak Kolom
Ambil kolom kaca dan pastikan memasukkan kapas ke dalam kolom di
atas keran pemutar untuk mencegah silika gel keluar dari kolom melalui keran
pemutar. Jika memasukkan terlalu banyak, aliran pelarut akan menjadi lambat
dengan tekanan udara di atas kolm. Selanjutnya, masukkan ½ inch lapisan pasir di
atas kapas. Gunakan secukupnya untuk mendapatkan permukaan yang rata, yang
sama dengan diameter badan kolom. Pastikan permukaannya rata. Kemudian
tuangkan silika gel menggunakan corong. Silika gel hampir sama dengan
asbestos, dan diketahui bersifat karsinogenik. Gunakan dengan hati-hati.
Kemudian, Selanjutnya, tekan sisi kolom dengan tabung karet untukmeratakan
silikagel. Tuangkan sejumlah pelarut elusi ke dalam kolom. Gunakan gas
bertekanan untuk mendorong pelarut melalui silika. Ketika mendorong, akan
terlihat bagian atas silika menjadi lebih homogen, ini akibat dorongan terhadap
udara yang terjebak di silika gel. Kemudian bilas dengan pelarut melalui silika gel
sampai silika lebih homogen. Jangan biarkan kolom beroperasi dengan kering,
jika tidak udara akan kembali ke atas silika.
e. Menerapkan Sampel
Biarkan pelarut yang tinggal di atas silika turun hingga terbilas dengan
permukaan silika. Jika permukaan atas silika tidak datar, tepuk pelan kolom.
Masukkan sampel dalam volume minimum pelarut elusi. Masukkan melalui
bagian atas kolom, hati-hati jangan menganggu bagian atas silika. Biarkan sampel
meresap ke dalam silika. Kemudian bilas sisi kolom dengan pelarut elusi. Biarkan
meresap ke dalam silika. Setelah itu, tambahkan pasir untuk melindungi
permukaan atas silika ketika menambahkan pelarut lebih banyak.
f. Mengelusi Sampel
Tambahkan pelarut elusi ke dalam kolom. Gunakan tekanan untuk
mendorong pelarut melalui kolom. Tekanan harus minimum jika perlu untuk
menjaga aliran yang tetap yang keluar dari kolom. Hati hati jika telah memilih
pelarut, akan mengambil sedikit waktu sebelum senyawa yang diinginkan mulai
berelusi. Maksudnya bahwa pelarut yang akan keluar terlebih dahulu dan tidak
mengandung senyawa yang kita inginkan dan dapat dibuang. Jika Rf senyawa
0,33 atau kurang, hati-hati dalam membuang sejumlah pelarut yang sama dengan
volume silika gel kering yang digunakan untuk kolom. Ketika mengumpulkan
pelarut sebanyak ini, mulai mengumpulkan pelarut elusi ke dalam tabung reaksi
pemisah (fraksi). Ketika pelarut telah digunakan seluruhnya, sampel seharunya
telah selesai dielusi ke dalam tabung reaksi yang dikumpulkan. Untuk
memaksimalkan efisiensi kromatografi, fraksi yang dikumpulkan harus tidak lebih
dari sekitar sepersepuluh dari volume kolom. Contohnya, jika menggunakan 25 g
silika gel, harus dikumpulkan fraksi sekitar 3 mL.
g. Menempatkan Sampel
Gunakan KLT untuk menentukan pada fraksi mana yang mengandung
senyawa yang diinginkan. Cara terbaik yaitu spot 10 fraksi pada satu
lempengkromatografi lapis tipis dan elusi 10 pelat jalur sekali, daripada
melakukan analisis individual untuk setiap fraksi. Kombinasikan fraksi yang
mengandung sampel pada rotavap (rotary evaporator).
h. Membersihkan Kolom
Semua pelarut yang tersisa dari kolomdialirkan dengan menggunakan gas
bertekanan. Bila semua pelarut cair telahdihilangkandarireservoir,hilangkansisa
pelarut terakhir dengan menggunakan vakum (dari aspirator) ke bagian bawah
kolom.Buang silika gel bekas dalam wadahkhususpembuangansilika gel.
i. Keuntungan:
- Metode yang cepat dan ekonomis untuk sintesis skala laboratorium
- Ideal untuk pemisahan senyawa hingga dalam jumlah gram
- Tidak ada peralatan mahal yang dibutuhkan
- fase gerak dan fase diam tidak mahal dan cukup dibuang ketika
selesai digunakan sekali atau dapat digunakan lagi
j. Penerapan
- Pemurnian bahan sintetik
- Isolasi senyawa yang diinginkan dari bahan alam
- Penyederhanaan campuran hingga preparasi resolusi tinggi kromatografi cair
- Fraksinasi campuran kompleks menjadi kelompok sederhana untuk dianalisis
- Digunakan untuk pemurnian peptida
- Digunakan untuk pemisahan senyawa organik yang berhubungan dekat
- Sistem tekan berguna untuk pemuurnian senyawa runut dari campuran organik
- Alat untuk memonitor proses reaksi dan untuk mengisolasi dan
mengidentifikasi campuran senyawa
BAB III
KESIMPULAN
1. Kromatografi kolom adalah salah satu metode yang paling berguna untuk
pemisahan dan pemurnian zat padat dan cairan saat melakukan percobaan
skala kecil. Pemisahannya bisa berupa cairan / padat (adsorpsi) atau cairan /
cairan (partisi) pada kromatografi kolom.
2. Setelah campuran dari fase diam dan sampel yang akan dipisahkan
dimasukkan ke kolom, nantinya komponen dari campuran itu akan bergerak
dengan kecepatan yang berbeda-beda.
3. Instrumen kromtografi kolom terdiri dari kolom vertical, statif dan klep,
wadah penampung hasil elusi dan fase diam
4. Beberapa aplikasi kromatografi kolom yaitu memisahkan senyawa aktif dari
bahan tanaman, Pemisahan senyawa setelah sintesis organik untuk
mendapatkan molekul yang diinginkan dan untuk memisahkan atau
memurnikan campuran senyawa alami seperti alkaloid, glikosida
5. Kromatografi kolom tekan sederhana di mana fase gerak bergerak dengan
cepat karena penggunaan tekanan positif dari tabung nitrogren. Udara yang
ditekan mengandung O2 dan uap air yang dapat menyebabkan peruraian
produk dari ekstrak dan berubah saat pemisahan kromatografi.
6. Prinsip kerja dari kromatografi kolom tekan yaitu eluen secara cepat didorong (di
bawah tekanan gas biasanya berupa nitrogen atau udara yang dipompa)
melalui kolom kaca pendek dengan diameter dalam yang besar.
DAFTAR PUSTAKA
Fitriya, Anwar, L. dan Sari, F., 2009, Identifikasi Flavonoid dari Buah Tumbuhan
Mempelas, Jurnal Penelitian Sains, 12(3), 1-5.
Swathi, G., Srividya, A., Ajitha, A. dan Rao, V. U. M., 2015, Review On: Flash
Chromatography, World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences, 4(8), 281-296.
Roge, A.B., Firke, S.N., Kawade, R.M., Sarje, S.K., dan Vadvalkar, S.M., 2011,
Review on Flash Chromatography, International Journal of
Phamarceutical Science and Research, 2(8): 1930-1937.
Still, W.C., Kahn, M., dan Mitra, A., 1978, Rapid Chromatograpic Technic for
Preparative Separations with Moderate Resolutions, Journal of Organic
Chemistry, 43(14), 2923-2925.