Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PERCOBAAN 4
KROMATOGRAFI
( TEKNIK PEMISAHAN )

Disusun Oleh :

Nama : Mahda Nur Nahjatun Naajiyah


NPM : 10060318016
Shift/Kelompok : A/3
Tanggal Percobaan : 19 November 2018
Tanggal Pengumpulan : 3 Desember 2018
Nama Asisten : Siti Hardianti, S . Farm , Apt.

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT A


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2018 M / 1440 H
PERCOBAAN 4
KROMATOGRAFI
( TEKNIK PEMISAHAN )

I. Tujuan Percobaan
1. Membuat ekstrak pigmen (ekstaksi) dan pasta tomat dalam percobaan
kromatografi.
2. Memisahkan senyawa dan karoten dengan sampel pigmen
menggunakan metode kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis.
3. Menentukan nilai Rf.
II. Prinsip Percobaan
1. Ekstraksi adalah pemisahan dengan berdasarkan kepolaran.
2. Ekstraksi kertas adalah metode pemisahan sedrehana suatu campuran
senyawa pada fase diam dan fase gerak dengan menggunakan kertas
sebagai penetralan pendukung fase diam.
3. Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan komponen
menggunakan fase diam berupa silica gel dengan lapisan bahan
adsorben inert.
III. Teori Dasar
Kromatografi adalah teknik yang banyak digunakan untuk memisahkan
campuran komponen ke masing – masing komponen penyusunnya.
Kromatografi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen – komponen
yang akan dipisahkan didistribusikan antara dua fase, salah satunya adalah
yang merupakan fase stasioner (diam) dan yang lainnya berupa fase mobil
(gerak) . Fase gerak di alirkan menembus atau memanjang fase stasioner
sedangkan fase diam cenderung menahan komponen campuran sedangkan
fase gerak cenderung menghanyutkannya. Berdasarkan terikatnya suatu
komponen pada fase diam dan perbedaan kelarutannya dalam fase gerak,
komponen – komponen suatu campuran dapat dipisahkan . komponen yang
larut dalam fase gerak atau yang lebih kuat terserap atau teradsorpsi pada fase
diam akan tertinggal sedangkan komponen yang lebih larut atau kurang
terserap akan bergerak lebih cepat (Dat, 2002).
Terdapat beberapa jenis kromatografi sebagai berikut :
1) Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom adalah suatu tehnik pemisahan campuran komponen
dimana campuran komponen yang terlarut pada pelarut akan dituang ke dalam
adsorbent pada kolom dan dielusi dengan pelarut yang sama atau berbeda.
Kromatografi kolom menggunakan sistem “padat-cair” dengan fasa diamnya
(adsorben) yang berbentuk solid atau padat dan fase geraknya (eluen)
berbentuk cairan (likuid). Kromatografi kolom digunakan untuk keperluan
preparative yaitu untuk mengisolasi atau memisahkan suatu komponen
tertentu dari campuranya (Yasid, 2005).
2) Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas yaitu kertas mengadsorpsi air dari lingkungan sekitar.
Air tersedia dilingkungan dalam bentuk kelembaban dan bertindak sebagai
salah satu komponen dalam larutan pengelusi (fase gerak). Air juga bertindak
sebagai fase diam. Kromatografi kertas menggunakan sistem “ cair – cair” .
Kromatografi kertas banyak digunakan untuk keperluan analitis (Chang,
2005).
a. Mekanisme Kromatografi Kertas
Kertas dibuat dari serat selulosa. Selulosa merupakan polimer dari gula
sederhana, yaitu glukosa.
Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa.
Cara melakukannya, cuplikan yang mengandung campuran yang akan
dipisahkan diteteskan / diletakkan pada daerah yang diberi tanda di atas
sepotong kertas saring dimana ia akan meluas membentuk noda yang bulat.
Bila noda telah kering kertas dimasukkan dalam bejana tertutup yang sesuai
dengan satu ujung, dimana tetesan cuplikan ditempatkan, tercelup dalam
pelarut yang dipilih sebagai fasa bergerak (jangan sampai noda tercelup
karena berarti senyawa yang akan dipisahkan akan terlarut dari kertas)
(Chang, 2005).
Pelarut bergerak melalui serat dari kertas oleh gaya kapiler dan
menggerakkan komponen dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak dalam
arah aliran pelarut. Bila permukaan pelarut telah bergerak sampai jarak yang
cukup jauhnya atau setelah waktu yang telah ditentukan, kertas diambil dari
bejana dan kedudukan dari permukaan pelarut diberi tanda dan lembaran
kertas dibiarkan kering. Jika senyawa-senyawa berwarna maka mereka akan
terlihat sebagai pita atau noda yang terpisah. Jika senyawa tidak berwarna
harus dideteksi dengan cara fisika dan kimia yaitu dengan menggunakan suatu
pereaksi – pereaksi yang memberikan sebuah warna terhadap beberapa atau
semua dari senyawa - senyawa. Bila daerah dari noda yang terpisah telah
dideteksi, maka perlu mengidentifikasi tiap individu dari senyawa. Metoda
identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan pada kedudukan dari noda
relatif terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga Rf (Chang, 2005).
Harga Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan
kromatografi lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu
senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan merupakan besaran
karakteristik dan reprodusibel(Chang, 2005).
Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa dari
titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari titik awal.
Rf = Jarak titik tengah noda dari titik awal
Jarak tepi muka pelarut dari titik awal

Ada beberapa faktor yang menentukan harga Rf yaitu:


1. Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka
perubahan perubahan yang sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat
menyebabkan perubahan - perubahan harga Rf.
2. Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga
kecepatan aliran.
3. Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas
dari atmosfer jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen -
komponen pelarut dari kertas. Jika bejana besar digunakan, ada tendensi
perambatan lebih lama, seperti perubahan komposisi pelarut sepanjang
kertas, maka koefisien partisi akan berubah juga. Dua faktor yaitu
penguapan dan kompisisi mempengaruhi harga Rf.
4. Kertas, pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion
dan serapan, yang berbeda untuk macam -macam kertas. Kertas
mempengaruhi kecepatan aliran juga mempengaruhi kesetimbangan
partisi.
4. Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalami partisi diantara
volume-volume yang sama dari fasa tetap dan bergerak. Mereka hampir
selalu mempengaruhi karakteristik dari kelarutan satu terhadap lainnya
hingga terhadap harga Rf mereka.
b. Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis yaitu yang bertindak sebagai fase diam adalah
suatu adsorbent yang diaplikasikan pada lempeng kromatografi. Adsorben
bisa berupa alumina , Al2SO3 , SiO2 , silica gel. Semakin kuat komponen yang
ingin dipisahkan diadsorpsi ke dalam fase diam,akan semakin lambat
komponen bermigrasi dalam plat KLT. Kromatografi lapis tipis banyak
digunakan untuk :
a) Menetukan jumlah komponen dalam campuran.
b) Menetukan identitas 2 (dua) komponen.
c) Memonitor perkembangan reaksi.
d) Menentukan efektivitas pemurnian.
e) Menentukan kondisi yang sesuai untuk kromatografi kolom.
f) Memonitor kromatografi kolom
Hasil pemisahan dengan teknik kromatografi kertas dan kromatografi lapis
tipis dapat dikarakterisasi dengan nilai Rf.
Rf= Jarak yangditempuh spot sampel dari awal / Jarak yang ditempuh
pelarut atau fase gerak dari awal (Yasid, 2005).
c. Kromatografi partisi
Prinsip kromatografi partisi dapat dijelaskan dengan hukum partisi yang
dapat diterapkan pada sistem multikomponen yang dibahas di bagian
sebelumnya. Dalam kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang dalam satu
kali proses. Dalam percobaan, zat terlarut didistribusikan antara fasa stationer
dan fasa mobil. Fasa stationer dalam banyak kasus pelarut diadsorbsi pada
adsorben dan fasa mobil adalah molekul pelarut yang mengisi ruang antar
partikel yang ter adsorbsi. Contoh khas kromatografi partisi adalah
kromatografi kolom yang digunakan luas karena merupakan sangat efisien
untuk pemisahan senyawa organik kolomnya (tabung gelas) diisi dengan
bahan seperti alumina, silika gel atau pati yang dicampur dengan adsorben,
dan pastanya diisikan kedalam kolom. Larutan sampel kemudian diisikan
kedalam kolom dari atas sehingga sammpel diasorbsi oleh adsorben.
Kemudian pelarut (fasa mobil; pembawa) ditambahkan tetes demi tetes dari
atas kolom.Partisi zat terlarut berlangsung di pelarut yang turun ke bawah
(fasa mobil) dan pelarut yang teradsorbsi oleh adsorben (fasa stationer).
Selama perjalanan turun, zat terlarut akan mengalami proses adsorpsi dan
partisi berulang-ulang. Laju penurunan berbeda untuk masing-masing zat
terlarut dan bergantung pada koefisien partisi masing-masing zat terlarut.
Akhirnya, zat terlarut akan terpisahkan membentuk beberapa
lapisan.Akhirnya, masing-masing lapisan dielusi dengan pelarut yang cocok
untuk memberikan spesimen murninya. Nilai R didefinisikan untuk tiap zat
etralrut dengan persamaan berikut. R = (jarak yang ditempuh zat terlarut) /
(jarak yang ditempuh pelarut/fasa mobil) (Yasid, 2005).

d. Kromatografi gas

Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa stationer


dapat berupa padatan (kromatografi gas-padat) atau cairan (kromatografi gas-
cair).Umumnya, untuk kromatografi gas-padat, sejumlah kecil padatan inert
misalnya karbon teraktivasi, alumina teraktivasi, silika gel atau saringan
molekular diisikan ke dalam tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan
tipis. Fasa mobil adalah gas semacam hidrogen, nitrogen atau argon dan
disebut gas pembawa. Pemisahan gas bertitik didih rendah seperti oksigen,
karbon monoksida dan karbon dioksida dimungkinkan dengan teknik
ini.Dalam kasus kromatografi gas-cair, ester seperti ftalil dodesilsulfat yang
diadsorbsi di permukaan alumina teraktivasi, silika gel atau penyaring
molekular, digunakan sebagai fasa diam dan diisikan ke dalam kolom.
Campuran senyawa yang mudah menguap dicampur dengan gas pembawa
disuntikkan ke dalam kolom, dan setiap senyawa akan dipartisi antara fasa gas
(mobil) dan fasa cair (diam) mengikuti hukum partisi. Senyawa yang kurang
larut dalam fasa diam akan keluar lebih dahulu.Metoda ini khususnya sangat
baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti
hidrokarbon dan ester. Analisis minyak mentah dan minyak atsiri dalam buah
telah dengan sukses dilakukan dengan teknik ini.Efisiensi pemisahan
ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel dan cairannya. Disarankan
untuk mencoba fasa cair standar yang diketahui efektif untuk berbagai
senyawa. Berdasarkan hasil ini, cairan yang lebih khusus kemudian dapat
dipilih. Metoda deteksinya, akan mempengaruhi kesensitifan teknik ini.
Metoda yang dipilih akan bergantung apakah tujuannya analisik atau
preparatif (Yasid, 2005).
e. HPLC
Untuk pemurnian (misalnya untuk keperluan sintesis) senyawa organik
skala besar, HPLC (high precision liquid chromatography atau high
performance liquid chromatography) secara ekstensif digunakan. Bi la zat
melarut dengan pelarut yang cocok, zat tersebut dapat dianalisis. Ciri teknik
ini adalah penggunaan tekanan tinggi untuk mengirim fasa mobil kedalam
kolom. Dengan memberikan tekanan tinggi, laju dan efisiensi pemisahan
dapat ditingkatkan dengan besar.Silika gel atau oktadesilsilan yang terikat
pada silika gel digunakan sebagai fasa stationer. Fasa stationer cair tidak
populer. Kolom yang digunakan untuk HPLC lebih pendek daripada kolom
yang digunakan untuk kromatografi gas. Sebagian besar kolom lebih pendek
dari 1 m. Kromatografi penukar ion menggunakan bahan penukar ion sebagai
fasa diam dan telah berhasil digunakan untuk analisis kation, anion dan ion
organik (Yasid, 2005).
IV. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu, bejana, chamber,
corong, hot plate, lampu UV, lemari asap, pensil, plat tetes, pipa kapiler,
timbangan, tabung reaksi, wadah bermulut lebar.
Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu, diklorometan, etanol,
heksana, kertas kromatografi, kertas Whatman, larutan NaCL, larutan Na2SO4,
larutan standar, pasta tomat, patroleum eter, plat KLT.
V. Prosedur Percobaan
A. Pembuatan Ekstrak Pigmen (Ekstraksi)

Ditimbang 0,5 g pasta tomat ke dalam tabung rekasi, diaduk dan dikocok
pasta dengan 3 mL etanol hingga pasta terlihat mongering. Dibuang etanol
dalam tabung reaksi, lalu diekstrak pasta dihidrat dengan 3 kali 1 mL
diklorometan. Diekstrak dengan pelarut dalam corong pisah hingga didapatkan
pigmen sebanyak mungkin. Ditambahkan larutan natrium klorida, lalu dikocok
larutan. Dipisahkan larutan natrium klorida. Didalam larutan diklorometan
ditambahkan natrium sulfat anhidrat. Dikocok larutan sebanyak 5 menit.
Dipisahkan larutan, lalu dicuci natrium sulfat anhidrat dengan diklorometan.
Dievaporasi larutan diklormetan. Digunakan ekstrak untuk percobaan
kromatografi.

B Kromatografi Kertas

Dipotong kertas Whatman no. 1. Direncakan penotolan sampel. Dispot 1


dan spot 5 adalah larutan standar β-karoten. Di spot 2, 3 dan 4 adalah pigmen
pasta tomat dalam berbagai konsentrasi. Digunakan pensil untuk menandai
rencana pnotolan. Ditempatkan kertas kromatografi di area yang bersih untuk
menghindari kontaminasi. Digunakan pipa kapiler yang berbeda untuk
menotolkan pasta tomat dan larutan standar β-karoten. Dimasukkan pipa
kapiler ke dalam pigmen hasil ekstraksi pasta tomat. Lalu diteteskan pada spot
rencana penotolan 2, 3 dan 4. Di pastikan hasil penotolan ukurannya tidak
melebihi 2 mm. Dibiarkan kering, lalu dilakukan hal yang sama untuk spot 1
dan 5 namun dengan digunakan larutan standar β-karoten dan pipa kapiler
yang berbeda. Diulangi lagi penotolan pigmen dari pasta tomat dengan pipa
kapiler pertama ke area spot 3 dan 4. Dibiarkan kering, lalu terakhir lakukan
penotolan kembali pada area spot 4. Disiapkan bejana untuk mengembangkan
kromatografi. Terlebih dahulu dijenuhkan bejana kromatografi yang di
dalamnya telah dikelilingi oleh kertas Rhatman no. 1 dengan fase yang terdiri
petroleum eter : aseton = 9 : 1 (v/v) Dikromatografi hasil penotolan yang akan
dikembangkan dalam bejana kromatografi, kemudian dibentuk menjadi
lingkaran dengan di”staples” ujung-ujungnya, lalu diletakkan bejana
kromatografi dengan posisi spot berada dibagian bawah bejana dekat dengan
permukaan fase gerak, namun tidak mengenainya. Dibiarkan fase gerak
bermigrasi naik hingga 0.5 – 1.0 cm dari permukaan bagian atas kertas
kromatogram. Waktu yang dibutuhkan kira-kira 15 menit hingga 1 jam.
Diamati sampe fase gerak tidak bermigrasi melebihi panjang kertas
kromatogram. Diangkat kertas kromatogram dari bejaana. Ditandai dengan
pensil diakhir dari migrasi fase gerak. Dibiarkan hingga kering. Setelah kering,
diamati masing-masing spot, lalu ditandai dengan pensil spot hasil
pengembangan dengan fase gerak. Ditentukan nilai Rf masing-masing spot.
Dibandingkan nilai Rf masing-masing spot. Jika spot hasil pengembangan
tidak terlihat, dapat melihatnya dengan dieksposnya ke uap iodion.
Ditempatkan kromatogram didalam wadah bermulut lebar yang di dalamnya
terdapat beberapa Kristal iodin. Ditutup wadah lalu dipanaskan di atas hot plate
hangat agar iodin tersublimasi dan membuat spot trelihat. Segera ditandai
dengan pensil, karena spot akan menghilang kembali ketika berinteraksi
dengan udara.

C Kromatografi Lapis Tipis

Dilakukan percobaan kromatografi lapis tipis dengan sampel pigmen yang


sama, namun dengan digunakan plat KLT yang sudah tersedia di pasaran atau
yang dibuat sendiri dengan fase gerak berupa heksana : etanol = 70 : 30 (v/v).
bisa juga digunakan fase gerak sikloheksana dan toluena atau heksana dan
etanol didalam berbagai perbandingan volume. Diamati spot pigmen di bawah
lampu UV.

VI. Pengamatan dan Perhitungn


A. Pembuatan ekstrak pigmen pasta tomat

Pasta tomat sudah disediakan oleh asisten, sehingga tidak perlu dibuat lagi.
Pada saat pasta tomat ditambahkan etanol 3 ml membutuhkan waktu 30 menit
hingga pasta sampai mengering. Kemudian ketika etanol dibuang tekstur pasta
tomat sedikit berubah menjadi memdat. Setelah itu, ketika campuran tersebut
ditambahkan larutan NaCl sampel yang tadi memadat atau mengering seketika
kembali mencair lagi, kemudian dikeringkan kembali di ruangan asam dan
perlahan lahan mengering kembali.

B. Kromatografi Kertas

β-karoten saat ditotol berwarna kuning muda pada pasta tomat saat di totol
berwarna merah keoren-orenan seperti betadine setelah dimasukan ke dalam
gelas bekker berisi pada fase gerak pada pasta tomat berwarna kuning, pada β-
karoten berwarna bening tidak terlihat di kertas whatman no.1 .

waktu spot 1 jarak yang ditempuh spot sampel dari awal selama 30 menit.

o Jarak noda = 5,7 cm


o Jarak yang ditempuh oleh pelarut = 5,5 cm
o Spot 1 = 5,7 cm
o Spot 2 = 5,8 cm
o Spot 3 = 5,7 cm
o Spot 4 = 5,6 cm
o Spot 5 = 5,6 cm

Jarak yang ditempuh pelarut ( fase gerak = 5,5 cm )

Jarak yang ditempuh sampel yaitu :


5,7
Rf = Spot 1 = 5,5 = 1,036

5,8
Rf = Spot 2 = 5,5 = 1,054

5,7
Rf = Spot 3 = 5,5 = 1,036

5,6
Rf = Spot 4 = 5,5 = 1,018

5,6
Rf = Spot 5 = 5,5 = 1,018

C. Kromatografi Lapis Tipis

Terdapat perkembangan fase gerak pada KLT yang terlihat dibawah lampu
sinar UV.

Adapun hasil Rf pada pasta tomat yaitu :

5,5
Rf = 5,5 = 1

Adapun hasil Rf β-karoten yaitu :

0,8
Rf = 5,5 = 0,14

VII. Pembahasan
Kromatografi yaitu suatu teknik yang banyak digunakan untuk
memisahkan suatu campuran komponenke masing masing komponen
penyusunannya.
Pada percobaan kali ini menggunakan prinsip yaitu perpindahan suatu
metode pemisahan komponen berdasarkan perbedaan kepolaran dan bertujuan
untuk mengidentifikasi senyawa β-karoten yang terdapat pada sampel pasta
tomat dengan dua metode yaitu kromatografi kertas dan kromatografi lapis
tipis. Maksud dari kepolaran ialah dia bisa berpindah karena kepolarannya.
a. Pembuatan ekstrak pigmen
Pasta tomat yang digunakan pada waktu praktikum yaitu pasta
tomat yang telah disediakan oleh asisten dikarnakan estimasi waktu
yang tidak mendukung karena pada pembuatan ekstrak pasta tomat
membutuhkan waktu selama kurang lebih 4 jam sedangkan waktu
untuk praktikum terbatas. Pada saat mencari noda pada pasta tomat
tidak terlihat atau tidak ditemukan noda karena beberapa kemungkinan
diantaranya yaitu eluen yang tidak cocok, sampel pada saat di totolkan
terlalu pekat sehingga noda tidak dapat ditemukan, kemungkinan
tomat yang digunakan yaitu tomat yang tidak fresh.
b. Kromatografi kertas
Kromatografi kertas yaitu metode pemisahan sederhana suatu
campuran senyawa pada fase diam dan fase gerak dengan
menggunakan kertas sebagai penetralan pendukung fase diam. Fase
diam pada kromatografi kertas yaitu air dan kertas hanya sebagai
penyangga saja, fase geraknya yaitu cairan larutan yang digunakan.
Prinsip pada kramatografi kertas yaitu berdasarkan fase gerak
berlomba lomba dengan air.
Pada percobaan ini kertas whatsman dengan nomor 2,3 dan 4
ditetesi oleh sampel pasta tomat dan no 1 dan 5 ditetesi oleh β-karoten.
Dalam hal ini fungsi dari β-karoten yaitu sebagai tolak ukur atau
sebuah acuan untuk memastikan apakah pada sebuah sampel pasta
tomat terdapat β-karoten atau tidak dan juga β-karoten merupakan
golongan terpendek yang secara biokimia disusun oleh 8 isoprene.
Sebagai senyawa hidrokarbon yang tidak memiliki gugus oksigen,
karoten yang larut dalam lemak dan tidak larut dalam air.
Kemudian kertas whatsman yang di simpan di dalam bejana hal ini
bertujuan untuk mengetahui apakah pencampuran eter dan aseton yang
berdifusi dan sudah menjenuh dan dapat digunakan karena kertas
whatsman di dalam bejana menjadi basah dan noda pada pasta tomat
dan β-karoten merambat hingga ujung titik batas. Penjenuhan ini perlu
dilakukan supaya kenaikan warna merata hingga dapat ditemukan noda
yang tertera pada sampel. Pada saat pencampuran eter dan aseton
terjadi reaksi gas yang menimbulkan bau yang kurang sedap.
Setelah dimasukan kertas whatsman ke dalam bejana terjadi
perubahan pada tiap tiap spot nomor yang ada pada awalnya berupa
tetesan berwarna merah marun dan tidak semua spot nomor warna naik
karena adanya senyawa non polar dan polar. Pada kromatografi kertas
ini terdiri dari fase geraknya yaitu eter dan aseton yang bersifat non
polar sedangkan fase diamnya adalah air.
Namun, pada percobaan kali ini hasilnya tidak sesuai karena noda
yang tidak ditemukan dan hal ini bisa disebabkan karena beberapa
faktor. Yang pertama bisa jadi karena pasta tomat yang kurang fresh
bisa karena pada saat penotolan ekstrak terlalu tebal dan bisa juga
tomat yang digunakan merupakan tomat palsu dan penotolan yang baik
yaitu harus terhadap satu titik.
c. Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis yaitu metode pemisahan komponen yang
menggunakan fase diam berupa silica gel dan fase geraknya larutan
yang bersifat non polar dan yang menjadi penyangganya dalah
alumunium. Prinsip kromatografi KLT yaitu adsorpsi dan yang
menjadi adsorbennya adalah silika.
Setelah plat atau lapisan di simpan di dalam beaker glass tertutup
rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok. Alasan menutup
gelas kimia adalah untuk meyakinkan bahwa kondisi dalam gelas
kimia biasanya ditempatkan kertas whatsman atau kertas saring yang
dibasahi gelas pelarut. Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler
karena pelarut gelas bergerak lambat pada lempengan, komponen
komponen yang berbeda dan campuran pewarna akan bergerak pada
kecepatan yang berbeda dan akan tampak perbedaan bercak warna.
KLT ditetes dengan pasta tomat dengan menggunakan pipa kapiler
yang kecil dan mudah patah sehingga kita harus berhati – hati pada
saat penetesan. β-karoten yang digunakan dalam percobaan
kromatografi ini, merupakan senyawa kimia yang mudah mebguap
apabila di biarkan di udara terbuka , penutupan rapat dilakukan supaya
terlihat terjadinya perubahan supaya noda pada saat dilihat di bawah
sinar UV dan noda praktikum dinyatakan berhasil apabila noda muncul
pada ukuran beberapa space/jarak pada saat ditutup karena sudah pada
titik jenuh. Setelah pemakaian, senyawa ini ditutup kembali dengan
menggunakan plastik wrap supaya tidak bereaksi dengan udara sekitar.
β-karoten juga merupakan senyawa non polar yang strukturnya
memiliki banyak CH3. β-karoten juga dapat digunakan sebagai
senyawa baku standar.
KLT pada percobaan kali ini harus dilakukan dengan teliti karena
sering terjadi tidak menemukan titik jenuh dan sulit menemukan noda
karena penutupan yang kurang rapat dan tertutup rapat.
KLT digunakan untuk senyawa tunggal, hal ini dikarenakan supaya
dapat terlihat bercak bercak di fase geraknya. Dengan kata lain KLT
dapat digunakan untuk memantau senyawa.
Dengan membagi jarak tempuh noda dari pelarut, maka akan di
dapat nilai Rf. Nilai Rf yaitu nilai yang menunjukan kemurnian suatu
kromatogram. Menghitung Rf dilakukan untuk analisis kuantitatif
untuk menetukan kemurnian suatu kromatogram, dapat dilakukan
dengan cara membandingkan nilai Rf kromagtogram praktek dengan
nilai Rf kromatogram teori. Secara teoritis, Rf β-karoten adalah
berkisar 0.45 – 0,5. Hasil praktik yang telah dilakukan hasil Rf β-
karoten di dapatkan sebesar 0,145.
VIII. Kesimpulan
Dari percobaan kromatografi hasil Rf yang telah diperoleh pada spot 1
yaitu 1,036, pada spot 2 sebesar 1,054, spot 3 sebesar 1,036, pada spot 4
sebesar 1,018 dan pada spot 5 dihasilkan sebesar 1,018.
Pada kromatografi lapis tipis di hasilkan hasil Rf pada pasta tomat yaitu 1
dan pada β-karoten yaitu sebesar 0,145. Sehingga terjadi perbandingan fase
yaitu terhadap heksana dan etanol 7ml : 3ml.
IX. Daftar pustaka
J. Marray 2004. Kromatografi . Balai Pustaka : Jakarta
Stacy.2003.Kimia Dasar dan Terapan Moderen. Erlangga : Jakarta
Yasid . 2005. Kromtografi . Erlangga : Semarang
Ahmad.H.P.1992. Kimia untuk Universitas, jilid satu. Bandung : Erlangga
Chang,R.2005. (Alih Bahasa:Suminar Setiati Achmadi). Kimia Dasar
konsep-konsep inti jilid 1, Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga ).
Diana,B.2013. Buku Wajib Kimia Dasar. Jakarta: Pelita.

Anda mungkin juga menyukai