Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya sebelumnya suatu senyawa di identifikasi dan dapat diukur
kadarnya, perlu dipisahkan dari matriknya. Oleh karena itu, pemisahan merupakan
langkah penting dalam analisis kualitas. Suatu analisis kimia menjadi meragukan
jika pengukuran sifat tdak berhubungan dengan sifat sepositif senyawa terukur.
Pada kebanyakan analisis meliputi pengubahan cuplikan pemisahan senyawa
pengganggu, isolasi senyawa yang dimaksudkan, pemekatan terlebih dahulu
sebelum identifikasi dan pengukuran.

Ada banyak teknik pemisahan/isolasi, diantaranya yaitu penyaringan, sublimasi,


ekstraksi, kromatografi dan lain-lain. Dalam pratikum kali ini akan dilakukan
teknik pemisahan antara kromatografi karena teknik ini yang paling banyak
digunakan. Pengetahuan yang cukup mengenai metode-metode pemisahan ini
merupakan suatu keharusan bagi mereka yang berkecimpung didunia sains,
termasuk mahasiswa teknik. Didalam pratikum kali ini kita akan mempelajari
kromatografi secara harfiah terdiri dari dua kata yaitu chromos yang berarti warna
dan grophos yang berarti tulisan. Jadi, kromatografi adalah teknik pemisahan
suatu zat yang didasarkan pada perbedaan kecepatan migrasi komponen-
komponen yang dipisahkan, diantara dua fase, yaitu fase gerak dan fase diam.
Kromatografi dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan jenis fase yang
terlibat, antara lain : kromatografi gas-cair, kromatografi gas-padat, kromatografi
cair-cair, kromatografi cair-padat. Selain itu penggolongan kromatografi yang
didasarkan pada teknik yang digunakan dapat digolongankan menjadi dua yaitu
kromatografi kolom dan kromatografi planar. Penggolongan kromatografi
berdasarkan teknik pemisahan adalah kromatografi kolom adsorbsi dan
kromatografi partisi.

Oleh karena itu, dalam percobaan kali ini akan dilakukan perhitungan jarak
pelarut dan komponen-komponen noda yang dipisahkan , sehingga dapat
diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi jarak pelarut kita menggunakan
pekarut polar, non polar dan semi polar. Selain itu juga akan menghitung Rf dari
masing-masing percobaan.

1.2 Tujuan
- Untuk mengetahui pigmen warna dalam tinta hitam dengan pelarut alkohol
- Untuk mengetahui harga Rf dalam tinta hitam dengan pelarut aquadest
- Untuk mengetahui harga Rf dalam tinta hitam dengan pealarut alkohol
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan


kemampuan adsorpsi terhadap zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi revolusi zat
terlarut dan menghasilkan apa yang disebut kromatografi. (Khopkar,2003).

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan


perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi komponen –
komponen akan dipisahkan antara 2 buah fase, yaitu fase diam dan fase gerak, fase diam
akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen
campuran. Komponen Yang mudah terlarut pada fase diam akan tertinggal . sedangkan
komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. (sohibul,2008).

Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila molekul-molekulnya
campuran serap pada permukaan partikel-partikelnya atau terserap pada kromatografi
kertas, kertasnya digunting dari ujung atas lemari sehingga tercelup didalam solvent dasar
dan solvent merangkak keatas oleh daya kapilaritas. Pada bentuk turun, kertas dipasang
dengan kertas dipasang dengan erat dalam sebuah baki solvent dibagian atas lemari dan
soulvent bergerak kebawah oleh daya kapiler dibantu dengan gaya gravitasi. Setelah
bagian muka soulvent selesai bergerak hampir sepanjang kertas, maka pita diambil
dikeringkan dan diteliti. Dalam suatu hal yang berhasil, solut-solut dari campuran semula
akan berpindah tempat sepanjang kertas dengan kecepatan yang berbeda untuk
membentuk sederet noda-noda yang berpisah apabila senyawa berwarna tentu saja noda-
nodanya dapat terlihat.
(Day dan Underwood, 2001)

Fase diam merupakan salh satu komponen yang penting dalam proses pemisahan dengan
kromatografi karna adanya interaksi dengan fase diamlah terjadi perbedaan waktu dan
terpisahnya senyawa komponen analit fase diam dapat berupa bahan padat atau berpori
berbentuk molekul air atau cairan yang umumnya dilepaskan pada padatan pendukung
fase gerak merupakan pembawa analitik dapat bersifat mert maupun berinteraksi dengan
analit tersebut.( Aninim,2013).
Penjelasan tentang harga Rf yaitu faktor returasi (Rf) merupakan parameter
kromatografi, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis. Harga Rf merupakan ukuran
kecepatan migrasi atau suatu komponen pada kromatografi dan pada kondisi tetap
merupakan peranan karakteristik dan produksibel. Rf didefinisikan sebagai perbandingan
jarak yang ditempuh komponen terhadap jarak yang ditempuh pelarut. Adapun rumus Rf
adalah :
Jarak yang ditempuh komponen
Rf =
Jarak yang ditempuh pelarut

Nilai berbanding terbalik dengan polaritas komponen, semakin non polar suatu
komponen, semakin kecil nilai Rfnya begitu pun sebaliknya semakin polar suatu
komponen maka semakin besar nilai Rfnya (Syukri, 1999).

Harga RF mengukur kecepatan bergeraknya zona relatif terhadap garis depan


pengembangannya. Kromatografi yang dihasilkan, diuraikan dan zona-zona dicirikan
oleh nilai-nilai RF. Nilai RF didefinisikan oleh hubungan-hubungan pengukur an itu
dilakukan dengn pengukuran jarak dari titik awal kegaris depan dan pusat pengembangan
tiap zona. Nilai harus sama baik pada descendinya maupun ascending. Nilai RF akan
menanyakan identitas suatu zat yang dicari, contohnya asam amino dan intensitasnya
zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan membandingkan noda-noda
standa.
(khopkar, 1984)

Faktor-faktor yang menentukan harga Rf yaitu :


1. Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi
2. Suhu, peubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran
3. Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari
atmosfer sehingga mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen
komponen pelarut dari kertas
4. Kertas, pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan serapan
5. Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalami partisi dimana diantara volume-volume
yang sama dari fase tetap dan bergerak
(Chang, 2003)
Kromatografi kertas adalah metode peisahan dengan kerja dua fase, fase diam dan fase
gerak yang hasil kedua kerjanya ini berupa rambatan warna yang berupa rambatan warna
yang dapat terlihat dikertas kromatografi dan berat yang ada untuk membandingkan
antara tautan dari sampel dan totalan dari baku. (Triwayuni dan susilawati, 2003)
Kromatografi kertas merupakan kromatografi yang paling sederhana, mudah dan murah.
Jenis kromatografi ini banyak digunakan untuk identifikasi kualitatif maupun analisa
kantitatif juga dapat dilakukan fase diam dalam kromatografi berupa air yang terikat pada
selulosa kertas sedangkan fase geraknya berupa pelarut. Berdasarkan kedua hal itu
kromatogafi kertas dapat digolongkan kedalam kromatografi partisi. (Soebagio, dkk,
2004)

Dalam kromatografi kertas fase gerak mermbes kedalam kertas karna efek kapiler
rembesan fase gerak pada kertas karna dapat dilaukukan dengan teknik menarik
(asceding) atau dengan teknik menurun (desceding) peaksanaan dalam sebuah pemisahan
dalam metode kromatografi kertas terbagi dalam 3 tahap penotulan cuplikan tahap
pengembangan dan tahap identifikasi atu penampakan noda. Kromatografi kertas sanat
berguna dalam pemisahan zat anorganik, organik dan biokimia dimana sering dijumpai
sampel kecil dan kompleks. Pada tahap penangkapan noda dan identifikasi, ketika noda
sudah berwarna dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga Rfnya. (soebagio, dkk,
2004)

Pada pemisahan campuran-campura dalam kolom sudut-sudut diaartikan dengan waktu


refensi dan faktor refensi yang berbanding lurus nilai D solut pada kedua pada kedua
kromatografi ini dikarakteristikan dengan jarak migrasi solut terhadap jarak ujung fase
geraknya partisi merupakan proses sorpsi yang analog dengan ekstraksi pelarut fase
diamnya partisi dikatakan cair dikatakan pada padatan lapisan tipis sebagai pendukung
mak masih diperdebatkan apakah proses sorpsinya merupakan partisi murni atau partisi
yang modifikasi.

Kromatografi partisi cair-cair terdiri dari suatu kolom yang berisi zat padat penunjang
halus dimana pada permukaan terdapat pelarut sebagai fase diamnya, fase kedua yaitu
fase gerak yang tidak tercampur dengan cairan dari fase diamnya akan mengalir
sepanjang kolom. Komponen- komponen dari campuran akan terpatisi pada kedua fase
akibat adanya perpindahan diantara dua fase tersebut. Komponen yang terpatisipasi pada
fase diam akan tertahan lebih didalam kolom dibandingkan komponen banyak terpartisi
pada fase gerak. Krmatografi adsorpsi didasarkan pada rotensi zat larut adsorpsi
permukaan. Teknik ini berguna dalam pemisahan senyawa-senyawa nonpolar dan
konsituen yang sulit mengauap. pada kromatografi cair-padat, suatu subtrat padat
bertindak sebagai fase diam tergantung pada kesetimbangan yang berbentuk pada bidang
antara muka diantara butiran-butiran fase diam dan cair yang bergerak serta pada kelrutan
relatif zat terlarut pada fase bergeraknya. (khopkar,2008)
Kromatografi dapat digolongkan berdasarkan pada jenis fase-fase yang digunakan. Dalam
kromatografi fase bergerak dapat berupa gas atau cair dan fase diam dapat berupa zat
padat atau cair, maka berdasarkan fase gerak-fase diam terdapat empat macam sistem
kromatografi, yaitu: kromatografi gas-cair, gas-padat, cair-padat, dan cair-cair.
Kromatografi gas-cair bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya padatan
pendukung inert. Kromatografi gas-padat, fase geraknya gas dan fase diamnya padatan
yang mengadsorp. Kromatografi cair-cair, bila fase geraknya dan fase diamnya berupa
cairan dimana fase diamnya dilapiskan pada permukaan padatan pendukungnya inert.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Toolbox
- Masker
- Sarung Tangan
- Penjepit Tabung
- Gelas Kimia 3 Buah
- Gunting
- Pensil
- Penggaris
- Kalkulator
- Botol Semprot
- Pipet Tetes 2 Buah

3.1.2 Bahan
- Tinta Spidol Biru
- Tinta Spidol Merah
- Tinta Spidol Hitam
- Kertas Saring
- Aquades
- Etanol (98,8%)
- Aseton (99,5%)
- Label
- Tisu
3.2Prosedur Percobaan
3.2.1 Percobaan Aquades
- Dipotong kertas saring berbentuk persegi panjang denganpanjang 5 cm
dan lebar 7 cm.
- Diberi garis batas 1 cm daribawah kertas.
- Diberi garis batas 1 cm dari atas kertas.
- Diberi titik noda pada garis batas bawah, titik biru, titik hitam, dan titik
merah.
-Dituang aquades kedalam gelas kimia menggunakan botol semprot hingga
tingginya 0,5 cm.
- Diberi kertas label pada gelas kimia bertuliskan aquades.
- Dijepit kertas saring mengggunakan penjepit tabung.
- Dimasukkan kertas saring ke dalam gelas kimia dan biarkan hingga
aquades merambat naik.
- Diangkat kertas saring dan dikeringkan.
- Ditentukan noda dari masing-masing tinta.
- Ditentukan jarak noda dan jarak pelarut.
- Ditentukan nilai Rf.

3.2.2 Percobaan Etanol


- Dipotong kertas saring berbentuk persegi panjang denganpanjang 5 cm
dan lebar 7 cm.
- Diberi garis batas 1 cm daribawah kertas.
-Diberi garis batas 1 cm dari atas kertas.
-Diberi titik noda pada garis batas bawah, titik biru, titik hitam, dan titik
merah.
-Dituangetanol kedalam gelas kimia menggunakan pipet tetes hingga
tingginya 0,5 cm.
-Diberi kertas label pada gelas kimia bertuliskan etanol.
-Dijepit kertas saring mengggunakan penjepit tabung.

-Dimasukkan kertas saring ke dalam gelas kimia dan biarkan hingga


air merambat naik.
-Diangkat kertas saring dan dikeringkan.
-Ditentukan noda dari masing-masing tinta.
- Ditentukan jarak noda dan jarak pelarut.
- Ditentukan nilai Rf.

3.2.3 Percobaan Aseton


-Dipotong kertas saring berbentuk persegi panjang denganpanjang 10 cm
dan lebar 5 cm.
-Diberi garis batas 1 cm daribawah kertas.
-Diberi garis batas 1 cm dari atas kertas.
-Diberi titik noda pada garis batas bawah, titik biru, titik hitam, dan titik
merah.
-Dituangaseton kedalam gelas kimia menggunakan pipet tetes hingga
tingginya 0,5 cm.
-Diberi kertas label pada gelas kimia bertuliskan aseton.
- Dijepit kertas saring mengggunakan penjepit tabung.
-Dimasukkan kertas saring ke dalam gelas kimia dan biarkan hingga
air merambat naik.
-Diangkat kertas saring dan dikeringkan.
-Ditentukan noda dari masing-masing tinta.
- Ditentukan jarak noda dan jarak pelarut.
- Ditentukan nilai Rf.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Pengamatan

NO Larutan Noda Jarak Noda Jarak Pembelokan Polar/ Rf


Noda Komponen Noda Semi
Kompo Polar/
nen Non
Polar
1 Larutan Hitam 7 cm Biru 0,8 cm Lurus Polar 0,1
7 cm Ungu 0,5 cm 0,1
7 cm Pink 1,4 cm 0,2
Merah 7 cm Pink 2,6 cm Lurus Polar 0,4
Biru 7 cm Biru 1,3 cm Lurus Polar 0,2
7 cm Ungu 2,5 cm 0,4
2 Etanol/ Hitam 7 cm Coklat 0,6 cm Lurus Semi 0,1
Alkoho polar
l
7 cm Biru 1,1 cm 0,2
7 cm Ungu 0,7 cm 0,1
Merah 7 cm Pink 2,5 cm Lurus Semi 0,4
polar
Biru 7 cm Biru 2,1 cm Lurus Semi 0,3
polar
7 cm Ungu 0,7 cm 0,1
3 Aquade Hitam 7 cm Ungu 0,8 cm Pembelokan Non 0,1
st/ Air polar
7 cm Coklat 1,2 cm 0,2
7 cm Biru 0,3 cm 0,04
Merah 7 cm Ungu 1,5 cm Pembelokan Non 0,2
polar
7 cm Pink 0,8 cm 0,1
7 cm Kuning 0,8 cm 0,1
Biru 7 cm Ungu 2,3 cm pembelokan Non 0,32
polar
7 cm biru 0,7 cm 0,1

4.2 Perhitungan
4.2.1 Larutan Aseton
- Noda tinta hitam dengan jarak pelarut aseton = 7 cm
Komponen Biru = 0,8 cm
Rf = jarak yang di tempuh komponen
Jarak yang di tempuh pelarut
= 0,8 cm = 0,1 cm
7 cm
- Noda tinta hitam dengan jarak pelarut aseton = 7 cm
Komponen Ungu = 0,5 cm
Rf = jarak yang di tempuh komponen
Jarak yang di tempuh pelarut
= 0,5 cm = 0,1 cm
7 cm
- Noda tinta merah dengan jarak pelarut aseton = 7 cm
Komponen Pink= 2,6cm
Rf = jarak yang di tempuh komponen
Jarak yang di tempuh pelarut
= 2,6 cm = 0,4 cm
7 cm
- Noda tinta biru dengan jarak pelarut aseton = 7 cm
Komponen Biru = 1,3 cm
Rf = jarak yang di tempuh komponen
Jarak yang di tempuh pelarut
= 1,3 cm = 0,2 cm
7 cm
- Noda tinta biru dengan jarak pelarut aseton = 7 cm
Komponen Ungu = 2,5 cm
Rf = jarak yang di tempuh komponen
Jarak yang di tempuh pelarut
= 2,5 cm = 0,1 cm
7 cm

4.2.2 Larutan Etanol / Alkohol


- Noda tinta hitam dengan jarak pelarut etanol/alkohol= 7 cm
Komponen Coklat = 0,6 cm
Rf = jarak yang di tempuh komponen
Jarak yang di tempuh pelarut
= 0,6 cm = 0,1 cm
7 cm
- Noda tinta hitam dengan jarak pelarut etanol/alkohol= 7 cm
Komponen Biru = 1,1 cm
Rf = jarak yang di tempuh komponen
Jarak yang di tempuh pelarut
= 1,1 cm = 0,2 cm
7 cm
- Noda tinta hitam dengan jarak pelarut etanol/alkohol= 7 cm
Komponen Ungu = 0,7 cm
Rf = jarak yang di tempuh komponen
Jarak yang di tempuh pelarut
= 0,7 cm = 0,1 cm
7 cm
- Noda tinta merah dengan jarak pelarut etanol/alkohol= 7 cm
Komponen Pink = 2,5 cm
Rf = jarak yang di tempuh komponen
Jarak yang di tempuh pelarut
= 2,5 cm = 0,4 cm
7 cm
- Noda tinta biru dengan jarak pelarut etanol/alkohol= 7 cm
Komponen biru = 2,1 cm
Rf = jarak yang di tempuh komponen
Jarak yang di tempuh pelarut
= 2,1 cm = 0,3 cm
7 cm
- Noda tinta biru dengan jarak pelarut etanol/alkohol= 7 cm
Komponen Ungu = 0,6 cm
Rf = jarak yang di tempuh komponen
Jarak yang di tempuh pelarut
= 0,7 cm = 0,1 cm
7 cm
4.2.3 Larutan Aquadest/air
- Noda tinta hitam dengan jarak pelarut aquadest/air= 7 cm
Komponen Ungu = 0,8 cm
Rf = jarak yang di tempuh komponen
Jarak yang di tempuh pelarut
= 0,8 cm = 0,1 cm
7 cm
- Noda tinta hitam dengan jarak pelarut etanol/alkohol= 7 cm
Komponen Coklat = 0,6 cm
Rf = jarak yang di tempuh komponen
Jarak yang di tempuh pelarut
= 1,2 cm = 0,2 cm
7 cm
- Noda tinta hitam dengan jarak pelarut aquadest/air = 7 cm
Komponen Biru = 0,3 cm
Rf = jarak yang di tempuh komponen
Jarak yang di tempuh pelarut
= 0,3 cm = 0,04 cm
7 cm
- Noda tinta merah dengan jarak pelarut aquadest/air = 7 cm
Komponen Ungu = 1,5 cm
Rf = jarak yang di tempuh komponen
Jarak yang di tempuh pelarut
= 1,5 cm = 0,2 cm
7 cm
- Noda tinta merah dengan jarak pelarut aquadest/air = 7 cm
Komponen Pink = 0,8 cm
Rf = jarak yang di tempuh komponen
Jarak yang di tempuh pelarut
= 0,8 cm = 0,1 cm
7 cm
- Noda tinta merah dengan jarak pelarut aquadest/air = 7 cm
Komponen Kuning = 0,8 cm
Rf = jarak yang di tempuh komponen
Jarak yang di tempuh pelarut
= 0,8 cm = 0,1 cm
7 cm
- Noda tinta biru dengan jarak pelarut aquadest/air = 7 cm
Komponen Ungu = 2,3 cm
Rf = jarak yang di tempuh komponen
Jarak yang di tempuh pelarut
= 2,3 cm = 0,3 cm
7 cm
- Noda tinta biru dengan jarak pelarut aquadest/air = 7 cm
Komponen Biru = 0,7 cm
Rf = jarak yang di tempuh komponen
Jarak yang di tempuh pelarut
= 0,7 cm = 0,1 cm
7 cm

4.4 Pembahasan
Dalam prosedur kali ini tentang kromatografi, cara kerja dari
prosedur ini yaitu gunting kertas saring yang masih utuh
menjadi 3 bagian sama panjang yaitu 5x 7 cm. Setelah kertas
saring digunting masing-masing 5 x 7 cm. berilah garis batas
sekitar 1 cm dari bawah dan atas kertas tersebut dan setelah
diberi garis batas. Berilah noda titik hitam, biru, merah, pada
garis batas yang di bawah kertas.

Kemudian siapkan 3 buah gelas kimia 100 ml masing-masing


larutan yang diberikan berbeda yaitu larutan aseton, etanol dan
aquadest menggunakan pipet tetes kecuali aquadest
menggunakan botol semprot. Dan yang harus kita ketahui
berhati—hatilah dengan larutan etanol , karena jika larutan ini
terkena di kulit menjadi gatal-gatal. Dari ketiga buah gelas
kimia 100 ml tersebut, berilah nama dari setiap gelas kimia
dengan memakai kertas label.

Kemudian dari kertas saring yang kita potong tadi menjadi 3


buah, kita masukkan ke dalam gelas yang berisi larutan yang
berbeda.. diamkan dan amatilah pergerakan lintas noda tersebut.
Setelah itu angkat kertas saring dan keringkan kertas saring
tersebut. Ukurlah jarak noda dan jarak pelarut di setiap masing-
masing kertas saring tersebut dan hitunglah Rf dari masing-
masing noda komponen tersebut.

Dalam larutan aseton memiliki 3 percobaan warna yaitu hitam,


merah dan biru. Masing-masing noda memiliki hasil warna
noda komponen yang berbeda. Noda hitam menghasilkan warna
biru, ungu dan dengan jarak berturut-turut yaitu 0,8 cm ; 0,5 cm
dan 1,4 cm. sedangkan noda merah menghasilkan warna pink
dengan jarak 2,6 cm. Dan noda biru menghasilkan warna biru
dan ungu dengan jarak berturut-turut 1,3 cm dan 2,5 cm.

Dalam larutan etanol/alcohol memiliki 3 percobaan warna


diatas yang sama persis warna yang digunakan masing-masing
noda hitam menghasilkan colat, biru dan ungu dengan jarak
berturut-turut yaitu 0,6 cm ; 1,1 cm dan 0,7 cm. Sedangkan
noda merah menghasilkan warna pink dengan jarak 2,5 cm. Dan
noda biru menghasilkan warna biru dan ungu dengan jarak 2,1
cm dan 0,7 cm.

Dalam larutan aquadest/air juga memiliki 3 percobaan warna


yang sama persis tetapi warna yang dihasilkan berbeda. Noda
hitam menghasilkan ungu, coklat dan biru dengan jarak yaitu
0,8 cm ; 1,2 cm dan 0,3 cm. sedangkan noda merah
menghasilkan warna ungu, pink dan kuning dengan jarak 1,5
cm ; 0,8 cm dan 0,8 cm. Dan noda biru menghasilkan warna
ungu dan biru dengan jarak 2,3 cm dan 0,7 cm.

Dalam larutan aseton noda hitamnya memiliki noda komponen


yang berbeda Rf nya yaitu noda komponen biru, ungu dan pink
secara berturut-turut Rf nya adalah 0,1 cm ; 0,1 cm dan 0,2 cm.
Sedangkan noda merah mempunyai noda komponen pink
dengan Rf nya 0,4 cm. Dan noda biru mempunyai biru dan
ungu dengan Rf nya 0,2 cm dan 0,4 cm.

Dalam larutan etanol/alkohol, noda hitamnya memiliki noda


komponen ungu, coklat dan biru dengan Rf nya 0,1 cm ; 0,2 cm
dan 0,1 cm. Sedangkan noda merah memiliki noda komponen
yaitu pink dengan Rf nya 0,4 cm . Dan noda biru memiliki
komponen yaitu biru dan ungu dengan Rf nya 0,3 cm dan 0,1
cm.

Dalam larutan aquadest/air noda hitam nya memiliki noda


komponen ungu, coklat dan biru dengan Rf nya 0,1 cm ; 0,2 cm
dan 0,04 cm. Sedangkan noda merah memiliki noda komponen
yaitu ungu, pink dan kuning dengan Rf nya 0,2 cm ; 0,1 cm dan
0,1 cm. Dan noda biru memiliki noda komponen yaitu ungu dan
biru dengan Rf nya 0,3 cm dan 0,1 cm.

Etanol disebut juga etil alkohol , alkohol murni , alkohol absolut


adalah sejenis cairan yang mudah terbakar dan tidak berwarna .
mengandung hydrogen , oksigen dan juga carbon. Alkohol ini
terbuat dari fermentasi gula menjadi etanol dan sering
digunakan untuk parfum , perasa, dll.

Aquadest/ air yaitu cairan jernih tidak berwarna , tidak berbau


dan tidak berasa , ini mengandung oksigen dan hydrogen .
Aquadest ini banyak digunakan di kehidupan sehari-hari yaitu
untuk di minum, untuk mmebuat pratikum, dll.

Suatu larutan disebut dengan senyawa polar karena senyawa


yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar electron pada
unsur-unsurnya.
Gambar senyawa polar

+ -

Suatu larutan disebut dengan senyawa non polar karena


senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar
elektron pada unsur yang membentuknya .
Gambar senyawa non polar

+ -

Suatu larutan disebut dengan senyawa semi polar karena pelarut


yang memiliki tingkat kepolaran yang rendah dibandingkan
dengan pelarut polar.
Gambar senyawa semi polar

+
-
Didalam kromatografi , berlaku suatu prinsip umum yaitu like
dissolve like artinya polar menyukai yang polar dan tak polar
menyukai tak polar . Dalam hal fase diam, fase diam yang polar
akan mengikat lebih kuat komponen yang relative polar,
sedangkan fase diam yang tak polar akan mengikat lebih kuat
komponen-komponen yang juga tak polar. Hal yang sama
berlaku bagi fase gerak, fase gerak yang polar akan melarutkan
lebih baik komponen yang juga polar, sebaliknya fase gerak
yang tak polar akan melarutkan relatif lebih baik komponen
yang juga tak polar.

Sejarah kromatografi dimulai sejak pertengahan abad 19 ketika


penggunaan teknik pemisahan pigmen tanaman seperti klorofil.
Kolom kromatografi pertama dikembangkan oleh ahli botani
Rusia. Mikhail TS Vet di tahun 1901 , ketika dia mencuci
larutan organic dari pigmen tumbuhan melalui kolom gelas
vertikal yang diisi dengan materi yang dapat mengabsorbsi. Dia
menemukan bahwa zat warna tumbuhan ini terpisahkan menjadi
beberapa pita warna di dalam kolom, terbagi beberapa lapisan
yang dipisahkan oleh area yang bebas warnanya.

Kolom kromatografi semakin popular pada tahun 1930 ketika


kimiawan Richard Kuhn and Edger Leadere sukses
menggunakan teknik ini untuk memisahkan beberapa material
biologi.
Sejak saat itu, perkembangan teknik ini sangatlah cepat dan
kolom kromatografi saat ini digunakan dalam berbagai jenis
teknik. Kolom itu sendiri telah berubah dari tahun ke tahun ,
tergantung dari tipe kromatografi, namun dengan esensi dan
fungsi pemisahan yang sama.

(1930) Pada tahun 1938, Harold C. Urey and T.I Taylor


mengembangkan pertama kalinya memungkinkan pemisahan
dari partikel berdasarkan muatan listriknya.

(1940) Konsep yang menggunakan air sebagai fase diam yang


di dukung oleh silica inert yang digabungkan dengan fase gerak
kloroform.

(1942) Kolom kromatografi penukaran ion digunakan selama


Manhattan project untuk memisahkan elemen seperti uranium
yang dihasilkan oleh ledakan.

(1944) Erika Cremer menyusun sebuah system gas


kromatografi menggunakan fase diam padat.

(1962) Enst Klesper melaporkan penggunaan pertama kali dari


cairan super kritis dalam kolom kromatografi menggunakan
teknik ini untuk pemisahan porfirin.
Alasan kelebihan kromatografi dari pada metode lain karena
prosesnya lebih cepat dan membutuhkan sedikit material uji.

Faktor kesalahannya adalah pada saat memsukan kertas saring 5


x 7 cm yang telah diberi noda tinta spidol warna hitam, merah,
biru ke dalam gelas kimia 100 ml yang dberisikan larutan
aquadest/ air. Pada saat dimasukan kertas saring 5 x 7 cm
terlipat pada bagian bawah.

Gambar prosedur percobaan


BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
- pigmen warna atau komponen-komponen warna pada tinta hitam dengan
pelarut alkohol atau etanol adalah coklat,biru, dan ungu.
- larutan aquadest / air pada noda tinta hitam ungu 0,1, coklat 0,2, biru 0,4.
- larutan alkohol/etanol pada noda tinta hitam coklat 0,1, biru 0,2, ungu 0,1.
5.2 Saran
Sebaiknya pada pratikum kromatografi selanjutnya menggunakan warna
hitam, merah dan biru. Untuk titik noda agar lebih mengetahui komponen noda
dari titik noda lainnya seperti warna kuning, hijau dan ungu.

Anda mungkin juga menyukai