Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM V

KROMATOGRAFI KERTAS

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mahasiswa memahami prinsip - prinsip dasar kromatografi kertas

2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan cara kerja kromatografi kertas menggunakan sampel spidol
warna.

3. Mahasiswa mampu menghitung nilai Rf

4. Mahasiswa mengetahui pengaruh fase gerak terhadap nilai Rf

5. Mahasiswa dapat membedakan kromatografi mendatar dan kromatografi menaik

II. DASAR TEORI

Menurut farmakope Indonesia edisi IV, kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat
terlarut oleh suatu proses migrasi differensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih,
salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan di dalamnya zat -
zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas, disebabkan adanya perbedaan dalam adsorpsi, partisi,
kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion.

Secara singkat dapat dikatakan , kromatografi adalah suatu cara pemisahan berdasarkan perbedaan
pengikatan zat-zat dalam campuran oleh suatu sistem dua fase, yaitu fase stasioner (diam, tidak
bergerak) dan fase mobil (bergerak). Pengikatan oleh fase-fase itu bersifat reversibel.

Jenis-jenis kromatografi dapat digolongkan berdasarkan berbagai kriteria, yaitu :

1. Berdasarkan mekanisme pengikatan zat

a. Kromatografi Penjerapan (adsorption chromatography)

Pada kromatografi ini zat teradsorpsi pada permukaan partik fase stasioner/padat.

b. Kromatografi Partisi (partition chromatography)

Pada kromatografi partisi zat terbagi/terlarut dalam cairan fase stasioner dan fase mobil

c. Kromatografi Pertukaran Ion (ion exchange chromatography)

Pada kromatografi ini, ion zat terikat pada fase stasioner/padat yang bersifat penukar ion.

d. Kromatografi Eksklusi (exclusion chromatography, gel permeation chromatography)

Pada kromatografi eksklusi, molekul zat terjaring/terserap didalam pori-pori fase stasioner

e. Kromatografi Afinitas (affinity chromatography)

Pada kromatografi ini zat terikat secara biospesifik, misalnya enzim-substrat, antigen-antibodi, hormon-
reseptor

2. Berdasarkan Fasenya
a. Kromatografi Cairan (liquid chromatography)

- Kromatografi cairan-cairan (liquid-liquid chromatography)

- Kromatografi cairan-padatan (liquid-solid chromatography)

b. Kromatografi gas (gas chromatography)

- Kromatografi gas-cairan (gas-liquid chromatography)

- Kromatografi gas-padatan (gas-solid chromatography)

Cairan dapat berlaku sebagai fase stasioner dengan bantuan zat padat sebagai penyangga/pendukung

3. Berdasarkan kriteria lain

a. Penempatan fase stasionernya dalam tabung (kromatografi kolom, coloumn chromatography) atau
pada permukaan bidang (kromatografi planar, planar chromatogruphy)

b. Arah gerak fase mobilnya (kromatografi menaik, kromatografi menurun, kromatografi mendatar)

Secara praktis, biasanya dibedakan jenis-jenis kromatograf sebagai berikut :

1. Kromatografi kolom konvensional, kromatografi cairan dengan mekanisme pemisahan yang beragam

2. Kromatografi kertas (paper chromatography), tergolong kromatografi cairan planar dengan


mekanisme pemisahan partisi yang dominan

3. Kromatografi lapis tipis (thin layer chromatography),tergolong kromatografi cairan planar dengan
mekanisme pemisahan yang beragam

4. Kromatografi gas (gas chromatography)

5. Kromatografi cairan kinerja tinggi (high performance liquid chromatography)

Jenis-jenis kromatografi yang bermanfaat dalam analisis kualitatif dan kuantitatif yang digunakan dalam
penetapan kadar dan pengujian farmakope Indonesia adalah kromatografi kolom, kromatografi gas
kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis dan kromatograti cair kineria tinggi.

Kromatograi kertas dan kromatografi lapis tipis umumnya lebih bermanfaat untuk tujuan identifkasi,
karena mudah dan sederhana. Kromatografi kolom memberikan pilhan fase diam yang lebih luas dan
berguna untuk pemisahan masing-masing senyawa secara kuantitatif dari suatu campuran. Kromatografi
gas dan kromatografi cair kinerja tinggi kedua-duanya membutuhkan peralatan yang lebih rumit dan
umumnya merupakan metode dengan resolusi tinggi yang dapat mengidentifikasi serta menetapkan
secara kuantitatif bahan dalam jumlah yang sangat kecil. Dalam kromatografi kertas dan kromatografi
lapis tipis, perbandingan jarak rambat (diukur sampai titik yang memberikan intensias maksimum pada
bercak) suatu senyawa tertentu terhadap jarak rambat fase gerak, diukur dari titik penotolan,
dinyatakan sebagai harga Rf suatu senyawa tersebut. Perbandingan jarak rambat suatu senyawa
tertentu dengan jarak perambatan baku pembanding dinyatakan sebagai harga Rr. Harga Rf berubah
sesuai dengan kondisi percobaan, karena itu identifikas sebaiknya dilakukan dengan menggunakan baku
pembanding yang sama dengan uji kromatogram yang sama. Jika zat uji yang didentifkasi dan baku
pembanding itu sama, terdapat kesesuaian dalam warna dan harga Rf pada semua kromatogram, dan
kromatogram dari campuran menghasilkan harga Rr adalah 1,0.

Bercak yang dihasilkan kromatografi kertas atau lapis tipis letaknya dapat ditetapkan dengan :

1. Pengamatan langsung jika senyawanya tampak pada cahaya biasa, cahaya ultraviolet gelombang
pendek (254 nm) atau gelombang panjang (366 nm)

2. Pengamatan dengan cahaya biasa atau cahaya ultraviolet setelah disemprot dengan pereaksi yang
membuat bercak tersebut tampak (pereaksi sebaiknya disemprotkan melalui alat pengabut)

3. Menggunakan pencacah Geiger-muller atau tchnik autoradiografi jika terdapat zat radioaktif

4. Menempatkan potongan penjerap dan zat pada media pembiakan yang telah ditanam untuk melihat
hasil stimulasi atau hambatan pertumbuhan bakteri

Kromatografi kertas tergolong kromatogralfi cairan dengan kertas sebagai zat padat pendukung. Karena
kertas/serat-serat selulosa merupakan adsorben lemah yang hidrofil, adsorpsi zat oleh kertas tidak
terlalu kuat dan akan terdesak oleh air. Air itu bagian yang lebih polar dari cairan yang dipakai sebagai
eluen, akan berlaku sebagai fase stasioner, jadi komatografi kertas dapat digolongkan sebagai jenis
kromatografi cairan-cairan dan mekanisme pemisahan yang dominan adalah partisi. Oleh gaya kapiler
dari kertas, fase mobil dapat bergerak nalk, nendatar maupun menurun. Untuk kromatografi menaik
dipakai kertas yang panjangnya sekitar 20 cm, pada kromatografi menurun, panjang kertas dapat
mencapai 50 cm atau lebih, sedangkan kromatografi mendatar sirkulasi memerlukan kertas dengan
diameter 10 - 20 cn. Kertas kromatografi berupa kertas saring khusus, dengan lebar tidak kurang dari
2,5 cm, tidak lebih lebar dari panjang bak pelarut dan dipotong lebih kurang sama dengan tinggi bejana.

Eluen (juga disebut pelarut, cairan pengelusi, cairan pengembang, cairan pneghantar) pada kromatograf
kertas biasanya merupakan campuran 2 komponen atau lebih. Yang berlaku sebagai fase mobil
selanjutnya adalah bagian campuran yang kurang polar. Zat atau campuran yang diperiksa dilarutkan
dalam pelarut yang sesuai, kemudian diteteskan pada kertas dengan bantuan pipet kapiler. Titik
penetesan zat kira-kira z cm dari tepi bawah kertas (pada elusi menaik) atau padd jarak yang sesuai,
sehingga letak titik itu beberapa cm dibawah eluennya (pada elusi menurun)

Elusi dilakukan setelah eluen ditempatkan dalam bejana yang sesuai. Bejana itu kemudian dijenuhkan
dengan uap eluernya dengan cara menutupnya dan mendiamkannya selama beberapa jam. Penjenuhan
akan Iebih baik dengan cara meletakkan kertas saring yang dibasahi dengan eluen pada dinding dalam
bejana. Ujung kertas dicelupkan ke dalam eluen, dengan menjaga agar zat yang diperiksa tidak
terendam Kertas hendaknya tidak menyentuh dinding bejana. Jarak elusi normal pada elusi menaik
adalah 15 cm, pada elusi menurun jarak itu sangat bervariasi.

Kromatografi kertas umumnya dilakukan sebagai berikut :

1.Persiapan

a. Kertas kromatogafi dipotong menurut ukuran yang dinginkan dan siapkan titik penotolan (dengan
pensil)

Menaik
Ukuran kertas 13 x 5 cm, garis awal 1,5 cm dari tepi bawah, titik-titik penotolan zat pada garis itu dengan
jarak 0,5 - 1 cm.

Sirkular

Ukuran kertas 10x10 cm, gari awal berupa lingkaran berdiameter 15 cm ditengah kertas, titik titk
penotolan zat pada lingkaran itu dengan jarak antara yang sama (misalnya 6o" untuk 6 titik penotolan).
Lubangi pusat kertas, beri sumbu dari gulungan kertas ixi cm.

b. Eluen.

Eluen sebanyak 50 ml untuk bejana besar dan 15 - 25 ml untuk bejana kecil, tinggi eluen dalam bejana
0,5 cm. Komponen-komponen eluen yang dapat bercampur dicampur langsung dalam bejana elusi. Bila
ada komponen-komponen yang tidak dapat bercampur, pengocokan dan pemisahan dilakukan dengan
bantuan corong pisah.

Isikan eluen ke dalam bejana elusi, jenuhkan.

c. Larutan Uji

Larutan zat uji disiapkan sesuai masing -masing prosedur

d. Cara deteksi

Amati kromatogram, dengan cara deteksi yang sesuai

2. Cara Kerja

Kromatografi Menaik

a. Totolkan larutan uji pada titik - titik yang telah disiapkan, usahakan bercak awal sekecil mungkin,
biarkan pelarutnya menguap.

b. Tempatkan kertas dalam bejana elusi yang telah mengandung eluen, ujung kertas tercelup ke dalam
eluen, tetapi zat uji tetap di atas permukaan eluen.

c. Elusi, biarkan eluen merambat sampai jarak 10 cm

d. Angkat kertas, tandai batas elusi, biarkan eluen menguap

e. Amati kromatogram dengan cara deteksi yang sesuai. Hitung harga Rf.

Kromatografi sirkular

a. Totolkan larutan uji pada titik - titik yang telah disiapkan pada kertas 10 x 10 cm

b. Tempatkan eluen sebanyak z ml pada kaca arloji Ø 10 cm

c. Elusi secara mendatar (horizontal) dengan mencelupkan sumbu kertas ke dalam eluen, biarkan eluen
merambat sampai 1 cm dari tepi kertas

d. Angkat kertas, tandai batas elusi, biarkan eluen menguap

e. Amati kromatogram dengan cara deteksi yang sesuai. Hitung harga Rf.
III. ALAT DAN BAHAN

Alat:

Bejana kromatografi, lampu UV, kertas kromatografi, kaca arloji, beaker glass, pensil, benang wol.

Bahan

Spidol berbagai warna, etanol, kloroform

IV. CARA KERJA

Kromatografi Menaik :

1. Pembuatan Fase gerak

Fase gerak : Etanol : kloroform (1 :1) sebanyak 5 ml

Etanol : kloroform (4 :1) sebanyak 5 ml

Etanol : kloroform (1 : 4) sebanyak 5 ml

Masukkan masing-masing pelarut sesuai volumenya ke dalam beaker glass (atau langsung dalam bejana
kromatografi), aduk hingga homogen.

2. Penjenuhan Bejana

Masukkan 5 ml fase gerak ke dalam bejana kromatografi dan biarkan dalam keadaan tertutup selama 24
jam hingga bejana jenuh. Untuk membantu penjenuhan dapat diletakkkan kertas saring yang telah
dibasahi eluen pada dinding dalam dari bejana kromatografi.

3. Persiapan Kertas Kromatografi

Siapkan kertas dengan ukuran P : 10 cm dan L : 4 cm, jarak noda : 1cm, jarak titik totol 1 cm dari dasar
kertas, dan jarak elusi : 8 cm

4. Pembuatan Larutan Percobaan

Spidol atau tinta berwarna langsung ditotolkan pada kertas kromatografi.

5. Penotolan (Spotting)

Totolkan spidol dengan ukuran totoal sekecil mungkin, kemudian ulangi 2 kali lagi, sehingga konsentrasi
tinta cukup pada titik totol. Beri tanda sesuai nama/merk spidol atau tintanya.

6. Elusi

Masukkan kertas kromatografi yang telah ditotolkan ke dalam bejana kromatografi dengan bantuan tali
agar kertas terletak dalam posisi berdiri, dengan bagian bawah menyentuh dasar bejana. Biarkan fase
gerak naik hingga jarak elusi 8 cm. Angkat kertas kromatograf, biarkan mengering atau dengan bantuan
hair dryer, deteksi noda dengan uap ammonia, amati hasil di bawah sinar UV 254 nm dan 366 nm. Beri
tanda pada noda dengan pensil. Hitung Rf-nya!

Kromatografi Mendatar (Sirkular)


1. Pembuatan Fase gerak

Fase gerak : Sama dengan kromatografi menaik. Volume 2 ml.

2. Penjenuhan Bejana

Masukkan 2 ml fase gerak ke dalam kaca arloji diameter 1o cm dan tutup dengan kaca arloji lagi di
atasnya.

3. Persiapan Kertas Kromatografi

Siapkan kertas dengan ukuran diameter : 10 cm, beri lubang ditengahnya, dan masukkan tali benang ke
dalamnya beri simpul. Jarak titik totol 0,5 cm dari tengah lingkaran, jarak noda : 0,5 cm, jarak elusi : 4,5
cm (beberapa mm dari tepi kertas).

4. Pembuatan Larutan Percobaan

Spidol atau tinta berwarna langsung ditotolkan pada kertas kromatografi.

s. Penotolan (Spotting)

Totolkan spidol dengan ukuran totoal sekecil mungkin, kemudian ulangi 2 kali lagi, sehingga konsentrasi
tinta cukup pada titik totol. Beri tanda sesuai nama/merk spidol atau tintanya.

6. Elusi

Masukkan kertas yang telah ditotolkan ke dalam kaca arloji dengan posisi tali menyentuh pelarut.
Biarkan fase gerak naik hingga jarak elusi 9 cm, Angkat kertas kromatograf, biarkan mengering atau
dengan bantuan hair dryer, amati pemisahan warna yang tcrjadi. Hitung Rf masing-masing noda ter
terpisah.

V. HASIL
Menaik

Warna Noda Nilai rf


Sampel
1 : 1' 4:1' 1:4' 1:1' 4:1' 1:4'
Spidol 1
- - - - - -
biru
Spidol 2 Jingga Merah Jingga 0,13 0,5 0,812
hitam Biru Biru Biru 1 1 1
Spidol 3 Pink kuning pink 1 0,375 0,787
Merah   pink ungu   1 0,925
*nilai rf 1 masih dapat diuji lagi menggunakan kertas kromatografi dengan bidang yang lebih panjang
dan bukan merupakan hasil akhir dari percobaan.

Perhitungan nilai rf

a. Fase gerak etanol 2,5 ml : kloroform 2,5 ml (1:1)

Spidol biru : -
Spidol hitam :

 Jingga : 1,1 cm / 8 cm : 0,13


 Biru : 8 cm / 8 cm : 1

Spidol merah :

 Pink : 8 cm / 8 : 1

b. Fase gerak etanol 4 ml : kloroform 1 ml (4:1)

Spidol biru : -

Spidol hitam :

 Merah : 4 cm / 8 : 0,5
 Biru : 8 cm / 8 : 1

Spidol merah :

 Kuning : 3 cm / 8 : 0,375
 Pink : 8 cm / 8 : 1

C. Fase gerak etanol 1 ml : kloroform 4 ml (1:4)

Spidol biru : -

Spidol hitam :

 Jingga : 6,5 cm / 8 : 0,812


 Biru : 8 cm / 8: 1

Spidol merah :

 Pink : 6,3 cm / 8 : 0,787


 Ungu : 7,4 cm / 8 : 0,925

Mendatar

Warna Noda Nilai rf


Sampel
1 : 1' 4:1' 1:4' 1:1' 4:1' 1:4'
Spidol 1
- - - - - -
biru
Spidol 2 Merah Merah Ungu 0,3 0,5 0,05
hitam Biru Biru   0,825 0,875  
kuning merah 0,25 0,425
Spidol 3
pink kuning - 1 0,925 -
merah
  pink   1
*nilai rf 1 masih dapat diuji lagi menggunakan kertas kromatografi dengan bidang yang lebih lebar dan
bukan merupakan hasil akhir dari percobaan.

Perhitungan nilai rf
a. Fase gerak etanol 2,5 ml : kloroform 2,5 ml (1:1)

Spidol biru : -

Spidol hitam :

 Merah : 1,2 cm / 4 : 0,3


 Biru : 3,3 cm / 4 : 0,825

Spidol merah :

 Kuning : 0,5 cm / 4 : 0,25


 Pink : 4 cm / 4 : 1

b. Fase gerak etanol 4 ml : kloroform 1 ml (4:1)

Spidol biru : -

Spidol hitam :

 Merah : 2 cm / 4 : 0,5
 Biru : 3,5 cm / 4 : 0,875

Spidol merah :

 Merah : 2 cm / 4 : 0,5
 Kuning : 3,7 cm / 4 : 0,925
 Pink : 4 cm / 4 : 1

C. Fase gerak etanol 1 ml : kloroform 4 ml (1:4)

Spidol biru : -

Spidol hitam :

 Ungu : 0,2 cm / 4 : 0,05

Spidol merah : -

VI. PEMBAHASAN

Kromatografi kertas merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk memisahkan zat atau bahan
kimia yang telah tercampur dan berwarna, terutama pigmen. Hal ini juga dapat digunakan untuk
menganalisis warna primer atau Sekunder pada percobaan dengan menggunakan tinta.

Pada praktikum kali ini, kromatografi dilakukan pemisahan komponen- komponen warna yang berbeda.
Digunakan warna merah, biru, dan hitam sebagai komponen warna dan dilakukan 2 kali percobaan yaitu
kromatografi kertas menaik dan mendatar. Percobaan pertama dilakukan kromatografi menaik dengan
menggunakan bahan pelarut etanol dan kloroform perbandingan 1:1, 4:1, dan 1:4. Percobaan dilakukan
dengan cara mencelupkan kertas yang sudah dipotong dengan ukuran panjang 10 cm dan lebar 4 cm.
Serta telah diberi garis batas dengan jarak 1 cm dari batas bawah. Kemudian, diberi noda pada garis
tersebut. Pada percobaan pertama, tinta biru tidak menghasilkan noda warna di ketiga sampel. Tinta
hitam menghasilkan noda jingga dan biru (1:1), merah dan biru (4:1), jingga dan biru (1:4). Tinta merah
menghasilkan noda berwarna pink (1:1), kuning dan pink (4:1), pink dan ungu (1:4). Pada percobaan
kedua, menggunakan kertas kromatografi lingkaran dengan diameter 10 cm dan diberi garis tepi 0,5 cm
pada masing-masing sudut lingkaran yang sudah dibagi 4. Bagian tengah lingkaran diberi sumbu berupa
benang wol dan cara kerjanya diletakkan eluen pada kaca arloji dan menempelkan sumbu sehingga
eluen merambat dan menyebar melalui sumbu. Pada percobaan kedua didapatkan hasil, tinta biru tidak
menghasilkan noda apapun pada ketiga sampel, tinta hitam menghasilkan noda berwarna merah dan
biru (1:1), merah dan biru (4:1), dan ungu (1:4). Tinta merah menghasilkan noda berwarna kuning dan
pink (1:1), merah, kuning dan pink (4:1), dan tidak menghasilkan noda pada perbandingan (1:4)

Pada praktikum kali ini, didapatkan hasil perhitungan Rf yaitu pada percobaan pertama kromatografi
menaik pada tinta biru sebesar 0 pada semua sampel, pada tinta hitam sampel 1:1 dihasilkan Rf dari
noda jingga sebesar 0,13 dan noda biru sebesar 1, pada tinta hitam sampel 4:1 dihasilkan Rf dari noda
merah sebesar 0,5 dan noda biru sebesar 1, pada tinta hitam sampel 1:4 dihasilkan Rf dari noda jingga
sebesar 0,812 dan noda biru sebesar 1. Pada tinta merah sampel 1:1 dihasilkan Rf dari noda pink sebesar
1, Pada tinta merah sampel 4:1 dihasilkan Rf dari noda kuning sebesar 0,375 dan noda pink sebesar 1.
Pada tinta merah sampel 1:4 dihasilkan Rf dari noda pink sebesar 0,787, dan noda ungu sebesar 0,925.

Pada percobaan kedua kromatografi mendatar, didapatkan hasil nilai rf pada tinta biru sebesar 0 pada
semua sampel, pada tinta hitam sampel 1:1 dihasilkan Rf dari noda merah sebesar 0,3 dan noda biru
sebesar 0,825, pada tinta hitam sampel 4:1 dihasilkan Rf dari noda merah 0,5 dan noda biru sebesar
0,875, pada tinta hitam sampel 1:4 dihasilkan Rf dari noda merah sebesar 0,05. Pada tinta merah sampel
1:1 dihasilkan Rf dari noda kuning sebesar 0,25 dan noda pink sebesar 1, Pada tinta merah sampel 4:1
dihasilkan nilai Rf dari noda merah sebesar 0,425, noda kuning sebesar 0,925, dan noda pink sebesar 1

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nilai Rf yaitu sebagai berikut:

a) Pelarut

b) Ukuran dari bejana

c) Kertas

d) Sifat dari campuran

Dalam praktikum kali ini, terdapat alat-alat yang memiliki fungsi yaitu, bejana kromatografi yang
berfungsi sebagai tempat atau wadah pelarut kromatografi menaik, benang yang berfungsi untuk
menahan kertas saring saat akan dicelupkan kedalam pelarut, pensil berfungsi untuk membuat garis
batas bawah pada kertas saring, penggaris berfungsi untuk mengukur ukuran kertas saring, gunting
berfungsi untuk memotong kertas saring yang diukur, stopwatch digunakan untuk menghitung waktu,
pipet volume berfungsi untuk mengambil eluen, kaca arloji berfungsi untuk tempat percobaan
kromatografi mendatar.
Dalam praktikum kali ini, terdapat bahan bahan yang memiliki fungsi yaitu tinta spidol merah, biru, dan
hitam berfungsi sebagai noda yang akan bergerak saat proses kromatografi berlangsung. Kertas saring
sebagai tempat berjalannnya noda, kloroform dan etanol berfungsi sebagai pelarut.

Faktor kesalahan yang terjadi dalam praktikum kali ini adalah saat akan mencelupkan kertas saring ke
dalam bejana kromatografi yang sudah diisi dengan eluen dengan konsentrasi tertentu, kertas saring
tidak dapat berdiri dengan lurus, sehingga pada saat eluen merembes naik ke atas kertas saring,
komponen menyebar tidak merata dan hasilnya kurang akurat. Hal ini terjadi karena kurangnya berhati
hati saat praktikum berlangsung.

VII. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang didapat, perbandingan eluen terbaik yaitu etanol : kloroform (4 : 1) karena dapat
menghasilkan sprektrum warna yang lebih banyak. Adapun pada percobaan kali ini, nilai rf 1 masih
dapat diuji lagi menggunakan kertas kromatografi dengan bidang yang lebih lebar dan bukan merupakan
hasil akhir dari percobaan.

Nilai Rf pada kromatografi menaik

a. Fase gerak etanol 2,5 ml : kloroform 2,5 ml (1:1)

Spidol biru : -

Spidol hitam :

 Jingga : 1,1 cm / 8 cm : 0,13


 Biru : 8 cm / 8 cm : 1

Spidol merah :

 Pink : 8 cm / 8 : 1

b. Fase gerak etanol 4 ml : kloroform 1 ml (4:1)

Spidol biru : -

Spidol hitam :

 Merah : 4 cm / 8 : 0,5
 Biru : 8 cm / 8 : 1

Spidol merah :

 Kuning : 3 cm / 8 : 0,375
 Pink : 8 cm / 8 : 1

C. Fase gerak etanol 1 ml : kloroform 4 ml (1:4)

Spidol biru : -
Spidol hitam :

 Jingga : 6,5 cm / 8 : 0,812


 Biru : 8 cm / 8: 1

Spidol merah :

 Pink : 6,3 cm / 8 : 0,787


 Ungu : 7,4 cm / 8 : 0,925

Nilai Rf pada kromatografi mendatar

a. Fase gerak etanol 2,5 ml : kloroform 2,5 ml (1:1)

Spidol biru : -

Spidol hitam :

 Merah : 1,2 cm / 4 : 0,3


 Biru : 3,3 cm / 4 : 0,825

Spidol merah :

 Kuning : 0,5 cm / 4 : 0,25


 Pink : 4 cm / 4 : 1

b. Fase gerak etanol 4 ml : kloroform 1 ml (4:1)

Spidol biru : -

Spidol hitam :

 Merah : 2 cm / 4 : 0,5
 Biru : 3,5 cm / 4 : 0,875

Spidol merah :

 Merah : 2 cm / 4 : 0,5
 Kuning : 3,7 cm / 4 : 0,925
 Pink : 4 cm / 4 : 1

C. Fase gerak etanol 1 ml : kloroform 4 ml (1:4)

Spidol biru : -

Spidol hitam :

 Ungu : 0,2 cm / 4 : 0,05

Spidol merah : -

Anda mungkin juga menyukai