Disusun oleh :
Auria Latiefa 11980
Bagus Rahardian 11988
Elsa Aprilia Christanti 12059
Evi Desyani 12073
jarak komponen
Nilai Rf :
jarak pelarut
Bahan :
1. Aquadest
2. Butanol
3. Aseton
4. Kertas whatmann no1
5. Pewarna makanan (tartrazine 100 ppm, eritrosine 100ppm)
6. Sampel pewarna makanan : jingga dan merah
7. Aquadest
8. Plastik wrap
V. DATA PENGAMATAN
a. Warna Sekunder (Jingga)
• Kuning : 0,8 cm
• Pink : 6,3 cm
b. Warna Standar
• Kuning : 1 cm
• Merah : 5,9 cm
c. Jarak pelarut : 7 cm
VI. PERHITUNGAN
jarak komponen
Nilai Rf :
jarak pelarut
Nilai Rf Jingga
0,8
Kuning =
7
= 0,114 cm
6,3
Pink =
7
= 0,900 cm
Nilai Rf Kuning
1
= 0,143 cm
7
Nilai Rf Merah
5,9
= 0,843
7
VII. PEMBAHASAN
Fasa diam yang biasa digunakan dalam kromatografi adalah silika gel (SiO2). Pada
permukaan silika gel terdapat atom-atom oksigen yang terikat pada proton (gugus
hidroksil) sehingga permukaannya sangat polar. Akibatnya analit organik yang polar akan
berikatan dengan kuat pada permukaan silika gel, dan analit nonpolar berikatan lemah.
Molekul polar dapat berikatan dengan silika gel melalui ikatan hidrogen dan interaksi
dipol- dipol.
Fasa gerak yang digunakan pada kromatografi yang memakai silika gel sebagai fasa
diam adalah suatu pelarut organik atau campuran beberapa pelarut organik. Saat fasa
gerak melalui permukaan silika gel, fasa gerak akan membawa analit organik melalui
partikel-partikel pada fasa diam. Kuatnya ikatan analit dengan permukaan silika gel
ditentukan oleh kepolaran pelarut. Jika pelarut yang digunakan sangat polar pelarut akan
berinteraksi kuat dengan permukaan silika gel, sehingga analit hanya akan sedikit terikat
pada permukaan silika gel dan akan cepat melewati fasa diam dan keluar dari kolom
tanpa pemisahan. Begitu juga gugus polar pelarut akan berinteraksi kuat dengan gugus
kuat analit, sehingga analit tidan berinteraksi dengan silika gel dan cepat melewati fasa
diam.
Tujuan & aplikasi KLT Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu cara
memisahkan senyawa. Pada KLT, digunakan suatu material adsorben pada pelat kaca,
plastik, ataupun aluminium tipis sebagai fasa diamnya, dan fasa gerak atau eluen yang
digunakan adalah campuran beberapa pelarut organik. Metode KLT digunakan karena
mudah dan cepat untuk menguji kemurnian suatu senyawa organik.
Pada KLT, fasa diam yang digunakan adalah pelat tipis, dan pada kromatografi
kolom digunakan silika gel sebagai fasa diam. Fasa gerak yang digunakan pada keduanya
adalah pelarut organik. Semakin besar polaritas suatu zat, semakin sulit ia terbawa pelarut
karena ikatannya yang kuat dengan fasa diam. Kebalikannya, semakin nonpolar suatu zat,
semakin mudah ia terbawa pelarut
Dari hasil isolasi pewarna jingga, didapat 2 noda beda yang berwarna kuning dan
merah muda. Dari hasil penghitungan, Rf warna merah muda adalah 0,900 dan Rf warna
kuning 0,114. Dari hasil perhitungan yang dihasilkan dari warna jingga terbukti bahwa
yang paling nonpolar dan warna kuning dari warna jingga yang paling polar. Karena
semakin besar Rf, semakin nonpolarlah suatu senyawa.
Dari hasil pemisahan zat pewarna kuning dan Merah, warna yang didapat berturut-
turut adalah warna kuning dan warna merah muda. Dari hasil perhitungan Rf, didapat
bahwa Rf warna kuning adalah 0,143 dan Rf warna merah muda adalah 0,842.
Berdasarkan Rf yang didapat, warna kuning lebih polar dari warna merah muda karena
Rf-nya yang lebih kecil.
VIII. KESIMPULAN
Diperkirakan dari sampel yang dianalisa mengandung pewarna tartrazine, hal ini
dikarenakan selisih nilai Rf sampel dengan nilai Rf pewarna sekunder tidak lebih dari
0.05 (0,143-0,114 : 0,029)
Diperkirakandari sampel yang dianalisa mengandung pewarna eritrosin, hal ini
dikarenakan selisih nilai Rf sampel dengan nilai Rf pewarna sekunder tidak lebih dari
0,05 (0,900-0,843 : 0,057)
IX. REFERENSI
https://www.academia.edu/12295418/
Laporan_Kimia_Organik_4_Kromatografi_Kolom_and_Kromatografi_Lapis_Tipis_Isolasi_
Kurkumin_dan_Pemisahan_Zat_Pewarna_Makanan
https://www.academia.edu/9198570/
KROMATOGRAFI_KOLOM_and_KROMATOGRAFI_LAPIS_TIPIS_ISOLASI_KURKU
MIN_DARI_KUNYIT_Curcuma_longa_L_DAN_PEMISAHAN_ZAT_PEWARNA_MAK
ANAN
https://www.researchgate.net/publication/
346474485_LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_KROMATOGRAFI_LAPIS_TIPIS
https://repository.unmul.ac.id/bitstream/handle/123456789/6733/3.%20Kromatografi
%20lapis%20tipis%20%3B%20metode%20sederhana%20dalam%20analisis%20kimia
%20tumbuhan%20berkayu.pdf?sequence=1&isAllowed=y
X. PENGESAHAN
Mengetahui, Temanggung, 26 Februari 2023
Guru Pembimbing Praktikan
Bahan :
a. Benang wol bebas lemak
b. Asam asetat glasial
c. Amonia
d. Petroleum eter
e. Kertas saring
f. Sampel minuman berwarna
g. Aquadest
V. DATA PENGAMATAN
VI. PEMBAHASAN
Pada persiapan sampel kali ini digunakan bulu domba sebagai pengikat zat warna
pada sampel. Pada persiapannya bulu domba direndam dalam petroleum eter untuk
menghilangkan lemak pada bulu domba. Agar zat warna sampel dapat diikat oleh bulu
domba maka pH larutan harus dalam suasana asam oleh karena itu pengecekan pH dan
penambahan asam asetat perlu dilakukan. Pemanasan dilakukan untuk mengurangi kadar
air larutan dan memperpekat larutan sehingga mudah terikat pada bulu domba. Pencucian
benang wol bertujuan menghilangkan kandungan lain pada minuman selain zat warna.
Penambahan larutan ammonia encer bertujuan membuat suasana basa karena zat warna
yang terikat pada bulu domba akan luntur pada suasana basa, pemanasan bertujuan untuk
mempercepat proses dan memperpekat larutan zat warna yang dihasilkan.
VII. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini diperoleh larutan zat warna pada sampel berwarna biru sebanyak
± 10 ml.
VIII. REFERENSI
https://www.academia.edu/20338824/
IDENTIFIKASI_PEWARNA_MAKANAN_DAN_MINUMAN_METODE_KROMATOGRAFI
IX. PENGESAHAN
Mengetahui, Temanggung, 26 Februari 2023
Guru Pembimbing Praktikan
dan minuman. Dimana banyak jenis produk olahan tersebut memiliki berbagai macam
variasi yang menarik mulai dari bentuk, rasa dan warnanya. Hal ini sangat berbeda
dengan masyarakat pada masa lalu, dimana pengolahan makanan dan minuman di
lakukan dengan menggunakan alat yang sangat sederhana.
Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk menentukan kualitas makanan dan
minuman antara lain; warna dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam
makanan dan minuman. Oleh karena itu, warna menimbulkan banyak pengaruh terhadap
konsumen dalam memilih suatu produk makanan dan minuman sehingga produsen
makanan sering menambahkan pewarna dalam produk olahannya (deMan, 1997).
Ada dua jenis zat warna yang biasa digunakan dalam pengolahan pangan, yaitu
pewarna alami dan sintetis. Semua zat pewarna alami dapat digunakan dalam pengolahan
pangan, tetapi tidak begitu dengan pewarna sintetis. Pewarna sintetis yang biasa
digunakan dalam pengolahan pangan biasa disebut dengan Food Colour.
A. Rhodamin B
Rhodamin B adalah salah satu pewarna sintetik yang tidak boleh dipergunaan
untuk makanan. Rhodamin B memiliki rumus molekul C28H31N2O3Cl, dengan
berat molekul sebesar 479.000. Rhodamin B berbentuk kristal hijau atau serbuk-
unggu kemerah-merahan, sangat mudah larut dalam air yang akan menghasilkan
warna merah kebiru-biruan dan berflourensi kuat. Larut dalam air, alkohol, HCl
dan NaOH. Rhodamin B ini biasanya dipakai dalam pewarnaan kertas, di dalam
laboratorium digunakan sebagai pereaksi untuk identifikasi Pb, Bi, Co, Au, Mg,
dan Th.
B. Metanil Yellow
Metanil Yellow juga merupakan salah satu zat pewarna yang tidak diizinkan
untuk ditambahkan ke dalam bahan makanan. Metanil Yellow digunakan sebagai
pewarna untuk produk-produk tekstil (pakaian), cat kayu, dan cat lukis. Metanil
juga biasa dijadikan indikator reaksi netralisasi asam basa.
Metode kromatografi yang dilakukan adalah pemeriksaan larutan uji dan larutan
pembanding yang ditotolkan pada lempeng dengan menggunakan teknik Kromatografi
Lapis Tipis (KLT). Menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979) Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) umumnya lebih berguna untuk uji identifikasi karena cara ini khas dan
mudah dilakukan untuk zat dengan jumlah sedikit. Kromatografi merupakan metode yang
umum dilakukan sebagai pemeriksaan awal suatu senyawa atau zat serta memberikan
resolusi yang kurang baik dan kadang-kadang bercak atau noda tidak terbentuk dengan
baik. Metode kromatografi tidak sebaik metode spektrofotometri yang memiliki tingkat
keakuratan yang tinggi
Bahan
a. Sampel (Big Cola Blueberry)
b. Aquades
c. Butanol
d. Aseton
V. DATA PENGAMATAN
Jarak pelarut : 6,2 cm
Jarak pigmen :
Standar : 2,5 cm
Sampel : 3,5 cm
VI. PERHITUNGAN
jarak komponen
Nilai Rf :
jarak pelarut
2,5
Nilai rf standar =
6,2
= 0,403
3,5
Nilai rf sampel =
6,2
= 0,564
VII. PEMBAHASAN
Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada lapisan tipis lebih baik
dikerjakan dengan pereaksi lokasi kimia dan reaksi-reaksi warna. Tetapi lazimnya untuk
identifikasi menggunakan harga Rf (Sastrohamidjojo, 1991). Derajat retensi pada
kromatografi lempeng biasanya dinyatakan sebagai faktor retensi, Rf:
jarak komponen
Nilai Rf :
jarak pelarut
Diperoleh nilai Rf untuk pembanding yaitu 0,403 sedangkan untuk sampel yaitu
0,564. Hasil yang diperoleh telah memenuhi syarat yaitu selisih nilai Rf antara baku
pembanding dan sampel yaitu lebih dari 0,05 (0,564 - 0,403 = 0,161). Sampel
diperkirakan tidak mengandung pewarna brilliant blue sehingga aman untuk dikonsumsi.
VIII. KESIMPULAN
Diperkirakan pada sampel yang dianalisa tidak mengandung pewarna brilliant blue, hal
ini disebabkan karena selisih nilai rf dengan nilai rf pewarna pembanding (brilliant blue)
lebih dari 0,05
IX. REFERENSI
Jobsheet
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3017/1/RINI%20ASTUTI%20NUR%20RIDWAN.pdf
https://www.studocu.com/id/document/universitas-agung-podomoro/akuntansi/
kromatografilapistipis/26141163
X. PENGESAHAN
Mengetahui, Temanggung, 26 Februari 2023
Guru Pembimbing Praktikan
3. Elusi sampel
a. Bubur sampel dituang dalam kolom
b. Elusi dengan penambahan PE 20 ml
c. Elusi dengan penambahan aseton 20 ml
d. Elusi dengan penambahan etanol 20 ml : Aquadest 10 ml
V. DATA PENGAMATAN
a. Elusi pertama dengan penambahan PE 20 ml menghasilkan warna bening (tidak
berwarna)
b. Elusi kedua dengan penambahan aseton 20 ml menghasilkan warna hijau ± 5 ml
c. Elusi ketiga dengan penambahan etanol 20 ml dan Aquadest 10 ml menghasilkan warna
bening ± 10 ml
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum pemisahan zat warna ini kami menggunakan metode kromatografi
kolom. Kromatografi kolom merupakan salah satu dari kromatografi partisi yang
digunakan luas karena sangat efisien untuk pemisahan senyawa organic(Takeuchi,2009).
Kromatografi kolom sering kali digunakan untuk memurnikan senyawa di laboratorium.
Kromatografi kolom bekerja berdasarkan skala yang lebih besar menggunakan material
terpadatkan pada sebuah kolom gelas vertikal. Kromatografi kolom merupakan teknik
pemisahan berdasarkan pada perbedaan daya adsorpsi suatu adsorben tertentu terhadap
suatu senyawa baik pengotor maupun senyawa hasil isolasi. Prinsip dari kromatografi
kolom ini adalah adsorpsi (Takeuchi, 2010).Cara kerja kromatografi ini yaitu : Kolomnya
(tabung gelas) diisi dengan bahan seperti alumina, silika gel atau pati yang dicampur
dengan adsorben, dan diisikan ke dalam kolom. Larutan sampel kemudian diisikan ke
dalam kolom dari atas sehingga sampel diasorbsi oleh adsorben. Kemudian pelarut (fasa
gerak; pembawa) ditambahkan tetes demi tetes dari atas kolom. Partisi zat terlarut
berlangsung di pelarut yang turun ke bawah (fasa gerak) dan pelarut yang teradsorbsi oleh
adsorben (fasa diam). Selama perjalanan turun, zat terlarut akan mengalami proses
adsorpsi dan partisi berulang-ulang. Laju penurunan berbeda untuk masing-masing zat
terlarut dan bergantung pada koefisien partisi masing-masing zat terlarut. Akhirnya, zat
terlarut akan terpisahkan membentuk beberapa lapisan. Akhirnya, masing-masing lapisan
dielusi dengan pelarut yang cocok untuk memberikan spesimen murninya.
Sampel yang berupa daun bayam yang terlebih dahulu dicampur dan dilarutkan
dengan pelarut yaitu etanol, karena fase geraknya berupa etanol dan etanol merupakan
pelarut non polar. Kolom yang digunakan adalah buret, dalam mempersiapkan kolom hal
pertama yang dilakukan adalah memasang penahan pada kolom, penahan yang
dipergunakan adalah glass wool dan kapas, hal ini dilakukan karena glas wool dan kapas
memiliki kemampuan menyaring dan menahan penyerap. Proses memasukkan glas wool
kedalam corong pisah dilakukan dengan menggunakan pinset, karena selain dapat
menyebabkan gatal pada tangan, glas wool juga berbahaya jika terhirup. Jumlah glas wool
yang ditambahkan secukupnya dan glas wool yang sudah masuk dalam kolom tidak boleh
dipadatkan begitu pula dengan kapas.
Penyerap yaitu silica gel dimasukkan dalam kolom kira-kira hingga 7 cm dalam
buret. Proses memasukkan penyerap ini dilakukan dengan menggunakan corong.
Selanjutnya dilakukan proses pencucian sekaligus berfungsi untuk menjenuhkan fasa diam
dengan fasa gerak, hal ini dilakukan agar proses elusi nantinya menjadi lebih cepat.
Kemudian dimasukkan atau ditambahkan kembali fasa gerak yaitu etanol hingga 1 cm di
atas permukaan fasa diam. Proses penambahan fase gerak dilakukan sebaik mungkin dan
homogen serta hindari terdapatnya gelembung udara, karena gelembung udara dapat
menyebabkan putusnya penyerap dalam kolom.
Sampel dimasukkan ke dalam kolom dan kran dibuka bersamaan dengan
dihidupkannya stopwatch untuk mengetahui waktu yang diperlukan setiap komponen
untuk terelusi sempurna. Setiap fase gerak sudah hampir 1 cm di atas permukaan fasa diam
ditambahkan lagi fasa geraknya. Pelarut yang ditambahkan akan turun perlahan kebagian
penyerap dan membentuk pita-pita warna sesuai dengan jenis zat warna yang terkandung
dalam contoh. Pelarut tersebut akan turun dan keluar dengan membawa zat pewarna yang
terlarut tersebut. Pelarut etanol merupakan fasa geraknya yang bersifat non polar dan fasa
diamnya yaitu silica gel bersifat polar. Senyawa atau sampel yang bersifat polar akan
tertarik pada fasa diam polar melalui ikatan hydrogen atau tarikan dipol-dipol. Akibatnya
senyawa bergerak sangat lambat. Sedangkan senyawa-senyawa non polar akan keluar dari
kolom pertama kali karena senyawa senyawa-senyawa ini bergerak lebih cepat dibanding
senyawa polar karena mengikuti fasa geraknya yang bersifat non polar. Biasanya proses
kromatografi diawali dengan pelarut kurang polar terlebih dahulu untuk mengeluarkan
senyawa-senyawa non polar, kemudian disusul dengan pelarut-pelarut lebih polar untuk
memisahkan dan mendorong senyawa-senyawa polar.
Pada percobaan kromatografi kolom, fase diamnya adalah silica gel dan fase
geraknya adalah hasil impregnasi antara ekstrak dan silica gel. Langkah pertama yang
kami lakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Di dalam kolom
kromatografi yang telah di bersihkan dimasukkan kapas bebas lemak. Kemudian
dimasukkan silika gel dan pasir selanjutnya dimasukkan sampel daun bayam yang sudah
dihaluskan serta sudah ditambahkan metanol dan petroleum eter. Larutan 1-PE 20 ml
kemudian dibuka keran kolomnya dan di biarkan cairan dalam kolom akan turun
membawa komponen-komponen campurannya. Proses ini di teruskan hingga semua
komponen keluar dari kolom dan di tampung di tempat yang berbeda. Dan setelah
ditunggu beberapa menit didapat fraksi2 nya. Yaitu, fraksi pertama berwarna ungu bening
dengan penambahan PE 20 ml, yang kedua berwarna hijau dengan penambahan aseton 20
ml, sedangkan fraksi yang ke 3 berwarna bening/tidak berwarna dengan penambahan
etanol 20 ml dan Aquadest 10 ml.
Pada fraksi pertama tidak menghasilkan warna diduga karena pelarut yang
digunakan adalah non polar tetapi komponen yang dikandung bersifat lebih polar sehingga
warna belum muncul. Fraksi kedua warna yang dihasilkan berwarna hijau hal ini mungkin
dipicu oleh penambahan aseton yang bersifat semi polar yang dapat memunculkan sedikit
warna yang dikandung komponen. Sedangkan fraksi ketiga hasil kembali tidak berwarna
saat penambahan etanol, ini disebabkan karena etanol bersifat polar dan warna yang
dikandung telah habis turun oleh pelarut semi polar sehingga warna tidak muncul lagi.
VII. KESIMPULAN
Pada praktikum ini diperoleh hasil warna hijau ± 5 ml pada elusi kedua, sedangkan pada
elusi pertama dan ketiga tidak menghasilkan larutan berwarna.
VIII. REFERENSI
https://www.scribd.com/document/347643608/Laporan-praktikum-kromatografi-kolom
IX. PENGESAHAN
Mengetahui, Temanggung, 26 Februari 2023
Guru Pembimbing Praktikan