Disusun oleh:
Kelas : 3KA
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat:
Melakukan analisa sampel (zat warna) secara kromatografi lapis tipis
Fenomena lain adalah terbentuknya lengkungan pada salah satu sisi pita.
Hal ini dapat terjadi bila ada ketidakteraturan pada permukaan adsorben atau
terdapat gelembung udara pada kolom.
.
distance travelled by distance travelled by
= 0,34
Istilah kromatografi berasal dari bahasa Latin chroma berarti warna dan
graphien berarti menulis.Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh
Michael Tswest (1903) seorang ahli botani dari Rusia. Michael Tswest dalam
percobaannya ia berhasil memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen warna lain
dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium karbonat
(CaCO3) yang diisikan ke dalam kaca dan petroleum eter sebagai pelarut.
Proses pemisahan itu diawali dengan menempatkan larutan cuplikan pada
permukaan atas kalsium karbonat (CaCO3), kemudian dialirkan pelarut
petroleum eter. Hasilnya berupa pita-pita berwarna yang terlihat sepanjang
kolom sebagai hasil pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak tumbuhan.
Dalam teknik kromatografi, sampel yang merupakan campuran dari berbagai
macam komponen ditempatkan dalam situasi dinamis dalam sistem yang terdiri
dari fase diam dan fase gerak. Semua pemisahan pada kromatografi tergantung
pada gerakan relatif dari masing-masing komponen diantara kedua fase
tersebut. Senyawa atau komponen yang tertahan lebih lemah oleh fase diam
akan bergerak lebih cepat daripada komponen yang satu dengan lainnya
disebabakan oleh perbedaan dalam adsorbsi, partisi, kelarputan atau penguapan
diantara kedua fase.
Kromatografi lapis tipis mirip dengan kromatogafi lapis tipis (KLT).
Bedanya lapis tipis (KLT) digantikan lembaran kaca atau plastik yang dilapisi
dengan lapisan tipis adsorben seperti alumina, silika gel, selulosa atau materi
lainnya. Kromatografi lapis tipis bersifat boleh ulang (reprodusibel) dari pada
kromatografi lapis tipis (KLT).
Adsorben yang digunakan pada kromatogrfai lapis tipis biasanya terdiri
dari silika gel atau alumina dapat langsung atau dicampur dengan bahan
perekat misalnya kalsium sulfat untuk disalutkan pada pelat. Pada
pemisahannya, fase bergerak akan membawa komponen campuran sepanjang
fase diam pada pelat sehingga terbentuk kromatogram. Pemisahan yang terjadi
berdasarkan adsorbsi dan partisi. Teknik kerja KLT prinsipnya hampir sama
dengan komatografi lapis tipis (KLT).
Penentuan harga Rf pada KLT sama dengan pada kromatografi lapis
tipis (KLT). Harga Rf dapatdigunakan untuk identifikasi kualitatif. Untuk
tujuan penentuan kadar, bercak komponen dapat dikerok lalu dilarutkan dalam
pelarut yang sesuai untuk dianalisa dengan metode lain yang tepat. Aplikasi
KLT sangat luas, termasuk dalam bidang organik dan anorganik. Kebanyakan
senyawa yang dapat dipisahkan bersifat hidrofob seperti lipida dan hidrokarbon
dimana sukar bila dikerjakan dengan kromatografi lapis tipis (KLT). KLT juga
penting untuk pemeriksaan identitas dan kemurnian senyawa obat, kosmetika,
tinta, formulasi pewarna dan bahan makanan.
Kromatografi dapat digolongkan berdasarkan pada jenis fase-fase yang
digunakan.Kromatografi juga dapat digolongkan atas prinsipnya, misalnya
kromatografi partisi (Partition chromatography) dan kromatografi serapan
(Adsorption chromatography).Sedangkan menurut teknik kerja yang
digunakan, misalnya kromatografi kolom, kromatografi lapis tipis (KLT),
kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi gas.
Dalam proses kromatografi selalu terdapat kecenderungan yaitu:
a. Kecenderungan molekul-molekul komponen untuk melarut dalam cairan
b. Kecenderungan molekul-molekul komponen untuk melekat pada
permukaan padatan
halus (adsorpsi penyerapan)
c. Kecenderungan komponen-komponen untuk bereaksi secara kimia
(penukar ion)
d. Kecenderungan molekul-molekul terekslusi pada pori-pori fase diam.
Faktor reterdasi (Rf ), merupakan parameter kharakteristik kromatografi lapis
tipis (KLT) dan kromatografi lapis tipis. Harga Rf merupakan ukuran
kecepatan migrasi suatu komponen pada kromatogram dan pada kondisi tetap
merupakan besaran kharakteristik dan reproduksibel. Rf didefenisiskan sebagai
perbandingan jarak yang ditempuh komponen terhadap jarak yang ditempuh
pelarut (fase bergerak).
Hubungan ini berlaku jika Kd dan penampang lintang tidak tetap sepanjang
lintasan zat terlarut.
Pemilihan pelarut tergantung dari campuran sampel yang diteliti. Pelarut yang
cocok untuk pemisahan merupakan campuran dua pelarut, sehingga nilai Rf
senyawa-senyawa dalam campuran sampel tersebar di sepanjang lapis tipis
(KLT). Nilai pH pelarut juga harus diperhatikan, karena banyak pelarut yang
mengandung asam asetat atau ammonia yang menghasilkan lingkungan yang
sangat asam atau sangat basa.
Keuntungan pemisahan dengan metode kromatografi dibandingkan pemisahan
metode lainnya yaitu:
a. Dapat digunakan pada sampel atau konstituen yang sangat kecil (semi mikro
dan
mikro)
b. Cukup selektif terutama untuk senyawa-senyawa organic multi komponen
c. Proses pemisahan dalat dilakukan dalam waktu yang relative singkat
d. Seringkali murah dan sederhana, karena umumnya tidak memerlukan alat
yang mahal
dan rumit.
Untuk tujuan identifikasi, noda-noda sering dikarakterisasikan
berdasarkan nilai Rfnya. Nilai Rf adalah rasio jarak yang dipindahkan oleh
suatu zat terlarut terhadap jarak yang dipindahkan oleh garis depan pelarut
selama waktu yang sama. Nilai Rf yang identik untuk suatu senyawa yang
diketahui dan yang tidak diketahui dengan menggunakan beberapa system
pelarut berbeda memberikan bukti yang kuat bah bahwa nilai untuk kedua
senyawa tersebut adalah identic, terutama jika senyawa tersebut dijalankan
secara berdampingan di sepanjang pita lapis tipis (KLT) yang sama.
Beberapa kelebihan dari KLT yaitu sebagai berikut :
1. Waktu pemisahan lebih cepat
2. Sensitif, artinya meskipun jumlah cuplikan sedikit masih dapat dideteksi.
3. Daya resolusinya tinggi, sehingga pemisahan lebih sempurna.
Pemilihan sistem pelarut dan komposisi lapisan tipis ditentukan oleh prinsip
kromatografi yang akan digunakan. Untuk meneteskan sampel yang akan
dipisahkan digunakan suatu penyuntik berukuran mikro. Sampel harus
nonpolar dan mudah menguap. Kolom-kolom dalam pelat dapat diciptakan
dengan mengorek lapisan vertikal searah gerakan pelarut. Resolusi KLT jauh
lebih tinggi daripada kromatografi lapis tipis (KLT) karena laju difusi yang luar
biasa kecilnya pada lapisan pengadsorbsi. Semua teknik yang dipakai
krometografi lapis tipis (KLT) juga dapat digunakan untuk kromatografi lapis
tipis.
Nilai Rf dipengaruhi oleh ketebalan lapisan, sebagian besar prosedur
pemisahan untuk analisis kualitatif menggunkan ketebalan lapisan 250 µm dan
untuk anlisis preparatif digunakan ketebalan sampai 5 mm. Kadang-kadang
digunakan kalsium sulfat sebagai adsorben untuk mengikat lapisan pada
lempeng. Silika gel adalah bahan yang paling banayak digunakan untuk
pemisahan sejumlah besar senyawa. Hal yang harus diperhatikan adalah
atmosfer ruang pemisahan harus jenuh dengan pelarut, karena menentukan
besar kecilnya nilai Rf. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan wadah
sekecil mungkin dan menghubungkan dinding dengan lapis tipis (KLT) yang
terendam dalam pelarut.
Teknik pemisahan dalam kromatografi ada dua macam, yaitu :
1. Descending-chromatografy adalah yang berdasarkan cairan pengelusi
yang dibiarkan bergerak menuruni lapis tipis (KLT) akibat gaya
gravitasi.
2. Ascending-chromatografy yaitu pemisahan yang berdasarkan cairan
pengelusi bergerak ke atas dengan gaya kapiler.
a. Percobaan 1
1. Pink es doger (pewarna makanan)
Soft Pink
7,6 𝑐𝑚
Rf =
7,8 𝑐𝑚
Rf = 0,9743
Pink tua
7,7 𝑐𝑚
Rf =
7,8 𝑐𝑚
Rf = 0,9871
Pada percobaan kali ini kami menggunakan pelat TLC yang telah
dilapiskan oleh kapur, tujuan dari kapur ini ialah agar dapat mudah menyerap
komponen warna yang digunakan. Selain pelat TLC, kami juga menggunakan
alat sinar ultraviolet yang berguna untuk membantu peneliti untuk meneliti dan
melihat komponen warna yang terbentuk dari suatu cuplikan zat warna. Selain
dari melihat kompenen dari zat warna yang terbentuk, dengan bantuan alat sinar
uv kita juga dapat melihat jarak komponen yang ditempuh dari suatu pelarut.
Pelarut yang digunakan yaitu ethanol 100% dan ethanol 50% dan jarak yang
ditempuh komponen dari jarak yang dilalui oleh pelarut, maka kita akan
mengetahui nilai Rf yaitu ukuran kecepatan migrasi suatu komponen pada
kromatografi. Semakin besar angka atau nilai Rf maka semakin polar pula suatu
komponen warna. Pada kromatografi lapis tipis terdapat dua fase yaittu fase
gerak dan fase diam. Fase geraknya adalah ethanol dan fase diamnya adalah
pelat silika.
Sampel yang digunakan yaitu sampel warna es doger, coklat pasta, merah
tinta, biru tinta dan kuning tinta printer. Pada cuplikan yang menggunakian
pelarut ethanol 50% hanya warna es doger yang mempunyai komponen warna
lain, sedangkan empat warna lainnya tidak ada, hal ini di sebabkan karena
pelarut yang hanya memiliki konsentrasi 50% sehingga sifat kepolarannya
berbeda dan belum mampu memisahkan komponen warna secara maksimal.
IX. KESIMPULAN
1. Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu cara untuk memisahkan
atau menganalisa zat dalam jumlah kecil.
2. Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk menganalisa/menentukan
komponen zat warna dalam suatu cuplikan berdasarkan tingkat kepolaran
cuplikan itu sendiri
3. Semakin besar jarak komponen maka Rf didapat semakin besar yang
menunjukkan bahwa tingkat kepolaran zat tersebut semakin besar
4. KLT dapat memisahkan komponen warna yang terkandung dalam
berbagai sampel, karena sifat sensitifnya maka dapat menguraikan warna
bermacam-macam dari 1 sampel
5. Pada pecobaan TLC ini fase geraknya adalah ethanol dan fase diamnya
adalah silica.
6. Dalam suatu sampel terdapat lebih dari satu warna/satu komponen warna.
X. DAFTAR PUSTAKA
Polsri, 2017. Penuntun praktikum kimia analitik instrument . Palembang :
jurusan teknik kimia.