Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
2
DAFTAR ISI
DARTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................9
3.2 Saran..............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10
3
BAB I
PENDAHULUAN
Ada banyak teknik pemisahan tetapi kromatografi merupakan teknik paling banyak
digunakan. Kromatografi sangat diperlukan dalam kefarmasian dalam memisahkan suatu
campuran senyawa. Kromatografi merupakan metode pemisahan yang sederhana. Dalam
kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase. Salah satu fase adalah fase
diam.
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Kromatografi Lapis Tipis Yaitu kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau
alumunium yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk lainnya.
Kromatografi lapis tipis pada umumnya dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan
dengan kromatografi.kromatografi lapis tipis adalah suatu yang digunakan untuk memisahkan
campuran yang tidak volatil. Kromatografi lapisan tipis dilakukan pada selembar kaca,
plastik yang dilapisi dengan adsorben, silika gel, aluminium oksida, atau selulosa.
Kromatografi lapisan tipis dapat digunakan untuk memonitor pergerakan reaksi,
mengidentifikasi senyawa yang terdapat di dalam campuran, dan menentukan kemurnian
bahan. Contoh penggunaan aplikasi ini antara lain: analisis seramida dan asam lemak, deteksi
pestisida dan insektisida dalam air dan makanan.Sejumlah pengayaan telah dilakukan
terhadap metode aslinya hingga otomasi tahapan yang berbeda, untuk meningkatkan resolusi
yang diperoleh menggunakan KLT dan memungkinkan untuk melakukan analisis kuantitatif
yang lebih akurat. Metode ini dikenal sebagai KLTKT, atau "KLT kinerja tinggi"
Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan senyawa secara cepat, dengan
menggunakan zat penjerap berupa serbuk halus yang dipaliskan serta rata pada lempeng kaca.
Lempeng yang dilapis, dapat dianggap sebagai “kolom kromatografi terbuka” dan pemisahan
dapat didasarkan pada penyerapan, pembagian atau gabungannya, tergantung dari jenis zat
penyerap dan cara pembuatan lapisan zat penyerap dan jenis pelarut. Kromatografi lapis tipis
dengan penyerap penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Harga Rf
yang diperoleh pada kromatografi lapis tipis tidak tetap, jika dibandingkan dengan yang
diperoleh pada kromatografi kertas. Oleh karena itu pada lempeng yang sama di samping
kromatogram zat yang di uji perlu dibuat kromatogram zat pembanding kimia, lebih baik
dengan kadar yang berbeda-beda .
5
2.2 Prinsip kerja Kromatografi Lapis Tipis
Cara Kerja :
a) Sampel ekstraksi dengan pelarut yang sesuai sehingga didapat zat – zat yang akan
dianalisa.
b) Siapkan chamber
c) Siapkan lempeng tipis kromatografi dengan cara diberi garis 2 cm dari bagian bawah
dan 10 – 12 cm dari bagian bawah.
d) Masukkan eluen ditambah sedikit air dan juga lempeng tipis kromatografi.
e) Tutup bejana dan biarkan selama 2 – 3 jam sampai terjadi kesetimbangan.
f) Tambahkan lagi eluen sampai kira-kira lempeng tipis dapat tercelup.
g) Dengan menggunakan pipa kapiler untuk kromatografi, sampel ditotolkan pada
lempeng tipis digaris bagian bawah.
h) Lempeng tipis tersebut kemudian digantungkan pada chamber dengan posisi bagian
bawahnya terendam pada eluen, kemudian dielusi sampai dengan mencapai garis
batas bagian atas .
i) Setelah dielusi, lempeng tipis tersebut dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan
hindarkan dari panas yang berlebihan zat warna akan timbul berupa bercak.
j) Tentukan titik tengah bercak.
k) Hitung harga Rf
6
2.4 Nilai RF
Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif. Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan
tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk memiliki jarak yang sama walaupun ukuran
jarak plat nya berbeda. Nilai perhitungan tersebut adalah nilai Rf, nilai ini digunakan sebagai
nilai perbandingan relatif antar sampel. Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu
komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi.]Nilai Rf
dapat dihitung dengan rumus berikut :
Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa
tersebut pada plat kromatografi lapis tipis. Saat membandingkan dua sampel yang berbeda di
bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut kurang
polar dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat kromatografi lapis tipis.
Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa. Bila identifikasi nilai
Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki karakteristik
yang sama atau mirip. Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda, senyawa tersebut dapat dikatakan
merupakan senyawa yang campuran berdasarkan perbedaan kecepatanperambatan komponen
dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara
dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak.Fase diam akan menahan komponen campuran
sedangkan fase gerak akanmelarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah
tertahan pada fasediam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase
gerak akanbergerak lebih cepat. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa
padatan,atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase
gerakmengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat
dalamcampuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda
Proseskromatografi juga digunakan dalam metode pemisahan komponen gula dari
komponennon gula dan abu dalam tetes menjadi fraksi-fraksi terpisah yang
diakibatkanolehperbedaan adsorpsi, difusi dan eksklusi komponen gula dan non gula tersebut
terhadap adsorbent dan eluent yang digunakan.
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau
aluminayang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel
silika(atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipisseringkali
juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinarultra violet.Fase
gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Fase diamlainnya yang biasa
digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium padapermukaan juga
memiliki gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silikakemudian digunakan serupa
untuk alumina.
7
Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada proses elusibagi
larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi antaraadsorbent dengan
eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Olehsebab itu pemisahan
komponen gula dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi oleh lajualir eluent dan jumlah
umpan. Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatanteradsorpsinya
Pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal iniyang banyak
digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika.Penggolongan ini
dikenal sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar,
dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar dari ikatannyadengan alumina (jel silika).
1. Butuh ketekunan dan kesabaran yang ekstra untuk mendapatkan bercak/noda yang
diharapkan.
2. Butuh sistem trial and eror untuk menentukan sistem eluen yang cocok.
3. Memerlukan waktu yang cukup lama jika dilakukan secara tidak tekun
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kromatografi Lapis Tipis Yaitu kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau
alumunium yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk lainnya.
Kromatografi lapis tipis pada umumnya dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan
dengan kromatografi.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya bias lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.
9
DAFTAR PUSTAKA
http://sectoranalyst.blogspot.com/2011/09/kromatografi-lapis-tipis.html
Dirjen POM, (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Stahl Egon, (1985), Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi, ITB, Bandung.
10