Anda di halaman 1dari 10

TUGAS INSTRUMENTASI

‘’ MAKALAH KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS ‘’


Dosen Pembimbing:

IBNU MUHARIAWAN RESTUAJI, M.Si

Oleh :

Syarifa Salma (30119049)

PRODI D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS SAINS, TEKNOLOGI DAN ANALISIS
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
TAHUN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Kediri,29 Desember 2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................2

DARTAR ISI............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 4


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kromatografi Lapis Tipis ...........................................................................5


2.2 Prinsip Kerja Kromatografi Lapis Tipis .......................................................................6
2.3 Cara Kerja Kromatogfari Lapis Tipis............................................................................6
2.4 Nilai RF.........................................................................................................................7
2.5 Kelebihan Dan Kekurangan Kromatografi Lapis Tipis.................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................9
3.2 Saran..............................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ada banyak teknik pemisahan tetapi kromatografi merupakan teknik paling banyak
digunakan. Kromatografi sangat diperlukan dalam kefarmasian dalam memisahkan suatu
campuran senyawa. Kromatografi merupakan metode pemisahan yang sederhana. Dalam
kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase. Salah satu fase adalah fase
diam.

Kromatografi mencakup berbagai proses yang berdasarkan pada perbedaan distribusi


dari penyusunan cuplikan antara dua fasa. Satu fasa tetap tinggal pada system dan dinamakan
fasa diam. Fasa lainnya dinamakan fasa gerak menyebabkan perbedaan migrasi dari
penyusun cuplikan. Prosedur kromatografi masih dapat digunakan, jika metode klasik tidak
dapat dilakukan karena jumlah cuplikan rendah, kompleksitas campuranyang hendak
dipisahkan atau sifat berkerabat zat yang dipisah

Kromatografi dibagi menjadi beberapa macam, tetapi pada praktikum Farmakognosi II


yang digunakan hanya 2 jenis kromatografi yaitu kromatografi kertas dan kromatografi lapis
tipis. Oleh karena itu, pada makalah ini hanya akan dijelaskan kedua kromatografi tersebut

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari kromatografi ?


2. Apa Prinsip Kromatografi Lapis Tipis?
3. Bagaimana Cara kerja Kromatografi Lapis Tipis?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dan cara kerja dari kromatografi.


2. Mengetahui prinsip KLT
3. Mengetahui cara kerja KLT
4. Mengetahui nilai RF

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi Lapis Tipis Yaitu kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau
alumunium yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk lainnya.
Kromatografi lapis tipis pada umumnya dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan
dengan kromatografi.kromatografi lapis tipis adalah suatu yang digunakan untuk memisahkan
campuran yang tidak volatil. Kromatografi lapisan tipis dilakukan pada selembar kaca,
plastik yang dilapisi dengan adsorben, silika gel, aluminium oksida, atau selulosa.
Kromatografi lapisan tipis dapat digunakan untuk memonitor pergerakan reaksi,
mengidentifikasi senyawa yang terdapat di dalam campuran, dan menentukan kemurnian
bahan. Contoh penggunaan aplikasi ini antara lain: analisis seramida dan asam lemak, deteksi
pestisida dan insektisida dalam air dan makanan.Sejumlah pengayaan telah dilakukan
terhadap metode aslinya hingga otomasi tahapan yang berbeda, untuk meningkatkan resolusi
yang diperoleh menggunakan KLT dan memungkinkan untuk melakukan analisis kuantitatif
yang lebih akurat. Metode ini dikenal sebagai KLTKT, atau "KLT kinerja tinggi"

Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan senyawa secara cepat, dengan
menggunakan zat penjerap berupa serbuk halus yang dipaliskan serta rata pada lempeng kaca.
Lempeng yang dilapis, dapat dianggap sebagai “kolom kromatografi terbuka” dan pemisahan
dapat didasarkan pada penyerapan, pembagian atau gabungannya, tergantung dari jenis zat
penyerap dan cara pembuatan lapisan zat penyerap dan jenis pelarut. Kromatografi lapis tipis
dengan penyerap penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Harga Rf
yang diperoleh pada kromatografi lapis tipis tidak tetap, jika dibandingkan dengan yang
diperoleh pada kromatografi kertas. Oleh karena itu pada lempeng yang sama di samping
kromatogram zat yang di uji perlu dibuat kromatogram zat pembanding kimia, lebih baik
dengan kadar yang berbeda-beda .

5
2.2 Prinsip kerja Kromatografi Lapis Tipis

Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel


dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat
silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau
campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen Semakin dekat kepolaran antara sampel
dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Untuk melakukan
kromatografi lapisan tipis, prosedur berikut harus dilakukan. Pemisahan senyawa terjadi
berdasarkan kompetisi pengikatan solut dan solven pada fasa diam. Misalnya, jika digunakan
silika gel fasa normal sebagai fasa diam, maka fasa diam bersifat polar. Jika dua senyawa
yang berbeda kepolarannya melintas, maka senyawa yang lebih polar akan memiliki interaksi
dengan silika gel lebih kuat daripada yang lainnya. Oleh karena itu, lebih mudah
menghilangkan fasa gerak dari tempat terikatnya. Sebagai konsekuensi, senyawa yang kurang
polar akan bergerak lebih tinggi pada pelat (menghasilkan nilai Rf yang lebih besar.

2.3 Cara Kerja Kromatografi Lapis Tipis

Cara Kerja :
a) Sampel ekstraksi dengan pelarut yang sesuai sehingga didapat zat – zat yang akan
dianalisa.
b) Siapkan chamber
c) Siapkan lempeng tipis kromatografi dengan cara diberi garis 2 cm dari bagian bawah
dan 10 – 12 cm dari bagian bawah.
d) Masukkan eluen ditambah sedikit air dan juga lempeng tipis kromatografi.
e) Tutup bejana dan biarkan selama 2 – 3 jam sampai terjadi kesetimbangan.
f) Tambahkan lagi eluen sampai kira-kira lempeng tipis dapat tercelup.
g) Dengan menggunakan pipa kapiler untuk kromatografi, sampel ditotolkan pada
lempeng tipis digaris bagian bawah.
h) Lempeng tipis tersebut kemudian digantungkan pada chamber dengan posisi bagian
bawahnya terendam pada eluen, kemudian dielusi sampai dengan mencapai garis
batas bagian atas .
i) Setelah dielusi, lempeng tipis tersebut dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan
hindarkan dari panas yang berlebihan zat warna akan timbul berupa bercak.
j) Tentukan titik tengah bercak.
k) Hitung harga Rf

6
2.4 Nilai RF

Rf = Jarak titik awal bercak – titik pusat bercak


Jarak titik awal eluen – garis akhir eluen

Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif. Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan
tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk memiliki jarak yang sama walaupun ukuran
jarak plat nya berbeda. Nilai perhitungan tersebut adalah nilai Rf, nilai ini digunakan sebagai
nilai perbandingan relatif antar sampel. Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu
komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi.]Nilai Rf
dapat dihitung dengan rumus berikut :

Rf = Jarak yang ditempuh substansi/Jarak yang ditempuh oleh pelarut

Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa
tersebut pada plat kromatografi lapis tipis. Saat membandingkan dua sampel yang berbeda di
bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut kurang
polar dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat kromatografi lapis tipis.

Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa. Bila identifikasi nilai
Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki karakteristik
yang sama atau mirip. Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda, senyawa tersebut dapat dikatakan
merupakan senyawa yang campuran berdasarkan perbedaan kecepatanperambatan komponen
dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara
dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak.Fase diam akan menahan komponen campuran
sedangkan fase gerak akanmelarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah
tertahan pada fasediam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase
gerak akanbergerak lebih cepat. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa
padatan,atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase
gerakmengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat
dalamcampuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda
Proseskromatografi juga digunakan dalam metode pemisahan komponen gula dari
komponennon gula dan abu dalam tetes menjadi fraksi-fraksi terpisah yang
diakibatkanolehperbedaan adsorpsi, difusi dan eksklusi komponen gula dan non gula tersebut
terhadap adsorbent dan eluent yang digunakan.

Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau
aluminayang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel
silika(atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipisseringkali
juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinarultra violet.Fase
gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Fase diamlainnya yang biasa
digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium padapermukaan juga
memiliki gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silikakemudian digunakan serupa
untuk alumina.

7
Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada proses elusibagi
larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi antaraadsorbent dengan
eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Olehsebab itu pemisahan
komponen gula dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi oleh lajualir eluent dan jumlah
umpan. Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatanteradsorpsinya

Pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal iniyang banyak
digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika.Penggolongan ini
dikenal sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar,
dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar dari ikatannyadengan alumina (jel silika).

2.5 Kelebihan Dan Kekurangan Kromatografi Lapis Tipis

 Kelebihan Kromatografi Lapis Tipis yaitu:

1. Kromatografi Lapis Tipis lebih banyak digunakan untuk tujuan analis


2. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi,
atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
3. Dapat dilakukan elusi secara mekanik (ascending), menurun (descending), atau dengan
cara elusi 2 dimensi.
4. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan
merupakan bercak yang tidak bergerak.
5. Hanya membutuhkan sedikit pelarut.
6. Biaya yang dibutuhkan terjangkau.
7. Jumlah perlengkapan sedikit.
8. Preparasi sample yang mudah.
9. Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang dengan
metode kertas tidak bisa (Gandjar dan Rohman, 2007).

 Kekurangan Kromatografi Lapis Tipis yaitu:

1. Butuh ketekunan dan kesabaran yang ekstra untuk mendapatkan bercak/noda yang
diharapkan.
2. Butuh sistem trial and eror untuk menentukan sistem eluen yang cocok.
3. Memerlukan waktu yang cukup lama jika dilakukan secara tidak tekun

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kromatografi Lapis Tipis Yaitu kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau
alumunium yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk lainnya.
Kromatografi lapis tipis pada umumnya dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan
dengan kromatografi.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya bias lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://sectoranalyst.blogspot.com/2011/09/kromatografi-lapis-tipis.html

Dirjen POM, (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Rohman, (2009), Kromatografi untuk Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta

Sastrohamidjojo Hardjono, (1985 ), Kromatografi, Edisi kedua, Liberty , Yogyakarta

Stahl Egon, (1985), Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi, ITB, Bandung.

10

Anda mungkin juga menyukai