DISUSUN OLEH :
FAKULTAS FARMASI
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kromatografi Lapis Tipis” ini
dengan baik. Sekiranya makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam proses belajar maupun mengajar.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki isi makalah ini agar kedepannya dapat
lebih baik lagi.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman dan pengetahuan
yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan seperti kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. 2
BAB 1 …………………………………………………………………………………... 4
1.2Tujuan………………………………………………………………………………. 5
BAB 2 …………………………………………………………………………………... 6
BAB 3 …………………………………………….…………………………………….. 9
Pembahasan …………………………………………………………………………….9
BAB 4 ………………………………………………………………………………….. 15
Kesimpulan ……………………………………………………………………………. 15
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
cepat, serta tidak membutuhkan biaya yang mahal dalam alat dan bahannya, dan
menggunakan sampel dengan kuantitas yang sangat kecil.
1.2 Tujuan
• Agar mahasiswa memahami tentang Kromatografi Lapis Tipis
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
kelembaban relative 45 – 75 % dapat mengikat air 7 – 20 %. (Tim dosen Kimia UGM
: 2013)
Ada berbagai cara penggolongan teknik kromatografi, pertama berdasarkan
perbedaan teknik pengerjaan dikenal kromatografi elusi, partisi dan pendesakan. Kedua
berdasarkan jenis fasa yang dipakai (mobil-stasioner) yaitu a) kromatografi gas-cair, b)
kromatografi gas padat, c) kromatografi cair-cair dan d) kromatografi cair-padat. Teori
dasar kromatografi pertama kali dikembangkan untuk kromatografi cair-cair oleh
Martin dan Synge. Metoda kromatografi planar meliputi kromatografi lapis tipis dan
kromatografi kertas. Setiap metode ini memerlukan lapis tipis materi berbentuk bidang
datar, yang dapat langsung dipakai untuk pemisahan atau harus dilapiskan di atas
lempeng kaca atau plastik atau logam. Fasa mobil bergerak melalui fasa stasioner
berdasarkan kerja kapiler kadang-kadang dibantu tarikan gravitasi. Kromatografi lapis
tipis dilakukan pada lempeng kaca yang dilapisi dengan selapis tipis partikel-partikel
halus. Lapis tipis ini berfungsi sebagai fasa stasioner. (Astin Lukum : 2006)
KLT merupakan cara analisis cepat yang memerlukan bahan sedikit, baik penyerap
maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa yang
hidrofobik seperti lemak dan karbohidrat. KLT dapat digunakan untuk menentukan
eluen pada analisis kromatografi kolom dan isolasi senyawa murni dalam skala kecil.
Pelarut yang dipilih untuk pengembang pada KLT disesuaikan dengan sifat kelarutan
senyawa yang dianalisis. Sebagai fase diam digunakan silika gel, karena tidak akan
bereaksi dengan senyawa atau pereaksi yang reakstif. (Adam Wiryawan : 2008)
Data yang diperoleh dari analisis dengan KLT adalah nilai Rf, nilai Rf berguna untuk
identifikasi suatu senyawa. Nilai Rf suatusenyawa dalam sampel dibandingkan dengan
nilai Rf dari senyawa murni. Nilai Rf didefinisikan sebagi perbandingan jarak yang
ditempuh oleh senyawa pada permukaan fase diam dibagi dengan jarak yang ditempuh
oleh pelarut sebagai fase gerak (Adam Wiryawan : 2008)
Beberapa keuntungan dari kromatografi lapisan tipis ini yaitu; kromatografi lapisan
tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis, identifikasi pemisahan komponen dapat
dilakukan dengan pereaksi warna, fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar
ultraviolet. Kemudian metode pemisahan senyawa yang cepat, mudah dan
7
menggunakan peralatan sederhana dalam menentukan kadar. Serta dapat digunakan
sampel yang sangat kecil (mikro). (Z.Abidin : 2011)
8
BAB 3
PEMBAHASAN
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu
sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran
Prinsip kerjanya adalah berdasarkan adsorpsi dan partisi, dimana sampel akan
berpisah berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang
digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase
geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Semakin dekat
kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase
gerak tersebut.
. Fase diamnya (Stationary Phase) berbentuk lapisan tipis yang melekat pada
gelas/kaca, plastic, alumunium. Sedangkan fase geraknya (Mobile phase) berupa cairan
atau campuran cairan, biasanya pelarut organik dan kadang – kadang juga air. Fase
diam yang berupa lapisan tipis ini dapat dibuat dengan membentangkan/meratakan fase
diam.
Fase diam (adsorben) contohnya silika gel (asam silikat), alumina (aluminium
oksida), kieslguhr (diatomeous earth), dan selulosa. Dari keempat jenis adsorben
tersebut, yang paling banyak dipakai ialah silika gel dan masing-masing terdiri dari
beberapa jenis yang mempunyai nama perdagangan bermacam-macam. Silika gel ini
menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan yang tergantung kepada cara
pembuatannya. Selain itu harus diingat bahwa penyerap yang berpengaruh nyata
terhadap daya pemisahnya.
Kromatogram adalah output visual yang diperoleh dari hasil pemisahan. Sebuah
garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut
dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di
lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan
menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram
dibentuk.
9
Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak
berada.
Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi
dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini,
dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh
pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.
Data yang diperoleh dari analisis dengan KLT adalah nilai Rf, nilai Rf berguna
untuk identifikasi suatu senyawa. Nilai Rf suatu senyawa dalam sampel dibandingkan
dengan nilai Rf dari senyawa murni. Nilai Rf didefinisikan sebagi perbandingan jarak
yang ditempuh oleh senyawa pada permukaan fase diam dibagi dengan jarak yang
ditempuh oleh pelarut sebagai fase gerak. Rumus menghitung RF adalah :
10
Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Lapis Tipis
Pada KLT, fasa diam berupa plat yang biasanya disi dengan silica gel. Sebuah
garis pensil digambar dekat bagian bawah fasa diam dan setetes larutan sampel
ditempatkan di atasnya. Sampel ditotol dengan bantuan pipa kapiler. Garis pada fasa
diam berguna untuk menunjukkan posisi asli sampel. Pembuatan garis harus
menggunakan pensil karena jika semua ini dilakukan dengan tinta, pewarna dari tinta
juga akan bergerak sebagai kromatogram berkembang. Ketika titik campuran kering,
fasa diam diletakkan berdiri dalam gelas tertutup yang telah berisi fasa gerak dengan
11
posisi fasa gerak di bawah garis. Digunakan gelas tertutup untuk memastikan bahwa
suasana dalam gelas jenuh dengan uap pelarut.
Diagram menunjukkan plat setelah pelarut telah bergerak sekitar setengah jalan.
Pelarut diperbolehkan untuk naik hingga hampir mencapai bagian atas plat yang akan
memberikan pemisahan maksimal dari komponen-komponen pewarna untuk kombinasi
tertentu dari pelarut dan fase diam.
Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada lapisan tipis lebih baik
dikerjakan dengan pereaksi kimia dan reaksi-reaksi warna. Untuk identifikasi
menggunakan harga Rf meskipun harga-harga Rf dalam lapisan tipis kurang tepat bila
dibandingkan pada kertas. Seperti halnya pada kertas harga Rf didefinisikan sebagai
berikut (Gritter et al, 1991):
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapisan tipis yang
juga mempengaruhi harga Rf adalah :
12
• Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap,pada prakteknya tebal lapisan tidak
dapat dilihat pengaruhnya, tetapi perlu diusahakan tebal lapisan yang rata.
Ketidakrataan akan menyebabkan aliran pelarut menjadi tak rata pula dalam
daerah yang kecil dari plat.
• Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase bergerak,kemurnian dari pelarut yang
digunakan sebagai fase bergerak dalam kromatografi lapisan tipis adalah sangat
penting dan bila campuran pelarut digunakan maka perbandingan yang dipakai
harus betul-betul diperhatikan.
• Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.
• Teknik percobaan,arah pelarut bergerak di atas plat. (Metoda aliran penaikan
yang hanya diperhatikan, karena cara ini yang paling umum meskipun teknik
aliran penurunan dan mendatar juga digunakan).
• Jumlah cuplikan yang digunakan,penetesan cuplikan dalam jumlah yang
berlebihan memberikan hasil penyebaran noda-noda dengan kemungkinan
terbentuknya ekor dan efek tak kesetimbangan lainnya, hingga akan
mengakibatkan kesalahan-kesalahan pada harga-harga Rf.
• Suhu.,pemisahan-pemisahan sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap, hal ini
terutama untuk mencegah perubahan-perubahan dalam komposisi pelarut yang
disebabkan oleh penguapan atau perubahan-perubahan fase.
• Kesetimbangan.,ternyata bahwa kesetimbangan dalam lapisan tipis lebih pen-
ting dalam kromatografi kertas, hingga perlu mengusahakan atmosfer dalam
bejana jenuh dengan uap pelarut. Suatu gejala bila atmosfer dalam bejana tidak
jenuh dengan uap pelarut, bila digunakan pelarut campuran, akan terjadi
pengembangan dengan permukaan pelarut yang berbentuk cekung dan fase
bergerak lebih cepat pada bagian tepi-tepi dan keadaan ini harus dicegah.
13
BAB 4
KESIMPULAN
• Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu
sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran
• KLT biasanya digunakan pada analisis kualitatif untuk untuk menentukan
jumlah komponen campuran, atau penentuan suatu zat. Sehingga KLT
merupakan teknik analisis yang cukup mudah dan praktis. HPTLC (High
Performance Thin-Layer Chromatography) digunakan untuk analisis secara
kuantitatif. HPTLC merupakan salah satu pengembangan KLT.
• Prinsip kerjanya adalah berdasarkan adsorpsi dan partisi, dimana sampel akan
berpisah berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang
digunakan
• Data yang diperoleh dari analisis dengan KLT adalah nilai Rf, nilai Rf berguna
untuk identifikasi suatu senyawa
• Cara mendeteksi bercak ada 2 yaitu menggunakan UV dan campuran zat kimia
tertentu.
14
DAFTAR PUSTAKA
• Fessenden R.J dan J.S Fessenden., 2003, Dasar-dasar kimia organik. Jakarta, Erlangga
• Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman., 2007,Kimia Farmasi Analisis, pustaka
pelajar, Yogyakarta
• Gritter, R, J., 1991, Pengantar Kromatografi Edisi II, Institut Teknologi Bandung,
Bandung
• Soebagio., 2002, Kimia Analitik, Universitas Negeri Makassar Fakultas MIPA,
Makassar.
15