Anda di halaman 1dari 4

Dasar teori

Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi
senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Kromatografi juga merupakan analisis cepat
yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. Kromatografi lapis
tipis dapat digunakan untuk pemisahan senyawa- senyawa yang bersifat hidrofobik seperti
lipida- lipida dan hidrokarbon yang sukar dijelaskan dengan kromatografi kertas (Kurniawan dan
Santosa, 2004).
Kromatografi lapis tipis merupakan cara cepat dan mudah untuk dapat melihat kemurnian
suatu sampel maupun karakterisasi sampel dengan menggunakan standar. Cara ini praktis untuk
analisis data skala kecil karena hanya memerlukan bahan yang sangat sedikit dan waktu yang di
butuhkan singkat. Kemurnian suatu senyawa bisa dilihat dari jumlah bercak yang terjadi pada
plat kromatografi lapis tipis atau pun jumlah puncak kromatogram kromatografi lapis tipis. Uji
kualitatif pada kromatografi lapis tipis dapat dilakukan dengan membandingkan waktu retensi
kromatogram sampel dengan kromatogram senyawa standar (Handayani,et al., 2005).
Metode pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan distribusi molekul-molekul
komponen diantara dua fase (fase gerak dan fase diam) yang kepolarannya berbeda. Apabila
molekul-molekul komponennya berinteraksi secara lemah dengan fase diam, maka komponen
tersebut akan bergerak lebih cepat meninggalkan fase diam. Keberhasilan pemisahan
kromatografi bergantung pada daya interaksi komponen-komponen campuran dengan fase diam
dan fase gerak (Hendayana, 2010)
Dibandingkan dengan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dan kromatografi gas
(KG), KLT mempunyai beberapa keuntungan yaitu:
1. KLT memberikan fleksibilitas yang lebih besar, dalam hal memilih fase gerak.
2. Beberapa macam tekhnik untuk optimasi pemisahan seperti gelombang 2 dimensi
pengembangan bertingkat, dan pembaceman penjerap dapat dilakukan pada KLT.
3. Proses kromatografi dapat diikuti dengan mudah dan dapat dihentikan kapan saja.
4. Semua komponen dalam sampel dapat dideteksi.
Bahan dan tekhnik kromatografi lapis tipis yaitu :
1. Penjerap atau pase diam, penjerap yang paling sering digunakan pada KLT adalah silika
dan serbuk selulosa. Sementara mekanisme sorpsi-desorpsi yang utama pada KLT adalah
partisi dan adsorbsi.
2. Pase gerak pada KLT, sistem yang paling sederhana adalah dengan menggunakan
campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah
diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal
3. Aplikasi (penotolan) sampel dapat dilakukan sebagai suatu bercak, pita, atau dalam
bentuk 219-209.
4. Pengembangan. Teknik pengembangan KLT dan KLT kinerja tinggi yaitu konvensional,
pengembangan 2 dimensi, dan pengembangan kontinyu.
5. Deteksi
(Rohman, 2009)
Penggunaan KLT, KLT digunakan secara luas untuk analisis solut-solut organic terutama
dalam bidang biokimia, farmasi, klinis forensik, baik untuk analisis kualitatif dengan cara
membandingkan nilai Rf solute dengan nilai Rf senyawa baku atau analisis kualitatif.
Penggunaan umum KLT adalah untuk menentukan banyaknya komponen dalam campuran,
identifikasi senyawa memantau berjalannya suatu reaksi, menentukan efektifitas pemurnian,
menentukan kondisi yang sesuai untuk kromatografi kolom, serta untuk memantau kromatografi
kolom, melakukan screening sampel untuk obat (sudjadi, 2007).
Daftar pustaka
Handayani S., S. Sunartodan dan Kristianingrum. 2005. “Kromatografi Lapis Tipis untuk
Penentuan Kadar Hesperidin dalam Kulit Buah Jeruk”. Jurnal Penelitian Saintek.
Vol 10 (1).
Hendayana, Sumar .2010. Kimia Pemisahan.Penerbit Rosda. Bandung.
Kurniawan Y., dan Santosa. 2004. “Pengaruh JumLah Umpan dan Laju Alir Eluen Pada
Pemisahan Sukrosa dari Tetes Tebu Secara Kromatografi”. Jurnal Ilmu Dasar.
Vol 5 (1).
Rohman, Abdul.2009. Kromatografi Untuk Analisis Obat. Graha Ilmu.Yogyakarta.
Sudjadi. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai