Disusun oleh :
AL MAR’ATUS SHOLIKHAH / KA 16/ 16030234039
JURUSAN KIMIA
2019
A. JUDUL PERCOBAAN : Penentuan Kadar Parasetamol dengan
Metode HPLC
B. TANGGAL PERCOBAAN : 28 Februari 2019/ pukul 13.00-15.30 WIB
C. TUJUAN PERCOBAAN : Untuk menentukan kadar parasetamol
dalam sampel dengan metode HPLC
D. DASAR TEORI :
a. Kromatografi
Kromatografi adalah teknik pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia (analit) yang
berdasarkan pada perbedaan migrasi/ distribusi masing-masing komponen campuran yang terpisah
pada fase diam (stationary phase) dibawah pengaruh fase gerak (mobile phase), fase gerak dapat
berupa gas atau zat cair dan fasa diam dapat berupa zat cair atau zat padat. Kromatografi cair
pertama kali diperkenalkan oleh Tswett pada tahun 1903 yang menggunakan kolom kapur untuk
memisahkan pigmen dari daun-daun hijau. Pita-pita warna yang dihasilkan pada adsorben
menginspirasi istilah kromatografi untuk menggambarkan proses pemisahan yang berasal dari kata
Jerman Chromos berarti warna dan grafe berarti menulis. Untuk masa sekarang pemisahan dan
penentuan warna sudah sedikit dilakukan dengan kromatografi modern, meskipun tidak relevan
istilah itu masih dipakai untuk menggambarkan seluruh tekhnik pemisahan yang menggunakan
fasa gerak dan fasa diam.
Kromatografi adalah salah satu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
kecepatan permabatan komponen dalam medium tertentu. Prinsip pemisahan kromatografi yaitu
adanya distribusi komponen-komponen dalam fase diam dan fasa gerak berdasarkan perbedaan
sifat fisik komponen aang akan dipisahkan. Kromatografi dapat digunakan untuk analisa kuntitatif
dan kualitatif. Pada dasarnya, semua semua cara kromatografi menggunakan dua fasa yaitu fasa
diam dan fasa gerak. Persyaratan uatama kromatografi adalah :
a. Ada fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam tak booleh bereaksi dengan fasa gerak.
b. Komponen sampel harus larut dalam fasa gerak dan berinteraksi dengan fasa diam.
c. Fasa gerak harus bisa melewati fasa diam, sedangkan fasa diam harus lebih terikat kuat
di posisinya.
Berdasarka jenis fasa diam, fasa gerak dan mekanisme kerjanya, kromatografi dibagi
menjadi beberapa jenis yaitu :
a. Pompa (Pump)
Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui kolom. Ada dua tipe
pompa yang digunakan, yaitu kinerja konstan (constant pressure) dan pemindahan konstan
(constant displacement). Pemindahan konstan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: pompa
reciprocating dan pompa syringe. Pompa reciprocating menghasilkan suatu aliran yang berdenyut
teratur (pulsating), oleh karena itu membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik untuk,
menghasilkan garis dasar (base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif terhadapan aliran.
Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas. Pompa syringe memberikan aliran
yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya terbatas (Putra, 2004).
b. Injektor (Injector)
Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan:
1. Stop-Flow: Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir, sistem
tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di dalam cairan kecil
dan resolusi tidak dipengaruhi.
2. Septum: Septum yang digunakan pada KCKT sama dengan yang digunakan pada
Kromatografi Gas. Injektor ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60 -70 atmosfir. Tetapi
septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut kromatografi cair. Partikel kecil dari septum
yang terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan penyumbatan.
3. Loop Valve: Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume lebih
besar dari 10 μL dan dilakukan dengan cara otomatis (dengan menggunakan adaptor yang sesuai,
volume yang lebih kecil dapat diinjeksikan secara manual). Pada posisi load, sampel diisi kedalam
loop pada kinerja atmosfer, bila valve difungsikan, maka sampel akan masuk ke dalam kolom
(Putra, 2004).
c. Kolom (Column)
Kolom dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu :
1) Kolom analitik: Diameter dalam 2 - 6 mm. Panjang kolom tergantung pada jenis material
pengisi kolom. Untuk kemasan pellicular, panjang yang digunakan adalah 50 - 100 cm.
Untuk kemasan poros mikropartikulat, 10 - 30 cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.
2) Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan panjang kolom
25 -100 cm (Putra, 2004).
d. Detektor
Detektor dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut:
1) Detektor spektrofotometri UV-Vis
Detektor jenis ini merupakan detektor yang paling banyak digunakan dan sangat berguna
untuk analisis di bidang farmasi karena kebanyakan senyawa obat mempunyai struktur yang dapat
menyerap sinar UV-Vis. Detektor ini didasarkan pada adanya penyerapan radiasi UV dan sinar
tampak pada kisaran panjang gelombang 190-800 nm oleh spesies solut yang mempunyai struktur
atau gugus kromoforik. Sel detektor umumnya berupa tabung dengan diameter 1 mm dan panjang
celah optiknya 10 mm, serta diatur sedemikian rupa sehingga mampu menghilangkan pengaruh
indeks bias yang dapat mengubah absorbansi yang terukur.
2) Detektor Indeks Bias
Detektor indeks bias atau refraktometer diferensial adalah suatu detektor universal yang
memberi tanggap pada setiap zat terlarut, asalkan indeks biasnya jauh berbeda dengan indeks bias
fase gerak. Kelemahan utamanya adalah bahwa indeks bias ini peka terhadap suhu. Karena itu
suhu fase gerak, kolom, dan detektor harus dikendalikan dengan seksama, bila pengukuran yang
cermat dilakukan pada kepekaan tinggi.
3) Detektor Elektrokimia
Banyak molekul organik, termasuk obat, dapat dioksidasi atau direduksi secara elektrokimia
pada elektrode yang cocok. Arus yang dihasilkan pada proses ini dapat diperkuat untuk
menghasilkan tenaga yang sesuai. Meskipun detektor elektrokimia cukup peka, namun ada pula
kelemahannya. Adanya timbrungan listrik dan goncangan arus juga harus diperhatikan.
4) Detektor Photodiode-Array (PDA)
Detektor PDA merupakan detektor UV-Vis dengan berbagai keistimewaan. Detektor ini
mampu memberikan kumpulan kromatogram secara simultan pada panjang gelombang yang
berbeda dalam sekali proses (single run). Selama proses berjalan, suatu kromatogram pada panjang
gelombang yang diinginkan (biasanya antara 190-400) dapat ditampilkan. Dengan demikian, PDA
memberikan banyak lebih banyak informasi komposisi sampel disbanding dengan detector UV-
Vis. Dengan detektor ini, juga diperoleh spectrum UV tiap puncak yang terpisah sehingga dapat
dijadikan sebagai alat yang penting untuk memilih panjang gelombang maksimal untuk sistem
KCKT yang digunakan. Dan akhirnya dengan detektor ini pula, dapat dilakukan uji kemurnian
puncak dengan membandingkan antara spectra analit dengan spectra senyawa yang sudah
diketahui.
Spektrum dan kromatogram yang dihasilkan pada detektor PDA ini dapat ditampilkan
sebagai plot 3 dimensi absorbansi, panjang gelombang, dan waktu sehingga data ini dapat
dimanipulasi dan diplotkan kembali pada layar (monitor) lalu dibandingkan dengan data 3 dimensi
senyawa lain dari perpustakaan data yang ada di sistem komputernya sehingga bisa digunakan
untuk tujuan identifikasi (Gandjar dan Rohman, 2007).
e. Metode Validasi
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu,
berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi
persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004). Validasi metode menurut United States
Pharmacopeia (USP) dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik,
reprodusibel, dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis (Gandjar dan Rohman,2007).
Suatu metode analisis harus divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa parameter-
parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi problem analisis, karenanya suatu metode
harus divalidasi ketika :
a. Metode baru dikembangkan untuk mengatasi problem analisis tertentu.
b. Metode yang sudah baku direvisi untuk menyesuaikan atau karena munculnya suatu
problem yang mengarahkan bahwa metode baku tersebut harus direvisi.
c. Penjaminan mutu yang mengindikasikan bahwa metode baku telah berubah seiring
dengan berjalannya waktu.
d. Metode baku digunakan di laboratorium yang berbeda, atau dikerjakan dengan alat yang
berbeda.
e. Untuk mendemonstrasikan kesetaraan antar dua metode, seperti antara metode baru dan
metode baku.
(Gandjar dan Rohman, 2007)
1. Linierity (Linieritas)
Linieritas merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil-hasil uji yang
secara langsung proposional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang diberikan. Linieritas
suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara
respon (y) dengan konsentrasi (x). Linieritas dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal
pada konsentrasi yang berbeda-beda. Data yang diperoleh selanjutnya diproses dengan metode
kuadrat terkecil, untuk selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope), intersep, dan
koefisien korelasinya (r) (Gandjar dan Rohman, 2012).
2. Kisaran (Range)
Kisaran suatu metode didefinisikan sebagai konsentrasi terendah dan tertinggi yang mana
suatu metode analisis menunjukkan akurasi, presisi, dan linieritas yang mencukupi. Kisaran-
kisaran konsentrasi yang diuji tergantung pada jenis metode dan kegunaannya. Untuk pengujian
komponen utama (mayor), maka konsentrasi baku harus diukur di dekat atau sama dengan
konsentrasi kandungan analit yang diharapkan. Suatu strategi yang baik adalah mengukur baku
dengan kisaran 25, 50, 75, 100, 125, dan 150% dari konsentrasi analit yang diharapkan (Gandjar
dan Rohman, 2012).
Sebagaimana telah direkomendasikan ICH, kisaran umum yang digunakan untuk uji potensi
senyawa obat atau produk obat adalah ±20% dari target atau nominal konsentrasi; sementara untuk
uji keseragaman kadar adalah ±20% dari target atau nominal konsentrasi (Gandjar dan Rohman,
2012).
3. Stabilitas
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa sampel dan larutan standar yang
disiapkan sesuai dengan metode masing-masing adalah stabil setidaknya selama durasi normal
urutan analitis (itu adalah rekomendasi biasanya untuk melakukan stabilitas larutan pada 24, 48,
dan 72 jam). Kriteria dapat ditentukan selama tahap pengembangan metode jika pengencer cocok
untuk sampel persiapan dan pengencer tidak bereaksi dengan aktif dan / atau eksipien dalam
matriks (Kazekevich and Lo Brutto, 2007).
4. Kekasaran
Definisi dalam hal ketidakrataan diberikan oleh USP adalah sebagai berikut: "Kekasaran dari
metode analisis adalah tingkat kemampuan untuk memproduksi hasil tes yang diperoleh oleh
analisisis dari sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji normal, seperti laboratorium yang
berbeda, analisis instrumen yang berbeda berbeda, hari yang berbeda, dll. Ketidakrataan biasanya
dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh pada hasil tes dari variabel operasional dan lingkungan
dari metode analisis. Kekasaran adalah ukuran kemampuan untuk memproduksi hasil tes dalam
kondisi normal kondisi operasional yang diharapkan dari laboratorium-laboratorium ke dan dari
Analis ke analis". Praktis berbicara, kekasaran. adalah nama lain untuk presisi menengah, di mana
dua analis, dari dua laboratorium yang berbeda, pada dua hari yang berbeda, menggunakan
instrumentasi yang berbeda, jumlah kolom banyak, reagen, pelarut, dan bahan kimia, ikuti metode
uji identik dengan menguji sampel identik (Kazekevich and Lo Brutto, 2007).
5. Kecermatan (accuracy)
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar
analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery)
analit yang ditambahkan. Kecermatan ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi (spiked-
placebo recovery) yaitu memasukkan analit ke dalam matriks blanko atau metode penambahan
baku (standard addition method) yaitu penambahan baku pada matriks sampel yang mengandung
analit (Harmita, 2004).
6. Keseksamaan (precision)
Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji
individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan
secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen. Keseksamaan
diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi). Keseksamaan
dapat dinyatakan sebagai keterulangan (repeatability) atau ketertiruan (reproducibility).
Keterulangan adalah keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh analis yang sama pada
kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek (Harmita, 2004).
7. Selektivitas (Spesifisitas)
Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat
tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam
matriks sampel. Selektivitas metode ditentukan dengan membandingkan hasil analisis sampel
yang mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya atau pembawa
plasebo dengan hasil analisis sampel tanpa penambahan bahan-bahan tadi (Harmita, 2004).
8. LOD dan LOQ
Batas deteksi (LOD) adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang
masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas deteksi merupakan
parameter uji batas. Batas kuantitasi (LOQ) merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan
sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan
seksama. LOD dan LOQ dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
𝐒𝐃
𝐋𝐎𝐐 = 𝟏𝟎 ( )
𝐒
𝟑 𝐒𝐲 ⁄𝐱 𝟏𝟎 𝐒𝐲 ⁄𝐱
𝐋𝐎𝐃 = 𝐛 , 𝐋𝐎𝐐 = 𝐛
(Harmita, 2004)
Keuntungan HPLC dibandingkan kromatografi gas diantaranya, HPLC dapat menganalisis
cuplikan yang labil (mudah terurai) karena HPLC dilakukan pada suhu kamar, HPLC tidak terbatas
pada senyawa organime saja tetapi HPLC dapat menganalisis cuplikan yang berasal dari senyawa
anorganik, dapat menganalisis cuplikan yang mempunyai berat molekul tinggi atau titim didihnya
sangat tinggi seperti polimer.
Keterbatasan lainnya adalah jika sampelnya sangat kompleks, maka resolusi yang baik sulit
diperoleh. Prinsip kerja HPLC adalah sebagai berikut dengan bantuan pompa, fasa gerak cair
dialirkan melalui kolom ke detektor, cuplikan dimasukkan ke dalam fasa gerak dengan
penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan kompenen-komponen campuran karena perbedaan
kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam. Solut-solut yang kurang kuat interaksinya
dengan fasa diam akan keluar dari kolom terlebih dahulu, sebaliknya solut-solut yang kuat
interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom lebih lama. Setiap komponen campuran
yang keluar dideteksi oleh detektor HPLC kemudian serupa direkam dalam bentuk gas
kromatogram (Hendayana, Sumar., 2006).
f. Parasetamol
Parasetamol (C8H9NO2) atau asetaminofen berupa serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa
sedikit pahit. Mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0 % C8H9NO2,
dihitung terhadap zat anhidrat. Kelarutannya larut dalam air mendidih dan dalam natrium
hidroksida 1 N serta mudah larut dalam etanol. BM parasetamol adalah 151,16. Parasetamol
memiliki khasiat sebagai analgetikum dan antipiretikum (Depkes RI, 1995).
F. ALUR PERCOBAAN
1. Pembuatan Larutan Standar
Kurva standart
3. Penentuan Konsentrasi Paracetamol dalam Sampel
Konsentrasi sampel
G. HASIL PENGAMATAN
menggunakan HPLC
Konsentrasi Sampel
H. DAFTAR PUSTAKA
Crawford Scientific. The Theory of HPLC Cromatographic Parameters.
http://www.chromacademy.com. Diakses 20 Februari 2019
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Gandjar, I.G. dan Rohma, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Gandjar, I.G. dan Rohma, A. 2012. Analisis Obat secara Spektroskopi dan
Kromatografi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya.
Majalah Ilmu Kefarmasian.
Hendayana, Sumar. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektroforensis
Modern. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Kazakevich, Y. and Lo Brutto, L. 2007. HPLC for Pharmaceutical Scientist. New Jersey :
John Wiley & Sons, Inc.
Moffat, A.C.O, et al. 2005. Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons In Pharmaceuticals,
Body Fluids and Post-Mortem Metrial 3rd edition Book 2. London : Pharmaceutical
Press.
Putra, De Lux E. 2004. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Bidang Farmasi. Medan
: USU Digital Library.
Tim Kimia Analitik Instrumen. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen (KI-
431). Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
LAMPIRAN
10,000.00000
8,000.00000
6,000.00000
4,000.00000
2,000.00000
0.00000
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi ppm