Anda di halaman 1dari 9

JURNAL PRAKTIKUM FITOKIMIA

METODE PEMURNIAN FRAKSI TUMBUHAN OBAT DAUN JAMBU BIJI


(Psidium guajava L.)

Asisten Laboratorium: Moh Haidar Hilmi


Khaerunnisa Sekar Ningrum
Shannon Maidelaine P 260110190071
Kelompok 1
Hari/Tanggal Praktikum: Rabu 28 April 2021

LABORATORIUM FARMASI BAHAN ALAM


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2020/2021
I. Tujuan
Melakukan pemurnian fraksi yang diperoleh dari hasil fraksinasi pada
praktikum 3 sehingga dapat memisahkan suatu senyawa/ bercak/ isolat
dengan metode kromatografi lapis tipis preparatif.
II. Teori Dasar
Pemurnian fraksi adalah proses pemurnian analit sehingga terpisah dari
golongan utama kandungan. Pelarut yang digunakan dapat bersifat polar
maupun non polar. Proses ini dilakukan menggunakan teknik kromatografi,
seperti KKG, KK, KLT, KCKT, dan lainnya. Pada umumnya, pemurnian ini
dilakukan dengan metode KKG dan dideteksi ekstral kentalnya dengan KLT.
(Hardjono, 1985).
Kromatografi merupakan proses pemisahan yang dilakukan berdasarkan
prinsip kerja perbedaan distribusi dari campuran komponen antara fase diam
dan geraknya. Fase diam berupa kolom yang dibentuk dengan bagian fase
gerak dialirkan terus-menerus (kromatografi kolom). Selain itu, dapat berupa
lapis tipis dengan bagian fase gerak dibiarkan untuk naik berdasarkan pada
kapilaritas (Sari et al, 2015).
Kromatografi lapis tipis preparatif merupakan metode pemisahan paling
murah yang biasanya digunakan dengan ukuran pelat kromatografinya
adalah 20 x 20 cm, Kegunaan dari KLT preparative ini adalah untuk meneliti
bahan-bahan alam dengan jumlah yang kecil dan rumit campurannya
sehingga akan dihasilkan cuplikan murni untuk mengkalibrasi kromatografi
lapis tipis kuantitatif (Rachman, dkk, 2017).
Keuntungan KLT preparative adalah pemisahan yang lebih baik karena
hasilnya berupa bercak tidak bergerak sehingga mudah untuk mengambil
senyawa yang terpisah sendiri dengan dikerok dan dikumpulkan tiap
lapisannya. Ketentuan dari penggunaan KLT preparative adalah:
1. Tebal lapisan adsorben yang digunakan kurang lebih 1-1,5 mm.
2. Larutan adsorben harus kental
3. Dikeringkan 25⁰C setelah adsorben dilapiskan dipermukaan plat
penyangga, mencegah pengeringan yang tidak merata.
4. Sebelum di KLT, sampel dipekatkan dahulu
5. Hasil proses pengembangan, dikerok dan kumpulkan noda tersebut
6. Hasil pengerokan dilarutkan dan dilakukan analisis lanjut.
(Sulistyani, dan Wardhani,2012)

III. Alat dan Bahan


3.1. Alat
a. Alat desaga b. Batang pengaduk c. Beaker glass

d. Chamber e. Erlenmeyer f. Lampu UV

g. Oven h. Pipa kapiler i. Pipet tetes

3.2. Bahan
a. Aluminium klorida LP
b. Aquadest
c. Asam Formiat P
d. Aseton P
e. Ekstrak kental daun jambu biji (Psidium guajava L.)
f. Etanol P
g. Etil asetat
h. Kloroform P
i. Kuersetin
j. n-heksan
IV. Prosedur
4.1. Analisis Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

Cuplikan fraksi hasil subfraksinasi

1. Membersihkan pelat kaca dengan aseton dan menyusunnya


di atas alat Desaga
2. Membuat bubur silica gel dengan mencampurkan 25 gram
dengan 50 mL aquadest dalam erlenmayer dan kocok kuat-kuat
sampai tercampur homogen
3. Menuangkan semua bubur silika gel ke dalam alat tabung
Desaga dan segera membalikkan bubur silika gel sehingga
berada diatas kaca, kemudian segera diratakan pada kaca
berikutnya sampai dengan kaca terakhir
4. Membiarkan lapisan silika gel mengering pada suhu kamar
selama 10-20 menit lalu memanaskannya di dalam oven
dengan suhu 110-120°C selama 1-2 jam
5. Setelah kering, pelat dapat digunakan untuk KLT preparative
yaitu dengan melarutkan sejumlah fraksi dalam larutan
pengembang yang telah disiapkan dan tutulkan cuplikan secara
berderet sehingga membentuk pita sebagai garis awal
pengembangan. Keringkan di udara beberapa saat
6. Memasukkan pelat ke dalam chamber yang telah jenuh
dengan larutan pengembang dan lakukan kromatografi
sampai tanda batas
7. Mengamati pita yang terbentuk secara visual atau dengan sinar
UV, mengerok salah satu pita yang terbentuk dan menyaring
hasil kerokan dengan pelarut pengembang yang digunakan.

Pola Kromatogram Isolat


4.2. Analisis Kromatografi Lapis Tipis
Masing-masing fraksi hasil subfraksinasi

 Menyiapkan pelat silica gel 60 F254 dengan ukuran


tertentu
 Mentotolkan masing-masing fraksi sebagai larutan
uji (1% dalam elanol P) pada garis awal
menggunakan pipa kapiler sebanyak 20 µL dan
biarkan beberapa saat hingga pelarut menguap
 Mentotolkan larutan pembanding (Kuersetin 0,1 %
dalam etanol P) pada garis awal menggunakan
pipa kapiler sebanyak 2 µL dan biarkan beberapa
saat hingga pelarut menguap
 Pelat silica dimasukkan ke dalam bejana
kromatografi yang sebelumnya dijenuhkan dengan
cairan pengembang Kloroform P-aseton P-asam
formiat P (10:2: I) Hentikan sampai cairan
pengembang Sampai garis depan
 Mengamati pola kromatogram di bawah lampu uv
254 nm atau penampak bercak AlCl3 LP

Pola Kromatogram
a kromatogram

 Menghitung nilai Rf setiap bercak


yang teramati

Nilai Rf setiap bercak


yang teramati
V. Hasil
DAFTAR PUSTAKA
Hardjono Sastrohamidjojo. 1985. Kromatografi. Yogyakarta: Liberty.
Rachman. 2017. Alga Merah (Gracilaria coronopifolia) sebagai Sumber
Fitohormon Sitokinin yang Potensial. Chimica et Natura Acta. Vol. 5
(3). Hal: 124-131.
Sari, D. M., Setiawan, H. K., dan Wijaya, S. 2015. Fraksinasi dan Identifikasi
Senyawa Antioksidan pada Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona
muricata L.) secara Kromatografi Kolom. Jurnal Farmasi Sains dan
Terapan. Vol.2(2):50-53.
Sulistyani,N., dan Wardhani,L.K. 2012. Uji Aktivitas Anttibakteri Ekstrak Etil
Asetat Daun Binahong (Anredera scandens L.) Terhadap Shigella
flexneri Beserta Profil Kromatografi Lapis Tipis. Jurnal Ilmiah
Kefarmasian. Vol 2 (1) : 1-16.

Anda mungkin juga menyukai