Anda di halaman 1dari 18

LABORATORIUM FITOKIMIA II

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN LENGKAP

OLEH :

KELAS A/2019

KOORDINATOR LAB: SUHRA FEBRIANA KARIM, S,FARM.,M.FARM

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2021
LABORATORIUM FITOKIMIA II

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

PERCOBAAN 1

FRAKSINASI

OLEH :

KELAS A/2019

ASISTEN : SELVIANA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Fitokimia dalam artian luas adalah segala jenis zat kimia yang berasal dari

sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Asal kata fitokimia yaitu

phytochemical. “phyto” artinya tumbuhan dan “chemical” artinya zat kimia.

Senyawa fitokimia bukan termasuk bagian zat gizi karena bukan golongan sejenis

karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, maupun air. Fitokimia adalah sejenis zat

alami yang ada pada tumbuhan atau tanaman, fungsi zat ini memberikan aroma,

warna dan rasa pada tumbuhan tersebut (Manurung, 2021).

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair yang dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai, yaitu maserasi, perkolasi

dan penyeduhan dengan air mendidih. Sebagai cairan penyari digunakan air, eter

atau campuran etanol dan air. Penyarian dilakukan diluar pengaruh sinar matahari

langsung. Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan dengan cara

maserasi dan perkolasi (Wewengkang, 2021).

Fraksinasi yaitu penyulingan suatu cairan tercampur sempurna sehingga hanya

membentuk satu lapisan. Fraksinasi dapat dilakukan tanpa menggunakan uap air

dan juga memiliki 3 jenis metode yaitu kohobasi, destilasi fraksinasi dan

rektifikasi (Wahyuni, 2020).


Fraksinasi dilakukan secara bertingkat berdasarkan tingkat kepolarannya yaitu

dari non polar, semi polar dan polar berdasarkan prinsip like dissolve likes.

Senyawa yang memiliki sifat non polar akan larut dalam pelarut non polar, yang

semi polar akan larut dalam pelarut semi polar, dan yang bersifat polar akan larut

ke dalam pelarut polar (Karim, 2022).

Pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam memilih sifat pelarut adalah

pelarut polar akan melarutkan senyawa polar, begitu pula sebaliknya pelarut non

polar akan melarutkan senyawa non polar. Pelarut organik cenderung melarutkan

senyawa organik, pelarut air cenderung melarutkan senyawa anorganik dan garam

dari asam maupun basa organik, asam-asam organik dapat diekstraksi ke dalam

larutan air dengan menggunakan basa (Yasni, 2013).

B. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan fraksinasi, yaitu:

1. Memilih pelarut yang sesuai untuk pengelompokan senyawa.

2. Mengelompokkan senyawa berdasarkan kepolaran dengan metode fraksinasi.

C. Maksud Percobaan

Adapun maksud dari percobaan fraksinasi, yaitu:

1. Agar praktikan dapat mengetahui dan memahami pelarut yang sesuai untuk

pengelompokan senyawa

2. Agar praktikan dapata mengetahuhi dan memahami cara mengelompokkan

senyawa berdasarkan kepolarannya dengan menggunakan metode fraksinasi.


D. Prinsip Percobaan

Adapun prinsip dari percobaan fraksinasi yaitu penimbangan ekstrak kental

papaya ( Carica papaya) sebanyak 10 gram yang kemudian dilarutkan dengan

etanol 25 mL dan dicukupkan dengan aquadest, lalu dimasukkan ke dalam corong

pisah dan digojok secara perlahan sesekali dibuka keran corong pisah agar gas

keluar. Setelah itu, didiamkan beberapa saat hingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan

paling atas diambil dan dimasukkan ke dalam botol vial.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Ekstrak kasar bahan alam merupakan campuran dari banyak senyawasehingga


sulit dilakukan pemisahan senyawa tunggal hingga didapatkan isolatyang murni.
Untuk mengatasinya, maka ekstrak kasar dipisahkan menjadifraksi-fraksi yang
berisi kelompok senyawa yang memiliki sifat polaritas atauukuran molekul yang
hampir sama. Fraksi-fraksi ini dapat dibedakan secara jelas, misal dengan ekstraksi
cair-cair kemudian dilanjutkan dengankromatografi kolom, misalnya kromatografi
cairan vakum, kolomkromatografi, kromatografi berdasarkan ukuran atau ekstraksi
fase padat.Pemisahan awal ekstrak kasar tidak perlu dilakukan dengan banyak
fraksikarena hanya akan menghasilkan banyak fraksi namun mengandung
senyawadalam konsentrasi yang kecil. (Indratika, 2018)

Fraksinasi merupakan proses pemisahan antara zat cair denga zat cair.
Fraksinasidilakukan secara bertingkat berdasarkan tingkat kepolaran, yaitu daru
non polar, semi polar dan polar. Senyawa yang memiliki sifat non polar akan larut
dalam pelarut non polar, yang semi polar akan larut dalam pelarut semi polar dan
yang bersifat polar akanlarut dalam pelarut polar. Fraksinasi ini umumnya
dilakukan denganmetode corong pisah atau kromatografi kolom. Kromatografi
kolom merupakan salahsatu metode pemurnian senyawa dengan menggunakan
kolom. Corong pisah merupakan peralatan laboratorium yang digunakan untuk
memisahkan komponen-komponen dalam camuran antara dua fase pelarut yang
memiliki massa jenis berbdayang tidak bercampur. Umumnya salah satu fase
berupa larutan airdan yang lain berupa pelarut organik lipofilik seperti eter,
MTBE, diklormetana,kloroform atau etil asetat. Kebanyakan pelarut organik
berada diatas fase air kecuali pelarut yang memiliki atom unsur halogen.
(Arifah,2018)

Partisi zat-zat trelarut antara dua cairan yang tidak campur


menawarkanbanyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis. Bahkan
dimanatujuan primer bukan untuk analitis namun preparatif. Ekstraksi
pelarutmerupakan suatu langkah penting untuk menghasilkan suatu produk
murnidalam laboratorium organik, anorganik atau biokimia. Meskipun kadang-
kadang digunakan peralatan yang rumit namun seringkali diperlukan hanyasebuah
corong pisah. Seringkali suatu pemisahan ekstraksi pelarut dapat diselesaikan
dalam beberapa menit, pemisahan ekstraki biasanya bersih dalamarti tidak ada
analog kopresipitasi dengan suatu sistem yang terjadi . Ekstraksi cair-cair (corong
pisah) merupakan pemisahankomponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak
saling bercampur dimanasebagian komponen terlarut pada fase pertama dan
sebagian terlarut pada fasekedua. Kemudian kedua fase yang mengandung zat
terdispersi dikocok dansetelah itu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna
sehingga terbentukdua lapisan fase cair. Sedangkan komponen kimia akan
terpisah. Jika suatucairan ditambahkan ke dalam ekstrak cairan lain yang tidak
dapat bercampurdengan cairan pertama maka akan terbentuk 2 lapisan. Salah satu
komponendari campuran akan terlarut ke dalam dua lapisan tersebut (biasanya
disebutfase) dan setelah beberapa waktu akan dicapai kesetimbangan
konsentrasidalam kedua lapisan tersebut. Waktu yang diperlukan untuk
tercapainyakesetimbangan biasanya dipersingkat dengan pencampuran kedua fase
tersebut dalam corong pisah. (Indratika,2018)

Corong pisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah bola. Corong


pisahmempunyai penyumbat diatasnya dan keran dibawahnya. Corong pisah yang
digunakandalam laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat
dari kaca ataupunteflon. Ukuran corong pisah bervariasi antara 50ml sampai 3
liter. Untuk menggunakancorong ini, campuran dua fase pelarut dimasukkan
kedalam corong dari atas dengancorong keran terttutup. Corong ditutup dan
digoyangkan dengan kuat untuk membuatfase larutan tercampur. Corong dibalik
dan keran dibuka untuk melepaskan tekanan uap yang berlebihan. Corong
kemudian didiamkan agar pemisahan antara dua fase berlangsung. Lalu penyumbat
dan keran corong dibuka. Dua fase larutan dipisahkandengan mengontrol keran
pada corong pisah. (Arifah, 2018)

Macam-macam proses farksinasi : (Arifah,2018)

1. Proses fraksinasi keringFarksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang


didasarkan pada berat molekuldan komposisi dari suatu material. Proses ini
lebih murah dibandingkan dengan proses lain, namun hasil kemurnian
fraksinasinya rendah.

2.Proses fraksinasi basahFraksinasi basah adalah suatu proses fraksinasi denga


menggunakan zat pembasahatau dsebut proses hydrophilization atau detergen
proses. Hasil fraksinasi dari prosesini sama dengan proses fraksinasi kering.

3.Proses farksinasi dengan solventAdalah suatu proses fraksinasi dengan


menggunakan pelarut. Dimana pelarut yangdigunakan adalah aseton. Proses
fraksinasi ini lebih mahal dibandingkan denga proses fraksinasi lainnya karena
menggunakan bahan pelarut.

4.Proses fraksinasi dengan pengembunanMerupakan proses fraksinasi didasarkan


pada titik didih dari suatu zat atau bahansehingga dihasilkan suatu produk
dengan kemuarnian yang tinggi. Fraksinasi pengembunan ini membutuhkan
biaya yang cukup tinggi namun proses produksinyalebih cepat dan
kemurniannya lebih tinggi
B. Uraian Bahan

1. Aquadest (Ditjen POM,1979)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

Rm/Bm : H20/18-02

Rumus struktur : H-O-H

Pemerian : cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau

Kelarutan : -

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : pelarut

2. Etanol (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : EATHANOLUM

Nama lain : Alkohol

Rm/Bm ;

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih mudah menguap

Keelarutan : Sangat mudah larut dalam air dalam kloroform

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : Zat tambahan


3. Etil asetat (Rowe, 2009: 253)
Nama resmi : ETHYL ACETATE
Nama lain : Acetic acid ethyl ester, acetic ester, acetic ether,
acetoxyethane, etil etanoat, etil asetat.
Rumus molekul : C4H8O2 
Berat molekul : 88,1
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, mudah menguap
dengan aroma seperti buah, harum, mudah terbakar.
Kelarutan : Larut dalam 10 bagian air pada suhu 25°C, etil asetat
lebih larut dalam air pada suhu yang lebih rendah dari
pada suhu yang lebih tinggi. Larut dalam aseton,
kloroform, diklorometana, etanol (95%), dan eter, dan
beberapa pelarut organik.
Kegunaan : Sebagai eluen
4. n-heksana (Farmakope Indonesia Edisi IV : 1158)
Nama resmi :   n-heksana

Nama lain :   n-heksana

Rumus molekul :   C6H14

Berat molekul :   86,18  g/mol

Pemerian :   Cairan jernih, mudah menguap, bau  seperti eter

lemah atau bau seperti petroleum

Kelarutan :   Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol
mutlak, dapat dicampur dengan eter, dengan
kloroform, dengan  benzena, dan dengan sebagian besar
minyak lemak dan minyak atsiri.

Penyimpanan :   Dalam wadah tertutup baik


Kegunaan :   Sebagai pelarut

C. Klasifikasi Tanaman

Kindom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotylidonae

Bangsa : Violales

Ordo : Caricales

Suku : Caricaceae

Marga : Carica

Jenis : Carica papaya L (Ulfa Mas Ninik,2018)


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan fraksinasi yaitu : Botol

vial, corong pisah, gelas kimia, gelas ukur, klem, labu erlenmeyer dan statif.

B. Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan fraksinasi yaitu :

Aquadest, ekstrak pepaya (Carica papaya), etanol, etil-asetat dan n-heksan.

C. Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang ekstrak pepaya (Carica papaya) sebanyak 10 gram

3. Dimasukkan ke dalam gelas kimia

4. Dilarutkan dengan etanol sebanyak 25 mL dan dicukupkan dengan aquadest

5. Dimasukkan ke dalam corong pisah

6. Digojok secara perlahan arah (ke belakang) sesekali dibuka keran corong

pisah agar gas keluar

7. Didiamkan hingga terjadi proses pemisahan

8. Diambil lapisan atas dan dimasukkan ke dalam botol vial

9. Dilakukan hal yang sama pada pelarut yang berbeda


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tabel pengamatan corong pertama

Pelarut Perhitumgan

Etil asetat 15 ml

Aquadest 25 ml

Etanol 25 ml

2. Tabel pengamatan corong kedua

Pelarut Perhitungan

N-heksan 15 ml

Aquadest 20 ml

Etanol 30 mi
B. Pembahasan

Fraksinasi adalah proses pemisahan yang melibatkan trigliserida yang

mana menghasilkan fraksi cair berupa oeien dan fraksi padat berupa stearin.

Fraksinasi terdiri dari 3 macam antara lain fraksinasi kering, fraksinasi

pelarut, dan fraksinasi deterjen. Adapun prinsip dari fraksinasi yaitu adanya

menggunakan pelarut yang tidak saling bercampur.

Ekstrak adalah sediaan cair, kental atau kering yang merupakan hasil

proses ekstraksi atau penyarian suatu matriks atau simplisia menurut cara

yang sesuai.

Pada praktikum kali ini dilakukan fraksinasi pada ekstrak daun pepaya

(Carica papaya) dengan menggunakan pelarut non-polar (n-heksan), pelarut

semi polar (etil asetat) dengan menggunakan dua corong pisah.

Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu: botol vial,

corong pisah, erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, klem dan statif.

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu:

aquadest, ekstrak pepaya (Carica papaya), etanol, etil asetat, dan n-heksan.

Cara kerja pada praktikum ini yaitu; disiapkan alat dan bahan,

ditimbang ekstrak pepaya (Carica papaya) sebanyak 10 gram, dimasukkan

kedalam gelas kimia, kemudian dilarutkan dengan etanol 25 ml dengan


aquadest, dimasukkan kedalam corong pisah, dikocok secara perlahan, searah

(ke belakang) sesekali dibuka keran corong pisah agar gas keluar, kemudian

didiamkan hingga terjadi proses pemisahan, setelah itu diambil lapisan atas

dan dimasukkan ke dalam botol vial, dilakukan perlakuan yang sama dengan

pelarut yang berbeda.

Adapun hasil yang didapatkan pada praktikum ini yaitu: pada corong

pertama didapatkan hasil rendemen 8,3% dengan menggunakan pelarut etil

asetat. Pada corong kedua didapatkan hasil rendemen 4% dengan

menggunakan pelarut n-heksan.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dan hasil dari percobaan Fraksinasi yang telah


dilakukan yaitu, pada corong 1 diperoleh volume pelarut semi polar (etil asetat)
50 ml. Pelarut oplar (aquadesy+etano) 50 ml dan pelarut non polar (N-Heksana)
50 ml. Sedangkan volume fraksinasi pada pelarut polar yaitu 40 ml dan pelarut
semi polar 37 ml. Lalu diperoleh persen rendamen sebanyak 8,3%. Sedangkan
hasil percobaan pada corong 2 diperoleh volume pelarut semi polar (etil asetat)
50. Pelarut polar (aquadest + etanol). 10 ml, dan pelarut non polar (N-Heksna) 4
ml. Persen rendamaen yang diperoleh sebanyak 4%.

B. Saran
1. Diharapkan laboratorium melengkapi alat-alat yang ada di laboratorium agar
dalam melakukan praktikum bisa lebih efektif
2. Diharapkan praktikan dalam mengerjakan praktikum agar berhati-hati supaya
hasilnya baik dan tidak terjadi kesalahan.
LAMPIRAN

LABORATORIUM FITOKIMIA II
PROGRAM STUDI SI FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR

Ket: Proses pemisahan senyawa polar dan


non polar
DAFTAR PUSTAKA

Arifah, N. Emil. 2018. Fitokimiapercobaan Ke 6fraksinasi Secara Ekstraksi Cair-


Cair. Akademi Farmasi Indonesia : Yogyakarta.

Direktorat Jenderal POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta

Indratika, N.Sista. 2018. Fraksinasi Secara Ekstraksi Cair-Cair. Akademi Farmasi

Indonesia : Yogyakarta.
Manurung, Hetty. 2021. Tabat Barito (Ficus Deltoidea Jack) Kajian Budidaya,

Kandungan Metabolit Sekunder, Bio-Aktivitas, Prospek

Fitofarmakologis.Yogyakarta: Deepublish.

Wewengkang, Defny S. 2019. Galenika. Jawa TengahL: Lakeisha.

Wahyuni, Nining; dkk. Panduan Pendirian Usaha Minyak Bangle dan Balsem

Bangle. Bandung: CV. Media Sains Indonesia.

Karim, Suhra Febrina.2022. Modul Praktikum Fitokimia II. Makassar: Universitas

Megarezky.

Yasni, Sedarnawati. 2013. Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Produk

Ekstraktif Rempah. Bogor: IPB Press.

Anda mungkin juga menyukai