SKRIPSI
Oleh:
NIM : 078114023
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
EVALUATION OF AVAIBILITY AND BEHAVIOR ADMINISTERED
EYE DROPS OF YOGYAKARTA Dr. SARDJITO HOSPITAL KIMIA
FARMA PHARMACY CUSTOMERS IN JUNE – JULY OF 2010 PERIOD
SKRIPSI
By:
NIM : 078114023
FACULTY OF PHARMACY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2010
ii
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok
<..........(Matius 6:34)..........>
Teman-temanku...
dan Almamaterku…
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tenpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Di buat di Yogyakarta
Yang menyatakan
vi
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih
Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Juni – Juli 2010” ini dengan baik yang
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar Sarjana Farmasi
dari dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dari awal hingga
akhir penulisan laporan skripsi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
2. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito yang telah membantu
apotek yang telah memberikan ijin dalam menggunakan Rumah Sakit Dr.
4. Dian Shintari, S.Si., Apt, Gina Arifah, S.Farm., Apt, dan Sari Rahmawati,
S.Farm., Apt selaku Apoteker Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr.
wawancara.
viii
5. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing dalam penyelesaian
skripsi. Bimbingan, waktu, nasihat, semangat, saran, dan ilmu yang telah
6. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan
banyak saran dan kritik yang membangun kepada penulis dalam proses
7. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah
8. Segenap karyawan Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito yang
penelitian.
10. Papa dan mama atas kasih sayang, semangat, bantuan, dukungan, dan doa
11. Feri Dian Sanubari, atas dukungannya dalam belajar dan menyelesaikan
skripsi, cinta, kasih sayang, kesabaran, pertengkaran, canda tawa, dan buat
12. Diana, Linda, Indri, dan Aming atas kebersamaannya dalam suka dan duka
ix
13. Vero, Titien, Tresa, Indri, dan Aming atas dukungan, semangat, dan
14. Teman-teman di kost Difa: Putri, Oki, Kak Dini, Kak Galih, Kak Tiwi, Ina,
Ita, Riza, Meland, Evina, Eka, Jesty, Yeny, Kak Ayu, Kak Grace, Sari untuk
orang lain.
18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
mengucapkan kata maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati
dunia kesehatan pada umumnya dan dunia kefarmasian pada khususnya serta
Penulis
x
DAFTAR ISI
xi
2. Sikap (attitude) .........................................................................................27
3. Praktik atau Tindakan (practice) ..............................................................28
J. Komunikasi .......................................................................................... 28
K. Keterangan Empiris ........................................................................................29
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................... 30
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................................... 30
B. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 31
C. Definisi Operasional..................................................................................... 32
D. Waktu dan Tempat Penelitian....................................................................... 35
E. Subyek Penelitian......................................................................................... 35
F. Bahan Penelitian .......................................................................................... 37
G. Instrumen Penelitian..................................................................................... 37
H. Tata Cara Penelitian ..................................................................................... 38
1. Tahap pra-penelitian……………………………………………....... ....... 38
2. Pembuatan kuesioner dan wawancara terstruktur.............................. ....... 39
3. Uji bahasa kuesioner..................................................................................40
4. Tahap pengumpulan data...........................................................................42
5. Tahap pengolahan data...............................................................................44
I. Tata Cara Analisis Hasil ....................................................................... ....... 45
J. Kesulitan Penelitian.........................................................................................49
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 51
A. Persentase Ketersediaan Obat Tetes Mata di Apotek KF................... ........... 52
1. Macam kemasan obat tetes mata................................................................52
2. Macam golongan obat tetes mata ............................................................ 54
3. Pengelompokkan obat tetes mata berdasarkan farmokologi .................... 56
B. Informasi yang Diberikan oleh Apoteker ............................................... ...... 59
1. Durasi pemberian informasi obat tetes mata kepada pasien......... ......... 60
2. Sumber informasi yang digunakan .......................................................... 62
3. Teknik pemberian informasi obat oleh apoteker...................................... 63
4. Kendala yang terjadi dalam pemberian informasi obat ............................ 65
C. Penggunaan Obat Tetes Mata Berdasar Hasil Kuesioner dan
Wawancara................................................................... .... ............................ 66
1. Usia responden ....................................................................................... 67
2. Jenis kelamin .......................................................................................... 68
3. Tingkat pendidikan akhir............................................................................69
4. Jenis pekerjaan responden.........................................................................70
5. Frekuensi penggunaan obat tetes mata............................................ .......... 71
6. Responden yang membeli obat di loket Apotek KF...................... ........... 72
7. Responden yang Pernah Berkonsultasi Obat di Loket Apotek KF
RSUP Dr. Sardjito...................................................... .............................. 73
8. Responden yang membeli obat tetes mata di Apotek KF RSUP Dr.
Sardjito ................................................................................................... 74
9. Aspek pengetahuan................................................................................. 76
10. Aspek sikap ............................................................................................ 82
11. Aspek tindakan ....................................................................................... 87
D. Rangkuman Pembahasan............................................................................. 92
xii
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 96
A. Kesimpulan............................................................................................... 96
B. Saran ........................................................................................................ 97
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 98
LAMPIRAN .................................................................................................... 105
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 136
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
INTISARI
Penggunaan obat tetes mata merupakan salah satu upaya masyarakat untuk
mengatasi gangguan pada mata. Diperlukan peran serta farmasis dalam pemberian
informasi obat. Peran tersebut diantaranya menjamin tersedianya obat-obatan
yang berkualitas dan tersedianya pelayanan informasi obat di apotek. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui serta mengevaluasi ketersediaan dan perilaku
penggunaan obat tetes mata pada pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma
RSUP Dr. Sardjito.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional yang berbentuk
survei. Pengambilan sampel dilakukan secara kuota non random dengan pengisian
kuesioner oleh responden serta melakukan wawancara kepada responden dan
apoteker. Data kuesioner dianalisis dengan perhitungan persentase dan data
wawancara disajikan secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan ketersediaan obat tetes mata di Apotek
Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito adalah 77,0% dalam kemasan botol,
78,0% golongan obat keras, serta terbanyak merupakan golongan antiseptik dan
antiinfeksi mata (28,4%). Informasi yang diberikan apoteker terkait penggunaan
obat tetes mata meliputi aturan pemakaian, mata yang harus diteteskan, dan
jumlah tetesan yang harus diberikan. Perilaku responden terhadap penggunaan
obat tetes mata adalah baik. Perilaku responden dikatakan baik bila persentase
jawaban yang diberikan adalah >75%. Hasil penelitian menunjukkan pada aspek
pengetahuan 75,4% responden menjawab benar. Pada aspek sikap 86,7%
responden menjawab benar, dan pada aspek sikap 87,2% responden menjawab
benar.
xvii
ABSTRACT
The use of eye drops is one of the public effort to prevent an eyes
destruction. It needs the pharmacist roles in delivering. The drug information
within guarantee the avaibility of quality drugs and handle the consultation
services at pharmacy. The research aims to find out and evaluate the avaibility and
the use of eyes drop in customers at Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr.
Sardjito.
The research uses observational research with quota non-random-sampling
through questionnaries and interviews to respondents. The questionnaries data are
analyzed by percentage calculate the respondents answer and the interviews data
present in descriptive forms.
This research result is eye drops available at Apotek Pelengkap Kimia
Farma RSUP Dr. Sardjito are 77,0% in bottle package, 78,0% hard drug type, and
the other are antiseptic and eyes antiinfection (28,4%). The information provide
by the pharmacist related to the direction use, ammount of drops should be given,
and its only for an eyes use. Commonly, The respondent attitude are said good.
The respondent attitude are said good, if percentage the behavior of the answer is
>75%. The result showed by the percentage of respondents right answers much
more than the wrong answers which are knowledge aspects (75,4%), attitude
aspects (86,7%), and actions aspects (87,2%).
xviii
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Obat tetes mata merupakan sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi,
digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata
disekitar kelopak mata dan bola mata (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan RI, 1979). Efek yang diharapkan adalah pengobatan lokal misalnya pada
mata merah, gatal, dan iritasi. Obat tetes mata yang tersedia di pasaran terdapat
dalam 3 golongan, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat keras.
Gencarnya promosi obat bebas melalui iklan baik di media cetak maupun
(Keperawatan kita, 2009). Pengobatan sendiri menjadi salah satu cara untuk
Prevalensi pengobatan sendiri di Indonesia pada tahun 2004 sebesar 24,1% dan di
Provinsi DIY pada tahun 2005 sebesar 87,73% (Kristina, Prabandari, Sudjaswadi,
2008). Tindakan pengobatan sendiri dibutuhkan penggunaan obat yang tepat atau
rasional. Obat yang dipilih harus tepat dan benar cara penggunaannya seperti
Terkadang masyarakat kita menggunakan obat yang baik dengan cara yang
1
2
menyembuhkan. Oleh karena itu, agar berkhasiat obat harus digunakan dengan
Serikat sendiri lebih dari 15 juta botol tetes mata terjual setiap tahunnya (Martin,
2010). Pemilihan obat tetes mata untuk mengatasi gangguan pada mata juga harus
tepat dan sesuai dengan penyakit yang akan diobati karena obat tetes mata terdiri
Melakukan pengobatan sendiri pada penyakit mata tidak selalu aman dan
perlu diwaspadai karena tidak semua kelainan dan penyakit mata sama obatnya.
Salah satu persepsi yang salah oleh masyarakat tentang penggunaan obat tetes
mata adalah anggapan masyarakat bahwa semua obat tetes mata bisa untuk
karena menggunakan obat tetes mata yang mengandung steroid secara terus-
menerus tanpa resep dokter (Nisya, 2010). Glaukoma menyebabkan tekanan pada
bola mata menjadi tinggi. Tekanan bola mata yang tinggi dapat mengakibatkan
kerusakan saraf penglihatan yang terletak di dalam bola mata sehingga dapat
Penelitian terkait obat tetes mata adalah terdapat 20 pasien katarak yang
menggunakan obat tetes mata. Dari hasil evaluasi, jumlah tetesan selama 14 hari
adalah 70 tetes tetapi dosis rata-rata yang diterima pasien hanya 33 tetes sehingga
yang sering terjadi pada penggunaan obat tetes mata adalah ketidakmampuan
pasien untuk meteteskan dari botol secara langsung menuju ke mata, sehingga
tetesan dari botol (20%), dan ketidakmampuan membaca label di botol sebesar
pasien dengan ataupun tanpa resep dokter. Peran tersebut diantaranya adalah
Indonesia. Untuk mencapai hal tersebut, misi Apotek Kimia Farma salah satunya
Yogyakarta, terdapat 9 Apotek Kimia Farma yang salah satunya berada di rumah
sakit. Apotek Pelengkap Kimia Farma (Apotek KF) merupakan salah satu apotek
penunjang pelayanan medik yang berada di RSUP Dr. Sardjito di bawah tanggung
jawab PT. Kimia Farma Apotek. Hal ini yang mendorong peneliti untuk
Rawat Jalan (IRJ). Penelitian ini juga melihat ketersediaan obat tetes mata yang
ada di seluruh loket Apotek KF RSUP Dr. Sardjito untuk mengetahui golongan
obat tetes mata apa saja yang terdapat di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito.
4
1. Permasalahan
Sardjito?
RSUP Dr. Sardjito berdasarkan kuesioner dan wawancara yang diberikan saat
penelitian berlangsung?
2. Keaslian penelitian
Tetes Mata Pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta Periode Juni – Juli 2010 belum pernah dilakukan dan belum
penelitian yang pernah peneliti telusuri terkait obat tetes mata antara lain:
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah ada dalam hal metode.
Penelitian ini menggunakan alat ukur kuesioner serta panduan wawancara. Pada
penelitian ini dilakukan evaluasi perilaku penggunaan obat tetes mata oleh
responden dan melihat ketersediaan obat tetes mata di Apotek KF, serta informasi
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
b. Manfaat praktis
1) dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak apotek untuk melakukan evaluasi
kepada pengunjung apotek terkait penggunaan obat yang tepat sehingga dapat
B. Tujuan
1. Tujuan umum
dan penggunaan obat tetes mata terhadap responden Apotek KF RSUP Dr.
Sardjito.
2. Tujuan khusus
berlangsung.
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Mata
Mata merupakan organ penglihatan yang sangat kecil dan amat halus. Organ
Bola mata mempunyai selaput yang terdiri atas 3 lapisan, yaitu: lapisan luar
yang sangat kenyal dan kuat yang disebut selaput putih (sklera); lapisan di
bawahnya atau lapisan tengah yang mengandung banyak pembuluh darah yang
disebut selaput hitam (koroid). Di bawah selaput hitam itu terdapat lapisan
dalam yang mengandung jaringan saraf yang disebut sebagai selaput jala
(retina). Bagian depan dari selaput bola mata terdapat lapisan luar yang sangat
bening, yang disebut selaput bening (kornea). Selaput putih di belakang selaput
bening itu ditutupi di atasnya oleh selaput mata (konjungtiva). Selaput mata yang
7
8
Kelopak mata terdiri atas kelopak mata atas (palpebra superior) dan
kelopak mata bawah (palpebra inferior). Di tepi kelopak mata terdapat bulu
Air mata mengalir ke dalam pungta atas (superior lacrimal puncta) dan
dari sakus ke hidung. Drainase air mata merupakan suatu proses aktif. Tiap
kedipan kelopak mata membantu memompa air mata melalui sistem ini
Otot penggerak bola mata banyaknya ada enam buah, yaitu empat buah
otot lurus (otot rektus) dan dua buah otot miring (otot oblikus). Empat buah
otot rektus yaitu: rektus superior, rektus inferior, rektus medial dan rektus
lateral. Dua buah otot miring yaitu: oblikus superior dan inferior (Oka,
1993).
di depan dan dinding samping. Dinding rongga orbita terdiri atas tulang
orbita. Di antara bola mata dan dinding orbita di dalam rongga orbita terdapat
jaringan lemak dan jaringan ikat yang melindungi bola mata dari bahaya
B. Obat
1. Definisi
2. Penggolongan obat
penggolongan obat di Indonesia terdiri dari: obat bebas, obat bebas terbatas, obat
wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika (Menteri Kesehatan, 2000).
10
a. Obat bebas
“obat bebas adalah obat yang dapat diserahkan kepada pasien tanpa
resep, yang pada etiket wadah dan bungkus luar atau kemasan terkecil
dicantumkan secara jelas tanda khusus yang mudah dikenali. Pasal 3 ayat 1
menyatakan tanda khusus untuk obat bebas yaitu bulatan berwarna hijau
dengan garis tepi warna hitam”.
Obat bebas terbatas merupakan obat yang dalam jumlah tertentu masih
dapat dibeli di apotek, tanpa resep dokter, dan pada kemasannya terdapat logo
lingkaran berwarna biru (Muchid, Umar, Chusun, Supardi, Sinaga, Azis, dkk.,
2006).
“Obat Wajib Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep
dokter oleh apoteker di apotek”.
d. Obat keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep
tentang tanda khusus obat daftar G yang terkait dengan obat keras:
e. Narkotika
“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintesis maupun semisintesis, dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan”.
f. Psikotropika
3. Penyimpanan obat
Masa penyimpanan dari semua jenis obat adalah terbatas karena semakin
lama disimpan, obat akan terurai secara kimiawi karena adanya pengaruh
obat. Kerusakan obat terkadang tidak ditandai dengan tanda-tanda yang jelas.
Proses perubahan ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Bentuk dan bau
obat mungkin tidak berubah, tetapi kadar zat aktifnya sudah banyak berkurang
atau jika lebih buruk lagi zat aktifnya dapat terurai membentuk zat-zat beracun.
Pengurangan kadar zat aktif dapat diketahui dengan analisis laboratorium (Tan
Pada penggunaan obat tetes mata, diharapkan membuang botol tetes mata
minggu setelah pertama kali botol dibuka. Oleh karena itu, sebaiknya mencatat
tanggal waktu pada saat pertama kali membuka botol sehingga dapat dengan
mudah mengingat kapan obat tetes mata tidak dapat digunakan lagi (Widayanti,
2007).
sebaiknya dilakukan pada tempat sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari
cahaya, lembab, dan panas (Tan dan Raharja, 2010). Farmakope Indonesia (FI)
IV menyatakan bahwa wadah tertutup rapat harus dapat melindungi isi dari
masuknya bahan cair, bahan padat atau uap dan mencegah kehilangan, merekat,
13
adalah wadah tidak tembus cahaya. Wadah tidak tembus cahaya yaitu wadah
yang harus dapat melindungi isi dari pengaruh cahaya, dan dibuat dari bahan
Obat tetes mata, telinga, hidung, larutan, dan sirup memiliki waktu
jamur. Apabila wadah sudah dibuka, maka zat pengawet tidak dapat
menghindarkan rusaknya obat secara keseluruhan, terlebih lagi bila wadah obat
sering dibuka, misalnya obat tetes mata atau pipet tetes yang bersentuhan dengan
tangan kotor. Oleh karena itu, setelah menggunakan obat wadah obat segera
1. Definisi
berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan
obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata. Tetes mata
berupa larutan harus jernih, bebas zarah asing, serat, dan benang (Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979). Tetes mata harus
a. Anestetik lokal
pada sediaan oftalmik adalah memiliki aksi yang cukup lama, stabil dalam
larutan, dan dapat dikombinasikan dengan obat lain. Golongan ini diantaranya
obat tetes mata Tetrakain HCl 0,5%, Proparakain HCl 0,5%, Pantokaine 1%,
obat tetes mata kombinasi Buvipakain HCl dan Buvipakain (Bennett, Fiscela,
langsung agen adrenergik yang terdapat pada produk midriasis tanpa sikloplegia
Obat ini biasanya dipakai tersendiri atau dikombinasi dengan obat sikloplegik
Pemberiannya adalah 1-2 tetes diulangi dalam waktu 5-10 menit. Efek tercapai
dalam waktu 30 menit dan efek akan hilang dalam waktu 2-3 jam (Bennett, et
al., 2004).
melumpuhkan daya akomodasi mata dan juga memiliki sifat melebarkan pupil
c. Miotika
Obat golongan miotika berguna untuk mengecilkan pupil. Contoh obat tetes
mata golongan miotika antara lain tetes mata pilocarpine 1%-6%, tetes mata
Oftalmik vasokonstriksi
Vasokonstriksi Durasi Konsentrasi Golongan
aksi/jam yang tersedia
0,012% Bebas
et al., 2004).
e. Agen antiinflamasi
flurbiprofen 0,03%, suprofen 1%, diclofenac 0,1%, ketolorac 0,4% dan 0,5%.
preservatif, dan sistem polimer. Sodium klorida (NaCl), potasium klorida (KCl),
g. Agen antiinfeksi
Agen antiinfeksi terdiri atas agen antibiotik, agen antijamur, dan agen
antivirus.
1) Agen antibiotik
18
X
Bacitracin
X
Polymixin B
Sodium X
Sulfacetamide
X
Trimethoprin
X
Vancomycin
X X
Ciprofloxacin
X
Gentamicin
X
Tobramycin
X
Amikacin
X X
Ofloxacin
X
Ceftazidime
X
Gatifloxacin
X
Moxifloxacin
2) Agen antijamur
2004).
19
3) Agen antivirus
trifluridine yang efektif untuk infeksi herpes simplex pada konjungtiva dan
mencuci tangan sampai bersih. Jika menggunakan obat tetes oftalmik dengan
bahwa ujung pipet/alat penetes tidak tajam atau retak. Warna dan kejernihan
Cara penggunaan tetes mata yang tepat adalah mencuci tangan terlebih
Indonesia, 2009).
21
Saat melakukan penetesan obat tetes mata, kadang tetesan tersebut ada yang
mengalir melalui sistem saluran air mata yang disebut duktus nasolakrimal
yang terletak di sudut mata dekat dengan hidung. Obat yang masuk kemudian
akan melalui sinus, dan diabsorbsi secara cepat ke dalam aliran darah. Hal ini
tubuh seperti jantung, hati atau ginjal. Efek samping yang ditimbulkan meliputi
asma, tekanan darah rendah, tekanan darah tinggi, perubahan irama jantung,
langkah yaitu:
kemudian teteskan obat tetes mata secara perlahan pada kelopak mata
bagian bawah.
22
c. Setelah diteteskan, mata ditutup dan biarkan jari tengah menahan ujung
mata tersebut selama 2 menit. Jika akan menggunakan obat tetes mata
sediaan dalam bentuk larutan. Penetesan akan menjadi lebih mudah dilakukan
pasien tentang kegunaan dan cara penggunaan obat mata, hal ini untuk
menjamin bahwa sediaan tersebut ditangani dan disimpan menurut aturan yang
keempat kelas utama bakteri, yaitu bakteri gram positif berbentuk kokus
Perawatan sendiri atau self care adalah suatu proses perawatan kesehatan
sendiri. Pengertian ini mengandung makna bahwa diri sendiri memiliki peran
yang penting pada kesehatannya atau diri sendiri dalam sistem pelayanan
sendiri. Pengobatan sendiri adalah pemilihan dan penggunaan obat oleh individu
untuk mengatasi sendiri gejala–gejala atau penyakit yang sebelumnya sudah ada
24
diagnosis atau sudah ada penyakit yang dikenali sebelumnya (World Health
Organization, 1990).
obat. Bidang sosial mengkaji persepsi sehat sakit dan faktor – faktor sosial budaya
E. Apotek
menyatakan bahwa:
“Apotek juga menjadi salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu
tercapainya derajad kesehatan yang optimal bagi masyarakat”.
F. Peran Apoteker
Apoteker adalah sumber utama informasi obat bagi dokter, perawat, pasien,
dan profesi kesehatan lainnya. Informasi obat harus dievaluasi oleh apoteker guna
memastikan penggunaan obat yang aman dan efektif (Siregar, 2006). Menurut
informasi obat yang akurat dan obyektif dalam hubungannya dengan perawatan
1027/MenKes/SK/IX/2004,
resep hanya bisa diperoleh dari dokter dan petugas penyerah obat di apotek,
atau orang yang menerima obat (Andayani, Satibi, dan Handayani, 2004). Tidak
digunakan. Alasan didatangai banyak pasien bukan alasan yang dapat dibenarkan
secara hukum untuk tidak memberikan informasi yang benar kepada pasien
(Vries, 1994).
26
H. Pharmaceutical Care
merugikan pada penggunaan obat, terutama pada penggunaan obat untuk terapi
penyakit jangka panjang, selain itu dapat meningkatkan kesadaran pasien akan
efek merugikan dari obat (Fischer, Defor, Cooper, Scott, Boonstra, Eelkema,
Goodman, 2002).
I. Perilaku
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,
2002). Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta
interaksi manusia yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang individu
terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Sarwono,
27
1997). Respon atau reaksi manusia, baik yang bersifat pasif (pengetahuan,
persepsi, dan sikap), maupun yang bersifat aktif (tindakan yang nyata atau
practice), sedangkan stimulus atau rangsangan di sini terdiri atas 4 unsur pokok,
(Notoatmodjo, 2002).
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo,
2002).
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
mewujudkan suatu sikap dalam suatu tindakan, antara lain fasilitas, selain itu
Tindakan pada dasarnya didasari oleh adanya stimulus yang sesuai dengan teori
Individu
Pengalaman
Stimulus Persepsi Tindakan
Pemahaman
Penafsiran
J. Komunikasi
Komunikasi adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal maupun
non verbal yang ditanggapi oleh orang lain. Komunikasi memiliki pengertian
yang lebih luas dari sekadar wawancara. Dari pengertian tersebut, dapat
mengungkapkan pesan tertentu sehingga mudah dipahami dan diterima oleh orang
K. Keterangan Empiris
Apotek KF RSUP Dr. Sadjito Yogyakarta. Perilaku penggunaan yang akan dikaji
pada penelitian ini mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan responden
yang dilihat dengan pemberian kuesioner. Penelitian ini juga mengamati informasi
apa saja yang diberikan oleh apoteker terhadap pasien rawat jalan Apotek KF
RSUP Dr. Sardjito mengenai ketepatan penggunaan obat khususnya obat tetes
METODE PENELITIAN
diteliti menurut keadaan apa adanya, tanpa intervensi dari peneliti (Pratiknya,
1993). Salah satu ciri penting pada penelitian observasional adalah adanya
gejala yang ada tanpa menyelidiki mengapa gejala tersebut ada, sehingga dalam
sedang berlangsung pada suatu saat (Sevilla, dkk., 1993). Hasil penelitian
disajikan apa adanya, tanpa menganalisis mengapa fenomena itu dapat terjadi,
karena pada studi deskriptif tidak diperlukan hipotesis (Sastroasmoro dan Ismael,
apotek sedangkan berdasarkan cara dan waktu pengambilan sampel, penelitian ini
30
31
responden.
Pengambilan sampel penelitian ini secara kuota non random, semua anggota
atau subyek penelitian tidak memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai
diinginkan secara non acak (Sevilla, dkk., 1993). Metode pengumpulan data
Tetes Mata Pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta Periode Juni – Juli 2010”, merupakan salah satu penelitian yang
Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Juni – Juli 2010”.
Penelitian ini terdiri dari 5 pokok bahasan dan termasuk dalam penelitian sosial.
C. Definisi Operasional
1. Apotek KF RSUP Dr. Sardjito adalah Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP
a. Ketersediaan informasi
Apotek KF RSUP Dr. Sardjito dan informasi yang diberikan apoteker terkait
b. Ketersediaan barang
3. Penggunaan obat tetes mata meliputi cara meneteskan obat tetes mata, cara
4. Obat tetes mata dalam penelitian ini adalah semua jenis obat tetes mata yang
merupakan pasien rawat jalan dan seluruh masyarakat baik yang berasal dari
daerah sekitar apotek maupun dari luar daerah, yang datang ke loket Instalasi
Rawat Jalan (IRJ) Apotek KF RSUP Dr. Sardjito untuk membeli obat baik
kriteria inklusi. Saat penelitian berlangsung, dipilih loket IRJ karena loket
dan pengguna obat tetes mata lebih banyak dibandingkan dengan di loket-
6. Pasien rawat jalan adalah pasien yang tidak dirawat secara intensif di rumah
sakit, berobat ke rumah sakit hanya jika ada keluhan tertentu, ataupun pasien
7. Loket Instalasi Rawat Jalan (IRJ) adalah loket yang masih merupakan bagian
dari Apotek KF RSUP Dr. Sardjito yang letaknya dekat dengan poliklinik
mata dan THT sehingga ketersediaan obat tetes mata, obat tetes telinga,
maupun obat tetes hidung lebih banyak dibandingkan di loket-loket yang lain.
9. Teknik pemberian informasi obat oleh apoteker terdiri dari teknik aktif dan
mengenai penggunaan obat tetes mata secara tepat yang mereka yakini
11. Aspek sikap adalah respon evaluatif responden terhadap penggunaan obat
tetes mata yang mereka yakini kebenarannya dari pengetahuan yang mereka
langsung.
12. Aspek tindakan adalah hal-hal yang dilakukan oleh responden dalam
penggunaan obat tetes mata yang dinilai dengan pemberian kuesioner dan
13. Pengetahuan, sikap, dan tindakan responden dikatakan baik apabila skor
14. Periode Juni - Juli 2010 yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu tanggal 14
15. Item adalah jumlah sediaan obat tetes mata secara keseluruhan, yang dihitung
konsentrasi obatnya.
35
Pengambilan data penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2010 sampai dengan
bulan Juli 2010 yang dimulai dari tanggal 14 Juni 2010 sampai 10 Juli 2010,
setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 08.00-15.00 WIB. Kegiatan pemberian
kuesioner dan survei wawancara kepada responden, dilakukan di loket IRJ yang
khusus melayani peresepan bagi pasien rawat jalan maupun obat-obat non-resep.
E. Subyek Penelitian
Sardjito dan apoteker yang sedang bertugas seperti yang telah dijelaskan pada
definisi operasional. Subjek penelitian juga harus memenuhi kriteria yang menjadi
batasan dalam penelitian. Kriteria inklusi yang digunakan adalah subjek berusia
minimal 17 tahun berjenis kelamin pria atau wanita dan merupakan pengunjung
Apotek KF RSUP Dr. Sarjito yang datang untuk membeli obat resep maupun non-
resep selama penelitian berlangsung yaitu pada periode Juni-Juli 2010. Pada
meliputi responden dan apoteker yang tidak bersedia bekerja sama untuk ikut
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung yang terdiri atas 5
subjudul yaitu 2 kajian mengenai penggunaan sediaan cair oral (cup ukur dan
sendok takar), 2 kajian mengenai penggunaan obat tetes (obat tetes mata dan obat
tetes telinga), dan 1 kajian mengenai penggunaan sediaan sachet serbuk oral. Pada
pengambilan sampel kuota secara non random, responden yang dijadikan sampel
diambil secara non random dan dapat diasumsikan bahwa sampel-sampel tersebut
Penetapan jumlah sampel yang akan diteliti untuk populasi kecil atau lebih
kecil dari 10.000 adalah dengan sampling kuota, dengan menggunakan rumus:
N
n
1 N (d ) 2
Keterangan:
Dalam penelitian ini, besar sampel yang akan dijadikan sampel penelitian adalah:
132
n 99, 25 100responden
1 132(0,05) 2
37
N = 132 merupakan besar populasi pengunjung apotek yang membeli obat tetes
mata di Loket Instalasi Rawat Jalan (IRJ) Apotek KF RSUP Dr. Sardjito
rata-rata dalam 1 bulan yang dilihat dari kartu stok pada Bulan Maret 2010.
Jika tidak terjadi dropped out, data yang diperoleh dari 110 responden tersebut
mata oleh responden karena penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif.
F. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data responden
yang diperoleh pada saat wawancara awal untuk melihat beberapa karakteristik
G. Instrumen Penelitian
1. Tahap pra-penelitian
Tahap ini merupakan tahap awal jalannya penelitian. Tahap awal ini meliputi
a. Proses perijinan
Perijinan dilakukan dengan pihak mitra yaitu Manajer Apotek Kimia Farma
perijinan berlangsung kurang lebih 1 bulan yaitu pada Bulan Februari 2010.
b. Analisis situasi
Analisis situasi ini dilakukan selama 2 bulan, yaitu pada Bulan Maret-April
2010. Tahap yang dilakukan mencakup pengamatan situasi dan kondisi yang
ada di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito khususnya di Loket IRJ. Pada tahap ini
obat tetes mata pada Bulan Maret 2010 yang dilihat dari kartu stok.
supaya mudah dimengerti. Kuesioner yang dibuat berisi 3 aspek yang terdiri
aspek terdiri dari 10 pernyataan. Pernyataan pada kuesioner ini terdiri atas
merupakan suatu pernyataan yang berisi hal-hal positif mengenai suatu objek,
hal negatif mengenai suatu objek. Bentuk pernyataan yang ada di dalam
hanya disediakan 2 jawaban seperti pernah atau tidak pernah, ya atau tidak,
benar atau salah, serta setuju atau tidak setuju (Notoatmodjo, 2005).
benar dan salah, tetapi setiap jawaban tersebut tidak dilakukan penilaian.
secara keseluruhan.
kuesioner dilakukan saat itu juga agar tidak ada masalah dalam pengembalian
pelayanan informasi obat terkait bentuk sediaan yang diteliti (obat tetes
mata).
normal, jumlah responden yang diuji coba paling sedikit adalah 20 orang
Uji bahasa yang dilakukan digunakan untuk melihat bahasa yang terdapat
dalam kalimat pernyataan dapat dimengerti oleh responden atau tidak. Jika
Analsis situasi
Menetapkan subjek
penelitian, kriteria inklusi
dan eksklusi
Pembuatan kuesioner
dan wawancara Uji bahasa
terstruktur
Memenuhi kriteria
inklusi-eksklusi
32 Responden
Dilakukan memang membeli
wawancara obat tetes mata
kuesioner kepada responden yang sudah pernah menggunakan obat tetes mata.
yang dapat diwawancarai dan yang membeli obat tetes mata pada saat penelitian
terkait penggunaan obat tetes mata beserta informasi yang baru disampaikan
pendataan obat tetes mata diseluruh loket Apotek KF RSUP Dr. Sardjito.
Apotek KF RSUP Dr. Sardjito memiliki 5 loket yaitu loket Unit Gawat Darurat,
loket Instalasi Rawat Jalan, loket poliklinik, loket induk, dan loket bangsal.
obat tetes mata, selain itu peneliti juga melakukan wawancara secara mendalam
Sardjito.
Data yang diperoleh pada kuesioner ini berasal dari lembar kuesioner yang
diisi oleh responden, jawaban wawancara dari responden dan apoteker yang
sedang bertugas, serta daftar ketersediaan obat tetes mata yang terdapat di
Apotek KF RSUP Dr. Sardjito. Data yang diolah dalam penelitian ini, juga
karakteristik responden tersebut juga dikaji dari segi penggunaan obat tetes
mata, sudah berapa kali membeli obat di loket Apotek KF RSUP Dr. Sardjito,
Ketersediaan obat tetes mata dilihat dengan pendataan obat tetes mata yang
terdapat pada 5 Loket Apotek KF RSUP Dr. Sardjito, kemudian dihitung total
obatnya, dan efek farmakologinya. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan
penggunaan obat tetes mata pada pengunjung Apotek KF RSUP Dr. Sardjito.
secara umum pada pengunjung Apotek KF. Hasil dari penelitian ini diharapkan
45
Tata cara analisis hasil dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif
persentase, disajikan dalam bentuk tabel dan gambar, serta dibahas secara
1. Karakteristik responden
penggunaan obat tetes mata yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan responden, baru pertama atau sudah berulang kali
menggunakan obat tetes mata, responden yang membeli obat di loket Apotek
KF, dan responden yang sudah pernah berkonsultasi obat dengan apoteker.
a. Usia responden
frekuensi Strurgess:
M = 1+3,3 log N
46
dengan M adalah jumlah kelas dan N adalah jumlah data populasi (Sugiyono,
b. Jenis kelamin
responden yaitu Tidak Sekolah, SD, SLTP, SLTA, SMK, Diploma, dan
e. Baru pertama kali atau sudah berulang kali menggunakan obat tetes mata
perhitungan jumlah responden yang baru pertama kali atau sudah berulang
obat dengan apoteker di loket Apotek KF RSUP Dr. Sardjito, dibagi jumlah
perhitungan jumlah total obat tetes mata yang terdapat di seluruh loket
48
perhitungan jumlah total obat tetes mata yang terdapat di seluruh loket
mata yang terdapat di seluruh loket Apotek KF RSUP Dr. Sardjito, dan
berikut:
49
sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh responden dan apoteker yang
diwawancarai.
tentang penggunaan obat tetes mata. Pada penelitian ini, adanya wawancara
J. Kesulitan Penelitian
Beberapa kesulitan yang dialami selama penelitian ini antara lain mencari
responden. Pada tahap pengambilan data, banyak pengunjung apotek yang tidak
Adapun kesulitan yang dialami peneliti pada subyek yang bersedia diikutsertakan
berkurang, dan tidak terbiasa berbahasa Indonesia. Untuk mengatasi kesulitan ini,
dalam penelitian ini adalah responden yang bersedia mengisi kuesioner, tetapi
ketika obat yang ditunggu sudah diterima, responden tersebut terlihat terburu-buru
dalam pengisian kuesioner, hal ini mungkin dapat mempengaruhi jawaban yang
diberikan. Dalam penelitian ini pengolahan data juga tidak dilakukan uji statistik
tetes mata dengan responden hanya pernah menggunakan obat tetes mata. Hal ini
berpengaruh pada jawaban yang diberikan terutama jika responden tersebut sudah
lama menggunakan obat tetes mata dan berusaha mengingat-ingat kembali terkait
tetes mata pada pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta Periode Juni – Juli 2010 merupakan salah satu penelitian yang
diadakan bersama serangkaian penelitian lain. Topik yang akan dibahas pada
Obat Tetes Mata Pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr.
ketersediaan dan penggunaan obat tetes mata oleh responden di Apotek KF RSUP
bagian pokok yaitu persentase ketersediaan obat tetes mata di Apotek KF RSUP
Apotek KF RSUP Dr. Sardjito, dan perilaku penggunaan obat tetes mata oleh
aspek yaitu aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan. Hasil yang diperoleh
kemudian diolah dengan statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel atau
gambar (diagram).
51
52
Dalam penelitian ini, untuk melihat persentase ketersediaan obat tetes mata
yang terdapat di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito yang akan dikaji antara lain
macam kemasan obat tetes mata, macam golongan obat tetes mata, dan
dipilih karena dapat menggambarkan obat tetes mata yang tersedia di Apotek KF
Pengelompokkan ini didasarkan pada kemasan obat tetes mata yang tersedia
di seluruh loket Apotek KF RSUP Dr. Sardjito. Ada 2 macam kemasan yaitu
kemasan botol (multiple dose) dan single dose. Beberapa merek juga ada yang
Jumlah keseluruhan obat tetes mata yang terdapat di Apotek KF RSUP Dr.
Sardjito adalah 69 item dengan 52 item dalam kemasan botol, 12 item dalam
kemasan single dose, dan 5 item tersedia dalam kemasan botol maupun single
dose. Ketersediaan obat tetes mata di seluruh loket Apotek KF sebagian besar
adalah dalam kemasan botol. Menurut kartu stok yang terdapat di loket IRJ,
53
jumlah obat tetes mata dengan kemasan botol, terjual lebih banyak daripada
responden dengan persentase 91,8% lebih sering menggunakan obat tetes mata
dengan kemasan botol karena lebih mudah diperoleh dan dapat digunakan
menceritakan bahwa mereka lebih suka menggunakan obat tetes mata dengan
kemasan single dose daripada yang kemasannya botol karena hanya satu kali
Obat tetes mata dengan kemasan single dose dibuat untuk sekali pakai dan
aseptis, sedangkan obat tetes mata dengan kemasan botol (multiple dose)
merupakan obat tetes mata yang dapat digunakan berulang kali sehingga dalam
Obat tetes mata dengan kemasan botol memang lebih umum dikenal di
masyarakat karena banyak dijual di luar apotek dan beberapa dapat diperoleh
tanpa resep dokter. Obat tetes mata tersebut biasanya merupakan golongan obat
Obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter yaitu obat bebas dan obat bebas
terbatas dengan tanda khusus yaitu lingkaran berwarna hijau dan bergaris tepi
hitam artinya obat bebas yang boleh dijual di semua outlet, sedangkan lingkaran
berwarna biru dan bergaris tepi hitam artinya obat bebas terbatas yang boleh
dijual di apotek dan toko obat berijin (Wibowo, 2010). Kemasan single dose
54
biasanya hanya dijual di apotek dan tidak semua orang tahu jika belum pernah
Obat tetes mata yang terdapat di Apotek KF terdiri dari obat tetes mata
78,3%
karena itu obat tetes mata yang tersedia sebagian besar merupakan obat keras
(78,3%). Beberapa obat tetes mata yang termasuk golongan obat keras juga
termasuk ke dalam Obat Wajib Apotek (OWA). Obat Wajib Apotek merupakan
obat keras yang dapat dibeli dengan resep dokter, namun dapat pula diserahkan
oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter dengan jumlah tertentu
(Wibowo, 2010).
55
Terdapat 23,2% obat tetes mata yang termasuk OWA dari total keseluruhan (69
item) obat tetes mata di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito. Obat tetes mata tersebut
dapat diserahkan oleh apoteker di apotek tanpa resep dokter. Menurut PerMenKes
No. 919 tahun 1993, obat wajib apotek tersebut dapat digunakan untuk
Obat tetes mata yang pernah digunakan oleh sebagian besar responden
merupakan obat tetes mata golongan obat bebas. Sebanyak 84,7% responden dari
bebas harganya terjangkau, tidak perlu menggunakan resep dokter, banyak dijual
di apotek, toko obat, dan warung-warung dekat tempat tinggal mereka, serta
efektif dalam mengobati keluhan-keluhan mata ringan seperti mata merah, gatal,
dan lelah.
golongan obat bebas. Penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas, pada
umumnya mereka lakukan untuk mengobati diri sendiri. Obat tetes mata golongan
obat bebas terbatas dan obat bebas tidak banyak tersedia di apotek KF RSUP Dr.
Sardjito, persentase ketersediaannya hanya 2,9% untuk obat bebas dan 18,8%
untuk obat bebas terbatas namun obat tetes mata tersebut tetap disediakan. Secara
umum, obat yang didapat dari sebuah resep lebih aman daripada obat yang dibeli
tanpa resep karena dosis yang diberikan sudah ditakar oleh dokter yang
bersangkutan. Pada obat nonresep yang dapat dibeli di warung, tidak ada orang
mata golongan obat keras jika mereka sedang menjalani pengobatan intensif
Antiinfeksi 5
Natamycin (Cendo Natacen®)
dan Antiseptik
Mata
6 Levofloxacin (Cravit®, Cendo LFX®, Levocin®)
7 Gentamicin Sulfate (Garamycin®, Sagestam®)
mata yang paling banyak tersedia di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito. Dari tabel
Konsultasi edisi 2008/2009. Jika ada obat tetes mata yang tidak tercantum dalam
MIMS Indonesia, digunakan pustaka yang lain yaitu ISO Indonesia Volume 44
Sebagian besar obat tetes mata yang tersedia di Apotek KF RSUP Dr.
Sardjito adalah obat tetes mata golongan antiinfeksi dan antiseptik mata (28,4%)
sedangkan golongan obat tetes mata yang paling sedikit adalah golongan obat
mukosa dan jaringan hidup. Antiseptik memiliki ciri apabila diberikan lokal atau
topikal tidak berefek sistemik, bekerja cepat, dan memiliki indeks terapi yang
protozoa, dan jika diberikan secara lokal atau topikal, dapat berefek sistemik
(Sutedjo, 2008).
Secara umum, penyimpanan obat tetes mata adalah pada suhu kamar.
Menurut Farmakope Indonesia IV, suhu kamar adalah suhu pada ruang kerja.
59
Suhu kamar terkendali adalah suhu yang diatur antara 15º dan 30º Celcius.
Terdapat 2 nama dagang obat tetes mata yang tersedia di Apotek KF RSUP Dr.
Latanoprost® dan Cendo Glaoplus®). Pada kemasan obat tetes mata tersebut,
tertulis suhu penyimpanannya yaitu 2-8º Celcius. Hal tersebut sesuai dengan yang
golongan obat tetes mata tersebut adalah melihat langsung komposisi pada
kemasannya. Obat tetes mata tersebut adalah Cendo Vitrolenta®, Cendo Floxa®,
mata golongan antiinfeksi dan antiseptik mata, menunjukkan bahwa obat tetes
mata yang tersedia di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito sebagian besar merupakan
obat keras yang penggunaannya harus dengan resep dokter, serta 23,2% yang
Pelayanan informasi obat kepada pasien tidak lepas dari peran seorang
jawab untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan terapi obat yang tepat, efektif,
Apoteker yang ada di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito terdiri dari 4 orang,
namun salah satunya sedang ditugaskan di luar kota sehingga hanya 3 orang
apoteker yang kami wawancarai. Dari hasil wawancara terhadap 3 apoteker yang
pemberian informasi obat yang dilakukan saat penyerahan obat kepada pasien
apoteker dapat menggali informasi yang lebih lengkap tentang riwayat penyakit
obat yang diterima dan aturan pemakaiannya, namun untuk indikasi masing-
ada beberapa obat yang diberikan oleh dokter dalam resep yang tidak sesuai
61
sampingnya.
Pemberian informasi untuk obat tetes mata yang disampaikan oleh apoteker
yaitu aturan pemakaian yang meliputi pemakaiannya per hari, jumlah tetesan
pada mata yang akan diobati, dan jika penggunaannya diharuskan sesering
pada mata yang akan diobati. Apoteker juga menginformasikan kapan obat tetes
mata dengan kemasan botol harus dibuang, yaitu 30 hari setelah kemasannya
dibuka. Informasi ini sudah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa obat
menjelaskan penggunaan obat tetes mata secara lengkap. Cara penyimpanan tidak
perlu untuk diberitahu karena mereka menganggap bahwa sebagian besar orang
sudah mengetahui bagaimana harus menyimpan obat tetes mata, kecuali obat tetes
mata yang penyimpanannya harus pada suhu dingin. Dalam hal ini, informasi
pasien harus diinformasikan mengenai efek samping yang akan ditimbulkan saat
(Handayani dan Satibi., 2004). Singkatnya informasi yang diberikan oleh apoteker
membuat informasi tersebut terkadang tidak dipahami oleh pasien, sehingga dapat
sangat beragam. Sumber informasi tersebut dapat diperoleh baik dari buku yang
memuat informasi obat secara lengkap maupun dari brosur yang terdapat dalam
kemasan obat. Sumber informasi yang dapat diketahui antara lain komposisi obat,
perhatian, efek samping yang mungkin akan terjadi, dan interaksi obat bila
komersial dan non-komersial. Informasi yang komersial terdiri dari leaflet, brosur,
terdapat dalam kemasan obat karena mereka meyakini bahwa brosur tersebut
sudah ada standarisasi yang tepat dari Pabrik Besar Farmasi (PBF), untuk panduan
pustaka yang digunakan mereka mengaku tidak mengacu pada panduan pustaka
mengacu pada banyak sumber, diantaranya adalah MIMS dan internet. Apoteker
lainnya yang digunakan adalah brosur dalam kemasan obat dan pengalaman yang
didapat dari orang lain tentang suatu penyakit dan penanganannya khususnya
Sumber berbeda yang diacu oleh tiap apoteker menunjukkan bahwa informasi
mengenai suatu obat dapat diperoleh dari sumber yang bermacam-macam dan
selengkap mungkin.
bersifat aktif atau pasif. Pemberian informasi dikatakan bersifat aktif apabila
yang dilakukan oleh apoteker yang merupakan jawaban atas pertanyaan yang
Pada pemberian informasi obat tetes mata, pengunjung apotek yang datang
untuk membeli atau menebus resep obat tetes mata rata-rata sudah mengetahui
penggunaan obat tetes mata secara umum sehingga mereka mereka merasa tidak
apoteker lebih berperan aktif dalam memberikan pelayanan kepada pasien namun
saat pemberian informasi obat, tidak dibantu dengan adanya leaflet. Mereka hanya
dari pasiennya, mereka juga tidak banyak bertanya lebih jauh terkait obat yang
akan mereka dapatkan, dalam hal ini pasien lebih bersifat pasif. Menurut
Handayani dan Satibi (2004), sikap pasien dikatakan tidak kooperatif dapat
IRJ, pasien juga lebih pasif ketika diberikan informasi tentang obat tetes mata. Hal
ini ditunjukkan pada waktu penyerahan obat tetes mata oleh apoteker , pasien
hanya menerima begitu saja informasi yang diberikan oleh apoteker. Pasien tidak
menanyakan lebih jauh lagi mengenai apa yang belum mereka ketahui seperti cara
penetesannya secara tepat, rasa pahit di tenggorokan ketika penetesan obat tetes
mata, dan terkait efek samping yang ditimbulkan. Dalam memberikan informasi,
apoteker juga tidak menggunakan leaflet sebagai alat bantu untuk memberikan
informasi terkait cara penetesan obat tetes mata secara tepat kepada pasien. Sikap
65
pasien yang tidak kooperatif ini membuat pengetahuan terkait penggunaan obat
tetes mata menjadi kurang. Untuk mengatasi hal tersebut akan lebih baik jika ada
keseimbangan yang ditunjukkan dengan adanya interaksi yang baik antara pasien
dan apoteker.
Sikap pasien yang cenderung pasif memang sulit untuk diatasi, namun hal ini
dapat dilakukan dengan pemberian leaflet pada saat penyerahan obat tetes mata
yang berisi informasi cara penetesan yang tepat, akibat penggunaan jangka
melengkapi informasi yang tidak sempat diberikan pada saat penyerahan obat.
informasi obat kepada pasien. Kendala-kendala yang dihadapi antara lain adalah
Kendala bahasa terutama dihadapi oleh salah satu apoteker yang berasal dari
daerah Jawa Barat karena pengunjung apotek yang datang ke RSUP Dr. Sardjito
kebanyakan adalah orang jawa dan mereka kebanyakan berusia lanjut sehingga
Indonesia.
menjadi kendala yang dirasakan oleh seluruh apoteker dalam menyerahkan obat.
Hal ini sesuai dengan penelitian Handayani dan Satibi (2004), yang menyebutkan
kepada pasien adalah waktu. Pengunjung apotek yang datang untuk menebus
resep kebanyakan tidak mempunyai banyak waktu, tidak sabar, dan inginnya
cepat-cepat selesai terutama untuk pasien yang sudah menunggu obat terlalu lama.
Hal tersebut yang membuat pelayanan yang diberikan oleh petugas apotek dan
pun lebih singkat dan informasi yang diberikan juga cenderung sedikit. Dari hasil
Untuk mengetahui penggunaan obat tetes mata oleh responden, maka perlu
penggunaan suatu sediaan obat dalam hal ini adalah penggunaan obat tetes mata.
Pada penelitian ini, karakteristik responden yang akan dikaji adalah usia, jenis
frekuensi penggunaan obat tetes mata oleh responden. Selain itu, sebelum
dikaji dari segi penggunaan obat tetes mata, sudah berapa kali membeli obat di
1. Usia responden
Usia merupakan salah satu kriteria inklusi. Usia yang dijadikan kriteria inklusi
yaitu responden yang berusia minimal 17 tahun pada saat mengikuti penelitian. Di
batasan usia dewasa untuk usia reponden karena pada usia tersebut responden
sudah dapat memahami dan mengerti penggunaan obat tetes mata secara tepat,
sehingga dapat memberikan informasi dengan jelas terkait penggunaan obat tetes
distribusi frekuensi dengan rumus Strurgess agar didapat suatu interval kelas,
kemudian batas bawah kelas pertama ditetapkan sebagai batasan usia minimal.
adalah 17 tahun dan usia yang tertua adalah 70 tahun dengan interval kelas yang
68
didapatkan adalah 7. Kajian obat tetes mata yang ditanyakan kepada responden
saat penelitian adalah obat tetes mata apapun yang sebelumnya pernah digunakan
oleh responden baik resep maupun nonresep. Persentase penggunaan obat tetes
mata yang besar pada rentang usia 17-23 tahun dan 24-30 tahun mungkin
disebabkan karena aktivitas yang cenderung tinggi pada usia tersebut seperti
Mobilitas di luar ruangan yang cenderung tinggi pada usia tersebut juga
2. Jenis kelamin
Karakteristik Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin
49,1
50,9 Pria
Wanita
jenis kelamin yang terdiri dari pria dan wanita. Berbagai macam alasan
menggunakan obat tetes mata diantaranya adalah mata terasa perih, berair, pegal,
merah, gatal, dan mata terasa mudah lelah. Asyari (2007), mengemukakan bahwa
suatu kelompok gejala dimana mata terasa tidak nyaman, seperti iritasi, perih,
berair, seperti terasa lengket, gatal, pegal, merah, cepat merasa mengantuk, dan
cepat lelah merupakan suatu sindroma mata kering (dry eye syndrome). Sindroma
69
mata kering sangat sering dijumpai, mengenai 10-30% penduduk, serta tidak
Responden yang ikut serta dalam penelitian ini berasal dari tingkat pendidikan
untuk menghadapi masalah yang ada di sekitarnya, dalam hal ini masalah
dengan apa yang mereka tahu dan mereka lakukan, serta kelengkapan
informasinya pun tidak tergantung pada tingkat pendidikan akhir yang dimiliki.
70
yang berbeda-beda. Kebutuhan akan penggunaan obat tetes mata juga berbeda-
karena mencakup kebutuhan akan penggunaan obat tetes mata yang terkait dengan
penggunaan obat tetes mata antara lain ada yang mengatakan karena bekerja
terlalu lama di depan komputer sehingga mata terasa lelah, tegang, terkena debu
merah dan terasa gatal, belekan karena tertular temannya, mata tiba-tiba terasa
Penggunaan obat tetes mata yang mereka lakukan, merupakan suatu upaya
depan komputer dapat menyebabkan mata terasa lelah karena membaca huruf di
depan layar komputer berbeda dengan membaca huruf di kertas biasa. Pada layar
71
komputer, huruf tersusun atas titik-titik atau pixels sehingga untuk melihat huruf
Terdapat responden yang cenderung menggunakan obat tetes mata setiap hari
setiap hari adalah responden dengan pekerjaan konstruksi baja yang termasuk ke
konstruksi baja mengaku hampir setiap hari menggunakan obat tetes mata karena
sering merasa iritasi mata akibat harus terpapar oleh sinar radiasi yang berasal dari
alat-alat las baja, sehingga responden tersebut dapat menghabiskan obat tetes
mengaku tidak merasa takut akan efek samping yang ditimbulkan karena selama
diketahui karena digunakan untuk melihat penggunaan obat tetes mata secara
umum.
3,6%
Baru pertama
kali
Sudah
berulang kali
96,4%
kali menggunakan obat tetes mata. Hal ini menunjukkan obat tetes mata sudah
bahwa obat tetes mata mudah diperoleh baik di apotek, toko obat, mini market,
49%
51% Pertama kali
Sering
obat di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito merupakan pasien rawat jalan atau yang
membeli obat untuk keluarganya yang dirawat secara intensif di RSUP Dr.
Sardjito.
Beberapa dari mereka juga ada yang mengatakan bahwa mereka merupakan
pelanggan tetap karena pelayanan yang baik saat membeli obat di Apotek KF
ketersediaan obat tetesnya lebih banyak dari loket yang lain, berpendapat bahwa
pelayanan akan obat tetes di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito adalah baik, jika obat
73
yang mereka cari tidak ada di loket IRJ, petugas berusaha mengambilkan di loket
lain. Hal tersebut yang membuat pengunjung apotek merasa dilayani dengan baik
Data ini dapat memberi gambaran mengenai peran apoteker dalam melakukan
2007).
80%
mereka mengatakan bahwa Apotek KF bekerja sama dengan Rumah Sakit Dr.
pada setiap loket memang tidak disediakan tempat khusus untuk melakukan
konsultasi obat. Pemberian informasi obat hanya sebatas pada saat penyerahan
obat baik obat resep maupun nonresep. Kondisi pasien yang cenderung banyak
yang dilakukan yaitu mengenai obat yang akan diterima dan obat yang
mana apotekernya karena tidak memakai seragam khusus. Oleh karena itu supaya
apoteker dapat dikenali oleh pengunjung apotek, akan lebih baik bila ada seragam
masyarakat.
responden yang memang membeli obat tetes mata di loket IRJ Apotek KF RSUP
responden tersebut, informasi yang diberikan oleh apoteker saat penyerahan obat
tetes mata kepada responden meliputi jumlah tetesan yang harus digunakan setiap
hari, bagian mata yang harus ditetesi, dan frekuensi penetesan. Cara penyimpanan,
tepat tidak diinformasikan. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara apoteker
penggunaannya.
tetes mata tepat pada bola mata, hal tersebut dilakukan karena mereka tidak tahu
kelopak mata bagian bawah dan sisanya 24,9% meneteskan pada bagian ujung
penetesan yang tepat saat membeli obat tetes mata baik di apotek, toko obat,
menggunakan obat tetes mata adalah banyaknya tetesan yang terbuang. Hal
bertanya lebih jauh tentang informasi yang belum mereka ketahui seperti adanya
rasa pahit di tenggorokan setelah meneteskan obat tetes mata. Dari hasil
oleh petugas apotek sudah cukup lengkap, namun 37,5% responden menyatakan
kegunaan dan cara penggunaan obat mata, hal ini untuk menjamin bahwa sediaan
tersebut ditangani dan disimpan menurut aturan yang seharusnya (Agoes, 2009).
penggunaannya, yang diketahui masyarakat adalah penetesan obat tetes mata pada
tetesan yang hilang karena banyak tetesan yang keluar saat diteteskan pada bola
9. Aspek pengetahuan
6* Jika warna, bau dan kejernihan dari larutan obat sudah 93,6 6,4
berubah, obat tetes masih dapat digunakan kembali.
9 Cara meneteskan obat tetes mata yaitu pada kelopak 39,1 60,9
mata bagian bawah
yang dapat dilihat pada tabel X. Persentase jawaban benar dan salah yang
kuesioner.
penggunaan obat. Secara umum, masyarakat mengetahui bahwa obat yang harus
merupakan zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba terutama fungi, yang dapat
semua obat tidak harus digunakan sampai habis. Bila sudah sembuh obat tidak
menganggap semua jenis obat harus digunakan sampai habis. Sebagian dari
mereka ada yang mengatakan bahwa sistem imun tubuh seseorang berbeda-beda,
sehingga supaya cepat sembuh obat harus digunakan sampai habis. Ada juga
78
yang menyayangkan jika membuang obat yang belum habis, sehingga dipakai
tetes mata sampai habis. Mereka menghentikan penggunaan obat tetes mata
bila responden tersebut menggunakan obat tetes mata dengan resep dokter.
Responden yang menggunakan obat tetes mata dengan resep dokter selalu
obat tetes mata. Hasil jawaban pada pernyataan nomor 1 persentase antara
jawaban benar dan salah tidak berselisih banyak, namun dapat dikatakan
terutama terkait dengan obat yang dapat dihentikan ketika gejala dari suatu
lebih suka menyimpan obat tetes mata di suhu kamar, tempat yang kering, dan
menyimpan obat tetes mata di kotak obat khusus, di dalam tas, lemari obat yang
tertutup dan terlindung cahaya supaya kandungan obat tetap terjaga. Persentase
responden yang tidak menyimpan obat tetes mata di suhu kamar, tempat yang
79
lemari es. Alasan yang diberikan kepada peneliti adalah supaya saat digunakan,
apotek atau apoteker ketika membeli obat tetes mata adalah mereka mengaku
tidak pernah diberi informasi cara penyimpanan obat tetes mata saat membeli di
apotek, bahkan ada pula yang mengatakan membeli obat tetes mata di warung-
warung dekat rumah sehingga tidak diberikan informasi obat sama sekali. Hal
ini juga diperkuat oleh keterangan yang diberikan oleh apoteker saat dilakukan
penyimpanannya.
Secara teori, cahaya, udara dan suhu lambat laun akan membuat obat terurai
secara kimiawi, sehingga khasiat obat akan berkurang (Tan dan Raharja, 2010).
sedangkan suhu dingin adalah 2º-8ºCelcius. Oleh karena itu, dalam menyimpan
obat harus memperhatikan suhu, udara, dan paparan cahaya. Jadi, pengetahuan
Pada pernyataan nomor 4, yaitu setelah meneteskan obat tetes mata harus
maksud dari kata ‘mendiamkan’ sehinga peneliti menjelaskan maksud dari kata
81,8% yang menjawab harus didiamkan beberapa menit terlebih dahulu sekitar
1-2 menit. Pendiaman tersebut bertujuan supaya obat tetes mata yang diteteskan
mudah menyebar keseluruh bagian mata dan menambah efektivitas obat. Jadi,
mereka menyatakan bahwa brosur yang ada pada kemasan obat sangat
lupa bagaimana penggunaan obat tersebut dan mengenai informasi efek samping
responden masih belum mengetahui bahwa ada beberapa jenis obat tetes mata
yang juga dapat digunakan untuk tetes telinga jika mempunyai kegunaan yang
sama. Obat tetes mata yang juga dapat digunakan untuk obat tetes telinga, yang
tersedia di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito, yaitu 2 obat golongan antiseptik mata
menggunakan/diresepkan obat tetes mata yang juga dapat digunakan untuk tetes
81
tetes mata adalah pada kelopak mata bagian bawah. Penetesan obat tetes mata
yang tepat adalah pada kelopak mata bagian bawah karena kelopak mata bagian
bawah lebih membentuk kantung mata daripada kelopak mata bagian atas,
sehingga saat diteteskan obat lebih mudah masuk, dan jika obat tetes mata
tersebut banyak terbuang oleh air mata, masih ada sedikit obat yang tertinggal
masyarakat terkait teknik penetesan obat tetes mata secara tepat, dengan adanya
leaflet dan dilakukan penjelasan terkait informasi yang terdapat dalam leaflet
tersebut pada saat penyerahan obat tetes mata di apotek, diharapkan dapat
mata adalah baik, hal tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Aspek Pengetahuan
24,6%
Benar
75,4%
Salah
14* Saya yakin penetesan obat tetes mata di bagian 63,6 36,4
ujung mata adalah tepat
sedang. Hanya 69,1% dari seluruh responden yang menyatakan lebih memilih
petugas apotek sebagai sumber informasi cara penggunaan obat, sisanya lebih
apotek, apoteker hanya bertugas di dalam dan tidak pernah melayani obat secara
langsung.
bahwa mereka terbiasa meneteskan obat tetes mata pada kelopak mata bagian
bawah, dan juga ada yang mengatakan terbiasa meneteskan obat tetes mata tepat
84
pada bola mata. Persentase responden yang menyatakan lebih suka meneteskan
obat tetes mata pada ujung mata adalah 36,4%, tetapi beberapa dari mereka
pengetahuannya terkait teknik penetesan obat tetes mata secara tepat. Hal ini
responden tidak mengetahui bahwa penetesan obat tetes mata yang tepat adalah
bau, dan kejernihan obat tetes mata meskipun belum kadaluwarsa sehingga sikap
responden pada pernyataan nomor 15 adalah baik. Hal tersebut sesuai dengan
pentingnya memperhatikan warna, bau, dan kejernihan obat tetes mata. Pada
yang sudah dibuka kemasannya dapat disimpan lama sampai pada batas tanggal
85
kadaluwarsa dan dapat digunakan lagi jika warna, bau, dan kejernihannya belum
berubah.
Secara teori, obat tetes mata harus dibuang sesuai dengan waktu yang
mata adalah 4 minggu setelah pertama kali botol dibuka. Oleh karena itu,
sebaiknya mencatat tanggal waktu pertama kali membuka botol sehingga dapat
dengan mudah mengingat kapan tidak bisa digunakan lagi (Widayanti, 2007).
Kerusakan obat pada umumnya tidak dapat dilihat secara jelas dengan mata
telanjang. Bentuk dan baunya pun mungkin tidak berubah, tetapi kadar zat
aktifnya sudah banyak berkurang (Tan dan Raharja, 2010). Berdasarkan hal
tersebut, obat tetes mata yang kemasannya sudah dibuka lebih dari 4 minggu
pernyataan tersebut 89,1% responden dalam penggunaan obat tetes mata, bagian
ujungnya tidak menyentuh bagian mata yang akan diobati. Sikap responden pada
pernyataan tersebut adalah baik. Bagian ujung yang dimaksud dari pernyataan
ini adalah bagian ujung alat penetes. Mereka mengetahui bahwa hal tersebut
akan membuat mata menjadi pedih dan membuat obat tetes mata menjadi tidak
steril lagi. Jika bagian ujung alat penetes menyentuh bagian mata maka bagian
ujungnya akan terkontaminasi kuman, sehingga saat obat tetes mata digunakan
86
selalu meneteskan obat tetes mata sesuai dengan aturan yang dianjurkan, jika
Obat tetes mata juga dapat menimbulkan efek samping seperti obat oral
lainnya. Efek samping yang ditimbulkan obat tetes mata, dapat memperburuk
kondisi fisik mata (Hyas, 2004). Penggunaan obat tetes mata secara berlebihan
dapat menyebabkan kerusakan mata karena sebagian besar obat tetes mata
pada permukaan mata yang berfungsi melindungi mata dari infeksi (Naomi
Jayalaksana, 2010). Sel-sel tersebut merupakan lapisan film air mata yang
tersebut dapat menyebabkan beragam bakteri atau kuman yang terdapat pada
permukaan kornea mata menjadi mudah masuk dan menyerang kornea mata,
2010).
mata adalah baik, hal tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
87
Aspek Sikap
13,3%
Benar
86,7%
salah
Aspek Tindakan
No jawaban jawaban
Pernyataan Kuesioner Benar Salah
(%) (%)
21 Saya selalu mencuci tangan sebelum 67,3 32,7
menggunakan obat tetes mata
22 Saya akan bertanya pada petugas apotek bila tidak 93,6 6,4
jelas cara penggunaan obat tetes mata
23 Saya akan langsung menutup rapat tutup obat 99,1 0,9
setelah menggunakan obat tetes
24* Dalam menggunakan obat tetes mata saya tidak 94,5 5,5
pernah memperhatikan aturan penggunaannya
25 Saya akan mendongakkan kepala sehingga mata 99,1 0,9
yang akan diobati menghadap ke atas.
26* Saya tidak pernah memperhatikan tanggal 98,2 1,8
kadaluarsa yang tercantum pada kemasan obat
tetes mata
27 Saya tetap memperhatikan label penggunaan yang 97,3 2,7
tercantum pada kemasan obat tetes mata
meskipun sudah diberi informasi obat
28 Saya selalu menyimpan obat tetes mata pada suhu 91,8 8,2
kamar, tempat yang kering, dan terlindung cahaya
29* Saya tidak akan melihat warna, bau, dan 87,3 12,7
kejernihan obat tetes mata sebelum
menggunakannya kembali.
30* Saya selalu meneteskan obat tetes mata tepat pada 43,6 56,4
bola mata.
oleh responden tetapi pada kenyataannya mereka jarang melakukan hal tersebut.
merupakan hal yang penting dalam penggunaan obat tetes. Kenyataannya, pada
pernyataan aspek tindakan nomor 21 mereka hanya mencuci tangan bila mereka
yakin tangan mereka benar-benar kotor. Pada pernyataan tersebut, alasan mereka
jarang mencuci tangan saat menggunakan obat tetes mata adalah bagian larutan
bertanya pada petugas apotek bila tidak jelas penggunaan obat tetes mata.
Tindakan responden pada pernyataan tersebut adalah baik dan sesuai dengan
tersebut baik dan sesuai dengan pernyataan nomor 11 pada aspek sikap yang
Pada pernyataan favourable nomor 26, 27, dan 28, tindakan yang dilakukan
responden juga sudah baik dan sesuai dengan pernyataan pada aspek sikap dan
sehingga pernyataan tersebut sesuai dengan aspek sikap nomor 15. Pada
pernyataan nomor 27, tindakan responden sudah sesuai dengan jawaban yang
pengetahuan nomor 3.
responden adalah baik. Perlunya melihat warna, bau, dan kejernihan obat tetes
mata sebelum digunakan lagi adalah untuk melihat apakah obat tetes mata
dalam pernyataan aspek tindakan karena secara umum obat tetes mata yang
banyak digunakan adalah obat tetes mata dengan kemasan botol, dan masyarakat
cenderung menyimpan obat tetes mata tersebut dalam waktu yang lama (>30
hari).
Penyimpanan obat tetes mata dalam waktu yang lama selain membuat
menyebabkan obat tetes mata menjadi tidak steril lagi. Obat tetes mata yang
tidak steril membuat obat tetes mata tersebut mudah ditumbuhi oleh bermacam
56,36% responden meneteskan obat tetes mata tepat pada bola mata. Saat
90
tersebut. Sebanyak 90,6% responden tidak tahu alasannya dan yang penting asal
mengenai mata, sedangkan 9,4% responden menjawab terasa lebih segar jika
yang tahu teknik/cara penetesan obat tetes mata secara tepat. Hal tersebut terlihat
dari tindakan nyata yang mereka lakukan tentang penggunaan obat tetes mata
yang juga dikaitkan dengan pengetahuannya. Selisih antara jawaban benar dan
salah pada pernyataan nomor 30 tidak terlalu jauh (jawaban benar 43,6% dan
jawaban salah 56,4%), namun responden yang menjawab salah sedikit lebih
responden pada aspek pengetahuan, selisih jawaban benar dan salahnya lebih
besar (jawaban benar 39,1% dan salah 60,9%). Dari hasil tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa responden masih belum mengetahui cara penetesan obat tetes
mata secara tepat. Cara penetesan obat tetes mata yang tidak tepat dapat
pasien menjadi berkurang (Abelson, et al., 2006). Oleh karena itu, diperlukan
penyuluhan maupun pemberian leaflet saat penyerahan obat tetes mata oleh
mata secara terus menerus dalam jangka panjang dan tidak sesuai dengan
kondisi penyakitnya. Hal tersebut merupakan sesuatu yang penting karena secara
umum, penggunaan obat tetes mata merupakan sesuatu yang dianggap mudah
dapat membahayakan kesehatan mata. Oleh karena itu, sangat diperlukan peran
serta apoteker untuk terlibat dalam pemberian informasi terkait penggunaan obat
tetes mata, 72,9% responden menjawab sering banyak tetesan yang terbuang saat
meneteskan obat tetes mata sehingga mereka lebih suka dibantu dalam
menggunakan obat tetes mata. Kesulitan penetesan obat tetes mata disebabkan
merupakan suatu proses eliminasi obat sebelum obat tersebut menembus kornea
oleh drainase air mata (Florence and Siepmann, 2009). Drainage air mata
merupakan suatu proses aktif dalam mengeluarkan air mata. Secara normal,
volume cairan normal pada cul-de-sac (daerah di sekitar kelopak mata bagian
bawah) dan precorneal (lapisan terluar kornea mata) adalah 7-10µL. Volume
maksimal air mata di kantong mata adalah 30µL (Florence and Siepmann,
2009).
volume normal cairan pada cul-de-sac dan precorneal sehingga secara reflex
terjadi pengeluaran air mata (Florence and Siepmann, 2009) . Tetesan obat tetes
mata yang masuk ke mata dianggap sebagai benda asing, sehingga secara reflex
92
terjadi pengeluaran air mata dan menyebabkan obat tetes mata terbuang bersama
mata adalah baik, hal tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Aspek Tindakan
12,8%
Benar
87,2% salah
D. Rangkuman Pembahasan
tetes mata. Obat tetes mata yang tersedia di Apotek KF RSUP Dr. Sardjito 77,0%
kemasannya botol dan sebagian besar (78,0%) merupakan golongan obat keras.
penggunaan obat yang diperoleh baik secara teori maupun secara empiris.
bahwa semua jenis obat tidak harus digunakan sampai habis. Responden yang
sudah mengetahui bahwa semua jenis obat tidak harus digunakan sampai habis
yang memang harus digunakan sampai habis, dan ada yang tidak perlu dihabiskan
responden mengetahui penetesan obat tetes mata yang tepat adalah pada kelopak
mata bagian bawah, dan sisanya 60,9% tidak mengetahui hal tersebut.
Ketidaktahuan responden penelitian terhadap cara penetesan obat tetes mata yang
tepat, membuat 56,4% responden meneteskan obat tetes mata tepat pada bola
mata dan 36,4% responden meneteskan obat tetes mata pada bagian ujung mata
bahkan ada juga yang tidak mengetahui penetesannya secara tepat, sehingga pada
mata.
Dari hasil wawancara apoteker, mereka juga mengatakan bahwa tidak pernah
sudah umum digunakan dan cara penetesannya pun juga pasti sudah diketahui
94
oleh masyarakat, sehingga saat pemberian informasi terkait penggunaan obat tetes
36,4% responden yang meneteskan obat tetes mata di bagian ujung mata
mata.
Informasi yang diberikan terkait penggunaan obat tetes mata oleh apoteker
antara lain jumlah tetesan per hari dan bagian mata yang harus diteteskan.
Informasi tersebut biasanya diberikan pada obat tetes mata yang diperoleh dengan
resep dokter, sedangkan untuk obat tetes mata golongan obat bebas informasi
Lama penyimpanan yang meliputi informasi mengenai kapan obat tetes mata
tidak boleh digunakan lagi setelah kemasannya dibuka. Informasi yang jarang
disampaikan membuat banyak responden yang tidak tahu akan teknik penetesan
obat tetes mata secara tepat serta lama penyimpanannya. Hal tersebut akan
berpengaruh pada sikap dan tindakan mereka dalam penggunaan obat tetes mata.
Terdapat 89,1% responden memperhatikan warna, bau, dan kejernihan obat tetes
mata meskipun belum kadaluwarsa, tetapi sebagian besar dari mereka menyimpan
obat tetes mata dalam waktu yang lama setelah kemasannya dibuka.
kepada dokter sebagai sumber informasi obat. Berdasarkan hal tersebut, dapat
mengaku masih belum dapat membedakan antara apoteker dengan petugas apotek
95
yang lain. Saat pemberian informasi obat, mereka juga tidak peduli siapa yang
memberikan informasi obat tersebut. Jadi, secara keseluruhan terlihat bahwa peran
masyarakat.
informasi dalam penggunaan obat. Jika selama ini apoteker yang dikenal di
lainnya.
BAB V
A. Kesimpulan
Tetes Mata Pada Pengunjung Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito
1. Obat tetes mata di Apotek Pelengkap Kimia Farma RSUP Dr. Sardjito 77%
kemasannya botol. Golongan obat tetes mata terbanyak adalah obat keras
persentase 28,4%.
masing obat tidak disebutkan. Pemberian informasi untuk obat tetes mata
jam harus diteteskan pada mata yang akan diobati dan kapan obat tetes mata
yang dilihat dari aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan adalah baik.
Jawaban benar yang diperoleh antara lain pada aspek pengetahuan 75,4%
96
97
responden, pada aspek sikap 86,7% responden dan pada aspek tindakan
87,2% responden.
B. Saran
oleh masyarakat.
3. Jika akan dilakukan penelitian lanjutan, dilakukan uji statistik pada data
oleh responden yang memang membeli obat tetes mata dengan yang hanya
informasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Abelson, M.B., Tarkildsen,G., and Fink, K., 2006, Taking Steps Toward Better
Compliance, Review of Ophthalmology, 13.2,
http://www.revophth.com/index.asp?page=1_870.htm, diakses tanggal 20
Agustus 2010.
Agoes, G., 2009, Sediaan Farmasi Steril (SFI-4), Penerbit ITB, Bandung, pp. 252
– 261.
Asyari, F., 2007, Dry Eye Syndrome (Sindroma Mata Kering), Jurnal Kedokteran
dan Farmasi, Vol.20, No.4, 162-166.
Azwar, S., 1995, Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya, Edisi 2, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, pp. 1.
Bennet, E,S., Fiscella, R,G., Jaanus, S,D., Rowsey, J,J., Zimmerman, T,J., 2004,
Ophthalmic Drug Facts, Facts & Comparison, Missourri, pp. 25-193.
Fischer, L.R, Defor TA, Cooper S., Scott LM, Boonstra, D.M., Eelkema,
MA.,Goodman, MJ., 2002, Pharmaceutical Care and Health Care
Utilization in an HMO, Effective Clinical Practice,
http://www.acponline.org/journals/ecp/marapr02/fischer.htm, diakses
tanggal 15 Mei 2010.
Hartini, Y., dan Sulasmono, 2007, Apotek, Edisi Revisi, Penerbit Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta, pp. 1-11.
Holt, G.A., and Hall, E.L., 1990, The Self Care Movement in Feldmann, E.G.,
(Ed.), Handbook of Non Prescription Drug, 9th, APHA, New York, pp. 1-
10.
Huguet, P., Bella, L., Einterz, E.M., Goldschmidt, P., Bensaid, P., 2010, Mass
Treatment of Trachoma With Azithromycin 1.5% Eye Drops in the
Republic of Cameroon: feasibility, tolerance and effectiveness, Br J
Ophthalmol 2010, Volume 94,
http://bjo.bmj.com/content/94/2/157.full.html, diakses tanggal 24 Mei
2010.
Hyas, S,H., 2004, Ilmu Perawatan Mata, Sagung Seto, Jakarta, pp. 16-21, 201-
204.
James, B., Chew, C., Bron, Anthony, 2006, Oftalmologi, edisi 9, Penerbit
Erlangga, Jakarta, pp. 2-6.
Jones, R,M., 2008, Pengkajian Pasien dan Peran Farmasis dalam Perawatan
Pasien, http://lyrawati.files.wordpress.com/2008/07/pengkajian-pasien-
dan-peran-farmasis-dalam-perawatan-pasien.pdf, diakses tanggal 7 Mei
2010.
Martin, J., 2010, Why Eyedrops Are Bad For Your Eyes,
http://ezinearticles.com/?Why-Eye-Drops-Are-Bad-For-Your-
Eyes&id=800268, diakses tanggal 11 Juli 2010.
MIMS Pharmacy Guide, 2009, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 8, PT.
Info Master lisensi CMPMedica, Jakarta, pp. 301-307.
Muchid, A., Umar, F., Chusun., Supardi, S., Sinaga, E., Azis, S., dkk., 2006,
Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Bakti Husada,
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik DITJEN Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
http://www.binfar.depkes.go.id/data/files/1203426275_PEDOMAN%20O
BAT%20BEBAS%20DAN%20BEBAS%20TERBATAS.pdf, diakses
tanggal 28 Juli 2010.
Notoadmodjo, S., 2005, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, PT. Rhineka
Cipta, Jakarta.
Notoadmojo, S., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Oka, P.N, 1993, Ilmu Perawatan Mata, Airlangga University Press, Surabaya, pp.
1-2, 17-19.
Rahman, M.Q., Tejwani, D., Wilson, J.A., Butcher, I., Ramaesh, K., 2006,
Microbial Contamination of Preservative Free Eye Drops in Multiple
Application Containers, Br J Ophthalmol 2006, Volume 90,
http://bjo.bmj.com/content/06/10/139.full.html, diakses tanggal 24 Mei
2010.
Sleath, B., Robin, A.L., Covert, D., Byrd, J.E., Tudor, G., Svarstad, B, 2006,
Patient-Reported Behavior and Problems in Using Glaukoma Medications,
Ophthalmology, 113.3, 431.
Setiabudy, R., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi V, Gaya Baru, Jakarta, pp.
571-573.
Sevilla, C.G., Ochave, J.A., Punsalan, T.G., Regala, B.P., Uriarte, G.G, 1993,
Pengantar Metode Penelitian, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, pp.
71-76, 168-170.
Supardi, S., 1996, Sakit dan Perilaku Sakit, Cermin Dunia Kedokteran, 59 – 60.
Umar, H., 2003, Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa, Cetakan 1, Penerbit
Ghalia Indonesia, Jakarta, pp. 74.
Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi ke-5, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, pp. 524.
Wibowo, A., 2010, Cerdas Memilih Obat & Mengenali Penyakit, PT. Lingkar
Pena, Jakarta, pp. 72, 86-88.
World Health Organization, 1988, Ethical Criteria for Medical Drug Promotion.
World Health Organization, Geneva,
http://apps.who.int/medicinedocs/pdf/whozip08e/whozip08e.pdf, diakses
19 September 2010.
World Health Organization, 1990, The Role of the Pharmacist in the Health Care
System, WHO, Geneva, pp. 1.
105
Aspek Pengetahuan
No Pernyataan Jawaban
1 Semua jenis obat harus digunakan sampai habis. Benar Salah
2 Cara penggunaan obat yang benar akan Benar Salah
mempengaruhi kesembuhan penyakit.
3 Penyimpanan obat cair harus di suhu kamar Benar Salah
tempat yang kering, dan terlindung cahaya.
4 Setelah meneteskan obat tetes Benar Salah
mata/hidung/telinga harus didiamkan beberapa
menit
5 Penggunaan obat tetes mata/hidung/telinga Benar Salah
secara tegak lurus.
6 Jika warna, bau dan kejernihan dari larutan obat Benar Salah
sudah berubah, obat tetes masih dapat
digunakan kembali.
7 Penggunaan tetes mata boleh digunakan untuk Benar Salah
tetes telinga jika punya kegunaan yang sama.
8 Pembacaan brosur pada kemasan obat akan Benar Salah
mengurangi resiko yang tidak dikehendaki
9 Cara meneteskan tetes telinga untuk dewasa Benar Salah
dengan menarik daun telinga ke atas lalu ke
arah belakang
10 Kebersihan adalah hal yang penting dalam Benar Salah
penggunaan obat cair.
106
Aspek Sikap
No Pernyataan Jawaban
11 Saya merasa perlu menggunakan obat tetes Benar Salah
mata/hidung/telinga sesuai petunjuk
penggunaan
12 Saya merasa perlu bertanya pada petugas apotek Benar Salah
tentang informasi obat yang kurang jelas
mengenai cara penggunaan obat.
13 Saya memilih petugas apotek sebagai sumber Benar Salah
informasi cara penggunaan obat.
14 Saya yakin penggunaan tetes telinga bisa Benar Salah
digunakan untuk tetes mata jika mempunyai
kegunaan yang sama.
15 Saya yakin setelah segel obat dibuka maka Benar Salah
pemakaian obat tetes harus memperhatikan
warna, bau, kejernihan dari obat tetes meskipun
belum kadaluwarsa.
16 Saya merasa dalam penggunaan obat tetes , Benar Salah
bagian ujungnya boleh mengenai bagian tubuh
yang akan diobati.
17 Saya merasa perlu mencuci tangan terlebih Benar Salah
dahulu sebelum menggunakan obat cair.
18 Saya merasa penggunaan obat tetes dengan Benar Salah
benar akan mengurangi resiko yang tidak
dikehendaki.
19 Saya merasa informasi penggunaan obat tetes Benar Salah
yang benar akan mempengaruhi kesembuhan
saya.
20 Saya merasa semakin banyak meneteskan akan Benar Salah
semakin cepat sembuh
107
Aspek Tindakan
No Pernyataan Jawaban
21 Saya selalu mencuci tangan sebelum Benar Salah
menggunakan obat tetes.
22 Saya akan bertanya pada petugas apotek Benar Salah
bila tidak jelas cara penggunaan obat tetes
23 Saya akan langsung menutup rapat tutup Benar Salah
obat setelah menggunakan obat tetes.
24 Dalam menggunakan obat tetes saya tidak Benar Salah
memperhatikan aturan penggunaanya.
25 Saya akan memiringkan kepala sehingga Benar Salah
telinga yang diobati menghadap ke atas.
26 Saya tidak memperhatikan tanggal Benar Salah
kadaluarsa yang tercantum pada obat tetes
27 Saya tetap memperhatikan etiket Benar Salah
penggunaan yang tercantum pada kemasan
obat tetes meskipun sudah diberi informasi
obat
28 Saya selalu menyimpan obat tetes pada Benar Salah
suhu kamar , tempat yang kering dan
terlindung cahaya.
29 Saya tidak akan melihat warna, bau dan Benar Salah
kejernihan obat tetes sebelum
menggunakannya kembali.
30 Saya selalu meneteskan obat tetes mata Benar Salah
tepat di bola mata
Responden/pasien
( )
109
Aspek Pengetahuan
No Pernyataan Jawaban
1 Semua jenis obat harus digunakan sampai habis. Benar Salah
2 Cara penggunaan obat yang benar akan Benar Salah
mempengaruhi kesembuhan penyakit.
3 Penyimpanan obat tetes mata harus di suhu Benar Salah
kamar tempat yang kering, dan terlindung
cahaya.
4 Setelah meneteskan obat tetes mata harus Benar Salah
didiamkan beberapa menit
5 Penggunaan obat tetes mata secara tegak lurus. Benar Salah
6 Jika warna, bau dan kejernihan dari larutan obat Benar Salah
sudah berubah, obat tetes masih dapat
digunakan kembali.
7 Penggunaan obat tetes mata boleh digunakan Benar Salah
untuk tetes telinga jika punya kegunaan yang
sama.
8 Pembacaan brosur pada kemasan obat tetes Benar Salah
mata akan mengurangi resiko yang tidak
dikehendaki
9 Cara meneteskan obat tetes mata yaitu pada Benar Salah
kelopak mata bagian bawah
10 Kebersihan adalah hal yang penting dalam Benar Salah
penggunaan obat tetes.
110
Aspek Sikap
No Pernyataan Jawaban
11 Saya merasa perlu menggunakan obat tetes Benar Salah
mata sesuai petunjuk penggunaan
12 Saya merasa perlu bertanya pada petugas Benar Salah
apotek tentang informasi obat yang kurang
jelas mengenai cara penggunaan obat.
13 Saya lebih memilih petugas apotek sebagai Benar Salah
sumber informasi cara penggunaan obat.
14 Saya yakin penetesan obat tetes mata di bagian Benar Salah
ujung mata adalah tepat.
15 Saya yakin setelah segel obat dibuka maka Benar Salah
pemakaian obat tetes mata harus
memperhatikan warna, bau, kejernihan dari
obat tetes mata meskipun belum kadaluwarsa.
16 Saya merasa dalam penggunaan obat tetes Benar Salah
mata, bagian ujungnya boleh mengenai bagian
mata yang akan diobati.
17 Saya merasa perlu mencuci tangan terlebih Benar Salah
dahulu sebelum menggunakan obat cair.
18 Saya merasa penggunaan obat tetes mata Benar Salah
dengan benar akan menghindari resiko yang
tidak dikehendaki.
19 Saya merasa informasi penggunaan obat tetes Benar Salah
mata yang benar akan mempengaruhi
kesembuhan saya.
20 Saya merasa semakin banyak meneteskan obat Benar Salah
tetes mata maka saya akan semakin cepat
sembuh
111
Aspek Tindakan
No Pernyataan Jawaban
21 Saya selalu mencuci tangan sebelum Benar Salah
menggunakan obat tetes mata.
22 Saya akan bertanya pada petugas apotek Benar Salah
bila tidak jelas cara penggunaan obat tetes
mata.
23 Saya akan langsung menutup rapat tutup Benar Salah
obat setelah menggunakan obat tetes.
24 Dalam menggunakan obat tetes mata saya Benar Salah
tidak pernah memperhatikan aturan
penggunaanya.
25 Saya akan mendongakkan kepala sehingga Benar Salah
mata yang akan diobati menghadap ke atas.
26 Saya tidak pernah memperhatikan tanggal Benar Salah
kadaluarsa yang tercantum pada kemasan
obat tetes mata.
27 Saya tetap memperhatikan label Benar Salah
penggunaan yang tercantum pada kemasan
obat tetes mata meskipun sudah diberi
informasi obat.
28 Saya selalu menyimpan obat tetes mata Benar Salah
pada suhu kamar , tempat yang kering dan
terlindung cahaya.
29 Saya tidak akan melihat warna, bau dan Benar Salah
kejernihan obat tetes mata sebelum
menggunakannya kembali.
30 Saya selalu meneteskan obat tetes mata Benar Salah
tepat pada bola mata.
112
a. Durasinya 1 menit bisa juga kurang. Kalau untuk tetes mata, biasanya
hanya sebentar kecuali kalau yang mini dose karena isi di dalam
Untuk yang botol biasanya lebih cepat karena rata-rata orang sudah
informasi obat tetes mata antara lain pemakaian per hari, jumlah
tetesan, mata kanan atau kiri yang harus ditetesi. Pemberian informasi
untuk tetes mata, tidak lama kira-kira 1 menit cukup. Orang biasanya
informasinya yaitu pemakaian per harinya, mata kanan atau kiri yang
pasien adalah:
a. Brozur obat. Kami merasa brozur tersebut sudah ada standar yang
obat, dan pengalaman yang didapat dari orang lain (Apoteker 3).
5. Kendala yang sering terjadi dalam memberikan informasi obat tetes mata
adalah:
kalau orang tua, karena saya tidak bisa berbahasa jawa. (Apoteker 1).
Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian dari Apotek Pelengkap Kimia Farma
RSUP Dr. Sardjito
126
Lampiran 12. Obat Tetes Mata yang Tersedia di Apotek Pelengkap Kimia
Farma RSUP Dr. Sardjito
mata
49 Betoptima K BTL miotik dan
antiglaukoma
50 Bralifek Tobramycin K BTL antiseptik mata dengan
kortikosteroid
51 Cationorm (Ophtalmic K BTL preparat mata
emulsion) golongan lain
52 Cravit 0,5% K BTL antiinfeksi dan
antiseptik mata
53 Erlamycetin K/OWA BTL antiinfektikum
54 Flumetholon 0,1% K/OWA BTL kortikosteroid mata
55 Garamycin K/OWA BTL antiinfeksi dan
antiseptik mata
56 Hialid 0,1% K BTL obat dekongestan.
Anestesi, antiinflamasi
mata
57 Ocuflam 0,1% (suspensi K/OWA BTL kortikosteroid mata
steril eyedrop)
58 CD. Polynel K/OWA BTL antiseptik mata dengan
kortikosteroid
59 CD. Repithel K BTL Pelumas mata
60 CD. Cenfresh BT Single dose antiinflamasi
61 CD. Eyefresh BT Single dose antiinflamasi
62 CD. LFX (Levofloxacin) K Single dose antiinfeksi dan
antiseptik mata
63 CD. Protagent A B Single dose Pelumas mata
64 Alcon Tears Naturale K BTL air mata buatan dan
pelumas mata
65 Optibet Betaxolol K BTL preparat antiglaukoma
66 CD. Natacen K Single dose antiinfeksi dan
antiseptik mata
67 Blecidex K/OWA BTL antiseptik mata dengan
kortikosteroid
68 Sofradex K/OWA BTL antiseptik mata dengan
kortikosteroid
69 Sagestam (Gentamicin) K/OWA BTL antiinfeksi dan
antiseptik mata
Total Tetes Mata = 69 Golongan Bebas = 2 (Merah) 2,9%
Botol = 52 75,4% Golongan Bebas Terbatas = 13 (Kuning)
Single Dose = 12 17,4% 18,8%
Botol dan Single dose = 5 Golongan Keras = 38 (Non warna) 55,1%
7,2% Golongan Keras dan OWA = 16 (Biru Muda)
23,2%
Keterangan:
B : Golongan obat Bebas OWA : Obat Wajib Apotek
BT : Golongan obat Bebas Terbatas
K : Golongan obat Keras
BTL : Botol
CD : Cendo
129
2 3 4 5 6 7 8 9 10 S 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 P 21 22 23 24 25 26 27
B S B B S S B B B B S S S S S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B B B B B B S B S B B B S B B B S B S B
B B B S S S S B B B B B B B B B B B B B B B S B S B
B B S S S S B S B B B B S B S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B S B B S S B B B S B B S S S B S S S B
B B B B S S B B B B B B S B S B B B S S B B B B S B
B B B S S S B B B B B S S B S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B B B B B B B B S B B B B B B B S B S B
B B S B S S B B B B B B S B B B B B S B B B S B S B
B B B B S S B S B B B B B B S B B B B B B B S B S B
B B B B S S B S B B B S S B S B B B S B B B S B S B
B B S B S S B B B B B S S B S B B B S B B B S B S B
B B S B S B B B B B B B S B S B B B S S B B S B S B
B B B B S S B B B B B S S B S B B B S B B B S B S B
B B B B B S B S B B B S B B B B B B S B B B S B S B
B B B B S S B B B B B B B B B B B B S B B B S B S B
B B B B S S B S B B B B S B S B B B S B B B S B S B
B B B B S S S S B B B B B B S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B B B B B B S B S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B S B B B B B B S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B B B B B S S B S B B B S B S B S B S B
B B B S S S B B B B B B B B B B B B S B B B S B S B
B B B B S S B B B B B B B B S B B B B B B B S B S B
B B B B S S B B B B B B S B B B B B B B B B S B S B
B B B B S S B B B B B B B B B B B B S B B B S B S B
B B B B S S B B B B B B S B S B B B S B B B S B S B
B B S S S S B S B S S B B B S S B B B S B B B B S B
B B B B B S B S B B B B B S S B B B S B B B S B B B
B B B B S S B S B B B S S B S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B S B B B S S B S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B S B B B S S B S B B B S B B B S B B B
B B B B S S B S B B B S S B S B B B S S B B S B S B
B B B B S S S B B B B B S B S B B B S B B B S B S B
B B S B S S B S B B B B B B S B B B S B B B S B S B
B S B B S B B S B B B B S B S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B B B B B B B B S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B B B B B B S B S S B B S S B B S B S S
B B B B S S B S B B B B S B S B B B B B B B S B S B
B B B B S S B S B B B B S B S S B B S S B B S B S B
B B B B S S S S B B B B B B S B B B S B B B S B S B
B S B B S S B S B B B B S B S B B B S B B B S B S B
B S B B S S B S B S B B B B S S B B S S B B S B S S
B B S B S S B S S B S S S B S B B B S S S B S B S B
B S B B S S B S B B B B B B S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B S B B B S S B S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B S B B B B S S S S B B S S B B S B S B
B B S B S S B S B B B S B S S S B B S S B B S B S B
B B B B S S B S B B B B S B S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B B B B B B S B S B B B S S B B S B S B
B B B B S S B S B S B B S S S B B B S B B B B B S B
B B S B S S B B B B B B S B S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B S B B B S S B S B B B S B B B S B S B
130
B B B B S S B S B B B S S B S B B B S B B B S B S B
B S B B S B B S B B B B B B S B B B S B B B S B S B
S B B B S S B S B B B S B B S B B B B B B B S B S B
B B B B S S B B B B B B B B S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B S B B B B S B S B B S S B B B S B S B
B B B S S S B B B B B B S B S B B B S B B B S B S B
B B B B S B B S B B B B B B S B B B S S B B S B S B
B B B B S S B S B B B B S B S B B B S B B B S B S B
B B B B S B B B B B B S S B S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B B B B B B S B S B B B S S B B S B S B
B B S B S S B S B B B S S B S B B B S S B B S B S B
B B S B S S B S B B B B S S S S B B S S B B S B S B
B S S B S S B S B B S S B S B S B B S S S B B B S B
B B S B S S B S B B B B S B S B B B B B B B S B S B
B B B B S S B S B B B B B B S S B B B S B B S B S B
B B B S S S B B B B B B S B S B B B S B B B S B S B
B B B B B S B S B B B B B S S S B B S S B B S B S B
B B S B S S B S B B B S B B S B B B B B B B S B S B
B B B B S S B B B B B S S B S S B B S B B B S B S B
B B B B S S B B B B B B S B S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B B B B B B S B S B B B S S B B S B S B
B B B B S B B S B B B S S B S S B B S S B B S B S S
B B B S S S B S B B B B B B S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B B B B B S S B S S B B S B B B S B S B
B B B B B S B S B B B B S B S B B B B B B B S B S B
B B B B S S B S B B B B B B S B B B S S B S S B S B
B B B B S S B S B B B B S B S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B S B B B B S S S S B B S B B B S B S B
B B B B S S B B B B B B S B S B B B S S B B S B S B
B B B B B S B B B B B S S B S B B B S S S B S B S B
B B B B S S B B B B B B S B S S B B B B B B S B S B
B B B B S S B S B B S S S S S B B B S S B B S B S B
B B B B S S B B B B B B B B S B B B S B B B S B S B
B B B B S B B B B B B B S B S B B B S S B B S B S B
B B B B S B B S B B B B S B S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B S B B B B B B S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B S B B B B B B S B B B S S B B B B S B
B B S S S S B S B B B B B B S B B B S S B B S B S B
B B B S S S B S B B B S S S S S B B S B B B S B S B
B B B B S S B B B B B B B B S S B B S B B B S B S B
B B B S S S B S B B B B B B S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B B B B B B S B S B B B S B B B S B S B
B B S B S S B S B B B B S B S B B B S B S B B B S B
B B B S S S B B B B B S S B S B B B S B B B S B S B
B B S B S S B S B B S S S S S B B B S B B B S B S B
B B B B S S B B B B B S S B S B B B S S B B S B S B
B B S B S S B S B B B S B B S B B B S S B B S B S B
B B S B B S S S B B B S S B S S B B S S S B S B S B
B B B B S B B S B B B B S B B S B B S S B B S B S B
B B S B S S B S B B B S B B S S B B B S S B S B S B
B B B B S S B S B B B B S B S B B B S S B B S B S B
B B B B S S B B B B B B S B S B B B B B B B S B S B
B B B B S S B S B B B B S B S B B B S B B B S B S B
B S B B S S B S B B B B S B S B B B S B B B S B S B
B B B B B S B S B B B B B B S B B B S S B B S B S B
131
B S B B S S B B B B B B S B B S B B S S B B S B S B
B B B B S S B S B B B B B B B B B B S S B B S B S B
B B B B S S B S B B B B B B S B B B S B B B S B S B
Keterangan:
Merah = Pernyataan Pengetahuan
Kuning = Pertanyaan Sikap
Hijau = Pernyataan Tindakan
132
Lampiran 15
Hasil Wawancara Terhadap Responden yang Membeli Obat Tetes Mata
Ada 32 responden yang memang membeli obat tetes mata saat penelitian
berikut:
1. Informasi apa saja yang diberikan apoteker saat anda menerima obat tetes
mata ini?
Jawab: informasi yang tadi diberikan saat saya menerima obat tetes mata
adalah jumlah tetesan per harinya, bagian mata yang harus ditetesi,
Jawab: tidak pernah, kalau saya beli di apotek juga tidak pernah diberi
tahu.
Jawab : tidak tahu persisnya, tapi biasanya di pas tengah bola matanya (18
5. Apa kesulitan yang anda alami saat menggunakan obat tetes mata?
Jawab: sering gak pas makanya yang diteteskan jadi saya tambah lagi, biar
lebih kerasa.
136
BIOGRAFI PENULIS