SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Sara Septi Widayani
NIM: 148114160
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Sara Septi Widayani
NIM: 148114160
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Roma 8:28
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan bimbingan, rahmat, dan cinta kasih-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan naskah skripsi yang berjudul “Peracikan Sediaan Steril Untuk
Pasien Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Panti Wilasa Jalan Dr.Cipto
Semarang” sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini merupakan bagian dari
penelitian internal Dina Christin Ayuning Putri, M.Sc., Apt. oleh LPPM USD
dengan nomor kontrak 070/Penel./LPPM-USD/IV/2017 yang berujudul Evaluasi
Proses Peracikan Dan Kualitas Sediaan Racikan Steril Bagi Penderita Penyakit
Degeneratif di Bangsal Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang. Penulisan
skripsi ini mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Sanata
Dharma yang telah mendanai penelitian ini sehingga dapat berjalan.
2. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt. selaku dosen pembimbing skripsi dan Ibu Dina
Christin Ayuning Putri, M.Sc., Apt. selaku pendamping dosen pembimbing
skripsi yang telah berbagi ilmu, pengetahuan, dan wawasan serta meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk berdiskusi, memberikan semangat dan
motivasi, serta kritik dan saran dalam proses penyusunan skripsi.
3. dr. Daniel Budi Wibowo, M.Kes selaku direktur Rumah Sakit Panti Wilasa
Jalan “Dr.Cipto” yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan
penelitian di Rumah Sakit Panti Wilasa Jalan “Dr.Cipto”
4. Ibu Sri Hari Wahyuni, M.Sc, Apt. selaku kepala instalasi farmasi Rumah Sakit
Panti Wilasa Jalan “Dr.Cipto” yang telah membimbing dan mendampingi
penulis dalam melakukan pengambilan data skripsi.
5. Kepala perawat beserta seluruh perawat dan pekarya bangsal Intensive Care
Unit Rumah Sakit Panti Wilasa Jalan “Dr. Cipto” yang telah membimbing,
bekerja sama dan juga membantu penulis dalam melakukan penelitian.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penulis
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Pemberian obat secara intravena memiliki resiko kesalahan yang lebih besar
dibandingkan dengan rute pengobatan lain karena tahap preparasi dan peracikan
yang lebih kompleks. Kesalahan pada preparasi dan peracikan akan berpengaruh
pada kualitas hingga stabilitas sediaan parenteral yang diracik. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui proses peracikan dan kualitas serta stabilitas
sediaan parenteral yang dihasilkan dari proses peracikan untuk pasien Intensive
Care Unit (ICU) Rumah Sakit Panti Wilasa Jalan Dr. Cipto Semarang (RSPW).
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan teknik
pengambilan data secara accidental sampling. Subyek penelitian terbagi menjadi
dua macam yaitu subyek penelitian observasi dan subyek penelitian analitik. Hasil
observasi menunjukan preparasi hingga peracikan yang dilakukan di ICU RSPW
belum dilakukan sesuai Pedoman Peracikan Obat Suntik dan Sitostatik yang
ditunjukkan dengan persiapan hingga peracikan sediaan parenteral dilakukan bukan
dari tenaga kefarmasian, sarana dan prasarana yang belum memadai, tidak ada label
obat, 32,77% peracikan dilakukan tanpa memperhatikan prosedur aseptis, 25,21%
sediaan parenteral diracik menggunakan pelarut tidak sesuai dan 32,77% volume
pelarut yang digunakan tidak tepat, serta terdapat 10,08% hasil akhir peracikan
yang menunjukkan adanya kabut. Untuk membandingkan kualitas sediaan
peracikan diambil tiga macam obat dengan prevalensi penggunaan tertinggi yakni;
ceftriaxone, meropenem dan omeprazole. Pengujian menunjukkan tidak terdapat
perbedaan nilai transmittan dan pH pada sediaan, baik peracikan dilakukan
berdasarkan pedoman maupun dilakukan di bangsal ICU RSPW. Setelah dilakukan
uji statistik menggunakan uji mann whitney didapatkan hasil 0,105 menunjukkan
tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kedua subyek uji. Setelah dilakukan
pengujian sterilitas didapatkan sediaan yang dihasilkan oleh perawat menunjukkan
bebas kuman.
Kata kunci : peracikan sediaan steril, sediaan parenteral, pasien intensive care unit,
dispensing error
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENDAHULUAN
Sediaan parenteral merupakan sediaan yang dimaksudkan untuk pemberian
secara injeksi, infus atau implan didalam tubuh. Keuntungan dari pemberian obat
secara parenteral antara lain sediaan parenteral dapat memberikan efek yang cepat,
tidak melalui first pass effect, dapat diberikan apabila penderita dalam keadaan
gawat darurat, membutuhkan efek obat yang cepat, pasien tidak sadar, atau tidak
dapat dengan cara pemberian lain, kadar obat dalam darah lebih bisa diramalkan
apabila diberikan secara parenteral dan dapat digunakan untuk obat-obatan yang
rusak atau tidak dapat diabsorbsi dalam sistem saluran cerna (Shargel et al, 2005).
Beberapa hal harus diperhatikan dalam pemberian obat secara parenteral
adalah resiko terjadinya kesalahan pengobatan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan rute pemberian lainnya karena kompleksitas yang besar dalam tahap
preparasi, peracikan, penyimpanan hingga obat diadministrasikan. Kompleksitas
yang sering muncul pada sediaan injeksi antara lain adanya obat yang tidak stabil
pada penyimpanan dalam bentuk cair sehingga hanya tersedia dalam bentuk serbuk
dan memerlukan proses rekonstitusi sebelum diadministrasikan. Beberapa pasien
dengan kebutuhan obat dalam dosis tertentu membutuhkan penyesuaian dosis
sehingga perlu dilakukan peracikan sediaan parenteral. Beberapa sediaan parenteral
juga membutuhkan pembawa sebelum diadministrasikan. Berbeda dari obat yang
diberikan secara oral, obat yang diberikan secara injeksi tidak dapat diambil
kembali dengan cara emesis atau pengikatan dengan activated charcoal sehingga
resiko toksisitas obat lebih tinggi (Agoes, 2009).
Menurut Depkes RI (2009) pencampuran obat suntik seharusnya dilakukan
oleh apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit, tetapi kenyataannya penyiapan dan
peracikan sediaan parenteral masih dilaksanakan oleh tenaga kesehatan lain dengan
sarana dan pengetahuan terbatas. Pencampuran obat suntik memerlukan teknik
khusus dengan latar belakang pengetahuan sterilitas, sifat fisikokimia dan stabilitas
obat, ketidakcampuran obat serta risiko bahayanya paparan obat seperti antibiotik
(Nguyen, et al, 2015). Selain itu, diperlukan juga sarana dan prasarana khusus untuk
menunjang pekerjaan hingga tujuan sterilitas, stabilitas dan ketercampuran obat
dapat tercapai.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan observasional analitik dengan
rancangan cross-sectional dan teknik pengambilan data secara accidental sampling.
Observasi dilakukan di bangsal ICU RSPW dengan nomor ijin penelitian
748.2/RSPWDC/LP/DIKLAT/VIII/2017. Subyek penelitian ini terbagi menjadi
dua, yaitu subyek penelitian observasi dan subyek penelitian analitik. Variabel
bebas dari penelitian ini adalah personel peracik, sarana dan prasarana serta
prosedur peracikan sementara variabel tergantung dari penelitian ini adalah
kompatibilitas, kualitas dan stabilitas sediaan yang dihasilkan dari proses peracikan.
Penelitian Observasional
Kriteria inklusi subyek penelitian ini adalah proses preparasi dan proses
peracikan sediaan parenteral untuk pasien ICU RSPW pada hari sabtu dan minggu
selama bulan September hingga Oktober 2017. Kriteria eksklusi dari subyek
penelitian observasi adalah proses preparasi dan peracikan yang tidak teramati
secara utuh. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi yang
disusun berdasarkan Pedoman Penanganan Obat Suntik dan Penanganan Sediaan
Sitostatika (Depkes, 2009b). Pengambilan data observasi dilakukan dengan
mengamati langsung proses preparasi hingga proses peracikan sediaan steril yang
dilakukan oleh subyek penelitian untuk pasien ICU.
Penelitian Analitik
Kriteria inklusi subyek penelitian ini adalah proses preparasi dan proses
peracikan sediaan parenteral serta tergolong kedalam 3 obat yang paling banyak
digunakan untuk pasien ICU RSPW pada hari sabtu dan minggu pada bulan
September dan Oktober 2017. Kriteria eksklusi dari subyek penelitian analitik
adalah obat yang dilakukan peracikan tetapi tidak termasuk 3 obat yang paling
banyak digunakan pada hari sabtu dan minggu pada bulan September dan Oktober
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35 30
30
25
19
20
15 13
8 9
10 6
3 4 4 3 4 4 4
5 1 1 1 2 2 1
0
jumlah pengamatan
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bangsal ICU. Hal ini disebabkan karena keterbatasan jumlah apoteker dan beban
kerja apoteker yang tinggi di RSPW, sehingga hal ini menjadi keterbatasan RSPW
dalam mengalokasikan apoteker pada setiap bangsal, khususnya untuk melakukan
proses preparasi hingga peracikan sediaan parenteral.
Jumlah tenaga keperawatan di bangsal ICU adalah 15, dimana selama
proses penelitian berlangsung terdapat 7 perawat yang terlibat. Gambar I.
menunjukkan prevalensi sediaan parenteral yang mengalami peracikan sebelum
diadministrasikan. Berdasarkan tabel 1 terdapat tiga peringkat teratas obat yang
sering dilakukan peracikan sebelum diadministrasikan yaitu ceftriaxone 1 gram
(13), meropenem 1 gram (19) serta omeprazole 40 mg (30).
Hasil observasi proses preparasi Sediaan Parenteral
100% 0% 0% 0% 0% 0%
90%
80%
70%
60%
50% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
40%
30%
20%
10%
0% 0% 0% 0% 0% 0%
Ya Tidak
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
obat (0%) sebelum akhirnya disimpan pada lemari obat yang tersedia sesuai
identitas pasien berupa nama, nomor rekam medis (RM), nomor kamar, usia dan
berat badan pasien yang tertera pada label lemari penyimpanan obat. Tidak
dilakukan pengecekan nomor batch karena pengecekan pada nomor batch telah
dilakukan di instalasi farmasi. Pada proses preparasi tidak dilakukan pemilihan
jenis pelarut (100%).
Hasil observasi proses peracikan Sediaan Parenteral
Sarana dan Prasarana
120%
100%
80% 33%
60%
100% 100% 100% 100% 100%
40%
67%
20%
0% 0% 0% 0% 0% 0%
Ruang khusus LAF Pass box Kantong Limbah Cuci tangan APD lengkap
LAF
Ya Tidak
Gambar III. Sarana dan Prasarana Pendukung Proses Peracikan
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
administrasi dan meja konsultasi dokter. Proses peracikan dilakukan tanpa Laminar
Air Flow (LAF), tanpa melengkapi dokumen pencampuran dan tidak memasukkan
alat kesehatan yang digunakan untuk peracikan, label, dan obat yang akan
dilakukan pencampuran atau peracikan kedalam ruang steril melalui pass box.
Prosedur penting dalam peracikan sediaan parenteral adalah melakukan
teknik aseptis. Salah satu prosedur yang harus dilakukan dalam teknik aseptis antara
lain, sebelum meracik sediaan parenteral personel peracik harus mengenakan APD
lengkap hal ini dilakukan untuk mencegah dua kemungkinan buruk yang dapat
terjadi yaitu kontaminasi dari peracik ke sediaan yang diracik dan juga mencegah
paparan dari obat yang diracik ke personel yang melakukan peracikan. Selain itu,
mencuci tangan atau desinfeksi tangan merupakan kegiatan yang wajib dilakukan
untuk memenuhi prosedur aseptis. Jika peracikan dilakukan secara tidak aseptis
besar kemungkinan kontaminasi akan terjadi dan dapat mengancam keselamatan
pasien serta menyebabkan medication error (Agyemang dan While, 2010). Faktor-
faktor yang dapat menyebabkan perawat tidak mengikuti prosedur peracikan
sediaan parenteral dengan teknik aseptis adalah beban kerja yang tinggi serta masih
rendahnya kemampuan serta pengetahuan perawat yang dalam melakukan
peracikan sediaan parenteral. Selain itu, proses peracikan sediaan parenteral sendiri
bukanlah tanggung jawab perawat.
Kondisi obat-obat yang akan diracik
120%
100%
80%
60%
100% 100% 100% 100%
40%
20%
0%
Nama obat Dosis obat Nomor batch Tanggal kadaluwarsa
Ya Tidak
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
peracikan antara lain nama obat beserta dosisnya, jumlah obat dan tanggal
kadaluwarsa obat yang akan diberikan kepada pasien. Hal ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat dan jumlah obat atau memberikan
obat yang sudah kadaluwarsa kepada pasien yang berujung pada medication error
(PMK, 2016).
Sebelum perawat melakukan peracikan, obat dikeluarkan dari lemari
penyimpanan obat berdasarkan identitas pasien, lalu dilakukan pengecekan
berdasarkan nama obat (100%), jumlah obat (100%) yang harus diracik dan tanggal
kadaluwarsa (100%) obat yang diambil, sedangkan untuk nomor batch obat tidak
pernah dilakukan pengecekan karena pengecekan pada nomor batch sudah
dilakukan oleh instalasi farmasi untuk mencegah kemungkinan adanya kerusakan
pada obat yang diterima. Pengecekan juga dilakukan dengan menyesuaikan obat
yang akan diberikan berdasarkan status harian dengan memperhatikan waktu
pemberian obat.
Penyiapan
120.00%
100.00%
25.21%
80.00%
Ya Tidak
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100.00% 0% 0% 2.52% 0% 0%
60.00%
100% 100% 97.48% 100% 100%
40.00%
68.91% 67.23%
20.00%
0.00%
Swaping Teknik Pengambilan Peracikan tepat Membungkus Jarum suntik Kantong limbah
kemasan pemindahan volume tepat hasil sediaan sekali pakai berbeda
benar
Ya Tidak
Pedoman utama yang digunakan untuk melihat volume pelarut obat adalah
leaflet kemasan obat. Apabila tidak ditemukan informasi volume pelarut yang
direkomendasikan pada leaflet kemasan obat, maka peneliti melihatnya di pedoman
lainnya seperti Handbook on Injectable Drugs 16th Edition (Trissels, 2011) atau
Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sitostatika (Depkes, 2009).
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100.00% 2.52% 0% 0%
10.08%
80.00%
60.00%
89.92%
100.00% 100% 97.48% 100% 100% 100% 100%
40.00%
89.92%
20.00%
10.08%
0.00% 0% 0% 0% 0%
Ya Tidak
Gambar VII. Hasil Peracikan Sediaan Parenteral
Gambar VII. menunjukkan hasil sediaan yang mengalami proses peracikan
sebelum diadministrasikan. Setiap sediaan hasil peracikan diberikan tanpa melalui
prosedur penyimpanan, sehingga peracikan sediaan parenteral hanya dilakukan
setiap jam pasien membutuhkan obat atau dalam keadaan khusus membutuhkan
obat tambahan yang memerlukan rekonstitusi sehingga proses peracikan dilakukan.
Beberapa hasil akhir peracikan sediaan parenteral yang dihasilkan menunjukkan
ketidak jernihan yang ditunjukkan dengan adanya kabut yang berarti terdapat
inkompatibilitas secara fisik. Dimana kabut akan menghilang setalah didiamkan
beberapa saat. Bahaya dari adanya partikel serbuk obat yang masih terlihat dalam
larutan dapat menyebabkan emboli bila tidak terlarut sempurna saat
diadministrasikan. Partikel obat yang tidak larut tersebut dapat menempel di
pembuluh darah dan menyebabkan sumbatan (Lehne, 2013). Sebagian besar hasil
peracikan sediaan parenteral tidak mengalami perubahan warna, yang mengalami
perubahan warna hanya antibiotik ceftriaxone, hal ini sudah sesuai dengan pedoman
acuan dimana serbuk ceftriaxone akan menjadi kuning setelah direkonstitusi
(Depkes, 2009b). Selama observasi dilakukan terdapat sediaan parenteral diracik
dengan pelarut yang tidak sesuai, penggunaan pelarut yang tidak tepat dapat
menurunkan kadar obat yang dilarutkan sehingga harus tetap menjadi perhatian
(Lawrence, 2007). Tidak terdapat keterangan BUD maupun penyimpanan pada
hasil peracikan karena setiap hasil peracikan tidak disimpan melainkan langsung
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dilakukan uji pH terhadap dua kelompok subyek uji dimana hasilnya tertera
pada tabel IV. Menurut Foinard et al, (2013) komponen penting yang harus
diperhatikan dalam meracik sediaan parenteral ialah pH dari obat yang diracik
dimana akan berdampak pada terjadinya inkompatibilitas. Inkompatibilitas kimia
menggambarkan degradasi kimia dari satu atau lebih obat yang dicampurkan,
menyebabkan toksisitas atau inaktivasi secara terapetik. Degradasi tidak selamanya
bersifat dapat diamati. Nilai pH yang spesifik atau kisaran nilai pH yang sempit
diperlukan untuk memelihara stabilitas obat setelah dicampur. Disimpulkan bahwa
keduanya tidak memiliki perbedaan pH yang signifikan, untuk ceftriaxone dan
meropenem dihasilkan pH yang masih masuk range pH literatur sementara
omeprazole berada dibawah range pH literatur, hal ini dapat disebabkan oleh karena
pengujian dilakukan melebihi waktu penyimpanan omeprazole setelah dilakukan
peracikan yaitu 4 jam.
Sterilitas sediaan parenteral
Uji sterilitas dilakukan pada sampel yang dihasilkan dari peracikan di ICU
RSPW. Steril berarti sediaan memenuhi kriteria bebas mikroorganisme, patogen
dan partikel. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi steril yang dimaksud adalah
bebas kuman atau mikroorganisme dan dibuktikan dengan uji di laboratorium
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ucapan Terimakasih
Penelitian ini dilaksanakan dengan pembiayaan dari Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Sanata Dharma dengan nomor kontrak
070/Penel./LPPM-USD/IV/2017.
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G., 2009. Sediaan Farmasi Steril. Penerbit ITB. Bandung. Hal 193-194.
Agyemang, R.E.O., dan While, A., 2010. Medication errors : types, causes and
impact on nursing practice. British Journal of Nursing. Vol 19 (6). Pp 380-
385.
Departemen Kesehatan RI, 2009. Tanggung Jawab Apoteker Terhadap
Keselamatan Pasien (Patient Safety). Bakti Husada. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2009a. Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril.
Bakti Husada. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2009b. Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan
Penanganan Sediaan Sitostatika. Bakti Husada. Jakarta.
Fahimi, F., Ariapanah, P., Faizi, M., Safaghi, B., Namdar, R., Ardakani, M.T.,
2008. Errors in Preparation and Administration of Intravenous Medications
in The Intensive Care Unit of a Teaching Hospital : An Observational
Study. Elsevier, 21, 110-116.
Foinard, A.M., Simon, N., Barthelemy, C., Lannoy, Decaudin, B., dan Odou, P.
2013. Drug Incompatibilities: A Problem in Clinical Practice.
http://www.hospitalpharmacyeurope.com. (27 November 2017).
Kanji, S., Lam, J., Johanson, C., Singh, A., Goddard, R., Fairbairn, J., 2010.
Systematic review of physical and chemical compatibility of commonly
used medications administered by continuous infusion in intensive care
units. Crit Care Med. Vol 38 (9) : 1890-8.
Keers, R.N., Williams, S.D., Cooke J., dan Ashcroft, D.M., 2015. Understanding
the Cause of Intravenous Medication Administration Errors in Hospital: A
Qualitative Critical Incident Study. BMJ OPEN, 1-10.
Kementerian Kesehatan RI, 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Direktorar
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta, hal.1360.
Lawrence, 2007. United States Pharmacopeia 13th Edition, USA : The United
Stated Pharmacopeial Convention.
Lehne, R.A., 2013. Pharmacology for Nursing Care 8th Edition. St. Louis, Missouri
: Elsevier.
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lucida, H., Armal, K., Harefa, Suardi, M., et al., 2014. Kajian Kompatibilitas
Sediaan Rekonstitusi Parenteral Dan Pencampuran Sediaan Intravena Pada
Tiga Rumah Sakit Pemerintah Di Sumatera Barat. Prosiding Seminar
Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik
IV”
Maharani, L., Astuti, A.W., dan Achmad, A., 2014. Kompatibilitas Pencampuran
Sediaan Parenteral di Bangsal Bedah Syaraf RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, volume 3 (1), 1-9.
Nguyen, H.T., Nguyen, T.D., Heuvel, E.R.V.D., Ruskamp, F.M.H. dan Taxis, K.,
2015. Medication Error in Viatnemese Hospitals: Prevalence, Potential
Outcome and Associated Factors. PLOS ONE, volume 10(9), 1-12.
Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2016. Tentang : Standar Pelayanan Kefarmasian
Di Rumah Sakit.
Shargel, L., Yu, A., and Wu, S., 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika
Terapan Edisi kedua. Airlangga University Press. Surabaya. hal 167-187.
Sinko, P. J., 2011. Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika edisi 5. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Trissels, L.A., 2011. Handbook on Injectable Drugs 16th Edition. Bethesda:
American Society of Health System Pharmacist. New York.
Welankiwar, A., Sandagar, S., Kumar, J., Barabde, A., 2013. Photostability Testing
of Pharmaceutical Products. International Research Journal of Pharmacy.
4(9), 11-15.
Westbrook, J.I., Rob, M.I., Woods, A. dan Parry, D, 2011. Error in The
Administration of Intravenous Medications in Hospital and The Role of
Correct Procedures and Nurse Experience. BMJ Qual Saf. Vol: 20, 1027-
1034.
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Informed Consent
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Definisi Operasional
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
39