Anda di halaman 1dari 54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERACIKAN SEDIAAN STERIL UNTUK PASIEN INTENSIVE CARE


UNIT (ICU) RUMAH SAKIT PANTI WILASA JALAN DR.CIPTO
SEMARANG

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh :
Sara Septi Widayani
NIM: 148114160

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERACIKAN SEDIAAN STERIL UNTUK PASIEN INTENSIVE CARE


UNIT (ICU) RUMAH SAKIT PANTI WILASA JALAN DR.CIPTO
SEMARANG

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh :
Sara Septi Widayani
NIM: 148114160

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja


dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu
bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan
rencana Allah.”

Roma 8:28

Karya ini kupersembahkan kepada :

Tuhan Yang Maha Esa,

Bapak, Ibu, dan Kakakku tercinta

Keluarga dan Sahabat,

serta Almamaterku Sanata Dharma

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan bimbingan, rahmat, dan cinta kasih-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan naskah skripsi yang berjudul “Peracikan Sediaan Steril Untuk
Pasien Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Panti Wilasa Jalan Dr.Cipto
Semarang” sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini merupakan bagian dari
penelitian internal Dina Christin Ayuning Putri, M.Sc., Apt. oleh LPPM USD
dengan nomor kontrak 070/Penel./LPPM-USD/IV/2017 yang berujudul Evaluasi
Proses Peracikan Dan Kualitas Sediaan Racikan Steril Bagi Penderita Penyakit
Degeneratif di Bangsal Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang. Penulisan
skripsi ini mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Sanata
Dharma yang telah mendanai penelitian ini sehingga dapat berjalan.
2. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt. selaku dosen pembimbing skripsi dan Ibu Dina
Christin Ayuning Putri, M.Sc., Apt. selaku pendamping dosen pembimbing
skripsi yang telah berbagi ilmu, pengetahuan, dan wawasan serta meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk berdiskusi, memberikan semangat dan
motivasi, serta kritik dan saran dalam proses penyusunan skripsi.
3. dr. Daniel Budi Wibowo, M.Kes selaku direktur Rumah Sakit Panti Wilasa
Jalan “Dr.Cipto” yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan
penelitian di Rumah Sakit Panti Wilasa Jalan “Dr.Cipto”
4. Ibu Sri Hari Wahyuni, M.Sc, Apt. selaku kepala instalasi farmasi Rumah Sakit
Panti Wilasa Jalan “Dr.Cipto” yang telah membimbing dan mendampingi
penulis dalam melakukan pengambilan data skripsi.
5. Kepala perawat beserta seluruh perawat dan pekarya bangsal Intensive Care
Unit Rumah Sakit Panti Wilasa Jalan “Dr. Cipto” yang telah membimbing,
bekerja sama dan juga membantu penulis dalam melakukan penelitian.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Laboratorium Balai Kesehatan Provinsi Jawa Tengah yang telah membantu


penulis dalam melakukan uji sterilitas.
7. Ibu Wahyuning Setyani, M.Sc., Apt. dan Bapak Christianus Heru Setiawan,
M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas segala kritik dan saran serta dukungan
yang membangun selama proses penyusunan skripsi.
8. Kedua orangtuaku tercinta Bapak Nur Edi Widodo dan Ibu Nani Suryani, serta
kakakku Daniel Aji Pradana dan seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan
memberikan dukungan.
9. Teman-teman seperjuangan skripsi Novika Bernadelpin dan Melviya yang
selalu memberikan semangat dan dukungan.
10. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan Ariesta Widiyawati, S.S.,
Brigitta Defira Anjassari dan Amalia Miftachuljannah.
11. Teman-teman penulis yang selalu berbagi suka dan duka selama masa kuliah
yaitu seluruh anggota kelas FSM D 2014.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan serta
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis menerima semua kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak agar hasil karya dapat lebih baik dan
bermanfaat terutama di bidang kefarmasian. Terimakasih.

Yogyakarta, 13 Desember 2017

Penulis

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i


PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN .............................................Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Error!
Bookmark not defined.
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................................... vii
PRAKATA ...................................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xiii
ABSTRAK ...................................................................................................................... xiv
ABSTRACT ..................................................................................................................... xv
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
METODE PENELITIAN ................................................................................................. 2
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................... 4
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 17
LAMPIRAN..................................................................................................................... 19
BIOGRAFI .......................................................................................................... 39

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar I. Daftar Obat yang dilakukan Peracikan .......................................... 4

Gambar II. Hasil Observasi Proses Preparasi ................................................... 5

Gambar III. Sarana dan Prasarana Pendukung Proses Peracikan ..................... 6

Gambar IV. Pemeriksaan Kondisi Obat-obatan sebelum Diracik...................... 7

Gambar V. Proses Penyiapan Peracikan Sediaan Parenteral ............................ 8

Gambar VI. Proses Peracikan Sediaan Parenteral .............................................. 10

Gambar VII. Hasil Peracikan Sediaan Parenteral ................................................ 12

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel I. Karakteristik Pasien ....................................................................... 4

Tabel II. Penggunaan Pelarut Untuk Sediaan Parenteral .............................. 9

Tabel III. Nilai Transmittan Sediaan Parenteral............................................. 13

Tabel IV. Perbandingan pH Sediaan Parenteral ............................................. 14

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian (Rumah Sakit Panti Wilasa Dr.Cipto)............. 18


Lampiran 2. Informed Consent ............................................................................. 19
Lampiran 3. Lembar Observasi Proses Preparasi Sediaan Parenteral................... 21
Lampiran 4. Lembar Observasi Proses Peracikan Sediaan Parenteral .................. 23
Lampiran 5. Definisi Operasional ......................................................................... 28
Lampiran 6. Hasil Uji Sterilitas Laboratorium Balai Kesehatan Jawa Tengah .... 30
Lampiran 7. Gambar Ruang Peracikan Sediaan Parenteral .................................. 31
Lampiran 8. Nilai Transmittan Sediaan Parenteral ............................................... 32

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Pemberian obat secara intravena memiliki resiko kesalahan yang lebih besar
dibandingkan dengan rute pengobatan lain karena tahap preparasi dan peracikan
yang lebih kompleks. Kesalahan pada preparasi dan peracikan akan berpengaruh
pada kualitas hingga stabilitas sediaan parenteral yang diracik. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui proses peracikan dan kualitas serta stabilitas
sediaan parenteral yang dihasilkan dari proses peracikan untuk pasien Intensive
Care Unit (ICU) Rumah Sakit Panti Wilasa Jalan Dr. Cipto Semarang (RSPW).
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan teknik
pengambilan data secara accidental sampling. Subyek penelitian terbagi menjadi
dua macam yaitu subyek penelitian observasi dan subyek penelitian analitik. Hasil
observasi menunjukan preparasi hingga peracikan yang dilakukan di ICU RSPW
belum dilakukan sesuai Pedoman Peracikan Obat Suntik dan Sitostatik yang
ditunjukkan dengan persiapan hingga peracikan sediaan parenteral dilakukan bukan
dari tenaga kefarmasian, sarana dan prasarana yang belum memadai, tidak ada label
obat, 32,77% peracikan dilakukan tanpa memperhatikan prosedur aseptis, 25,21%
sediaan parenteral diracik menggunakan pelarut tidak sesuai dan 32,77% volume
pelarut yang digunakan tidak tepat, serta terdapat 10,08% hasil akhir peracikan
yang menunjukkan adanya kabut. Untuk membandingkan kualitas sediaan
peracikan diambil tiga macam obat dengan prevalensi penggunaan tertinggi yakni;
ceftriaxone, meropenem dan omeprazole. Pengujian menunjukkan tidak terdapat
perbedaan nilai transmittan dan pH pada sediaan, baik peracikan dilakukan
berdasarkan pedoman maupun dilakukan di bangsal ICU RSPW. Setelah dilakukan
uji statistik menggunakan uji mann whitney didapatkan hasil 0,105 menunjukkan
tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kedua subyek uji. Setelah dilakukan
pengujian sterilitas didapatkan sediaan yang dihasilkan oleh perawat menunjukkan
bebas kuman.

Kata kunci : peracikan sediaan steril, sediaan parenteral, pasien intensive care unit,
dispensing error

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Intravenous preparation of drugs resulted a greater risk of errors than other


preparation treatment routes because of the more complex preparation steps. Errors
in preparation and compounding will affect the quality to the stability of the
prepared parenteral preparations. The purpose of this research is to know the
process of compounding and the quality and stability of the parenteral preparations
resulting from the compounding process for Intensive Care Unit (ICU) Hospital Dr.
Panti Wilasa Hospital. Cipto Semarang (RSPW). This research is an observational
analytic research with accidental sampling technique. Research subjects are divided
into two kinds, namely the subject of observational research and the subject of
analytic research. The results of observations showing preparations to
compounding conducted in ICU RSPW have not been performed in accordance
with the Pedoman Peracikan Obat Suntik dan Penanganan Sitostatika (Depkes,
2009b) indicated by preparation to compounding parenteral preparations performed
not from pharmaceutical personnel, inadequate facilities and infrastructure, 32,77%
of the compounding was performed without regard to aseptic procedures, 25,21%
of parenteral preparations were formulated using an unsuitable solvent and 32,77%
of the solvent volume used incorrectly, and there were 10,08% of the final
compound results indicating the presence of fog. To compare the quality of
compound preparations, three drugs were taken with the highest prevalence of use;
ceftriaxone, meropenem and omeprazole. Tests showed no difference in
transmittance value and pH in the preparation, either compounding was done based
on the guidelines or performed not in accordance with the guidelines. After the
statistical test using mann whitney test obtained 0,105 results showed no significant
differences in both subjects test. After the sterility test obtained the preparations
produced by the nurse showed free of germs.

Keyword : sterile compounding, intravenous preparations, intensive care unit


patient, dispensing errors

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENDAHULUAN
Sediaan parenteral merupakan sediaan yang dimaksudkan untuk pemberian
secara injeksi, infus atau implan didalam tubuh. Keuntungan dari pemberian obat
secara parenteral antara lain sediaan parenteral dapat memberikan efek yang cepat,
tidak melalui first pass effect, dapat diberikan apabila penderita dalam keadaan
gawat darurat, membutuhkan efek obat yang cepat, pasien tidak sadar, atau tidak
dapat dengan cara pemberian lain, kadar obat dalam darah lebih bisa diramalkan
apabila diberikan secara parenteral dan dapat digunakan untuk obat-obatan yang
rusak atau tidak dapat diabsorbsi dalam sistem saluran cerna (Shargel et al, 2005).
Beberapa hal harus diperhatikan dalam pemberian obat secara parenteral
adalah resiko terjadinya kesalahan pengobatan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan rute pemberian lainnya karena kompleksitas yang besar dalam tahap
preparasi, peracikan, penyimpanan hingga obat diadministrasikan. Kompleksitas
yang sering muncul pada sediaan injeksi antara lain adanya obat yang tidak stabil
pada penyimpanan dalam bentuk cair sehingga hanya tersedia dalam bentuk serbuk
dan memerlukan proses rekonstitusi sebelum diadministrasikan. Beberapa pasien
dengan kebutuhan obat dalam dosis tertentu membutuhkan penyesuaian dosis
sehingga perlu dilakukan peracikan sediaan parenteral. Beberapa sediaan parenteral
juga membutuhkan pembawa sebelum diadministrasikan. Berbeda dari obat yang
diberikan secara oral, obat yang diberikan secara injeksi tidak dapat diambil
kembali dengan cara emesis atau pengikatan dengan activated charcoal sehingga
resiko toksisitas obat lebih tinggi (Agoes, 2009).
Menurut Depkes RI (2009) pencampuran obat suntik seharusnya dilakukan
oleh apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit, tetapi kenyataannya penyiapan dan
peracikan sediaan parenteral masih dilaksanakan oleh tenaga kesehatan lain dengan
sarana dan pengetahuan terbatas. Pencampuran obat suntik memerlukan teknik
khusus dengan latar belakang pengetahuan sterilitas, sifat fisikokimia dan stabilitas
obat, ketidakcampuran obat serta risiko bahayanya paparan obat seperti antibiotik
(Nguyen, et al, 2015). Selain itu, diperlukan juga sarana dan prasarana khusus untuk
menunjang pekerjaan hingga tujuan sterilitas, stabilitas dan ketercampuran obat
dapat tercapai.

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui proses peracikan dan


kualitas berdasarkan uji sterilitas serta stabilitas berdasarkan uji kekeruhan dan pH
sediaan parenteral yang dihasilkan dari proses peracikan untuk pasien Intensive
Care Unit (ICU) Rumah Sakit Panti Wilasa Jalan Dr. Cipto Semarang (RSPW).

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan observasional analitik dengan
rancangan cross-sectional dan teknik pengambilan data secara accidental sampling.
Observasi dilakukan di bangsal ICU RSPW dengan nomor ijin penelitian
748.2/RSPWDC/LP/DIKLAT/VIII/2017. Subyek penelitian ini terbagi menjadi
dua, yaitu subyek penelitian observasi dan subyek penelitian analitik. Variabel
bebas dari penelitian ini adalah personel peracik, sarana dan prasarana serta
prosedur peracikan sementara variabel tergantung dari penelitian ini adalah
kompatibilitas, kualitas dan stabilitas sediaan yang dihasilkan dari proses peracikan.
Penelitian Observasional
Kriteria inklusi subyek penelitian ini adalah proses preparasi dan proses
peracikan sediaan parenteral untuk pasien ICU RSPW pada hari sabtu dan minggu
selama bulan September hingga Oktober 2017. Kriteria eksklusi dari subyek
penelitian observasi adalah proses preparasi dan peracikan yang tidak teramati
secara utuh. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi yang
disusun berdasarkan Pedoman Penanganan Obat Suntik dan Penanganan Sediaan
Sitostatika (Depkes, 2009b). Pengambilan data observasi dilakukan dengan
mengamati langsung proses preparasi hingga proses peracikan sediaan steril yang
dilakukan oleh subyek penelitian untuk pasien ICU.
Penelitian Analitik
Kriteria inklusi subyek penelitian ini adalah proses preparasi dan proses
peracikan sediaan parenteral serta tergolong kedalam 3 obat yang paling banyak
digunakan untuk pasien ICU RSPW pada hari sabtu dan minggu pada bulan
September dan Oktober 2017. Kriteria eksklusi dari subyek penelitian analitik
adalah obat yang dilakukan peracikan tetapi tidak termasuk 3 obat yang paling
banyak digunakan pada hari sabtu dan minggu pada bulan September dan Oktober

2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2017. Instrumen yang digunakan untuk penelitian analitik ialah spektrofotometri


uv-vis untuk mengetahui kekeruhan hasil sediaan dengan mengukur nilai
transmittan dari sediaan racikan yang dihasilkan serta pH meter untuk mengetahui
pH dari sediaan yang dihasilkan dan dilakukan uji sterilitas untuk sampel yang
diracik oleh perawat ICU RSPW. Pengambilan data analitik dilakukan dengan
mengukur kekeruhan sediaan steril yang diracik oleh perawat RSPW yang
dibandingkan dengan sediaan parenteral yang diracik oleh peneliti dengan teknik
aseptis sesuai Pedoman Penanganan Obat Suntik dan Penangan Sitostatik (Depkes,
2009b) yang dilakukan di laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril
USD untuk penerapan teknik aseptis menggunakan LAF dan pengukuran nilai
tranasmittan dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Instrumental. Pedoman
utama yang digunakan untuk mengetahui ketepatan jenis dan volume pelarut serta
pH yang sesuai adalah Handbook on Injectable Drugs 16th Edition (Trissels, 2011).
Analisis data
Pengolahan data dilakukan dengan mengkonfirmasi hasil pengamatan yang
tercantum dalam Lembar Observasi dengan literatur acuan yang digunakan.
Analisis data observasi dilakukan dengan menghitung presentase bentuk kesalahan
pada tiap-tiap aspek melalui persamaan:
total kesalahan proses peracikan sediaan parenteral
Prosentase kesalahan= x100%
total proses peracikan sediaan parenteral
Presentase kesalahan 0% menunjukan proses peracikan yang berlangsung
sesuai dengan Pedoman Peracikan Obat Suntik dan Penanganan Sitostatik.
Sementara analisis data kualitas sediaan dilakukan dengan membagi sampel
penelitian analitik menjadi dua kelompok yaitu sampel dengan perlakuan sesuai
pedoman peracikan dan sampel dengan perlakuan berdasarkan peracikan di RSPW
yang dilakukan oleh subyek penelitian observasi. Jumlah subyek kedua kelompok
diuji nilai normalitasnya menggunakan uji Shapiro Wilk karena jumlah sampel
dibawah 50 dan berdasarkan data yang dihasilkan dilakukan uji Mann Whitney
untuk mengetahui perbedaan nilai transmittan dari kedua kelompok subyek uji.

3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini melibatkan 119 proses peracikan yang dilakukan di ruang ICU
RSPW untuk 25 orang pasien. Karakteristik pasien serta nama-nama obat yang
dilakukan proses peracikan sebelum diadministrasikan disajikan pada tabel I. dan
gambar I.
Tabel I. Karakteristik Pasien
No. Karakteristik Pasien Bangsal ICU “N=25”
Laki-laki 9
1. Jenis Kelamin
Perempuan 16
Anak-anak (≤12 tahun) 1
2. Kelompok Usia
Dewasa (>12 tahun) 24
N = jumlah pasien

35 30
30
25
19
20
15 13
8 9
10 6
3 4 4 3 4 4 4
5 1 1 1 2 2 1
0

jumlah pengamatan

Gambar I. Daftar Obat yang dilakukan Peracikan


Menurut Depkes (2009), proses preparasi dan peracikan sediaan parenteral
harus dilakukan oleh apoteker atau tenaga kefarmasian yang sudah terlatih dibawah
tanggung jawab dan pengawasan apoteker Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Tetapi
berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di RSPW proses preparasi
hingga peracikan sediaan parenteral untuk pasien ICU dilakukan oleh perawat

4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bangsal ICU. Hal ini disebabkan karena keterbatasan jumlah apoteker dan beban
kerja apoteker yang tinggi di RSPW, sehingga hal ini menjadi keterbatasan RSPW
dalam mengalokasikan apoteker pada setiap bangsal, khususnya untuk melakukan
proses preparasi hingga peracikan sediaan parenteral.
Jumlah tenaga keperawatan di bangsal ICU adalah 15, dimana selama
proses penelitian berlangsung terdapat 7 perawat yang terlibat. Gambar I.
menunjukkan prevalensi sediaan parenteral yang mengalami peracikan sebelum
diadministrasikan. Berdasarkan tabel 1 terdapat tiga peringkat teratas obat yang
sering dilakukan peracikan sebelum diadministrasikan yaitu ceftriaxone 1 gram
(13), meropenem 1 gram (19) serta omeprazole 40 mg (30).
Hasil observasi proses preparasi Sediaan Parenteral
100% 0% 0% 0% 0% 0%
90%
80%
70%
60%
50% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
40%
30%
20%
10%
0% 0% 0% 0% 0% 0%

Ya Tidak

Gambar II. Hasil Observasi Proses Preparasi

Gambar II. menggambarkan proses preparasi sediaan parenteral untuk


pasien ICU RSPW. Proses preparasi sediaan parenteral untuk pasien ICU dilakukan
bukan oleh farmasis (100%) melainkan oleh perawat. Permintaan obat dilakukan
pengecekan berdasarkan nama pasien (100%), nama obat (100%) dan dosis obat
(100%), sementara rute dan waktu pemberian tidak pernah dilakukan pengecekan.
Dosis obat dicek berdasarkan ketersediaan dosis obat dari instalasi farmasi dengan
kebutuhan bangsal ICU. Obat-obatan yang diterima akan dicek terlebih dahulu
nama (100%) serta tanggal kadaluwarsanya (100%) dan pengecekan nomor batch

5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

obat (0%) sebelum akhirnya disimpan pada lemari obat yang tersedia sesuai
identitas pasien berupa nama, nomor rekam medis (RM), nomor kamar, usia dan
berat badan pasien yang tertera pada label lemari penyimpanan obat. Tidak
dilakukan pengecekan nomor batch karena pengecekan pada nomor batch telah
dilakukan di instalasi farmasi. Pada proses preparasi tidak dilakukan pemilihan
jenis pelarut (100%).
Hasil observasi proses peracikan Sediaan Parenteral
Sarana dan Prasarana
120%

100%

80% 33%

60%
100% 100% 100% 100% 100%
40%
67%
20%

0% 0% 0% 0% 0% 0%
Ruang khusus LAF Pass box Kantong Limbah Cuci tangan APD lengkap
LAF
Ya Tidak
Gambar III. Sarana dan Prasarana Pendukung Proses Peracikan

Gambar III. menunjukkan sarana dan prasarana yang menunjang proses


peracikan sediaan parenteral. Berdasarkan Pedoman Dispensing Sediaan Steril
(Depkes, 2009a), prosedur peracikan sediaan parenteral dilakukan di LAF dan
apabila tidak terdapat fasilitas LAF maka peracikan sediaan parenteral dilakukan
dalam kondisi khusus dengan memperhatikan berbagai macam aspek antara lain
yang perlu diperhatikan adalah ruang peracikan yang digunakan merupakan
ruangan bersih, terpisah dan khusus untuk sediaan parenteral saja karena prosedur
yang dilakukan harus steril. Pada RSPW peracikan sediaan parenteral untuk pasien
ICU dilakukan di bangsal, dimana tidak tersedia ruangan ataupun peralatan khusus
yang menunjang untuk dilakukan proses peracikan. Perawat melakukan proses
peracikan di meja yang digunakan untuk meracik sediaan parenteral maupun non
parenteral, sebelum melakukan peracikan perawat memastikan dahulu meja sudah
bersih dan tidak ada bahan selain yang digunakan untuk peracikan sediaan
parenteral. Meja racik diletakkan diruang perawat berdampingan dengan meja

6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

administrasi dan meja konsultasi dokter. Proses peracikan dilakukan tanpa Laminar
Air Flow (LAF), tanpa melengkapi dokumen pencampuran dan tidak memasukkan
alat kesehatan yang digunakan untuk peracikan, label, dan obat yang akan
dilakukan pencampuran atau peracikan kedalam ruang steril melalui pass box.
Prosedur penting dalam peracikan sediaan parenteral adalah melakukan
teknik aseptis. Salah satu prosedur yang harus dilakukan dalam teknik aseptis antara
lain, sebelum meracik sediaan parenteral personel peracik harus mengenakan APD
lengkap hal ini dilakukan untuk mencegah dua kemungkinan buruk yang dapat
terjadi yaitu kontaminasi dari peracik ke sediaan yang diracik dan juga mencegah
paparan dari obat yang diracik ke personel yang melakukan peracikan. Selain itu,
mencuci tangan atau desinfeksi tangan merupakan kegiatan yang wajib dilakukan
untuk memenuhi prosedur aseptis. Jika peracikan dilakukan secara tidak aseptis
besar kemungkinan kontaminasi akan terjadi dan dapat mengancam keselamatan
pasien serta menyebabkan medication error (Agyemang dan While, 2010). Faktor-
faktor yang dapat menyebabkan perawat tidak mengikuti prosedur peracikan
sediaan parenteral dengan teknik aseptis adalah beban kerja yang tinggi serta masih
rendahnya kemampuan serta pengetahuan perawat yang dalam melakukan
peracikan sediaan parenteral. Selain itu, proses peracikan sediaan parenteral sendiri
bukanlah tanggung jawab perawat.
Kondisi obat-obat yang akan diracik

120%
100%
80%
60%
100% 100% 100% 100%
40%
20%
0%
Nama obat Dosis obat Nomor batch Tanggal kadaluwarsa

Ya Tidak

Gambar IV. Pemeriksaan Kondisi Obat-obatan Sebelum Diracik

Gambar IV. menggambarkan pola pemeriksaan obat-obatan sebelum


dilakukan peracikan. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan

7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

peracikan antara lain nama obat beserta dosisnya, jumlah obat dan tanggal
kadaluwarsa obat yang akan diberikan kepada pasien. Hal ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat dan jumlah obat atau memberikan
obat yang sudah kadaluwarsa kepada pasien yang berujung pada medication error
(PMK, 2016).
Sebelum perawat melakukan peracikan, obat dikeluarkan dari lemari
penyimpanan obat berdasarkan identitas pasien, lalu dilakukan pengecekan
berdasarkan nama obat (100%), jumlah obat (100%) yang harus diracik dan tanggal
kadaluwarsa (100%) obat yang diambil, sedangkan untuk nomor batch obat tidak
pernah dilakukan pengecekan karena pengecekan pada nomor batch sudah
dilakukan oleh instalasi farmasi untuk mencegah kemungkinan adanya kerusakan
pada obat yang diterima. Pengecekan juga dilakukan dengan menyesuaikan obat
yang akan diberikan berdasarkan status harian dengan memperhatikan waktu
pemberian obat.
Penyiapan
120.00%

100.00%
25.21%
80.00%

60.00% 84.87% 87.39%


100% 100%
40.00% 74.79%
20.00%
15.13% 12.61%
0.00% 0% 0%
Hitung dosis Pelarut sesuai Hitung volume pelarut Membuat label Melengkapi dokumen

Ya Tidak

Gambar V. Proses Penyiapan Peracikan Sediaan Parenteral

Gambar V. menunjukkan proses penyiapan yang berlangsung di ruang ICU


RSPW. Pada proses penyiapan peracikan sediaan parenteral hal yang penting untuk
dilakukan antara lain melakukan perhitungan kesesuaian dosis, menggunakan
pelarut yang sesuai, menghitung volume pelarut, membuat label untuk hasil
pencampuran serta melengkapi dokumen pencampuran untuk mencegah terjadinya
medication error yang dapat merugikan pasien.

8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada proses penyiapan 84,87% sediaan parenteral diracik tanpa menghitung


kesesuaian dosis, hal ini dilakukan untuk menghemat waktu perawat dalam meracik
sediaan parenteral sehingga perawat hanya meracik dan memberikan obat kepada
pasien sesuai dengan resep yang dituliskan oleh dokter. Sebanyak 25,21% proses
peracikan dilakukan dengan pelarut yang tidak sesuai dengan referensi acuan
karena sebagian besar sediaan parenteral diracik atau direkonstitusi dengan Aqua
Pro Injection dan diberikan melalui syringe pump. Peracikan dengan menggunakan
pelarut NaCl 0,9% dilakukan untuk sediaan ketorolac dan tramadol sebelum
diberikan melalui infus. Pembuatan label (0%) dan pelengkapan dokumen
pencampuran (0%).
Tabel II. Penggunaan Pelarut untuk Sediaan Parenteral
No. Nama Obat Pelarut Pelarut menurut
referensi

1. Actrapid 40 iu/ml Aqua Pro Injection D5%, NaCl 0.9%

2. Ca Gluconas 100 mg/ml Aqua Pro Injection D5%; NaCl 0.9%; RL

3. Dexamethasone 5 mg/ml Aqua Pro Injection D5%, NaCl 0.9%

4. Heparin 5000 unit/ml Aqua Pro Injection D5%, NaCl 0.9%

5. Midazolam 5 mg/ml Aqua Pro Injection D5%, NaCl 0.9%

7. Nicardipin 1 mg/ml Aqua Pro Injection D5%; NaCl 0.9%; RL

8. Pantoprazole 40 mg Aqua Pro Injection D5%, NaCl 0.9%

9. Pranza 40 mg Aqua Pro Injection D5%, NaCl 0.9%


(Pantoprazole)
10. Vascon 4 mg / 4 ml Aqua Pro Injection D5%, NaCl 0.9%
(Norepinephrine)
Tabel II. menunjukkan contoh-contoh pelarut yang kompatibel untuk obat-
obatan yang diracik sebelum diadministrasikan dan juga pelarut yang digunakan
pada peracikan yang diamati. Penggunaan pelarut yang tidak sesuai dengan acuan
tidak selalu menimbulkan inkompatibilitas secara fisik, selain itu ketiadaan
informasi terkait kompatibilitas pelarut dengan sediaan parenteral pada penelitian
ini sejalan dengan hasil kajian sistematis yang dilakukan oleh Kanji, et al (2010)

9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang menemukan presentase campuran yang tidak memiliki informasi data


kompatibilitas secara fisika adalah 46,00%.
Peracikan dilakukan tanpa menghitung volume pelarut, hal ini untuk
menghemat waktu peracikan dan juga obat dapat segera diadministrasikan kepada
pasien apabila pasien dalam kondisi tertentu membutuhkan pemberian obat
sesegera mungkin, sehingga volume pelarut yang diambil hanya berdasarkan
pengalaman untuk ceftriaxone dan obat-obat lain yang tidak memiliki informasi
mengenai jumlah pelarut yang seharusnya digunakan. Leaflet kemasan menjadi
pedoman utama karena spesifikasi obat dengan zat aktif yang sama apabila dibuat
oleh pabrik yang berbeda kemungkinan besar juga memiliki spesifikasi yang
berbeda, sehingga volume yang diambil sesuai untuk peracikan omeprazole dan
meropenem. Perawat akan memindahkan label yang menempel pada ampul atau
vial ke spuit tempat sediaan hasil peracikan sebelum diadministrasikan apabila
pasien mendapatkan lebih dari satu sediaan parenteral karena tidak tersedia label
untuk hasil peracikan sediaan parenteral.
Peracikan
120.00%

100.00% 0% 0% 2.52% 0% 0%

80.00% 31.09% 32.77%

60.00%
100% 100% 97.48% 100% 100%
40.00%
68.91% 67.23%
20.00%

0.00%
Swaping Teknik Pengambilan Peracikan tepat Membungkus Jarum suntik Kantong limbah
kemasan pemindahan volume tepat hasil sediaan sekali pakai berbeda
benar

Ya Tidak

Gambar VI. Proses Peracikan Sediaan Parenteral

Pedoman utama yang digunakan untuk melihat volume pelarut obat adalah
leaflet kemasan obat. Apabila tidak ditemukan informasi volume pelarut yang
direkomendasikan pada leaflet kemasan obat, maka peneliti melihatnya di pedoman
lainnya seperti Handbook on Injectable Drugs 16th Edition (Trissels, 2011) atau
Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sitostatika (Depkes, 2009).

10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Semua sediaan parenteral hasil peracikan tidak dibungkus dengan kantong


hitam ataupun alumunium foil sebesar 2,52%. Menurut Welankiwar, et al (2013)
alumunium foil atau kantong hitam berfungsi untuk melindungi obat yang bersifat
fotosensitif dari cahaya yang akan mempengaruhi prinsip dari zat aktif dalam
formulasi obat. Nicardipin merupakan salah satu contoh obat dalam penelitian ini
yang bersifat fotosensitif, dimana dalam petunjuk penyimpanan yang tertera pada
label nicardipin harus dijauhkan dari cahaya langsung. Kemungkinan yang dapat
terjadi apabila sediaan yang bersifat fotosensitif terpapar cahaya adalah terjadinya
penurunan stabilitas.
Salah satu obat yang paling banyak diracik dengan volume pelarut yang
tidak sesuai adalah antibiotik ceftriaxone dimana menurut referensi ceftriaxone
direkonstitusi dengan 9,6 ml pelarut, tetapi pada praktek di ICU perawat melarutkan
ceftriaxone 1 gram menggunakan 20 ml pelarut sebelum diadministrasikan
seluruhnya ke pasien menggunakan syringe pump, penggunaan volume 20 ml untuk
melarutkan ceftriaxone merupakan hal yang dilakukan berdasarkan kebiasaan di
bangsal ICU. Penambahan volume yang berlebih tersebut membuat konsentrasi
obat menjadi lebih rendah. Banyaknya volume aqua pro injection yang digunakan
dapat mempengaruhi tonisitas dari obat. Isotonis apabila suatu larutan memiliki
nilai penurunan titik beku 0,52 (Sinko, 2011). Penurunan titik beku ceftriaxone 1
gram dalam 10 ml aqua pro injection adalah 0,57 sementara penurunan titik beku
ceftriaxone 1 gram dalam 20 ml aqua pro injection adalah 0,28 yang tergolong
hipotonis. Apabila larutan hipotonis diinjeksikan kedalam tubuh maka akan
menimbulkan dampak pada sel darah merah mengalami hemolisis.

11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Hasil peracikan sediaan parenteral


120.00%

100.00% 2.52% 0% 0%
10.08%
80.00%

60.00%
89.92%
100.00% 100% 97.48% 100% 100% 100% 100%
40.00%
89.92%

20.00%
10.08%
0.00% 0% 0% 0% 0%

Ya Tidak
Gambar VII. Hasil Peracikan Sediaan Parenteral
Gambar VII. menunjukkan hasil sediaan yang mengalami proses peracikan
sebelum diadministrasikan. Setiap sediaan hasil peracikan diberikan tanpa melalui
prosedur penyimpanan, sehingga peracikan sediaan parenteral hanya dilakukan
setiap jam pasien membutuhkan obat atau dalam keadaan khusus membutuhkan
obat tambahan yang memerlukan rekonstitusi sehingga proses peracikan dilakukan.
Beberapa hasil akhir peracikan sediaan parenteral yang dihasilkan menunjukkan
ketidak jernihan yang ditunjukkan dengan adanya kabut yang berarti terdapat
inkompatibilitas secara fisik. Dimana kabut akan menghilang setalah didiamkan
beberapa saat. Bahaya dari adanya partikel serbuk obat yang masih terlihat dalam
larutan dapat menyebabkan emboli bila tidak terlarut sempurna saat
diadministrasikan. Partikel obat yang tidak larut tersebut dapat menempel di
pembuluh darah dan menyebabkan sumbatan (Lehne, 2013). Sebagian besar hasil
peracikan sediaan parenteral tidak mengalami perubahan warna, yang mengalami
perubahan warna hanya antibiotik ceftriaxone, hal ini sudah sesuai dengan pedoman
acuan dimana serbuk ceftriaxone akan menjadi kuning setelah direkonstitusi
(Depkes, 2009b). Selama observasi dilakukan terdapat sediaan parenteral diracik
dengan pelarut yang tidak sesuai, penggunaan pelarut yang tidak tepat dapat
menurunkan kadar obat yang dilarutkan sehingga harus tetap menjadi perhatian
(Lawrence, 2007). Tidak terdapat keterangan BUD maupun penyimpanan pada
hasil peracikan karena setiap hasil peracikan tidak disimpan melainkan langsung

12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

diadministrasikan kepada pasien sehingga hasil peracikan memenuhi persyaratan


BUD dan penyimpanan yang sesuai.
Hasil uji analitik sediaan parenteral
Stabilitas sediaan parenteral
Tabel III. Nilai Transmittan Sediaan Parenteral
No. Nama Obat Transmittan A Transmittan B
1. Ceftriaxone 1 gram 0.008 0.002
2. Ceftriaxone 1 gram 0.017 0.002
3. Ceftriaxone 1 gram 0.003 0.011
4. Meropenem 1 gram 0.000 0.000
5. Meropenem 1 gram 0.031 0.000
6. Meropenem 1 gram 0.000 0.000
7. Omeprazole 40 mg 0.014 0.012
8. Omeprazole 40 mg 0.014 0.000
9. Omeprazole 40 mg 0.029 0.017
Keterangan :
A merupakan sampel yang diracik oleh perawat RSPW dan B merupakan sampel yang diracik oleh
peneliti berdasarkan Pedoman Peracikan

Tabel III. menunjukkan nilai transmittan hasil peracikan sediaan parenteral.


Dilakukan uji stabilitas terhadap tiga sediaan yang paling sering dilakukan
peracikan sebelum diadminitrasikan kepada pasien. Ketiga sediaan tersebut antara
lain Ceftriaxone 1 gram, Meropenem 1 gram dan Omeprazole 40 mg. Uji stabilitas
yang dilakukan ialah dengan mengukur kekeruhan subyek uji yang dihasilkan baik
melalui peracikan yang dilakukan oleh perawat di RSPW maupun subyek uji yang
diracik berdasarkan Pedoman Peracikan Obat Suntik dan Penanganan Sitostatik
(Depkes, 2009b) oleh peneliti, lalu hasil trasmittan dari kedua larutan diuji
normalitasnya menggunakan uji Shapiro Wilk dan didapatkan hasil 0.08 yang
berarti data tidak terdistribusi normal dan setelah itu dilakukan uji Mann Whitney
untuk mengetahui perbedaan nilai transmittan dari kedua kelompok subyek uji dan
didapatkan hasil 0,105 yang berarti bahwa diantara kedua data tidak terdapat
perbedaan. Hal ini mungkin diakibatkan dari pengukuran nilai transmittan yang

13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dilakukan tanpa pengenceran obat yang diukur sehingga kemungkinan yang


terdeteksi adalah partikel dari obat yang diukur. Pengukuran transmittan dilakukan
tanpa menggunakan baku standar masing-masing obat sehingga panjang
gelombang yang digunakan berasal dari literatur berdasar penelitian serupa,
sehingga tidak dapat dipastikan bahwa instrumen yang digunakan menghasilkan
data yang sesungguhnya.
Tabel IV. Hasil uji pH sediaan parenteral
No Nama obat pH pH sampel A pH sampel B
1. Ceftriaxone 1 gram 6-8 6.5 6.4
2. Meropenem 1 gram 7.3-8.3 7.5 7.7
3. Omeprazole 40 mg 8.8-10 8.3 8.6
Keterangan :
A merupakan sampel yang diracik oleh perawat RSPW dan B merupakan sampel yang diracik oleh
peneliti berdasarkan Pedoman Peracikan. pH literatur berdasarkan Trissels, 2011.

Dilakukan uji pH terhadap dua kelompok subyek uji dimana hasilnya tertera
pada tabel IV. Menurut Foinard et al, (2013) komponen penting yang harus
diperhatikan dalam meracik sediaan parenteral ialah pH dari obat yang diracik
dimana akan berdampak pada terjadinya inkompatibilitas. Inkompatibilitas kimia
menggambarkan degradasi kimia dari satu atau lebih obat yang dicampurkan,
menyebabkan toksisitas atau inaktivasi secara terapetik. Degradasi tidak selamanya
bersifat dapat diamati. Nilai pH yang spesifik atau kisaran nilai pH yang sempit
diperlukan untuk memelihara stabilitas obat setelah dicampur. Disimpulkan bahwa
keduanya tidak memiliki perbedaan pH yang signifikan, untuk ceftriaxone dan
meropenem dihasilkan pH yang masih masuk range pH literatur sementara
omeprazole berada dibawah range pH literatur, hal ini dapat disebabkan oleh karena
pengujian dilakukan melebihi waktu penyimpanan omeprazole setelah dilakukan
peracikan yaitu 4 jam.
Sterilitas sediaan parenteral
Uji sterilitas dilakukan pada sampel yang dihasilkan dari peracikan di ICU
RSPW. Steril berarti sediaan memenuhi kriteria bebas mikroorganisme, patogen
dan partikel. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi steril yang dimaksud adalah
bebas kuman atau mikroorganisme dan dibuktikan dengan uji di laboratorium

14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mikrobiologi. Hasil pengujian menunjukan sediaan yang dihasilkan dari peracikan


bebas kuman. Hal ini dapat disebabkan oleh karena dua dari sampel yang diuji
merupakan antibiotik sementara proses penanaman sampel ke media universal
dilakukan tanpa menginaktivasi kemampuan menghambat bakteri. Selain itu faktor
lain yang dapat berpengaruh adalah bangsal ICU merupakan ruang dengan tingkat
kontaminan rendah karena pembersihan yang dilakukan secara berkala tiap harinya
serta penggunaan alat dan bahan yang steril pada setiap proses peracikan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
proses peracikan yang dilakukan untuk pasien Intensive Care Unit RSPW sebagian
besar belum sesuai dengan Pedoman Peracikan Obat Suntik dan Penanganan
Sitostatik. Kualitas hasil peracikan berdasarkan uji sterilitas pada pemeriksaan
bakteriologi terhadap 3 hasil racikan ICU yang dilakukan menghasilkan sediaan
yang bebas pertumbuhan bakteri. Stabilitas hasil peracikan berdasarkan uji statistik
menunjukkan tidak terdapat perbedaan nilai transmittan dan pH yang diukur dari 2
sediaan masih masuk pada range pH berdasar literatur. Meskipun tidak terdapat
perbedaan stabilitas serta sediaan hasil peracikan berkualitas tetapi diharapkan
melakukan peracikan menurut Pedoman Peracikan Obat Suntik dan Sitostatik tetap
dilakukan untuk mencegah kejadian yang dapat merugikan pasien.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan pengujian secara
kuantitatif untuk mendapatkan hasil yang menggambarkan kualitas sediaan yang
dihasilkan. Hal yang perlu diperhatikan juga rute administrasi dari sediaan
parenteral tidak hanya melalui intravena sehingga diharapkan pada penelitian
selanjutnya juga melakukan pengkajian terhadap rute pemberian obat karena hal ini
merupakan bagian penting pada tahap preparasi sediaan parenteral. Saran untuk
RSPW supaya menyediakan label untuk hasil peracikan sediaan parenteral dan
terdapat apoteker yang bertanggung jawab dalam penyiapan serta peracikan sediaan
parenteral untuk bangsal ICU.

15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ucapan Terimakasih
Penelitian ini dilaksanakan dengan pembiayaan dari Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Sanata Dharma dengan nomor kontrak
070/Penel./LPPM-USD/IV/2017.

16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G., 2009. Sediaan Farmasi Steril. Penerbit ITB. Bandung. Hal 193-194.
Agyemang, R.E.O., dan While, A., 2010. Medication errors : types, causes and
impact on nursing practice. British Journal of Nursing. Vol 19 (6). Pp 380-
385.
Departemen Kesehatan RI, 2009. Tanggung Jawab Apoteker Terhadap
Keselamatan Pasien (Patient Safety). Bakti Husada. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2009a. Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril.
Bakti Husada. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2009b. Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan
Penanganan Sediaan Sitostatika. Bakti Husada. Jakarta.
Fahimi, F., Ariapanah, P., Faizi, M., Safaghi, B., Namdar, R., Ardakani, M.T.,
2008. Errors in Preparation and Administration of Intravenous Medications
in The Intensive Care Unit of a Teaching Hospital : An Observational
Study. Elsevier, 21, 110-116.
Foinard, A.M., Simon, N., Barthelemy, C., Lannoy, Decaudin, B., dan Odou, P.
2013. Drug Incompatibilities: A Problem in Clinical Practice.
http://www.hospitalpharmacyeurope.com. (27 November 2017).
Kanji, S., Lam, J., Johanson, C., Singh, A., Goddard, R., Fairbairn, J., 2010.
Systematic review of physical and chemical compatibility of commonly
used medications administered by continuous infusion in intensive care
units. Crit Care Med. Vol 38 (9) : 1890-8.
Keers, R.N., Williams, S.D., Cooke J., dan Ashcroft, D.M., 2015. Understanding
the Cause of Intravenous Medication Administration Errors in Hospital: A
Qualitative Critical Incident Study. BMJ OPEN, 1-10.
Kementerian Kesehatan RI, 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Direktorar
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta, hal.1360.
Lawrence, 2007. United States Pharmacopeia 13th Edition, USA : The United
Stated Pharmacopeial Convention.
Lehne, R.A., 2013. Pharmacology for Nursing Care 8th Edition. St. Louis, Missouri
: Elsevier.

17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lucida, H., Armal, K., Harefa, Suardi, M., et al., 2014. Kajian Kompatibilitas
Sediaan Rekonstitusi Parenteral Dan Pencampuran Sediaan Intravena Pada
Tiga Rumah Sakit Pemerintah Di Sumatera Barat. Prosiding Seminar
Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik
IV”
Maharani, L., Astuti, A.W., dan Achmad, A., 2014. Kompatibilitas Pencampuran
Sediaan Parenteral di Bangsal Bedah Syaraf RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, volume 3 (1), 1-9.
Nguyen, H.T., Nguyen, T.D., Heuvel, E.R.V.D., Ruskamp, F.M.H. dan Taxis, K.,
2015. Medication Error in Viatnemese Hospitals: Prevalence, Potential
Outcome and Associated Factors. PLOS ONE, volume 10(9), 1-12.
Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2016. Tentang : Standar Pelayanan Kefarmasian
Di Rumah Sakit.
Shargel, L., Yu, A., and Wu, S., 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika
Terapan Edisi kedua. Airlangga University Press. Surabaya. hal 167-187.
Sinko, P. J., 2011. Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika edisi 5. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Trissels, L.A., 2011. Handbook on Injectable Drugs 16th Edition. Bethesda:
American Society of Health System Pharmacist. New York.
Welankiwar, A., Sandagar, S., Kumar, J., Barabde, A., 2013. Photostability Testing
of Pharmaceutical Products. International Research Journal of Pharmacy.
4(9), 11-15.
Westbrook, J.I., Rob, M.I., Woods, A. dan Parry, D, 2011. Error in The
Administration of Intravenous Medications in Hospital and The Role of
Correct Procedures and Nurse Experience. BMJ Qual Saf. Vol: 20, 1027-
1034.

18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian (Rumah Sakit Panti Wilasa Dr.Cipto)

19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Informed Consent

20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Lembar Observasi Proses Preparasi Sediaan Parenteral

22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Lembar Observasi Proses Peracikan Sediaan Parenteral

24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Definisi Operasional

29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Hasil Uji Sterilitas Laboratorium Balai Kesehatan Jawa Tengah

31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7. Gambar Ruang Peracikan Sediaan Parenteral


7.1 Meja racik

7.2 Lemari Penyimpanan

7.3 Tempat Limbah Sediaan Parenteral

32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8. Nilai Transmittan Sediaan Parenteral

33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BIOGRAFI PENULIS

Sara Septi Widayani lahir di Magelang 7 September 1995.


Anak bungsu dari pasangan Nur Edi Widodo dan Nani
Suryani. Penulis Menempuh Pendidikan SDN Kemirirejo
3 Magelang pada tahun 2001-2007, SMPN 2 Magelang
pada tahun 2007-2010 dan SMK/F Indonesia Yogyakarta
pada tahun 2010-2013. Penulis pernah bekerja di viva
generik selama 8 bulan di awal tahun 2014 sebagai Tenaga
Teknis Kefarmasian (TTK). Selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma pada tahun 2014-2018. Selama menempuh
pendidikan S1, penulis aktif mengikuti beberapa
kepanitiaan seperti Desa Mitra I sebagai sekretaris, Pharmacy Badminton Cup
sebagai sekretaris, Pharmacy Badminton Tournament sebagai divisi acara, Komisi
Pemilihan Umum BEMF Farmasi 2015/2016 sebagai divisi dokumentasi dan
Komisi Pemilihan Umum BEMF Farmasi 2016/2017 sebagai koordinator divisi
acara. Penulis pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa lolos DIKTI yang
berjudul GANESHA MUDA (Gerakan Siswa Mts. Yaketunis Mengenal
Swamedikasi Dengan Media Braille). Penulis juga pernah menjadi asisten
praktikum Compounding pada tahun 2016 dan asisten praktikum Komunikasi
Farmasi pada tahun 2017.

39

Anda mungkin juga menyukai