Anda di halaman 1dari 47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

UJI AKTIVITAS ANTIHIPERGLIKEMIK DEKOKTA BUAH PISANG


KEPOK PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS YANG TERBEBANI
SUKROSA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Marthin Zakarias Golap

NIM : 178114175

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

UJI AKTIVITAS ANTIHIPERGLIKEMIK DEKOKTA BUAH PISANG


KEPOK PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS YANG TERBEBANI
SUKROSA
SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Marthin Zakarias Golap

NIM : 178114175

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:


Tuhan Yesus Kristus sumber segala kehidupan
Bapa, mama, saudara, dan seluruh keluarga besar
Semua sahabat yang kukasihi karena telah menemani dan membantuku
Serta almamaterku Universitas Sanata Dharma

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA
Puji syukur kupanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat
dan kasih setia-Nya, penulis akhirnya mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Uji Aktivitas Antihiperglikemik Dekokta Buah Pisang Kepok Pada Mencit Jantan
Galur Swiss yang Terbebani Sukrosa” dengan baik sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung berjudul “Efek
Antihiperglikemik Tanaman Indonesia pada Mencit Jantan Galur Swiss yang Terbebani
Sukrosa”.

Dalam penyusuna skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan


dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin berterima-kasih yang sebesar-besarnya
kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu memberikan berkat dan rahmat-Nya kepada
saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. apt. Yustina Sri Hartini selaku dosen penguji dan Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Dr. apt. Christine Patramurti selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Ibu apt. Aris Widayati, M.Si., Ph.D. selaku DPA
5. Ibu apt. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
sangat baik dan sabar dalam membantu dan membimbing saya sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak apt. Christianus Heru Setiawan, M.Sc. selaku dosen penguji
7. Bapak Heru Purwanto selaku Laboran Laboratorium Farmakologi dan
Toksikologi yang sangat baik dan sabar dalam membantu proses penelitian
sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8. Keluarga terkasih. Bapa Perederik Golap dan Mama Damiati yang selalu
memberikan semangat dan dukungan kepada saya sehingga berhasil
menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman seperjuangan skripsi Buah Pisang Kepok, Patricia Ria Dini atas kerja
sama, dukungan, dan bantuan yang telah diberikan kepada saya selama proses
pengerjaan skripsi.
10. Novita Margareth Jeujanan dan Theresia Maria Yarok atas bantuan dan
dukungannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
11. Angelina Rambu Ngana, Feilycia Kristin Sugisun, dan Devi Pratiwi Candra S.
atas segala dukungan, bantuan, dan semangat yang selalu diberikan kepada saya
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
12. Paguyuban GD (Adventis, Billi, Chatrine, Dwiki, Fei, Marlis, Meyshi, Rici,
Vicka, Widya, dan Margareth) yang selalu memberikan bantuan dan dukungan
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
13. Teman-teman FSMD 2017 dan seluruh angkatan 2017 atas kebersamaan dalam
berdinamika selama masa perkuliahan
14. Pihak-pihak lain yang turut membantu penulis, namun tidak dapat disebutkan
satu persatu.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................................iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................................iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................................. vvii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...............................................vi

PRAKATA ...............................................................................................................................vi

DAFTAR ISI............................................................................................................................ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... xii

ABSTRAK ............................................................................................................................. xiii

ABSTRACT ........................................................................................................................... xiv

BAB 1 ....................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1

BAB II ...................................................................................................................................... 6

METODE PENELITIAN ....................................................................................................... 6

BAB III................................................................................................................................... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................. 12

BAB IV ................................................................................................................................... 20

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................. 20

LAMPIRAN........................................................................................................................... 24

BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................................... 36

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel I. Hasil Uji Fitokimia Flavonoid dan Tannin Pada Dekokta Buah Pisang
Kepok (Musa ABB)……………………………………………………12
Tabel II. Data Rerata Nilai AUC0-120 dari Tiap Kelompok Perlakuan……………14
Tabel III. Hasil Uji Post-Hoc Bonfferoni AUC0-120 Kadar Gula Darah Mencit…...15

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Buah Pisang Kepok (Musa ABB)………………………..……………2

Gambar 2. Kurva Hubungan antara Waktu dengan Rerata Kadar Gula Darah……14

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ethical Clearance dari Medican and Health Research Ethics
Committee Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ....................................... 24

Lampiran 2. Surat Pengesahan Determinasi Tanaman Buah Pisang Kepok (Musa


ABB) ........................................................................................................................... 25

Lampiran 3. Surat Legalitas Analisis Data oleh Pusat Kajian Clinical Epidemiology
and Biostatistics Unit Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ...................... 26

Lampiran 4. Perhitungan Dosis ................................................................................. 27

Lampiran 5. Hasil Uji Kadar Air Serbuk Buah Pisang Kepok (Musa ABB) ............ 28

Lampiran 6. Dekokta Buah Pisang Kepok (Musa ABB) .......................................... 29

Lampiran 7. Hasil Uji Tabung Fitokimia .................................................................. 30

Lampiran 8. Proses Pengambilan Darah Pada Vena Lateralis Mencit Jantan Galur
Swiss Menggunakan Accu Check ............................................................................... 31

Lampiran 9. Uji Statistika Data AUC0-120 Kadar Gula Darah Tiap Kelompok
Perlakuan ..................................................................................................................... 32

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Hiperglikemi merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan peningkatan gula
darah yang cukup signifikan. Buah pisang kepok yang belum matang (unripe) memiliki
kandungan seperti tanin dan flavonoid yang memiliki aktivitas antihiperglikemik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penurunan kadar gula darah dari
dekokta buah pisang kepok pada mencit jantan galur Swiss yang terbebani sukrosa serta
dosis efektif penurunan kadar gula. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah eksperimental murni rancangan acak lengkap pola searah. Sebanyak 30 ekor
mencit dibagi ke dalam 6 kelompok secara acak, yaitu kelompok kontrol negatif,
kontrol positif (akarbosa 80 mg/KgBB), kontrol sukrosa 12%, dan perlakuan peringkat
dosis dekokta buah pisang kepok., yaitu 833,3; 1666,7; dan 3333,3 mg/KgBB secara
per oral. Pemberian sukrosa diberikan 30 menit setelah perlakuan. Pengamatan
dilakukan pada menit ke-0, 15, 30, 60, 90, dan 120 setelah sukrosa diberikan dengan
mengambil darah dari ekor. Analisis hasil menggunakan metode trapesium (AUC t0-
tn) dan analisis statistik menggunakan Shapiro-Wilk, levene test, one way ANOVA, dan
Post-Hoc Bonferroni. Hasil penelitian menunjukkan dekokta buah pisang kepok
memberikan efek penurunan kadar gula darah pada mencit jantan galur Swiss yang
terbebani sukrosa. Dosis efektif penurunan kadar gula darah dari dekokta buah pisang
kepok sebesar 833,3 mg/kgBB

Kata kunci : Diabetes, antihiperglikemik, dekokta, buah pisang kepok

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Hyperglycemia is a condition characterized by a significant increase in blood
sugar. Unripe Kepok bananas contain ingredients such tannins and flavonoids which
have antihyperglycemic activity. This study aims to determine the effect of lowering
blood sugar levels of kepok banana decoction on male Swiss mice loaded with sucrose
and the effective dose of reducing sugar levels. This type of research used in this study
was a pure experimental unidirectional completely randomized design. Total of 30
mice were randomly divided into 6 groups, namely the negative control group, the
positive control (80 mg / KgBW), 12% sucrose control, and the kepok banana
decoction dose ranking treatment, namely 833.3; 1666,7; and 3333.3 mg / KgBW
orally. Sucrose was given 30 minutes after treatment. Observations were made at 0, 15,
30, 60, 90, and 120 minutes after sucrose was given by drawing blood from the tail.
The results analysis used the trapezoidal method (AUC t0-tn) and statistical analysis
used Shapiro-Wilk, Levene test, one way ANOVA, and Post-Hoc Bonferroni. The
results showed that kepok banana decoction had effect on reducing blood sugar levels
in male Swiss mice loaded with sucrose. The effective dose of reducing blood sugar
levels is 833.3 mg / kgBW

Keywords: Diabetes, antihyperglycemic, decoction, kepok banana fruit

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB 1

PENDAHULUAN
Hiperglikemi merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan peningkatan
gula darah yang cukup signifikan yang akan berubah menjadi kondisi diabetes melitus
jika tidak dikontrol secara terus-menerus. Penyebab hiperglikemi sering dihubungkan
dengan kurangnya insulin dan faktor predisposisi berupa genetik, umur, dan kondisi
obesitas (PERKENI, 2015). Hiperglikemi berkembang menjadi diabetes melitus ketika
terjadi ketidak-seimbangan antara produksi glukosa dan asupan glukosa terhadap
stimulasi insulin yang merangsang pengambilan glukosa di jaringan (Lee, 2017).
Penyakit tidak menular menjadi penyebab utama kematian dalam skala global.
Sebanyak 38 juta (68%) dari 56 juta kematian di dunia pada tahun 2012 disebabkan
oleh penyakit tidak menular. Dimana penyebab utama kematian pada kelompok
penyakit tidak menular, disebabkan oleh diabetes melitus dan penyakit kardiovaskular
(Puspitasari, 2015). Berdasarkan data Sample Registration Survey tahun 2014
menunjukkaan bahwa diabetes menempati nomor 3 penyebab kematian di Indonesia
dengan presentase sebesar (6,7%) (Kemenkes, 2016).
Diabetes Melitus adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan
terjadinya kondisi hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan
atau sekresi insulin oleh sel β (PERKENI, 2015). Diabetes melitus tipe-1 terjadi akibat
destruksi sel beta pankreas akibat proses autoimun, walaupun pada sebagian kecil
pasien tidak didapatkan bukti autoimunitas atau idiopatik. Umumnya, gejala klinis
timbul ketika kerusakan sel-sel pankreas mencapai ≥90% (Pulungan, 2019). Diabetes
melitus Tipe 2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat insensivitas sel terhadap
insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal.
Penggunaan obat antidiabetic merupakan bagian dari manajemen terapi
diabetes dimana dilakukan jika modifikasi gaya hidup tidak memberikan penurunan
gula darah yang berarti. Pendekatan menggunakan antidiabetic, pasien diberikan

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

obat hipoglikemik oral (OHO) atau suntikan insulin sesuai dengan indikasi (Toharin,
2015). Beberapa golongan obat hipoglikemik oral (OHO) seperti biguanid,
sulfonylurea, thiazolidinedione (TZD), penghambat DPP-4, penghambat SGLT-2,
glinid, penghambat α-glukosidase, dan agonis reseptor GLP-1 (ADA, 2019).

Gaya hidup kembali ke alam (back to nature) yang menjadi tren saat ini,
membawa masyarakat kembali memanfaatkan bahan alam, termasuk pengobatan
dengan tanaman yang berkhasiat obat. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan
bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat. Alasan inilah yang mendasari munculnya banyak penelitian untuk
menemukan khasiat dari bahan alam untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
(Sambara, 2016).
Tanaman pisang kepok (Musa ABB) merupakan tanaman dalam golongan
monokotil tahunan berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini
merupakan tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat dan teratur.
Percabangan tanaman bertipe simpodial dengan meristem ujung memanjang dan
membentuk bunga lalu buah. Buahnya memiliki bentuk pipih yang ketika matang akan
berwarna kuning secara keseluruhan (Gambar 1.) (Suyanti, 2008).

Gambar 1. Buah Pisang Kepok (Musa ABB) (Suyanti, 2008)

2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tingkat kematangan pisang dapat ditinjau dari warna kulit pisang dan tekstur
dari buah. Tingkat kematangan pisang terdiri dari tingkat 1 sampai 7, dimana
peningkatan kematangan pisang ditandai dengan penurunan warna hijau pada kulit
pisang menjadi warna kekuningan. Perubahan pada tekstur buah dikarenakan faktor
fisiologi dan biokimia dari tanaman termasuk migrasi air dari kulit pisang, hidrolisis
pati menjadi gula, dan degradasi pektin. Hal-hal tersebut dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan osmotik daging buah pisang yang menghasilkan penurunan
tekanan turgor dan akhirnya menghasilkan daging buah yang lunak selama tahap
pematangan (Yap dkk., 2017).

Flavonoid pada pisang dapat meningkatkan sensitifitas insulin dengan


membersihkan jalur sinyal insulin dimana flavonoid dalam pisang berpotensi untuk
mengaktivasi reseptor insulin tirosin kinase pada proses insulin signaling. Flavonoid
pada pisang juga dapat menurunkan konsentrasi kolesterol dalam darah sehingga dapat
menurunkan kejadian komplikasi diabetes (Wahyuni, 2015). Tanin pada pisang bekerja
dalam mengurangi penyerapan glukosa di usus halus, yang akibatnya menghambat
kecepatan peningkatan glukosa darah dan juga memiliki aktivitas hipoglikemik dengan
meningkatkan proses glikogenesis (Bawati, 2013). Serat yang terdapat dalam tanaman
memiliki efek positif terhadap kadar glukosa darah. Pisang kepok (Musa ABB)
mengandung serat seperti pati resisten dan inulin yang berpengaruh positif terhadap
kadar glukosa darah. Inulin dapat meningkatkan produksi SCFA (Short Chain Fatty
Acid) di dalam usus. SCFA berpengaruh pada metabolisme insulin di dalam tubuh
sehingga efek hipoglikemik dapat terjadi (Wahyuni, 2015).

Perebusan simplisia dilakukan selama 15 menit sampai mendidih dengan suhu


berkisar antara (90-98o C) dengan api kecil disebut infus/infusa, sedangkan perebusan
simplisia selama 30 menit sampai mendidih dengan suhu berkisar antara (90-98o C)
dengan api kecil disebut dekokta (BPOM RI, 2010).

3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Metode Tes Toleransi Gula Oral dilakukan pada hewan uji dengan kadar gula
darah normal sebagai salah satu uji pendahuluan untuk mengetahui kemampuan bahan
uji dalam mengembalikan kadar gula darah setelah pemberian larutan gula. Pengujian
ini dilakukan dengan menginduksi beban gula berupa sukrosa untuk mengamati
pengaruh terhadap toleransi sukrosa. Pada pengujian ini, kondisi hiperglikemi hanya
akan berlangsung dalam beberapa jam setelah pemberian gula. Prinsip metode ini
adalah hewan uji dipuasakan selama 16-20 jam namun tetap diberi minum, kemudian
diambil cuplikan darah vena lalu diberikan sediaan yang diuji secara per oral. Setengah
hingga 1 jam setelah pemberian sediaan yang di uji, hewan uji lalu diberikan larutan
sukrosa secara per oral. Pengambilan cuplikan darah vena diulangi setelah perlakuan
pada waktu-waktu tertentu (Putri dkk., 2015).

Secara fisisologi, pemberian sukrosa dapat menyebabkan kenaikan kadar gula


darah dalam waktu sekitar 1 jam dan setelah itu kadar gula darah akan kembali normal
dalam waktu sekitar 2 jam. Sukrosa yang diinduksikan pada tikus dapat meningkatkan
kadar gula darah tanpa merusak organ pankreas. Sukrosa didalam tubuh akan terurai
menjadi glukosa dan fruktosa dengan bantuan enzim sukrase (Wulandari, 2016).
Terdapat juga beberapa penelitian yang menunjukan aktivitas
antihiperglikemik buah pisang kepok. Penelitian yang dilakukan oleh Alarcon-
Aguilara (1998) diketahui bahwa buah pisang (Musa paradisiaca L.) memiliki aktivitas
antihiperglikemik ketika diujikan pada kelinci dan juga penelitian yang dilakukan
Wahyuni (2015) diketahui bahwa pemberian buah pisang kepok kuning memiliki
aktivitas antihiperglikemik ketika diujikan pada tikus Sparague Dawley pra sindrom
metabolik. Buah pisang kepok (Musa ABB) yang belum matang (unripe) memiliki
kandungan seperti tanin, flavonoid, alkaloid, dan saponin. Dimana tanin dan flavonoid
merupakan metabolit sekunder utama yang memiliki aktivitas antihiperglikemik. Buah
pisang kepok yang masih muda diketahui mengandung banyak tanin (Bawati, 2013).
Penelitian yang berhasil dilakukan tentang pengaruh pisang kepok terhadap
kadar glukosa darah pada subjek manusia diabetes tipe 2 dan hiperkolesterolemia

4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dengan dosis 250 g/hari dan 500 g/hari. Pisang dengan dosis 250 g/hari secara
signifikan dapat menurunkan kadar glukosa darah subjek sedangkan kadar kolesterol
menurun namun tidak signifikan. Konsumsi pisang sebanyak 500 g/hari secara
signifikan dapat menurunkan kadar glukosa darah dan kadar kolesterol total subjek
(Wahyuni, 2015). Penelitian-penelitian yang telah dilakukan terkait pemberian buah
pisang kepok terhadap penurunan kadar gula darah mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian dengan bentuk sediaan yang berbeda yakni dekokta dengan
subjek yang berbeda untuk mengetahui pengaruh pemberian dekokta buah pisang
kepok terhadap kadar glukosa darah mencit jantan galur Swiss yang terbebani sukrosa.
Sediaan dekokta dipilih karena dengan metode perebusan dengan suhu (90-98o C)
maka flavonoid dan tanin akan terekstraksi, hal ini disebabkan flavonoid dan tanin
merupakan senyawa polifenol yang larut dalam air (Arifin, 2018; Soenardjo, 2017). Uji
tabung fitokimia dilakukan untuk memastikan golongan senyawa aktif flavonoid dan
tanin terdapat di dalam dekokta yang telah dibuat.

5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

METODE PENELITIAN
Penelitian tentang aktivitas antihiperglikemik dari dekokta pisang kepok
(Musa ABB) merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan jenis rancangan
penelitian merupakan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini telah
mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta dengan nomor referensi KE/FK/0838/EC/2020.

Alat dan Bahan Penelitian

Mencit jantan galur Swiss dengan berat badan 20-30 gram, umur 2-3 bulan,
dan dalam keadaan sehat yang ditandai dengan fisik yang terlihat sehat dan tidak
memiliki cacat, serta bergerak secara aktif. Buah pisang kepok (Musa ABB) yang
diperoleh dari kebun buah pisang kebun Plasma Nutfah Pisang, Giwangan,
Umbulharjo, Yogyakarta. Bahan penelitian lain yang digunakan adalah sukrosa,
akarbosa, aquadest, dan strip. Alat penelitian yang digunakan adalah pisau, talenan,
oven, mesin penyerbuk (Retsch), ayakan nomor 40 dan 50 mesh, moisture balance,
seperangkat alat gelas, panci tim, penangas air, stopwatch, kain flannel, pipet tetes,
stopwatch, spuit. dan Accu check

Metode

Pengumpulan Buah Pisang Kepok (Musa ABB)

Buah pisang kepok (Musa ABB) dengan kualitas baik diperoleh dari kebun
Plasma Nutfah Pisang, Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta.

Determinasi Buah Pisang Kepok (Musa ABB)

Determinasi tanaman buah pisang kepok (Musa ABB) dilakukan di


laboratorium Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.

6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pembuatan Simplisia dan Serbuk Buah Pisang Kepok (Musa ABB)

Buah pisang kepok dipotong terlebih dahulu, kemudian disebarkan diatas


nampan yang kemudian dimasukkan kedalam oven untuk dikeringkan dengan suhu
antara 40 – 500 C selama kurang lebih 24 jam atau sampai benar-benar kering. Setelah
simplisia jadi, lalu dilanjutkan dengan penyerbukan menggunakan alat penyerbuk.
Setelah serbuk jadi, lalu dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan penyaring
dengan ayakan nomor 40 dan 50 mesh.

Penetapan Kadar Air Serbuk Buah Pisang Kepok (Musa ABB)

Penetapan kadar air dilakukan menggunakan alat moisture balance, dimana


serbuk buah pisang kepok (Musa ABB) yang telah jadi ditimbang terlebih dahulu
bobotnya kemudian dimasukkan ke dalam moisture balance sambil diratakan. Alat
kemudian dinyalakan dengan suhu diatur kurang lebih 1050 C dengan waktu antara 10
– 15 menit. Angka yang tertera pada display menunjukkan kadar air dari serbuk pisang
kepok dalam satuan persen (%) (Wihenti, 2017).

Pembuatan Dekokta Buah Pisang Kepok (Musa ABB)

Sediaan dekokta dibuat menggunakan serbuk buah pisang kepok (Musa ABB)
dengan langkah merebus serbuk sebanyak 10 gram menggunakan aquadest sebanyak
20 mL dalam panci tim sebagai pelarut lalu ditambahkan lagi 100 mL aquadest.
Dipanaskan dengan suhu 900 C selama 30 menit sambil diaduk sesekali. Setelah dingin
dilanjutkan dengan diserkai menggunakan kain flannel dan ditambahkan air
secukupnya pada ampas sampai diperoleh volume dekokta buah pisang kepok (Musa
ABB) dengan volume 100 mL.

Uji Tabung Fitokimia

Uji flavonoid: Sebanyak 5 mg serbuk Mg dan 1 mL HCl pekat dimasukkan kedalam 5


mL larutan uji, lalu ditambahkan etanol lebih kurang ½ dari larutan kemudian dikocok
dengan kuat dan dibiarkan larutan hingga memisah. Diamati perubahan yang terjadi

7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

jika terbentuk warna merah-orange dalam etanol menandakan adanya flavonoid


(Radam, 2016).

Uji tanin: Ditambahkan sebanyak kurang lebih 5 tetes larutan FeCl3 0,1% kedalam 5
mL larutan uji, lalu diamati perubahan yang terjadi. Jika terbentuk endapan dan warna
kehitaman maka menunjukkan adanya tanin (Hamad, 2017).

Penetapan Dosis Dekokta Buah Pisang Kepok (Musa ABB)

Peringkat dosis dekokta didasarkan oleh:

a. Bobot tertinggi mencit yaitu 30 gram

b. Pemberian dekokta buah pisang kepok (Musa ABB) dengan volume maksimal yaitu
1 mL

c. Konsentrasi dari dekokta buah pisang kepok (Musa ABB) yang dibuat 10 %

Penetapan dosis tertinggi:

D x BB = C x V

D x 30 g = 10 g/100 mL x 1 mL

D x 30 g = 10000 mg/100 mL

D x 30 g = 100 mg/mL x 1 mL

D = 3,3333 mg/gBB

D = 3333,3 mg/KgBB

Keterangan:
D : Dosis (mg/KgBB)
BB : Berat badan (g)
C : Konsentrasi (mg/mL)
V : Volume (mL)

8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dua dosis lainnya diperoleh dengan cara membagi 2 dosis awal yang telah
diperoleh yaitu 3333,3 mg/KgBB menjadi 1666,65 mg/KgBB dan 833,325 mg/KgB,
sehingga diperoleh 3 peringkat dosis.

Pembuatan Larutan Sukrosa 12% b/v

Sukrosa yang digunakan dalam menginduksi hiperglikemi adalah dosis 4


g/KgBB (Gunawan-Puteri dkk., 2018), dimana berat badan yang digunakan adalah
berat rata-rata dari mencit yaitu 30 g dan volume maksimal yang dapat diberikan secara
peroral kepada mencit yaitu 1 mL. Dari hasil perhitungan didapatkan konsentrasi
sukrosa yang diberikan pada mencit yatu 12 gram/100 mL atau 12% b/v.

Pembuatan Kontrol Positif Akarbosa Dalam Aquadest

Akarbosa berperan sebagai kontrol positif yang digunakan dalam penelitian


ini, sehingga akarbosa harus mampu memberikan aktivitas antihiperglikemik terhadap
mencit jantan galur Swiss yang terbebani sukrosa 12 %. Larutan akarbosa dibuat
dengan melarutkan serbuk akarbosa sebanyak 12 g dengan aquadest, kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL lalu ditambahkan aquadest sampai tanda batas
(Gunawan-Puteri dkk., 2018).

Penentuan Kontrol Negatif

Kontrol negatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu aquadest dengan
dosis 25 g/kgBB, dimana aquadest berperan sebagai pelarut dari ekstrak buah pisang
kepok (Musa ABB). Kontrol negatif merupakan zat yang tidak dapat memberikan efek
antihiperglikemik sehingga dapat digunakan sebagai pembanding dari zat uji yang
digunakan.

9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penyiapan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan galur Swiss dengan berat
badan 20-30 gram, umur 2-3 bulan, dan dalam keadaan sehat yang ditandai dengan
fisik yang terlihat sehat dan tidak memiliki cacat, serta bergerak secara aktif. Hewan
uji terlebih dahulu dipuasakan selama 16 – 20 jam dengan tetap diberikan minum.
Hewan uji lalu diadaptasikan dengan lingkungan tempat penelitian selama 18 – 24 jam.

Penentuan Jumlah Hewan Uji per Kelompok

Perhitungan jumlah hewan uji yang digunakan dalam penelitian didasarkan


dari perhitungan dengan menggunakan rumus Federer, yaitu:

(n-1) (t-1)≥15

Pada penelitian ini jumlah kelompok yang digunakan ada 6, sehingga berdasarkan
rumus Federer jumlah hewan uji yang digunakan dalam tiap kelompok minimal 4
hewan uji.

Keterangan:
n = jumlah hewan uji per kelompok
t = jumlah kelompok uji
Perlakuan Hewan Uji

Hewan uji dibagi secara acak kedalam 6 kelompok perlakuan sehingga jumlah
mencit yang diperlukan sebanyak 30 ekor. Kelompok I merupakan kelompok kontrol
normal, kelompok II merupakan kelompok kontrol akarbosa, kelompok III merupakan
kelompok kontrol sukrosa, dan kelompok IV, V, dan VI merupakan kelompok dekokta
buah pisang kepok (Musa ABB) dengan 3 peringkat dosis yang berbeda yaitu 833,34;
1666,67; 3333,3 mg/KgBB. Setelah dipuasakan, perlakuan pada kelompok I diberikan
aquadest, kelompok II diberikan suspensi akarbosa dengan dosis 80 mg/kgBB,
kelompok IV, V, dan VI diberikan dekokta buah pisang kepok (Musa ABB) dengan
menggunakan 3 peringkat dosis yang berbeda. Kemudian ditunggu selama 30 menit
agar mencapai onset. Setelah 30 menit, kadar gula darah mencit diukur sebagai kadar

10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

gula darah menit ke-0 pada setiap kelompok menggunakan alat cek gula darah (Accu
check) dimana darah diambil dari vena lateralis mencit. Kemudian induksi sukrosa
12% diberikan kepada kelompok II-VI. Semua perlakuan dilakukan secara per oral
pada mencit. Selanjutnya, pengambilan kadar gula darah pada menit ke-15, 30, 60, 90,
dan 120 dilakukan dari setiap kelompok. Kadar yang diperoleh lalu dibuat ke dalam
grafik nilai kadar gula darah versus waktu (menit) ke-0 hingga menit ke-120
menggunakan metode trapesium (AUCt0-tn) (Shargel, 2012). Formula sebagai berikut:

𝑡1−𝑡0 𝑡2−𝑡1 𝑡𝑛−𝑡𝑛−1


𝐴𝑈𝐶𝑡0−𝑡𝑛 = 𝑥 (𝐶0 + 𝐶1) + 𝑥 (𝐶1 + 𝐶2) + 𝑥 (𝐶𝑛−1 + 𝐶𝑛)
2 2 2

Keterangan:
t : waktu (menit)
C : kadar gula darah (mg/dL)
𝐴𝑈𝐶𝑡0−tn : luas daerah di bawah kurva dari waktu ke-0 hingga ke-n

Rumus % penurunan kadar gula darah sebagai berikut:

𝐴𝑈𝐶 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 − 𝐴𝑈𝐶 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓


% PKGO = [1 - 𝐴𝑈𝐶 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑔𝑢𝑙𝑎−𝐴𝑈𝐶 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 ] x 100%

Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Data gula darah AUC0-120 dianalisis secara statistik dimulai dengan


menentukan apakah data yang diperoleh terdistribusi secara normal atau tidak melalui
uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel <50 sebagai persyaratan analisis parametrik.
Apabila data terdistribusi secara normal, maka dilanjutkan dengan uji varian levene test
untuk mengetahui varian dan dilakukan analisis pola varians satu arah (one way
ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95 % dan α = 0,05. Jika data memiliki varian yang
sama dilanjutkan dengan uji Post-Hoc Bonferroni. Jika data memiliki varian yang
berbeda maka dilanjutkan dengan uji Post-Hoc Tamhane’s. Apabila hasil yang
didapatkan menunjukkan nilai P<0,05 maka terdapat perbedaan rerata yang bermakna
antara dua kelompok data dan jika terdapat P>0,05 artinya perbedaan rerata tersebut
tidak bermakna (Puspitasari, 2015; Wenas, 2020; Millati, 2019).

11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penurunan kadar gula darah
dari dekokta buah pisang kepok serta dosis efektif penurunan kadar gula pada mencit
jantan galur Swiss yang terbebani sukrosa. Pada penelitian ini digunakan buah pisang
kepok (Musa ABB) yang diperoleh dari kebun Plasma Nutfah Pisang, Giwangan,
Umbulharjo, Yogyakarta dan telah di determinasi di Laboratorium Kebun Tanaman
Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan nomor referensi
619/LKTO/Far-USD/XI/2020. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang
digunakan adalah benar buah pisang kepok (Musa ABB).
Berdasarkan BPOM (2014), pada pengujian kadar air serbuk dipersyaratkan
≤ 10%. Pada pengujian kadar air serbuk buah pisang kepok (Musa ABB) diperoleh
hasil 7,2%. Hasil ini menunjukkan bahwa serbuk buah pisang kepok yang digunakan
telah memenuhi persyaratan serbuk yang baik.
Pada penelitian Bukola (2016) dilaporkan bahwa ekstrak air pada beberapa
pisang (Musa.spp) memiliki kandungan senyawa fenolik dalam jumlah banyak yang
dapat berperan sebagai senyawa antidiabetik karena dapat menghambat α-amilase dan
α-glukosidase menghasilkan penurunan konsentrasi gula darah. Oleh karena itu pada
penelitian ini dilakukan uji fitokimia untuk mengetahui senyawa yang terkandung
dalam dekokta buah pisang kepok.
Tabel I. Hasil Uji Fitokimia Flavonoid dan Tanin Pada Dekokta Buah
Pisang Kepok (Musa ABB)
Uji Warna Interpretasi
Fitokimia Hasil
Flavonoid Perubahan warna menjadi kuning-jingga Positif (+)
Tanin Perubahan warna menjadi kehitaman dan terdapat Positif (+)
endapan

12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada hasil pengujian fitokimia (Tabel I), diperoleh hasil positif pada
pengujian senyawa flavonoid dan tanin sehingga dapat disimpulkan bahwa dekokta
buah pisang kepok mengandung senyawa flavonoid dan tannin. Hasil yang sama juga
dilaporkan Bawati (2013) dan Wahyuni (2015) bahwa pada buah pisang kepok
mengandung banyak senyawa polifenol berupa flavonoid dan tanin. Kedua senyawa
tersebut diduga yang bertanggung jawab terhadap efek penurunan gula darah.
Pada penelitian aktivitas antihiperglikemik dekokta buah pisang kepok
menggunakan metode Tes Toleransi Gula Oral, pengujian dilakukan dengan
menginduksi beban sukrosa untuk mengamati pengaruh terhadap toleransi sukrosa.
Pada pengujian ini, kondisi hiperglikemi hanya akan berlangsung dalam beberapa jam
setelah pemberian gula. Gula yang digunakan pada penelitian ini adaldah sukrosa.
Sukrosa merupakan gula disakarida yang akan dipecah oleh enzim sukrase menjadi
glukosa dan fruktosa yang kemudian akan diserap melalui saluran pencernaan
(Wulandari, 2016). Pemberian dosis sukrosa mengacu pada penelitian Gunawan-Puteri
dkk. (2018) yaitu 4 g/kgBB.
Pada penelitian aktivitas antihiperglikemik dekokta buah pisang kepok 30
mencit dibagi secara acak ke dalam 6 kelompok, sebelum diberikan perlakuan hewan
uji dipuasakan selama 12-16 jam tetapi tetap diberi minum agar gula darah stabil dan
tidak terdapat perubahan kadar gula darah karena asupan makanan (Nugrahani, 2012).

Rerata kadar gula darah Vs Waktu


250
Rerata kadar gula darah (mg/dL)

200
150
100
50
0
0 15 30 60 90 120
Waktu (menit)

Kontrol normal Kontrol gula Kontrol positif


Dosis rendah Dosis sedang Dosis tinggi

13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 2. Kurva Hubungan antara Waktu dengan Rerata Kadar Gula Darah
Tabel II. Data Rerata Nilai AUC0-120 dari Tiap Kelompok Perlakuan
Kelompok Perlakuan Rerata Nilai AUC0-120 % PKGD
(mg.menit/dL) ± SD
Kontrol normal 9637±1276,8 -
Kontrol sukrosa 22173,0±1114,6 -
Kontrol akarbosa + sukrosa 11781,0±610,8 82,9%
Dekokta dosis 833,3 mg/kgBB + 11844,0±1483,6 82,3%
sukrosa
Dekokta dosis 1666,6 mg/kgBB + 12925±1393,4 73,7%
sukrosa
Dekokta dosis 3333,3 mg/kgBB + 14065,5±1296,8 64,6%
sukrosa
Keterangan:
SD : Standar Deviasi
%PKGD : % Penurunan Kadar Gula Darah

Pada Gambar 2 diatas menunjukkan profil peningkatan gula darah mencit


pada masing-masing kelompok perlakuan sebelum dan sesudah diinduksi dengan
sukrosa. Kelompok kontrol gula mengalami peningkatan gula darah tertinggi pada
menit ke-15 setelah pemberian sukrosa, kemudian pada menit ke-30, 60, 90, dan 120
mengalami penurunan gula darah sedangkan kelompok normal tidak terdapat
peningkatan gula darah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Nugrahani (2012) bahwa
setelah pemberian perlakuan gula darah akan akan mengalami penurunan pada menit
ke-30. Nilai Kadar gula darah yang diperoleh kemudian dilakukan perbitungan nilai
luas daerah di bawah kurva (AUC) dari menit ke-0 sampai menit ke-120 dengan
metode trapezoid.

14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel III. Hasil Uji Post-Hoc Bonfferoni AUC0-120 Kadar Gula Darah Mencit
Kontrol Kontrol Kontrol Dosis Dosis Dosis
normal gula akarbosa rendah sedang tinggi
Kontrol BB BTB BTB BB BB
normal
Kontrol BB BB BB BB BB
gula
Kontrol BTB BB BTB BTB BTB
akarbosa
Dosis BTB BB BTB BTB BTB
rendah
Dosis BB BB BTB BTB BTB
sedang
Dosis BB BB BTB BTB BTB
tinggi
Keterangan:
BB : Berbeda bermakna (p<0,05)
BTB : Berbeda tidak bermakna (p>0,05)
Dosis rendah : dekokta dosis 833,3 mg/kgBB + sukrosa
Dosis sedang : dekokta dosis 1666,6 mg/kgBB + sukrosa
Dosis tinggi : dekokta dosis 3333,3 mg/kgBB + sukrosa

1. Kelompok Kontrol Normal

Pada kelompok normal mencit diberikan aquadest tanpa ada tambahan


perlakuan lain. Aquadest tidak memiliki efek dalam menurunkan atau menaikkan kadar
gula darah dengan rerata nilai AUC0-120 sebesar 9637±1276,8 mg.menit/dL (Tabel II.).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nugrahani (2012) bahwa aquadest
tidak memiliki kemampuan untuk menurunkan atau menaikkan kadar gula darah.

15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Kelompok Kontrol Sukrosa

Pada kelompok ini diberikan sukrosa untuk menginduksi kadar gula darah
mencit atau membuat keadaan hiperglikemi. Rerata nilai AUC0-120 kelompok sukrosa
adalah 22173,0±1114,6 mg.menit/dL, bila dibandingkan dengan kontrol normal
diperoleh nilai p=0,000 menunjukkan adanya perbedaan bermakna secara statistik.
Hasil ini menunjukkan pemberian sukrosa dapat meningkatkan kadar gula darah pada
mencit.

3. Kelompok kontrol akarbosa

Pada kelompok ini diberikan akarbosa dengan dosis 80 mg/kgBB. Akarbosa


bersifat inhibitor kompetitif terhadap enzim α-glukosidase dan menghambat kerja
enzim dalam menghidrolisis kompleks sakarida, sehingga monosakarida yang
dihasilkan dalam jumlah sedikit dan penyerapan di usus menurun serta kadar gula darah
tidak meningkat secara drastis (Kurniawati, 2012). Rerata nilai AUC 0-120 adalah
11781,0±610,8 mg.menit/dL. Pada tabel III. menunjukkan hasil dari uji Post-Hoc
Bonfferoni AUC0-120 kadar gula darah mencit kontrol akarbosa dan kontrol sukrosa
diperoleh nilai p=0,000 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Ini berarti
pemberian kontrol akarbosa dapat memberikan efek penurunan kadar gula darah pada
mencit jantan galur Swiss yang terbebani sukrosa, dengan rata-rata %PKGD sebesar
82,9%. Hasil uji statistik antara kontrol akarbosa dan kontrol normal diperoleh nilai
p=0,165 menunjukkan adanya perbedaan yang tidak bermakna. Hasil ini menyatakan
bahwa efek penurunan kadar gula darah dari akarbosa memberikan nilai yang setara
dengan kontrol normal. Hal ini sesuai dengan penelitian Gunawan-Puteri dkk. (2018)
dan Budianto (2017) terkait dengan efek akarbosa dalam menurunkan kadar gula darah
hewan uji yang terbebani sukrosa secara oral.

4. Kelompok Perlakuan Dekokta Buah Pisang Kepok

Pada kelompok ini diberikan dekokta buah pisang kepok dengan 3 tingkat
dosis berbeda yakni dosis 833,3 mg/kgBB, 1666,6 mg/kgBB, 3333,3 mg/kgBB dengan

16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tujuan untuk mengetahui efek penurunan kadar gula darah mencit jantan galur Swiss
yang terbebani sukrosa. Rerata nilai AUC0-120 dan %PKGD berturut-turut pada dosis
833,3 mg/kgBB adalah 11844,0±1483,6 mg.menit/dL dan 82,3% bila dibandingkan
dengan kelompok kontrol sukrosa secara statistik diperoleh nilai p=0,000 yang berarti
terdapat perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan dosis 833,3 mg/kgBB dengan
kelompok kontrol sukrosa. Rerata nilai AUC0-120 dosis 833,3 mg/kgBB dibandingkan
dengan kontrol akarbosa adalah p=1 yang berarti terdapat perbedaan tidak bermakna
secara statistik antara kelompok perlakuan dosis 833,3 mg/kgBB dengan kelompok
kontrol akarbosa. Dari kedua hasil statistik dapat di ambil kesimpulan bahwa
pemberian dekokta dosis 833,3 mg/kgBB memberikan efek penurunan gula darah yang
setara dengan kontrol akarbosa 80 mg/kgBB.
Rerata nilai AUC0-120 dan %PKGD berturut-turut pada dosis 1666,6 mg/kgBB
adalah 12925±1393,4 mg.menit/dL dan 73,7% bila dibandingkan dengan kelompok
kontrol sukrosa secara statistik diperoleh nilai p=0,000 yang berarti terdapat perbedaan
bermakna antara kelompok perlakuan dosis 1666,6 mg/kgBB dengan kelompok
kontrol sukrosa. Rerata nilai AUC0-120 dosis 1666,6 mg/kgBB dibandingkan dengan
kelompok akarbosa adalah p=1 yang berarti terdapat perbedaan tidak bermakna secara
statistik antara kelompok perlakuan dosis 1666,6 mg/kgBB dengan kelompok kontrol
akarbosa. Berdasarkan hasil statistik diketahui bahwa pemberian dekokta dosis 1666,6
mg/kgBB memberikan efek penurunan gula darah dengan kemampuan yang setara
dengan kontrol akarbosa 80 mg/kgBB.
Rerata nilai AUC0-120 dan %PKGD berturut-turut pada dosis 3333,3 mg/kgBB
adalah 14065,5±1296,8 mg.menit/dL dan 64,6% bila dibandingkan dengan kelompok
kontrok sukrosa secara statistik diperoleh nilai p=0,000 yang berarti terdapat perbedaan
bermakna antara kelompok perlakuan dosis 3333,3 mg/kgBB dengan kelompok
kontrol sukrosa. Rerata nilai AUC0-120 dosis 3333,3 mg/kgBB dibandingkan dengan
kelompok akarbosa adalah p=0,108 yang berarti terdapat perbedaan tidak bermakna
secara statistik antara kelompok perlakuan dosis 3333,3 mg/kgBB dengan kelompok
kontrol akarbosa. Ini berarti terjadi efek penurunan gula darah akibat pemberian

17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dekokta dosis 3333,3 mg/kgBB. Adapun kemampuan yang dihasilkan setara dengan
kontrol akarbosa 80 mg/kgBB.
Pada penelitian aktivitas antihiperglikemik dekokta buah pisang kepok
dilakukan perbandingan antar kelompok perlakuan yaitu dekokta dengan dosis 833,3
mg/kgBB ; 1666,6 mg/kgBB ; dan 3333,3 mg/kgBB. Hasil analisis statistik yang
diperoleh menunjukkan perbandingan antara dekokta dosis 833,3 mg/kgBB dan 1666,6
mg/kgBB diperoleh nilai p=1 yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang tidak
bermakna secara statistik. Ini menunjukkan dosis 833,3 mg/kgBB memberikan efek
penurunan gula darah yang setara dengan dosis 1666,6 mg/kgBB. Perbandingan antara
dekokta dosis 1666,6 mg/kgBB dan 3333,3 mg/kgBB memberikan nilai p=1 yang
berarti bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna secara statistik antara kedua
dosis dekokta. Hal ini berarti dosis 1666,6 mg/kgBB kgBB memiliki efek penurunan
kadar gula darah relatif sama dengan dosis 3333,3 mg/kgBB yaitu 64,6%.
Bawati (2013) melaporkan jus pisang kepok dosis 5, 10, dan 20 mL/kgBB
mempunyai kemampuan menurunkan kadar gula darah pada tikus jantan galur Wistar
yang terbebani sukrosa. Adapun hasil penelitian ini tidak dapat dibandingkan secara
langsung, karena perbedaan satuan dosis yang digunakan. Namun pada kedua hasil
menunjukkan pisang kepok baik dalam bentuk jus atau dekokta dapat menurunkan
kadar gula darah baik pada mencit maupun tikus yang terbebani sukrosa.
Pada penelitian aktivitas antihiperglikemik dekokta buah pisang kepok, dosis
833,3 mg/kgBB merupakan dosis efektif karena jika dibandingkan dengan kontrol
normal menghasilkan nilai p=0,136 yang berarti ada perbedaan tidak bermakna secara
statistik antara perlakuan dosis 833,3 mg/kgBB dengan kontrol normal. Perbandingan
antara dosis 833,3 mg/kgBB dengan kontrol sukrosa menghasilkan nilai p=0,000 yang
berarti terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara dosis 833,3 mg/kgBB
dengan kontrol sukrosa. Hal ini sesuai dengan definisi operasional dari dosis efektif
yaitu perlakuan yang memberikan perbedaan bermakna terhadap kontrol gula (sukrosa)
dan perbedaan tidak bermakna terhadap kontrol normal. %PKGD dosis 833,3

18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mg/kgBB sebesar 82,3% dimana lebih tinggi dibandingkan dosis lainnya dan juga
mendekati %PKGD akarbosa dosis 80 mg/kgBB yaitu 82,9%.
Beberapa tanaman dengan kandungan fenolik yang memiliki efek
antihiperglikemik, memiliki fenomena seperti efek antihiperglikemik akan menurun
seiring dengan peningkatan dosis. Hal ini dikaitkan dengan sifat beberapa senyawa
fenolik yang dapat menghambat pelepasan insulin pada dosis tinggi dan juga terdapat
penurunan bahkan hilangnya aktivitas dari komponen ekstrak pada dosis yang tinggi
(Kasabri, 2011). Terdapat juga kemungkinan terjadi kejenuh seiring dengan
peningkatan dosis dalam hal ini terjadi kesetimbangan diantara zat terlarut dengan fase
pelarutnya yang mengakibatkan proses difusi tidak berjalan dengan baik (Sinila, 2016).
Pada skrining fitokimia menunjukkan bahwa dekokta buah pisang kepok
mengandung senyawa berupa flavonoid dan tanin yang memberikan aktivitas
antihiperglikemik. Menurut Herlina (2019) flavonoid yang terkandung dalam buah
pisang kepok adalah leucocyanidin dan myricetin-3-O-rutinoside dan tanin yang
terkandung dalam buah pisang kepok adalah proantocyanidin. Flavonoid pada pisang
dapat meningkatkan sensitivitas insulin dengan membersihkan jalur sinyal insulin
dimana flavonoid dalam pisang berpotensi untuk mengaktivasi reseptor insulin tirosin
kinase pada proses insulin signaling (Wahyuni, 2015). Tanin pada pisang bekerja
dalam mengurangi penyerapan glukosa di usus halus, yang akibatnya menghambat
kecepatan peningkatan glukosa darah dan juga memiliki aktivitas hipoglikemik dengan
meningkatkan proses glikogenesis (Bawati, 2013). Oleh sebab itu senyawa fitokimia
pada buah pisang kepok yang memiliki aktivitas antihiperglikemik adalah flavonoid
dan tanin. Perlu dilakukan analisis kuantitatif senyawa flavonoid dan tanin pada buah
pisang kepok untuk mengetahui jumlah kadar senyawa fitokima yang terkandung

19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Hasil penelitian membuktikan bahwa dekokta buah pisang kepok (Musa
ABB) memiliki efek menurunkan kadar gula darah mencit jantan galu Swiss yang
terbebani sukrosa. Dosis efektif pemberian dekokta buah pisang kepok adalah pada
dosis 833,3 mg/kgBB dengan AUC0-120 sebesar 11844,0±1483,6 dan %PKGD sebesar
82,3%.

Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara kuantitatif untuk menentukan
jumlah kadar flavonoid dan tanin yang terkandung di dalam buah pisang kepok (Musa
ABB) yang berperan dalam menurunkan kadar gula darah.

20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association., 2019. ADA-Standards of Medical Care in Diabetes.
The Journal of Clinical and Applied Research and Education. Vol. 42.
Arifin, Bustanul., Sanusi, I., 2018. Struktur, Bioaktivitas dan Antioksidan Flavonoid.
Jurnal Zarah. 6 (1). 21 – 29.
Bawati, F. Eki., Yunita. Linawati., 2013. Efek Pemberian Jus Buah Pisang Kepok
(Musa paradisiaca forma typica) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Jantan
Galur Wistar yang Terbebani Glukosa. Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas. 10
(2). 87 – 94.
Budianto, Nugroho., 2017. Difference of Effectiveness Acarbose with Ethanol Extract
Purple Eggplant’s Peel (Solanum melongena L) to Reduce Blood Sugar Levels in
White Rat (Rattus norvegicus) Induced by Sucrose. Jurnal Ilmiah Kedokteran
WIjaya Kusuma. 6 (2). 14 – 20.
Bukola. C. Dkk., 2016. Antioxidant and Antihyperglycemic Properties of Three
Banana Cultivars (Musa spp.). Scientifica. 1 (1). 1 – 7.
BPOM RI., 2010. Acuan Sediaan Herbal, Vol. 5, Edisi I, Direktorat Obat Asli
Indonesia. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Gunawan-Puteri, M. D. P. T. Dkk., 2018. Spray Dried Aqueous Extract of Lemongrass
(Cymbopogon citratus) Exhibits in Vitro and in Vivo Anti Hyperglycemic
Activities. Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas. 15 (2). 55 - 61.
Hamad, A. Dkk., 2017. Aktivitas Antibakteri Infusa Kemangi (Ochimum basilicum L.)
pada Tahu dan Daging Ayam Segar. Inovasi Teknik Kimia. 2 (1). 1-8.
Herlina., 2019. Analysis of Stem and Root Extract of Kepok Banana (Musa
Paradisiaca Linn.) In Inhibit Staphylococcus Aureus Growth. Journal of
Dentomaxillofacial Science. 4 (1). 45 – 48.
Kasabri, Violet. Dkk., 2011. In Vitro and In Vivo Acute Antihyperglycemic Effects of
Five Selected Indigenous Plants From Jordan Used in Traditional Medicine.
Journal of Ethnopharmacology. 133 (2011). 888 – 896.
Kemenkes. 2016. Mari Kita Cegah Diabetes Dengan Cerdik.
http://www.depkes.go.id. Diakses 20 September 2020.
Kemenkes., 2017. Formularium Ramuan Obat Tradisional Indonesia. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kurniawati, Desy. Dkk., 2012. Uji Penurunan Kadar Glukosa Darah oleh Ekstrak
Etanol 70% Daun Buncis (Phaseolus vulgaris L) Pada Kelinci Jantan yang
Dibebani Glukosa. Biomedika. 4 (1). 1 – 8.

21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lee, Pearl. G., Jefrey, B. H., 2017. The Pathophysiology of Hyperglycemia in Older
Adults: Clinical Considerations. Diabetes Care. Vol. 40. 444 – 452.
Millati, Ashfi. Dkk., 2019. Pengaruh Sediaan Dekok Daun Zaitun (Olea europaea L.)
terhadap Kadar Glukosa Darah pada Tikus Putih GalurWistar (Rattus
norvegicus) Galur Wistar Jantan yang Diinduksi Aloksan. Herb-Medicine
Journal. 2 (2). 20 – 26.
Nugrahani, Septhi., 2012. Ekstrak Akar, Batang, dan Daun Herba Meniran dalam
Menurunkan Kadar Glukosa Darah. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 8 (1). 51 –
59.
PERKENI., 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
di Indonesia.
Pulungan, Aman. Dkk., 2019. Diabetes Melitus Tipe-1 pada Anak: Situasi di Indonesia
dan Tata Laksana. Sari Pediatri. 20 (6). 392 – 400.
Pubchem., 2019. Acarbose. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Acarbose.
Diakses pada 10 Februari 2020.
Puspitasari, Sari., Ahmad, Syauhqy., 2015. Pengaruh Pemberian Pisang Kepok (Musa
paradisiaca forma typical) Terhadap Kadar Malondialdehyde (Mda) Tikus
Sprague Dawley Pra-Sindrom Metabolik. Journal of Nutrition College. 4 (2). 314
– 322.
Putri, Luthpi. Widya. Dkk., 2015. Uji Efek Antihiperglikemik Kombinasi Ekstrak
Etanol Daun Alpukat dan Biji Alpukat (Persea americana Mill) Terhadap Mencit
Jantan (Mus Musculus) Swiss Webster yang Terinduksi Aloksan. Prosiding
Farmasi. 1(2). 210 – 216.
Radam, Rosidah. R., Erni, Purnamasari. Uji Fitokimia Senyawa Kimia Aktif Akar
Nipah (Nyfa fruticans wurmb) Sebagai Tumbuhan Obat di Kalimantan Selatan.
Jurnal Hutan Tropis. 4 (1). 28 – 34.
Sambara, Jefri. Dkk., 2016. Pemanfaatan Tanaman Obat Tradisional oleh Masyarakat
Kelurahan Merdeka Kecamatan Kupang Timur 2016. Jurnal Info Kesehatan. 14
(1). 1112 – 1125.
Shargel, Leon., Andrew, Yu., 2012. Applied Biopharmaceutics & Pharmacokinetics.
Sinila, Santi. Farmasi Fisik Komprehensif.
Soenardjo, Nirwani., Endang Supriyamtini., 2017. Analisis Kadar Tanin Dalam Buah
Mangrove Avicennia marina dengan Perebusan dan Lama Perendaman Air yang
Berbeda. Jurnal Kelautan Tropis. 20 (2). 90 – 95.

22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Suyanti., Ahmad, Supriyadi., 2008. Pisang, Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Toharin, Syamsi. DKK., 2015. Hubungan Modifikasi Gaya Hidup dan Kepatuhan
Konsumsi Obat Antidiabetik Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2 Di Rs Qim Batang Tahun 2013. UJPH. 4 (2). 153 – 161.
Wahyuni, Paramitasari., Ahmad, Syauhqy., 2015. Pengaruh Pemberian Pisang Kepok
(Musa paradisiaca forma typica) Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Pada
Tikus Sprague Dawley Pra Sindrom Metabolik. Journal of Nutrition College. 4
(2). 547 – 556.
Wenas, Desy. Muliana. Dkk., 2020. Pengaruh Ekstrak Bonggol Pisang Kepok terhadap
Kadar Glukosa Tikus yang Diinduksi Aloksan. Jurnal Ilmu Kefarmasian. 13 (1).
1 – 7.
Wihenti, Agatha. Intan. Dkk., 2017. Analisis Kadar Air, Tebal, Berat, dan Tekstur
Biskuit Cokelat Akibat Perbedaan Transfer Panas. Jurnal Aplikasi Teknologi
Pangan. 6 (2). 69 – 73.
Wulandari., 2016. Uji Efektivitas Antihiperglikemia Kombinasi Jus Pare (Momordica
charantia L) dan Jus Tomat (Solanum lycopersicum L) pada Tikus Wistar Jantan
dengan Metode Toleransi Glukosa. Pharm Sci Res. 3 (3). 145 – 154.
Yap, Min. Dkk., 2017. The Effect of Banana Ripeness on Quality Indices for Puree
Production. Food Sciences and Technology. Vol 80. 10 – 18.

23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ethical Clearance dari Medican and Health Research Ethics
Committee Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2. Surat Pengesahan Determinasi Tanaman Buah Pisang Kepok (Musa


ABB)

25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3. Surat Legalitas Analisis Data oleh Pusat Kajian Clinical Epidemiology
and Biostatistics Unit Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4. Perhitungan Dosis


Faktor konversi mencit 20 g ke manusia 70 kg= 387,9
Dosis untuk manusia 70 kg= dosis untuk mencit 20 g x nilai konversi
Dosis dekokta buah pisang kepok (Musa ABB) untuk manusia adalah sebagai berikut:
1. Dosis dekokta buah pisang kepok 833,34 mg/kgBB
Dosis pada mencit 20 g = 833,34mg/kgBB x 0,02 kg = 16,67 mg
Dosis pada manusia 70 kg = 16,67 mg x 387,9 = 6466,29 mg
Dosis pada manusia = 6466,29 mg/70 kgBB = 92,38 mg/kgBB
2. Dosis dekokta buah pisang kepok 1666,67 mg/kgBB
Dosis pada mencit 20 g = 1666,67 mg/kgBB x 0,02kg = 33,34 mg
Dosis pada manusia 70 kg = 33,34 mg x 387,9 = 12932,59 mg
Dosis pada manusia = 12932,59 mg/70 kgBB = 184,75 mg/kgBB
3. Dosis dekokta buah pisang kepok 3333,33 mg/kgBB
Dosis pada mencit 20 g = 3333,33 mg/kgBB x 0,02 kg = 66,66 mg
Dosis pada manusia 70 kg = 66,66 mg x 387,9 = 25857,41 mg
Dosis pada manusia = 25857,41 mg/70kgBB = 369,39 mg/kgBB

27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5. Hasil Uji Kadar Air Serbuk Buah Pisang Kepok (Musa ABB)

28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 6. Dekokta Buah Pisang Kepok (Musa ABB)

29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 7. Hasil Uji Tabung Fitokimia

(A) (B)

Gambar III. Uji Flavonoid Dekokta Buah Pisang Kepok Sebelum (A) dan
Sesudah Pengujian (B)

(A) (B)
Gambar IV. Uji Tanin Dekokta Buah Pisang Kepok Sebelum (A) dan Sesudah
Pengujian (B)

30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 8. Proses Pengambilan Darah Pada Vena Lateralis Mencit Jantan Galur
Swiss Menggunakan Accu Check

31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 9. Uji Statistika Data AUC0-120 Kadar Gula Darah Tiap Kelompok
Perlakuan

32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Uji Aktivitas
Antihiperglikemik Dekokta Buah Pisang Kepok pada Mencit
Jantan Galur Swiss yang Terbebani Sukrosa” memiliki nama
lengkap Marthin Zakarias Golap, merupakan anak kedua dari
lima bersaudara. Penulis lahir di Timika, 07 Maret 1999 dari
pasangan Perederik Golap dan Damiati. Pendidikan formal
yang telah ditempuh penulis adalah TK Mitra Kencana
(2002-2004), SD Inpres Timika IV (2004-2010), SMP Negeri
V (2010-2013), SMA YPPK Tiga Raja (2013-2016). Pada tahun 2017 penulis
memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Semasa menempuh pendidikan, penulis aktif berpartisipasi dalam
mengikuti kepanitian seperti anggota DDU Pharmacy Performance (2017), anggota
DDU Faction (2018), anggota P3K Live in Apostolos (2018). Selain itu, penulis juga
aktif menjadi asisten pendamping praktikum mata kuliah Anatomi Fisiologi (2018 dan
2019), Biokimia (2019), dan FTSF (2020).

36

Anda mungkin juga menyukai