SKRIPSI
Oleh:
NIM : 088114075
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
Oleh:
NIM : 088114075
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2013
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Orang tuaku tercinta, Mama Kanthi dan Papa Tri yang senantiasa
mendoakan, mendukung, dan membimbingku dengan penuh
kesabaran, cinta, dan kasih sayang yang tak ada habisnya.
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Segala pujian dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan karena hanya
disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata
Satu Program Studi Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
1. Ibu Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah
2. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. dan Pak Enade Perdana Istyastono, Ph.D,
Apt. selaku Dosen Penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan
3. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan dan segenap dosen Fakultas
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Semua keluarga yang selalu mendukung dan menyemangati dalam suka dan
8. Bu Yuli dan beberapa pihak lain yang telah bersedia menyumbangkan banyak
2008 dan FST 2008 yang telah banyak berbagi keceriaan dan kesedihan,
11. Serta semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca semua,
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
B. Permasalahan ................................................................................. 4
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Ekstraksi ........................................................................................ 10
2. Alkaloid ................................................................................... 15
3. Terpenoid ................................................................................. 16
J. Hipotesis ........................................................................................ 41
C. Bahan............................................................................................. 43
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Alat ................................................................................................ 43
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
ultraviolet ....................................................................... 14
komplementernya ............................................................ 32
Tabel VI. Hasil uji fitokimia ekstrak n-heksan daun binahong ......... 69
Tabel VIII. Hasil KLT ekstrak dengan berbagai fase gerak ................ 74
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
massa .............................................................................. 31
Gambar 11. Hasil uji flavonoid dengan serbuk seng dan magnesium... 59
Gambar 13. Hasil reaksi uji identifikasi tanin dengan FeCl3 ............... 60
Gambar 14. Hasil uji identifikasi tanin dengan larutan gelatin ............ 61
Dragendorff ..................................................................... 64
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 23. Hasil KLT ekstrak dengan berbagai fase gerak ................ 73
kolom .............................................................................. 76
binahong .......................................................................... 79
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 50. Spektra UV-Vis isolat dengan pelarut metanol ................. 104
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
Dewasa ini, penemuan obat baru tidak lagi dilakukan dengan coba-coba,
Penemuan senyawa obat baru memiliki proses yang relatif lama dan rumit.
aktif dari sumber daya alam yang banyak tersedia, misalnya tumbuhan. Senyawa
tanaman. Metabolit sekunder inilah yang banyak bertanggung jawab pada efek
ataupun tidak biasa. Selain itu, tujuan dilakukannya analisis fitokimia adalah
(Harborne, 1984).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pembengkakan hati, meningkatkan vitalitas dan daya tahan tubuh (Manoi, 2009).
Khasiat yang dipercaya ini, harus dapat dibuktikan melalui suatu penelitian bahwa
anggota senyawa. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini agar diketahui
senyawa metabolit sekunder yang non-polar yang larut dalam pelarut n-heksana
penyakit seperti;
agen penyembuh luka. Sehingga muncul dugaan bahwa aktivitas daun binahong
triterpenoid dan steroid. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui adanya triterpen dan steroid, dengan menganalisis struktur salah satu
senyawanya.
Analisis struktural dari salah satu senyawa yang terdapat dalam ekstrak
n-heksana daun binahong dilakukan dengan metode elusidasi. Hal ini untuk
Selain itu, informasi struktur senyawa dari tanaman ini berguna untuk
senyawa didalamnya. Oleh karena itu, dalam menganalisis struktur salah satu
dalam fraksi yang dianalisis dapat diminimalkan. Untuk itu, perlu dilakukan
Fraksi I telah dianalisis oleh Du’a (2012), yaitu gabungan eluat dengan profil KLT
(kromatografi lapis tipis) dengan Rf 0,86-0,92 pada fase diam silika gel dan fase
gerak kloroform. Fraksi II, III, dan V tidak dianalisis karena berwarna hijau,
lanjutan dengan kromatografi lapis tipis, sehingga dapat dihasilkan isolat yang
murni secara KLT. Analisis struktur senyawa kimia dalam isolat tersebut dapat
B. Permasalahan
C. Keaslian Penelitian
penetapan kadar asam ursolat dalam ekstrak kloroform daun binahong dengan
metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik (Wibisono, 2010). Dalam
retensi salat satu peak sama dengan waktu retensi baku asam ursolat. Maka,
penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan Wibisono (2010).
ekstrak metanol, dilakukan oleh Muhammad (2011) dan Saroh, Winarti, dan
melakukan isolasi, identifikasi, dan uji sitotoksik senyawa steroid dari daun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
dengan metode kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis preparatif. Isolat
Penelitian ini berbeda dengan penelitian ini mengingat bahwa di dalam ekstrak n-
heksana masih terdapat banyak senyawa lain yang tidak teridentifikasi oleh
D. Tujuan Penelitian
senyawa serta untuk mengetahui struktur dari salah satu senyawa metabolit
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
2. Manfaat teoretis
compound). Selain itu, serta sebagai awal dalam proses standardisasi obat
tanaman dan kadar zat berkhasiat dalam tanaman. Penelitian ini merupakan awal
dari standarisasi dimana, sebelum menetapkan profil farmakologis dan kadar zat
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
Wagner et al (cit. Starr, Starr, and Loope, 2003) masuk dalam family Basellaceae dan
genus Anredera yang terdiri dari 5-10 spesies dari Amerika bagian tropis. Anredera
umum yang sering digunakan yaitu: Madeira vine, mignonette vine, lamb’s tail, serta
Anredera.
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merambat, menutup semak atau tanah. Batang ramping, melilit, dan tanpa bulu
hingga sekitar 30 meter panjangnya, awalnya berwarna hijau kemerahan dan berupa
herba (berbatang basah), kemudian menjadi coklat, mengelupas dan menjadi berkayu
dan mencapai diameter 2–3 cm. Madeira vine menghasilkan umbi berdaging pada
kedua akar (rimpang dengan diameter sekitar 20 cm) dan pada buku-buku batangnya.
Umbi pada batang ini seperti kutil kecil yang tidak teratur berwarna cokelat terang
atau hijau dan variasi ukuran dengan diameter 5 mm-25 cm, sering membawa
sejumlah tunas pada ketiak daun. Daun subsessile atau hampir duduk pada batang,
berbentuk jantung atau dengan tangkai daun hingga 1–12 cm (dan jarang di atas 15
cm) panjangnya, secara luas berbentuk bulat telur, kadang berbentuk lanset, maupun
berbentuk jantung, berdaging hingga berair tergantung pada paparan; ujung daun
tumpul. Helaian daun berwarna hijau terang, hijau gelap pada permukaan atas,
Bracteola atas rata dengan bunga, bulat hingga elips, bunga tandan tidak
bercabang atau bercabang 2-4 dengan malai tipis, panjang 4-25 cm; bractea lebih
rendah dari tangkai bunga, gigih; tangkai bunga 1,5-2 mm; bracteola terendah
berwarna putih kehijauan, sedikit lebih pendek dari perianth (kelopak dan mahkota
bunga), perianth berwarna putih, tingginya 5,5-8 mm, cuping bulat telur-lonjong,
tumpul; tangkai sari dan tangkai putik berwarna putih. Berasal dari daerah tropis di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Amerika Selatan, di Jawa dibudidayakan pada ketinggian rendah (Backer dan Van
segala luka dalam dan khitanan, radang usus, melancarkan dan menormalkan
peredaran dan tekanan darah, sembelit, sesak napas, sariawan berat, pusing-pusing,
sakit perut, menurunkan panas tinggi, menyuburkan kandungan, maag, asam urat,
keputihan, pembengkakan hati, meningkatkan vitalitas dan daya tahan tubuh (Manoi,
2009).
B. Ekstraksi
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dapat melarutkan zat yang diinginkan
tersebut (Ansel, 2005). Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI (1995)
diperoleh dengan mengekstrasi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
atau endoseluler yang dapat terekstraksi. Pada sampel kering, pelarut dengan polaritas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
rendah sebagian besar hanya mengekstraksi metabolit eksoseluler saja. Tetapi pada
pelarut alkoholik dapat memecah membran sel dan mengekstraksi sebagian besar
larut dalam pelarut organik daripada larut dalam air, serta garam anorganik hanya
dapat larut dalam air. Hanya senyawa organik yang memiliki gugus polar seperti
hidroksil, sulfonat, nitrat dan gugus hidrofilik lainnya yang memiliki kemungkinan
yang cukup tinggi untuk larut dalam air (Basset, Denney, Jeffery, Mendham, 1994).
1. Senyawa fenolik
gugus aromatis yang terikat setidaknya satu gugus hidroksil, bebas, ataupun terikat
dengan gugus yang lain. Beberapa fenol dapat dilihat secara kasat mata, atau dapat
dilihat dibawah sinar UV ataupun dengan reaksi warna. Senyawa fenolik biasanya
berada dalam ekstrak etanolik suatu tumbuhan (Bruneton, 1999). Cara klasik untuk
mendeteksi senyawa fenol sederhana ialah dengan menambahkan larutan besi (III)
klorida 1 % dalam air atau etanol kepada larutan cuplikan, yang menimbulkan warna
hijau, merah, ungu, biru, atau hitam yang kuat (Harborne, 1984).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
OH
Gambar 2. Struktur fenol
Secara umum, fenol larut dalam pelarut organik polar, larut di natrium
hidroksida, dan larutan karbonat. Asam fenolat larut dengan bikarbonat dan dapat
diekstraksi dengan pelarut organik dengan kondisi sedikit asam. Glikosida dari
komponen fenolik, umumnya larut di air. Semua senyawa fenolik tidak stabil. Semua
fenol dapat dengan segera teroksidasi khususnya pada kondisi basa (Bruneton, 1999).
kopigment: sebagai contoh kopigmen flavon dan flavonol yang tidak berwarna
dekat UV, yang berfungsi sebagai atraktan pada beberapa jenis serangga (Bruneton,
1999). .
O
Gambar 3. Kerangka umum senyawa golongan flavonoid (Bruneton, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Secara umum glikosida larut di air dan alkohol, hanya beberapa senyawa
yang sukar larut dalam air (rutin dan hesperidin). Aglikonnya kebanyakan larut di
pelarut nonpolar, ketika terdapat setidaknya satu gugus fenolik bebas, yang larut
dipisahkan dari lilin dan lemak yang diekstraksi secara berkelanjutan (dapat dicuci
Glikosida dapat terekstraksi, sering pada suhu tinggi dengan aseton atau
alkohol (etanol, metanol) yang dicampur dengan air (20 – 50 %). Petroleum eter
dengan ekstraksi cair-cair dapat menghilangkan klorofil dan lipid. Dietil eter akan
mengekstrak aglikon bebas, dan etil asetat dapat melarutkan sebagian besar glikosida.
Sakarida bebas tertinggal dalam fase air dengan glikosida yang sangat polar sedikit
ii. Dengan dilihat dibawah sinar UV sebelumnya dan disemprot dengan ammonium
klorida dan setelah diuapi ammonia (perubahan warna maupun fluorosent yang
14
Tabel I. Warna flavonoid dengan sinar tampak dan sinar ultraviolet (Harborne,
1984)
Warna dengan UV
Warna Petunjuk
Sendiri Dengan amonia
Jingga
Jingga redup, merah Antosianidin-3-
Merah Biru
atau merah muda glikosida
Merah muda
Jingga Fluoresensi merah, Kebanyakan
Merah kuning, atau merah Biru Antosianidin-3-
Merah muda jambu glikosida
6-hidroksi flavonol
Coklat tua atau
dan flavon; beberapa
Coklat tua atau hitam
khalkon glikosida
hitam
Kuning redup Merah tua atau
Kebanyakan kalkon
jingga redup
Kuning redup atau Jingga redup atau
Auron
hijau kuning merah
Kuning redup atau Kebanyakan
Kuning pucat Coklat tua
coklat kuning glikosida flavonol
Kuning cerah-hijau, Kebanyakan
coklat tua glikosida flavon,
biflavonil.
Kebanyakan
Tak berwarna Merah tua Coklat pudar isoflavon dan
flavanonol
5-deoksiisoflavon
Biru lemah Biru kuat dan 7,8-dihidrokdi
flavanon
Flavanon dan
Kuning pucat atau
Merah tua flavanonol 7-
hijau kuning
glikosida
senyawa polifenol. Secara kimia terdapat 2 jenis tanin, yaitu tanin terkondensasi
(seperti protosianidin) dan tanin yang terhidrolisiskan (seperti asam galat dan asam
elagat). Penentuan struktur kimia tanin sukar dilakukan karena tingkat kerumitan
15
Perubahan warna menjadi hijau kehitaman pada reaksi dengan FeCl3 menunjukkan
adanya tanin terhidrolisa, jika menjadi hijau kecoklatan menunjukkan adanya tanin
terkondensasi. Jika terbentuk endapan dengan larutan gelatin maka larutan uji positif
2. Alkaloid
seperti basa. Pada awalnya alkaloid didefinisikan sebagai senyawa yang mengandung
nitrogen. Karena berasal dari alam dan distribusinya yang terbatas, alkaloid memiliki
Alkaloid memiliki range berat molekul dari 100 hingga 900. Dimana
kebanyakan basa tidak mengandung atom oksigen dalam bentuk cair, sedangkan yang
mengandung atom oksigen terdapat dalam bentuk kristal padat. Hampir semua kristal
basa memiliki rotasi optis, dan memiliki titik leleh yang tajam, tanpa terdekomposisi,
pada suhu dibawah 200°C. Secara umum alkaloid tidak larut atau sukar larut dalam
air, larut dalam nonpolar atau hanya sedikit yang larut dalam pelarut organik polar,
Karakter umum alkaloid dalam tanaman berada dalam bentuk garam dengan
asam mineral (hidroklorit, sulfat, nitrat) atau asam organik (tartrat, sulfamat, maleat).
Garam alkaloid secara umum larut di air dan larutan alkohol, dan tidak larut dalam
16
bismuth, merkuri, tungsten, dan iodine. Dalam prakteknya, reagen yang biasa
digunakan adalah larutan yang mengandung iodine dan iodide, atau larutan yang
mengandung kalium iodide dan merkuri klorida (reagen Mayer), atau reagen yang
mengandung bismuth nitrat dan kalium iodide (reagen Dragendorff). Untuk pereaksi
3. Terpenoid
Triterpenoid dan steroid terbentuk dari beberapa jumlah 5 atom karbon pada
diterpen, triterpen dan steroid (saponin, glikosida jantung, fitosterol, dan triterpen
Cara umum deteksi ialah dengan menyemprot dengan KMnO4 0,2 % dalam
air, antimoni klorida dalam kloroform, H2SO4 pekat atau vanillin-H2SO4. Setelah
(Harborne, 1984).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
a. Triterpen dan steroid. Terdiri dari 30 atom karbon, yang berasal dari
struktur yang sama. Glikosida jantung dapat meningkatkan kontraksi jantung, likorisa
disemprot dengan campuran H2SO4 pekat 1 mL, anhidrida asetat 20 mL, dan
steroid digunakan H2SO4 50 % lalu dipanaskan akan menghasilkan warna merah, dan
(Bruneton, 1999).
18
1999). Uji saponin yang sederhana ialah dengan mengocok ekstrak dengan air. Bila
terbentuk busa yang tahan lama pada permukaan cairan (Harborne, 1984).
memiliki karakteristik kromofor yang menyebabkan warna kuning atau oranye yang
sangat mudah teroksidasi, serta larut didalam lipid dalam tumbuhan. Banyak terdapat
pada daun, bunga, akar (wortel), dan biji (jagung). Misalnya β-karoten yang
Spektrum karotenoid sangat khas antara 400-500 nm, dua puncak utama
disekitar 450 nm dan biasanya ada dua puncak tambahan pada kedua sisi puncak
D. Kromatografi Kolom
dalam sampel terdistribusi dalam fase diam dan fase gerak. Fase diam dapat berupa
bahan padat atau porus dalam bentuk molekul kecil, atau dalam bentuk cairan yang
dilapiskan pada pendukung padat. Fase gerak dapat berupa gas maupun cairan.
(Rohman, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
kombinasi proses isolasi untuk senyawa lipofil dapat dilakukan dengan; partisi cair-
cair dan kromatografi cair, kromatografi cair dan kromatografi padat (misalnya
kombinasi kolom terbuka dengan KLT preparatif menggunakan silika gel), ataupun
kombinasi kromatografi cair. Kromatografi kolom terbuka biasa dipakai secara luas
karena sederhana.
terbaik untuk pemisahan campuran dalam jumlah besar (lebih dari 1 g). Pada
kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita pada
bagian atas kolom penjerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam, atau
bahkan tabung plastik. Fase gerak dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran
yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong dengan tekanan. Pita senyawa akan
bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah, dan dikumpulkan
berupa fraksi ketika keluar dari alas kolom (Gritter, Bobbit, dan Schwarting, 1991).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Ukuran partikel fase diam untuk kolom biasanya lebih besar daripada untuk
KLT. Untuk kolom yang dijalankan dengan gaya tarik bumi biasanya 63-250 µm.
sedangkan kolom yang dijalankan dengan tekanan mengandung partikel fase diam
dengan ukuran 40-63 µm. Silika gel (SiO2) atau asam silikat merupakan fase diam
yang paling banyak digunakan karena dapat dipakai dengan semua pelarut (Gritter,
Fase diam dapat dikemas ke dalam tabung dengan cara basah maupun
kering. Umumnya cara basah lebih mudah dan lebih sering dipakai untuk silika gel.
Sedangkan cara kering lebih baik untuk alumina. Pada cara basah, fase diam
dimasukkan ke dalam kolom, dan tabung diisi sepertiganya dengan pelarut. Pelarut
yang dipakai pada proses pengemasan ini mungkin sama dengan fase gerak atau
pelarut lain yang kepolarannya lebih rendah. Fase diam dibuat suspensi dengan
pelarut, dan suspensi ini dituangkan ke dalam pelarut yang ada di tabung. Selama
proses pengendapan, tabung dapat diketuk-ketuk pada semua sisi secara perlahan agar
dapat diperoleh lapisan yang seragam (Gritter, Bobbit, dan Schwarting, 1991)
Pendekatan untuk memilih fase gerak ada tiga. Pertama dengan penelusuran
pustaka, karena sebagian besar senyawa pada kimia analitik, biokimia, dan kimia obat
diketahui dan pernah dikromatografi. Ketika senyawa belum diketahui atau senyawa
yang tidak biasa, maka dapat dicari informasi mengenai senyawa yang ukuran serupa
dan memiliki gugus fungsi yang sama. Kedua adalah hubungan dengan KLT. Karena
KLT membutuhkan waktu yang singkat dengan menggunakan pelarut (fase gerak)
yang sesedikit mungkin, maka agak mudah untuk dapat menentukan kondisi untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
pemisahan memakai kolom. Ketiga adalah dengan pemakai elusi landaian umum
mulai dari pelarut yang tidak menggerakan sampel sampai pelarut yang lebih polar
dikembangkan. Pada pengembangan ini, sampel yang berupa campuran akan terpisah.
perbandingan distribusinya (D) yang ditentukan oleh afinitas relatif senyawa itu pada
konsentrasi senyawa dalam fase diam dibanding dengan konsentrasi senyawa tersebut
dalam fase gerak. Semakin besar nilai D, maka migrasi senyawa semakin lambat, dan
semakin kecil nilai D, migrasinya akan semakin cepat. Semakin besar perbedaan
distribusi antar senyawa, maka campuran akan semakin mudah terpisah. (Rohman,
2009).
membagi eluat menjadi beberapa fraksi. Fraksi dianalisis dengan menggunakan KLT
maupun KCKT sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai petunjuk fraksi mana
yang harus digabung untuk mengisolasi produk. Sedangkan untuk isolasi produk,
fraksi kolom yang telah digabungkan atau mengandung senyawa yang sama, fase
geraknya diuapkan dengan tekanan rendah (Gritter, Bobbit, dan Schwarting, 1991).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
campuran yang akan dipisahkan ditotolkan berupa bercak atau pita. Pemisahan terjadi
dalam bejana tertutup rapat yang berisi fase gerak, dan pemisahan terjadi selama
perambatan kapiler (Stahl, 1985). KLT merupakan salah satu metode kromatografi
yang paling sederhana yang dapat memisahkan senyawa yang amat berbeda seperti
senyawa organik alam dan senyawa organik sintetik, kompleks anorganik, dan
bahkan ion anorganik, dapat dilakukan dalam waktu yang singkat dengan biaya yang
disebabkan banyaknya jenis fase diam yang dapat digunakan (selulosa atau silika gel,
dan sebagainya). Kecepatan KLT yang lebih besar karena sifat penyerap yang lebih
padat dan merupakan keuntungan untuk menelaah senyawa yang kurang stabil.
Kepekaan KLT karena jumlah yang diperlukan hanya berjumlah dalam µg (Harborne,
1984).
23
KLT dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai selayaknya sebagai
metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif atau preparatif. Kedua, dipakai
untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam
kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi (Gritter, Bobbit, dan
Schwarting, 1991).
1991). Untuk membuat pelat KLT, terlebih dahulu pelat kaca dibersihkan dengan
aseton untuk membersihkan lemak. Kemudian bubur silika harus di kocok kuat dalam
waktu yang cukup (90 detik) sebelum penyaputan. Setelah itu, pelat dikeringkan pada
suhu kamar, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 100-110°C selama 30 menit
(Harborne, 1984)
pelarut bergerak ke atas melalui lapisan. Kedua, uap pelarut akan terjerap oleh lapisan
di atas garis depan gerakan pertama pelarut. Ketiga, penguapan pelarut dibawah garis
depan pada lapisan. Sehingga untuk meminimalkan banyaknya gerakan pelarut, maka
dinding bejana dengan kertas saring. Kertas harus dibasahkan dengan pelarut, dan
bejana yang tertutup harus dibiarkan sebentar sebelum lapisan fase diam diletakkan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dalam bejana (Gritter, Bobbit, dan Schwarting, 1991). Biasanya KLT dilakukan
dengan pengembangan naik dalam suatu bejana yang dindingnya dilapisi dengan
kertas saring sehingga bejana jenuh dengan pengembang yang digunakan (Harborne,
1984)
pada umumnya akan dihentikan sebelum semua fase gerak melewati seluruh
permukaan fase diam. Analit dicirikan dengan faktor retardasi (Rf) atau jarak migrasi
Rf = (Rohman, 2009)………………………..(1)
Cara penampakan bercak yang tidak merusak dapat digunakan untuk KLT
preparatif dan kuantitatif. Cara khas merupakan cara yang umumnya digunakan
dengan menyemprot pelat dengan pereaksi yang akan menimbulkan warna jika
bereaksi dengan bercak cuplikan. Ada dua segi penting mengenai penggunaan
pereaksi semprot. Segi pertama ialah mengenai informasi gugus fungsi yang dapat
diperoleh. Serta segi kedua yaitu mengenai derajat warna yang kecil yang terjadi jika
Salah satu metode pemisahan yang memerlukan biaya paling murah dan
25
cara yang ideal untuk pemisahan cuplikan kecil (50 mg sampai 1 g) dari senyawa
yang kurang atsiri. Pada KLTP, cuplikan yang akan dipisahkan ditotolkan berupa
garis pada salah satu sisi pelat lapisan besar dan dikembangkan secara tegak lurus
pada garis cuplikan sehingga campuran akan terpisah menjadi beberapa pita. Pita
ditampakkan dengan cara yang tidak merusak jika senyawa itu tidak berwarna, dan
fase diam, yang mengandung pita dikerok dari pelat kaca. Kemudian cuplikan
diekstraksi dari fase diam dengan pelarut polar (Gritter, Bobbit, dan Schwarting,
1991).
Fase diam yang paling umum digunakan adalah silika gel dan dipakai untuk
pemisahan campuran senyawa lipofil maupun hidrofil. Seperti biasa, silika gel lebih
banyak digunakan daripada fase diam lain. Ketebalan optimum untuk lapisan
preparatif sekitar 1-1,5 mm. Pembatasan ketebalan lapisan dan ukuran pelat akan
mengurangi jumlah bahan yang dapat dipisahkan dengan KLTP. Pada umumnya,
suspensi yang dipakai untuk mencetak lapisan preparatif agak lebih kental daripada
yang dipakai untuk lapisan tipis. Lapisan harus dibiarkan mengering selama beberapa
jam pada suhu kamar sebelum diaktifkan. Ini akan mencegah peretakan dan
pengerasan pada bagian luar. Pengaktifan dilakukan pada suhu 100°C, sekurang-
KLTP. Pelarut yang baik adalah pelarut yang mudah menguap, karena jika pelarut
kurang mudah menguap maka dapat terjadi pelebaran pita. Pemilihan pelarut
26
ukuran partikel penyerap sama, maka pelarut yang dipakai pada KLT analitik dapat
Pelarut yang memiliki titik didih di antara 50-90°C cocok untuk pelarut cuplikan.
Pada penotolan dilakukan penyebaran larutan cuplikan yang volumenya agak besar
(sampai 2 ml) berbentuk pita seragam tipis (lebar 1 sampai 5 mm) tanpa mengganggu
dapat menampung beberapa pelat sekaligus. Bejana dijaga tetap jenuh dengan pelarut
berulang. Jika pemisahan secara KLTP telah dicapai, pelat dikeringkan kemudian
Pita yang kedudukannya telah diketahui dikerok dari pelat dengan spatula
Senyawa harus diekstraksi dari penyerap dengan pelarut yang paling kurang polar
kaca berpori 4 dan kemudian melalui membrane 0,2-0,45 µm. Kemudian pelarut
27
G. Elusidasi Struktur
dan 13C resonansi magnetik inti (NMR), dan spektrometri massa (MS), serta berbagai
sifat fisika dan data kromatografis seperti titik leleh, analisis element, data kelarutan,
parameter kromatografi lapis tipis dan kromatografi cair kinerja tinggi, analisis
organic dapat diionisasi pada keadaan uap dan dicatat berat molekul senyawa dengan
mengukur perbandingan massa terhadap muatan (m/e). Kedua ion molekul dapat
diputus-putus lagi atau difragmentasi dalam fragmentasi yang lebih kecil yang dapat
28
Peralatan terdiri dari sebuah ruangan pemboman yang diisi sampel dalam
bentuk uap. Ruangan dihampakan agar tekanan uapnya rendah sehingga sampel padat
dan cairan mudah menguap. Selanjutnya ion molekuler (M) dan ion-ion anak
(pecahan) yang bermuatan positif yang terbentuk akan dipercepat oleh akselerator
oleh suatu muatan negatif yang terdapat pada ujung lainnya. Selanjutnya ion yang
melalui celah (slits) dilewatkan melalui medan magnet dan dibelokkan sesuai dengan
kecepatan yang tergantung pada perbandungan massa dan muatan menuju detektor.
Selanjutnya rekorder akan mencatat hasil berupa gambar antara limpahan relatif (LR)
atau relative abundance (RA) lawan m/e yang dikenal sebagai spektra massa (Sitorus,
2009)
Dalam spektrometer ini, sampel diubah dalam bentuk gas dan dengan
tersebut. Tabrakan antara sebuah molekul organik dan salah satu elektron berenergi
tinggi menyebabkan lepasnya sebuah elektron dari molekul tersebut dan terbentuknya
suatu ion organik. Ion organik yang dihasilkan oleh penembakan berenergi tinggi
tersebut tidak stabil dan pecah menjadi fragmen yang lebih kecil, baik berbentuk
berkesinambungan dengan kamar pengionan yang dijaga tetap dalam keadaan tetap
vakum untuk meminimalkan tabrakan dan reaksi antara radikal, molekul udara, dan
lain-lain. Sampel melewati suatu aliran elektron berenergi tinggi yang menyebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
ionisasi beberapa molekul sampel menjadi ion-ion molekul, yang dapat mengalami
Radikal ion dan partikel yang terbentuk diumpankan melewati dua elektroda,
lempeng pemercepat ion, yang memercepat partikel bermuatan positif. Dari sini,
partikel bermuatan positif menuju ke tabung analisator, dimana partikel ini dibelokan
Pada kuat medan dan tegangan listrik (voltase) yang sama, partikel dengan
m/e tinggi akan memiliki jari-jari yang besar. Sehingga, ketika voltase pemercepat
dikurangi perlahan dan kontinyu, maka kecepatan semua partikel akan berkurang, dan
jari-jari lintasan pun berkurang. Maka, partikel akan mengenai detektor dimulai
adalah elektron yang pertama kali akan lepas. Jika molekul memiliki elektron n (lone
pair electrons), maka salah satunya akan dilepaskan, jika tidak ada maka akan
dilepaskan sebuah elektron phi (π), jika tidak ada keduanya, maka ion molekul akan
Setelah ionisasi awal, ion molekul akan mengalami fragmentasi, suatu proses
dimana radikal bebas atau molekul netral kecil dilepaskan dari ion molekul. Ion
yang bermuatan positif berlainan versus massa per muatan (m/e) dari fragmen-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
fragmen tersebut. Muatan ion dari kebanyakan partikel yang dideteksi adalah +1;
maka nilai m/e sama dengan massa molekulnya (M). bagaimana suatu molekul atau
ion pecah menjadi fragmen-fragmen kecil tergantung dari kerangka karbon dan gugus
fungsional yang ada. Oleh karena itu, struktur dari massa fragmen dapat memberikan
(Supratman, 2010).
kenaikan m/e dari kiri ke kanan. Intensitas puncak sebanding dengan kelimpahan
spektrum disebut puncak dasar (base peak), diberi intensitas sebesar 100 %
(Supratman, 2010).
Ion limpahan yang paling tinggi yang disebut dengan puncak dasar (based
peak) menggambarkan fragmen yang paling stabil untuk molekul tersebut. Intensitas
fragmen yang lain relatif terhadap puncak dasar yang berarti stabilitasnya juga adalah
kromatografi gas, sehingga setiap peak dari kromatogram dapat diukur berat molekul
serta bentuk framentasinya. Selain itu ratusan ribu senyawa organik sudah didata
Bila derajat kemiripannya lebih dari 90 % maka senyawa tersebut dapat dikatakan
31
dengan meneruskan arus gas melalui fase diam. Pada kromatografi gas, komponen
yang akan dipisahkan dibawa oleh gas melalui kolom. Campuran akan terbagi di
antara gas pembawa dan fase diam. Fase diam akan menahan komponen secara
berlainan pada gas pembawa. Pita komponen ini keluar dari kolom bersama aliran gas
pembawa dan dicatat sebagai fungsi waktu. Detektor menunjukan adanya komponen
energi. Sinar atau radiasi adalah merupakan gelombang yang mempunyai energi
berbanding terbalik dengan panjang gelombang. Selain sinar atau radiasi, elektron
juga dapat digunakan sebagai sumber energi pada spektroskopi (Sitorus, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
fenomena isomeri yaitu senyawa yang memiliki rumus molekul sama tetapi memiliki
Bila energi atau sinar berinteraksi dengan molekul organik maka yang
dipengaruhi adalah ikatannya. Pada hakekatnya terdapat 3 jenis ikatan yaitu, ikatan
sigma (σ), ikatan pi (π), dan pasangan elektron bebas (n), dimana kekuatan ketiga
tergantung pada daerah elektronik dari molekul. Energi serapan menghasilkan elevasi
elektron dari orbital dasar ke orbital lebih energi lebih tinggi di kedudukan tereksitasi.
33
dalam molekul. Transisi ini terjadi karena elektron tereksitasi dari orbital molekul ke
energi orbital yang lebih tinggi (antibonding). Perpindahan dari ikatan orbital π ke
berenergi lebih tinggi lowest unoccupied molecular orbital (LUMO). Transisi ini
menyerap energi yang selanjutnya terbuang sebagai kalor, cahaya, atau tersalurkan
elektronik. Auksokrom adalah gugus jenuh yang bila terikat pada suatu kromofor
(Kosela, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Auksokrom adalah suatu gugus jenuh dengan elektron sunyi yang tidak
menyerap pada daerah ultraviolet-tampak tetapi jika terikat pada kromofor akan
mengubah panjang gelombang dan intensitas serapan kromofor (gugus fungsi yang
Spektrum UV-Vis terdiri dari pita absorpsi lebar pada daerah panjang
gelombang yang lebar. Ini disebabkan oleh terbaginya keadaan dasar dan keadaan
elektronik dapat terjadi dari subtingkat apa saja dari keadaan dasar ke subtingkat
keadaan apa saja dari keadaan eksitasi. Karena berbagai transisi ini berbeda energi
lebih sedikit dan menimbulkan pita lebar yang muncul dalam spektrum itu
(Supratman, 2010).
Spektrum ultraviolet dan visibel biasanya sangat encer, dan pelarut yang
sebagai λmaks yaitu panjang gelombang yang memberikan absorbansi maksimum dan
merupakan dasar dari analisa kualitatif yang dapat ditentukan secara eksperimen
kromofor diena dan poliena serta enon terkonjugasi. Bila konjugasi ikatan rangkap
makin panjang maka akan menuju senyawa berwarna sehingga sinar yang digunakan
35
sistem butadien (C=C-C=C) dimana butadien dibagi dalam dua katagori yaitu s-trans
butadien dan s-cis butadien. Dalam perhitungan Woodward harga induk (parent
value) di singkat HI untuk system s-trans butadien (heteroanular) sebesar 214 nm,
tapi harga induk s-cis-butadien (homoanular) sebesar 253 nm. Pengertian eksosiklik
yang disingkat dengan ES adalah ikatan rangkap diluar cincin dan setiap eksosiklik,
untuk sistem butadien dan perpanjangan paling banyak dua ikatan rangkap
terkonjugasi. Untuk ikatan rangkat lebih dari empat digunakan aturan Fieser Kuhn
Dimana:
konjugasi
(Kosela, 2010)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
bersumber listrik. Tegangan listrik akan menyebabkan eksitasi elektron pada benda
dan waktu elektron kembali ke tingkat energi yang lebih rendah akan menghasilkan
radiasi berupa emisi sejumlah energi tertentu yang merupakan sumber radiasi.
prisma ini, berfungsi untuk menguraikan sinar tersebut menjadi monokromatis sesuai
kuvet. Syarat bahan yang dapat dijadikan kuvet adalah tidak menyerap sinar yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
dilewatkan sebagai sumber radiasi dan tidak bereaksi dengan sampel maupun pelarut
(Sitorus, 2009).
arus listrik atau peubah panas lainnya dan biasanya terintegrasi dengan pencatat
(Sitorus, 2009).
H. Kandungan Binahong
minyak atsiri dalam ekstrak n-heksana daun binahong, sedangkan Khunaifi (2010)
Selain itu, daun binahong mengandung saponin treterpenoid dan saponin steroidal
(Astuti, 2011). Sedangkan Barboza, Cantero, Nunez, Pacciaroni, dan Espinar (2010)
steroid.
adenine, Facrhiyah dan Kusrini (2012) menemukan senyawa stigmasterol, serta Titis,
Facriyah, dan Kusrini (2013) menemukan senyawa alkaloid betanidin pada daun
binahong.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Yang, Lin, dan Kuo (2008) menyebutkan bahwa terdapat flavonoid yaitu
kuersetin dalam daun binahong sebesar 0,6 mg/100gram daun. Tsai, Huang, Wu, dan
Lee (2005) mendapatkan kandungan oksalat dengan kadar 231,3 mg/100g daun segar
binahong. Djamil, Wahyudi, Wahono, dan Hanafi (2012), berhasil mengisolasi dan
daun binahong. Li (2006) menyatakan bahwa daun Boussingaultia gracilis Miers var
H
H
O
COOH
C
O OH
HOOC HO
O
HOOC O
HO
O HO
HO
HO O O
OH
OH
OH OH
O H
C O
OH
C
O OH
HOOC
O
HO
HO HOH2C O
HO O
HO
OH CH2OH
HO O O
OH CH2OH
OH OH
C
OH
OH
HOOC O
O
HO
O O
OH OH
OH
39
I. Landasan Teori
mengobati atau mencegah berbagai penyakit. Karena itu, perlu dilakukan identifikasi
2010).
Langkah lain dalam identifikasi kimia adalah proses isolasi senyawa, dimana
dilakukan proses ekstraksi, yaitu penyarian senyawa dari bahan, lalu dilakukan
pemisahan senyawa atau proses isolasi dengan proses kromatografi. Proses ini lebih
sederhana dan lebih mudah dilakukan, karena pada proses metabolomika harus
Misalnya, harus dilakukan terlebih dahulu pigmen (klorofil dan karotenoid) agar
sampel dapat dianalisis dengan KCKT-SM, serta perlu adanya proses optimasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
KCKT-SM agar hasil yang didapatkan lebih optimal (Vinayavekhin dan Saghatelian,
2010).
dalam pelarut yang sesuai. Di dalam ekstrak, senyawa yang tersari bukan merupakan
menyatakan bahwa salah satu cara isolasi dengan kromatografi adalah dengan
kombinasi ini dirasa sangat efisien karena kromatogafi kolom yang dapat digunakan
dalam jumlah sampel yang cukup besar, kemudian dilanjutkan kromatografi lapis
Elusidasi struktur dapat dilakukan dengan cara spektrometri massa dan spektrometri
senyawa serta pola fragmentasi senyawa tersebut yang dapat mengacu pada struktur
senyawa. Sehingga dapat diketahui struktur senyawa dari isolat yang dianalisis.
Menurut Basset, Denney, Jeffery, dan Mendham (1994) kelarutan senyawa dalam
larutan berdasarkan pada banyaknya gugus polar yang terkandung dalam senyawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
organik, semakin banyak gugus polar maka semakin larut dalam pelarut polar seperti
air. Begitu pula sebaliknya, pelarut non-polar akan lebih sulit untuk melarutkan
dan tanin) dan alkaloid larut dalam pelarut polar, karena memiliki gugus hidroksil,
sehingga memiliki kemungkinan yang kecil untuk tersari dalam pelarut n-heksana
terpenoid (triterpenoid, steroid, saponin, dan karotenoid) yang larut lipid dalam sel
J. Hipotesis
Oleh karena itu, dapat dibuat hipotesis bahwa struktur senyawa metabolit
struktur senyawa golongan tersebut akan dapat dilakukan dengan spektrometri massa,
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Klasifikasi Variabel
2. Definisi Operasional
daun binahong dibuat dengan proses maserasi serbuk daun binahong dengan n-
daun binahong dengan kromatografi kolom yang memiliki profil KLT yang sama,
dengan fase diam silika gel dan fase gerak kloroform. Masing-masing fraksi diberi
yang terkandung dalam isolat yang didapatkan dari isolasi fraksi IV ekstrak n-
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
C. Bahan
binahong, air mengalir, akuades, n-heksana, Wagner LP, Mayer LP, Dagendorff
LP, HCL 2N, amonia pekat P, eter P, kloroform, natrium sulfat anhidrat P, asam
asetat anhidrat P, Molish LP, asam sulfat P, metanol P, Baljet LP, Kadde LP,
kalium hidroksida 1N, asam klorida pekat P, xantidrol P 0,01 % b/v dalam asam
asetat P, asam asetat P, besi (III) klorida 0,3 M, asam sulfat 2 N, benzena P,
D. Alat
oven, blender, pengayak nomor 40, shaker, erlenmeyer, kertas saring, pompa
vakum, labu hisap, sendok plastik, vakum rotary evaporator, labu alas bulat,
batang pengaduk, tabung reaksi, cawan arloji, cawan porselin, pipet ukur, pipet
tetes, penangas air, bunsen, kolom kromatografi 1,8 x 30 cm, flakon, stopwatch,
corong pisah, pipa kapiler, plat kaca 5 x 15 cm, plat kaca 20 x 20 cm, chamber
massa,.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
tanaman binahong yang akan digunakan dalam penelitian dengan keterangan pada
Flora of Java (Backer dan Van den Brink, 1965). Kemudian tanaman binahong
dibuat herbariumnya dalam bentuk kering meliputi akar, batang, daun, bunga, dan
rimpang.
2. Preparasi Sampel
yang segar dan tidak berpenyakit (tidak dijangkiti oleh infeksi virus, bakteria atau
jamur). Pada saat mengumpulkan sampel, harus dipastikan bahwa daun tepisah
dari pencemar lain seperti tangkai binahong, atau bahan lain selain daun binahong.
dikumpulkan pada pagi hari dan diambil dengan cara dipetik daun kelima dari
pucuk ke bawah. Daun yang diambil adalah daun dewasa yang berukuran panjang
5-10 cm, dengan warna daun hijau tua, serta daun yang utuh dan tidak berlekuk-
lekuk.
sampai bersih dengan air mengalir dan dipisahkan dari pengotor lain (debu, tanah,
tangkai daun, batang, dan rimpang). Daun yang telah dicuci ditiriskan dan
bentuk daun kering kemudian diserbuk dengan blender dan diayak dengan
dilakukan sebanyak dua kali. Filtrat yang didapatkan dari tiap ekstraksi dicampur
dan dievaporasi dengan rotary evaporator pada suhu 40⁰C sampai terbentuk
ekstrak kental.
pekat P; jika dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi warna merah intensif,
merah jingga sampai merah ungu, menunjukan adanya flavonoid. jika terjadi
iii. ekstrak ditotolkan pada plat KLT yang telah dibuat. Kemudian plat
b. Identifikasi tanin. Ada dua uji identifikasi adanya senyawa tanin yaitu:
i. uji dengan FeCl3: Ekstrak ditambahkan dengan 2-3 tetes larutan FeCl3
1 %, kemudian digojok kuat dan didiamkan hingga larutan memisah. Jika larutan
menghasilkan warna hijau kehitaman atau biru tinta pada lapisan bawah, maka
ii. uji dengan larutan gelatin: Ekstrak dimasukkan dalam tabung reaksi
ditambah dengan larutan gelatin, kemudian digojok kuat dan didiamkan hingga
larutan memisah. Jika terbentuk endapan putih pada lapisan bawah, menunjukkan
c. Identifikasi alkaloida
2 N dan 9 mL air, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, dinginkan dan
saring.
ii.pengujian dengan KLT: Ekstrak ditotolkan pada plat KLT yang telah
tabung reaksi ditambah 10 mL air sambil dikocok kuat selama 1 menit, apabila
menimbulkan busa ditambahkan 2 tetes HCl 1 N, bila busa yang terbentuk bisa
diperoleh berupa cincin kecoklatan atau violet pada perbatasan dua pelarut
ii. Ekstrak ditotolkan pada plat KLT yang telah dibuat. Kemudian plat
metanol (1:1).
Kolom (KK)
kromatografi kolom (KK), maka perlu dilakukan optimasi fase gerak dengan
Untuk membuat plat KLT, sebanyak 7 g adsorben (silika gel) yang akan
yang telah ada kemudian diratakan pada plat kaca dengan ukuran 5 x 15cm
dengan menggunakan alat TLC Plate Coater, dengan ketebalan 0,25 mm. Setelah
adsorben pada plat kaca rata, plat lapis tipis yang terbentuk dikeringkan dalam
oven pada suhu 100 – 120oC selama paling kurang satu jam.
Ekstrak kental n-heksana daun binahong ditotolkan pada plat KLT yang
dan metanol.
Dari hasil elusi dilihat fase gerak mana yang menghasilkan pemisahan
b. Kromatografi kolom
silica gel G dalam kloroform kemudian dimasukan kedalam kolom dengan tinggi
silica gel adalam 20 cm pada kolom 1,8 x 30 cm. penuangan suspensi silika
maupun aliran turbulen, serta dijaga agar silika dalam kolom tidak kering dengan
menjaga aliran eluen yang kontinyu. Untuk itu, pada bagian atas kolom
campuran dapat terpisah menjadi beberapa bagian. Eluat yang keluar ditampung
setiap 3 menit.
chamber yang telah dijenuhkan terlebih dahulu dengan fase gerak kloroform,
Isolat dinyatakan murni apabila hanya terdapat satu bercak. Jika terdapat
lebih dari satu bercak, proses kormatografi lapis tipis dapat dilakukan pada eluat
yang dihasilkan.
Tiap fraksi ditotolkan pada plat KLT 5 x 15 cm, dan dielusi dengan tiga
fase gerak yaitu kloroform, kloroform : metanol (1:1), dan metanol. Kemudian
Untuk membuat plat KLT, sebanyak 7 g adsorben (silika gel) yang akan
yang telah ada kemudian diratakan pada plat kaca dengan ukuran 5x15cm dengan
menggunakan alat TLC Plate Coater, dengan ketebalan 0,25 mm. Setelah
adsorben pada plat kaca rata, plat lapis tipis yang terbentuk dikeringkan dalam
oven pada suhu 100 – 120oC selama paling kurang satu jam.
plat KLT yang telah dibuat. Plat kemudian dielusikan dengan menggunakan 3
Dari hasil elusi dilihat fase gerak mana yang menghasilkan pemisahan
b. Tahap KLTP
dibuat bubur dengan 21 mL pelarut (akuades). Bubur yang telah ada kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
diratakan pada plat kaca dengan ukuran 20 x 20cm dengan menggunakan alat TLC
Plate Coater, dengan ketebalan 0,5 mm. Setelah adsorben pada plat kaca rata, plat
lapis tipis yang terbentuk dikeringkan dalam oven pada suhu 100 – 120oC selama
1 jam.
berupa pita pada plat KLT yang telah dibuat. Plat kemudian dielusikan dengan
sebelumnya.
evaporator.
chamber yang telah dijenuhkan terlebih dahulu dengan fase gerak kloroform,
Isolat dinyatakan murni apabila hanya terdapat satu bercak. Jika terdapat
lebih dari satu bercak, proses kormatografi lapis tipis dapat dilakukan pada eluat
yang dihasilkan. Jika dari hasil elusi telah diperoleh senyawa yang murni secara
6. Elusidasi Struktur
a. Spektrometri massa
b. Spektrometri UV-VIS
kloroform 10,0 mL, kemudian larutan dimilipore. Pada larutan tersebut dilakukan
scanning panjang gelombang dari 200 nm – 800 nm. Sehingga didapatkan spektra
F. Analisis Hasil
dengan membaca spektra massa dan spektra UV-VIS. Analisis ini dilakukan
Sehingga diketahui senyawa dengan berat molekulnya dengan spektra massa. Dari
Kepastian senyawa dapat dilihat dari similarity index yang ditampilkan, serta
dari spektra UV-VIS dapat diketahui adanya system kromofor dan auksokrom
BAB IV
isolasi yang dilanjutkan dengan elusidasi struktur. Proses isolasi yang dilakukan
A. Determinasi Tanaman
pada Backer dan Van de Brink (1963). Adapun taksonomi dari hasil determinasi
Famili : Basellaceae
Genus : Anredera
yang dipetik adalah daun dewasa, yaitu daun yang telah berwarna hijau tua dan
memiliki ukuran panjang 5-10 cm. Dipilih daun dewasa karena pada tahap ini,
kandungan dalam daun telah lengkap. Selain itu, daun dipilih yang utuh dan
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
memiliki bentuk daun yang baik. Jika daun sobek, senyawa-senyawa dalam daun
dapat teroksidasi oleh udara. Daun yang tidak utuh atau memiliki bentuk daun
yang tidak normal, menandakan adanya invasi organisme lain. Invasi dari
merupakan senyawa patogen atau non-patogen yang berasal dari organisme lain
yang masuk dan menginduksi sistem pertahanan tanaman untuk merespon dengan
mensintesis senyawa baru yang bertindak sebagai sistem kekebalan dari tanaman
Pengotor tidak hanya berupa benda asing seperti tanah, batu, debu, ataupun polusi
serta residu pestisida, tetapi juga bagian tanaman selain daun, seperti, akar,
batang, tangkai daun, serta bunga. Hal ini, karena bagian tanaman lain memiliki
fungsi yang berbeda dari daun, sehingga kemungkinan kandungan yang berbeda.
dan proses pembusukan daun yang dapat terjadi secara enzimatis dengan media
senyawa yang dapat terjadi dalam simplisia. Selain itu, air juga dapat
mudah terhidrolisis akan cepat terdegradasi oleh adanya enzim ini. Pengeringan
juga dapat membantu proses ekstraksi, dimana dengan dikeringkan membran sel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
daun akan mati dan rusak. Rusaknya membrane sel dapat memudahkan
karena dalam sinar matahari juga terdapat sinar UV yang dapat mendegradasi
senyawa-senyawa dalam daun. Selain itu, proses pengeringan dijaga pada suhu
dibawah 60C karena suhu yang tinggi dapat merusak senyawa yang mudah
teroksidasi.
titik lebur lebih dari 150°C (O’Neil, dkk, 2001), serta memiliki struktur yang
daun yang kontak dengan pelarut besar, sehingga dapat meningkatkan efektifitas
ekstraksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
proses ekstraksi. Proses ini terjadi karena adanya perbedaan gradient kadar,
dimana pelarut memiliki kadar senyawa sama dengan nol, sedangkan serbuk daun
binahong memiliki kadar kandungan yang cukup tinggi. Oleh karena itu, senyawa
akan berdifusi dari serbuk ke dalam pelarut hingga jenuh. Suatu sistem ekstraksi
dinyatakan jenuh ketika kadar senyawa di kedua fase padat dan cair (fase padat
yaitu serbuk simplisia dan fase cair yaitu pelarut), sehingga tidak terjadi lagi
proses difusi.
pelarut n-heksana, yakni pelarut non-polar (indeks polaritas = 0,1 menurut Garrett
yang tersari adalah senyawa dengan polaritas rendah, seperti triterpenoid dan
steroid.
ekstraksi dapat jenuh, atau dengan kata lain pelarut telah menampung senyawa
untuk mendapatkan ekstrak yang lebih pekat. Prinsip vacuum rotary evaporator
adalah penguapan pelarut yang dilakukan pada tekanan yang rendah, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
dapat menurunkan titik didih pelarut. Maka, suhu ekstrak dijaga pada 40⁰C agar
dihasilkan ekstrak sebanyak 89,65 gram, maka rendemen ektrak n-heksana yang
sebagai gambaran awal, perkiraan senyawa yang akan diisolasi dan elusidasi
struktur.
1. Identifikasi flavonoid
warna kuning sampai jingga (menunjukan adanya flavon, kalkon, dan auron)
(Harborne, 1984).
Gambar 11. Hasil uji flavonoid dengan (a) serbuk seng dan (b) serbuk
magnesium
Dari hasil kedua uji (Gambar 11), didapatkan larutan bening dengan
serbuk seng dan serbuk magnesium yang tidak larut. Oleh karena itu, dari
flavonoid.
Dari hasil KLT (Gambar 12) didapatkan bahwa tidak terjadi perubahan
warna, jika ekstrak direaksikan dengan amonia. Hal ini menunjukkan bahwa
ekstrak n-heksana daun binahong tidak mengandung flavonoid. Hal ini karena
2. Identifikasi tanin
larutan FeCl3 1%. Tanin akan bereaksi dengan FeCl3 1% menurut reaksi
pembentukan kompleks Fe2+ dengan OH-fenolik pada tanin. Kompleks ini akan
menghasilkan warna hijau kehitaman pada tanin terhidrolisa dan warna hijau
Pada percobaan ini, didapatkan bahwa larutan FeCl3 1% dalam air tidak
polaritas yang sangat besar antara n-heksana dan air. Oleh karena itu, dilakukan
penggojokkan dengan kuat dengan maksud agar tanin yang mungkin terdapat
dalam ekstrak n-heksana dapat tersari dalam larutan FeCl3 1% dalam air, sehingga
merupakan larutan FeCl3 1% dalam air tidak berubah warna menjadi biru, hal ini
mereaksikan ekstrak dengan gelatin. Tanin akan bereaksi dengan gelatin dengan
membentuk ikatan hidrogen sehingga memiliki bobot yang besar yang tidak larut
dalam medium air. Jika terbentuk endapan dengan larutan gelatin maka larutan uji
polaritas yang sangat besar antara n-heksana dan air. Oleh karena itu, dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
penggojokkan dengan kuat dengan maksud agar tanin lebih memungkinkan untuk
larutan gelatin tidak terlihat adanya endapan yang menunjukkan bahwa tidak
Dari hasil pengujian terhadap tanin dapat diketahui bahwa ekstrak tidak
karena larut dalam n-heksana, sedangkan tanin memiliki polaritas yang tinggi
sehingga dapat bercampur dengan air karena memiliki jumlah OH-fenolik yang
cukup banyak.
3. Identifikasi alkaloida
didinginkan dan disaring. Proses ini, bertujuan untuk mengambil alkaloid yang
dengan HCl dapat berubah menjadi bentuk garam sehingga larut dalam air.
Pada uji alkaloid dengan Wagner LP bahwa endapan hasil reaksi adalah
kalium alkaloid, iodium akan bereaksi dengan I- dari kalium iodide menjadi I3-
Dan dari hasil (gambar 15), larutan tidak berubah warna menjadi cokelat
dan tidak timbul endapan, atau dengan kata lain, tidak terkandung alkaloid dalam
ekstrak.
percobaan (Gambar 16) tidak didapatkan endapan putih dengan reagen Mayer,
kompleks yang mengendap dan menurut Popl, Fänrich, dan Tatar (1990) berwarna
jingga. Dan dari hasil reaksi (Gambar 17) antara ekstrak dan reagen Dragendorff
LP didapatkan larutan yang berwarna merah kecoklatan dan tidak timbul adanya
endapan. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat alkaloid dalam ekstrak.
tidak terdapat alkaloid dalam ekstrak n-heksana daun binahong. Tetapi hasil ini
dapat menjadi bias, dimana terjadi karena endapan juga dapat tidak terlihat secara
kasat mata. Oleh karena itu, dilakukan pengujian identifikasi alkaloid dengan
reagen Dragendorff.
Dari hasil kromatografi lapis tipis didapatkan bahwa pada bercak (1), (2),
dan (5) mengalami perubahan warna. Tapi tidak ada bercak yang berubah warna
menjadi warna oranye yang menunjukkan adanya alkaloid. Hal ini sesuai dengan
teori, dimana alkaloid yang pada tanaman kebanyakan berbentuk garam, sehingga
hanya dapat diekstraksi menggunakan pelarut polar dan tidak dapat terekstraksi
dengan pelarut non-polar seperti n-heksana yang menjadi pelarut dalam ekstrak.
4. Identifikasi saponin
1984). Hal ini karena, saponin yang mengandung rantai sapogenin yang non-polar
serta rantai samping yang polar karena adanya gula dapat membuat sifat saponin
seperti surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan. Oleh karena itu,
menurunkan tegangan permukaan antara larutan dan udara. Sehingga udara yang
Dari hasil percobaan (Gambar 19), tidak timbul busa pada larutan. Atau
dengan kata lain, ekstrak n-heksana daun binahong tidak mengandung saponin.
Hasil ini sesuai dengan teori di atas dimana saponin yang mengandung gugus gula
lebih larut pada pelarut polar sehingga tidak tersari kedalam ekstrak yang non-
polar.
HOAc/H2SO4
Ac2O
HO
Ion karbonium 3,5-diena (SO3)
+ SO2
HOO2S
Asam Sulfonat Kolestaheksaena Kation Pentaenylat
max 410 nm max 620 nm
Gambar 20. Reaksi steroid dengan reagen Liebermann-Burchard (Burke,
Diamondstone, Velapoldi, dan Menis, 1974)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lieberman-burchard yaitu asetat anhidrat dalam asam sulfat pekat. Jika hasil yang
diperoleh berupa cincin kecoklatan atau violet pada perbatasan dua pelarut
Dari hasil diatas (Gambar 21), terlihat warna larutan yang berwarna hijau
mengandung steroid. Tetapi hasil ini dapat menjadi bias karena warna hijau
kebiruan pada hasil juga dapat dipengaruhi oleh warna alami ekstrak yang
berwarna hijau.
steroid dengan terlebih dahulu menotolkan ekstrak pada plat kromatografi lapis
tipis dan kemudian di kembangkan dengan kloroform. Setelah itu, plat disemprot
Warna setelah
Warna sebelum Warna setelah
ditambahkan
No. Nilai ditambahkan ditambahkan
Gambar H2SO4-
bercak Rf reagen LB
metanol
(a) (b)
(c)
Coklat
22 1 0,02 Hijau Hijau
kehitaman
2 0,06 Hijau tua Hijau tua Coklat tua
3 0,12 - Hijau Ungu muda
4 0,25 - - Merah
5 0,30 - Hijau muda Merah muda
6 0,42 Kuning Hijau muda Ungu muda
7 0,60 - Hijau Ungu
8 0,65 - - Ungu
9 0,71 Hijau Hijau tua Merah muda
Hijau Hijau
10 0,83 Kuning
kekuningan Kecoklatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dan 10 yang berwarna kuning berubah menjadi hijau, serta bercak 3, 5 dan 7 yang
tidak berwarna berubah warna menjadi warna hijau dengan reagen Liebermann-
Selain itu, identifikasi steroid juga ditegaskan oleh reaksi dengan H2SO4-
metanol (1:1) yang menghasilkan bercak 4, 5, dan 9 yang berubah warna menjadi
warna merah, serta 3, 6, 7, dan 8 yang berubah warna menjadi warna ungu.
menjadi merah, oleh karena itu, disimpulkan bahwa ekstrak n-heksana daun
Dari seluruh uji identifikasi, hasilnya disatukan dalam tabel. Tabel VI.
Keterangan: +: ada
-: tidak ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
menunjukkan hasil positif hanya pada uji steroid. Uji identifikasi dengan uji
warna ini sangat memiliki kekurangan. Dimana dalam uji ini, tidak bisa untuk
menganalisis golongan senyawa dalam ekstrak dengan kadar yang kecil, karena
perubahan yang sangat kecil sulit dilihat secara visual. Oleh karena itu, akan
senyawa harus terlebih dahulu dimurnikan atau dipisahkan dari senyawa lain.
kolom dalam awal proses isolasi merujuk pada Székely (cit., Hostettmann,
volume sampel yang cukup besar. Dalam proses ini, tidak diberikan tekanan untuk
bertujuan untuk mendapatkan fraksi, atau dengan kata lain, masih terdapat
lapis tipis, serta menggunakan elusi landaian umum mulai dari pelarut non-polar
hingga pelarut polar. Penelusuran pustaka sangat sulit dilakukan karena belum
menggunakan fase gerak yang banyak dan cukup rumit untuk dilakukan karena
kontinyu. Oleh karena itu pendekatan dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
merupakan pendekatan yang paling mudah dan efisien dalam mengoptimasi fase
Oleh karena akan digunakan silika gel sebagai fase diam dalam
kromatografi kolom, sistem kromatografi ini merupakan fase normal. Fase normal
berarti bahwa fase diam yang digunakan adalah polar, dan fase gerak yang
digunakan adalah non-polar. Sistem kromatografi fase normal inilah yang juga
kolom, sehingga fase diam yang digunakan dalam KLT juga silika gel. Untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Pada proses ini optimasi ini, ekstrak n-heksana pekat ditotolkan pada
pelat silika yang telah dibuat dengan ketebalan silika 0,25 mm dan diaktifkan
menggunakan pipa kapiler. Totolan yang dihasilkan tidak boleh melebar, karena
akan menurunkan kualitas pemisahan. Pelat yang telah ditotolkan dengan ekstrak
dimasukan dalan chamber yang telah dijenuhkan dengan fase gerak masing-
Gambar 23. Hasil KLT ekstrak dengan fase gerak (a) n-heksana, (b)
asetonitril, (c) kloroform, (e) metanol:kloroform 1:1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
bercak yang tidak memisah serta mengekor. Kromatogram dengan eluen metanol
kloroform yang menghasilkan bercak paling banyak dan terpisah dari bercak
lainnya, serta banyak bercak yang tidak mengekor. Sehingga dapat disimpulkan
Karena eluen yang digunakan adalah kloroform, maka silika gel yang
sehingga akan mengganggu proses pemisahan. Selain itu, kolom dijaga dari
keringnya silika dengan menjaga aliran eluen yang kontinyu (4 tetes tiap 3 detik).
Sehingga pada bagian atas kolom dihubungkan dengan corong pisah yang berisi
eluen (kloroform).
pengatur aliran (semacam keran) serta suatu saringan yang berfungsi untuk
menyangga fase diam. Suspensi silika gel dimasukkan ke dalam kolom hingga
atas silika gel di dalam kolom kaca, kemudian eluen (kloroform) dialirkan
kedalam kolom sesuai dengan kecepatan aliran eluen keluar dari kolom. Eluat
kromatografi lapis tipis, dimana masing-masing eluat ditotolkan pada plat silika
dilakukan dengan jarak 10 cm, plat dikeluarkan dari chamber dan dikeringkan,
adalah eluat yang menghasilkan bercak dengan Rf dan warna yang sama. Eluat-
eluat yang didapatkan dibagi menjadi 4 fraksi yang merupakan gabungan dari
dan berwarna kuning. Fraksi kedua (II) merupakan gabungan eluat dengan Rf
0,70-0,85 dengan warna hijau tua. Fraksi ketiga (III) merupakan gabungan eluat
dengan Rf 0,4-0,68 dengan warna hijau tua. Serta, fraksi keempat (IV) memiliki
Rf 0,20-0,40. Serta fraksi kelima (V) yang memiliki Rf 0-0,05 (tidak terelusi)
Fraksi II, III, dan V tidak dianalisis karena adanya dugaan kuat
steroid. Analisis ini juga dilakukan untuk memastikan struktur steroid apa yang
pelarutnya dengan vacuum rotary evaporator dengan suhu 40°C, agar didapatkan
Pada KLTP, plat yang digunakan berbeda dengan yang digunakan pada
KLT pada umumnya. Plat yang digunakan berukuran lebih besar yaitu 20 x 20
cm, serta fase diam yang digunakan lebih tebal dari plat KLT biasa. Pada
penelitian ini digunakan fase diam silika gel GF254 dengan ketebalan 0,5 mm,
Pada penelitian ini tidak dilakukan optimasi fase gerak terlebih dahulu.
Fase gerak yang digunakan berdasarkan hasil uji fraksi IV yang telah dilakukan.
Dari ketiga fase gerak, kromatogram dengan fase gerak kloroform menghasilkan 2
bercak yang memisah dengan baik. Oleh karena itu, kloroform kembali digunakan
dalam oven selama 1 jam dengan suhu 110°C. Setelah plat dingin, plat ditotolkan
dengan fraksi IV. Penotolan dilakukan membentuk pita, dengan menotolkan fraksi
chamber yang sebelumnya telah dijenuhkan dengan kloroform sebagai fase gerak,
Dari gambar hasil KLTP dapat dilihat adanya tiga pita yang menunjukan
adanya tiga senyawa. Yang diisolasi adalah senyawa pada pita pertama karena
pita ini menunjukkan pemisahan yang baik dan pita tidak mengekor. Pita pertama
kromatografi lapis tipis. Plat KLT aktif dengan fase diam silika ditotolkan dengan
isolat kental. Kemudian plat KLT tadi dikembangkan dengan 3 fase gerak yang
disimpulkan bahwa isolat yang dihasilkan telah murni secara kromatografi lapis
tipis. Karena telah dapat dikatakan murni, isolat dapat dielusidasi strukturnya
lebih efektif, karena pada KG-SM, sampel yang menguap akan memisahkan
akan senyawa yang telah terpisah dianalisis tersendiri dalam spektroskopi massa.
mengenai berat molekulnya saja, tetapi juga dapat mengetahui informasi tentang
saat ini lebih mudah karena telah disusunnya database spektra berbagai senyawa
dari database yang ada dengan derajat kemiripan tertentu. Semakin tinggi derajat
pada sistem KG-MS, dengan kolom Rastek RXi-5MS dengan fase diam
kolom 30 meter dan diameter 0,25 mm. Gas pembawa yang digunakan merupakan
dalam kolom. Suhu awal kolom 80°C yang dinaikan secara kontinyu hingga
atau dengan kata lain, terdapat 22 senyawa dalam isolat. Tetapi hanya ada 1 peak
yang menonjol dengan % area sebesar 69,11 % adalah peak 14, serta 1 peak yang
memiliki presentasi lebih besar dari peak lainnya adalah peak 1 dengan 4,75 %
area.
kromatografi gas ini. Dimana sistem yang digunakan adalah electron ionization
(EI). Pada sistem ini, sampel yang merupakan senyawa-senyawa hasil pemisahan
kromatografi gas ditembak oleh seberkas elektron dan mengalami ionisasi. Ion
yang terbentuk tidak stabil dan akan berubah menjadi fragmen-fragmen yang
dapat dideteksi sehingga menimbulkan sinyal pada detektor. Tetapi, hanya ion
positif saja yang dapat terdeteksi, sedangkan molekul netral dan ion negatif tidak
dapat dideteksi oleh detektor dan muncul sebagai peak dalam spektra massa.
menentukan struktur molekul senyawa dalam isolat karena fragmen tercipta sesuai
Peak yang dianalisis dalam penelitian ini selain peak 14 dan peak 1
adalah peak dengan similarity index yang tinggi yaitu lebih dari atau sama dengan
95%, dimana pada nilai tersebut dapat dikatakan senyawa tersebut identik
(Kosela, 2010). Peak-peak tersebut antara lain peak 3, peak 4, peak 10, peak 11,
1. Peak 1
ialah C8H16O, C9H20, C7H12O2, C6H8O3, dan C10H8. Dari hasil fragmentasi tidak
dijumpai adanya pengeluaran air (selisih m/e 18) yang mengindikasi adanya atom
oksigen. C9H20 merupakan alkana (CnH2n+2) rantai lurus dimana base peak alkana
berada pada C3 dan C4 (m/e 43 dan 57). Base peak yang sama dengan berat
heterosiklis C10H8.
2. Peak 3
M/e 41, 55, 69, 83, 97, 111 menunjukkan adanya alkena (Mc Lafferty,
1988). Base peak 41 menunjukkan adanya fragmen C3H5+ yang ditunjukkan oleh
reaksi fragmentasi alkena pada Gambar 38, fragmen ini terbentuk oleh ion
molekul 1-alkena.
H2 H2
R C C C CH2 R CH2 + H2C C CH2
H
m/e 41
Gambar 34. Fragmentasi 1-alkena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Dari hasil penyesuaian dengan database ada tiga senyawa yang memiliki
heksadekena (BM= 224), dan 1-heptadekena (BM= 238). Senyawa yang paling
peak pada m/e 210 yang merupakan berat molekul dari 1-pentadekena.
C10H21
-e
C10H21 C10H21 +
m/e 41
H C7H15
CH2
H
CH2
CH C8H17
H2C
-C3H7
-CH3
C6H13 C6H13
C8H17
-e
m/e 126
-e
H CH3
CH2 C8H17
C4H9 +
m/e 41
m/e 154
H
-C3H7
CH2
CH C2H5
H2C C6H13 +
m/e 41
-e -CH3
C2H5
H C3H7
-e CH2 H
-C3H7
CH2
m/e 42 CH C4H9
C2H5 H2C
-e -CH3
m/e 70
C4H9
m/e 98
Gambar 35. Fragmentasi senyawa 1-pentadekena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
3. Peak 4
M/e 43, 57 menunjukkan adanya alkil, sedangkan 55, 69, 83, dan 111
eikosena karena memiliki base peak yang berbeda yaitu pada m/e 57.
spektra peak 4 lebih mirip dengan spektra 1-oktadekena. Dimana terdapat peak
m/e 182 dan m/e 252 dalam peak 1-oktadekena pada database, dan m/e 183 dan
m/e 250 pada peak 4. Serta terdapat peak 504 yang merupakan dua kali berat
molekul 1-oktadekena. Hal ini karena 1-alkena dapat bereaksi dengan sesamanya
C13H27
-e
C13H27 C13H27 +
m/e 41
H C10H21
CH2
H
CH2
CH C11H23
H2C
-C3H7
-CH3
C9H19 C9H19
C11H23
-e
m/e 168
-e
H C4H9
CH2 C11H23
C7H15 +
m/e 41
m/e 196
H
-C3H7
CH2
C3H7 CH C5H11
H2C C9H19 +
m/e 41
-e -CH3
C5H11
H C6H13
C3H7 -e CH2 H
-C3H7
CH2
m/e 84 CH C7H15
C5H11 H2C
-e -CH3
m/e 112
C7H15
m/e 140
Gambar 37. Fragmentasi senyawa 1-oktadekena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
4. Peak 8
C3H7+ atau C4H9+, sedangkan m/e 55, 69, 83, 97, 111 merupakan petunjuk adanya
alkena ataupun alkohol. Menurut Silverstein, Webster, dan Kiemie (2005), dalam
alkohol akan melepaskan molekul netral maupun ion alkena. Oleh karena itu,
3-eikosena tidak sesuai dengan spektra peak 8 karena base peak yang berbeda
dimana base peak spektra peak 8 adalah m/e 43 sedangkan base peak 3-eikosena
adalah 57. Selain itu, pada spektra 1-oktadekena dan 1-heptadekena terdapat peak
pada m/e 168 serta pada 252 (1-oktadekena) atau pada m/e 238 (1-heptadekena).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Oleh karena itu, diusulkan bahwa senyawa pada peak 8 dari KG-MS adalah 4-
tetradekanol.
akan menghasilkan molekul air dan molekul alkena. Hal ini dibuktikan pada m/e
153, yang memiliki selisih 61 dengan berat molekul 4-tetradekanol yaitu 214.
Selisih 61 merupakan pengeluaran molekul netral yang tidak terdeteksi yaitu air
(massa=18) dan propil (C3H7, dengan massa=43). Menurut Gross (2004), alkohol
karbon-α dan tata ulang hidrogen sesuai dengan tata ulang Mc Lafferty.
C9H19
OH
-C3H7 -C3H7
C8H17
OH
OH H
C7H15 H
-H2O
H C8H17
C OH2
+ HC OH2
C7H15 CH2 2
CH
-H2O
C8H17 C
H
H2C CH m/e 153
(a)
rH
-H2O +
OH
C7H15
C7H15 H
m/e 125
(b)
Gambar 39. Fragmentasi 4-tetradekanol dengan pemutusan-α (a) dan
tata ulang hidrogen (b)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
5. Peak 10
atau C4H9+. Spektra ini lebih menunjukkan suatu alkohol daripada alkena karena
peak m/e 57 lebih tinggi kelimpahannya dibandingkan dengan m/e 55. Senyawa
Pada spektra terdapat peak pada m/e 168 yang dapat dihasilkan oleh
memiliki fragmen terbesar pada m/e 153 (Gambar 40). Sedangkan trikosanol
fragmen yang terbentuk berupa rantai alkil yang lebih panjang yaitu C22H45· dan
C21H42·+, yang dapat membentuk peak dengan selisih 14 (-CH2-). Hal ini
OH
C21H43 C21H43 CH2 + H2C OH
(a)
rH
H2C CH2 +
OH -H2O C18H37
C19H39 H
+ H2C CH3 rH
C13H27 C17H35 CH2 +
m/e 41
(b)
Gambar 41. Fragmentasi Trikosanol dengan pemutusan-α (a) dan tata ulang
hidrogen (b)
6. Peak 11
Dari spektra (Gambar 42) m/e 43, 57, 71, 85, 99, 113, 127, dan 141
panjang alkil. Base peak m/e 43 dan peak 57 merupakan peak tertinggi dalam
spektra yang menunjukkan ion molekul C3H7+ dan C4H9+. Base peak ini sesuai
dengan peak-peak utama alkana yaitu pada C3 dan C4 (Mc Lafferty, 1988).
Selain itu, dari spektra juga didapatkan peak pada m/e 55, 69, 83, 97,
111, 125, 139, 153, dan 224 dengan kata lain peak dengan rumus molekul CnH2n-1,
(CH2)6
H (CH2)18
CH2 CH2 (CH2)17 CH2
-e -C3H7
(CH2)6
m/e 293
-CH2+ -e
(CH2)15 CH2 (CH2)16 CH2
-CH2+ (CH2)17 CH2
m/e 265 m/e 279
-C3H5+
dan seterusnya (CH2)7 CH2 H (CH2)12
hingga -CH2+ m/e 153 (CH2)11 CH2 -e CH2 CH2
m/e 209 -C3H7
-CH2+
-C3H5+ m/e 252
(CH2)5 CH2 (CH2)6 CH2
-CH2+ H (CH2)6
m/e 125 m/e 139 CH2 CH2
(CH2)5 CH2
-e
-CH2+ -C3H7 m/e 125
m/e 168 -C3H5+
(CH2)3 CH2
(CH2)4 CH2 -CH2 +
(CH2)2 CH2 +
m/e 83 m/e 41
Gambar 43. Fragmentasi senyawa siklotetrakosana
adalah m/e 43 yang menunjukkan kebolehjadian yang sangat tinggi untuk terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Fragmen m/e 43 ini dalam reaksi fragmentasi dihasilkan dari proses tata ulang Mc
Lafferty yang menghasilkan radikal C3H7· yang dikenai berkas elektron sehingga
7. Peak 14
menit dengan 69,11 % area. Area yang besar ini secara kualitatif menunjukkan
kadarnya yang besar dalam isolat, dibandingkan dengan senyawa lain yang
Base peak pada m/e 149 menunjukkan adanya suatu ftalat, yang
didukung oleh pengeluaran air dari selisih m/e 167-149. Sedangkan Selisih m/e
279-167 yaitu 112 merupakan C8H17 yang merupakan alkil yang terikat pada
yang menghasilkan ion C4H9+. Oleh karena itu, diusulkan struktur senyawa yang
index sebesar 97 %.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
C2H5 C2H5
H
O C OH
H
CH2
O O
rH
C2H5
H H
O C O C
C C
H2 H2 C2H5
C2H5
O O
M/e 390
rH
OH C2 H 5
HO OH
OH
O +
H
CH O C
H C C2H5
O H2 C2H5
M/e 279 O
H O
HO
O
+ OH -H2O OH
peak yang timbul dalam spektra. Base peak terjadi pada ion molekul yang paling
elektron (muatan positif) yang dimiliki karena adanya rangkap konjugasi serta
8. Peak 16
yang cukup yakni 0,98 %, dengan base peak pada m/e 57.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Dari spektra (Gambar 46), m/e 43, 57, 71, 85, 99, 113, 127, 141, 155,
rantai panjang alkil. Base peak m/e 57 merupakan ion molekul C4H9+. Base peak
ini sesuai dengan peak-peak utama alkana yaitu pada C3 dan C4 (Mc Lafferty,
1988). Oleh karena itu diusulkan senyawa oktadekana, yang dibuktikan dengan
dari C18. Hal ini karena kebolehjadian pemutusan tiap ikatan sigma pada rantai
alkana sama besar, oleh karena itu, kebolehjadian untuk mendapatkan berbagai
rantai alkil juga tinggi. Fragmentasi oktadekana sesuai dengan spektra karena
menghasilkan fragmen pada m/e 211, 197, 183, 169, 155, hingga 43.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
CH3 e- CH3
H3C (CH2)13
H3C (CH2)13
CH3
-CH3 H3C (CH2)13 CH2
H3C (CH2)13
m/e 239
CH2
CH3
-C2H5 H3C (CH2)13
H3C (CH2)13
m/e 225
CH3 H3C (CH2)13
H3 C (CH2)13
-C3H7
m/e 211
(CH2)12
(CH2)12 CH3
-C4H9 H3C CH2
H3 C (CH2)2
m/e 197
(CH2)11
(CH2)11 CH3
-C5H11 H3C CH2
H3C (CH2)3
m/e 183
(CH2)10
(CH2)10 CH3
-C6H13 H3C CH2
H3C (CH2)4
m/e 169
dan seterusnya
Gambar 47. Fragmentasi senyawa 1-oktadekana
Dari 8 peak yang dapat dianalisis, senyawa yang terkandung dalam fraksi
IV ekstrak n-heksana daun binahong, antara lain seperti yang terdapat pada tabel
X di bawah ini:
No. TR Area SI
Formula BM Nama dan Struktur Senyawa
Peak (menit) (%) (%)
Naftalen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
No. TR Area SI
Formula BM Nama dan Struktur Senyawa
Peak (menit) (%) (%)
O O CH
C
H2
69,1 H2
14 24,342 97 C24H38O4 390 C
1 O CH
O
C2H5
Bis-(2-etilheksil)-ftalat
n-oktadekana.
ultraviolet maupun sinar tampak (visibel). Senyawa dalam sampel akan menyerap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
energi dan mengalami transisi elektron dari energi rendah ke posisi energi tinggi.
Transisi ini tergantung dari daerah elektronik molekul senyawa yang terkena sinar
UV-Vis, yang menentukan besarnya energi yang diserap oleh molekul (Sitorus,
2009). Daerah elektronik tercermin adanya gugus polar serta adanya ikatan
rangkap konjugasi. Karena kepolaran dan ada, serta panjang ikatan rangkap
konjugasi tiap senyawa berbeda, energi yang diserap molekul akan berbeda.
800 nm.
bahwa panjang gelombang maksimum lebih dari satu dan berada di sekitar 334 –
661 nm. Panjang gelombang maksimum dibawah 250 nm tidak dapat diamati
dekat dengan UV cut off pelarut yakni kloroform, yang menurut teori berada pada
Hasil spektra ini mirip dengan teori bahwa rentang 400 – 450 nm, dengan
dua puncak utama disekitar 450 nm dan dua puncak tambahan pada kedua sisi
puncak yang merupakan spektra dari golongan karotenoid (Harborne, 1984). Oleh
karena itu, spektra yang didapatkan dicocokan dengan teori panjang gelombang
Dari tabel dapat dilihat bahwa yang paling sesuai dan paling mendekati
dengan panjang gelombang maksimum dalam spektra isolat adalah lutein, yaitu:
(1984), Goodwin (1954), serta berselisih 1 nm dengan O’Neil, dkk (2001) yaitu
429 nm,
teoretis yang dihitung menurut persamaan Fieser-Kuhn yaitu 447,5 nm. Peak ini
juga mendekai nilai panjang gelombang lutein menurut O’Neil, dkk (2001) yaitu
453 nm.
OH
HO
Oleh karena itu, dapat diduga kuat bahwa fraksi IV ekstrak n-heksana
dengan spektrometer UV-Vis dengan pelarut metanol. Hal ini dilakukan karena
kloroform memiliki UV cut off yang lebih besar dari metanol yaitu 205 nm,
sehingga dapat diamati profil UV-Vis isolat dibawah panjang gelombang 250 nm.
yang berhimpit pada panjang gelombang 267,5 nm dan 273,5 nm. Peak pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
3 residu cincin = 15 nm
Oleh karena selisih panjang gelombang teoretis dan pengamatan adalah 0,5 nm,
kolesta-2,4-diena.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
I. Analisis Hasil
daun binahong mengandung senyawa dari golongan steroid. Senyawa ini tidak
karena titik didihnya yang tinggi sehingga sukar menguap pada sistem
(Supratman, 2010), karena berada dekat dengan UV cut off pelarut kloroform.
yang terdapat pada isolat diduga kuat berasal dari pengotor pada silika gel yang
silika gel yang berfuorosensi. Jenis pengotor ini ditegaskan oleh Székely (1983)
dengan menganalisis silika gel pada pelat silika dengan metode gravimetri,
hidrogen yang mendapatkan adanya ftalat dan poliester. Selain itu, Hostettmann,
fluoresen yang berfungsi sebagai pendeteksi dalam KLT. Oleh karena naftalen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
serapan dari lutein tidak terganggu oleh serapan bis-(2-etilheksil) ftalat dan
naftalen. Hal ini karena ftalat tercermin dalam spektra pada 315 nm yang terlihat
dalam spektra sebagai suatu bagian dalam peak. Sedangkan naftalen dengan
panjang gelombang 278 dapat dilihat dalam spektra yang muncul berdampingan
dengan UV cut off kloroform dan tidak muncul pada spektra UV-Vis isolat
harbon dengan dua gugus hidroksil, sehingga cenderung non-polar dan larut
dalam n-heksana. Lutein tidak terdeteksi oleh KG-MS karena memiliki titik didih
sehingga lebih murni, dan dapat dilakukan elusidasi struktur dengan spektrometer
resonansi magnetik inti karbon untuk mengetahui kerangka karbon yang menjadi
n-heksana daun binahong yaitu senyawa golongan steroid yang terbukti dengan
golongan karotenoid, serta senyawa golongan alkohol, alkana, dan alkena. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan dimana didapatkan senyawa
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: Isolat yang didapatkan dalam
proses isolasi dari fraksi IV ekstrak n-heksana daun binahong mengandung senyawa
B. Saran
dengan memisahkan lagi isolat yang didapatkan, dengan metode kromatografi cair
kinerja tinggi preparatif (KCKTP) yang memiliki daya pisah yang lebih baik dari
KLTP.
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Backer, C.A., and Van den Brink Jr, R.C.B., 1965, Flora of Java, Volume 1, The
Rijksherbarium, Leyden, Netherlands.
Barboza, G.E., Cantero, J.J., Nunez, C., Pacciaroni, A., and Espinar, L.A., 2009,
Medicinal Plants: A General Review and a Phytochemical and
Ethnopharmacological Screening of the Native Argentine Flora, Tomo,
34 (1-2), 7-365.
Basset, J., Denney, R. C., Jeffery, G. H., Mendham, J., 1994, Buku Ajar Vogel
Kimia Analisis, diterjemahkan oleh Hadyana Pudjaatmaka, L. Setiono,
hal. 167 Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Burke, R.W., Diamondstone, B.I., Velapoldi, R.A., dan Menis, O., 1974,
Mechanisms of the Liebermann-Burchard and Zak Color Reactions for
Cholesterol, Clicical Chemistry, Vo. 20, No. 7, 794-801.
Djamil, R., Wahyudi, P.S., Wahono, S., dan Hanafi M., 2012, Antioxidant
Activity of Flavonoid form Anredera cordifolia (Ten) Steenis Leaves,
International Research Journal of Pharmacy, 3 (9), 241-243.
Du’a, W., 2012, Identifikasi Fraksi I Ekstrak N-Heksan Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis), Skripsi, 53-82, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Facrhiyah, E., dan Kusrini, D., 2012, Isolasi, Identifikasi, dan Uji Sitotoksik
Senyawa Steroid dari Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis), Skripsi, 1, Universitas Diponegoro, Semarang.
Garrett, S.J., 1998, CEM 333, Instrumental Analysis, page 16.13, Michigan State
University, Michigan.
Gritter, R.J., Bobbit, J.M., and Schwarting, A.E., 1991, Pengantar Kromatografi,
Edisi kedua, 5-179, Penerjemah Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB,
Bandung
Hostettmann, K., Hostettmann, M., dan Marston, A., 1995, Cara Kromatografi
Preparatif; Penggunaan pada Isolasi Senyawa Alam, 1-11,
diterjemahkan oleh Padmawinata, Kosasih, Penerbit ITB, Bandung.
Kosela, S., 2010, Cara Mudah dan Sederhana, Penentuan Struktur Molekul
Berdasarkan Spektra Data (NMR, Mass, IR, UV), hal. 137-178, 201-226,
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Khunaifi, M., 2010, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa., skripsi, Universitas Islam Negeri Malana
Malik Ibrahim, Malang.
Levita, J., Musfiroh, I., Mustarichie, R., 2011, Metode Penelitian Tanaman Obat,
Teori dan Implementasi Penelitian Tanaman untuk Pengobatan, 9-20,
43, Widya Padjajaran, Bandung.
Manoi, F., 2009, Binahong (Anredera cordifolia) Sebagai Obat, Warta Penelitian
dan Pengembangan Tanaman 4 Industri, Volume 15 Nomor 1.
McNair, H.M., dan Bonelli, E.J., 1988, Dasar Kromatografi Gas, diterjemahkan
oleh Kosasih Padmawinata, hal. 1-13, Penerbit ITB, Bandung
Narender, T., Khaliq, T., and Mahur, G., 2011, Naturally Occurring
Antihyperglycemic and Antidyslipidemic Agents, Opportunity,
Challenge, and Scope of Natural Products In Medicinal Chemistry, 155-
185.
O’Neil, M.J., Smith, A., Heckelman, P.E., Obenchain, J.R., Gallipeau, J.A.R.,
D’Arecca, M.A., dan Budavari, S., 2001, The Merk Index; An
Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and Biologicals, 13th edition, 313,
456, 617, 724, 1007-1009, 1142, 1321, 1488, 1782, 1795-1796, 1807-
1808, Merck Research Laboratories, USA.
Popl, M., Fähnrich, J., and Tatar, V., 1990, Chromatographic Analysis of
Alkaloids, 279-282, Marcel Dekker, Inc., New York, USA.
Rohman, A., 2009, Kromatografi untuk Analisis Obat, edisi pertama, Hal. 1-5, 45-
53, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Saroh, Y.N., Winarti, W., dan Djamil, R., 2012, Isolasi dan Elusidasi Senyawa Kimia
Aktif Dalam Fraksi 7 Fase Etil Asetat Ekstrak Metanol Daun Binahong
(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis), Sripsi, 1, Universitas Pancasila,
Jakarta.
Sitorus, M., 2009, Spektroskopi; Elusidasi Struktur Molekul Organik, 1-27 dan
69-89, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Smith, G.V., Lawson, B.E., Turnbull, I., and Downey, P.O., 2007, Review, The
Biology of Australian Weeds: Anredera cordifolia (Ten.) Steenis, Plant
Protection Quarterly, Vol. 22, (1), 2-10.
Starr, F., Starr, K., and Loope, L., 2003, Anredera cordifolia, hal. 1, United States
Geological Survey-Biological Resources Division, Hawai.
Titis, M., Fachriyah, E., dan Kusrini, D., 2013, Isolasi, Identifikasi, dan Uji
Aktifitas Senyawa Alkaloid Daun Binahong (Anredera cordifolia
(Tenore) Steenis), Chem Info, Vol.1, No. 1, 196-201.
Tsai, J.Y., Huang J.K., Wu, T.T., and Lee, Y.H., 2005, Comparison of Oxalate
Content in Foods and Beverages in Taiwan, JTUA, Vo. 16, No. 3, 93-98.
Wibisono, R.S., 2010, Penetapan Kadar Asam Ursolat Dalam Ekstrak Daun
Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Dengan Metode
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Fase Terbalik, hal 23-38,
Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Yang, R.Y., Lin, S., and Kuo, G., 2008, Content and Distribution of Flavonoids
Among 91 Edible Plant Species, Asia Pac. J. Clin. Nutr., Vol. 17, 275-
279.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Rendemen = × 100%
,
= × 100 %
,
= 9,11 %
= × 4,1 + ( × 5,1)
= 4,8
I. Kromatogram KG-SM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Rumus dasar:
max( ) = (1,74 × 10 )
Dimana;
M = jumlah substituent alkil atau yang menyerupai alkil pada sistem konjugasi
Rendo = jumlah cincin dengan ikatan rangkap dalam pada sistem konjugasi
Rexo = jumlah cincin dengan ikatan rangkap di luar cincin pada sistem konjugasi
1. α-karotena
max( ) = 447,5
2. β-karotena
max( ) = 453,3
3. γ-karotena
max( ) = 453,3
4. δ-karotena
max( ) = 441,8
5. ε-karotena
max( ) = 438,3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
6. Likopena
max( ) = 453,3
7. Lutein
OH
HO
max( ) = 447,5
8. Violaxantin
OH
HO
max( ) = 438,3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
9. Zeaxantin
OH
HO
max( ) = 453,3
10. Rubixantin
HO
max( ) = 453,3
11. Kriptoxantin
HO
max( ) = 448,3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
12. Flavoxantin
O
OH
HO
max( ) = 419,2
13. Rodhoxantin
O
max( ) = 459,8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
147