SKRIPSI
Oleh :
Valentina Olivia Astari
NIM : 138114028
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
Oleh :
Valentina Olivia Astari
NIM : 138114028
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bimbingan, rahmat,
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Evaluasi
Drps Penggunaan Antibiotik Pasien Demam Tifoid Kelompok Pediatrik Di
Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Yogyakarta Periode 2016” sebagai syarat
untuk memperoleh gelar gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini tidak lepas dari dukungan tenaga, pikiran, waktu dan kasih sayang berbagai
pihak dan penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt selaku Dosen Pembimbing Akademik
dan Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Pembimbing utama Wahyuning Setyani, M.Sc., Apt dan pembimbing
pendamping Putu Dyana Christasani, M.Sc., Apt yang telah memberikan
waktu, tenaga, kritik dan saran dalam penelitian ini.
3. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt dan dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK selaku dosen
penguji yang telah memberikan kritik, saran, dan arahan dalam
penyelesaian penelitian ini.
4. BAPPEDA Sleman dan Rumah Sakit Umum Daerah Sleman yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
5. Petugas Instalasi Rekam Medis RSUD Sleman yang membantu kelancaran
dalam pengambilan data.
6. Petugas Ethical Clearence Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta
Wacana.
7. Sr. M. Ruth, FSGM dan Keluarga Besar PA. St. Vincentius Pringsewu
Lampung, terimakasih untuk kebersamaan, persaudaraan, cinta, motivasi,
dan segala doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
baik.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman Cover.............................................................................................. i
Halaman Judul............................................................................................... ii
Halaman Persetujuan Pembimbing ............................................................... iii
Halaman Pengesahan .................................................................................... iv
Pernyataan Keaslian Karya ........................................................................... v
Lembar Persetujuan Publikasi ....................................................................... vi
Halaman Persembahan ................................................................................. vii
Prakata ........................................................................................................... viii
Daftar isi ........................................................................................................ x
Daftar Tabel .................................................................................................. xi
Daftar Gambar ............................................................................................... xii
Daftar Lampiran ............................................................................................ xiii
ABSTRAK .................................................................................................... xiv
ABSTRACT .................................................................................................... xv
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
METODE PENELITIAN .............................................................................. 2
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 5
Karakterisrik Pasien ...................................................................................... 6
Profil Penggunaan Antibiotik........................................................................ 6
Identifikasi Drug Related Problems.............................................................. 8
KESIMPULAN ............................................................................................. 12
SARAN ......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 13
LAMPIRAN .................................................................................................. 15
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 62
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance ................................................................. 16
Lampiran 2. Surat Perizinan Bappeda Sleman .......................................... 17
Lampiran 3. Surat Perizinan Penelitian di RSUD Sleman ........................ 18
Lampiran 4. Pedoman Wawancara Mendalam Dengan Dokter Penulis
Resep Di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman .................... 19
Lampiran 5. Persetujuan hasil Wawancara ............................................... 20
Lampiran 6. Definisi Operasional Penelitian ............................................ 21
Lampiran 7. Klasifikasi Drug Related Problems menurut Cipolle, 2012 . 22
Lampiran 8. Guideline Dosis Antibiotik Untuk Terapi Demam Tifoid .... 23
Lampiran 9. Lembar Form DRPs .............................................................. 24
Lampiran 10. Hasil Wawancara .................................................................. 57
Lampiran 11. Rekap DRPs .......................................................................... 58
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif
S.typhi. Penyakit endemik ini memiliki angka kejadian yang tinggi di negara
berkembang dan masih menduduki peringkat ketiga dari 10 besar penyakit terbanyak
pada pasien rawat inap. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat memicu
resistensi dan efek samping dari antibiotik tersebut. Tingginya kasus demam tifoid
akan memperbesar kemungkinan terjadinya drug related problem (DRPs). Tujuan
dari penelitian ini adalah memberi gambaran profil pasien, profil penggunaan
antibiotik dan mengevaluasi kejadian DRPs terkait penggunaan antibiotik yang
diterima pasien selama terapi di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Yogyakarta
periode 2016. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan design studi
deskriptif. Data yang diambil merupakan rekam medis pasien pediatrik dengan
rentang usia 0-14 tahun. Hasil DRPs dianalisis dengan metode SOAP (subjective,
objective, assessment, plan). Hasil penelitian dari 30 pasien demam tifoid kelompok
pediatrik menunjukkan profil penggunaan antibiotik yang paling banyak digunakan
adalah chloramphenicol (30%), ceftriaxone (23%), ampicillin (3%) dan cefixime
(3%). Kejadian DRPs yang muncul yaitu dosis terlalu rendah (53%), dosis terlalu
tinggi (7%) dan efek samping (3%).
Kata kunci : Demam tifoid, antibiotik, pediatrik, drug related problems, SOAP
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Typhoid fever is a kind of infection which is cause by S.typhi negative gram bacteria.
This endemic disease occurs with a high number of case in develop country and it is
the third from ten number of diseases that has big number of patiens that need care
instalation in the hospital. The use of antibiotics which is not appropriate will cause
resistant and side effect. The high case of typhoid fever will increase a possibility of
drug related problem (DRPs). The purpose of this study are giving a picture of
patients profil, the profils of using antibiotics, and evaluating the case of DRPs
related to the use of antibiotics which is received by the patients during their therapy
in Inpatient Care Instalation in RSUD Sleman Yogyakarta period 2016. This study is
observational study with descriptive study design. The data which was taken are the
medical record of pediatric patients with a range of age between 0 until 14 years old.
The result of DRPs was analyzed with SOAP method (subjective, objective,
assesment, plan). The results of the study of 30 patients with typhoid fever shows the
profil of the most antibiotics which are used are chloramphenicol (30%), ceftriaxone
(23%), ampicillin (3%) and cefixime (3,33%). The cases of DRPs which occur are
53% of dosage too low, 7% of dosage too high , and 3% of the adverse drug reaction.
Keyword: typhoid fever, antibiotic, pediatric, drug related problems, SOAP
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENDAHULUAN
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh bakteri gram negatif Salmonella typhi,Salmonella Paratyphi A, Salmonella
Paratyphi B (Schotmulleri), Salmonella Paratyphi C (Hishfeldii). Penyakit endemik
ini bersifat sporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan dapat ditemukan
sepanjang tahun di negara berkembang seperti Indonesia. Infeksi sistemik disebabkan
oleh konsumsi makanan ataupun minuman yang terkontaminasi bakteri Samonella
typhi (Kemenkes RI, 2013).
Di Indonesia rata-rata kasus demam tifoid sebanyak 900.000 per tahun dengan
angka kematian mencapai 20.000 jiwa dan sebagian besar terjadi pada usia 3-19
tahun (WHO, 2003). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2006 jumlah
kasus demam tifoid sebanyak 72,804 kasus dan jumlah kasus demam tifoid pada
tahun 2009 sebanyak 80,850 kasus (Depkes RI, 2008 dan Kemenkes RI, 2010). Kasus
demam tifoid di Indonesia menempati urutan ketiga dari 10 penyakit terbanyak pasien
rawat inap di rumah dan mengalami peningkatan sebesar 8,046% dari tahun 2006 -
2009.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan resistensi dan efek
samping dari antibiotik tersebut (CDC, 2015). Resistensi antimikroba dapat
menyebabkan gejala penyakit menjadi berat dan terjadi komplikasi (Hadinegoro, dkk,
2012). Peresepan antibiotik juga berkontribusi dalam kejadian resistensi antibiotik,
yaitu sebesar 30-50% kasus resistensi antibiotik terjadi karena ketidaktepatan
indikasi, pemilihan antibiotik, atau durasi terapi, sehingga memicu terjadinya
resistensi antibiotik (Ventola, 2015).
Pilihan utama terapi untuk demam tifoid adalah penggunaan antibiotik.
Antibiotik lini pertama yang digunakan untuk demam tifoid adalah kloramfenikol,
amoksisilin, ampisilin, dan trimethoprim-sulfametoksazol dan antibiotik lini kedua
yaitu sefalosporin generasi ke-3 (Kemenkes RI, 2013). Penggunaan antibiotik yang
tidak tepat atapun tidak rasional dapat menyebabkan Drug Related Problems (DRPs).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Drug Related Problems (DRPs) merupakan peristiwa yang tidak diinginkan yang
dapat mengganggu pencapaian tujuan terapi suatu obat yang dijalani pasien. Kategori
DRPs tersebut meliputi terapi tanpa indikasi (unnescessary), indikasi tanpa obat
(need additional drug therapy), obat kurang efektif (ineffective drug), dosis kurang
(dosage too low), dosis berlebih (dosage too high), efek samping obat (adverse drug
reaction) dan kepatuhan (adherence) (Cipolle et al, 2012).
Hasil penelitian Wijaya tahun 2016 memberikan gambaran mengenai kejadian
DRPs penggunaan antibiotik pada pasien pediatrik penderita demam tifoid pada tahun
2015, sebanyak 49 kasus dengan rentang umur 0-14 tahun, yaitu data kejadian efek
samping 4,08%, masalah pemilihan obat 8,16%, masalah dosis 100%, masalah
penggunaan obat 10,20% dan interaksi 6,12%. DRPs penggunaan antibiotik yang
paling dominan terjadi adalah masalah dosis obat sebanyak 100% (Wijaya, 2016).
Lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Sleman. RSUD Sleman termasuk rumah sakit non-pendidikan milik
pemerintah Kabupaten Sleman dengan kategori B yang berlokasi di Jalan Bayangkara
No.48, Triharjo, Sleman, Triharjo, Sleman. Angka kejadian demam tifoid di RSUD
Sleman termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap tahun 2010 sebanyak 429
kasus dan sebanyak 267 kasus pasien demam tifoid pada kelompok anak dengan
rentang usia 0-14 tahun (Dinkes Sleman, 2011).
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran profil pasien demam
tifoid kelompok pediatrik, profil penggunaan antibiotik selama menjalani terapi
demam tifoid dan evaluasi kejadian DRPs terkait penggunaan antibiotik yang
diterima pasien selama terapi di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Yogyakarta
periode 2016.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional dengan rancangan
deskriptif. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan data
rekam medis (RM) pasien. Penelitian observasional adalah penelitian dengan
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelompok umur dan jenis kelamin dibagi dengan jumlah seluruh kasus lalu dikali
100%.
Eksklusi:
Inklusi 7 data tidak sesuai (data pasien
48 RM pasien dengan penyakit infeksi lainnya)
11 data tidak lengkap
Subyek penelitian
30 RM pasien
Gambar 1.Bagan Perolehan Pasien Demam Tifoid Kelompok Pediatrik di Instalasi Rawat Inap RSUD
Sleman Yogyakarta Periode Januari – Desember 2016.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Evaluasi kategori interaksi dan efek samping obat menggunakan Drug Interaction
Checker.
Hasil atau data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk form SOAP dan
dilakukan analisis secara evaluatif terhadap DRPs penggunaan antibiotik berdasarkan
acuan guideline yang digunakan. Hasil evaluasi kemudian dikelompokkan ke dalam 6
kategori DRPs lalu dihitung persentase pada masing-masing kategori dengan rumus:
Karakteristik Pasien
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jumlah pasien demam tifoid paling banyak terjadi pada rentang 5-14 tahun
dengan total 23 pasien (77%), hal ini serupa dengan hasil penelitian tahun Wijaya
(2016) dimana 40% respondennya memiliki rentang berat badan 11-20 kg.
Kebanyakan kasus demam tifoid terjadi pada masa anak usia sekolah yang sudah
mengenal jajanan yang belum tentu terjamin kebersihannya dan sudah bisa jajan
sendiri merupakan yang paling rentan terinfeksi demam tifoid. Sementara anak <1th
belum mengenal jajan dan makanannya pun masih dari ASI ibu (Hadinegoro, 2011).
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“Penggantian antibiotik biasanya dilakukan bila respon pasien tidak membaik, dan
keadaan trombositopenia serta ketersediaan antibiotik yang ada di RSUD Sleman”
(Lampiran 10).
Dalam kasus demam tifoid ini, pihak RSUD Sleman menggunakan Standar
Pelayanan Medis (SPM) IDAI untuk penanganan kasus demam tifoid pada pediatrik.
Pemilihan antibiotik yang digunakan dalam penanganan kasus demam tifoid pada
pediatrik sudah tepat berdasarkan kemampuan untuk membunuh bakteri S.typhi,
sesuai dengan literatur yaitu penggunaan chloramphenicol yang masih menjadi
pilihan terapi utama untuk kasus demam tifoid, namun perlu di perhatikan untuk
penggunaan chloramphenicol yang memiliki efek samping yaitu depresi sumsum
tulang belakang dan anemia aplastik sehingga diperlukan monitoring dan
pertimbangan dalam penggunaannya untuk kasus demam tifoid pada pediatrik (IDAI,
2009). Chloramphenicol memiliki risiko kekambuhan sebesar 5-7% dengan waktu
terapi yang lebih lama serta risiko karier S.typhi (WHO, 2003).
Tabel II. Profil Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Jenis, Golongan dan Rute Pemberian
Golongan Jenis Jumlah n=30 Persentase (%)
Terapi tunggal
Chloramphenicol Chloramphenicol** 9 30
Cefixime** 1 3
Cephalosporin 3rd generation
Ceftriaxone* 7 23
Penicillin Ampicillin** 1 3
Penggantian antibiotik
Cefotaxime*-Ceftriaxone*-
2 7
Cefixime**
Cefotaxime*-Cefixime*** 7 23
Ceftriaxone*- Cefixime** 1 3
Ampicillin*-Ceftriaxone* 1 3
Chloramphenicol*-
1 3
Ceftriaxone*
Total 30 100
*
: rute pemberian yang tersedia secara parenteral (injeksi)
**
: rute pemberian yang tersedia secara parenteral (injeksi) dan oral
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terjadi meliputi dosis obat terlalu rendah (57%), dosis terlalu tinggi (7%) dan
kejadian efek samping (3%).
Tabel III. Identifikasi DRPs Penggunaan Antibiotik pada Pasien Demam Tifoid Kelompok Pediatrik
di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Tahun 2016
RANGE DOSIS
(DIH, 2015;
Kategori Jumlah
Obat No Kasus n (%) Kemenkes RI, Keterangan
DRPs DRPs
2013;IDAI,
2009)
12,16,17,21, 75-80
Ceftriaxone 6 -Dosis kurang
22,29 mg/kgBB/hari
-Dosis kurang
Dosis 3,4,9,10,14,20 16 150-200
Cefotaxime 9 -Frekuensi
Kurang , 24,25,28 (53) mgkgBB/hari
kurang
150-200
Ampicillin 1 1 -Dosis kurang
mg/kgBB/hari
-peningkatan
Dosis 75-80 dosis 16-20%
Ceftriaxone 5,21 1 2(7)
Berlebih mg/kgBB/hari dari dosis
maximum
-Reaksi alergi
Efek 150-200 berupa gatal-
Cefotaxime 10 1 1(3)
samping mg/kgBB/hari gatal dan ruam
kulit kemerahan
Beberapa kasus yang mendapat dosis lebih rendah dari dari dosis minimal,
kemungkinan terkait pertimbangan dokter dalam pelaksanaan terapi pada pasien.
Pada penelitian ini, peresepan dosis yang kurang pada ketiga obat tersebut dibeberapa
kasus tidak dapat dijelaskan adakah pengaruhnya terhadap luaran klinis yang
diperoleh pasien, sehingga hal ini merupakan keterbatasan penelitian.
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada penelitian ini, peresepan dosis berlebih pada obat tersebut dibeberapa kasus
tidak dapat dijelaskan adakah pengaruhnya terhadap luaran klinis yang diperoleh
pasien, sehingga hal ini merupakan keterbatasan penelitian.
KESIMPULAN
1. Gambaran pasien demam tifoid berdasarkan usia, jenis kelamin dan berat badan
yaitu yang paling banyak dengan rentang usia 5-14 tahun (76,67%) pada jenis
kelamin perempuan (56,67%) dengan rentang berat badan 11-29 kg (40%).
2. Profil antibiotik yang digunakan selama terapi demam tifoid adalah
chloramphenicol (30%) dan ceftriaxone (23%) yang diberikan sebagai terapi
tunggal. Penggantian antibiotik terbanyak terjadi pada penggantian cefotaxime
yang dilanjutkan dengan cefixime (23%).
3. Evaluasi kejadian DRPs pada pasien demam tifoid kelompok pediatrik di
Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Yogyakarta Periode 2016 ditemukan bahwa
dari 30 kasus yang terpilih, diperoleh 3 kategori DRPs, yaitu: dosis kurang
(53%), dosis berlebih (7%) dan kejadian efek samping (3%).
SARAN
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Antunez, C., Natalia, B.L., Maria, J.T., Cristobalina, M., Ezequiel, P.I., Maria, I.,
Tahia, F., and Miguel, B., 2006, Immediate allergic reactions to
cephalosporin evaluation of cross-reactivity with a panel of penicillins and
cephalosporins, J. Allergy Clin Immunol. 117 (2), 404-409.
American Pharmacist Association, 2015. Drug Information Handbook, 24th, Lexi
Comp, United States, 139 - 929.
Benin, A.L., and Dowel, S.F., 2001, Antibiotic Resistance and Implications for The
Appropriate Use of Antimicrobial Agents, Human Press Inc., New Jersey, 3 -
25.
CDC, 2015. Community Pharmacists. https://www.cdc.gov/getsmart/community/for-
hcp/community-pharmacists.html diakses pada tanggal 29 Mei 2017.
Cella, M., Knibbe, C., Danhof., and Pasqua, O.D., 2010, What is the right dose for
children?. Br J Clin Phamacol., 70(4), 597 - 603.
Cipolle, R.J., Strand, L.M., and Morley., 2012, Pharmaceutical Care
Practice:Patient-Centered Approach to Medication ManagementService,
TheMcGraw-Hill Companies, Inc., U.S.A., 5 - 20.
Cunha, B.A., 2007, Drugs; Administrations an Kinetic of Drug,
http://www.merckmanuals.com/home/sec02/ch011/ch011b.html, diakses
pada tanggal 29 Mei 2017.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Profil Kesehatan Indonesia 2007,
Departemen Kesehatan R.I., Jakarta, 1 - 28.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2011, Profil Kesehatan Sleman Tahun 2010,
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Sleman, 68 - 76.
Direktorat Bina Komunitas dan Klinik, 2009, Pedoman Pemantauan Terapi Obat,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 9 - 27.
Hadinegoro, S.R.S., 2011. Medicastore. http://medicastore.com/artikel/238/Demam_
Tifoid_pada_Anak_Apa_yang_Perlu_Diketahui.html diakses pada tanggal
29 Mei 2017.
Hadinegoro, S.R.,Muzal, K., Yoga, D., Nikmah, S.I., dan Cahyani, G.A., 2012,
Update Management of Infectious Diseases and Gastrointestinal Disorders,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Departemen Ilmu Kesehatan
Anak, Jakarta, 1 - 9.
Hammad, O.M., Tamer, H., Dalia, O., Magda, A.E.E., and Nabil, I.G., 2011,
Ceftriaxone versus Chloramphenicol for Treatment of Acute Typhoid Fever,
Live Science Journal, 8 (2), 100 – 103.
Harris, J.B., and Brooks, W.A., 2012. Typhoid and Paratyphoid (Enteric) Fever. In:
Hunter’s Tropical Medicine and Emerging Infectious Disease: Ninth
Edition. Elsevier Inc., 568 - 576.
Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009, Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta, 47- 49.
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Imron, M., 2014, Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Edisi ke-2, Agung Seto,
Jakarta, 155.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Pedoman Pelayanan Kefarmasian
Untuk Terapi Antibiotik, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 27-
33.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2009, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 34.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Sistematika Pedoman
Pengendalian Penyakit Demam Tifoid, Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, 20-30.
Medscape, 2017. Drug Adverse Effect. Medscape (Online),
http://reference.medscape.com/drug-edverseeffect, diakses 12 Juli 2017.
Notoatmojo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 27 -
37.
Parry, C.M., John, A.C., Maria, A.C., and Melita, A.G., 2015, Epidemiology, Clinical
Presentation, Laboratory Diagnosis Antimicrobial Resistance, and
Antimicrobial Management of Invasive Salmonella Infections, Clinical
Microbiology Reviews, 28 (4), 913 - 916.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 5 Tahun 2014, tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 93 - 96.
Roespandi, H., dan Nurhamzah, W., 2007, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 167 - 169.
Syamsuni, H, 2006, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC, Jakarta, 31 –
36.
Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kombinasi, Alfabeta, Bandung, 133.
Ventola, C.L., 2015., The antibiotic resistance crisis: part 1: causes and threats. P & T
: A peer-reviewed journal for formulary management, 40 (4), 278 - 280.
WHO, 2003. Background Document: The Diagnosis, Treatment and Prevention of
Typhoid Fever. World Health Organization, (May), 4 – 24.
WHO, 2011. Guidelines for the Management of Typhoid Fever. World Health
Organization, (July), 6 – 17.
Wijaya, M.E., 2016, Gambaran Pemberian Antibiotik Pada Pasien Demam Tifoid
Kelompok Pediatrik Di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Yogyakarta
Tahun 2015, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 1 - 3.
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengantar
a. Memberi salam dan ucapan terima kasih atas kesempatan dan kesediaan
responden dalam wawancara ini
b. Memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama, latar belakang pendidikan,
asal instansi
c. Menjelaskan tentang lama wawancara ini kurang dari 30 menit
d. Menjelaskan secara singkat tentang tujuan wawancara ini yaitu pengumpulan
informasi tentang penggunaan obat antibiotik pada pasien demam tifoid pada
kelompok pediatrik di Instalasi rawat Inap RSUD Sleman periode 2016
Tujuan
a. Memperoleh informasi atau keterangan yang diperoleh secara lisan terkait
penggunaan obat antibiotik pada pasien demam tifoid kelompok pediatrik di
Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman periode 2016
Prosedur
a. Meminta responden untuk memberikan pendapatnya yang positif maupun
yang negatif
b. Memberi jaminan bahwa hasil wawancara hanya untuk tujuan penelitian dan
akan menjaga kerahasiaan nama responden dan informasi yang didapatkan
c. Meminta ijin untuk memulai wawancara
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh S. typhi,
yang ditandai dengan hasil positif tes widal, tes tubex, dan gejala khas demam
tifoid lainnya.
b. Profil penggunaan antibiotik yang diterima pasien demam tifoid kelompok
pediatrik di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman periode 2016 meliputi jenis,
golongan antibiotik dan rute pemberian.
c. Pediatrik adalah pasien dengan rentang usia 0-14 tahun. Profil karakteristik
pasien dilihat berdasarkan usia, berat badan, dan jenis kelamin.
d. Drug Related Problem (DRPs) dalam penelitian ini adalah DRPs menurut
Cipolle (2012) yang dialami oleh pasien demam tifoid kelompok pediatrik
meliputi terapi tanpa indikasi, indikasi tanpa obat, obat tidak efektif, dosis
terlalu rendah, efek obat merugikan, dan dosis terlalu tinggi. DRPs kepatuhan
tidak dikaji dikarenakan metode penelitian yang digunakan yaitu retrospektif
sehingga tidak dapat melihat kelanjutan pengobatan pasien untuk menentukan
kategori kepatuhan pasien.
e. Identifikasi DRPs adalah penilaian permasalahan yang timbul selama
pemberian antibiotik dengan membanding pada Pedoman Pelayanan Medis
IDAI (IDAI, 2009), Drug Information Handbook (APA, 2015), Sistematika
Pedoman Pengendalian Penyakit Demam Tifoid (Kemenkes, 2013), dan
Pedoman Terapi RSUD Sleman 2016.
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No. Kasus : 1
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 7 th/L/16 kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: Epilepsi (tahun ke-5)
Masuk Rumah Sakit: 30-1-2016 s/d 4-2-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Dengue Fever
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,1 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 70,4 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 13,1 Limfosit: 22,7 S. typhi O : (-)
Leukosit : 7,39 Monosit: 6,8 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 4,15 S.paratyphii B(O); (H) : (-)
Eusinofil :0 S.paratyphii C(O); (H) : (+) 1/80/ (-)
Tubex/Typhidot :
Tanggal 30-1-2016 31-1-2016 1-2-2016 2-2-2016 3-2-2016 4-2-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - - - -
Suhu Tubuh (0C) 37,7 37,6 36 35,6 35,7
Denyut Nadi (x/menit) 112 112 104 110 72
Respiratori (x/menit) 20 24 27 30 28
Keluhan Pasien Demam, sakit Demam Gejalam Membaik Gejala Membaik Gejala Membaik Gejala Membaik
Kepala
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Parasetamol syr S.prn 3.dd.11/2 cth x x x x
Ampcillin injeksi 3.dd.500 mg x x x x x x x x x x x
Phenitoin 2.dd.50 mg x x x
Ikalep 2.dd.11/2 cth x x x
Ampicillin syr 3x500mg OBAT DI BAWA PULANG
Assessment
Dosis terlalu rendah : Dosis penggunaan ampicillin kurang.. Dosis ampisilin yang tepat adalah 150-200mg/kg setiap 3-4 xsehari (Kemenkes RI, 2013), maksimal 12
gram/hari (DIH, 2015) dan durasi penggunaan antibiotik yang kurang.
Dosis yang kurang untuk menimbulkan efek dapat menyebabkan bakteri infeksi belum sepenuhnya terbunuh dan beresiko menginfeksi kembali (Benin and Dowel, 2001).
Pemberian ampicillin selama 4 hari dilanjutkan dengan pemberian ampicillin sebagai obat pulang sudah tepat dimana terapi tetap dilanjutkan hingga habis. Durasi yang
direkomendasikan dari Kemenkes (2013) yaitu 14 hari.
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rekomendasi
Terapi dilanjutkan dengan meningkatkan dosis menjadi 2400-3200 mg/hari sampai obat habis. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola
makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
No. Kasus : 2
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 7 th/L/23kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 3-12-2016 s/d 8-12-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Febris H-7
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,1 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 66,1 S. typhi H :
Hemoglobin : 12,9 Limfosit: 27,3 S. typhi O :
Leukosit : 10 Monosit: 11,5 S.paratyphii A(O); (H) :
Eritrosit : 5,04 S.paratyphii B(O); (H) :
Eusinofil : 98 S.paratyphii C(O); (H) :
Tubex/Typhidot : + (4)
Tanggal 3-12-2016 4-12-2016 5-12-2016 6-12-2016 7-12-2016 8-12-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - - - -
Suhu Tubuh (0C) 37,6 37,9 37,5 36,9 36,7 36,4
Denyut Nadi (x/menit) 80 110 112 88 68 78
Respiratori (x/menit) 20 32 20 24 20 24
Keluhan Pasien Demam, sakit Demam, sakit Demam, batuk, Batuk Batuk Batuk
kepala, mual, kepala, mual, Pilek
muntah batuk
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Pamol syr S.prn 3-4.dd 2 cth x
Salbutamol 3.dd.500 mg x x x x x x x x x x
Ondansetron i.v 2.dd ½ Ampul x x x x x x x x x x
Ceftriaxone i.v 2.dd.900 mg x x x x x x x x x
Assessment
Terapi yang diberikan sudah tepat.
Rekomendasi
Terapi dilanjutkan dan pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan
menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No. Kasus : 3
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 3 th/L/13kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 16-2-2016 s/d 19-2-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,4 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 24,4 S. typhi H : (+)1/160
Hemoglobin : 10,4 Limfosit: 56,8 S. typhi O : (-)
Leukosit : 7,92 Monosit: 18,4 S.paratyphii A(O); (H) : (+)1/160 / (-)
Eritrosit : 4,01 S.paratyphii B(O); (H) : (+)1/160 / (+)1/160
Eusinofil : 60 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :
Tanggal 16-2-2016 17-2-2016 18-2-2016 19-2-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - -
Suhu Tubuh (0C) 37,6 37,9 37,5 36,9
Denyut Nadi (x/menit) 80 110 112 88
Respiratori (x/menit) 20 32 20 24
Keluhan Pasien Demam, Demam, Demam Gejala Membaik
konstipasi konstipasi
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Pamol syr S.prn 3-4.dd 1cth x x x x x x x x x x x x x
Cefotaxime i.v 2.dd.600 mg x x x x x x x
Microlax supp. x
Cefixime 2x1/2cth OBAT DIBAWA PULANG
(sediaan sirup 100mg/5ml)
Assessment
Dosis kurang : Dosis cefotaxime yang diberikan kurang yaitu 2x600mg. Dosis cefotaxime yang tepat yaitu 150-200 mg/kgBB/hari, dengan frekuensi pemakaian 3-4
kali/hari, maksimal 12 gram/hari (DIH, 2015) selama 10-14 hari (Harris and Brooks, 2012).
Durasi penggunaan antibiotik terlalu singkat dapat menyebabkan bakteri infeksi belum sepenuhnya terbunuh dan beresiko menginfeksi kembali, sedangkan frekuensi
pemberian antibiotik yang tidak tepat menyebabkan konsentrasi obat didalam cairan plasma tidak mencapai konsentrasi terapeutik minimal untuk menghasilkan efek yang
diharapkan (Benin and Dowel, 2001).
Rekomendasi
Meningkatkan dosis cefotaxime hingga 1950-2000 mg/hari, 3-4xsehari dan pengobatan dilanjutkan dirumah dengan cefixime 2x50mg sampai habis uttuk memaksimalkan
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
efek terapi. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari
kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
No. Kasus : 4
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 2 th/P/11 kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 25-7-2016 s/d 29-7-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Febris H-10
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: - Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 69 S. typhi H :
Hemoglobin : 11,4 Limfosit: 23 S. typhi O :
Leukosit : 12,2 Monosit: 8 S.paratyphii A(O); (H) :
Eritrosit : 4,8 S.paratyphii B(O); (H) :
Eusinofil :0 S.paratyphii C(O); (H) :
Tubex/Typhidot : + (10)
Tanggal 25-7-2016 26-7-2016 27-7-2016 28-7-2016 29-7-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - - -
Suhu Tubuh (0C) 38 36,4 36,7 36,5 36,9
Denyut Nadi (x/menit) 96 102 90 105 110
Respiratori (x/menit) 24 34 30 32 28
Keluhan Pasien Demam, diare, Batuk Gejala Membaik Gejala Membaik Gejala membaik
batuk, pilek
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Pamol syr S.prn 3.dd.1cth x x
Cefotaxime i.v 2.dd.500 mg x x x x x x x x
Salbutamol syr 3.dd.2cth x x x x x x x x x x x
Cefixime 2x ½ cth Obat Dibawa Pulang
(sediaan sirup 100mg/5ml)
Assessment
Dosis kurang: Dosis cefotaxime yang diberikankurang yaitu 600mg setiap 12-24 jam/hari. Dosis cefotaxime yang tepat yaitu 150-200 mg/kg/BB/hari, dengan frekuensi
pemakaian 3-4 kali/hari, maksimal 12 gram/hari (DIH, 2015), selama 10-14 hari (Harris and Brooks, 2012). Frekuensi pemberian antibiotik yang tidak tepat menyebabkan
konsentrasi obat didalam cairan plasma tidak mencapai konsentrasi terapeutik minimal untuk menghasilkan efek yang diharapkan (Benin and Dowel, 2001).
Rekomendasi
Meningkatkan dosis cefotaxime hingga 1650-2200 mg/hari, setiap 3-4xsehari selama 10-14 hari dan terapi dapat dilanjutkan dirumah karena gejala membaik, antibiotik
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
cefixime 2x200mg diberikan hingga habis untuk memaksimalkan efek terapi yang diharapkan dalam membunuh bakteri. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan
makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta
istirahat yang cukup.
No. Kasus : 5
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 6 th/P/21 kg Perjalanan Penyakit: Membaik Alergi obat: -
Masuk Rumah Sakit: 29-7-2016 s/d 2-8-2016 Status keluar: Diijinkan pulang
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid Riwayat Penyakit: Generalized Epilepsi Febrile Seizure (demam, kejang 2 minggu
lalu)
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,1 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 74,6 S. typhi H : (+) 1/160
Hemoglobin : 12,4 Limfosit: 14,6 S. typhi O : (-)
Leukosit : 9,3 Monosit: 8,5 S.paratyphii A(O); (H) : (-) / (+) 1/160
Eritrosit : 4,8 S.paratyphii B(O); (H) : (-) / (+) 1/320
Eusinofil : 2,2 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No. Kasus : 6
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 5 th/P/17 kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 9-5-2016 s/d 12-5-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 30,1 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 13,5 Limfosit: 49 S. typhi O : (+)1/320
Leukosit : 3,0 Monosit: 20,4 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 5,1 Trombosit : 624 S.paratyphii B(O); (H) : (-)/(+)1/640
Eusinofil : 0,3 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :
Tanggal 9-5-2016 10-5-2016 11-5-2016 12-5-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) 100/60 - - -
Suhu Tubuh (0C) 36 36 36,3 36,2
Denyut Nadi (x/menit) 92 70 68 68
Respiratori (x/menit) 31 33 30 29
Keluhan Pasien Demam, Batuk Gejala Membaik Gejala Membaik
batuk, pilek
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Chloramphenicol i.v 4.dd.400 mg x x x x x x x x x x x
Chloramphenicol p.o 3x500mg Obat Dibawa Pulang
(sediaan sirup 125mg/5ml)=3x4cth
Assessment
Terapi sudah tepat
Rekomendasi
Terapi dilanjutkan.. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari
kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
No. Kasus : 7
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 7 th/L/18 kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 13-5-2016 s/d 18-5-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Febris H-7, dd tifoid
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 68,8 S. typhi H :
Hemoglobin : 14,1 Limfosit: 23,1 S. typhi O :
Leukosit : 5,1 Monosit: 8,1 S.paratyphii A(O); (H) :
Eritrosit : 5,16 S.paratyphii B(O); (H) :
Eusinofil :0 S.paratyphii C(O); (H) :
Tubex/Typhidot : + (10)
Tanggal 13-5-2016 14-5-2016 15-5-2016 16-5-2016 17-5-2016 18-5-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - - - -
Suhu Tubuh (0C) 38 37 37 36,9 37,2 35,5
Denyut Nadi (x/menit) 106 101 85 77 75 70
Respiratori (x/menit) 28 32 32 30 40 30
Keluhan Pasien Demam, Demam, batuk, Demam, batuk, Batuk, pilek Batuk Batuk
batuk, pilek, pilek pilek
nyeri perut
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Parasetamol syr S.prn. 3.dd.1,5cth x x x
chlorampenicol i.v 4.dd.500 mg x x x x x x x x x x x x x x x x
Salbutamol 3.dd.1,5 mg x x x x x x x x x x x
Chloramphenicol p.o 3x500mg Obat Dibawa Pulang
(sediaan sirup 125mg/5ml)=3x4cth
Assessment
Terapi sudah tepat
Rekomendasi
Terapi dilanjutkan. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari
kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
No. Kasus : 8
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 5 th/L/21 kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 1-4-2016 s/d 5-4-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Pamol syr S.prn. 3-4.dd.1,5cth x x x x x x x x x x x x x x
Cefotaxim i.v 2.dd.750 mg x x x x x x x x x x
Ondansetron 3.dd.2mg x
Zink syr 1.dd.1cth x x x x x
Dexanta syr 3.dd.1cth x x x x x x x x x x x x
OBH syr 3.dd.1/4cth x x x x x
Cefixime p.o 2x1cth Obat Dibawa Pulang
(sediaan sirup 100mg/5ml)
Assessment
Dosis terlalu rendah : Dosis cefotaxime yang diberikan kurang yaitu 750 mg 3-4 x1. Dosis cefotaxime yang tepat yaitu 150-200 mg/kg/BB/hari, dengan frekuensi pemakaian
3-4 kali/hari, maksimal 12 gram/hari (DIH, 2015), selama 10-14 hari (Harris and Brooks, 2012). Penggunaan antibiotik terlalu singkat dapat menyebabkan bakteri infeksi
belum sepenuhnya terbunuh dan beresiko menginfeksi kembali, sedangkan frekuensi pemberian antibiotik yang tidak tepat menyebabkan konsentrasi obat didalam cairan
plasma tidak mencapai konsentrasi terapeutik minimal untuk menghasilkan efek yang diharapkan (Benin and Dowel, 2001).
Rekomendasi
Meningkatkan dosis cefotaxime hingga 2250-3000mg 3-4x1 dan terapi dapat dilanjutkan dirumah dengan pemberian cefixime syr 2x1,5cth sampai habis untuk
memaksimalkan efek terapi. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan
menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No. Kasus : 10
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 9 th/L/25kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 12-03-2016 s/d 17-3-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: cefotaxim
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: - Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 52 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 13,0 Limfosit: 40 S. typhi O : (-)
Leukosit : 16,2 Monosit: 8 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 4,8 S.paratyphii B(O); (H) : (-) / (+) 160
Eusinofil :- S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :
Tanggal 12-3-2016 13-3-2016 14-3-2016 15-3-2016 16-3-2016 17-3-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - - - -
Suhu Tubuh (0C) 38 37,6 36,3 36,5 36,3 36,2
Denyut Nadi (x/menit) - 97 97 96 110 78
Respiratori (x/menit) - 19 20 20 24 25
Keluhan Pasien Demam, Lidah kotor Gejala membaik Gatal-gatal Gejala membaik Gejala membaik
Gatal-gatal dan
ruam kulit
(alergi obat)
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Parasetamol tablet S.prn. 3.dd.250mg x x x x
Cefotaxim injeksi 2.dd.800 mg x
Ceftriaxone injeksi 2.dd1gram x x x x x x x x x
Cetirizine tablet 1.dd.5mg x x x x x x x
Dexsametasone ampul 3.dd.5mg x x
Cefixime p.o 2x1cth Obat Dibawa Pulang
(sediaan sirup 100mg/5ml)
Assessment
Penggantian antibiotik cefotaxime ke ceftriaxone karena adanya alergi obat berupa gatal-gatal dan ruam kulit kemerahan, untuk mengatasi alergi tersebut diberikan cetirizine.
Berdasarkan literatur pemilihan obat untuk demam tifoid sudah tepat karena ceftriaxone merupakan alternatif demam tifoid tanpa komplikasi, selain itu ceftriaxone merupakan
golongan Cephalosporin generasi ketiga yang sama dan memiliki spektrum luas dan digunakan untuk menangani kasus infeksi serius terhadap bakteri gram negatif dan dapat
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
digunakan untuk menangani kasus multi drug resistant S.typhi (CDC, 2013). Dosis kurang : Dosis cefotaxime kurang 2x800mg.Dosisyang tepat yaitu 150-200 mg/kgBBhari
(DIH, 2015.
Rekomendasi
Cefotaxime dihentikan karena adanya alergi obat dan diganti dengan ceftriaxone dari golongan obat yang sama kemudian terapi dapat dilanjutkan dirumah karena gejala
sudah membaik dengan pemberian cefixime 2x100mg sampai habis untuk memaksimalkan efek terapi. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan
minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang
cukup.
No. Kasus : 11
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 8 th/L/18kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 9-02-2016 s/d 15-2-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,2 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 60,8 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 12,8 Limfosit: 27,3 S. typhi O : (+)1/180
Leukosit : 4,94 Monosit: 11,5 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 4,70 S.paratyphii B(O); (H) : (-) / (+)1/160
Eusinofil : 0,2 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :
Tanggal 9-2-2016 10-2-2016 11-2-2016 12-2-2016 13-2-2016 14-2-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - - - -
Suhu Tubuh (0C) 38 36,7 36,7 37,4 36,4 36,3
Denyut Nadi (x/menit) 108 114 113 112 86 110
Respiratori (x/menit) 24 32 24 22 22 24
Keluhan Pasien Demam, Gejala membaik Batuk Batuk pilek Batuk pilek Gejala membaik
muntah
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Parasetamol syr S.prn. 3.dd.1,5cth x x x x x x
Salbuvent ekp 3.dd.1/2cth x x x x x x x x
Chloramphenicol i.v 4.dd.250mg x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
Cetirizine tablet 1.dd.5mg x x
Chlorampenicol p.o 4x3cth Obat dibawa pulang
(sediaan sirup 125 mg/5ml )
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Assessment
Terapi sudah tepat.
Rekomendasi
Terapi dilanjutkan dengan pemberian chloramphenicol 4x250mg sampai habis untuk memaksimalkan efek terapi. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan
dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat
yang cukup.
No. Kasus : 12
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 4th/P/14,5 kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 24-5-2016 s/d 27-5-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,3 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 50,5 S. typhi H : (+)1/160
Hemoglobin : 12,7 Limfosit: 35,4 S. typhi O : (+)1/160
Leukosit :3 Monosit: 13,8 S.paratyphii A(O); (H) : (-)/(+)1/180
Eritrosit : 4,97 S.paratyphii B(O); (H) : (-)/(+)1/160
Eusinofil :0 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot : (-)
Tanggal 24-5-2016 25-5-2016 26-5-2016 27-5-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - -
Suhu Tubuh (0C) 36,8 37,7 36,8 36,5
Denyut Nadi (x/menit) 110 107 100 105
Respiratori (x/menit) 24 28 26 26
Keluhan Pasien Demam, batuk, pilek Batuk Gejala Membaik Gejala Membaik
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Salbutamol 3.dd.1,5cth x x x x x x x x
NaCl 0,9% + Nebu v 3.dd.0,5mg x x x x x x x x
Ceftriaxone i.v 1.dd.1gram x x
Cefixime 2x1cth Obat Dibawa Pulang
(sediaan sirup 100mg/5ml)
Assessment
Dosis kurag: Dosis ceftriaxone yang diberikan kurang yaitu 1gram sekali sehari. Dosis ceftriaxone yang tepat yaitu 75-80 mg/kg/hari (DIH, 2015).
Rekomendasi
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Meningkatkan dosis ceftriaxone hingga 1125-1200 mg, setiap 12-24 jam/hari dan terapi dilanjutkan di rumah karena gejala sudah membaik dengan pemberian cefixime
2x150mg. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari
kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
No. Kasus : 13
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 10th/P/26kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 13-5-2016 s/d 19-5-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,2 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 61,9 S. typhi H :
Hemoglobin : 12,3 Limfosit: 18,3 S. typhi O :
Leukosit : 11,7 Monosit: 19,5 S.paratyphii A(O); (H) :
Eritrosit : 4,5 S.paratyphii B(O); (H) :
Eusinofil : 0,1 S.paratyphii C(O); (H) :
Tubex/Typhidot : + (4)
Tanggal 13-5-2016 14-5-2016 15-5-2016 16-5-2016 17-5-2016 18-5-2016 19-5-2016
Tanda Tekanan Darah (mmHg) 100/80 - - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 36,8 36,5 37 37,7 36 36 36,6
Denyut Nadi (x/menit) 120 115 91 94 86 61 24
Respiratori (x/menit) 32 32 24 30 24 22 64
Demam,mual,
muntah,
Gejala Gejala Gejala Gejala Gejala Gejala
Keluhan Pasien nyeri perut,
Membaik Membaik Membaik Membaik Membaik Membaik
nyeri kepala
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Parasetamol tab. S.prn. 3.dd.250mg x x x x x
Chloramphenicol i.v 4.dd.500mg x x x x x x x x x x x x
Chlorampenicol p.o 4x3cth Obat dibawa pulang
(sediaan sirup 125 mg/5ml)
Assessment
Terapi sudah tepat.
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rekomendasi
Terapi dilanjutkan di rumah bila gejala membaik, terapi rawat jalan dengan pemberian chloramphenicol 4x3 cth hingga habis untuk memaksimalkan efek terapi. Pasien juga
disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang
tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
No. Kasus : 14
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 7 th/L/23 kg Perjalanan Penyakit: Membaik Alergi obat: -
Masuk Rumah Sakit: 10-3-2016 s/d 14-3-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Riwayat Penyakit: Gejala Tifus (6 bulan lalu)
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,2 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 52,7 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 12,8 Limfosit: 40,1 S. typhi O : (+) 1/320
Leukosit : 6,3 Monosit: 6,5 S.paratyphii A(O); (H) : (-) / (-)
Eritrosit : 4,60 S.paratyphii B(O); (H) : (-) / (-)
Eusinofil :- S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :
Tanggal 10-3-2016 11-3-2016 12-3-2016 13-3-2016 14-3-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - - -
Suhu Tubuh (0C) 38 37 37 36 36
Denyut Nadi (x/menit) 96 96 92 90 90
Respiratori (x/menit) 20 22 22 22 22
Keluhan Pasien Demam, mual, Demam Gejala Membaik Gejala Membaik Gejala membaik
muntah
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Pamol syr S.prn 3.dd.2cth x x
Cefotaxim i.v 2.dd.1gram x x x x x x x x
Cefixime syr 2x1,5 cth Obat Dibawa Pulang
(sediaan sirup 100mg/5ml)
Assessment
Dosis kurang : Dosis cefotaxime yang diberikan terlalu tinggi yaitu 1gram setiap 12-24 jam/hari. Dosis cefotaxime yang tepat yaitu 150-200 mg/kg/BB/hari, dengan
frekuensi pemakaian 3-4 kali/hari, maksimal 12 gram/hari (DIH, 2015).
Rekomendasi
Meningkatkan dosis cefotaxime hingga 3450-4600 mg 3-4 x1 dan gejala sudah membaik sehingga terapi dapat dilanjutkan dirumah dengan pemberian cefixime 2x2cth
sampai habis untuk memaksimalkan efek terapi. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi,
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
No. Kasus : 15
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 4th/P/20,1kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 14-12-2016 s/d 28-12-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Low intake, vomitus profuse
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,4 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 43,3 S. typhi H :
Hemoglobin : 14,3 Limfosit: 48,9 S. typhi O :
Leukosit : 7,8 Monosit: 6,1 S.paratyphii A(O); (H) :
Eritrosit : 5,25 S.paratyphii B(O); (H) :
Eusinofil : 1,3 S.paratyphii C(O); (H) :
Tubex/Typhidot : + (6)
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rekomendasi
Terapi dilanjutkan. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari
kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
Lanjutan No. Kasus : 15
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 4th/P/20,1kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 14-12-2016 s/d 28-12-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Low intake, vomitus profuse
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,4 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 43,3 S. typhi H :
Hemoglobin : 14,3 Limfosit: 48,9 S. typhi O :
Leukosit : 7,8 Monosit: 6,1 S.paratyphii A(O); (H) :
Eritrosit : 5,25 S.paratyphii B(O); (H) :
Eusinofil : 1,3 S.paratyphii C(O); (H) :
Tubex/Typhidot : + (6)
Tanggal 20-5-2016 21-5-2016 22-5-2016 23-5-2016 24-5-2016 25-5-2016 26-5-2016
Tanda Tekanan Darah (mmHg) - - - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 36,8 36,8 37,4 37,6 37,2 37,2 36,6
Denyut Nadi (x/menit) 87 88 88 98 110 95 24
Respiratori (x/menit) 30 32 26 28 32 26 64
Keluhan Pasien Demam,mual, Demam, mual Demam, mual, Demam, mual, Gejala Gejala Gejala Membaik
muntah muntah muntah Membaik Membaik
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Parasetamol syr. S.prn. 3.dd.1,5cth x x x x x x x x x x x x x x x x x
Chloramphenicol i.v 4.dd.250mg x x x x
Zink p.o 1.dd.20mg x x x x x x x
Dexametasone syr. 3.dd.1,5cth x x x x x
Ceftriaxone i.v 2.dd.800mg x x x x x x x x x
Assessment
Penggantian antibiotik chloramphenicol ke ceftriaxone berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu dokter penulis resep yaitu karena kondisi pasien yang belum membaik
dan pertimbangan kondisi trombositopenia. Berdasarkan literatur pemilihan obat untuk demam tifoid sudah tepat karena ceftriaxone merupakan alternatif demam tifoid tanpa
komplikasi, selain itu ceftriaxone merupakan golongan Cephalosporin generasi ketiga yang memiliki spektrum luas dan digunakan untuk menangani kasus infeksi serius
terhadap bakteri gram negatif dan dapat digunakan untuk menangani kasus multi drug resistant S.typhi (CDC, 2013).
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Rekomendasi
Meningkatkan dosis ceftriaxone hingga 3375-3600mg, setiap 12-24 jam/hari. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur,
memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No. Kasus : 17
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 9 th/P/35kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 25-12-2016 s/d 31-12-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: chloramphenicol
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,2 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 64,2 S. typhi H : (-)1/80
Hemoglobin : 12,1 Limfosit: 27,2 S. typhi O : (-)
Leukosit : 8,0 Monosit: 8,4 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 4,50 S.paratyphii B(O); (H) : (-) / (+)1/320
Eusinofil :0 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :
Rekomendasi
Meningkatkan dosis ceftriaxone hingga 2625-2800mg, setiap 12-24 jam/hari. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur,
memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No. Kasus : 18
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 2th/P/10kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 19-9-2016 s/d 22-9-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Febris ec thypoid fever dd/dengue fever, low intake dehidrasi tak
berat
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,3 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 16,1 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 11,2 Limfosit: 64,9 S. typhi O : (-)
Leukosit : 3,5 Monosit: 18,4 S.paratyphii A(O); (H) : (+)1/180 / (-)
Eritrosit : 4,71 S.paratyphii B(O); (H) : (+)1/160 / (+)1/160
Eusinofil : 0,3 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :
Tanggal 19-9-2016 20-9-2016 21-9-2016 22-9-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - -
Suhu Tubuh (0C) 36 37 37 36,9
Denyut Nadi (x/menit) 104 100 102 106
Respiratori (x/menit) 28 24 36 30
Keluhan Pasien Demam, Gejala membaik Gejala Membaik Gejala Membaik
Nyeri perut
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Paracetamol syr S.prn.3.dd.1cth x x
Domperidon syr 3.dd.1/2 cth x x x x x
Apialys 1.dd.1cth x x x x
Cefixime syr 2.dd. 1/2 cth x x x
Cetirizine syr 2.dd. 1/2 cth x x x
Cefixime syr 2.dd. 1/2 cth Obat dibawa pulang
(sediaan sirup 100 mg/5ml )
Assessment
Terapi sudah tepat
Rekomendasi
Terapi dilanjutkan di rumah dengan pemberian cefixime 2x100 mg atau 2x1cth hingga habis dengan tujuan memaksimalkan efek terapi. Pasien juga disarankan untuk
menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Terapi dilanjutkan dirumah dengan pemberian chloramphenicol sirup 4x3cth sampai habis untuk memaksimalkan efek terapi. Pasien juga disarankan untuk menjaga
kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak
sehat, serta istirahat yang cukup.
No. Kasus : 20
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 4th/P/14 kg Perjalanan Penyakit: Sembuh Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 30-8-2016 s/d 2-9-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,3 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 46,6 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 11,9 Limfosit: 40,5 S. typhi O : (-)
Leukosit : 9,7 Monosit: 12,1 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 4,56 S.paratyphii B(O); (H) : (-)/ (+)1/160
Eusinofil : 2,5 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :
Tanggal 30-8-2016 31-8-2016 1-9-2016 2-9-2016
Tanda Tekanan Darah (mmHg) - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 36,7 36,6 36,5 36,7
Denyut Nadi (x/menit) 100 108 120 100
Respiratori (x/menit) 26 20 20 28
Keluhan Pasien Demam, Gejala membaik Gejala Membaik Gejala Membaik
Batuk, pilek
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Cefotaxim injeksi 2.dd.700mg x x x x x x x
Cefixime syr 2x1cth Obat dibawa pulang
(sediaan sirup 100/5ml)
Assessment
Dosis terlakuranglu tinggi : Dosis cefotaxime yang diberikan terlalu kurang yaitu 700 mg setiap 12-24 jam/hari. Dosis cefotaxime yang tepat yaitu 150-200 mg/kg/BB/hari,
dengan frekuensi pemakaian 3-4 kali/hari, maksimal 12 gram/hari (DIH, 2015).
Rekomendasi
Meningkatkan dosis cefotaxime hingga 2100-2800mg 3-4 x1 dan terapi dilanjutkan di rumah dengna pemberian cefixime 2x1cth sampai habis untuk memaksimalkan efek
terapi. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan
makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No. Kasus : 21
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 3 th/P/14kg Perjalanan Penyakit: Sembuh Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 16-6-2016 s/d 25-6-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: DF H ke-4
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 67,5 S. typhi H :
Hemoglobin : 12,0 Limfosit: 25,5 S. typhi O :
Leukosit : 4,1 Monosit: 5,3 S.paratyphii A(O); (H) :
Eritrosit : 4,57 S.paratyphii B(O); (H) :
Eusinofil : 1,7 S.paratyphii C(O); (H) :
Tubex/Typhidot : (+)10
Tanggal 16-6-2016 17-6-2016 18-6-2016 19-6-2016 20-6-2016 21-6-2016
Tanda Tekanan Darah (mmHg) - - - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 39 39,3 39 37,2 37,2 36,7
Denyut Nadi (x/menit) 120 134 100 100 113 129
Respiratori (x/menit) 25 36 36 30 31 29
Keluhan Pasien Demam, pilek Demam Demam Demam Demam Gejala membaik
Muntah, batuk
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Parasetamol S.prn. 3.dd.180mg x x x x x x x x x x x x x
Pamol injeksi 15 cc x x x x x
Ampicilin injeksi 2.dd.700mg x x x x x
Ceftriaxone injeksi 2.dd.700mg x x
Assessment
Penggantian antibiotik ampicillin ke ceftriaxone berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu dokter penulis resep yaitu karena kondisi pasien yang belum membaik dan
pertimbangan kondisi trombositopenia. Berdasarkan literatur pemilihan obat untuk demam tifoid sudah tepat karena ceftriaxone merupakan alternatif demam tifoid tanpa
komplikasi, selain itu ceftriaxone merupakan golongan Cephalosporin generasi ketiga yang memiliki spektrum luas dan digunakan untuk menangani kasus infeksi serius
terhadap bakteri gram negatif dan dapat digunakan untuk menangani kasus multi drug resistant S.typhi (CDC, 2013).
Dosis berlebih : Dosisceftriaxone yang diberikan berlebih yaitu 2x700mg. Dosis meningkat 20% dari dosis maksimal 75-80mg/kgBB/hari (Kemenkes RI, 2013)
Dosis kurang: Dosis ampicillin kurang yaitu 2x700mg. Dosis ampicillin yang tepat yaitu 150-200mg/kg/hari (DIH, 2015).
Rekomendasi
Menurunkan dosis ceftriaxone hingga 1050-1120 mg 2x1 dan meningkatkan dosis ampicillin (2100-2800mg3-4x1). Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat
yang cukup.
Lanjutan No. Kasus : 21
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 3 th/P/14kg Perjalanan Penyakit: Sembuh Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 16-6-2016 s/d 25-6-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: DF H ke-4
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 67,5 S. typhi H :
Hemoglobin : 12,0 Limfosit: 25,5 S. typhi O :
Leukosit : 4,1 Monosit: 5,3 S.paratyphii A(O); (H) :
Eritrosit : 4,57 S.paratyphii B(O); (H) :
Eusinofil : 1,7 S.paratyphii C(O); (H) :
Tubex/Typhidot : (+)10
Tanggal 22-6-2016 23-6-2016 24-6-2016 25-6-2016
Tanda Tekanan Darah (mmHg) - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 37,2 36,5 36,5 36,5
Denyut Nadi (x/menit) 83 137 128 100
Respiratori (x/menit) 29 31 30 31
Keluhan Pasien Demam Demam
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Parasetamol S.prn. 3.dd.180mg x
Dexametason injeksi 3.dd.2mg x x x x
Ceftriaxone injeksi 2.dd.700mg x x x x x x
Assessment
Penggantian antibiotik ampicillin ke ceftriaxone berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu dokter penulis resep yaitu karena kondisi pasien yang belum membaik dan
pertimbangan kondisi trombositopenia. Berdasarkan literatur pemilihan obat untuk demam tifoid sudah tepat karena ceftriaxone merupakan alternatif demam tifoid tanpa
komplikasi, selain itu ceftriaxone merupakan golongan Cephalosporin generasi ketiga yang memiliki spektrum luas dan digunakan untuk menangani kasus infeksi serius
terhadap bakteri gram negatif dan dapat digunakan untuk menangani kasus multi drug resistant S.typhi (CDC, 2013).
Dosis berlebih : Dosisceftriaxone yang diberikan berlebih yaitu 2x700mg. Dosis meningkat 20% dari dosis maksimal 75-80mg/kgBB/hari (Kemenkes RI, 2013)
Dosis kurang: Dosis ampicillin kurang yaitu 2x700mg. Dosis ampicillin yang tepat yaitu 150-200mg/kg/hari (DIH, 2015).
Rekomendasi
Menurunkan dosis ceftriaxone hingga 1050-1120 mg 2x1 dan meningkatkan dosis ampicillin (2100-2800mg3-4x1). Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat
yang cukup.
No. Kasus : 22
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 11th/P/52kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 26-3-2016 s/d 31-3-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Thyoid Fever
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,3 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 69,7 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 12,3 Limfosit: 23,7 S. typhi O : (+)1/320
Leukosit : 4,0 Monosit: 6,3 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 4,84 S.paratyphii B(O); (H) : (-)
Eusinofil :0 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot : (-)
Tanggal 26-3-2016 27-3-2016 28-3-2016 29-3-2016 30-3-2016 31-3-2016
Tanda Tekanan Darah (mmHg) - - - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 37 37,7 39,8 36 35,6 36,3
Denyut Nadi (x/menit) 96 96 108 90 100 102
Respiratori (x/menit) 24 24 - 45 26 24
Keluhan Pasien Demam, muntah Demam Demam Gejala membaik Gejala membaik Gejala membaik
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Parasetamol S.prn. 3.dd.1tab x x x x x x x x x
Ceftriaxone injeksi 2.dd.700mg x x x x x x x x x x
Dexametason injeksi 3.dd.5mg x x x x x
Assessment
Dosis kurang: Dosis ceftriaxone yang diberikan kurang yaitu 700 mg setiap 2 kali sehari. Dosis ceftriaxone yang tepat yaitu 75-80 mg/kg/hari (DIH, 2015).
Rekomendasi
Meningkatkan dosis ceftriaxone hingga 3900-4160mg 2x1. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak
asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No. Kasus : 23
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 13th/P/40kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 11-12-2016 s/d 16-12-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,1 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 71,9 S. typhi H : (+)1/80
Hemoglobin : 12,2 Limfosit: 13,4 S. typhi O : (+)1/80
Leukosit : 11,8 Monosit: 14,6 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 4,62 S.paratyphii B(O); (H) : (+)1/320 / (+)1/320
Eusinofil :0 S.paratyphii C(O); (H) : (+)1/160 / (+)1/80
Tubex/Typhidot :
Rekomendasi
Terapi dapat dilanjutkan di rumah dengan pemberian choramphenicol sirup 4x3cth sampai habis untuk memaksimalkan efek terapi. Pasien juga disarankan untuk menjaga
kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak
sehat, serta istirahat yang cukup.
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No. Kasus : 24
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 5 th/L/16,9kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 13-9-2016 s/d 17-9-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Febris 2 minggu
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,3 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 52,3 S. typhi H : (+)1/80
Hemoglobin : 13,0 Limfosit: 33,7 S. typhi O : (+)1/80
Leukosit : 6,8 Monosit: 14,1 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 4,81 S.paratyphii B(O); (H) : (+)1/160 /(+)1/320
Eusinofil : 0,6 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 13th/P/33kg Perjalanan Penyakit: Sembuh Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 16-11-2016 s/d 19-11-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,2 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 36,1 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 15,1 Limfosit: 53,0 S. typhi O : (-)
Leukosit : 6,2 Monosit: 6,8 S.paratyphii A(O); (H) : (+)1/160 /(-)
Eritrosit : 5,14 S.paratyphii B(O); (H) : (+)1/320 /(+)1/160
Eusinofil : 3,9 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :
Rekomendasi
Meningkatkan dosis cefotaxime hingga 4950-6600mg, setiap 12-24 jam/hari dan terapi dapat dilanjutkan diremah dengan pemberian cefixime 2x300mg hingga habis untuk
memaksimalkan efek terapi.. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan
menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No. Kasus : 26
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 10th/P/23kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 4-5-2016 s/d 9-5-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid, low intake
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,2 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 47,0 S. typhi H :
Hemoglobin : 14,6 Limfosit: 47,6 S. typhi O :
Leukosit : 5,8 Monosit: 9,0 S.paratyphii A(O); (H) :
Eritrosit : 45,48 S.paratyphii B(O); (H) :
Eusinofil : 1,2 S.paratyphii C(O); (H) :
Tubex/Typhidot : (+)4
Rekomendasi
Terapi dilanjutkan di rumah dengan pemberian chloramphenicol syr 4x3cth sampai habis untuk memaksimalkan efek terapi. Pasien juga disarankan untuk menjaga
kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak
sehat, serta istirahat yang cukup.
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No. Kasus : 27
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 14 th/P/62kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 14-9-2016 s/d 18-9-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Febris H-8 susp D.thypoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 69,7 S. typhi H : (+)1/320
Hemoglobin : 13,6 Limfosit: 18,1 S. typhi O : (+)1/80
Leukosit : 6,85 Monosit: 8,4 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 4,64 S.paratyphii B(O); (H) : (+)1/160 /(+)1/320
Eusinofil : 0,1 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :
Tanggal 14-9-2016 15-9-2016 16-9-2016 17-9-2016 18-9-2016
Tanda Tekanan Darah (mmHg) - - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 36,6 37 36,7 36,4 36,4
Denyut Nadi (x/menit) 96 70 72 76 78
Respiratori (x/menit) 20 18 16 18 20
Keluhan Pasien Demam Demam Gejala Membaik Gejala Membaik Gejala Membaik
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Chloramphenicol i.v 4.dd.1gram x x x x x x x x x x x x x x x
Chloramphenicol syr 4x1500mg Obat dibawa pulang
(125mg/5ml)
Assessment
Terapi sudah tepat
Rekomendasi
Terap dilanjutkan di rumah dengan pemberian chloramphenicol syr 4x3cth sampai habis untuk memaksimalkan efek terapi. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan
makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta
istirahat yang cukup.
No. Kasus : 28
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 9 th/L/24kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 17-1-2016 s/d 23-1-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,2 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 57,9 S. typhi H :
Hemoglobin : 11,4 Limfosit: 32,8 S. typhi O :
Leukosit : 8,93 Monosit: 9 S.paratyphii A(O); (H) :
Eritrosit : 4,27 S.paratyphii B(O); (H) :
Eusinofil : 0,1 S.paratyphii C(O); (H) :
Tubex/Typhidot : (+)4
Rekomendasi
Meningkatkan dosis cefotaxime hingga 3600-4800 3-4x1 dan terapi dilanjutkan di rumah dengan pemberian cefixime 2x2cth sampai habis untuk memaksimalkan efek terapi.
Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan
jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No. Kasus : 29
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 14 th/L/43kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 27-8-2016 s/d 3-9-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Febris H-8 susp D.thypoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,4 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 58,3 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 15,7 Limfosit: 31,8 S. typhi O : (+)1/160
Leukosit : 8,0 Monosit: 9,3 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 5,59 S.paratyphii B(O); (H) : (+)1/320 /(+)1/320
Eusinofil : 0,2 S.paratyphii C(O); (H) : (+)1/80
Tubex/Typhidot :
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Chloramphenicol i.v
(4x500mg) 50-100 mg/kgBB/hari Terapi yang di berikan sudah tepat, terapi
19 8 25 (1250-2500 mg/hari)
Chloramphenicol syr 4x3cth (IDAI, 2009) dilanjutkan
(125mg5ml)
150-200 mg/kgBB/hari Dosis, durasi, dan interval yang diberikan
Cefotaxime i.v (2x700mg)
(DIH, 2015) (2100-2800mg/hari) kurang
20 4 14 Cefixime syr 2x1cth
10-20mg/KgBB/hr (140-280mg/hr) Pemberian dengan dosis minimum secara
(100mg/5ml)
(KemenkesRI, 2013) terus menerus selama 4 hari gejala membaik
Dosis berlebih pada ceftriaxone, dosis
150-200 mg/kgBB/hari meningkat 20%, sedangkan dosis ampicillin
Ampicillin i.v (2x700mg) (2100-2800mg/hari) kurang.
(Kemenkes RI, 2013)
Pemberian terapi ampicillin dosis minimum
21 3 14 selama 3 hari gejala tidak membaik, terapi
diganti dengan ceftriaxone dengan dosis
75-80 mg/kgBB/hari maksimum secara terus menerus selama 5
Ceftriaxone i.v (2x700mg) (1050-1120 mg/hari)
(DIH, 2015) hari gejala membaik dan tidak dijumpai efek
samping yang terjadi
Dosis yang diberikan kurang
75-80 mg/kgBB/hari
22 11 52 Ceftriaxone i.v (2x700mg) (3900-4160 mg/hari) Pemberian dengan dosis minimum secara
(DIH, 2015)
terus menerus selama 5 hari gejala membaik
Chloramphenicol i.v
(4x500mg) 50-100 mg/kgBB/hari Terapi yang di berikan sudah tepat, terapi
23 13 40 (2000-400mg/hari)
Chloramphenicol syr 4x3cth (IDAI, 2009) dilanjutkan
(125mg5ml)
150-200 mg/kgBB/hari Dosis dan interval cefotaxime yang
Cefotaxime i.v (2x800mg)
(DIH, 2015) (2550-3400 mg/hari) diberikan kurang
24 5 17 Cefixime syr 2x1cth
10-20mg/KgBB/hr (170-340 mg/hr) Pemberian dengan dosis minimum secara
(100mg/5ml)
(KemenkesRI, 2013) terus menerus selama 5 hari gejala membaik
150-200 mg/kgBB/hari Dosis dan interval cefotaxime yang
Cefotaxime i.v (2x1gram)
(DIH, 2015) (4950-6600mg/hari) diberikan kurang
25 13 33 Cefixime syr 2x2cth
10-20mg/KgBB/hr (330-660mg/hr) Pemberian dengan dosis minimum secara
(100mg/5ml)
(KemenkesRI, 2013) terus menerus selama 4 hari gejala membaik
Chloramphenicol i.v Terapi chloramphenicol secara terus
50-100 mg/kgBB/hari
26 10 23 (4x500mg) 1150-2300 mg/hari) menerus selama 6 hari memberikan gejala
(IDAI, 2009)
Chloramphenicol syr 4x3cth yang membaik
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(125mg5ml)
Chloramphenicol i.v
(4x1gram) 50-100 mg/kgBB/hari Terapi yang di berikan sudah tepat, terapi
27 14 62 (3100-6200 mg/hari)
Chloramphenicol syr 4x3cth (IDAI, 2009) dilanjutkan
(125mg5ml)
150-200 mg/kgBB/hari Dosis cefotaxime yang diberikan kurang
Cefotaxime i.v (3x800mg) (3600-4800 mg/hari)
(DIH, 2015) Terapi cefotaxime dosis minimum selama 3
hari gejala tidak membaik kemudian terapi
75-80 mg/kgBB/hari
28 9 24 Ceftriaxone i.v (2x1gram) diganti dengan ceftriaxone selama 4 hari dan
(DIH, 2015) (1800-1920 mg/hari)
Cefixime syr 2x1,5cth gejala membaik dilanjutkan rawat jalan
10-20 mg/kgBB/hr (240-480 mg/hr)
(100mg/5ml) dengan cefixime sampai habis untuk
(Kemenkes RI, 2013)
memaksimalkan efek terapi.
75-80 mg/kgBB/hari Dosis yang diberikan kurang
29 14 43 Ceftriaxone i.v (2x1,5mg) (3225-3440 mg/hari)
(DIH, 2015)
Chloramphenicol i.v
(4400mg) 50-100 mg/kgBB/hari Terapi yang di berikan sudah tepat, terapi
30 4 17 (850-1700 mg/hari)
Chloramphenicol syr 4x3cth (IDAI, 2009) dilanjutkan
(125mg5ml)
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Evaluasi DRPs
Penggunaan Antibiotik Pasien Demam Tifoid Kelompok
Pediatrik Di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman
Yogyakarta Periode 2016” bernama Valentina Olivia Astari.
Lahir di Lampung pada tanggal 22 Februari 1993 sebagai
anak sulung dari empat bersaudara dari pasangan Yohanes
Wagi dan Martha Mundaryati. Penulis menempuh
pendidikan formal dari SD Fransiskus Pringsewu (2000-2006), SMP Xaverius
Pringsewu (2006-2009), SMA Xaverius Pringsewu (2009-2012). Penulis
melanjutkan pendidikan formal strata 1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Selama masa kuliah, penulis terlibat dalam berbagai kegiatan antara lain,
anggota seksi dekorasi acara “Pengucapan Lafal Sumpah Apoteker Baru
Angkatan XXVI” tahun 2014, anggota seksi dekorasi dan dokumentasi acara
“Sidang Terbuka Pengambilan Sumpah/Janji Apoteker Angkatan XXX”, peserta
“Upgrading I-Pelatihan Siaga Membantu Sesama dan Siaga Bencana Bersama
KSR PMI Unit VI Universitas Sanata Dharma Yogyakarta” tahun 2015, peserta
seminar “Kesehatan Reproduksi” tahun 2016, peserta “Talkshow Jurnalistik dan
Fotografi Fakultas Farmasi USD” tahun 2016, peserta “Pemanfaatan Internet dan
Media Sosial dalam Pendidikan dan Industri Kreatif”, dan tim asisten dosen
Botani Farmasi 2016.
62