Anda di halaman 1dari 77

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EVALUASI DRPs PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PASIEN DEMAM TIFOID


KELOMPOK PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD SLEMAN
YOGYAKARTA PERIODE 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi

Oleh :
Valentina Olivia Astari
NIM : 138114028

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EVALUASI DRPs PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PASIEN DEMAM TIFOID


KELOMPOK PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD SLEMAN
YOGYAKARTA PERIODE 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi

Oleh :
Valentina Olivia Astari
NIM : 138114028

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Bersukacita senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap


syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang
dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu
(Tesalonika 5:16-18)

Karya ini aku persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus


sumber kehidupan dan pengharapan sejati yang telah
menyertai perjalanan hidup ini, serta Bunda Maria sang
penolong dan pengantara yang sejati, yang setia mendoakan
saya kepada Yesus Sang Putra Terkasih.

Kupersembahkan untuk keluarga besar PA. St. Vincentius tercinta,


Sr. M. Ruth FSGM dan Sr. M. Klementin FSGM (alm) tercinta
Kedua orang tua dan adik-adik tersayang
Sahabat dan teman-teman tercinta
Serta Almamaterku

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas bimbingan, rahmat,
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Evaluasi
Drps Penggunaan Antibiotik Pasien Demam Tifoid Kelompok Pediatrik Di
Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Yogyakarta Periode 2016” sebagai syarat
untuk memperoleh gelar gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini tidak lepas dari dukungan tenaga, pikiran, waktu dan kasih sayang berbagai
pihak dan penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt selaku Dosen Pembimbing Akademik
dan Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Pembimbing utama Wahyuning Setyani, M.Sc., Apt dan pembimbing
pendamping Putu Dyana Christasani, M.Sc., Apt yang telah memberikan
waktu, tenaga, kritik dan saran dalam penelitian ini.
3. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt dan dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK selaku dosen
penguji yang telah memberikan kritik, saran, dan arahan dalam
penyelesaian penelitian ini.
4. BAPPEDA Sleman dan Rumah Sakit Umum Daerah Sleman yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
5. Petugas Instalasi Rekam Medis RSUD Sleman yang membantu kelancaran
dalam pengambilan data.
6. Petugas Ethical Clearence Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta
Wacana.
7. Sr. M. Ruth, FSGM dan Keluarga Besar PA. St. Vincentius Pringsewu
Lampung, terimakasih untuk kebersamaan, persaudaraan, cinta, motivasi,
dan segala doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
baik.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman Cover.............................................................................................. i
Halaman Judul............................................................................................... ii
Halaman Persetujuan Pembimbing ............................................................... iii
Halaman Pengesahan .................................................................................... iv
Pernyataan Keaslian Karya ........................................................................... v
Lembar Persetujuan Publikasi ....................................................................... vi
Halaman Persembahan ................................................................................. vii
Prakata ........................................................................................................... viii
Daftar isi ........................................................................................................ x
Daftar Tabel .................................................................................................. xi
Daftar Gambar ............................................................................................... xii
Daftar Lampiran ............................................................................................ xiii
ABSTRAK .................................................................................................... xiv
ABSTRACT .................................................................................................... xv
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
METODE PENELITIAN .............................................................................. 2
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 5
Karakterisrik Pasien ...................................................................................... 6
Profil Penggunaan Antibiotik........................................................................ 6
Identifikasi Drug Related Problems.............................................................. 8
KESIMPULAN ............................................................................................. 12
SARAN ......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 13
LAMPIRAN .................................................................................................. 15
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 62

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel I. Karakteristik Pasien ................................................................................... 6


Tabel II. Profil Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Jenis, Golongan dan Rute
Pemberian .................................................................................................. 7
Tabel III. Identifikasi DRPs Penggunaan Antibiotik pada Pasien Demam Tifoid
Kelompok Pediatrik di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Periode
Januari – Desember 2016 ........................................................................... 9

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar I. Bagan Sampel Penelitian Pasien Rawat Inap Periode Januari –


Desember 2016 ........................................................................................ 4

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance ................................................................. 16
Lampiran 2. Surat Perizinan Bappeda Sleman .......................................... 17
Lampiran 3. Surat Perizinan Penelitian di RSUD Sleman ........................ 18
Lampiran 4. Pedoman Wawancara Mendalam Dengan Dokter Penulis
Resep Di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman .................... 19
Lampiran 5. Persetujuan hasil Wawancara ............................................... 20
Lampiran 6. Definisi Operasional Penelitian ............................................ 21
Lampiran 7. Klasifikasi Drug Related Problems menurut Cipolle, 2012 . 22
Lampiran 8. Guideline Dosis Antibiotik Untuk Terapi Demam Tifoid .... 23
Lampiran 9. Lembar Form DRPs .............................................................. 24
Lampiran 10. Hasil Wawancara .................................................................. 57
Lampiran 11. Rekap DRPs .......................................................................... 58

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif
S.typhi. Penyakit endemik ini memiliki angka kejadian yang tinggi di negara
berkembang dan masih menduduki peringkat ketiga dari 10 besar penyakit terbanyak
pada pasien rawat inap. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat memicu
resistensi dan efek samping dari antibiotik tersebut. Tingginya kasus demam tifoid
akan memperbesar kemungkinan terjadinya drug related problem (DRPs). Tujuan
dari penelitian ini adalah memberi gambaran profil pasien, profil penggunaan
antibiotik dan mengevaluasi kejadian DRPs terkait penggunaan antibiotik yang
diterima pasien selama terapi di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Yogyakarta
periode 2016. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan design studi
deskriptif. Data yang diambil merupakan rekam medis pasien pediatrik dengan
rentang usia 0-14 tahun. Hasil DRPs dianalisis dengan metode SOAP (subjective,
objective, assessment, plan). Hasil penelitian dari 30 pasien demam tifoid kelompok
pediatrik menunjukkan profil penggunaan antibiotik yang paling banyak digunakan
adalah chloramphenicol (30%), ceftriaxone (23%), ampicillin (3%) dan cefixime
(3%). Kejadian DRPs yang muncul yaitu dosis terlalu rendah (53%), dosis terlalu
tinggi (7%) dan efek samping (3%).
Kata kunci : Demam tifoid, antibiotik, pediatrik, drug related problems, SOAP

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Typhoid fever is a kind of infection which is cause by S.typhi negative gram bacteria.
This endemic disease occurs with a high number of case in develop country and it is
the third from ten number of diseases that has big number of patiens that need care
instalation in the hospital. The use of antibiotics which is not appropriate will cause
resistant and side effect. The high case of typhoid fever will increase a possibility of
drug related problem (DRPs). The purpose of this study are giving a picture of
patients profil, the profils of using antibiotics, and evaluating the case of DRPs
related to the use of antibiotics which is received by the patients during their therapy
in Inpatient Care Instalation in RSUD Sleman Yogyakarta period 2016. This study is
observational study with descriptive study design. The data which was taken are the
medical record of pediatric patients with a range of age between 0 until 14 years old.
The result of DRPs was analyzed with SOAP method (subjective, objective,
assesment, plan). The results of the study of 30 patients with typhoid fever shows the
profil of the most antibiotics which are used are chloramphenicol (30%), ceftriaxone
(23%), ampicillin (3%) and cefixime (3,33%). The cases of DRPs which occur are
53% of dosage too low, 7% of dosage too high , and 3% of the adverse drug reaction.
Keyword: typhoid fever, antibiotic, pediatric, drug related problems, SOAP

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENDAHULUAN

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh bakteri gram negatif Salmonella typhi,Salmonella Paratyphi A, Salmonella
Paratyphi B (Schotmulleri), Salmonella Paratyphi C (Hishfeldii). Penyakit endemik
ini bersifat sporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan dapat ditemukan
sepanjang tahun di negara berkembang seperti Indonesia. Infeksi sistemik disebabkan
oleh konsumsi makanan ataupun minuman yang terkontaminasi bakteri Samonella
typhi (Kemenkes RI, 2013).
Di Indonesia rata-rata kasus demam tifoid sebanyak 900.000 per tahun dengan
angka kematian mencapai 20.000 jiwa dan sebagian besar terjadi pada usia 3-19
tahun (WHO, 2003). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2006 jumlah
kasus demam tifoid sebanyak 72,804 kasus dan jumlah kasus demam tifoid pada
tahun 2009 sebanyak 80,850 kasus (Depkes RI, 2008 dan Kemenkes RI, 2010). Kasus
demam tifoid di Indonesia menempati urutan ketiga dari 10 penyakit terbanyak pasien
rawat inap di rumah dan mengalami peningkatan sebesar 8,046% dari tahun 2006 -
2009.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan resistensi dan efek
samping dari antibiotik tersebut (CDC, 2015). Resistensi antimikroba dapat
menyebabkan gejala penyakit menjadi berat dan terjadi komplikasi (Hadinegoro, dkk,
2012). Peresepan antibiotik juga berkontribusi dalam kejadian resistensi antibiotik,
yaitu sebesar 30-50% kasus resistensi antibiotik terjadi karena ketidaktepatan
indikasi, pemilihan antibiotik, atau durasi terapi, sehingga memicu terjadinya
resistensi antibiotik (Ventola, 2015).
Pilihan utama terapi untuk demam tifoid adalah penggunaan antibiotik.
Antibiotik lini pertama yang digunakan untuk demam tifoid adalah kloramfenikol,
amoksisilin, ampisilin, dan trimethoprim-sulfametoksazol dan antibiotik lini kedua
yaitu sefalosporin generasi ke-3 (Kemenkes RI, 2013). Penggunaan antibiotik yang
tidak tepat atapun tidak rasional dapat menyebabkan Drug Related Problems (DRPs).

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Drug Related Problems (DRPs) merupakan peristiwa yang tidak diinginkan yang
dapat mengganggu pencapaian tujuan terapi suatu obat yang dijalani pasien. Kategori
DRPs tersebut meliputi terapi tanpa indikasi (unnescessary), indikasi tanpa obat
(need additional drug therapy), obat kurang efektif (ineffective drug), dosis kurang
(dosage too low), dosis berlebih (dosage too high), efek samping obat (adverse drug
reaction) dan kepatuhan (adherence) (Cipolle et al, 2012).
Hasil penelitian Wijaya tahun 2016 memberikan gambaran mengenai kejadian
DRPs penggunaan antibiotik pada pasien pediatrik penderita demam tifoid pada tahun
2015, sebanyak 49 kasus dengan rentang umur 0-14 tahun, yaitu data kejadian efek
samping 4,08%, masalah pemilihan obat 8,16%, masalah dosis 100%, masalah
penggunaan obat 10,20% dan interaksi 6,12%. DRPs penggunaan antibiotik yang
paling dominan terjadi adalah masalah dosis obat sebanyak 100% (Wijaya, 2016).
Lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Sleman. RSUD Sleman termasuk rumah sakit non-pendidikan milik
pemerintah Kabupaten Sleman dengan kategori B yang berlokasi di Jalan Bayangkara
No.48, Triharjo, Sleman, Triharjo, Sleman. Angka kejadian demam tifoid di RSUD
Sleman termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap tahun 2010 sebanyak 429
kasus dan sebanyak 267 kasus pasien demam tifoid pada kelompok anak dengan
rentang usia 0-14 tahun (Dinkes Sleman, 2011).
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran profil pasien demam
tifoid kelompok pediatrik, profil penggunaan antibiotik selama menjalani terapi
demam tifoid dan evaluasi kejadian DRPs terkait penggunaan antibiotik yang
diterima pasien selama terapi di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Yogyakarta
periode 2016.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional dengan rancangan
deskriptif. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan data
rekam medis (RM) pasien. Penelitian observasional adalah penelitian dengan

2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

melakukan pengamatan pada subjek tanpa melakukan intervensi (Notoatmodjo,


2010). Rancangan deskriptif bertujuan untuk mendapatkan gambaran atau deskriptif
yang realistis dan obyektif dari suatu kondisi tertentu yang sedang terjadi dalam satu
kelompok masyarakat, terutama pada pelayanan kesehatan, kemudian melakukan
penilaian terhadap gambaran tersebut (Imron, 2014).
Variabel dalam penelitian ini adalah gambaran pengobatan yang diterima
pasien dengan diagnosis demam tifoid di RSUD Sleman Yogyakarta pada periode
2016 dan Drug Related Problems (DRPs) yang muncul dari pola pengobatan tersebut.
Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2017 di RSUD Sleman. Sampel
penelitian yang digunakan adalah rekam medis pasien pediatrik penderita demam
tifoid periode Januari – Desember 2016, yang berasal dari 2 bangsal yaitu bangsal
Cendana dan Cempaka. Pengambilan data dilakukan dengan form DRPs yang berisi
data subjektif, objektif dan terapi yang diterima pasien.
Subjek penelitian ini adalah pasien laki-laki dan perempuan dengan rentang
umur 0-14 tahun, klasifikasi umur menggunakan acuan milik RSUD Sleman (Dinkes
Sleman, 2011) dan positif terdiagnosa demam tifoid serta memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien dengan kode
diagnosa utama No ICD 10: A01.0 Typhoid fever dan ICD 10: A01.4 Paratyphoid
fever yang diambil dari Permenkes RI tahun 2014, memiliki catatan rekam medis
yang lengkap dengan hasil pemeriksaan laboratorium dan menerima antibiotik untuk
terapi demam tifoid, serta menjalani perawatan di Instalasi Rawat Inap RSUD
SlemanYogyakarta periode 2016. Kriteria eksklusi subjek penelitian ini adalah pasien
pediatrik yang terdiagnosa demam tifoid dengan penyakit penyerta infeksi lain dan
pasien yang meninggal sebelum diberikan terapi. Jumlah subjek penelitian minimal
sebesar 30 (Sugiyono, 2012).
Profil karakteristik pasien diperoleh dengan mengelompokkan data pasien
demam tifoid berdasarkan distribusi umur dan jenis kelamin kemudian disajikan
dalam bentuk persentase, dengan menghitung jumlah kasus demam tifoid pada

3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kelompok umur dan jenis kelamin dibagi dengan jumlah seluruh kasus lalu dikali
100%.

94 RM pasien demam tifoid kelompok


pediatrik periode Januari – Desember 2016

Eksklusi:
Inklusi 7 data tidak sesuai (data pasien
48 RM pasien dengan penyakit infeksi lainnya)
11 data tidak lengkap

Subyek penelitian
30 RM pasien

Gambar 1.Bagan Perolehan Pasien Demam Tifoid Kelompok Pediatrik di Instalasi Rawat Inap RSUD
Sleman Yogyakarta Periode Januari – Desember 2016.

Profil penggunaan antibiotik yang diterima pasien demam tifoid kelompok


pediatrik terdiri dari jenis, golongan dan rute pemberian antibiotik, yang kemudian
akan disajikan dalam bentuk persentase. Analisis profil penggunaan antibiotik
dilakukan dengan menghitung jumlah kasus pada tiap kategori dibagi dengan jumlah
seluruh kasus kemudian dikali 100%.
Evalusi Drug Related Problems (DRPs) meliputi 6 kategori yaitu terapi tanpa
indikasi (unnecessary drug therapy), indikasi tanpa obat (need additional drug
therapy), obat kurang efektif (ineffective drug), dosis terlalu rendah (dosage too low),
dosis terlalu tinggi (dosage too high), interaksi dan efek samping obat (adverse drug
reaction) (Cipolle et al, 2012). Hasil evalusi Drug Related Problems (DRPs)
selanjutnya akan dianalisis menggunakan metode SOAP (Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik, 2009). Identifikasi kejadian DRPs terkait pemberian antibiotik
dikaji dengan Pedoman Terapi RSUD Sleman yang menggunakan Standar Pelayanan
Medis IDAI (IDAI, 2009), Sistematika Pedoman Pengendalian Penyakit Demam
Tifoid (Kemenkes, 2013), dan Drug Information Handbook 24thed (APA, 2015).

4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Evaluasi kategori interaksi dan efek samping obat menggunakan Drug Interaction
Checker.
Hasil atau data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk form SOAP dan
dilakukan analisis secara evaluatif terhadap DRPs penggunaan antibiotik berdasarkan
acuan guideline yang digunakan. Hasil evaluasi kemudian dikelompokkan ke dalam 6
kategori DRPs lalu dihitung persentase pada masing-masing kategori dengan rumus:

Pada penelitian ini identitas subyek pada sampel penelitian dirahasiakan


dengan tidak mencantumkan alamat dan mengganti nama dengan inisial. Data subyek
yang digunakan sebagai sampel penelitian sepenuhnya hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari komisi etik
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana dengan nomor surat
371/C.16/FK/2017.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Terdapat 94 data RM pasien demam tifoid kelompok pediatrik di Instalasi Rawat Inap
RSUD Sleman. Data rekam medis yang masuk dalam kriteria penelitian sebesar 30
(31,9%) dan digunakan sebagai sampel dalam penelitian.

Karakteristik Pasien

Pada tabel I menunjukkan kejadian demam tifoid kelompok pediatrik di


RSUD Sleman selama periode Januari – Desember 2016 lebih banyak terjadi pada
perempuan dengan jumlah 17 pasien (56,67%) dibanding pasien laki-laki sejumlah 13
pasien (43,33%). Secara umum menurut KEPMENKES RI tahun 2006 tidak terdapat
perbedaan yang nyata mengenai angka kejadian demam tifoid antara laki-laki dan
perempuan (Kepmenkes RI, 2006).

5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel I. Karakteristik Pasien


Karakteristik Jumlah Persentase %
n = 30
Umur (tahun)
< 1 th 0 0
1 – 4 th 7 23
5 – 14 th 23 77
Total 30 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 13 43
Perempuan 17 57
Total 30 100
Berat Badan (kg)
0-10 kg 2 7
11-20 kg 12 40
21-30 kg 9 30
31-40 kg 3 10
41-50 kg 2 7
51-60 kg 1 3
61-70 kg 1 3
Total 30 100

Jumlah pasien demam tifoid paling banyak terjadi pada rentang 5-14 tahun
dengan total 23 pasien (77%), hal ini serupa dengan hasil penelitian tahun Wijaya
(2016) dimana 40% respondennya memiliki rentang berat badan 11-20 kg.
Kebanyakan kasus demam tifoid terjadi pada masa anak usia sekolah yang sudah
mengenal jajanan yang belum tentu terjamin kebersihannya dan sudah bisa jajan
sendiri merupakan yang paling rentan terinfeksi demam tifoid. Sementara anak <1th
belum mengenal jajan dan makanannya pun masih dari ASI ibu (Hadinegoro, 2011).

Profil Penggunaan Antibiotik


Pada penelitian ini jenis dan golongan antibiotik yang diberikan selama terapi
(Tabel II) terbagi dalam 18 kasus (60%) penggunaan antibiotik tunggal dan 12 kasus
(40%) dengan penggantian jenis antibiotik selama terapi. Profil tunggal yang paling
banyak digunakan adalah chloramphenicol (30%) dan ceftriaxone (23%), sedangkan
penggantian antibiotik terbanyak terjadi pada penggantian cefotaxime yang
dilanjutkan dengan cefixime (23%). Alasan penggantian antibiotik tersebut diperoleh
berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu dokter penulis resep berikut:

6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“Penggantian antibiotik biasanya dilakukan bila respon pasien tidak membaik, dan
keadaan trombositopenia serta ketersediaan antibiotik yang ada di RSUD Sleman”
(Lampiran 10).
Dalam kasus demam tifoid ini, pihak RSUD Sleman menggunakan Standar
Pelayanan Medis (SPM) IDAI untuk penanganan kasus demam tifoid pada pediatrik.
Pemilihan antibiotik yang digunakan dalam penanganan kasus demam tifoid pada
pediatrik sudah tepat berdasarkan kemampuan untuk membunuh bakteri S.typhi,
sesuai dengan literatur yaitu penggunaan chloramphenicol yang masih menjadi
pilihan terapi utama untuk kasus demam tifoid, namun perlu di perhatikan untuk
penggunaan chloramphenicol yang memiliki efek samping yaitu depresi sumsum
tulang belakang dan anemia aplastik sehingga diperlukan monitoring dan
pertimbangan dalam penggunaannya untuk kasus demam tifoid pada pediatrik (IDAI,
2009). Chloramphenicol memiliki risiko kekambuhan sebesar 5-7% dengan waktu
terapi yang lebih lama serta risiko karier S.typhi (WHO, 2003).
Tabel II. Profil Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Jenis, Golongan dan Rute Pemberian
Golongan Jenis Jumlah n=30 Persentase (%)
Terapi tunggal
Chloramphenicol Chloramphenicol** 9 30
Cefixime** 1 3
Cephalosporin 3rd generation
Ceftriaxone* 7 23
Penicillin Ampicillin** 1 3
Penggantian antibiotik
Cefotaxime*-Ceftriaxone*-
2 7
Cefixime**
Cefotaxime*-Cefixime*** 7 23
Ceftriaxone*- Cefixime** 1 3

Ampicillin*-Ceftriaxone* 1 3

Chloramphenicol*-
1 3
Ceftriaxone*

Total 30 100
*
: rute pemberian yang tersedia secara parenteral (injeksi)
**
: rute pemberian yang tersedia secara parenteral (injeksi) dan oral

7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Chloramphenicol merupakan agen antimikrobial yang memiliki spektrum luas


dan merupakan antimikroba pertama yang ditemukan efektif untuk standar
pengobatan demam enterik selama bertahun-tahun. Chloramphenicol mampu
menurunkan gejala dalam waktu 4 - 6 hari (Parry et al, 2015). Berdasarkan hasil
wawancara kepada salah satu dokter penulis resep mengatakan bahwa
“chloramphenicol merupakan drug of choice yang biasa digunakan unntuk
menangani kasus demam tifoid”. Cephalosporin 3rdgeneration merupakan antibiotik
spektrum luas dan digunakan untuk menangani kasus infeksi serius terhadap bakteri
gram negatif dan dapat digunakan untuk menangani kasus multi drug resistant S.typhi
(CDC, 2013).
Rute pemberian antibiotik pada pasien rawat inap terbagi menjadi 2 kelompok
yaitu secara oral dan parenteral. Pemilihan rute penggunaan obat tergantung pada
tujuan terapi, sifat obat yang digunakan dan kondisi pasien, sehingga perlu
memperhatikan tujuan terapi (lokal atau sistemik), kerja obat (cepat atau lambat),
stabilitas obat (dalam lambung atau usus) dan kemampuan pasien menelan obat
melalui mulut (Syamsuni, 2006). Rute pemberian obat secara parenteral dilakukan
agar obat cepat memberikan efek dan menghindari first past effect serta mencegah
terjadinya degradasi obat oleh asam lambung (Cunha, 2007).

Drug Related Problems


Drug Related Problem (DRPs) merupakan suatu kondisi yang tidak
diinginkan oleh setiap pasien yang melibatkan terapi pengobatan, dan baik secara
aktual atau potensial dapat menghalangi tercapainya suatu tujuan terapi. DRPs terbagi
dalam 7 kategori yaitu terapi tanpa indikasi (unnescessary), indikasi tanpa obat (need
additional drug therapy), obat kurang efektif (ineffective drug), dosis kurang (dosage
too low), dosis berlebih (dosage too high), efek samping obat (adverse drug reaction)
dan kepatuhan (adherence) (Cipolle et al, 2012). Pada tabel III ditunjukkan hasil
evaluasi DRPs pada 30 subyek penelitian. Hasil yang diperoleh 3 kategori DRPs yang

8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

terjadi meliputi dosis obat terlalu rendah (57%), dosis terlalu tinggi (7%) dan
kejadian efek samping (3%).
Tabel III. Identifikasi DRPs Penggunaan Antibiotik pada Pasien Demam Tifoid Kelompok Pediatrik
di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Tahun 2016
RANGE DOSIS
(DIH, 2015;
Kategori Jumlah
Obat No Kasus n (%) Kemenkes RI, Keterangan
DRPs DRPs
2013;IDAI,
2009)
12,16,17,21, 75-80
Ceftriaxone 6 -Dosis kurang
22,29 mg/kgBB/hari
-Dosis kurang
Dosis 3,4,9,10,14,20 16 150-200
Cefotaxime 9 -Frekuensi
Kurang , 24,25,28 (53) mgkgBB/hari
kurang

150-200
Ampicillin 1 1 -Dosis kurang
mg/kgBB/hari

-peningkatan
Dosis 75-80 dosis 16-20%
Ceftriaxone 5,21 1 2(7)
Berlebih mg/kgBB/hari dari dosis
maximum
-Reaksi alergi
Efek 150-200 berupa gatal-
Cefotaxime 10 1 1(3)
samping mg/kgBB/hari gatal dan ruam
kulit kemerahan

1. Terapi tanpa indikasi (unnecessary drug therapy)


Dalam penelitian ini tidak ditemukan DRPs kategori ini.
2. Indikasi tanpa obat (need additional drug therapy)
Dalam penelitian ini tidak ditemukan DRPs kategori ini.
3. Obat kurang efektif (ineffective drug)
Dalam penelitian ini tidak ditemukan DRPs kategori ini.
4. Dosis Kurang (Dosage Too Low)
Dalam penelitian ini ditemukan terdapat 3 macam obat yang pemberian
dosisnya tidak sesuai yaitu: ceftriaxone (6 kasus), cefotaxime (9 kasus) dan
ampicillin (1 kasus). Penggunaan cefotaxime mengalami DRPs kategori dosis kurang
pada beberapa kasus yang mana frekuensi obat yang diresepkan lebih sedikit
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dibandingkan rekomendasi guideline yang digunakan. Penggunaan ceftriaxone,


ampicillin, dan cefixime mengalami DRPs kategori dosis kurang pada beberapa kasus
yang mana dosis yang diberikan kurang dari dosis minimal.

Berdasarkan DIH (2015) dosis minimal cefotaxime yaitu 150-200 mg/kg 3-


4x1, dengan dalam penelitian ini diterdapat 9 pasien yang mendapat dosis kurang
yaitu <150mg/kg 2x1. Berdasarkan Kemenkes RI (2013) dosis minimal ceftriaxone
yaitu 75 – 80 mg/kgBB/hari 1-2 x 1, dalam penelitian ini terdapat 6 pasien yang
mendapat dosis kurang yaitu <75mg/kg 1-2 x 1. Berdasarkan Kemenkes RI (2013)
dosis minimal ampicillin yaitu 150-200 mg/kgBB/hari 3x1, dalam penelitian ini
terdapat 1 pasien yang mendapat dosis kurang yaitu <150mg/kgBB/hari.

Beberapa kasus yang mendapat dosis lebih rendah dari dari dosis minimal,
kemungkinan terkait pertimbangan dokter dalam pelaksanaan terapi pada pasien.
Pada penelitian ini, peresepan dosis yang kurang pada ketiga obat tersebut dibeberapa
kasus tidak dapat dijelaskan adakah pengaruhnya terhadap luaran klinis yang
diperoleh pasien, sehingga hal ini merupakan keterbatasan penelitian.

5. Dosis Terlalu Tinggi (Dosage Too High)


Dalam penelitian ini ditemukan terdapat 1 macam obat yang pemberian
dosisnya tidak sesuai yaitu: ceftriaxone (2 kasus). Penggunaan ceftriaxone mengalami
DRPs kategori dosis berlebih pada beberapa kasus yang mana dosis yang diberikan
lebih dari dosis maksimal.
Berdasarkan Kemenkes RI (2013) dosis maksimal ceftriaxone yaitu 75-
80mg/kgBB/hari 1-2x1, dalam penelitian ini terdapat 1 pasien (kasus no.5) yang
mendapat dosis lebih yaitu 2 x 1gram, dosis meningkat 16 % dari dosis maksimal
1575-1600 mg/hari, sementara pada kasus no.21 mendapat dosis 2x700mg, dosis
meningkat 20% dari dosis maksimal 1050-1120 mg/hari.
Beberapa kasus yang mendapat dosis berlebih dari dari dosis maksimal,
kemungkinan terkait pertimbangan dokter dalam pelaksanaan terapi pada pasien.

10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada penelitian ini, peresepan dosis berlebih pada obat tersebut dibeberapa kasus
tidak dapat dijelaskan adakah pengaruhnya terhadap luaran klinis yang diperoleh
pasien, sehingga hal ini merupakan keterbatasan penelitian.

6. Efek Samping Obat

Berdasarkan kategori DRPs menurut cipolle tahun 2012 kejadian efek


samping adalah pasien mengalami reaksi yang tidak dikehendaki, bisa berupa efek
alergi atau non-alergi atau efek toksik. Dalam penelitian ditemukan adanya DRPs
kategori efek samping obat berupa efek alergi (gatal-gatal dengan rasa panas dan
ruam kulit kemerahan) terhadap cefotaxime yaitu pada kasus 10, untuk mengatasi
reaksi alergi pasien diberikan cetirizine. Untuk menentukan suatu alergi terhadap
antibiotik dapat dilakukan dengan tes tusukan kulit (diameter >2mm dianggap
positif). Tes tusukan kulit dilakukan secara intradermal selama 20 menit, kenaikan
diameter >3mm dianggap positif alergi terhadap antibiotik tersebut (Antunez et al,
2006). Penggunaan cefotaxime dari golongan cephalosporin generasi ketiga sering
menyebabkan reaksi alergi dengan manifestasi alergi berupa rash, pruritus, vomiting
dan trombositopenia (Medscape, 2017). Oleh karena itu, rekomendasi yang dapat
diberikan yaitu dengan dengan menghentikan penggunaan antibiotik cefotaxime dan
menggantinya dengan antibiotik lainnya seperti ceftriaxone.
Terapi antibiotik pada pasien demam tifoid kelompok pediatrik pada
penelitian ini sudah tepat pemilihan. Semua pasien diijinkan pulang dengan keadaan
membaik. Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh klinisi dan farmasis untuk
meningkatkan pelayanan, pada kasus ini rasionalitas penggunaan antibiotik pada
pediatrik sangat penting untuk dilakukan untuk mencapai tujuan terapi, menghindari
efek samping dan mencegah terjadinya resistensi antibiotik. Kelemahan penelitian ini
adalah menggunakan data restrospektif sehingga data diperoleh dari penelusuran
dokumen terdahulu yaitu rekam medis pasien. Pendekatan restrospektif memiliki
keterbatasan dalam hal kelengkapan data rekam medis sehingga tidak dapat
mengevaluasi DRPs kategori kepatuhan (adherence).
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KESIMPULAN

1. Gambaran pasien demam tifoid berdasarkan usia, jenis kelamin dan berat badan
yaitu yang paling banyak dengan rentang usia 5-14 tahun (76,67%) pada jenis
kelamin perempuan (56,67%) dengan rentang berat badan 11-29 kg (40%).
2. Profil antibiotik yang digunakan selama terapi demam tifoid adalah
chloramphenicol (30%) dan ceftriaxone (23%) yang diberikan sebagai terapi
tunggal. Penggantian antibiotik terbanyak terjadi pada penggantian cefotaxime
yang dilanjutkan dengan cefixime (23%).
3. Evaluasi kejadian DRPs pada pasien demam tifoid kelompok pediatrik di
Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Yogyakarta Periode 2016 ditemukan bahwa
dari 30 kasus yang terpilih, diperoleh 3 kategori DRPs, yaitu: dosis kurang
(53%), dosis berlebih (7%) dan kejadian efek samping (3%).

SARAN

Perlu dilakukan penelitian serupa di tempat yang berbeda dengan rancangan


penelitian prospektif untuk mengkaji kepatuhan pasien, sehingga dapat mengetahui
keadaan pasien secara langsung dan memperoleh data yang lengkap serta dapat
mengkaji DRPs kategori kepatuhan pasien (adheerence).

12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA
Antunez, C., Natalia, B.L., Maria, J.T., Cristobalina, M., Ezequiel, P.I., Maria, I.,
Tahia, F., and Miguel, B., 2006, Immediate allergic reactions to
cephalosporin evaluation of cross-reactivity with a panel of penicillins and
cephalosporins, J. Allergy Clin Immunol. 117 (2), 404-409.
American Pharmacist Association, 2015. Drug Information Handbook, 24th, Lexi
Comp, United States, 139 - 929.
Benin, A.L., and Dowel, S.F., 2001, Antibiotic Resistance and Implications for The
Appropriate Use of Antimicrobial Agents, Human Press Inc., New Jersey, 3 -
25.
CDC, 2015. Community Pharmacists. https://www.cdc.gov/getsmart/community/for-
hcp/community-pharmacists.html diakses pada tanggal 29 Mei 2017.
Cella, M., Knibbe, C., Danhof., and Pasqua, O.D., 2010, What is the right dose for
children?. Br J Clin Phamacol., 70(4), 597 - 603.
Cipolle, R.J., Strand, L.M., and Morley., 2012, Pharmaceutical Care
Practice:Patient-Centered Approach to Medication ManagementService,
TheMcGraw-Hill Companies, Inc., U.S.A., 5 - 20.
Cunha, B.A., 2007, Drugs; Administrations an Kinetic of Drug,
http://www.merckmanuals.com/home/sec02/ch011/ch011b.html, diakses
pada tanggal 29 Mei 2017.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Profil Kesehatan Indonesia 2007,
Departemen Kesehatan R.I., Jakarta, 1 - 28.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2011, Profil Kesehatan Sleman Tahun 2010,
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Sleman, 68 - 76.
Direktorat Bina Komunitas dan Klinik, 2009, Pedoman Pemantauan Terapi Obat,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 9 - 27.
Hadinegoro, S.R.S., 2011. Medicastore. http://medicastore.com/artikel/238/Demam_
Tifoid_pada_Anak_Apa_yang_Perlu_Diketahui.html diakses pada tanggal
29 Mei 2017.
Hadinegoro, S.R.,Muzal, K., Yoga, D., Nikmah, S.I., dan Cahyani, G.A., 2012,
Update Management of Infectious Diseases and Gastrointestinal Disorders,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Departemen Ilmu Kesehatan
Anak, Jakarta, 1 - 9.
Hammad, O.M., Tamer, H., Dalia, O., Magda, A.E.E., and Nabil, I.G., 2011,
Ceftriaxone versus Chloramphenicol for Treatment of Acute Typhoid Fever,
Live Science Journal, 8 (2), 100 – 103.
Harris, J.B., and Brooks, W.A., 2012. Typhoid and Paratyphoid (Enteric) Fever. In:
Hunter’s Tropical Medicine and Emerging Infectious Disease: Ninth
Edition. Elsevier Inc., 568 - 576.
Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2009, Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta, 47- 49.

13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Imron, M., 2014, Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Edisi ke-2, Agung Seto,
Jakarta, 155.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Pedoman Pelayanan Kefarmasian
Untuk Terapi Antibiotik, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 27-
33.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2009, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 34.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Sistematika Pedoman
Pengendalian Penyakit Demam Tifoid, Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, 20-30.
Medscape, 2017. Drug Adverse Effect. Medscape (Online),
http://reference.medscape.com/drug-edverseeffect, diakses 12 Juli 2017.
Notoatmojo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 27 -
37.
Parry, C.M., John, A.C., Maria, A.C., and Melita, A.G., 2015, Epidemiology, Clinical
Presentation, Laboratory Diagnosis Antimicrobial Resistance, and
Antimicrobial Management of Invasive Salmonella Infections, Clinical
Microbiology Reviews, 28 (4), 913 - 916.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 5 Tahun 2014, tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 93 - 96.
Roespandi, H., dan Nurhamzah, W., 2007, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 167 - 169.
Syamsuni, H, 2006, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC, Jakarta, 31 –
36.
Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kombinasi, Alfabeta, Bandung, 133.
Ventola, C.L., 2015., The antibiotic resistance crisis: part 1: causes and threats. P & T
: A peer-reviewed journal for formulary management, 40 (4), 278 - 280.
WHO, 2003. Background Document: The Diagnosis, Treatment and Prevention of
Typhoid Fever. World Health Organization, (May), 4 – 24.
WHO, 2011. Guidelines for the Management of Typhoid Fever. World Health
Organization, (July), 6 – 17.
Wijaya, M.E., 2016, Gambaran Pemberian Antibiotik Pada Pasien Demam Tifoid
Kelompok Pediatrik Di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman Yogyakarta
Tahun 2015, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 1 - 3.

14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 1. Ethical Clearance

16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2. Surat Perizinan Penelitian BAPPEDA Sleman

17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3. Surat Perizinan Penelitian RSUD Sleman

18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Mendalam Dengan Dokter Penulis Resep Di


Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman

Pengantar
a. Memberi salam dan ucapan terima kasih atas kesempatan dan kesediaan
responden dalam wawancara ini
b. Memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama, latar belakang pendidikan,
asal instansi
c. Menjelaskan tentang lama wawancara ini kurang dari 30 menit
d. Menjelaskan secara singkat tentang tujuan wawancara ini yaitu pengumpulan
informasi tentang penggunaan obat antibiotik pada pasien demam tifoid pada
kelompok pediatrik di Instalasi rawat Inap RSUD Sleman periode 2016
Tujuan
a. Memperoleh informasi atau keterangan yang diperoleh secara lisan terkait
penggunaan obat antibiotik pada pasien demam tifoid kelompok pediatrik di
Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman periode 2016
Prosedur
a. Meminta responden untuk memberikan pendapatnya yang positif maupun
yang negatif
b. Memberi jaminan bahwa hasil wawancara hanya untuk tujuan penelitian dan
akan menjaga kerahasiaan nama responden dan informasi yang didapatkan
c. Meminta ijin untuk memulai wawancara

19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5. Persetujuan Hasil Wawancara

20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 6. Definisi Operasional Penelitian

a. Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh S. typhi,
yang ditandai dengan hasil positif tes widal, tes tubex, dan gejala khas demam
tifoid lainnya.
b. Profil penggunaan antibiotik yang diterima pasien demam tifoid kelompok
pediatrik di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman periode 2016 meliputi jenis,
golongan antibiotik dan rute pemberian.
c. Pediatrik adalah pasien dengan rentang usia 0-14 tahun. Profil karakteristik
pasien dilihat berdasarkan usia, berat badan, dan jenis kelamin.
d. Drug Related Problem (DRPs) dalam penelitian ini adalah DRPs menurut
Cipolle (2012) yang dialami oleh pasien demam tifoid kelompok pediatrik
meliputi terapi tanpa indikasi, indikasi tanpa obat, obat tidak efektif, dosis
terlalu rendah, efek obat merugikan, dan dosis terlalu tinggi. DRPs kepatuhan
tidak dikaji dikarenakan metode penelitian yang digunakan yaitu retrospektif
sehingga tidak dapat melihat kelanjutan pengobatan pasien untuk menentukan
kategori kepatuhan pasien.
e. Identifikasi DRPs adalah penilaian permasalahan yang timbul selama
pemberian antibiotik dengan membanding pada Pedoman Pelayanan Medis
IDAI (IDAI, 2009), Drug Information Handbook (APA, 2015), Sistematika
Pedoman Pengendalian Penyakit Demam Tifoid (Kemenkes, 2013), dan
Pedoman Terapi RSUD Sleman 2016.

21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 7. Klasifikasi Drug Related Problems menurut Cipolle 2012.

No Drug Related Problem(DRPs) Deskripsi


1 Terapi obat tidak diperlukan Terapi obat tidak diperlukan karena tidak ada
indikasi
2 Membutuhkan terapi tambahan Tambahan terapi obat wajib untuk mengobati atau
mencegah kondisi medis
3 Obat tidak efektif Produk obat tidak efektif untuk menghasilkan
respon yang diinginkan dari pasien.
4 Dosis obat terlalu rendah Dosis terlalu rendah untuk mencapai hasil respon
yang diinginkan pasien
5 Efek obat merugikan Obat menimbulkan reaksi efek yang merugikan
6 Dosis obat terlalu tinggi Dosis tinggi menghasilkan efek yang tidak
diinginkan
7 Ketidakpatuhan Pasien tidak mampu atau tidak mau mematuhi
regimen obat yang diberikan.

22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 8. Guideline Dosis Antibiotik Untuk Terapi Demam Tifoid

Antibiotik Dosis DIH (2015)


Seftriakson 75-80 mg/kgBB/hari i.v, sehari sekali selama 5-14 hari
Sefotaksim 150-200 mg/kgBB/hari i.v, dosis terbagi 3-4, maksimal
12 gram/hari
Durasi: 10-14 hari (Harris and Brooks, 2012)
Sefiksim 15-20 mg/kgBB/hari, dosis terbagi 2 selama 7-14
Ampisilin 25-200 mg/kgBB/hari, dosis terbagi 3-4, maksimal 12
gram/hari

Antibiotik Dosis IDAI (2009)


Kloramfenikol 50-100 mg/kgBB/hari p.o atau i.v, dibagi dalam 4 dosis
selama 10-14 hari

Antibiotik Pedoman Terapi Kemenkes (2013)


Kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari, p.o atau i.v setiap 5 jam, selama 14
hari
Ampisilin 150-200 mg/kgBB/hari, i.v, setiap 8 jam, selama 14 hari
Amoksisilin 150-200 mg/kgBB/hari, p.o, setiap 8 jam, selama 14
hari
TMX-SMX 8/40 mg/kgBB/hari, p.o, setiap 12jam, selama 14 hari
Sefiksim 10-20 mg/kgBB/hari, p.o, selama 7 hari
Seftriakson 80 mg/kgBB/hari, setiap 12-24 jam, selama 10-14 hari
i.v.drip dalam 1-2 jam dalam NaCl0,9% atau Ds

23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 9. Form DRPs

No. Kasus : 1
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 7 th/L/16 kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: Epilepsi (tahun ke-5)
Masuk Rumah Sakit: 30-1-2016 s/d 4-2-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Dengue Fever
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,1 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 70,4 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 13,1 Limfosit: 22,7 S. typhi O : (-)
Leukosit : 7,39 Monosit: 6,8 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 4,15 S.paratyphii B(O); (H) : (-)
Eusinofil :0 S.paratyphii C(O); (H) : (+) 1/80/ (-)
Tubex/Typhidot :
Tanggal 30-1-2016 31-1-2016 1-2-2016 2-2-2016 3-2-2016 4-2-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - - - -
Suhu Tubuh (0C) 37,7 37,6 36 35,6 35,7
Denyut Nadi (x/menit) 112 112 104 110 72
Respiratori (x/menit) 20 24 27 30 28
Keluhan Pasien Demam, sakit Demam Gejalam Membaik Gejala Membaik Gejala Membaik Gejala Membaik
Kepala
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Parasetamol syr S.prn 3.dd.11/2 cth x x x x
Ampcillin injeksi 3.dd.500 mg x x x x x x x x x x x
Phenitoin 2.dd.50 mg x x x
Ikalep 2.dd.11/2 cth x x x
Ampicillin syr 3x500mg OBAT DI BAWA PULANG
Assessment
Dosis terlalu rendah : Dosis penggunaan ampicillin kurang.. Dosis ampisilin yang tepat adalah 150-200mg/kg setiap 3-4 xsehari (Kemenkes RI, 2013), maksimal 12
gram/hari (DIH, 2015) dan durasi penggunaan antibiotik yang kurang.
Dosis yang kurang untuk menimbulkan efek dapat menyebabkan bakteri infeksi belum sepenuhnya terbunuh dan beresiko menginfeksi kembali (Benin and Dowel, 2001).
Pemberian ampicillin selama 4 hari dilanjutkan dengan pemberian ampicillin sebagai obat pulang sudah tepat dimana terapi tetap dilanjutkan hingga habis. Durasi yang
direkomendasikan dari Kemenkes (2013) yaitu 14 hari.

24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Rekomendasi
Terapi dilanjutkan dengan meningkatkan dosis menjadi 2400-3200 mg/hari sampai obat habis. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola
makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
No. Kasus : 2
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 7 th/L/23kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 3-12-2016 s/d 8-12-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Febris H-7
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,1 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 66,1 S. typhi H :
Hemoglobin : 12,9 Limfosit: 27,3 S. typhi O :
Leukosit : 10 Monosit: 11,5 S.paratyphii A(O); (H) :
Eritrosit : 5,04 S.paratyphii B(O); (H) :
Eusinofil : 98 S.paratyphii C(O); (H) :
Tubex/Typhidot : + (4)
Tanggal 3-12-2016 4-12-2016 5-12-2016 6-12-2016 7-12-2016 8-12-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - - - -
Suhu Tubuh (0C) 37,6 37,9 37,5 36,9 36,7 36,4
Denyut Nadi (x/menit) 80 110 112 88 68 78
Respiratori (x/menit) 20 32 20 24 20 24
Keluhan Pasien Demam, sakit Demam, sakit Demam, batuk, Batuk Batuk Batuk
kepala, mual, kepala, mual, Pilek
muntah batuk
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Pamol syr S.prn 3-4.dd 2 cth x
Salbutamol 3.dd.500 mg x x x x x x x x x x
Ondansetron i.v 2.dd ½ Ampul x x x x x x x x x x
Ceftriaxone i.v 2.dd.900 mg x x x x x x x x x
Assessment
Terapi yang diberikan sudah tepat.
Rekomendasi
Terapi dilanjutkan dan pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan
menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.

25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No. Kasus : 3
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 3 th/L/13kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 16-2-2016 s/d 19-2-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,4 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 24,4 S. typhi H : (+)1/160
Hemoglobin : 10,4 Limfosit: 56,8 S. typhi O : (-)
Leukosit : 7,92 Monosit: 18,4 S.paratyphii A(O); (H) : (+)1/160 / (-)
Eritrosit : 4,01 S.paratyphii B(O); (H) : (+)1/160 / (+)1/160
Eusinofil : 60 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :
Tanggal 16-2-2016 17-2-2016 18-2-2016 19-2-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - -
Suhu Tubuh (0C) 37,6 37,9 37,5 36,9
Denyut Nadi (x/menit) 80 110 112 88
Respiratori (x/menit) 20 32 20 24
Keluhan Pasien Demam, Demam, Demam Gejala Membaik
konstipasi konstipasi
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Pamol syr S.prn 3-4.dd 1cth x x x x x x x x x x x x x
Cefotaxime i.v 2.dd.600 mg x x x x x x x
Microlax supp. x
Cefixime 2x1/2cth OBAT DIBAWA PULANG
(sediaan sirup 100mg/5ml)
Assessment
Dosis kurang : Dosis cefotaxime yang diberikan kurang yaitu 2x600mg. Dosis cefotaxime yang tepat yaitu 150-200 mg/kgBB/hari, dengan frekuensi pemakaian 3-4
kali/hari, maksimal 12 gram/hari (DIH, 2015) selama 10-14 hari (Harris and Brooks, 2012).
Durasi penggunaan antibiotik terlalu singkat dapat menyebabkan bakteri infeksi belum sepenuhnya terbunuh dan beresiko menginfeksi kembali, sedangkan frekuensi
pemberian antibiotik yang tidak tepat menyebabkan konsentrasi obat didalam cairan plasma tidak mencapai konsentrasi terapeutik minimal untuk menghasilkan efek yang
diharapkan (Benin and Dowel, 2001).
Rekomendasi
Meningkatkan dosis cefotaxime hingga 1950-2000 mg/hari, 3-4xsehari dan pengobatan dilanjutkan dirumah dengan cefixime 2x50mg sampai habis uttuk memaksimalkan

26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

efek terapi. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari
kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
No. Kasus : 4
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 2 th/P/11 kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 25-7-2016 s/d 29-7-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Febris H-10
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: - Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 69 S. typhi H :
Hemoglobin : 11,4 Limfosit: 23 S. typhi O :
Leukosit : 12,2 Monosit: 8 S.paratyphii A(O); (H) :
Eritrosit : 4,8 S.paratyphii B(O); (H) :
Eusinofil :0 S.paratyphii C(O); (H) :
Tubex/Typhidot : + (10)
Tanggal 25-7-2016 26-7-2016 27-7-2016 28-7-2016 29-7-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - - -
Suhu Tubuh (0C) 38 36,4 36,7 36,5 36,9
Denyut Nadi (x/menit) 96 102 90 105 110
Respiratori (x/menit) 24 34 30 32 28
Keluhan Pasien Demam, diare, Batuk Gejala Membaik Gejala Membaik Gejala membaik
batuk, pilek
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Pamol syr S.prn 3.dd.1cth x x
Cefotaxime i.v 2.dd.500 mg x x x x x x x x
Salbutamol syr 3.dd.2cth x x x x x x x x x x x
Cefixime 2x ½ cth Obat Dibawa Pulang
(sediaan sirup 100mg/5ml)
Assessment
Dosis kurang: Dosis cefotaxime yang diberikankurang yaitu 600mg setiap 12-24 jam/hari. Dosis cefotaxime yang tepat yaitu 150-200 mg/kg/BB/hari, dengan frekuensi
pemakaian 3-4 kali/hari, maksimal 12 gram/hari (DIH, 2015), selama 10-14 hari (Harris and Brooks, 2012). Frekuensi pemberian antibiotik yang tidak tepat menyebabkan
konsentrasi obat didalam cairan plasma tidak mencapai konsentrasi terapeutik minimal untuk menghasilkan efek yang diharapkan (Benin and Dowel, 2001).
Rekomendasi
Meningkatkan dosis cefotaxime hingga 1650-2200 mg/hari, setiap 3-4xsehari selama 10-14 hari dan terapi dapat dilanjutkan dirumah karena gejala membaik, antibiotik

27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

cefixime 2x200mg diberikan hingga habis untuk memaksimalkan efek terapi yang diharapkan dalam membunuh bakteri. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan
makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta
istirahat yang cukup.
No. Kasus : 5
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 6 th/P/21 kg Perjalanan Penyakit: Membaik Alergi obat: -
Masuk Rumah Sakit: 29-7-2016 s/d 2-8-2016 Status keluar: Diijinkan pulang
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid Riwayat Penyakit: Generalized Epilepsi Febrile Seizure (demam, kejang 2 minggu
lalu)
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,1 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 74,6 S. typhi H : (+) 1/160
Hemoglobin : 12,4 Limfosit: 14,6 S. typhi O : (-)
Leukosit : 9,3 Monosit: 8,5 S.paratyphii A(O); (H) : (-) / (+) 1/160
Eritrosit : 4,8 S.paratyphii B(O); (H) : (-) / (+) 1/320
Eusinofil : 2,2 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :

Tanggal 29-7-2016 30-7-2016 31-7-2016 1-8-2016 2-8-2016


Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - - -
Suhu Tubuh (0C) 38,5 36,7 37 36,6 36,4
Denyut Nadi (x/menit) 100 100 100 100 100
Respiratori (x/menit) 28 24 24 26 24
Keluhan Pasien Demam, sakit Batuk Gejala Membaik Gejala Membaik Gejala membaik
kepala, batuk
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Pamol syr S.prn 4.dd.2cth x x x x
Ceftriaxone i.v 2.dd.1gram x x x x x x x x x
Diazepam 3.dd.3 mg x x x x
Assessment
Dosis kurang : yaitu 1 gram setiap 12-24 jam/hari. Dosis ceftriaxone yang tepat yaitu 75-80 mg/kg/hari (DIH, 2015).
Durasi ceftriaxone sudah tepat yaitu 5-14 hari (DIH, 2015). Frekuensi pemakaian sudah tepat yaitu setiap 12-24 jam/hari.
Rekomendasi
Meningkatkan dosis ceftriaxone hingga 1575-1680mg/hari, setiap 12-24 jam/hari, selama 5-14 hari. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman,
pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.

28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No. Kasus : 6
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 5 th/P/17 kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 9-5-2016 s/d 12-5-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 30,1 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 13,5 Limfosit: 49 S. typhi O : (+)1/320
Leukosit : 3,0 Monosit: 20,4 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 5,1 Trombosit : 624 S.paratyphii B(O); (H) : (-)/(+)1/640
Eusinofil : 0,3 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :
Tanggal 9-5-2016 10-5-2016 11-5-2016 12-5-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) 100/60 - - -
Suhu Tubuh (0C) 36 36 36,3 36,2
Denyut Nadi (x/menit) 92 70 68 68
Respiratori (x/menit) 31 33 30 29
Keluhan Pasien Demam, Batuk Gejala Membaik Gejala Membaik
batuk, pilek
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Chloramphenicol i.v 4.dd.400 mg x x x x x x x x x x x
Chloramphenicol p.o 3x500mg Obat Dibawa Pulang
(sediaan sirup 125mg/5ml)=3x4cth
Assessment
Terapi sudah tepat
Rekomendasi
Terapi dilanjutkan.. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari
kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
No. Kasus : 7
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 7 th/L/18 kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 13-5-2016 s/d 18-5-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Febris H-7, dd tifoid

29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 68,8 S. typhi H :
Hemoglobin : 14,1 Limfosit: 23,1 S. typhi O :
Leukosit : 5,1 Monosit: 8,1 S.paratyphii A(O); (H) :
Eritrosit : 5,16 S.paratyphii B(O); (H) :
Eusinofil :0 S.paratyphii C(O); (H) :
Tubex/Typhidot : + (10)
Tanggal 13-5-2016 14-5-2016 15-5-2016 16-5-2016 17-5-2016 18-5-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - - - -
Suhu Tubuh (0C) 38 37 37 36,9 37,2 35,5
Denyut Nadi (x/menit) 106 101 85 77 75 70
Respiratori (x/menit) 28 32 32 30 40 30
Keluhan Pasien Demam, Demam, batuk, Demam, batuk, Batuk, pilek Batuk Batuk
batuk, pilek, pilek pilek
nyeri perut
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Parasetamol syr S.prn. 3.dd.1,5cth x x x
chlorampenicol i.v 4.dd.500 mg x x x x x x x x x x x x x x x x
Salbutamol 3.dd.1,5 mg x x x x x x x x x x x
Chloramphenicol p.o 3x500mg Obat Dibawa Pulang
(sediaan sirup 125mg/5ml)=3x4cth
Assessment
Terapi sudah tepat
Rekomendasi
Terapi dilanjutkan. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari
kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
No. Kasus : 8
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 5 th/L/21 kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 1-4-2016 s/d 5-4-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif

30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,3 Immunoserologi


Hematologi Neutrofil: 61,9 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 12,1 Limfosit: 23,0 S. typhi O : (-)
Leukosit : 6,1 Monosit: 14,8 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 4,85 Trombosit : 261 S.paratyphii B(O); (H) : (-) / (+)1/320
Eusinofil :0 Hematokrit : 34 S.paratyphii C(O); (H) : (+)1/320 / (-)
Tubex/Typhidot : (-)
Tanggal 1-4-2016 2-4-2016 3-4-2016 4-4-2016 5-4-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - - -
Suhu Tubuh (0C) 37,8 39,5 36 35,6 36,6
Denyut Nadi (x/menit) 106 106 109 80 80
Respiratori (x/menit) 35 36 28 30 29
Keluhan Pasien Demam, Batuk Gejala Gejala
batuk, pilek Membaik Membaik
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Ceftriaxone i.v 2.dd.800 mg x x x x x x x x
Pamol syr S.prn. 3.dd.1cth x x
Assessment
Terapi sudah tepat
Rekomendasi
Terapi dilanjutkan. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari
kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
No. Kasus : 9
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 4 th/L/15 kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 15-3-2016 s/d 21-3-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif

31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,3 Immunoserologi


Hematologi Neutrofil: 30,8 S. typhi H :
Hemoglobin : 12,2 Limfosit: 62,8 S. typhi O :
Leukosit : 3,6 Monosit: 6,1 S.paratyphii A(O); (H) :
Eritrosit : 4,38 S.paratyphii B(O); (H) :
Eusinofil :0 S.paratyphii C(O); (H) :
Tubex/Typhidot : + (6)
Tanggal 15-3-2016 16-3-2016 17-3-2016 18-3-2016 19-3-2016 20-3-2016 21-3-2016
Tanda Tekanan Darah - - - - - -
Vital (mmHg)
Suhu Tubuh (0C) 36,8 38 36,7 38,1 36,8 36,6 36,6
Denyut Nadi (x/menit) 88 104 104 98 94 94 68
Respiratori (x/menit) 24 24 24 24 24 24 24
Keluhan Pasien Demam, Demam, batuk, Demam, batuk, Gejala Membaik Gejala Membaik Gejala Gejala
batuk, muntah mual, muntah mual, muntah Membaik Membaik

Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Pamol syr S.prn. 3-4.dd.1,5cth x x x x x x x x x x x x x x
Cefotaxim i.v 2.dd.750 mg x x x x x x x x x x
Ondansetron 3.dd.2mg x
Zink syr 1.dd.1cth x x x x x
Dexanta syr 3.dd.1cth x x x x x x x x x x x x
OBH syr 3.dd.1/4cth x x x x x
Cefixime p.o 2x1cth Obat Dibawa Pulang
(sediaan sirup 100mg/5ml)
Assessment
Dosis terlalu rendah : Dosis cefotaxime yang diberikan kurang yaitu 750 mg 3-4 x1. Dosis cefotaxime yang tepat yaitu 150-200 mg/kg/BB/hari, dengan frekuensi pemakaian
3-4 kali/hari, maksimal 12 gram/hari (DIH, 2015), selama 10-14 hari (Harris and Brooks, 2012). Penggunaan antibiotik terlalu singkat dapat menyebabkan bakteri infeksi
belum sepenuhnya terbunuh dan beresiko menginfeksi kembali, sedangkan frekuensi pemberian antibiotik yang tidak tepat menyebabkan konsentrasi obat didalam cairan
plasma tidak mencapai konsentrasi terapeutik minimal untuk menghasilkan efek yang diharapkan (Benin and Dowel, 2001).

Rekomendasi
Meningkatkan dosis cefotaxime hingga 2250-3000mg 3-4x1 dan terapi dapat dilanjutkan dirumah dengan pemberian cefixime syr 2x1,5cth sampai habis untuk
memaksimalkan efek terapi. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan
menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No. Kasus : 10
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 9 th/L/25kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 12-03-2016 s/d 17-3-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: cefotaxim
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: - Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 52 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 13,0 Limfosit: 40 S. typhi O : (-)
Leukosit : 16,2 Monosit: 8 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 4,8 S.paratyphii B(O); (H) : (-) / (+) 160
Eusinofil :- S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :
Tanggal 12-3-2016 13-3-2016 14-3-2016 15-3-2016 16-3-2016 17-3-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - - - -
Suhu Tubuh (0C) 38 37,6 36,3 36,5 36,3 36,2
Denyut Nadi (x/menit) - 97 97 96 110 78
Respiratori (x/menit) - 19 20 20 24 25
Keluhan Pasien Demam, Lidah kotor Gejala membaik Gatal-gatal Gejala membaik Gejala membaik
Gatal-gatal dan
ruam kulit
(alergi obat)
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Parasetamol tablet S.prn. 3.dd.250mg x x x x
Cefotaxim injeksi 2.dd.800 mg x
Ceftriaxone injeksi 2.dd1gram x x x x x x x x x
Cetirizine tablet 1.dd.5mg x x x x x x x
Dexsametasone ampul 3.dd.5mg x x
Cefixime p.o 2x1cth Obat Dibawa Pulang
(sediaan sirup 100mg/5ml)
Assessment
Penggantian antibiotik cefotaxime ke ceftriaxone karena adanya alergi obat berupa gatal-gatal dan ruam kulit kemerahan, untuk mengatasi alergi tersebut diberikan cetirizine.
Berdasarkan literatur pemilihan obat untuk demam tifoid sudah tepat karena ceftriaxone merupakan alternatif demam tifoid tanpa komplikasi, selain itu ceftriaxone merupakan
golongan Cephalosporin generasi ketiga yang sama dan memiliki spektrum luas dan digunakan untuk menangani kasus infeksi serius terhadap bakteri gram negatif dan dapat

33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

digunakan untuk menangani kasus multi drug resistant S.typhi (CDC, 2013). Dosis kurang : Dosis cefotaxime kurang 2x800mg.Dosisyang tepat yaitu 150-200 mg/kgBBhari
(DIH, 2015.
Rekomendasi
Cefotaxime dihentikan karena adanya alergi obat dan diganti dengan ceftriaxone dari golongan obat yang sama kemudian terapi dapat dilanjutkan dirumah karena gejala
sudah membaik dengan pemberian cefixime 2x100mg sampai habis untuk memaksimalkan efek terapi. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan
minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang
cukup.
No. Kasus : 11
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 8 th/L/18kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 9-02-2016 s/d 15-2-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,2 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 60,8 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 12,8 Limfosit: 27,3 S. typhi O : (+)1/180
Leukosit : 4,94 Monosit: 11,5 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 4,70 S.paratyphii B(O); (H) : (-) / (+)1/160
Eusinofil : 0,2 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :
Tanggal 9-2-2016 10-2-2016 11-2-2016 12-2-2016 13-2-2016 14-2-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - - - -
Suhu Tubuh (0C) 38 36,7 36,7 37,4 36,4 36,3
Denyut Nadi (x/menit) 108 114 113 112 86 110
Respiratori (x/menit) 24 32 24 22 22 24
Keluhan Pasien Demam, Gejala membaik Batuk Batuk pilek Batuk pilek Gejala membaik
muntah
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Parasetamol syr S.prn. 3.dd.1,5cth x x x x x x
Salbuvent ekp 3.dd.1/2cth x x x x x x x x
Chloramphenicol i.v 4.dd.250mg x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
Cetirizine tablet 1.dd.5mg x x
Chlorampenicol p.o 4x3cth Obat dibawa pulang
(sediaan sirup 125 mg/5ml )
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Assessment
Terapi sudah tepat.
Rekomendasi
Terapi dilanjutkan dengan pemberian chloramphenicol 4x250mg sampai habis untuk memaksimalkan efek terapi. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan
dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat
yang cukup.
No. Kasus : 12
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 4th/P/14,5 kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 24-5-2016 s/d 27-5-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,3 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 50,5 S. typhi H : (+)1/160
Hemoglobin : 12,7 Limfosit: 35,4 S. typhi O : (+)1/160
Leukosit :3 Monosit: 13,8 S.paratyphii A(O); (H) : (-)/(+)1/180
Eritrosit : 4,97 S.paratyphii B(O); (H) : (-)/(+)1/160
Eusinofil :0 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot : (-)
Tanggal 24-5-2016 25-5-2016 26-5-2016 27-5-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - -
Suhu Tubuh (0C) 36,8 37,7 36,8 36,5
Denyut Nadi (x/menit) 110 107 100 105
Respiratori (x/menit) 24 28 26 26
Keluhan Pasien Demam, batuk, pilek Batuk Gejala Membaik Gejala Membaik
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Salbutamol 3.dd.1,5cth x x x x x x x x
NaCl 0,9% + Nebu v 3.dd.0,5mg x x x x x x x x
Ceftriaxone i.v 1.dd.1gram x x
Cefixime 2x1cth Obat Dibawa Pulang
(sediaan sirup 100mg/5ml)
Assessment
Dosis kurag: Dosis ceftriaxone yang diberikan kurang yaitu 1gram sekali sehari. Dosis ceftriaxone yang tepat yaitu 75-80 mg/kg/hari (DIH, 2015).
Rekomendasi
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Meningkatkan dosis ceftriaxone hingga 1125-1200 mg, setiap 12-24 jam/hari dan terapi dilanjutkan di rumah karena gejala sudah membaik dengan pemberian cefixime
2x150mg. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari
kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
No. Kasus : 13
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 10th/P/26kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 13-5-2016 s/d 19-5-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,2 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 61,9 S. typhi H :
Hemoglobin : 12,3 Limfosit: 18,3 S. typhi O :
Leukosit : 11,7 Monosit: 19,5 S.paratyphii A(O); (H) :
Eritrosit : 4,5 S.paratyphii B(O); (H) :
Eusinofil : 0,1 S.paratyphii C(O); (H) :
Tubex/Typhidot : + (4)
Tanggal 13-5-2016 14-5-2016 15-5-2016 16-5-2016 17-5-2016 18-5-2016 19-5-2016
Tanda Tekanan Darah (mmHg) 100/80 - - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 36,8 36,5 37 37,7 36 36 36,6
Denyut Nadi (x/menit) 120 115 91 94 86 61 24
Respiratori (x/menit) 32 32 24 30 24 22 64
Demam,mual,
muntah,
Gejala Gejala Gejala Gejala Gejala Gejala
Keluhan Pasien nyeri perut,
Membaik Membaik Membaik Membaik Membaik Membaik
nyeri kepala

Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Parasetamol tab. S.prn. 3.dd.250mg x x x x x
Chloramphenicol i.v 4.dd.500mg x x x x x x x x x x x x
Chlorampenicol p.o 4x3cth Obat dibawa pulang
(sediaan sirup 125 mg/5ml)
Assessment
Terapi sudah tepat.

36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Rekomendasi
Terapi dilanjutkan di rumah bila gejala membaik, terapi rawat jalan dengan pemberian chloramphenicol 4x3 cth hingga habis untuk memaksimalkan efek terapi. Pasien juga
disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang
tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
No. Kasus : 14
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 7 th/L/23 kg Perjalanan Penyakit: Membaik Alergi obat: -
Masuk Rumah Sakit: 10-3-2016 s/d 14-3-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Riwayat Penyakit: Gejala Tifus (6 bulan lalu)
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,2 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 52,7 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 12,8 Limfosit: 40,1 S. typhi O : (+) 1/320
Leukosit : 6,3 Monosit: 6,5 S.paratyphii A(O); (H) : (-) / (-)
Eritrosit : 4,60 S.paratyphii B(O); (H) : (-) / (-)
Eusinofil :- S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :
Tanggal 10-3-2016 11-3-2016 12-3-2016 13-3-2016 14-3-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - - -
Suhu Tubuh (0C) 38 37 37 36 36
Denyut Nadi (x/menit) 96 96 92 90 90
Respiratori (x/menit) 20 22 22 22 22
Keluhan Pasien Demam, mual, Demam Gejala Membaik Gejala Membaik Gejala membaik
muntah
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Pamol syr S.prn 3.dd.2cth x x
Cefotaxim i.v 2.dd.1gram x x x x x x x x
Cefixime syr 2x1,5 cth Obat Dibawa Pulang
(sediaan sirup 100mg/5ml)
Assessment
Dosis kurang : Dosis cefotaxime yang diberikan terlalu tinggi yaitu 1gram setiap 12-24 jam/hari. Dosis cefotaxime yang tepat yaitu 150-200 mg/kg/BB/hari, dengan
frekuensi pemakaian 3-4 kali/hari, maksimal 12 gram/hari (DIH, 2015).
Rekomendasi
Meningkatkan dosis cefotaxime hingga 3450-4600 mg 3-4 x1 dan gejala sudah membaik sehingga terapi dapat dilanjutkan dirumah dengan pemberian cefixime 2x2cth
sampai habis untuk memaksimalkan efek terapi. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi,
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
No. Kasus : 15
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 4th/P/20,1kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 14-12-2016 s/d 28-12-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Low intake, vomitus profuse
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,4 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 43,3 S. typhi H :
Hemoglobin : 14,3 Limfosit: 48,9 S. typhi O :
Leukosit : 7,8 Monosit: 6,1 S.paratyphii A(O); (H) :
Eritrosit : 5,25 S.paratyphii B(O); (H) :
Eusinofil : 1,3 S.paratyphii C(O); (H) :
Tubex/Typhidot : + (6)

Tanggal 13-5-2016 14-5-2016 15-5-2016 16-5-2016 17-5-2016 18-5-2016 19-5-2016


Tanda Tekanan Darah (mmHg) 100/80 - - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 36,8 36,5 37 37,7 36 36 36,6
Denyut Nadi (x/menit) 120 115 91 94 86 61 24
Respiratori (x/menit) 32 32 24 30 24 22 64
Keluhan Pasien Demam,mual, Demam, mual, Mual, muntah Mual, muntah Mual, muntah Mual, muntah Mual
muntah, muntah
nyeri perut
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Parasetamol syr. S.prn. 3.dd.1,5cth x x x x x x x
Zink p.o 1.dd.20mg x x x x x x x
Ondansetron i.v 4.dd.250mg x
Assessment
Penggantian antibiotik chloramphenicol ke ceftriaxone berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu dokter penulis resep yaitu karena kondisi pasien yang belum membaik
dan pertimbangan kondisi trombositopenia. Berdasarkan literatur pemilihan obat untuk demam tifoid sudah tepat karena ceftriaxone merupakan alternatif demam tifoid tanpa
komplikasi, selain itu ceftriaxone merupakan golongan Cephalosporin generasi ketiga yang memiliki spektrum luas dan digunakan untuk menangani kasus infeksi serius
terhadap bakteri gram negatif dan dapat digunakan untuk menangani kasus multi drug resistant S.typhi (CDC, 2013).
Terapi suda tepat.

38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Rekomendasi
Terapi dilanjutkan. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari
kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
Lanjutan No. Kasus : 15
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 4th/P/20,1kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 14-12-2016 s/d 28-12-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Low intake, vomitus profuse
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,4 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 43,3 S. typhi H :
Hemoglobin : 14,3 Limfosit: 48,9 S. typhi O :
Leukosit : 7,8 Monosit: 6,1 S.paratyphii A(O); (H) :
Eritrosit : 5,25 S.paratyphii B(O); (H) :
Eusinofil : 1,3 S.paratyphii C(O); (H) :
Tubex/Typhidot : + (6)
Tanggal 20-5-2016 21-5-2016 22-5-2016 23-5-2016 24-5-2016 25-5-2016 26-5-2016
Tanda Tekanan Darah (mmHg) - - - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 36,8 36,8 37,4 37,6 37,2 37,2 36,6
Denyut Nadi (x/menit) 87 88 88 98 110 95 24
Respiratori (x/menit) 30 32 26 28 32 26 64
Keluhan Pasien Demam,mual, Demam, mual Demam, mual, Demam, mual, Gejala Gejala Gejala Membaik
muntah muntah muntah Membaik Membaik
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Parasetamol syr. S.prn. 3.dd.1,5cth x x x x x x x x x x x x x x x x x
Chloramphenicol i.v 4.dd.250mg x x x x
Zink p.o 1.dd.20mg x x x x x x x
Dexametasone syr. 3.dd.1,5cth x x x x x
Ceftriaxone i.v 2.dd.800mg x x x x x x x x x
Assessment
Penggantian antibiotik chloramphenicol ke ceftriaxone berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu dokter penulis resep yaitu karena kondisi pasien yang belum membaik
dan pertimbangan kondisi trombositopenia. Berdasarkan literatur pemilihan obat untuk demam tifoid sudah tepat karena ceftriaxone merupakan alternatif demam tifoid tanpa
komplikasi, selain itu ceftriaxone merupakan golongan Cephalosporin generasi ketiga yang memiliki spektrum luas dan digunakan untuk menangani kasus infeksi serius
terhadap bakteri gram negatif dan dapat digunakan untuk menangani kasus multi drug resistant S.typhi (CDC, 2013).

39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Terapi sudah epat.


Rekomendasi
Terapi dilanutkan. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari
kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
No. Kasus : 16
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 14 th/P/45kg Perjalanan Penyakit: Sembuh Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 25-08-2016 s/d 30-08-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Febris thypoid dd Parotitis
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,1 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 72,2 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 14,2 Limfosit: 17,0 S. typhi O : ()
Leukosit : 10,8 Monosit: 10,6 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 4,89 S.paratyphii B(O); (H) : (-) / (+)1/320
Eusinofil : 0,1 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :
Tanggal 25-8-2016 26-8-2016 27-8-2016 28-8-2016 29-8-2016 30-8-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - - - -
Suhu Tubuh (0C) 39 38,3 36,7 37,4 36,4 36,3
Denyut Nadi (x/menit) 100 90 113 112 86 110
Respiratori (x/menit) 20 28 24 22 22 24
Keluhan Pasien Demam, Demam, pusing, Demam, pusing, Demam, nyeri Gejala membaik Gejala membaik
Nyeri perut Nyeri telan Nyeri telan perut, pusing
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Parasetamol S.prn. 3.dd.1tab x x x x x x x
Ceftriaxone injeksi 1.dd.1,5gram x x x x x x x x x x
Assessment
Dosis kurang : Dosis ceftriaxone yang diberikan kurang yaitu 1,5 mg sekali sehari,. Dosis ceftriaxone yang tepat yaitu 75-80 mg/kg/hari (DIH, 2015).

Rekomendasi
Meningkatkan dosis ceftriaxone hingga 3375-3600mg, setiap 12-24 jam/hari. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur,
memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.

40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No. Kasus : 17
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 9 th/P/35kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 25-12-2016 s/d 31-12-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: chloramphenicol
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,2 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 64,2 S. typhi H : (-)1/80
Hemoglobin : 12,1 Limfosit: 27,2 S. typhi O : (-)
Leukosit : 8,0 Monosit: 8,4 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 4,50 S.paratyphii B(O); (H) : (-) / (+)1/320
Eusinofil :0 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :

Tanggal 25-12-2016 26-12-2016 27-12-2016 28-12-2016 29-12-2016 30-12-2016 31-12-2016


Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - - - -
Suhu Tubuh (0C) 37 38,3 39,8 37,6 36 36 36,2
Denyut Nadi (x/menit) 100 130 89 101 98 84 82
Respiratori (x/menit) 22 32 27 32 24 26 30
Keluhan Pasien Demam, Demam, Demam, Demam Gejala Gejala Gejala
mual muntah muntah membaik membaik membaik
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Cetirizine 1.dd.c.1 x x x x x
Atorac 2.dd.c.1 x x x x x x x x x
Ceftriaxone injeksi 2.dd.875mg x x x x x x x x x x x x
Dexametason injeksi 3.dd.5mg x x x x x x x
Pamol infus drip 350mg x
Assessment
Dosis kurang : Dosis ceftriaxone yang diberikan kurang yaitu 875 mg dua kali sehari. Dosis ceftriaxone yang tepat yaitu 75-80 mg/kg/hari (DIH, 2015).

Rekomendasi
Meningkatkan dosis ceftriaxone hingga 2625-2800mg, setiap 12-24 jam/hari. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur,
memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.

41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No. Kasus : 18
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 2th/P/10kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 19-9-2016 s/d 22-9-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Febris ec thypoid fever dd/dengue fever, low intake dehidrasi tak
berat
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,3 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 16,1 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 11,2 Limfosit: 64,9 S. typhi O : (-)
Leukosit : 3,5 Monosit: 18,4 S.paratyphii A(O); (H) : (+)1/180 / (-)
Eritrosit : 4,71 S.paratyphii B(O); (H) : (+)1/160 / (+)1/160
Eusinofil : 0,3 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :
Tanggal 19-9-2016 20-9-2016 21-9-2016 22-9-2016
Tanda Vital Tekanan Darah (mmHg) - - - -
Suhu Tubuh (0C) 36 37 37 36,9
Denyut Nadi (x/menit) 104 100 102 106
Respiratori (x/menit) 28 24 36 30
Keluhan Pasien Demam, Gejala membaik Gejala Membaik Gejala Membaik
Nyeri perut
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Paracetamol syr S.prn.3.dd.1cth x x
Domperidon syr 3.dd.1/2 cth x x x x x
Apialys 1.dd.1cth x x x x
Cefixime syr 2.dd. 1/2 cth x x x
Cetirizine syr 2.dd. 1/2 cth x x x
Cefixime syr 2.dd. 1/2 cth Obat dibawa pulang
(sediaan sirup 100 mg/5ml )
Assessment
Terapi sudah tepat
Rekomendasi
Terapi dilanjutkan di rumah dengan pemberian cefixime 2x100 mg atau 2x1cth hingga habis dengan tujuan memaksimalkan efek terapi. Pasien juga disarankan untuk
menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan

42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tidak sehat, serta istirahat yang cukup.


No. Kasus : 19
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 8 th/L/25kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 16-02-2016 s/d 30-02-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: DT
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 73 S. typhi H : (+)1/320
Hemoglobin : 13,2 Limfosit: 25 S. typhi O : (+)1/80
Leukosit : 7,2 Monosit: 2 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit :- S.paratyphii B(O); (H) : (-)
Eusinofil :0 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot : (-)
Tanggal 16-2-2016 17-2-2016 18-2-2016 19-2-2016 20-2-2016
Tanda Tekanan Darah (mmHg) - - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 38,3 37,9 36 36 36
Denyut Nadi (x/menit) 98 120 104 95 90
Respiratori (x/menit) 24 24 35 - -
Keluhan Pasien Demam, batuk, Demam, batuk, pilek Mual, muntah, batuk Batuk Gejala membaik
Pilek, mual, muntah
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Parasetamol S.prn. 4.dd.1/2 tab x x x x
Salbutamol syr 2.dd.2mg(1cth)
Zink syr 1.dd.20mg x
Lacto B 2.dd.1 x x x x
Radin 2.dd.1 x x
Chlorampheniol injeksi 4.dd.500mg x x x x x x x x x x x x x x
Ranitidin injeksi 2.dd. 1/2 Ampul x x x x x
Chlorampenicol p.o 4x3cth Obat dibawa pulang
(sediaan sirup 125 mg/5ml )
Assessment
Terapi sudah tepat.
Rekomendasi
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Terapi dilanjutkan dirumah dengan pemberian chloramphenicol sirup 4x3cth sampai habis untuk memaksimalkan efek terapi. Pasien juga disarankan untuk menjaga
kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak
sehat, serta istirahat yang cukup.
No. Kasus : 20
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 4th/P/14 kg Perjalanan Penyakit: Sembuh Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 30-8-2016 s/d 2-9-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,3 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 46,6 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 11,9 Limfosit: 40,5 S. typhi O : (-)
Leukosit : 9,7 Monosit: 12,1 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 4,56 S.paratyphii B(O); (H) : (-)/ (+)1/160
Eusinofil : 2,5 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :
Tanggal 30-8-2016 31-8-2016 1-9-2016 2-9-2016
Tanda Tekanan Darah (mmHg) - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 36,7 36,6 36,5 36,7
Denyut Nadi (x/menit) 100 108 120 100
Respiratori (x/menit) 26 20 20 28
Keluhan Pasien Demam, Gejala membaik Gejala Membaik Gejala Membaik
Batuk, pilek
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Cefotaxim injeksi 2.dd.700mg x x x x x x x
Cefixime syr 2x1cth Obat dibawa pulang
(sediaan sirup 100/5ml)
Assessment
Dosis terlakuranglu tinggi : Dosis cefotaxime yang diberikan terlalu kurang yaitu 700 mg setiap 12-24 jam/hari. Dosis cefotaxime yang tepat yaitu 150-200 mg/kg/BB/hari,
dengan frekuensi pemakaian 3-4 kali/hari, maksimal 12 gram/hari (DIH, 2015).

Rekomendasi
Meningkatkan dosis cefotaxime hingga 2100-2800mg 3-4 x1 dan terapi dilanjutkan di rumah dengna pemberian cefixime 2x1cth sampai habis untuk memaksimalkan efek
terapi. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan
makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No. Kasus : 21
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 3 th/P/14kg Perjalanan Penyakit: Sembuh Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 16-6-2016 s/d 25-6-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: DF H ke-4
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 67,5 S. typhi H :
Hemoglobin : 12,0 Limfosit: 25,5 S. typhi O :
Leukosit : 4,1 Monosit: 5,3 S.paratyphii A(O); (H) :
Eritrosit : 4,57 S.paratyphii B(O); (H) :
Eusinofil : 1,7 S.paratyphii C(O); (H) :
Tubex/Typhidot : (+)10
Tanggal 16-6-2016 17-6-2016 18-6-2016 19-6-2016 20-6-2016 21-6-2016
Tanda Tekanan Darah (mmHg) - - - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 39 39,3 39 37,2 37,2 36,7
Denyut Nadi (x/menit) 120 134 100 100 113 129
Respiratori (x/menit) 25 36 36 30 31 29
Keluhan Pasien Demam, pilek Demam Demam Demam Demam Gejala membaik
Muntah, batuk
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Parasetamol S.prn. 3.dd.180mg x x x x x x x x x x x x x
Pamol injeksi 15 cc x x x x x
Ampicilin injeksi 2.dd.700mg x x x x x
Ceftriaxone injeksi 2.dd.700mg x x
Assessment
Penggantian antibiotik ampicillin ke ceftriaxone berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu dokter penulis resep yaitu karena kondisi pasien yang belum membaik dan
pertimbangan kondisi trombositopenia. Berdasarkan literatur pemilihan obat untuk demam tifoid sudah tepat karena ceftriaxone merupakan alternatif demam tifoid tanpa
komplikasi, selain itu ceftriaxone merupakan golongan Cephalosporin generasi ketiga yang memiliki spektrum luas dan digunakan untuk menangani kasus infeksi serius
terhadap bakteri gram negatif dan dapat digunakan untuk menangani kasus multi drug resistant S.typhi (CDC, 2013).
Dosis berlebih : Dosisceftriaxone yang diberikan berlebih yaitu 2x700mg. Dosis meningkat 20% dari dosis maksimal 75-80mg/kgBB/hari (Kemenkes RI, 2013)
Dosis kurang: Dosis ampicillin kurang yaitu 2x700mg. Dosis ampicillin yang tepat yaitu 150-200mg/kg/hari (DIH, 2015).
Rekomendasi
Menurunkan dosis ceftriaxone hingga 1050-1120 mg 2x1 dan meningkatkan dosis ampicillin (2100-2800mg3-4x1). Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat
yang cukup.
Lanjutan No. Kasus : 21
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 3 th/P/14kg Perjalanan Penyakit: Sembuh Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 16-6-2016 s/d 25-6-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: DF H ke-4
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 67,5 S. typhi H :
Hemoglobin : 12,0 Limfosit: 25,5 S. typhi O :
Leukosit : 4,1 Monosit: 5,3 S.paratyphii A(O); (H) :
Eritrosit : 4,57 S.paratyphii B(O); (H) :
Eusinofil : 1,7 S.paratyphii C(O); (H) :
Tubex/Typhidot : (+)10
Tanggal 22-6-2016 23-6-2016 24-6-2016 25-6-2016
Tanda Tekanan Darah (mmHg) - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 37,2 36,5 36,5 36,5
Denyut Nadi (x/menit) 83 137 128 100
Respiratori (x/menit) 29 31 30 31
Keluhan Pasien Demam Demam

Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Parasetamol S.prn. 3.dd.180mg x
Dexametason injeksi 3.dd.2mg x x x x
Ceftriaxone injeksi 2.dd.700mg x x x x x x
Assessment
Penggantian antibiotik ampicillin ke ceftriaxone berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu dokter penulis resep yaitu karena kondisi pasien yang belum membaik dan
pertimbangan kondisi trombositopenia. Berdasarkan literatur pemilihan obat untuk demam tifoid sudah tepat karena ceftriaxone merupakan alternatif demam tifoid tanpa
komplikasi, selain itu ceftriaxone merupakan golongan Cephalosporin generasi ketiga yang memiliki spektrum luas dan digunakan untuk menangani kasus infeksi serius
terhadap bakteri gram negatif dan dapat digunakan untuk menangani kasus multi drug resistant S.typhi (CDC, 2013).
Dosis berlebih : Dosisceftriaxone yang diberikan berlebih yaitu 2x700mg. Dosis meningkat 20% dari dosis maksimal 75-80mg/kgBB/hari (Kemenkes RI, 2013)
Dosis kurang: Dosis ampicillin kurang yaitu 2x700mg. Dosis ampicillin yang tepat yaitu 150-200mg/kg/hari (DIH, 2015).
Rekomendasi
Menurunkan dosis ceftriaxone hingga 1050-1120 mg 2x1 dan meningkatkan dosis ampicillin (2100-2800mg3-4x1). Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat
yang cukup.
No. Kasus : 22
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 11th/P/52kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 26-3-2016 s/d 31-3-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Thyoid Fever
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,3 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 69,7 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 12,3 Limfosit: 23,7 S. typhi O : (+)1/320
Leukosit : 4,0 Monosit: 6,3 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 4,84 S.paratyphii B(O); (H) : (-)
Eusinofil :0 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot : (-)
Tanggal 26-3-2016 27-3-2016 28-3-2016 29-3-2016 30-3-2016 31-3-2016
Tanda Tekanan Darah (mmHg) - - - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 37 37,7 39,8 36 35,6 36,3
Denyut Nadi (x/menit) 96 96 108 90 100 102

Respiratori (x/menit) 24 24 - 45 26 24
Keluhan Pasien Demam, muntah Demam Demam Gejala membaik Gejala membaik Gejala membaik
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Parasetamol S.prn. 3.dd.1tab x x x x x x x x x
Ceftriaxone injeksi 2.dd.700mg x x x x x x x x x x
Dexametason injeksi 3.dd.5mg x x x x x
Assessment
Dosis kurang: Dosis ceftriaxone yang diberikan kurang yaitu 700 mg setiap 2 kali sehari. Dosis ceftriaxone yang tepat yaitu 75-80 mg/kg/hari (DIH, 2015).

Rekomendasi
Meningkatkan dosis ceftriaxone hingga 3900-4160mg 2x1. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak
asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.

47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No. Kasus : 23
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 13th/P/40kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 11-12-2016 s/d 16-12-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,1 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 71,9 S. typhi H : (+)1/80
Hemoglobin : 12,2 Limfosit: 13,4 S. typhi O : (+)1/80
Leukosit : 11,8 Monosit: 14,6 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 4,62 S.paratyphii B(O); (H) : (+)1/320 / (+)1/320
Eusinofil :0 S.paratyphii C(O); (H) : (+)1/160 / (+)1/80
Tubex/Typhidot :

Tanggal 11-12-2016 12-12-2016 13-12-2016 14-12-2016 15-12-2016 16-12-2016


Tanda Tekanan Darah (mmHg) - - - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 37,5 36,5 37 36,8 36,5 36,6
Denyut Nadi (x/menit) 101 89 112 100 69 69
Respiratori (x/menit) 24 24 24 20 20 20
Keluhan Pasien Demam, pilek Demam Demam Demam Demam Gejala membaik
Muntah, batuk
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus KAEN
Chloramphenicol i.v 4.dd.500mg x x x x x x x x x x x x x x x
Chloramphenicol syr 4x3cth Obat dibawa pulang
(sediaan sirup 125mg/5ml)
Assessment
Terapi sudah tepat

Rekomendasi
Terapi dapat dilanjutkan di rumah dengan pemberian choramphenicol sirup 4x3cth sampai habis untuk memaksimalkan efek terapi. Pasien juga disarankan untuk menjaga
kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak
sehat, serta istirahat yang cukup.

48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No. Kasus : 24
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 5 th/L/16,9kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 13-9-2016 s/d 17-9-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Febris 2 minggu
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,3 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 52,3 S. typhi H : (+)1/80
Hemoglobin : 13,0 Limfosit: 33,7 S. typhi O : (+)1/80
Leukosit : 6,8 Monosit: 14,1 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 4,81 S.paratyphii B(O); (H) : (+)1/160 /(+)1/320
Eusinofil : 0,6 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :

Tanggal 13-9-2016 14-9-2016 15-9-2016 16-9-2016 17-9-2016


Tanda Tekanan Darah (mmHg) - - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 37 37 37 36,5 36,6
Denyut Nadi (x/menit) 98 112 110 100 96
Respiratori (x/menit) 18 24 24 22 24
Keluhan Pasien Demam, batuk, Demam, batuk, pilek Mual, muntah, batuk Batuk Gejala membaik
Pilek, mual, muntah
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Ondansetron injeksi 2.dd.2mg x x x x x x x x x
Cefotaxim injeksi 2.dd.800mg x x x x x x x x x
Cefixime syr 2x1cth Obat dibawa pulang
(sediaan sirup 100mg/5ml)
Assessment
Dosis kurang: Dosis cefotaxime yang diberikan kurang yaitu 800 mg setiap 12-24 jam/hari.
Dosis cefotaxime yang tepat yaitu 150-200 mg/kg/BB/hari, dengan frekuensi pemakaian 3-4 kali/hari, maksimal 12 gram/hari (DIH, 2015).
Rekomendasi
Meningkatkan dosis cefotaxime hingga 2550-3400mg, setiap 12-24 jam/hari dan terapi dapat dilanjutkan diremah dengan pemberian cefixime 2x300mg hingga habis untuk
memaksimalkan efek terapi.. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan
menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
No. Kasus : 25

49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 13th/P/33kg Perjalanan Penyakit: Sembuh Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 16-11-2016 s/d 19-11-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,2 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 36,1 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 15,1 Limfosit: 53,0 S. typhi O : (-)
Leukosit : 6,2 Monosit: 6,8 S.paratyphii A(O); (H) : (+)1/160 /(-)
Eritrosit : 5,14 S.paratyphii B(O); (H) : (+)1/320 /(+)1/160
Eusinofil : 3,9 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :

Tanggal 16-11-2016 17-11-2016 18-11-2016 19-11-2016


Tanda Tekanan Darah (mmHg) - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 36 36,5 36,6 36,5
Denyut Nadi (x/menit) 90 103 70 63
Respiratori (x/menit) 18 20 20 20
Keluhan Pasien Demam, mual, muntah, Demam Gejala Membaik Gejala Membaik
Nyeri perut
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Zink syr 1.dd.1cth x x x
Cefotaxim injeksi 2.dd.1gram x x x x x x x x
Cefixime syr 2x2cth Obat dibawa pulang
(sediaan sirup 100mg5ml)
Assessment
Dosis kurang: Dosis cefotaxime yang diberikan kurang yaitu 1gram setiap 12-24 jam/hari.
Dosis cefotaxime yang tepat yaitu 150-200 mg/kg/BB/hari, dengan frekuensi pemakaian 3-4 kali/hari, maksimal 12 gram/hari (DIH, 2015).

Rekomendasi
Meningkatkan dosis cefotaxime hingga 4950-6600mg, setiap 12-24 jam/hari dan terapi dapat dilanjutkan diremah dengan pemberian cefixime 2x300mg hingga habis untuk
memaksimalkan efek terapi.. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan
menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.

50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No. Kasus : 26
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 10th/P/23kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 4-5-2016 s/d 9-5-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid, low intake
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,2 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 47,0 S. typhi H :
Hemoglobin : 14,6 Limfosit: 47,6 S. typhi O :
Leukosit : 5,8 Monosit: 9,0 S.paratyphii A(O); (H) :
Eritrosit : 45,48 S.paratyphii B(O); (H) :
Eusinofil : 1,2 S.paratyphii C(O); (H) :
Tubex/Typhidot : (+)4

Tanggal 4-5-2016 5-5-2016 6-5-2016 7-5-2016 8-5-2016 9-5-2016


Tanda Tekanan Darah (mmHg) - - - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 38,8 37,8 37,5 36,1 36,5 36
Denyut Nadi (x/menit) 98 98 92 90 88 86
Respiratori (x/menit) 22 22 20 20 20 22
Keluhan Pasien Demam, batuk Demam, mual, Demam Gejala Membaik Gejala Membaik Gejala Membaik
muntah, batuk
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus KAEN
Chloramphenicol i.v drip 4.dd.500mg x x x x x x x x x x x x x x x x x
Chloramphenicol syr 4x1500mg Obat dibawa pulang
(125mg/5ml)
Assessment
Terapi sudah tepat.

Rekomendasi
Terapi dilanjutkan di rumah dengan pemberian chloramphenicol syr 4x3cth sampai habis untuk memaksimalkan efek terapi. Pasien juga disarankan untuk menjaga
kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak
sehat, serta istirahat yang cukup.

51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No. Kasus : 27
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 14 th/P/62kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 14-9-2016 s/d 18-9-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Febris H-8 susp D.thypoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 69,7 S. typhi H : (+)1/320
Hemoglobin : 13,6 Limfosit: 18,1 S. typhi O : (+)1/80
Leukosit : 6,85 Monosit: 8,4 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 4,64 S.paratyphii B(O); (H) : (+)1/160 /(+)1/320
Eusinofil : 0,1 S.paratyphii C(O); (H) : (-)
Tubex/Typhidot :
Tanggal 14-9-2016 15-9-2016 16-9-2016 17-9-2016 18-9-2016
Tanda Tekanan Darah (mmHg) - - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 36,6 37 36,7 36,4 36,4
Denyut Nadi (x/menit) 96 70 72 76 78
Respiratori (x/menit) 20 18 16 18 20
Keluhan Pasien Demam Demam Gejala Membaik Gejala Membaik Gejala Membaik
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Chloramphenicol i.v 4.dd.1gram x x x x x x x x x x x x x x x
Chloramphenicol syr 4x1500mg Obat dibawa pulang
(125mg/5ml)
Assessment
Terapi sudah tepat
Rekomendasi
Terap dilanjutkan di rumah dengan pemberian chloramphenicol syr 4x3cth sampai habis untuk memaksimalkan efek terapi. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan
makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta
istirahat yang cukup.
No. Kasus : 28
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 9 th/L/24kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 17-1-2016 s/d 23-1-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid

52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,2 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 57,9 S. typhi H :
Hemoglobin : 11,4 Limfosit: 32,8 S. typhi O :
Leukosit : 8,93 Monosit: 9 S.paratyphii A(O); (H) :
Eritrosit : 4,27 S.paratyphii B(O); (H) :
Eusinofil : 0,1 S.paratyphii C(O); (H) :
Tubex/Typhidot : (+)4

Tanggal 17-1-2016 18-1-2016 19-1-2016 20-1-2016 21-1-2016 22-1-2016 23-1-2016


Tanda Tekanan Darah (mmHg) - - - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 38,8 37,3 37,3 37,1 37,1 36,8 36,2
Denyut Nadi (x/menit) 104 102 102 83 83 70 10
Respiratori (x/menit) 22 30 30 32 26 32 32
Keluhan Pasien Demam, Demam, Demam, Demam Gejala Gejala membaik Gejala
mual muntah muntah membaik membaik
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Paracetamol syr S.prn. 3.dd.2cth x x x x x x x x x x x x x x x
Cefotaxim i.v 3.dd.800mg x x x x x x x x
Ceftriaxone i.v 2.dd.1gram x x x x x x x
Cefixime syr 2x1,5 cth Obat dibawa pulang
(sediaan sirup 100mg/5ml)
Assessment
Penggantian antibiotik cefotaxime ke ceftriaxone berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu dokter penulis resep yaitu karena kondisi pasien yang belum membaik dan
pertimbangan kondisi trombositopenia. Berdasarkan literatur pemilihan obat untuk demam tifoid sudah tepat karena ceftriaxone merupakan alternatif demam tifoid tanpa
komplikasi, selain itu ceftriaxone merupakan golongan Cephalosporin generasi ketiga yang memiliki spektrum luas dan digunakan untuk menangani kasus infeksi serius
terhadap bakteri gram negatif dan dapat digunakan untuk menangani kasus multi drug resistant S.typhi (CDC, 2013).
Dosis kurang : Dosis cefotaxime yang diberikan kurang yaitu 3x800mg. Dosis ceotaxime yang tepat yaitu 150-200 mg/kg/hari (DIH, 2015).

Rekomendasi
Meningkatkan dosis cefotaxime hingga 3600-4800 3-4x1 dan terapi dilanjutkan di rumah dengan pemberian cefixime 2x2cth sampai habis untuk memaksimalkan efek terapi.
Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan
jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.

53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No. Kasus : 29
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 14 th/L/43kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 27-8-2016 s/d 3-9-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Febris H-8 susp D.thypoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,4 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 58,3 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 15,7 Limfosit: 31,8 S. typhi O : (+)1/160
Leukosit : 8,0 Monosit: 9,3 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 5,59 S.paratyphii B(O); (H) : (+)1/320 /(+)1/320
Eusinofil : 0,2 S.paratyphii C(O); (H) : (+)1/80
Tubex/Typhidot :

Tanggal 27-8-2016 28-8-2016 29-8-2016 30-8-2016 31-8-2016


Tanda Tekanan Darah (mmHg) - - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 37,7 38,4 37,2 36 36,4
Denyut Nadi (x/menit) 98 112 92 88 80
Respiratori (x/menit) 24 20 16 20 24
Keluhan Pasien Demam, pusing, mual Demam, gatal Gatal, ruam Nyeri telan Nyeri perut
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M P Si SoM
Infus RL
Paracetamol S.prn. 3.dd.1tab x x
Cetirizine 2.dd.10mg x x x x
Ranitidin 3.dd.1tab x
Ceftriaxone injeksi 2.dd.1,5gram x x x x x x
Assessment
Dosis kurang : Dosis ceftriaxone yang diberikan kurang yaitu 1,5 gram setiap 12-24 jam/hari. Dosis ceftriaxone yang tepat yaitu 75-80 mg/kg/hari (DIH, 2015).
Rekomendasi
Meningkatkan dosis ceftriaxone hingga 3225-3440mg setiap 12-24 jam/hari, selama 5-14 hari. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola
makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
Lanjutan No. Kasus : 29
Subjektif

54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 14 th/L/43kg Perjalanan Penyakit: Membaik Riwayat Penyakit: -


Masuk Rumah Sakit: 27-8-2016 s/d 3-9-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Febris H-8 susp D.thypoid
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,4 Immunoserologi
Hematologi Neutrofil: 58,3 S. typhi H : (-)
Hemoglobin : 15,7 Limfosit: 31,8 S. typhi O : (+)1/160
Leukosit : 8,0 Monosit: 9,3 S.paratyphii A(O); (H) : (-)
Eritrosit : 5,59 S.paratyphii B(O); (H) : (+)1/320 /(+)1/320
Eusinofil : 0,2 S.paratyphii C(O); (H) : (+)1/80
Tubex/Typhidot :
Tanggal 1-9-2016 2-9-2016 3-9-2016
Tanda Tekanan Darah (mmHg) - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 36,5 36,7 36,4
Denyut Nadi (x/menit) 84 86 88
Respiratori (x/menit) 20 16 20
Keluhan Pasien Pusing, mual Gejala Membaik Gejala Membaik
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Ranitidin 3.dd.1tab x x x
Ranitidin injeksi 3.dd.1Ampul x x x x
Ceftriaxone injeksi 2.dd.1,5gram x x x x
Omeprazole 2.dd.1caps x x x
Ondansetron injeksi 1.dd.1Ampul x x x x
Assessment
Dosis kurang : Dosis ceftriaxone yang diberikan kurang yaitu 1,5 gram setiap 12-24 jam/hari. Dosis ceftriaxone yang tepat yaitu 75-80 mg/kg/hari (DIH, 2015).
Rekomendasi
Meningkatkan dosis ceftriaxone hingga 3225-3440mg setiap 12-24 jam/hari, selama 5-14 hari. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola
makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.
No. Kasus : 30
Subjektif
Usia/Jenis Kelamin/Berat Badan: 4th/P/17kg Perjalanan Penyakit: Sembuh Riwayat Penyakit: -
Masuk Rumah Sakit: 27-01-2016 s/d 30-01-2016 Status keluar: Diijinkan pulang Alergi obat: -
Diagnosa Masuk: Demam Tifoid
Objektif
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pemeriksaan Laboratorium Basofil: 0,1 Immunoserologi


Hematologi Neutrofil: 46,7,1 S. typhi H :
Hemoglobin : 13,3 Limfosit: 42,1 S. typhi O :
Leukosit : 9,8 Monosit: 11,1 S.paratyphii A(O); (H) :
Eritrosit : 5,01 S.paratyphii B(O); (H) :
Eusinofil :0 S.paratyphii C(O); (H) :
Tubex/Typhidot : (+) 4
Tanggal 27-01-2016 28-01-2016 29-01-2016 30-01-2016
Tanda Tekanan Darah (mmHg) - - - -
Vital Suhu Tubuh (0C) 37,5 37,2 36,6 36
Denyut Nadi (x/menit) 90 103 100 90
Respiratori (x/menit) 20 20 20 20
Keluhan Pasien Demam, mual, muntah, Demam, batuk Gejala Membaik Gejala Membaik
nyeri perut, batuk
Penatalaksanaan Obat P Si So M P Si So M P Si So M P Si So M
Infus RL
Parasetamol syr S.prn 3-4.dd.1,5cth x x x
Kloramfenikol i.v 4.dd.400mg x x x x x x x x x x x x
Ambroxol syr 3.dd.1/2 cth x x x x x x x x x
Chloramphenicol syr 4x3cth Obat dibawa pulang
(125mg/5ml)
Assessment
Terapi sudah tepat.
Rekomendasi
Terapi dapa dilanjutkan di rumah dengan pemberian chloorampenicol syr 4x3 cth sampai habis untuk memaksimalkan efek terapi. Memperpanjang durasi penggunaan
chloramphenicol selama 10-14 hari. Pasien juga disarankan untuk menjaga kebersihan makan dan minuman, pola makan teratur, memperbanyak asupan bergizi, mengurangi
dan menghindari kebiasaan makan jajanan yang tidak bersih dan tidak sehat, serta istirahat yang cukup.

56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 10. Hasil Wawancara

NO PERTANYAAN HASIL WAWANCARA


1 Standar terapi yang digunakan dalam penatalaksaan demam tifoid Standar terapi yang digunakan yaitu Standar Pelayanan Medis
pada kelompok pediatrik di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman ? IDAI (2009)
2 Pustaka apa yang digunakan dalam penentuan dosis antibiotik yang Tidak ada pustaka pasti yang menjadi acuan, namun penentuan
diberikan kepada pasien demam tifoid kelompok pediatrik di Instalasi dosis dilakukan berdasarkan BB pasien dan respon pasien.
Rawat Inap RSUD Sleman?
3 Berdasarkan hasil penelitian, golongan obat yang paling banyak Terapi dengan golongan chloramphenicol diberikan karena
digunakan adalah golongan chloramphenicol, mengapa? merupkan drug of choice untuk kasus demam tifoid
4 Alasan penggantian antibiotik? Alasan penggantian antibiotik dilakukan yaitu dengan
mempertimbangkan faktor kondisi pasien yang tidak membaik
dengan penggunaan antibiotik tersebut, ketersediaan obat, dan
kondisi trombositopenia.

57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 11. Rekap DRPs


Umur Berat
No Dosis Dosis
(tahun) badan Antibiotik Range Dosis Pustaka Range Dosis * BB Keterangan
Kasus Tinggi Rendah
(kg)
Ampicillin i.v (3x500mg)
150-200 mg/kgBB/hari
1 7 16 Ampicillin p.o 3x500mg (2400-3200 mg/hari)  Dosis yang diberikan kurang .
(Kemenkes RI, 2013).
(125mg/5ml)
75-80 mg/kgBB/hari Terapi yang di berikan sudah tepat, terapi
2 7 23 Cefrixone i.v (2x900mg) (1725-1840 mg/hari)
(DIH, 2015) dilanjutkan
150-200 mg/kgBB/hari
Cefotaxime i.v (2x600mg)
(DIH, 2015) (1950-2600 mg/hari) Dosis dan interval yang diberikan kurang
3 3 13 Cefixime syr 2x1cth 
10-20mg/kgBB/hr (130-260mg/hr)
(100mg/5ml)
(Kemenkes RI, 2013)
150-200 mg/kgBB/hari
Cefotaxime i.v (2x500mg) Dosis dan interval cefotaxime yang
(DIH, 2015) (1650-2200mg/hari)
4 2 11 Cefixime syr 2x1cth  diberikan kurang
10-20mg/kgBB/hr 9110-220mg/hr)
(100mg/5ml)
(Kemenkes RI, 2013)
Dosis meningkat 16%
Pemberian dengan dosis maksimum secara
75-80 mg/kgBB/hari
5 6 21 Cefriaxone i.v(2x1gram) (1575-1680 mg/hari)  terus menerus selama 5 hari gejala membaik
(DIH, 2015)
dan tidak dijumpai efek samping yang
terjadi
Chloramphenicol i.v
(4x400mg) 50-100 mg/kgBB/hari
6 5 17 (850-1700 mg/hari) Terapi sudah tepat
Chloramphenicol syr 3x4cth (IDAI, 2009)
(125mg5ml)
Chloramphenicol i.v
(4x500mg) 50-100 mg/kgBB/hari
7 7 18 (900-1800 mg/hari) Terapi sudah tepat
Chloramphenicol syr 3x4cth (IDAI, 2009)
(125mg5ml)
75-80 mg/kgBB/hari Terapi yang di berikan sudah tepat, terapi
8 5 21 Ceftriaxone i.v (2x800mg) (1575-1680 mg/hari)
(DIH, 2015) dilanjutkan
Cefotaxime i.v(2x750mg) 150-200 mg/kgBB/hari (2250-3000 mg/hari)
Dosis dan interval yang diberikan kurang
9 4 15 (DIH, 2015) 
Cefixime syr 2x1cth 10-20 mg/kgBB/hari (150-300mg/hari)
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(100mg/5ml) (Kemenkes RI, 2013)


150-200 mg/kgBB/hari Dosis cefotaxime yang diberikan kurang,
Cefotaxime i.v (2x800mg) (3750-5000 mg/hari) 
(DIH, 2015) terjadi reaksi alergi obat berupa urtikaria
75-80 mg/kgBB/hari Terapi cefotaxime dihentikan dan diganti
10 9 25 Ceftriaxone i.v (2x1gram) (1875-5000 mg/hari) dengan ceftriaxone dengan dosis minimum
(DIH, 2015)
secara terus menerus selama 6 hari
Cefixime syr 2x1cth 10-20 mg/kgBB/hari memberikan gejala yang membaik kemudian
(250-500)
(100mg/5ml) (Kemenkes RI, 2013) dilanjutkan cefixime (rawat jalan)
Chloramphenicol i.v
(4x250mg) 50-100 mg/kgBB/hari
11 8 18 (900-1800mg/hari) Terapi sudah tepat.
Chloramphenicol syr 4x3th (IDAI, 2009)
(125mg5ml)
75-80 mg/kgBB/hari
Ceftriaxone i.v (1x1gram)
(DIH, 2015) (1125-1200 mg/hari) Dosis yang diberikan kurang
12 4 15 Cefixime syr 2x1cth 
10-20 mg/KgBB/hari (150-300mghr) Terapi ceftriaxone selama 2 hari
(100mg/5ml)
(Kemenkes RI, 2013)
Chlorampenicol i.v
(4x500mg) 50-100 mg/kgBB/hari Terapi yang di berikan sudah tepat, terapi
13 10 26 (1300-2600 mg/hari)
Chloramphenicol syr 4x3cth (IDAI, 2009) dilanjutkan
(125mg5ml)
150-200 mg/kgBB/hari
Cefotaxime i.v (2x800mg)
(DIH, 2015) (3450-4600 mg/hari) Dosis dan interval yang diberikan kurang
14 7 23 Cefixime syr 2x1,5cth 
10-20 mg/KgBB/hari (230-460mg/hr)
(100mg/5ml)
(Kemenkes RI, 2013)
Chloramphenicol i.v 50-100 mg/kgBB/hari
(1000-2000 mg/hari)
(4x250mg) (IDAI, 2009) Terapi yang di berikan sudah tepat, terapi
15 4 20
dilanjutkan
75-80 mg/kgBB/hari
Ceftriaxone i.v (2x800mg) (1500-1600 mg/hari)
(DIH, 2015)
75-80 mg/kgBB/hari Dosis yang diberikan kurang
16 14 45 Ceftriaxone i.v (1x1,5gram) (3375-3600 mg/hari) 
(DIH, 2015)
75-80 mg/kgBB/hari Dosis yang diberikan kurang
17 9 35 Ceftriaxone i.v (2x875mg) (2625-2800) 
(DIH, 2015)
Cefixime syr (2x1/2 cth) 10-20 mg/kgBBhari
18 2 10 (100-200 mg/hari) Terapi sudah tepat. Terapi dilanjutkan.
(sediaan sirup 100mg/5ml) (Kemenkes RI, 2013)

59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Chloramphenicol i.v
(4x500mg) 50-100 mg/kgBB/hari Terapi yang di berikan sudah tepat, terapi
19 8 25 (1250-2500 mg/hari)
Chloramphenicol syr 4x3cth (IDAI, 2009) dilanjutkan
(125mg5ml)
150-200 mg/kgBB/hari Dosis, durasi, dan interval yang diberikan
Cefotaxime i.v (2x700mg)
(DIH, 2015) (2100-2800mg/hari) kurang
20 4 14 Cefixime syr 2x1cth 
10-20mg/KgBB/hr (140-280mg/hr) Pemberian dengan dosis minimum secara
(100mg/5ml)
(KemenkesRI, 2013) terus menerus selama 4 hari gejala membaik
Dosis berlebih pada ceftriaxone, dosis
150-200 mg/kgBB/hari meningkat 20%, sedangkan dosis ampicillin
Ampicillin i.v (2x700mg) (2100-2800mg/hari)  kurang.
(Kemenkes RI, 2013)
Pemberian terapi ampicillin dosis minimum
21 3 14 selama 3 hari gejala tidak membaik, terapi
diganti dengan ceftriaxone dengan dosis
75-80 mg/kgBB/hari maksimum secara terus menerus selama 5
Ceftriaxone i.v (2x700mg) (1050-1120 mg/hari) 
(DIH, 2015) hari gejala membaik dan tidak dijumpai efek
samping yang terjadi
Dosis yang diberikan kurang
75-80 mg/kgBB/hari
22 11 52 Ceftriaxone i.v (2x700mg) (3900-4160 mg/hari)  Pemberian dengan dosis minimum secara
(DIH, 2015)
terus menerus selama 5 hari gejala membaik
Chloramphenicol i.v
(4x500mg) 50-100 mg/kgBB/hari Terapi yang di berikan sudah tepat, terapi
23 13 40 (2000-400mg/hari)
Chloramphenicol syr 4x3cth (IDAI, 2009) dilanjutkan
(125mg5ml)
150-200 mg/kgBB/hari Dosis dan interval cefotaxime yang
Cefotaxime i.v (2x800mg)
(DIH, 2015) (2550-3400 mg/hari) diberikan kurang
24 5 17 Cefixime syr 2x1cth 
10-20mg/KgBB/hr (170-340 mg/hr) Pemberian dengan dosis minimum secara
(100mg/5ml)
(KemenkesRI, 2013) terus menerus selama 5 hari gejala membaik
150-200 mg/kgBB/hari Dosis dan interval cefotaxime yang
Cefotaxime i.v (2x1gram)
(DIH, 2015) (4950-6600mg/hari) diberikan kurang
25 13 33 Cefixime syr 2x2cth 
10-20mg/KgBB/hr (330-660mg/hr) Pemberian dengan dosis minimum secara
(100mg/5ml)
(KemenkesRI, 2013) terus menerus selama 4 hari gejala membaik
Chloramphenicol i.v Terapi chloramphenicol secara terus
50-100 mg/kgBB/hari
26 10 23 (4x500mg) 1150-2300 mg/hari) menerus selama 6 hari memberikan gejala
(IDAI, 2009)
Chloramphenicol syr 4x3cth yang membaik

60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(125mg5ml)
Chloramphenicol i.v
(4x1gram) 50-100 mg/kgBB/hari Terapi yang di berikan sudah tepat, terapi
27 14 62 (3100-6200 mg/hari)
Chloramphenicol syr 4x3cth (IDAI, 2009) dilanjutkan
(125mg5ml)
150-200 mg/kgBB/hari Dosis cefotaxime yang diberikan kurang
Cefotaxime i.v (3x800mg) (3600-4800 mg/hari) 
(DIH, 2015) Terapi cefotaxime dosis minimum selama 3
hari gejala tidak membaik kemudian terapi
75-80 mg/kgBB/hari
28 9 24 Ceftriaxone i.v (2x1gram) diganti dengan ceftriaxone selama 4 hari dan
(DIH, 2015) (1800-1920 mg/hari)
Cefixime syr 2x1,5cth gejala membaik dilanjutkan rawat jalan
10-20 mg/kgBB/hr (240-480 mg/hr)
(100mg/5ml) dengan cefixime sampai habis untuk
(Kemenkes RI, 2013)
memaksimalkan efek terapi.
75-80 mg/kgBB/hari Dosis yang diberikan kurang
29 14 43 Ceftriaxone i.v (2x1,5mg) (3225-3440 mg/hari) 
(DIH, 2015)
Chloramphenicol i.v
(4400mg) 50-100 mg/kgBB/hari Terapi yang di berikan sudah tepat, terapi
30 4 17 (850-1700 mg/hari)
Chloramphenicol syr 4x3cth (IDAI, 2009) dilanjutkan
(125mg5ml)

61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Evaluasi DRPs
Penggunaan Antibiotik Pasien Demam Tifoid Kelompok
Pediatrik Di Instalasi Rawat Inap RSUD Sleman
Yogyakarta Periode 2016” bernama Valentina Olivia Astari.
Lahir di Lampung pada tanggal 22 Februari 1993 sebagai
anak sulung dari empat bersaudara dari pasangan Yohanes
Wagi dan Martha Mundaryati. Penulis menempuh
pendidikan formal dari SD Fransiskus Pringsewu (2000-2006), SMP Xaverius
Pringsewu (2006-2009), SMA Xaverius Pringsewu (2009-2012). Penulis
melanjutkan pendidikan formal strata 1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Selama masa kuliah, penulis terlibat dalam berbagai kegiatan antara lain,
anggota seksi dekorasi acara “Pengucapan Lafal Sumpah Apoteker Baru
Angkatan XXVI” tahun 2014, anggota seksi dekorasi dan dokumentasi acara
“Sidang Terbuka Pengambilan Sumpah/Janji Apoteker Angkatan XXX”, peserta
“Upgrading I-Pelatihan Siaga Membantu Sesama dan Siaga Bencana Bersama
KSR PMI Unit VI Universitas Sanata Dharma Yogyakarta” tahun 2015, peserta
seminar “Kesehatan Reproduksi” tahun 2016, peserta “Talkshow Jurnalistik dan
Fotografi Fakultas Farmasi USD” tahun 2016, peserta “Pemanfaatan Internet dan
Media Sosial dalam Pendidikan dan Industri Kreatif”, dan tim asisten dosen
Botani Farmasi 2016.

62

Anda mungkin juga menyukai