Anda di halaman 1dari 84

GAMBARAN IBU BERSALIN DENGAN PERDARAHAN

POST PARTUM DI RUANG KEBIDANAN


RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
PERIODE JANUARI – DESEMBER 2018

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

SITI KHOFIFAH INDRIANI


PO.62.24.2.16.092

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA
MANUSIA POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
2019
ABSTRAK

Latar Belakang : Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012 mengenai Angka Kematian Ibu adalah sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Jumlah kasus kematian ibu maternal yang dilaporkan di Provinsi Kalimantan Tengah
pada tahun 2016 sebanyak 74 kasus. Kejadian perdarahan pada ibu post partum pada
tahun 2017 tercatat sebanyak 18 kasus dari 305 pasien dan pada tahun 2018 tercatat
sebanyak 45 kasus dari 402 pasien yang dirawat di ruang kebidanan.

Tujuan penelitian : Diketahuinya gambaran ibu bersalin dengan perdarahan post partum
di Ruang Kebidanan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Periode Januari –
Desember 2018
Metode penelitian : Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Teknik Total
Sampling dimana jumlah sampel yang diambil sama dengan populasi jumlah sampel yang
didapatkan pada waktu penelitian.
Hasil : Variabel dependen yaitu Perdarahan Post Partum dan variabel independen yaitu
Usia, Spasing, Kadar Hb, Kondisi Ibu, Paritas, Riwayat Persalinan, Penolong Persalinan,
Penyebab, Penyulit/Penyakit selama Kehamilan, Rujukan.
Kesimpulan : Variabel yang mendukung pada penelitian ini yaitu Perdarahan Post
Partum dan variabel independen yaitu Usia, Spasing, Kadar Hb, Kondisi Ibu, Paritas,
Riwayat Persalinan, Penolong Persalinan, Penyebab, Penyulit/Penyakit selama
Kehamilan, Rujukan.
Kata Kunci : Perdarahan Post Partum

xii + 57 hlm; 2019; 13 tabel; 1 gambar


Daftar Pustaka: 39 buah (2009-2018)
Kata Kunci : Perdarahan Post Partum
vi
vii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul

GAMBARAN IBU BERSALIN DENGAN PERDARAHAN POST


PARTUM DI RUANG KEBIDANAN RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA PERIODE JANUARI – DESEMBER 2018

Telah disahkan tanggal : 16 Mei 2019

Mengesahkan

Penguji Pembimbing

Erina Eka Hatini, SST., MPH Noordiati, SST., MPH


NIP. 19800608 200112 2 001 NIP. 1980060 8200112 2 002

Ketua Jurusan Kebidanan Ketua Program Studi DII


Kebidanan

Oktaviani, SSiT M.Keb Riyanti, S.SiT., M.Keb


NIP. 19801017 200212 2 0023 NIP. 19780202 200212 2 002

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan

KaruniaNya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul „„Gambaran Ibu Bersalin dengan Perdarahan Post Partum

di Ruang Kebidanan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Periode Januari

– Desember 2018”, Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi Tugas

sebagai salah satu syarat kelulusan prodi D III Kebidanan di Politeknik

Kesehatan Palangka Raya .

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai

pihak karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu

saya mengucapkan Terima kasih kepada :

1. Ibu Dhini, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Palangka Raya

yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar di

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palangka Raya

2. Ibu Oktaviani, S.SiT., M.Keb, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik

Kesehatan Palangka Raya.

3. Ibu Riyanti, S.SiT.M.Keb, selaku Ketua Program Studi D-III Kebidanan

Poltekkes Palangka Raya.

4. Ibu Noordiati, SST., MPH selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan serta motivasi

kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

vi
5. Ibu Erina Eka Hatini, SST., MPH selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan serta motivasi

kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Orang Tua dan keluarga yang telah memberikan semangat dan dukungan

berupa materi maupun moril serta doa untuk saya.

7. Seluruh teman – teman mahasiswi kebidanan reg. XVIII yang telah

memberikan saran dan dukungan, semangat untuk menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini.

Saya menyadari dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini banyak

sekali kekurangan karena keterbatasan saya. Oleh karena itu saya sangat

mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya

membangun demi penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Palangka Raya, 16 Mei 2019

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Judul Hlm
HALAMAN JUDUL i
ABSTRAK ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI iv
LEMBAR PENGESAHAN v
KATA PENGANTAR ............................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1


A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 6


A. Tinjauan Teori .......................................................................... 6
1. Pengertian ..................................................................... 6
2. Penyebab Perdarahan Post Partum ............................... 7
3. Faktor Predisposisi ....................................................... 12
4. Pengananan Perdarahan Post Partum ........................... 22
B. Kerangka Konsep ..................................................................... 26
C. Definisi Operasional ................................................................. 27

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 29


A. Jenis Penelitian ......................................................................... 29
B. Populasi dan Sampel................................................................. 29
C. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 30
D. Teknik dan Pengumpulan Data ................................................ 31
E. Etika Penelitian ......................................................................... 32
F. Pengolahan Data dan Analisis Data.......................................... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 36


A. Gambaran Lokasi Penelitian ..................................................... 36
B. Hasil Penelitian ......................................................................... 36
C. Pembahasan ............................................................................. 44

viii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 54
A. Kesimpulan ............................................................................... 54
B. Saran ....................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Hlm
Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 27
Tabel 4.1 Distribusi Berdasarkan Usia ............................................................ 37
Tabel 4.2 Distribusi Berdasarkan Paritas ......................................................... 37
Tabel 4.3 Distribusi Berdasarkan Kadar Hb .................................................... 38
Tabel 4.4 Distribusi Berdasarkan Spasing ....................................................... 39
Tabel 4.5 Distribusi Berdasarkan Jenis Persalinan .......................................... 39
Tabel 4.6 Distribusi Berdasarkan Penolong Persalinan ................................... 40
Tabel 4.7 Distribusi Berdasarkan Penyulit/Penyakit Selama Kehamilan ........ 41
Tabel 4.7.1 Distribusi Berdasarkan Penyulit/Penyakit Selama Kehamilan ..... 41
Tabel 4.8 Distribusi Berdasarkan Penyebab .................................................... 42
Tabel 4.8.1 Distribusi Berdasarkan Penyebab ................................................. 43
Tabel 4.9 Distribusi Berdasarkan Kondisi Ibu ................................................. 43
Tabel 5.1 Distribusi Berdasarkan Rujukan ...................................................... 44

x
DAFTAR GAMBAR

Hlm
Gambar 2.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 26

xi
DAFTAR SINGKATAN

Depkes : Departemen Kesehatan


DIC : Disseminated Intravascular Coagulation
Dinkes : Dinas Kesehatan
CPD : Cephalopelvic Disproportion
Gr : Gram
Hb : Hemoglobin
HELLP Syndrome : Hemolysis Elevated Liver Enzym
HT : Hipertensi
IM : Intra Muscular
IUFD : Intra Uterine Fetal Death
Kemenkes : Kementrian Kesehatan
KPD : Ketuban Pecah Dini
NaCl : Natrium Clorida
Nakes : Tenaga Kesehatan
PEB : Pre-Eklampsia
Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan
PPH : Post Partum Hemorrhagic
RL : Ringer Laktat
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SpOG : Spesialis Obstetri & Ginekologi
UTD : Unit Tranfusi Darah

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan post partum merupakan salah satu permasalahan yang menjadi

penyebab kematian ibu di Indonesia. Angka kematian ibu merupakan salah

satu indikator untuk melihat derajat kesehatan seorang perempuan khususnya,

masyarakat pada umumnya (Prawiroharjo, 2011).

Menurut definisi WHO adalah kematian ibu yang terjadi selama

kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat

semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau

penanganannya tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cidera pada ibu.

Angka kematian ibu menunjukkan kemampuan dan kualitas suatu pelayanan

kesehatan, kapasitas dari pelayanan kesehatan, kualitas dari pendidikan,

kualitas kesehatan lingkungan sekitar serta hambatan dalam memperoleh akses

terhadap pelayanan kesehatan. Setiap tahunnya terdapat sekitar 292.000

perempuan di dunia yang meninggal akibat perdarahan (WHO, 2012).

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012

mengenai Angka Kematian Ibu adalah sebesar 359 per 100.000 kelahiran

hidup. Kemudian jika mengacu pada hasil SUPAS tahun 2015 angka kematian

ibu berada pada angka 305 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih

terlalu tinggi apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangga. (Depkes

RI, 2016).

1
2

Jumlah kasus kematian ibu maternal yang dilaporkan di Provinsi

Kalimantan Tengah pada tahun 2016 sebanyak 74 kasus lebih sedikit dari

jumlah kasus kematian ibu tahun 2015 sebanyak 80 kasus. Tren kasus kematian

ibu beberapa tahun terakhir sedikit mengalami penurunan jumlah kasus.

(Dinkes Provinsi Kalimantan Tengah, 2017).

Angka kematian ibu di Kota Palangka Raya pada tahun 2016 adalah 19,15

per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut mengalami penurunan dibanding

tahun 2016 adalah 19,65 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2015 yang

mencapai 52,99 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Kota Palangka Raya,

2018) .

Angka Kematian Ibu banyak terjadi pada masa ibu bersalin dan

penyebabnya dikarenakan komplikasi dalam persalinan seperti komplikasi

obstetri yaitu rupture uteri yang menyebabkan perdarahan. (Dinkes Kota

Palangka Raya, 2018)

Tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi dalam

kehamilan dan infeksi. Perdarahan menyebabkan 25% kematian ibu di Negara

berkembang dan yang paling banyak adalah perdarahan pasca salin.

Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya

paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal.

Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan

(Carroli G dkk, 2008).

Faktor-faktor yang dapat meyebabkan perdarahan postpartum adalah

faktor predisposisi dan faktor langsung. Faktor predisposisi antara lain paritas,
3

berat bayi lahir, jarak kehamilan dan riwayat perdarahan postpartum. Faktor

langsung yang dapat menyebabkan perdarahan postpartum antara lain adalah

atonia uteri, sisa plasenta dan selaput ketuban, robekan jalan lahir dan penyakit

darah (Mochtar, 2012).

Penanganan perdarahan pasca salin membutuhkan keahlian tersendiri dan

dan memerlukan kerjasama multidisiplin. Kegagalan untuk menilai gambran

klinis, perkiraan kehilangan darah yang tidak adekuat, pengobatan yang

tertunda, kurangnya kerja tim multidisplin dan kegagalan untuk mencari

bantuan adalah beberapa masalah yang penting untuk diperhatikan. Dokter

harus menyadari tindakan bedah dan waktu intervensi yang tepat serta tim yang

efektif bekerja dapat memperbaikki hasil akhir (Mukherjee, Arulkumaran,

2009).

Menurut data register RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada

tahun 2017, kejadian perdarahan pada ibu post partum sebanyak 18 kasus

(5,9%) dari 305 pasien dan pada tahun 2018 tercatat sebanyak 45 kasus (8,4%)

dari 402 pasien yang dirawat di ruang kebidanan. Penyebab terbanyak

terjadinya perdarahan pada ibu post partum yaitu pertolongan persalinan yang

masih dilakukan oleh non nakes (dukun) sehingga terjadi keterlambatan

penanganan pada ibu. (Register Ruang Kebidanan 2017-2018)

Berdasarkan uraian diatas peneliti sangat tertarik memilih penelitian

dengan judul “Gambaran Ibu Bersalin dengan Perdarahan Post Partum di

RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya Periode Januari – Desember 2018”.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka masalah penelitian ini

adalah Bagaimanakah Gambaran Ibu Bersalin dengan Perdarahan Post Partum

di RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya Periode Januari – Desember 2018?

C. Tujuan Penelitian

A. Tujuan Umum Penelitian

Untuk mengetahui Gambaran Ibu Bersalin dengan Perdarahan Post

Partum di RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya Periode Januari –

Desember 2018.

B. Tujuan Khusus Penelitian


Untuk mengetahui Gambaran Ibu Bersalin dengan Perdarahan Post

Partum di RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya Periode Januari –

Desember 2018 berdasarkan

a. Usia

b. Paritas

c. Penyebab

d. Jarak kehamilan

e. Hb

f. Penyulit/penyakit selama kehamilan

g. Riwayat persalinan

h. Penolong persalinan

i. Kondisi ibu

j. Rujukan
5

D. Manfaat penelitian
a. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kehidupan

sehari–hari sehingga peneliti mampu menambah wawasan dan

diharapkan sebagai referensi atau bahan perbandingan untuk penelitian

yang selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan gambaran

perdarahan post partum.

b. Bagi tempat penelitian

Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan bahan evaluasi bagi

tempat penelitian sehingga dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk

peningkatan pelayanan.

c. Bagi Institusi

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

informasi tentang perdarahan post partum untuk penelitian selanjutnya

dan menambah referensi diperpustakaan.

d. Bagi Responden

Diharapkan melalui penelitian ini dapat bermanfaat sebagai

pengetahuan dan digunakan sebagai informasi dalam keluarga dan

kerabat terdekatnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian Perdarahan Post Partum

a) Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam

setelah persalinan berlangsung (Manuaba, 2008)

b) Perdarahan obstetric adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari

tempat implantasi plasenta atau trauma saluran genetalia dan struktur

disekitarnya atau di keduanya (Gant, Norman, 2010)

c) Perdarahan pasca persalianan adalah perdarahan melebihi 500 ml

pasca persalinan setelah bayi lahir (Ambar Dwi, 2010)

d) Perdarahan pasca partum adalah perdarahan yang terjadi setelah

kelahiran bayi, sebelum, selama dan sesudah keluarnya plasenta

(Harry Oxorn, 2010)

e) Hemoragi antepartum adalah perdarahan dari saluran genetalia setelah

24 minggu kehamilan dan sebelum awitan persalinan (Yulianti,

Praptiani, 2011)

Menurut Varney (2008), perdarahan postpartum terbagi

menjadi dua macam, yaitu:

1. Perdarahan postpartum primer (early postpartum

hemorrhage), adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam

pertama setelah janin lahir atau kala III.

6
7

2. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum

hemmorhage), adalah perdarahan yang terjadi pada hari ke 5

sampai pada hari ke 15 setelah anak dilahirkan.

Berdasarkan 2 macam perdarahan tersebut, kematian ibu

yang paling sering karena waktu kejadiannya adalah kematian

akibat dari perdarahan yang terjadi beberapa jam setelah

persalinan atau perdarahan postpartum primer (Aeni, 2013)

2. Penyebab Perdarahan Post Partum

Banyak faktor yang dapat menyebabkan perdarahan post partum, antara

lain 4T (Tone dimished, Trauma, Tissue, Thrombin), (Mukherjee,

Arulkumaran, 2009) :

a) Tone Dimished : Atonia uteri

Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak mampu

untuk berkontraksi dengan baik dan mengecil sesudah janin keluar

dari rahim. Perdarahan postpartum secara fisiologis di kontrol oleh

kontraksi serat - serat myometrium terutama yang berada disekitar

pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan

plasenta. Atonia uteri terjadi ketika myometrium tidak dapat

berkontraksi. Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar

dan lembek pada palpusi. Atonia uteri juga dapat timbul karena salah

penanganan kala III persalinan, dengan memijat uterus dan

mendorongnya kebawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang


8

sebenarnya bukan terlepas dari uterus. Atonia uteri merupakan

penyebab utama perdarahan postpartum. Beberapa hal yang dapat

menyebabkan terjadinya atonia uteri :

 Manipulasi uterus yang berlebihan.

 General anestesi (pada persalinan dengan operasi), Anestesi yang

dalam.

 Uterus yang teregang berlebihan.

 Kehamilan kembar.

 Fetal macrosomia (berat janin antara 4500 - 5000 gram).

 Polihydramnion.

 Kehamilan lewat waktu, Partus lama.

 Grande multipara (fibrosis otot-otot uterus).

 Infeksi uterus (chorioamnionitis, endomyometritis, septicemia).

 Plasenta previa, Solutio plasenta

b) Tissue

 Retensio plasenta

 Sisa plasenta

 Plasenta acreta dan variasinya.

Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal

itu dinamakan retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena :

plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas

akan tetapi belum dilahirkan. Jika plasenta belum lepas sama sekali,

tidak terjadi perdarahan, tapi apabila terlepas sebagian maka akan


9

terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.

Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena :

 Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta

adhesiva)

 Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vilis komalis

menembus desidva sampai miometrium-sampai dibawah

peritoneum (plasenta akreta - perkreta)

 Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum

keluar disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau

karena salah penanganan kala III. Sehingga terjadi lingkaran

konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya

plasenta (inkarserasio plasenta). Sisa plasenta yang tertinggal

merupakan penyebab 20 - 25 % dari kasus perdarahan postpartum.

c) Trauma

Sekitar 20% kasus perdarahan postpartum disebabkan oleh trauma

jalan lahir akibat :

 Ruptur uterus

 Inversi uterus

 Perlukaan jalan lahir

 Vaginal hematom

Ruptur spontan uterus jarang terjadi, faktor resiko yang bisa

menyebabkan antara lain grande multipara, malpresentasi, riwayat

operasi uterus sebelumnya, dan persalinan dengan induksi oxytosin.


10

Repture uterus sering terjadi akibat jaringan parut section secarea

sebelumnya. Laserasi dapat mengenai uterus, cervix, vagina, atau

vulva, dan biasanya terjadi karena persalinan secara operasi ataupun

persalinan pervaginam dengan bayi besar, terminasi kehamilan dengan

vacum atau forcep, walaupun begitu laserasi bisa terjadi pada

sembarang persalinan. Laserasi pembuluh darah dibawah mukosa

vagina dan vulva akan menyebabkan hematom, perdarahan akan

tersamarkan dan dapat menjadi berbahaya karena tidak akan terdeteksi

selama beberapa jam dan bisa menyebabkan terjadinya syok.

Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika

mengenai arteri atau vena yang besar, jika episitomi luas, jika ada

penundaan antara episitomi dan persalinan, atau jika ada penundaan

antara persalinan dan perbaikan episitomi. (Fransisca, 2012)

Perdarahan yang terus terjadi (terutama merah menyala) dan

kontraksi uterus baik akan mengarah pada perdarahan dari laserasi

ataupun episitomi. Ketika laserasi cervix atau vagina diketahui sebagai

penyebab perdarahan maka repair adalah solusi terbaik. Pada inversion

uteri bagian atas uterus memasuki kovum uteri, sehingga fundus uteri

sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri. Peristiwa ini terjadi

tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar. Inversio

uteri dapat dibagi :

 Fundus uteri menonjol ke dalam kavum uteri tetapi belum keluar

dari ruang tersebut.


11

 Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina.

 Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar

terletak diluar vagina.

Tindakan yang dapat menyebabkan inversio uteri ialah perasat

crede pada korpus uteri yang tidak berkontraksi baik dan tarikan pada

tali pusat dengan plasenta yang belum lepas dari dinding uterus. Pada

penderita dengan syok perdarahan dan fundus uteri tidak ditemukan

pada tempat yang lazim pada kala III atau setelah persalinan selesai.

(Fransisca, 2012)

Pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor yang lunak diatas

servix uteri atau dalam vagina. Kelainan tersebut dapat menyebabkan

keadaan gawat dengan angka kematian tinggi (15 - 70%). Reposisi

secepat mungkin memberi harapan yang terbaik untuk keselamatan

penderita. (Fransisca, 2012)

d) Thrombin : Kelainan pembekuan darah

Gejala-gejala kelainan pembekuan darah bisa berupa penyakit

keturunan ataupun didapat, kelainan pembekuan darah bisa berupa :

 Hipofibrinogenemia,

 Trombocitopeni,

 Idiopathic thrombocytopenic purpura,

 HELLP syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes, and low

platelet count),

 Disseminated Intravaskuler Coagulation,


12

 Dilutional coagulopathy bisa terjadi pada transfusi darah lebih dari 8

unit karena darah donor biasanya tidak fresh sehingga komponen

fibrin dan trombosit sudah rusak. (Fransisca, 2012)

3. Faktor Predisposisi Perdarahan Post Partum

a) Usia

Wanita yang melahirkan anak pada usia lebih dari 35 tahun

merupakan faktor predisposisi terjadinya perdarahan post partum yang

dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada

usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah

mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal.

Meningkatnya usia ibu merupakan faktor independen terjadinya PPH.

Jumlah perdarahan pada usia lebih tua lebih besar pada persalinan

sesar dibanding persalinan vaginal (Emilia, 2011).

Menurut penelitian Vina Anggrani (2013) yang menunjukan

hubungan usia dengan kejadian perdarahan post partum. Dapat

disimpulkan bahwa ibu yang mengalami perdarahan post partum rata-

rata berusia antara 20-35 tahun. Yang berarti usia tidak menjadi faktor

langsung penyebab terjadinya perdarahan post partum.

Dalam penelitian Karlin, dkk (2016) ditulis bahwa Usia merupakan

salah satu faktor penting yang ikut menentukan prognosa kehamilan.

Secara global komplikasi kehamilan dan persalinan merupakan

penyebab kedua kematian pada wanita di usia 15 sampai 19 tahun.


13

Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan di usia di

bawah 20 tahun diperkirakan 2-5 kali lebih tinggi dari pada di usia 20

sampai 29 tahun dan meningkat kembali di usia 30-35 tahun dan

sekitar 20-30% wanita yang berusia dibawah 20 tahun terutama pada

primipara berisiko tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lahir

rendah (BBLR) serta mengalami malformasi janin yang merupakan

penyebab kematian perinatal juga kejadian perdarahan post partum.

b) Penyebab

Banyak faktor yang dapat menyebabkan perdarahan post partum,

antara lain 4T : Tone Dimished : Atonia uteri suatu keadaan dimana

uterus tidak mampu untuk berkontraksi dengan baik dan mengecil

sesudah janin keluar dari rahim. Atonia uteri merupakan penyebab

utama perdarahan postpartum ; Tissue (Retensio plasenta, Sisa

plasenta, Plasenta acreta dan variasinya), Sisa plasenta yang tertinggal

merupakan penyebab 20 - 25 % dari kasus perdarahan postpartum;

Trauma : Sekitar 20% kasus perdarahan postpartum disebabkan oleh

trauma jalan lahir akibat : Ruptur uterus, Inversi uterus, Perlukaan

jalan lahir, Vaginal hematom. Kelainan tersebut dapat menyebabkan

keadaan gawat dengan angka kematian tinggi (15-70%); serta

Thrombin : Kelainan pembekuan darah. Gejala-gejala kelainan

pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun didapat,

kelainan pembekuan darah bisa berupa : Hipofibrinogenemia,

Trombocitopeni, Idiopathic thrombocytopenic purpura, HELLP


14

syndrome (hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count).

Insidensi perdarahan postpartum pada negara maju sekitar 5% dari

persalinan, sedangkan pada Negara berkembang bisa mencapai 28%

dari persalinan dan menjadi masalah utama dalam kematian ibu.

Penyebabnya 90% dari atonia uteri, 7% robekan jalin lahir, sisanya

dikarenakan retensio plasenta dan gangguan pembekuan darah

(Ambar Dwi, 2010)

c) Paritas

Salah satu penyebab perdarahan post partum adalah multiparitas.

Paritas menunjukan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai

batas viabilitas dan telah dilahirkan. Hal yang menentukan paritas

adalah jumlah kehamilan yang mencapai viabilitas, bukan jumlah

janin yang dilahirkan. Paritas tidak lebih besar jika wanita yang

bersangkutan melahirkan satu janin, janin kembar, atau janin kembar

lima, juga tidak lebih rendah jika janinnya lahir mati. Uterus yang

telah melahirkan banyak anak, cenderung bekerja tidak efisien dalam

semua kala persalinan. (Varney, 2008)

Berdasarkan penelitian yang didapatkan sesuai dengan penelitian

Febti Kuswanti (2016) yang menyatakan bahwa paritas beresiko

seperti primipara dan grandemultipara mempunyai resiko yang besar

untuk terjadi perdarahan post partum. Hal ini terjadi disebabkan oleh

atonia uteri yang merupakan dampak dari paritas beresiko.


15

Paritas merupakan jumlah anak yang dilahirkan baik lahir hidup

maupun meninggal. Paritas lebih dari 4 kali mempunyai resiko yang

lebih besar untuk terjadi perdarahan, demikian dengan ibu yang terlalu

sering hamil menyebabkan resiko untuk sakit, kematian juga anaknya

(Depkes RI, 2018).

Menurut Siswosudarmo (2008) jenis paritas bagi ibu yang sudah

partus antara lain yaitu :

 Nulipara : wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang

mampu hidup

 Primipara : wanita yang pernah satu kali melahirkan bayi yang

telah mencapai tahap mampu hidup

 Multipara : wanita yang telah melahirkan dua janin atau lebih

 Grandemultipara : wanita yang telah melahirkan lima anak atau

lebih

Ditinjau dari tingkatannya paritas dikelompokkan menjadi 3 antara

lain yakni paritas rendah yang meliputi nulipara dan primipara;

paritas sedang atau multipara yang digolongkan pada hamil dan

bersalin dua sampai empat kali; paritas tinggi atau grandemulti adalah

ibu hamil dan melahirkan 5 kali atau lebih. Pada paritas sedang,

sudah masuk kategori rawan terutama pada kasus-kasus obstetric

yang jelek, serta interval kehamilan yang terlalu dekat <2 tahun.

Paritas tinggi merupakan paritas rawan oleh karena paritas tinggi

banyak kejadian-kejadian obstetric patologi yang bersumber pada


16

paritas tinggi, antara lain plasenta previa, perdarahan post partum,

dan lebih memungkinkan lagi terjadinya atonia uteri (Winkjosastro,

2010)

d) Spasing

Jarak kehamilan adalah jarak interval waktu antara dua kehamilan

yang berurutan dari seorang wanita. Jarak kehamilan yang pendek

secara langsung akan memberikan efek pada kesehatan wanita

maupun janin yang dikandung. Wanita setelah melahirkan

membutuhkan waktu 2 sampai 3 tahun untuk memulihkan tubuhnya

dan mempersiapkan diri untuk kehamilan dan persalinan selanjutnya.

Bila jarak kehamilan terlalu dekat maka cenderung menimbulkan

kerusakan pada sistem reproduksi wanita baik secara fisiologis

ataupun patologis sehingga memberi kemungkinan terjadi anemia

pada ibu bahkan sampai dapat menimbulkan kematian (Sawitri dkk,

2014).

Menurut Cholli (2008), jarak kehamilan yang aman adalah dengan

menggunakan rumus 335 yaitu 3 untuk jumlah anak, 3 untuk jarak

kehamilan dan 35 untuk usia ibu terakhir hamil. Kehamilan yang

pertama dan kedua memiliki resiko sama sehingga diperlukan

peencanaan yang maksimal untuk kesehatan ibu dan anaknya.

Perencanaan yang ideal adalah dengan melaksanakan program

keluarga berencana.
17

e) Hb

Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar

hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah

dibandingkan normal (Soebroto, 2010). Kategori Anemia menurut

Soebroto (2010) :

 Kadar Hb 11 gr - 8 gr disebut anemia ringan

 Kadar Hb 8 gr – 5 gr disebut anemia sedang

 Kadar Hb kurang dari 5 gr disebut anemia berat

Anemia sedang sampai berat juga memiliki hubungan yang

bermakna dengan perdarahan postpartum. Anemia berat dapat

menurunkan kekuatan otot uterus atau menyebabkan ibu bersalin lebih

rentan terhadap penyakit-penyakit infeksi sehingga anemia berat dapat

menyebabkan perdarahan postpartum bahkan kematian. Angka

kejadian anemia dalam kehamilan di Indonesia yaitu 46% tergolong

cukup besar sehingga dikhawatirkan dapat meningkatkan angka

kejadian perdarahan postpartum. Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Rikesdas) pada tahun 2010 menunjukkan bahwa ibu hamil yang

terkena anemia mencapai 40%-50%. (Riskesdas tahun 2010)

Anemia merupakan kadar Hb yang rendah sehingga hal ini dapat

mempengaruhi keadaan system maternal untuk memindahkan nutrisi

pada janin. Bukan hanya itu namun juga anemia merupakan salah satu

factor terjadinya perdarahan post partum seperti atonia uteri. Atonia

uteri terjadi karena kontraksi serat myometrium terutama saat berada


18

di sekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat

perlekatan plasenta tidak dapat berkontraksi dengan baik. (Franser,

2009)

f) Penyulit/penyakit selama kehamilan

Suatu kelainan/gangguan yang dialami oleh ibu selama masa

kehamilan juga memiliki pengaruh terhadap terjadinya perdarahan

post partum seperti kehamilan gemeli yang menyebabkan distensi

uterus yang berlebihan sehingga uterus melewati batas toleransinya

yang menyebabkan bisa terjadinya inersia uteri. Selain itu bila ibu

mempunyai riwayat IUFD ataupun abortus juga akan berpengaruh

pada terjadinya perdarahan post partum seperti gangguan koagulasi

(Thrombin). (Maurren, 2008)

Penyakit yang pernah diderita ibu seperti riwayat hipertensi yang

beresiko dapat menyebabkan ibu mengalami pre eklampsia/eklampsia

saat proses persalinan dan terjadinya perdarahan, penyakit jantung,

diabetes serta penyakit penyerta lainnya (Manuaba, 2008)

Pada IUFD, jika janin yang sudah meninggal terlalu lama berada

dalam rahim, ibu berisiko mengalami koagulasi intravaskular

diseminata (disseminated intravascular coagulation/ DIC). Ini adalah

suatu kelainan pembekuan darah yang bisa menyebabkan ibu

mengalami perdarahan dan sumbatan pada pembuluh darah pada

waktu bersamaan (Amalia, 2012)


19

Penyulit lain seperti kehamilan serotinus dapat menimbulkan

komplikasi seperti besar oleh karena pertumbuhan janin yang terus

berlangsung dan dapat menimbulkn CPD dengan derajat yang

mengkhawatirkan akibatnya persalinan tidak dapat berlangsung secara

normal sehingga sering dijumpai terjadi persalinan lama, inersia uteri

dan perdarahan post partum (Aeni, 2013).

g) Jenis persalinan

Jenis persalinan yang dialami ibu juga memiliki pengaruh terhadap

terjadinya perdarahan post partum. Menurut penelitian Fika Nurul

(2017), sebagian besar ibu yang mengalami perdarahan post partum

adalah pada ibu dengan persalinan tanpa tindakan.persalinan tindakan

merupakan salah satu factor resiko terjadinya perdarahan post partum.

Persalinan tindakan pervaginam seperti dengan vakum, forcep,

sedangkan tindkan per abdominal adalah SC. Tindakan pada

persalinan baik vaginam atau abdominal dapat menyebabkan trauma

baik pada ibu mapun pada bayinya. (Manuaba, 2008).

Perdarahan post partum merupakan penyebab utama kematian ibu

(40%-60% dari kematian ibu di Indonesia). Insiden dari perdarahan

post partum berkisar 10%-15%, yaitu 4% setelah persalinan

pervaginam dan 6-8% setelah persalinan dengan bedah sesar

(Norwitz, 2008). Seksio sesarea dapat mengakibatkan perdarahan post

partum karena penggunaan anestesi saat operasi menyebabkan

terjadinya relaksasi myometrium yang berlebihan dan mengakibatkan


20

uterus gagal berkontraksi dan terjadi atonia uteri sehingga

menyebabkan terjadinya perdarahan post partum. Angka seksio

sesarea terus meningkat dari insidensi 3-5% pada saat 15 tahun yang

lalu dan saat ini angka seksio sesarea ini mencapai 10-15% (Oxorn

dan Forte, 2010).

h) Penolong Persalinan

Penolong persalinan merupakan factor penting yang tidak bisa

diabaikan dalam proses persalinan. Persalinan akan aman dan lancar

jika dilaksanakan oleh tenaga terlatih. Pembagian tenaga kesehatan di

Indonesia dibagi menjadi tenaga professional (dokter SpOG, dokter

umum, bidan dan perawat kesehatan) serta tenaga non professional

(dukun bayi terlatih dan tidak terlatih) (Amalia 2012).

Peningkatan cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan

yang terampil dengan pelaksanaan program kemitraan bidan-paraji

dan manajemen aktif kala III persalinan sangat penting untuk

pencegahan perdarahan post partum. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Sosa et al menunjukkan bahwa manajemen aktif kala

III persalinan merupakan factor protektif terhadap perdarahan post

partum. Pelaksanaan manajemen aktif kala III persalinan oleh tenaga

kesehatan dapat menurunkan resiko perdarahan post partum sebesar

52% dengan kata lain tidak dilakukannya manajemen aktif kala III

persalinan dapat meningkatkan resiko perdarahan post partum pada

ibu 2,08 kali lebih besar. (Sosa et al, 2009).


21

i) Kondisi Ibu

Data Rutin Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan

menyebutkan sebanyak 28 persen penyebab kematian ibu saat

melahirkan adalah akibat pendarahan. Penyebab kematian ibu

melahirkan berdasarkan data tahun 2016 itu disebabkan tidak

tersedianya pasokan darah setelah tindakan persalinan. Kematian ibu

melahirkan akibat kekurangan darah dapat dicegah dengan

ketersediaan pasokan darah yang cukup melalui semakin banyaknya

pendonor darah sukarela. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan

membuat program kerja sama antara puskesmas, unit transfusi darah

(UTD) dan rumah sakit dalam pelayanan darah untuk menurunkan

angka kematian ibu melahirkan. Program tersebut dibentuk untuk

menjamin tersedianya darah yang cukup bagi ibu hamil, melahirkan

dan nifas di fasilitas kesehatan terdekat (Kemenkes RI, 2016).

Ibu yang mengalami perdarahan post partum dan dapat tertangani

pada tahun 2017 sebanyak 16 ibu (88%) dari 18 orang. Sedangkan

pada tahun 2018 sampai dengan bulan September ibu yang dapat

tertangani (selamat) adalah sebanyak 31 ibu (91%) dari 34 orang

(Register Ruang Kebidanan Tahun 2017-2018).

j) Rujukan

Rujukan ibu hamil dan neonatus yang berisiko tinggi merupakan

komponen yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan maternal.

Dengan memahami sistem dan cara rujukan yang baik, tenaga


22

kesehatan diharapkan dapat memperbaiki kualitas pelayanan pasien.

Rujukan dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan di suatu fasilitas

kesehatan tidak mampu menatalaksana komplikasi yang mungkin

terjadi. Dalam pelayanan kesehatan maternal dan pernatal, terdapat

dua alasan untuk merujuk ibu hamil, yaitu ibu dan/atau janin yang

dikandungnya. (Kemenkes RI, 2013).

Sistem Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang

mengatur pelimpahan tugas dan tanggungjawab pelayanan kesehatan

secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal (Permenkes RI,

2014).

Rujukan upaya kesehatan adalah adalah pelimpahan wewenang dan

tanggung jawab secara timbal balik, baik horizontal dan vertikal

maupun structural dan fungsional terhadap kasus penyakit atau

masalah penyakit atau permasalahan kesehatan. Rujukan dibagi dalam

rujukan medic yang berkaitan dengan pengobatan dan pemulihan

berupa pengiriman pasien (kasus), specimen, dan pengetahuan tentang

penyakit; sedang rujukan kesehatan dikaitkan dengan upaya

pencegahan dan peningkatan kesehatan berupa sarana, teknologi, dan

operasional (Standar Kesehatan Nasional, 2009).

4. Penanganan Perdarahan Post Partum


23

Dalam melakukan penanganan perdarahan postpartum secara

sistematis terdapat dua tingkat penatalaksanaan yaitu tatalaksana umum

dan tatalaksana khusus (Muhlisin, 2009).

1. Tatalaksana Umum

 Memanggil bantuan tim untuk melakukan tatalaksana secara

simultan

 Menilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien.

 Apabila menemukan tanda-tanda syok, lakukan penatalaksanaan

syok.

 Memberikan oksigen.

 Memasang infus intravena dengan jarum besar

 Memulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer

Laktat atau Ringer Asetat) sesuai dengan kondisi ibu.

 Melakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan. Jika

fasilitas tersedia, lakukan pemeriksaan darah lengkap.

 Memasang kateter Folley untuk memantau volume urin

dibandingkan dengan jumlah cairan yang masuk.

 Melakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu.

 Memeriksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut

luka, dan tinggi fundus uteri.

 Memeriksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat

perdarahan dan laserasi (jika ada, misal: robekan serviks atau

robekan vagina).
24

 Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.

 Menyiapkan transfusi darah jika kadar Hb < 8 g/dL atau secara

klinis ditemukan keadaan anemia berat

 Menentukan penyebab perdarahannya dan melakukan tatalaksana

spesifik sesuai penyebab

2. Tatalaksana Khusus

 Atonia uteri : Memberikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml

larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit

dan 10 unitIM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unitd alam 1000 ml

larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit

hingga perdarahan berhenti.

 Retensio Plasenta : Melakukan plasenta manual secara hati-hati

 Sisa Plasenta : Melakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka)

dan keluarkan bekuan darah dan jaringan. Bila serviks hanya

dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta

dengan aspirasi vakum manual atau dilatasi dan kuretase.

 Robekan Jalan Lahir : Untuk ruptur perineum dan robekan

dinding vagina lakukan penjahitan seperti biasa, untuk robekan

serviks lakukan penjahitan secara kontinu dimulai dari ujung atas

robekan kemudian ke arah luar sehingga semua robekan dapat

dijahit
25

 Gangguan Pembekuan Darah : Memberikan transfusi darah

lengkap segar untuk menggantikan faktor pembekuan dan sel

darah merah.

 Inversio uteri : Segera melakukan reposisi uterus. Namun jika

reposisi tampak sulit, apalagi jika inversio telah terjadi cukup

lama, rujuk ke fasilitas yang lebih memadai dan dapat melakukan

operasi untuk dilakukan laparotomi. Bila laparotomi tidak

berhasil dapat dilakukan histerektomi sub total hingga total.

 Ruptura uteri : Merujuk ke fasilitas yang lebih memadai dan dapat

melakukan operasi untuk dilakukan reparasi uterus atau

histerorafi. Bila histerorafi tidak berhasil dapat dilakukan

histerektomi sub total hingga total.


26

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-

penelitian yang akan dilakukan.

Dari tinjauan kerangka konsep diatas, variabel yang akan diteliti adalah :

Variabel Independent

Gambaran ibu bersalin dengan perdarahan


post partum :
Variabel
- Usia ibu Dependent
- Paritas
- Penyebab
Perdarahan Post Partum
- Jarak persalinan
- Hb
- Penyulit/penyakit selama kehamilan
- Jenis persalinan
- Penolong persalinan
- Kondisi Ibu
- Rujukan

Gambar 2.1 Kerangka Konsep


27

C. Definisi Operasional
Definisi operasiaonal adalah salah satu definisi yang mebatasi ruang lingkup
atau pengertian variabel – variabel diamati atau diteliti (Notoadmojo, 2010).
Tabel 3.1 Definisi Operasional Perdarahan Post Partum

No Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
Checklist
Perdarahan >500 cc selama
Perdarahan post Melihat daftar register dan
1 24 jam atau lebih setelah Perdarahan >500cc Nominal
partum ruang kebidanan Rekam
anak lahir
Medik
Usia ibu bersalin dengan Checklist
Melihat 1. <20 thn
perdarahan post partum yang dan
2 Umur dokumentasi/register 2. 20-35 thn Ordinal
dihitung pada saat dilahirkan Rekam
dan mengisi checklist 3. >35 thn
sampai saat dirawat Medik
Register,
Jumlah persalinan yang Melihat Checklist 1. Primipara
3 Paritas dialami oleh ibu sesuai dokumentasi/register dan 2. Multipara Ordinal
dengan catatan register dan mengisi checklist Rekam 3. Grandemultipara
Medik
1. Atonia uteri
Register, 2. Laserasi jalan lahir
Penggolongan perdarahan Melihat Checklist 3. Plasenta previa
4 Penyebab post partum sesuai dengan dokumentasi/register dan 4. Retensio plasenta Nominal
penyabab perdarahan dan mengisi checklist Rekam 5. Rupture uteri
Medik 6. Sisa plasenta
7. Inversio uteri
Jarak antara persalinan yang Checklist
Melihat
lalu dengan jarak persalinan dan 1. <2 thn
5 Spasing dokumentasi/register Ordinal
ibu saat mengalami Rekam 2. ≥2 thn
dan mengisi checklist
perdarahan post partum Medik
Checklist
Kadar haemoglobin dalam Melihat
dan 1. <11 gr%
6 Hb darah ibu saat mengalami dokumentasi/register Ordinal
Rekam 2. ≥11 gr%
perdarahan post partum dan mengisi checklist
Medik
1. Anemia
2. HT
3. Gemeli
Checklist
Berupa kelainan maupun 4. IUFD
Penyulit/penyakit Melihat dan
7 penyakit yang dialami oleh 5. KPD Nominal
selama kehamilan dokumentasi/register Rekam
ibu selama masa kehamilan 6. CPD
Medik
7. Oligohidramnion
8. PEB
9. Serotinus
Checklist
Persalinan yang dialami oleh
Melihat dan 1. P pervaginam
8 Jenis persalinan ibu saat mengalami Nominal
dokumentasi/register Rekam 2. P. dgn tindakan
perdarahan
Medik
28

Tabel 3.1 Definisi Operasional Perdarahan Post Partum

Kondisi ibu yang mengalami Checklist


perdarahan post partum Melihat dan 1. Tertangani
9 Kondisi ibu Nominal
setelah mendapatkan dokumentasi/register Rekam 2. Tidak tertangani
tindakan Medik
Kondisi yang tepat waktu ke Checklist
fasilitas yang lebih lengkap Melihat dan 1. Ya
10 Rujukan Nominal
dan diharapkan mampu dokumentasi/register Rekam 2. Tidak
menyelamatkan ibu dan bayi Medik
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif. Penelitian

deskriptif merupakan suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk

mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah

maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu dapat berupa bentuk,

aktivitas, perubahan, karakteristik, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara

fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukamadinata, 2011).

Dalam penelitian ini penulis hanya menggambarkan tentang gambaran ibu

bersalin yang mengalami perdarahan post partum di ruang kebidanan RSUD

Doris Sylvanus Palangka Raya.

B. Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2008), “Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri

atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu.

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin yang

mengalami perdarahan post partum dan dirawat di Ruang Kebidanan RSUD

Doris Sylvanus Palangka Raya.

29
30

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010).

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2010), sampel adalah sebagian yang

diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi. Untuk populasi yang jumlahnya kurang dari 100, maka

pengambilan sampelnya seperti yang diungkap oleh Arikunto (2010) yaitu

apabila subjek <100, lebih baik diambil semua.

Mengacu pada pendapat-pendapat diatas maka sampel yang penulis

gunakan adalah seluruh populasi yang disebut juga total populasi yaitu semua

ibu bersalin (termasuk ibu bersalin rujukan) yang ada di ruang kebidanan

RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya dengan kasus perdarahan post partum

pada bulan Januari 2018 sampai bulan Desember 2018 sebanyak 45 orang.

Namun yang diambil untuk menjadi sampel hanya 43 orang saja, karena

terdapat 2 orang yang datanya tidak lengkap sehingga tidak bisa diambil

untuk dijadikan sampel

C. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan diruang kebidanan RSUD Doris Sylvanus

Palangka Raya, dimulai dari penyusunan proposal penelitian pada bulan

Desember 2018, pengurusan perizinan dan pengambilan data dilakukan pada

bulan Januari – Februari 2019 dan data yang diambil adalah data ibu yang

mengalami kejadian perdarahan post partum mulai dari bulan Januari 2018

sampai Desember 2018.


31

D. Teknik dan alat pengumpulan data

1. Alat ukur/Instrumen Penelitian

Notoadmojo (2010) mengetakan instrument penelitian adalah alat-

alat yang digunakan untuk mengumpulkan data, instrument ini dapat

berupa check list, formulir lain yang berkaitan dengan percobaan data.

Instrument yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

check list. Menurut Notoadmojo (2010), check list adalah suatu daftar

pengecek, berisi nama subjek dan beberapa gejala identifikasi lainnya

dari sasaran pengamatan. Pengamat tinggal memberi tanda check (√)

pada daftar tersebut yang menunjukkan gejala/ciri dari sasaran

pengamatan.

2. Cara Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mencatat

dari register ruang kebidanan. Adapun langkah-langkahnya sebahagai

berikut :

a. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan ini berisi beberapa kegiatan sebagai berikut

1) Menentukan sasaran populasi

2) Menentukan jumlah sampel

3) Membuat kerangka check list

4) Memperbanyak check list


32

b. Tahap Pelaksanaan

Pengumpulan data dengan menggunakan check list dengan tahapan

sebagai berikut :

1) Menggunakan surat izin meneliti di tempat yang telah

ditentukan

2) Menggunakan check list untuk mengumpulkan data. Data

diperoleh dari register ruang kebidanan RSUD Doris Sylvanus

Palangka Raya tahun 2018.

E. Etika penelitian

Untuk mendapatkan data dari lahan tempat penelitian peneliti memerlukan

rekondasi dari institusi pendidikan dengan mengajukan permohonan izin

penelitian di lahan.

Etika yang harus diperhatikan dalam penelitian ini adalah :

1. Dalam mengambil karya orang lain harus mencantumkan nama dan

sumbernya

2. Informed consent merupakan persetujuan antara penelitian dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan sebelum

penelitian dilakukan.Tujuan informed consent agar subjek mengerti maksud

dan tujuan penelitian, serta menggetahui dampaknya.

3. Anonimity (tanpa nama). Masalah etika kebidanan merupakan masalah

yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan


33

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan

data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

4. Kerahasiaan (confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasian hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.

5. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for person)

Peneliti memberikan informasi kepada responden mengenai penelitian yang

akan dilakukan meliputi prosedur, manfaat, risiko dan ketidaknyamanan,

kesukarelaan dan kerahasiaan data. Informasi diberikan agar subjek dapat

menentukan apakah dirinya ikut dalam penelitian atau tidak. Subjek bebas

menentukan sendiri keputusannya. Subjek yang secara sukarela mengikuti

penelitian ini kemudian diminta menyatakan persetujuan tertulis dengan

menandatangani lembar persetujuan sebagai responden.

6. Memenuhi Persyaratan Ilmiah Bermanfaat dan Tidak Merugikan

(beneficience and non maleficience)

Resiko secara fisik bagi ibu sebenarnya tidak ada, hanya saja mungkin

menimbulkan ketidaknyamanan ketika peneliti melakukan wawancara. Pada

saat melakukan wawancara sehingga, perlu memperhatikan waktu istirahat

responden dan kondisi fisik, karena wawancara menyita waktu responden.


34

7. Keadilan (justice)

Semua ibu diperlakukan sama dalam penelitian ini

F. Pengolahan data dan analisa data


1. Pengolahan data

Pengertian dari pengolahan data atau data processing merupakan

manipulasi data ke bentuk yang lebih informative atau berupa informasi.

Informasi merupakan hasil dari kegiatan pengolahan suatu data dalam

bentuk tertentu yang lebih berarti dari suatu kegiatan atau suatu peristiwa.

Pengolahan data penelitian dilakukan dengan melalui tahap-tahap

sebagai berikut :

a.) Editing yaitu melakukan pengecekan kelengkapan data di antaranya

kelengkapan identitas responden, lembar kuesioner, dan kelengkapan

pengisian,sehingga apabila terjadi ketidaksesuaian atau kesalahan data

dapat segera dengan mudah melakukan perbaikan.

b.) Scoring yaitu memberikan skor terhadap item-item yang perlu diberi skor

c.) Tabulating merupakan kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian

ke dalam tabel-tabel sesuai kriteria.

d.) Entry Data merupakan proses memasukkan data ke dalam komputer

melalui program

e.) Cleaning adalah pengecekan data yang sudah dimasukkan guna

memastikan bahwa data telah bersih dari kesalahan-kesalahan seperti

pengkodean ataupun kesalahan dalam membaca kode.

2. Analisa Data
35

Analisa data yang digunakan adalah analisa data univariat yaitu untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing – masing variabel

(Notoatmodjo, 2011). Pada penelitian ini analisis dilakukan untuk

mendeskripsikan Gambaran Ibu Bersalin dengan Perdarahan Post Partum

dan variabel yang akan diteliti yaitu ; Usia, Penyebab, Paritas, Spasing, Hb,

Penyulit/Penyakit selama kehamilan, Jenis Persalinan, Penolong Persalinan,

Kondisi Ibu dan Rujukan. Ukuran statistik yang digunakan dalam penelitian

ini distribusi frekuensi dan persentase masing-masing variabel yang diteliti,

dengan rumus sebagai berikut :

𝑓
P = ×100 %
𝑛

Keterangan :
f : jumlah angka kejadian
n : seluruh sampel yang akan disajikan
P : persentase
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran lokasi penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Doris Sylvanus merupakan rumah sakit

milik Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah yang memiliki kapasitas 210

tempat tidur dan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari diatur dengan

Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Tengah Nomor 11 Tahun 1999. Untuk

melaksanakan tugasnya Rumah Sakit mempunyai fungsi menyelenggarakan

pelayanan medis, menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non

medis, menyelenggarakan pengembangan dan penelitian, menyelenggarakan

administrasi umum dan keuangan organisasi Rumah Sakit.

Lokasi penelitian dilakukan di ruang kebidanan RSUD Doris Sylvanus

tepatnya di Ruang C, sedangkan untuk pengambilan data dilakukan di Ruang

Rekam Medik RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya.

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Ruang Kebidanan

RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada bulan Januari 2018 sampai

bulan Desember 2018 dengan mengumpulkan data sekunder dengan

menggunakan daftar isian tabel, kemudian data tersebut diolah, maka

didapatkan hasil penelitian yang ditampilkan dalam bentuk tabel. Sesuai

dengan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

36
37

1. Usia Ibu

Gambaran usia ibu yang mengalami kejadian perdarahan post partum

berdasarkan usia dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 4. 1 Distribusi berdasarkan usia


No Kategori Frequensi Persen %
1 <20 tahun 7 16,3
2 20-35 tahun 28 65,1
3 >35 tahun 8 18,6
Total 43 100.0

Berdasarkan data pada tabel 4.1 telah didapatkan usia ibu ialah <20 tahun

7 orang (16,3%), 20-35 tahun 28 orang (65,1%) dan >35 tahun 8 orang

(18,6%).

2. Paritas

Gambaran paritas ibu yang mengalami kejadian perdarahan post

partum berdasarkan paritas dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 4.2 Distribusi berdasarkan Paritas


No Paritas Frequensi Persen %
1 Primigravida 13 30,2
2 Multigravida 27 62,8
3 Grandemultigravida 3 7
Total 43 100.0

Berdasarkan data pada tabel 4.2 telah didapatkan paritas ibu ialah

primigravida 13 orang (30,2%), multigravida 27 orang (62,8%) dan

grandemultigravida 3 orang (7%).


38

3. Kadar Hb

Gambaran kadar Hb ibu yang mengalami kejadian perdarahan post

partum di Ruang Kebidanan RSUD dr. Doris Sylvanus berdasarkan kadar

Hb dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan Kadar Hb

No Kadar Hb Frequensi Persen %

1 <11 gr/dl 25 58,1

2 >11 gr/dl 18 41,9

Total 43 100.0

Berdasarkan data pada tabel 4.3 telah didapatkan kadar Hb ibu

ialah <11 gr/dl ada 25 orang (58,1%) dan >11 gr/dl ada 18 orang (41,9%).

4. Spasing (Jarak Kehamilan)

Gambaran spasing/jarak kehamilan ibu yang mengalami kejadian

perdarahan post partum di Ruang Kebidanan RSUD dr. Doris Sylvanus

berdasarkan spasing dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan Spasing

No Spasing Frequensi Persen %


1 <2 tahun 1 2,3
2 >2 tahun 29 67,4
Total 30 100,0
Berdasarkan data yang didapatkan dari 43 responden ditemukan 13

orang (30,2%) ibu yang tergolong mempunyai anak pertama

(primigravida) dan pada tabel 4.5 telah didapatkan ibu yang memiliki
39

spasing yaitu <2 tahun terdapat 1 orang (2,3%), >2 tahun terdapat 29 orang

(67,4%).

5. Jenis Persalinan

Gambaran jenis persalinan ibu yang mengalami kejadian perdarahan

post partum di Ruang Kebidanan RSUD dr. Doris Sylvanus berdasarkan

jenis persalinan dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 4.6 Distribusi responden berdasarkan Jenis Persalinan

No Jenis Persalinan Frequensi Persen %

1 Tindakan 21 48,8

2 Spontan PV 22 51,2

Total 43 100,0

Berdasarkan Data pada tabel 4.5 telah didapatkan jenis persalinan

ibu yaitu persalinan dengan tindakan sebanyak 21 Orang (48,8%) dan

persalinan spontan per vaginam 22 orang (51,2%).

6. Penolong Persalinan

Gambaran penolong persalinan ibu yang mengalami kejadian

perdarahan post partum di Ruang Kebidanan RSUD dr. Doris Sylvanus

berdasarkan penolong persalinan dapat dilihat dari tabel dibawah ini:


40

Tabel 4.6 Distribusi responden berdasarkan Penolong Persalinan

No Penolong Persalinan Frequensi Persen %

1 Nakes 42 97,7

2 Non Nakes 1 2,3

Total 43 100,0

Berdasarkan Data pada tabel 4.6 telah didapatkan penolong

persalinan ibu yaitu nakes sebanyak 42 Orang (97,7%) dan non nakes 1

orang (2,3%).

7. Penyulit/Penyakit selama Kehamilan

Gambaran penyulit/penyakit selama kehamilan ibu yang

mengalami kejadian perdarahan post partum di Ruang Kebidanan RSUD dr.

Doris Sylvanus berdasarkan penyulit/penyakit selama kehamilan dapat

dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 4.8 Distribusi berdasarkan Penyulit/Penyakit selama Kehamilan

Penyulit/Penyakit Selama
No Frequensi Persen %
Kehamilan
1 Ada 24 56
2 Tidak ada 19 44
Total 43 100,0
Berdasarkan Data pada tabel 4.7 telah didapatkan ibu yang memiliki

penyulit/penyakit selama kehamilan yang menyebabkan ibu mengalami

perdarahan post partum yaitu anemia sebanyak 24 Orang (60%), dan ibu

yang tidak penyulit/penyakit selama kehamilan sebanyak 19 orang (40%)


41

Tabel 4.8 Distribusi berdasarkan Penyulit/Penyakit selama Kehamilan

Penyulit/Penyakit Selama
No Frequensi Persen %
Kehamilan
1 Anemia 4 17
2 HT 2 8
3 Gemeli 1 4
4 IUFD 2 8
5 KPD 1 4
6 CPD 2 8
7 Oligohidramnion 2 8
8 PEB 7 29
9 Serotinus 3 13
Total 24 100,0
Berdasarkan Data pada tabel 4.8 telah didapatkan penyulit/penyakit

selama kehamilan ibu yaitu anemia sebanyak 4 Orang (17%), HT

sebanyak 2 orang (8%), gemeli sebanyak 1 orang (4%), IUFD sebanyak 2

orang (8%), KPD sebanyak 1 orang (4%), CPD sebanyak 2 orang (8%),

Oligohidramnion sebanyak 2 orang (8%), PEB sebanyak 7 orang (29%),

serotinus 3 orang (13%).

8. Penyebab

Gambaran penyebab ibu yang mengalami kejadian perdarahan post

partum di Ruang Kebidanan RSUD dr. Doris Sylvanus berdasarkan

penyebab dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 4.9 Distribusi berdasarkan Penyebab


No Penyebab Frequensi Persen %
1 Ada 40 93
2 Tidak ada 3 7
Total 43 100,0
42

Berdasarkan Data pada tabel 4.9 telah didapatkan ibu yang

memiliki penyebab perdarahan post partum yaitu sebanyak 40 Orang (93%),

tidak ada penyebab sebanyak 3 Orang (7%).

Tabel 4.7 Distribusi berdasarkan Penyebab


No Penyebab Frequensi Persen %
1 Atonia Uteri 17 39,5
2 Laserasi Jalan Lahir 8 18,6
3 Plasenta Previa 3 7
4 Retensio Plasenta 3 7
5 Ruptur Uteri 2 4,7
6 Sisa Plasenta 6 14
7 Inversio Uteri 1 2,3
Total 40 100,0
Berdasarkan Data pada tabel 4.8 telah didapatkan penyebab

perdarahan post partum pada ibu yaitu atonia uteri sebanyak 17 Orang

(39,5%), laserasi jalan lahir sebanyak 8 Orang (18,6%), plasenta previa

sebanyak 3 Orang (7%), retensio plasenta sebanyak 3 Orang (7%), rupture

uteri sebanyak 2 Orang (4,7%), sisa plasenta sebanyak 6 Orang (14%),

inversion uteri sebanyak 1 Orang (2,3%).

9. Kondisi Ibu

Gambaran kondisi ibu yang mengalami kejadian perdarahan post

partum di Ruang Kebidanan RSUD dr. Doris Sylvanus berdasarkan spasing

dapat dilihat dari tabel dibawah ini:


43

Tabel 4.9 Distribusi berdasarkan Kondisi Ibu


No Penyebab Frequensi Persen %
1 Tertangani 42 97,7
2 Tidak Tertangani 1 2,3
Total 43 100,0
Berdasarkan Data pada tabel 4.9 telah didapatkan kondisi ibu yang

tertangani dari kejadian perdarahan post partum sebanyak 42 orang

(97,7%) dan yang tidak tertangani sebanyak 1 orang (2,3%).

10. Rujukan

Gambaran penyebab ibu yang mengalami kejadian perdarahan post

partum di Ruang Kebidanan RSUD dr. Doris Sylvanus berdasarkan rujukan

dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 4.9 Distribusi berdasarkan Rujukan


No Penyebab Frequensi Persen %
1 Iya 28 65
2 Tidak 15 35
Total 43 100,0
Berdasarkan Data pada tabel 4.9 telah didapatkan ibu yang

memiliki penyebab perdarahan post partum yaitu sebanyak 28 Orang (65%),

tidak ada penyebab sebanyak 15 Orang (35%).

C. Pembahasan

1. Usia Ibu

Gambaran usia ibu berdasarkan data yang telah didapatkan dari

responden berjumlah 43 orang didapatkan usia ibu ialah <20 tahun 7 orang
44

(16,3%), multigravida 28 orang (65,1%) dan grandemultigravida 8 orang

(18,6%).

Hal ini sejalan dengan penelitian Vina Anggrani (2013) yang

menunjukan hubungan usia dengan kejadian perdarahan post partum. Dapat

disimpulkan bahwa ibu yang mengalami perdarahan post partum rata-rata

berusia antara 20-35 tahun. Yang berarti usia tidak menjadi factor langsung

penyebab terjadinya perdarahan post partum.

Dalam penelitian (Karlin dkk 2016) ditulis bahwa Umur

merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan prognosa

kehamilan. Secara global komplikasi kehamilan dan persalinan merupakan

penyebab kedua kematian pada wanita di usia 15 sampai 19 tahun.

Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan di usia di bawah 20

tahun diperkirakan 2-5 kali lebih tinggi dari pada di usia 20 sampai 29 tahun

dan meningkat kembali di usia 30-35 tahun dan Sekitar 20-30% wanita yang

berusia dibawah 20 tahun terutama pada primipara berisiko tinggi

melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) serta mengalami

malformasi janin yang merupakan penyebab kematian perinatal juga

kejadian perdarahan post partum.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan sejallan dengan teori

yang dikemukakan oleh Vina Anggraini (2013) bahwa ibu yang mengalami

perdarahan post partum mempunyai usia berkisar antara 20-35 tahun. Yang

berarti usia tidak menjadi factor langsung terjadinya perdarahan post partum

pada ibu.
45

2. Paritas

Gambaran paritas ibu ialah primigravida 13 orang (30,2%),

multigravida 27 orang (62,8%) dan grandemultigravida 3 orang (7%).

Berdasarkan penelitian yang didapatkan sesuai dengan penelitian Febti

Kuswanti (2016) yang menyatakan bahwa paritas beresiko seperti primipara

dan grandemultipara mempunyai resiko yang besar untuk terjadi perdarahan

post partum. Hal ini terjadi disebabkan oleh atonia uteri yang merupakan

dampak dari paritas beresiko.

Sesuai dengan teori Winkjosastro (2010) yang menyatakan bahwa pada

paritas sedang, sudah masuk kategori rawan terutama pada kasus-kasus

obstetric yang jelek, serta interval kehamilan yang terlalu dekat <2 tahun.

Paritas tinggi merupakan paritas rawan oleh karena paritas tinggi banyak

kejadian-kejadian obstetric patologi yang bersumber pada paritas tinggi,

antara lain plasenta previa, perdarahan post partum, dan lebih

memungkinkan lagi terjadinya atonia uteri.

3. Kadar Hb

Gambaran kadar Hb ibu yang didapat dari hasil penelitian ialah <11

gr/dl ada 25 orang (58,1%) dan >11 gr/dl ada 18 orang (41,9%). Hampir

sebagian besar ibu yang mengalami perdarahan post partum termasuk dalam

kategori anemia.

Anemia merupakan kadar Hb yang rendah sehingga hal ini dapat

mempengaruhi keadaan system maternal untuk memindahkan nutrisi pada


46

janin. Bukan hanya itu namun juga anemia merupakan salah satu factor

terjadinya perdarahan post partum seperti atonia uteri. Atonia uteri terjadi

karena kontraksi serat myometrium terutama saat berada di sekitar

pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlekatan plasenta

tidak dapat berkontraksi dengan baik. (Franser, 2009)

Angka kejadian anemia dalam kehamilan di Indonesia yaitu 46%

tergolong cukup besar sehingga dikhawatirkan dapat meningkatkan angka

kejadian perdarahan postpartum. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas)

pada tahun 2010 menunjukkan bahwa ibu hamil yang terkena anemia

mencapai 40%-50%. (Riskesdas tahun 2010)

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan sesuai dengan teori

Franser (2009) yang menyatakan bahwa kadar Hb ibu yang rendah dapat

menjadi factor utama resiko terjadinya perdarahan post partum seperti

atonia uteri.

4. Spasing

Gambaran spasing pada ibu yang mengalami kejadian perdarahan post

partum pada Januari 2018-Desember 2018 yaitu <2 tahun terdapat 1 orang

(2,3%), >2 tahun terdapat 29 orang (67,4%), dan yang tergolong mempunyai

anak pertama (primigravida) terdapat 13 orang (30,2%).

Sesuai dengan teori yaitu jarak kehamilan adalah jarak interval waktu

antara dua kehamilan yang berurutan dari seorang wanita. Jarak kehamilan

yang pendek secara langsung akan memberikan efek pada kesehatan wanita
47

maupun janin yang dikandung. Wanita setelah melahirkan membutuhkan

waktu 2 sampai 3 tahun untuk memulihkan tubuhnya dan mempersiapkan diri

untuk kehamilan dan persalinan selanjutnya. Bila jarak kehamilan terlalu

dekat maka cenderung menimbulkan kerusakan pada sistem reproduksi

wanita baik secara fisiologis ataupun patologis sehingga memberi

kemungkinan terjadi anemia pada ibu bahkan sampai dapat menimbulkan

kematian (Sawitri dkk, 2014).

5. Jenis Persalinan

Gambaran jenis persalinan ibu yaitu persalinan dengan tindakan

sebanyak 21 Orang (48,8%) dan persalinan spontan per vaginam 22 orang

(51,2%).

Menurut penelitian Fika Nurul (2017), sebagian besar ibu yang

mengalami perdarahan post partum adalah pada ibu dengan persalinan tanpa

tindakan. Persalinan tindakan merupakan salah satu factor resiko terjadinya

perdarahan post partum. Persalinan tindakan pervaginam seperti dengan

vakum, forsep, sedangkan tindakan per abdominal adalah SC. Tindakan

pada persalinan baik vaginam atau abdominal dapat menyebabkan trauma

baik pada ibu maupun pada bayinya. (Manuaba,2008).

Perdarahan post partum merupakan penyebab utama kematian ibu

(40%-60% dari kematian ibu di Indonesia). Insiden dari perdarahan post

partum berkisar 10%-15%, yaitu 4% setelah persalinan pervaginam dan 6-

8% setelah persalinan dengan bedah sesar (Norwitz, 2008).


48

Hasil penelitian ini sejalan dengan Norwitz (2008) yang menyatakan

bahwa perdarahan post partum pada ibu terjadi 4% setelah persalinan

pervaginam dan 6-8% setelah persalinan dengan bedah sesar. Karena dalam

hasil penelitian antara ibu yang jenis persalinannya pervaginam ataupun

bedah sesar tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya perdarahan post

partum.

6. Penolong Persalinan

Gambaran penolong persalinan pada penelitian ini ialah oleh nakes

sebanyak 42 Orang (97,7%) dan non nakes 1 orang (2,3%). Penolong

persalinan merupakan factor penting yang tidak bisa diabaikan dalam proses

persalinan. Persalinan akan aman dan lancar jika dilaksanakan oleh tenaga

terlatih. Pembagian tenaga kesehatan di Indonesia dibagi menjadi tenaga

professional (dokter SpOG, dokter umum, bidan dan perawat kesehatan) serta

tenaga non professional (dukun bayi terlatih dan tidak terlatih (Amalia 2012).

Peningkatan cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan yang

terampil dengan pelaksanaan program kemitraan bidan-paraji dan manajemen

aktif kala III persalinan sangat penting untuk pencegahan perdarahan post

partum Pelaksanaan manajemen aktif kala III persalinan oleh tenaga

kesehatan dapat menurunkan resiko perdarahan post partum sebesar 52%

dengan kata lain tidak dilakukannya manajemen aktif kala III persalinan

dapat meningkatkan resiko perdarahan post partum pada ibu 2,08 kali lebih

besar. (Sosa et al, 2009).


49

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa hampir seluruh proses

persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Walaupun masih ada proses

persalinan ibu yang ditolong oleh tenaga non kesehatan yang mengakibatkan

ibu tidak bisa tertangani dengan tepat. Maka dari itu sesuai teori Sosa et a

(2009) diperlukan untuk meminimalisir kejadian perdarahan post partum

ataupun kegawatan yang terjadi pada ibu ataupun bayi.

7. Penyulit/Penyakit selama Kehamilan

Gambaran penyulit/penyakit selama kehamilan yaitu anemia sebanyak

4 Orang (14,7%), HT sebanyak 2 orang (5%), gemeli sebanyak 1 orang

(2%), IUFD sebanyak 2 orang (5%), KPD sebanyak 1 orang (2%), BO/CPD

sebanyak 2 orang (5%), Oligohidramnion sebanyak 2 orang (5%), PEB

sebanyak 7 orang (16%), serotinus 3 orang (7%), dan tidak mempunyai

penyulit sebanyak 17 orang (40%).

Penyulit/penyakit selama kehamilan ini memiliki pengaruh terhadap

terjadinya perdarahan post partum seperti kehamilan gemeli yang

menyebabkan distensi uterus yang berlebihan sehingga uterus melewati

batas toleransinya yang menyebabkan bisa terjadinya inersia uteri. Selain itu

bila ibu mempunyai riwayat IUFD ataupun abortus juga akan berpengaruh

pada terjadinya perdarahan post partum seperti gangguan koagulasi

(Thrombin). (Maurren, 2008). Penyakit yang pernah diderita ibu seperti

riwayat hipertensi yang beresiko dapat menyebabkan ibu mengalami pre


50

eklampsia/eklampsia saat proses persalinan dan terjadinya perdarahan,

penyakit jantung, diabetes serta penyakit penyerta lainnya (Manuaba, 2008).

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh

Manuaba (2008) yaitu ibu yang memiliki riwayat hipertensi akan

menyebabkan ibu mengalami pre eklamsia/eklamsia saat proses persalinan.

Sedangkan hasil penelitian penyulit terbanyak pada ibu yang mengalami

perdarahan post partum yaitu PEB.

8. Penyebab

Gambaran penyebab perdarahan post partum pada ibu yaitu atonia

uteri sebanyak 17 Orang (39,5%), laserasi jalan lahir sebanyak 8 Orang

(18,6%), plasenta previa sebanyak 3 Orang (7%), retensio plasenta sebanyak

3 Orang (7%), rupture uteri sebanyak 2 Orang (4,7%), sisa plasenta

sebanyak 6 Orang (14%), inversion uteri sebanyak 1 Orang (2,3%), dan

yang tidak mengalami perdarahan sebanyak 3 orang (7%).

Banyak faktor yang dapat menyebabkan perdarahan post partum,

antara lain 4T : Tone Dimished : Atonia uteri suatu keadaan dimana uterus

tidak mampu untuk berkontraksi dengan baik dan mengecil sesudah janin

keluar dari rahim. Atonia uteri merupakan penyebab utama perdarahan

postpartum ; Tissue (Retensio plasenta, Sisa plasenta, Plasenta acreta dan

variasinya), Sisa plasenta yang tertinggal merupakan penyebab 20 - 25 %

dari kasus perdarahan postpartum; Trauma : Sekitar 20% kasus perdarahan

postpartum disebabkan oleh trauma jalan lahir akibat : Ruptur uterus,


51

Inversi uterus, Perlukaan jalan lahir, Vaginal hematom. Kelainan tersebut

dapat menyebabkan keadaan gawat dengan angka kematian tinggi ( 15 - 70

% ); serta Thrombin : Kelainan pembekuan darah. Gejala-gejala kelainan

pembekuan darah bisa berupa penyakit keturunan ataupun didapat, kelainan

pembekuan darah bisa berupa : Hipofibrinogenemia, Trombocitopeni,

Idiopathic thrombocytopenic purpura, HELLP syndrome (hemolysis,

elevated liver enzymes, and low platelet count). Insidensi perdarahan

postpartum pada negara maju sekitar 5% dari persalinan, sedangkan pada

Negara berkembang bisa mencapai 28% dari persalinan dan menjadi

masalah utama dalam kematian ibu. Penyebabnya 90% dari atonia uteri, 7%

robekan jalin lahir, sisanya dikarenakan retensio plasenta dan gangguan

pembekuan darah (Ambar Dwi, 2010)

Berdasarkan hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang

dikemukakan oleh Ambar Dwi (2010), yaitu penyebab terbanyak terjadinya

perdarahan post partum adalah atonia uteri. Karena pada tahun 2018, ibu

yang mengalami perdarahan post partum yang disebabkan leh atonia uteri

sebanyak 17 orang.

9. Kondisi Ibu

Gambaran ibu yang tertangani dari kejadian perdarahan post partum pada

bulan Januari 2018 sampai dengan Desember 2018 sebanyak 42 orang

(97,7%) dan 1 orang (2,3%) tidak tertangani. Meskipun hal ini terlihat cukup
52

baik, namun perhatian juga tingkat kewaspadaan para tenaga kesehatan perlu

ditingkatkan agar tingkat kematian ibu dapat diminimalisir.

Hal ini bisa menjadi perbandingan pada tahun 2017 sebanyak 16 ibu

(88%) dari 18 orang. Sedangkan pada tahun 2018 sampai dengan bulan

September ibu yang dapat tertangani (selamat) adalah sebanyak 31 ibu (91%)

dari 34 orang (Register Ruang Kebidanan Tahun 2017-2018).

9. Rujukan

Gambaran ibu yang dirujuk sebab perdarahan post partum pada bulan

Januari 2018 sampai dengan Desember 2018 sebanyak 28 orang (65%) dan

15 orang (35%) ibu yang datang sendiri dengan keluhan perdarahan post

partum.

Rujukan dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan di suatu fasilitas

kesehatan tidak mampu menatalaksana komplikasi yang mungkin terjadi.

Dalam pelayanan kesehatan maternal dan perinatal, terdapat dua alasan untuk

merujuk ibu hamil, yaitu ibu dan/atau janin yang dikandungnya. (Kemenkes

RI, 2013).

Berdasarkan teori dan hasil penilitian yang didapat, apabila terdapat ibu

yang mengalami perdarahan post partum harus segera dirujuk. Tujuan

dilakukannya rujukan ini yaitu agar ibu bisa mendapatkan pengananan yang

segera dan tepat di fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.


53
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan di Ruang Kebidanan RSUD dr. Doris

Sylvanus Palangka Raya, maka Peneliti mengambil kesimpulan dan didapatkan

hasil sebagai berikut :

1. Rentang usia ibu yang mengalami perdarahan post partum adalah usia 20-

35 tahun sebanyak 28 orang (65,1%).

2. Kejadian perdarahan post partum paling banyak terjadi pada ibu

multigravida yaitu sebanyak 27 orang (62,8%) sedangkan lainnya seperti

primigravida ada 13 orang (30,2%), dan grandemultigravida ada 3 orang

(7%).

3. Dari hasil penelitian kadar Hb ibu yang mengalami kejadian perdarahan

post partum ialah <11 gr/dl ada sebanyak 25 orang (58,1%)

4. Jarak kehamilan/spasing terbanyak pada ibu yang mengalami perdarahan

post partum adalah >2 tahun ada sebanyak 29 orang (67,4%) dan yang

tergolong mempunyai anak pertama (primigravida) terdapat 13 orang

(30,2%).

5. Jenis persalinan terbanyak yang dialami pada ibu perdarahan post partum

yaitu persalinan spontan per vaginam 22 orang (51,2%).

6. Pada penelitian ini didapatkan ibu yang mengalami perdarahan post partum

penolong persalinannya ialah oleh nakes sebanyak 42 Orang (97,7%) dan

non nakes 1 orang (2,3%)

54
55

7. Penyulit/penyakit selama kehamilan terbanyak yang menyebabkan

terjadinya kejadian perdarahan post partum adalah PEB sebanyak 7 orang

(16%), anemia sebanyak 4 Orang (14,7%), HT sebanyak 2 orang (5%),

gemeli sebanyak 1 orang (2%), IUFD sebanyak 2 orang (5%), KPD

sebanyak 1 orang (2%), BO/CPD sebanyak 2 orang (5%), Oligohidramnion

sebanyak 2 orang (5%), serotinus 3 orang (7%), dan tidak mempunyai

penyulit sebanyak 17 orang (40%).

8. Penyebab paling sering terjadinya perdarahan post partum adalah atonia

uteri yaitu sebanyak 17 Orang (39,5%), sedangkan penyebab lainnya seperti

laserasi jalan lahir sebanyak 8 Orang (18,6%), plasenta previa sebanyak 3

Orang (7%), retensio plasenta sebanyak 3 Orang (7%), rupture uteri

sebanyak 2 Orang (4,7%), sisa plasenta sebanyak 6 Orang (14%), inversio

uteri sebanyak 1 Orang (2,3%), dan yang tidak mengalami perdarahan

sebanyak 3 orang (7%).

9. Dari 43 ibu yang mengalami perdarahan post partum, 42 orang bisa

tertangani dan 1 orang tidak bisa tertangani.

10. Dari 43 orang ibu bersalin yang mengalami perdarahan post partum, 28

orang diantaranya adalah rujukan dari fasilitas kesehatan seperti Puskesmas,

RS daerah juga PMB.


56

B. SARAN

Saran yang dapat saya sampaikan selaku peneliti setelah melakukan

penelitian tersebut ialah :

1. Bagi Tempat penelitian

Bagi RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya agar dapat

mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan seperti dengan

peningkatan kompetensi bidan-bidan yang ada di RSUD dr. Doris Sylvanus

Palangka Raya melalui pelatihan-pelatihan penanganan kegawatan maternal

seperti kejadian perdarahan post partum pada ibu bersalin yang tujuannya

untuk mengurangi angka kejadian kematian ibu.

2. Bagi Bidan

Bidan hendaknya lebih tanggap dalam mengenali factor resiko

terjadinya pperdarahan post partum dan memberikan komunikasi dan

informasi kepada ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan dan factor

resiko yang mempengaruhinya, pentingnya ANC sehingga dapat diketahui

dan diawasi kehamilannya serta mengikutsertakan peran serta masyarakat

yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak

sehingga diharapkan menurunkan AKI dan AKB.

3. Bagi Ibu

Agar lebih memperhatikan kehamilannya yaitu dengan kontrol

kehamilan secara rutin agar para petugas kesehatan mampu mendeteksi

secara dini factor resiko terjadinya perdarahan post patum.

4. Bagi Institusi pendidikan


57

Agar dapat menjadi referensi dan menyampaikan secara

berkesinambungan kepada mahasiswi kebidanan tentang perdarahan post

partum sehingga lebih meningkatkan pengetahuan dan dapat menjadi

motivasi bagi peneliti lainnya.

5. Bagi peneliti

Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang serupa

diharapkan agar menyempurnakan penelitian ini dengan menambahkan

factor-faktor lainyang belum diteliti. Serta diharapkan menggunakan

variable dan alat pengumpulan data yang berbeda sehingga didapatkan hasil

yang lebih akurat dan saling melengkapi dari hasil penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,M.,dkk,(2008), Review: Sintesis Nanomaterial, Jurnal Nanosains &


Nanoteknologi, ISSN 1979-0880 Vol. 1 No.2

Aeni, N. 2013. Faktor Risiko Kematian Ibu. Jurnal.Jurnal Kesehatan Masyarakat


Nasional. Vol. 7 (10): hal. 453–459

Ahmad Muhlisin.2009. Penyebab dan Penanganan Perdarahan Post Partum.


Salemba Medika : Yogyakarta

Amalia, L.2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam Pemilihan


Penolong Persalinan. Naskah Publikasi. Jurusan Kesehatan Masyarakat.
FIKK Universitas Negeri Gorontalo. Akses dari repository.ung.ac.id/

Ambar, Dwi. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Normal. EGC :
Jakarta.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan kemeterian Kesehatan RI
Riskesdas 2016.

B. Batticaca, Fransisca. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Gangguan Sistem Metabolisme. Salemba Medika : Jakarta.

Boyle, Maureen. (2008). Kedaruratan dalam Persalinan. EGC : Jakarta.

Carroli G,Cuesta C, Abalos E,Gulmezoglu AM, (2008): Epidemiology of


postpartum haemorrhage:a systematic review; Best Practice & Research
Clinical Obstetrics and Gynaecology,vol 22:6 , 999-1012
Cholil, Abdullah. (2008). A to Z. 26 kiat menata keluarga. Jakarta : PT. Elex
Media Computindo.
Cunningham, Gari F., Norman F. Gant, dkk. (2010). Obstetri williams. Edisi 21.
Jakarta. EGC

Departemen Kesehatan RI 2016, Angka Kematian Ibu. diakses dari


http://www.indonesian-publichealth.com/angka-kematian-ibu.

Dekpes RI, 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS-KIA). Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya 2017, Angka Kematian Ibu di Kota
Palangka Raya Tahun 2017. Diakses dari : http://www.dinkes-kota-
palangka-raya.com/angka-kematian-ibu-tahun-2017
Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya 2018, Angka Kematian Ibu di Kota
Palangka Raya Tahun 2018. Diakses dari : http://www.dinkes-kota-
palangka-raya.com/angka-kematian-ibu-tahun-2018

Emilia, O. (2011) „Etiologi dan Faktor Risiko PPH‟.

Franser M. D. Myles Buku Ajar Bidan. 2009. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Kementerian Kesehatan RI . 2009. Standar Kesehatan Nasional

Manuaba,2008.Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri-Ginekologi Sosial


untuk Profesi Bidan. EGC : Jakarta

Manuaba,IBG.,2010.Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk


Pendidikan Bidan Edisi 2. EGC : Jakarta.

Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.


Jakarta: EGC.

Mukherjee S, Arulkumaran S, (2009): Post-partum haemorrhage; Obsterics,


Gynaecology and Reproductive medicine, vol 19:5, hal 122-126
Norman F Gant, dkk. 2010. Obstetric Williams. EGC : Jakarta
Norwitz, dkk. (2008). At Gilance Obstetri and Ginecologi. Edisi 2. Jakarta :
Erlangga
Notoadmojo.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.

2011.Metodologi Penelitian Kesehatan.Rineka Cipta : Jakarta.

Oxorn, William. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan,


Human Laborand Birth. Yayasan Essentia Medica : Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75. 2014. Pusat Kesehatan Masyarakat.

Prawirohardjo, S. 2008.Ilmu kebidanan, Ilmu Kebidanan,Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.

2011.Ilmu kebidanan, Ilmu Kebidanan edisi 4 cetakan


3,Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.

Sawitri, L, Ririn H, dan Koni, R. 2014. Hubungan Jarak Kehamilan dengan


Kejadian Hemoragik Postpartum. Jurnal. The Journal of MidwiferyVol. 1
(3): hal. 46–51.Penelitian

Soebroto.2010. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Bangkit : Yogyakarta


Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif R & D. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya

Sukmadinata, N.S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosadakarya

Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC : Jakarta.

Vina Anggraini. 2013. Hubungan usia dan paritas dengan kejadian perdarahan
post partum primer di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.
Akses dari repository.ung.ac.id/

WHO., 2012. Media Center (Preterm Birth).


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs363/en/. (Sitasi tanggal 04
Oktober 2018)

Winkjosastro, H. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.
RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Khofifah Indriani


Tempat/Tanggal Lahir : Bukit Batu Manuah, 24 November 1999
Alamat : Jl. Hiu Putih X, Blok D. No.08, Palangka Raya
Email : khofifahhi@gmail.com
Status Keluarga : Anak kandung

Riwayat Pendidikan dan Pelatihan


1. SD Negeri 2 Kasongan Lama, lulusan tahun 2010
2. SMP Negeri 5 Katingan Hilir, lulusan tahun 2013
3. MAN MODEL Palangka Raya, lulusan tahun 2016
4. Prodi DIII Kebidanan Reguler XVII Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Palangka Raya, sampai sekarang.
5. Pelatihan Penanganan Penderita Gawat Darurat Obstetri – Neonatus
(PPGD-ON) Di RSUP Hasan Sadikin Bandung – Jawa Barat pada tanggal
4-6 Maret 2019.
GAMBARAN IBU BERSALIN DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM DI RUANG KEBIDANAN
RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA PERIODE JANUARI - DESEMBER 2018

Jenis Penolong Penyakit/Penyulit


No No RM Nama Ibu Usia Paritas Hb Spasing Penyebab Kondisi Ibu
Persalinan Persalinan Selama Kehamilan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
GAMBARAN IBU BERSALIN DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM DI RUANG KEBIDANAN
RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA TAHUN 2018

Jenis Penolong Penyakit/Penyulit


No No RM Nama Ibu Usia Paritas Hb Spasing Penyebab Kondisi Ibu
Persalinan Persalinan Selama Kehamilan
1 30.85.67 Ny. Sri Rahayu 33 P3A0 8 8 SC Bidan Anemia Ruptur Uteri HDP
2 30.76.50 Ny. Wely A 33 P5A1 7,3 1 SC Dukun CPD Laserasi Jalan Lahir HDP
Ruptur Uteri, Laserasi
3 28.22.58 Ny. St. Rohani 34 P2A0 9,7 11 SC Bidan - HDP
Grade III
4 28.23.53 Ny. Destiana 36 P3A1 11 5 SC Bidan KPD Sisa Plasenta HDP
5 28.12.64 Ny. Fina A 24 P1A0 8,4 - SC Bidan PEB Laserasi Jalan Lahir HDP
6 28.85.79 Ny. Lensi 43 P5A0 12 6 SC Bidan - Sisa Plasenta HDP
7 330.97.76 Ny. Saridatul 17 P1A0 10 - SC Dokter - Retensio Plasenta HDP
8 30.92.47 Ny. Emerensia 18 P1A0 11,8 - SC Bidan - Atonia Uteri HDP
9 30.91.07 Ny.Nuryanti 31 P3A0 8,4 9 SC Bidan HT Retensio Plasenta HDP
10 28.68.16 Salasiah 38 P4A0 11 5 SC Dokter PEB Atonia Uteri HDP
11 28.70.96 Yuniansi 33 P2A0 12 9 SC Bidan PEB Atonia Uteri HDP
12 28.77.78 Sumiati 41 P2A0 10 10 SC Bidan - Retensio Plasenta HDP
13 28.81.22 Aurani 37 P2A0 9,3 8 SC Bidan IUFD, Anemia Plasenta Previa HDP
14 28.83.00 Ny. Tuminah 36 P3A0 12 3 SC Bidan KPD Laserasi Jalan Lahir HDP
15 28.84.75 Ny. Juju Ani 28 P2A0 11,2 5 SC Dokter - Atonia Uteri HDP
16 29.07.46 Ny. St. Fatimah 38 P3A1 10,8 2 SC Bidan PEB/Eklampsia Atonia Uteri HDP
17 29.08.13 Ny. Fitri 18 P1A0 8,8 - SC Dokter CPD Atonia Uteri HDP
18 29.13.37 Ny. Marianti 23 P2A0 12,6 - SC Bidan - Atonia Uteri HDP
19 29.09.41 Ny. Yensianie 32 P3A1 9,4 6,5 SC Bidan - Laserasi Jalan Lahir HDP
20 27.85.16 Ny. Iis Ariska 25 P1A0 9 5 SC Bidan - Atonia Uteri HDP
21 29.15.80 Ny. Selvia 16 P1A0 8,8 - SC Bidan KPD Laserasi Jalan Lahir HDP
22 29.18.15 Ny. Lastri 37 P4A0 12,2 - Spontan Bidan PEB Atonia Uteri HDP
23 29.10.97 Ny. Endawati 29 P2A0 11,8 3 Spontan Dokter - Plasenta Previa HDP
24 29.32.23 Ny. Arna Firda 15 P1A0 10,8 6 Spontan Bidan Anemia Atonia Uteri HDP
Syok Hopivolemik,
25 29.46.49 Ny. St. Aisyah 25 P1A1 9,2 - Spontan Bidan Gemeli HDP
Atonia Uteri
26 29.45.90 Ny. Yunita Y 16 P1A0 11,2 7 Spontan Dokter Oligohidramnion Atonia Uteri HDP
27 29.48.10/18 Ny. Herlinda 26 P2A1 11,8 - Spontan Bidan - Atonia Uteri HDP
28 29.61.69 Ny. Salimah 17 P1A0 8,9 - Spontan Dokter - Atonia Uteri HDP
29 29.63.05 Ny. Suri 34 P2A1 10 4 Spontan Bidan Anemia Laserasi Jalan Lahir HDP
30 29.53.92 Ny. Heni A 24 P1A0 10,6 - Spontan Bidan Anemia Laserasi Jalan Lahir HDP
Serotinus,
31 28.99.39 Ny. Theresia E 22 P1A0 13,5 - Spontan Dokter - HDP
Oligohidramnion
32 29.88.93 Ny. Rusenti 31 P2A0 12,8 5 Spontan Bidan Oligohidramnion - HDP
Post Date,
33 27.00.08 Ny. Sanci 35 P4A0 10,5 7 Spontan Bidan - HDP
Oligohidramnion
34 29.12.38 Ny. Nurmilasari 25 P2A0 12,2 8 Spontan Bidan HT Sisa Plasenta HDP
35 11.38.95 Ny. Ray Wulan 31 P3A0 11,8 6 Spontan Bidan - Sisa Plasenta HDP
36 30.16.88 Ny. St. Aisyah 30 P1A0 10,2 - Spontan Bidan - Sisa Plasenta HDP
37 30.17.21 Ny.Salmiah 31 P3A1 12,4 6 Spontan Bidan PEB Sisa Plasenta HDP
38 30.18.85 Ny. Masritah 30 P2A0 13 3,5 Spontan Bidan PEB, HT Laserasi Jalan Lahir HDP
Serotinus,
39 30.38.70 Ny. Nepie 31 P2A0 8,6 3 Spontan Dokter Plasenta Previa HDP
Oligohidramnion
40 30.57.46 Ny. Aprit 24 P2A0 7,5 2,7 Spontan Dokter - Inversio Uteri HDP
41 30.63.70 Ny. Ervina 31 P3A0 10,2 5,6 Spontan Dokter - Atonia Uteri HDP
42 30.84.11 Ny.Wirawatie 35 P5A0 9,3 3 Spontan Bidan - Atonia Uteri MNG
43 03.33.31 Ny. Rinawati 35 P4A0 10,5 3 Spontan Dokter Prematur, IUFD Atonia Uteri HDP

Anda mungkin juga menyukai