Anda di halaman 1dari 119

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN POST OP KISTA OVARIUM PADA NY. E


DI RUANG EDELWEIS RST DR. SOEDJONO
MAGELANG

KTI
Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Ujian Akhir Program
Pada Studi DIII Keperawatan Magelang

Oleh :
Rachmawati
NIM.P.17420513063

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MAGELANG


JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
MARET, 2016
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN POST OP KISTA OVARIUM PADA NY. E
DI RUANG EDELWEIS RST DR. SOEDJONO
MAGELANG

KTI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Ujian Akhir Program


Pada Studi DIII Keperawatan Magelang

Oleh :
Rachmawati
NIM. P.17420513063

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MAGELANG


JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
MARET, 2016

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawahini :

Nama : Rachmawati

NIM : P. 17420513063

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Kasus yang saya tulis ini adalah

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil

alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau

pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan pengelolaan

kasus ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Magelang, 31 Maret 2016

Yang membuat pernyataan,

Rachmawati

ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Kasus

dengan judul “AsuhanKeperawatan Post Op Kista Ovarium Pada Ny. E Di

Ruang Edelweis RST dr. Soedjono Magelang“dapat terselesaikan tepat pada

waktunya.

Selama pembuatan Laporan Kasus ini tidak terlepas dari dukungan

berbagai pihak, baik moril maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Kasus ini dengan baik. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati,

perkenankan penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Sugiyanto, S.Pd. M. App. Sc, Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk

melaksanakan studi kasus dalam pembuatan Laporan Kasus.

2. Putranto, S.Kep, Ns, M. Kes. Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes

Kemenkes Semarang.

3. Hermani Triredjeki, S.Kep, Ns, M.Kes. selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan Magelang.

4. Pramono Giri K., S.Pd ,M.PH. selaku dosen pembimbing akademik.

5. Lulut Handayani, S.Kep, M.Kes. selaku pembimbing penyusunan Laporan

Kasus.

v
6. Wiwin Renny R, S.ST, S.Pd, M.Kes. dan Sri Adiyati, S.Pd, S.Kep.selaku

dosen penguji Laporan Kasus peminatan maternitas.

7. Perpustakaan Prodi Keperawatan Magelang, atas bantuan informasi yang

penulis dapatkan.

8. Ibu Walmiyatun, Bapak Rohmadi, Hidayah, Andri Prestanto dan Neng

Farkhatul F. Selaku orang tua dan kakak-kakak yang selalu memberikan doa

dan motivasi dukungan moral dan material untuk segera menyelesaikan

Laporan Kasus ini.

9. Restu, Nia, Sari, Dian, Aeny sahabatku yang telah memberikan dukungan dan

bantuan serta doa.

10. Ade Lia Saputro yang telah memberikan semangat, dukungan, serta doa

selama ini.

11. Teman – teman di kelas Nakula yang telah sama-sama berjuang dalam

menyelesaikan Laporan Kasus.

Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis dapat diterima Allah SWT

sebagai amal sholeh. Penulis berharap laporan kasus ini bermanfaat bagi pembaca.

Magelang, Maret 2016

Penulis

Rachmawati

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................ i

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ...................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. iv

KATA PENGANTAR ......................................................................... v

DAFTAR ISI ........................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ...................................................................... 3

C. Manfaat Penulisan .................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kista Ovarium

1. Definisi Kista Ovarium ...................................................... 6

2. Klasifikasi Kista Ovarium .................................................. 6

3. Etiologi Kista Ovarium ...................................................... 9

4. Manifestasi kista Ovarium ................................................. 10

5. Tanda Dan Gejala Kista Ovarium ...................................... 10

6. Komplikasi Kista Ovarium ................................................ 12

7. Pathway .............................................................................. 14

8. Patofisiologi ....................................................................... 15

9. Penatalaksanaan ................................................................ 16

vii
B. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Post Operasi Kista

Ovarium

1. Pengkajian Keperawatan .................................................... 16

2. Diagnosa Keperawatan....................................................... 22

3. Perencanaan Keperawatan ................................................. 28

4. Evaluasi Keperawatan ........................................................ 32

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Biodata Klien ............................................................................ 35

B. Pengkajian ................................................................................ 35

C. Perumusan Masalah .................................................................. 41

D. Perencanaan .............................................................................. 43

E. Pelaksanaan .............................................................................. 44

F. Evaluasi .................................................................................... 48

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan .............................................................................. 52

B. Simpulan ................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium ............................................................... 41

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Pathway Kista Ovarium ............................................................................. 14

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Lampiran 2: Satuan Acara Penyuluhan Kista Ovarium

Lampiran 3: Leaflet Kista Ovarium

Lampiran 4: Satuan Acara Penyuluhan Nutrisi Post Operasi

Lampiran 5: Leaflet Nutrisi Post Operasi

Lampiran 6: Lembar Bimbingan

Lampiran 7: Daftar Riwayat Hidup

xi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Tingkat kesehatan menjadi salah satu masalah yang harus

diselesaikan. Kesehatan ibu dan anak merupakan prioritas utama dalam

upaya pelayanan kesehatan di masyarakat. Angka kematian ibu (AKI)

dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai

komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, serta tersedianya dan

penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal,

obstetric dan ginekologi (Dinas Kesehatan Jawa tengah, 2014).

Pada saat ini terjadi banyak masalah kesehatan

reproduksi,diantaranya penyakit yang berkaitan dengan system reproduksi.

Kista ovarium adalah suatu penyakit gangguan organ reproduksi wanita.

Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling

sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya(Depkes RI,2013).

Kista ovarium adalah suatu kantong berisi cairan seperti balon

berisi air yang terdapat di ovarium (Owen,2005). Kista ovarium secara

umum memiliki ukuran kurang dari 6 cm dan jenis kista ovarium bisa

bervariasi, ada yang berisi cairan jernih yang biasanya disebut kista

fungsional, berisi darah seperti kista merah (rubrum), berisi jaringan ikat

yang padat seperti fibroma. Di antara kista ovarium ini ada yang bersifat

1
2

neoplastik (memerlukan operasi) dan ada yang bersifat nonneoplastik

(tidak memerlukan operasi) (Prawirohardo, 2002).

Di Indonesia sekitar 25-50% kematian wanita subur disebabkan

oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan serta

penyakit sistem reproduksi misalnya kista ovarium (Depkes RI, 2011).

Sedangkan di Provinsi Jawa Tengah, berdasarkan laporan dari Dinas

Kesehatan Kabupaten / Kota yang berasal dari Rumah sakit dan

Puskesmas tahun 2010, kasus penyakit tumor terdapat 7.345 kasus terdiri

dari tumor jinak 4.678 ( 68 % ) kasus dan tumor ganas 2.667 ( 42 % ).

(Dinkes Jateng, 2010).

Menurut data studi pendahuluan yang penulis dapatkan di RST dr.

Soedjono Magelang, angka kejadian kista ovarium tahun 2014 terdapat 60

kasus. Sedangkan pada tahun 2015 sampai bulan September, angka

kejadian kista ovarium terdapat 40 kasus.

Pengobatan kista ovarium yang besar biasanya melalui

pembedahan. Jika ukuran kista kurang dari 5 cm dan tampak terisi cairan

atau fisiologis pada pasien muda dan sehat, kontrasepsi oral dapat

digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista.

Perawatan pasca operatif setelah pembedahan pengangkatan kista ovarium

sama dengan perawatan setelah pembedahan abdomen (Smeltzer dan Bare,

2001).

Klien dengan post operasi kista ovarium akan mengalami masalah

yang berhubungan dengan nyeri, perdarahan, resiko tinggi infeksi, kurang


3

perawatan diri dan masalah lain yang akan mengganggu kebutuhan klien.

Untuk itu peran perawat membantu mengatasi masalah-masalah misalnya

mengurangi efek nyeri dengan kompres hangat dan mengajarkan teknik

relaksasi, kemudian mengajarkan perawatan luka bekas operasi agar

mencegah infeksi, dan membantu memenuhi kebutuhan personal hygiene

agar klien merasa nyaman dan kebersihan tubuh terjaga. Tindakan yang

diberikan ialah untuk mencegah terjadinya komplikasi sehingga asuhan

keperawatan pada klien post operasi kista ovarium dapat dilakukan secara

optimal (Johnson, 2008).

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk menyusunlaporan

kasus mengenai Kista Ovarium dengan judul “Asuhan Keperawatan Post

Op Kista Ovarium Pada Ny. E di Ruang Edelweis RST. dr. Soedjono

Magelang”.

B. TujuanPenulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengaplikasikan Asuhan Keperawatan Post Op Kista

OvariumPada Ny. E Di Ruang Edelweis RST dr. Soedjono Magelang

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan pengkajian keperawatan post operasi kista

ovarium pada Ny. E Di Ruang Edelweis RST dr. Soedjono

Magelang.
4

b. Menggambarkan diagnosa keperawatan yang muncul post operasi

kista ovarium pada Ny. E Di Ruang Edelweis RST dr. Soedjono

Magelang.

c. Menggambarkan rencana keperawatan sesuai dengan masalah

keperawatan yang ditemukan pada Ny. E Di Ruang Edelweis RST

dr. Soedjono Magelang.

d. Menggambarkan implementasi tindakan keperawatan post operasi

kista ovarium pada Ny. E Di Ruang Edelweis RST dr. Soedjono

Magelang.

e. Menggambarkan evaluasi asuhan keperawatan post operasi kista

ovarium pada Ny. E Di Ruang Edelweis RST dr. Soedjono

Magelang.

C. Manfaat

Berdasarkan tujuan penelitian yang dikemukakan, maka penelitian ini

diharapkan dapat memiliki kegunaan atau manfaat atau sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Menerapkan ilmu pengetahuan dan informasi dalam bidang

keperawatan maternitas tentang asuhan keperawatan dengan post

operasi kista ovarium.


5

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Menerapkan pengetahuan tentang keperawatan maternitas sehingga

dapat memberikan pelayanan kepada klien dengan post operasi

kista ovari secara komprehensif dan berkesinambungan, serta

sebagai bekal untuk bekerja di masa mendatang.

b. Bagi Pasien

Sebagai objek pelayanan keperawatan, pasien diharapkan bisa

sehat kembali dan tidak terjadi komplikasi terhadap pelayanan

keperawatan yang diberikan, serta pasien juga mengetahui tentang

penyakit yang dialaminya.

c. Bagi Institusi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam pelaksanaan praktek

pelayanan keperawatan maternitas.

d. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penulisan dapat dijadikan pertimbangan dalam kegiatan

belajar mengajar dan sebagai pedoman dalam mengembangkan

pembelajaran mengenai asuhan keperawatan maternitas.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kista Ovarium

1. Definisi Kista Ovarium

a. Kista indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di

dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut juga kista fungsional

karena terbentuk setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi (Yatim,

2005).

b. Kista ovarium adalah suatu benjolan yang berada di ovarium yang

dapat mengakibatkan pembesaran pada abdomen bagian bawah

dimana pada kehamilan yang disertai kista ovarium seolah-olah

terjadi perlekatan ruang bila kehamilan mulai membesar

(Prawirohardjo, 2009).

c. Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar,

kistik maupun solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2007).

2. Klasifikasi Kista Ovarium

Prawirohardjo (2009) menyatakan bahwa berdasarkan tingkat

keganasanya, kista terbagi dua, yaitu nonneoplastik dan neoplastik.

Kista nonneoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis

sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya

6
7

harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan

sifatnya.

a. Kista ovarium Non neoplastik (fungsional)

1) Kista Folikel

Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai

berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau

dari beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh di

bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia

yang lazim, melainkan membesar menjadi kista dengan

diameter kista 1-1,5 cm. Kista yang berdiri sendiri sebesar

jeruk nipis. Cairan di dalam kista jernih dan mengandung

estrogen, oleh sebab itu jenis kista ini sering mengganggu

siklus menstruasi. Kista folikel ini lambat laun mengecil

dan menghilang spontan.

2) Kista korpus Luteum

Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil

dan menjadi korpus albikans, kadang-kadang korpus

luteum mempertahankan diri (korpus luteum persisten),

perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan

terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat

karena darah tua. Frekuensi kista luteum lebih jarang dari

pada kista folikel.


8

3) Korpus Teka Lutein

Biasanya terjadi pada mola hidrosa, koriokarssinoma, dan

kadang-kadang tanpa adanya kelainan tertentu, ovarium

dapat membesar menjadi kistik. Kista biasanya bilateral dan

bisa menjadi sebesar tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik

terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula

menunjukan luteinisasi, akan tetapi sering kali sel-sel

menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini adalah

pengaruh hormon koriogonadrotropin yang berlebihan, dan

dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium

mengecil spontan.

b. Kista ovarium Neoplastik

1) Kista Ovarii Simpleks

Kista ini memiliki permukaan rata dan halus, biasanya

bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar,

dinding kista tipis dan cairan dalam kista jernih, terus

berwarna kuning.

2) Kista Ovarii Muscinosum

Kemungkinan berasal dari suatu teratoma dimana didalam

pertumbuhanya satu elemen mengalahkan eleman lain.

Tumor ini mempunyai bentuk bulat, ovoid tidak teratur,

dengan permukaan rata berwarna putih kebiru-biruan.

3) Kista Ovarii Serosum


9

Berasal dari epitel permukaan ovarium, dinding luarnya

dapat menyerupai kista musinosum. Dinding dalam kista

sangat licin, sehingga pada kista yang kecil sukar dibedakan

dengan kista folikel biasa.

4) Kista Dermoid

Suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur

ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel

kulit, rambut, gigi, dan produk grandula sebacea berwarna

putih kekuningan menyerupai lemak. (Winkjosastro, 2007)

3. Etiologi Kista Ovarium

Menurut Nugroho (2010), kista ovarium disebabkan oleh

gangguan pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofisis dan

ovarium.

Beberapa teori menyebutkan bahwa penyebab tumor adalah

bahan karsinogen seperti rokok, bahan kimia, sisa-sisa pembakaran

arang, bahan-bahan tambang.

Beberapa faktor resiko berkembangnya kista ovarium, adalah wanita

yang biasanya memiliki:

a. Riwayat kista terdahulu

b. Siklus menstruasi tidak teratur

c. Hipotiroidism atau ketidakseimbangan hormonal

d. Menstruasi dini, yang terjadi di usia 11 tahun atau lebih muda lagi
10

4. Manifestasi Klinis Kista Ovarium

Kadang-kadang kista ovarium ditemukan pada pemeriksaan

fisik, tanpa ada gejala (asimptomatik).

Mayoritas penderita kista ovarium tidak menunjukan adanya

gejala sampai periode waktu tertentu. Hal ini disebabkan perjalanan

penyakit ini berlangsung secara tersembunyi sehingga diagnosa sering

ditemukan pada saat pasien dalam keadaan stadium lanjut sampai

pada waktu klien mengeluh adanya tidak teraturnya menstruasi, nyeri

pada perut bawah, rasa sebah pada perut dan timbul benjol pada

perut.(Lewellyn, 2002)

5. Tanda dan Gejala Kista Ovarium

Kebanyakan wanita yang memiliki gejala sampai periode tertentu.

Namun menurut Nugroho (2010), beberapa orang dapat mengalami

gejala ini:

a. Nyeri saat menstruasi

b. Nyeri perut di bagian bawah

c. Nyeri saat berhubungan seksual

d. Nyeri pada punggung menjalar sampai ke kaki

e. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB

f. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar

banyak.
11

Menurut Manuaba (2009) gejala (keluhan) klinis tumor indung telur

antara lain:

a. Pembesaran, tumor yang kecil mungkin diketahui saat melakukan

pemeriksaan rutin. Tumor dengan diameter sekitar 5 cm, dianggap

belum berbahaya kecuali bila di jumpai pada ibu yang telah mati

haid (menopause). Besarnya tumor dapat mendesak ke segala arah

yang menimbulkan gangguan berkemih dan buang air besar, terasa

berat di bagian bawah perut, dan teraba tumor di perut.

b. Gejala gangguan hormonal, indung telur merupakan sumber

hormon wanita yang paling utama sehingga bila terjadi

pertumbuhan tumor dapat mengganggu pengeluaran hormon.

Gangguan hormon selalu berhubungan dengan pola menstruasi

yang menyebabkan gejala klinis berupa gangguan pola menstruasi

dan gejala karena tumor mengeluarkan hormon.

c. Gejala klinis yang terjadi karena komplikasi tumor. Gejala

komplikasi tumor dapat berbentuk infeksi kista indung telur

(demam, perut sakit, tegang dan nyeri lepas, penderita tampak

sakit), mengalami torsi pada tangkai (dengan gejala perut

mendadak sakit hebat, dan keadaan umum penderita cukup baik).

6. Komplikasi Kista Ovarium

Menurut Winkjosastro (2005), komplikasi yang dapat terjadi pada

kista ovarium diantaranya:


12

a. Perdarahan ke dalam kista

Biasanya terjadi sedikit demi sedikit, sehingga berangsur-

angsur menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan

gejala klinik yang minimal. Akan tetapi bila perdarahan terjadi

dalam jumlah banyak, akan terjadi distensi cepat dari kista

yang menimbulkan nyeri perut mendadak.

b. Putaran tangkai

Dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm.

Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi, adanya

putaran tangkai menimbulkan tarikan terhadap peritonium

perietale dan ini menimbulkan rasa sakit. Karena vena lebih

mudah tertekan, terjadilah pembendungan darah dalam tumor

dengan akibat pembesaran tumor dan terjadi perdarahan

didalamnya.

c. Infeksi pada tumor

Terjadi jika di dekat kista ada kuman patogen, seperti

appendiksitis, atau salpingitis.

d. Robek dinding kista

Terjadi pada torsi tangkai, tetapi dapat pula sebagai akibat

trauma, seperti jatuh, atau pukulan di perut. Bila terjadi

robekan disertai hemoragi maka akan terjadi perdarahan dan

menimbulkan nyeri yang berangsur terus menerus.

e. Perubahan keganasan
13

Dapat terjadi pada beberapa kista seperti kistadenoma ovari

serosum, kistadenoma ovari musinosum. Oleh sebab itu,

setelah diangkat perlu pemeriksaan yang seksama terhadap

kemungkinan perubahan keganasan.


14

y an Patofisiologi

7. Pathway dan Patofisiologi

a. Pathway
Degenerasi ovarium Disfungsi ovarium

b. \
Cistoma ovari
c.

Kista neoplastik Kista non neoplastik

Laparatomi Kistektomi

Adaptasi post Pengaruh anestesi Luka


operasi operasi

general spinal Perdarahan trauma Post de


Kurang sumber jaringan entry
informasi
Pencernaa Saluran Defisit
n urinaria volume Nyeri Risiko
Kurang cairan
Penurunan akut infeksi
pengetahua
peristaltik Perubahan
n
usus eliminasi
Keterbatasan
Mual muntah
aktivitas

Hambatan
mobilitas fisik

Gambar 1.1 : Pathways dikembangkan dari |Mochtar (2012), (Mansjoer (2007),


|Winkjosastro (2007)
15

d. Patofisiologi

Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah

hormon dan kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut

bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi

secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan

hormonhipofisa dalam jumlah yang tepat(Manuaba, 2012).

Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan

penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam

ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal

melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam

ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium.Setiap hari

ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang

disebut folikel de graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan

dengan diameter lebih dari 2.8cm akan melepaskan oosit mature.

Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat

matang memiliki struktur 1,5-2 cm dengan kista di tengah-

tengah.Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan

mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila

terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar

kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan (Price

Wilson, 2006).
16

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kista ovarium menurut Lewellyn, dkk. 2002, sebagai

berikut:

a. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui

tindakan bedah, misalnyamelalui kistektomi atau laparatomi.

b. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat

kista ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan

abdomen dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra

abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar

biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat

dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.

c. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien

tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik

/ tindakan kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau

teknik relaksasi napas dalam, informasikan tentang perubahan yang

akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi, perawatan insisi luka

operasi.

B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Kista Ovari

1. Pengkajian Keperawatan

a. Anamnesa

1) Keluhan utama
17

Keluhan utama yang timbul pada tiap jenis operasi adalah rasa

nyeri. Nyeri pada klien akan meningkat setelah operasi setelah

efek anestesi berkurang. Nyeri insisi akut menyebabkanklien

menjadi gelisah. Rasa nyeri setelah bedah biasanya

berlangsung 24-48 jam, yang dikaji pada rasa nyeri tersebut

adalah penyebab nyeri, kualitas nyeri, lokasi nyeri, skala nyeri

serta waktu dan durasi munculnya nyeri.

2) Riwayat reproduksi

Untuk mengetahui tentang menarche umur berapa, siklus haid,

lama menstruasi, teratur atau tidak, sifat darah dan adanya

dismenorhea serta dikaji tentang riwayat haid terakhir.

3) Pemeriksaan fisik

a) Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana

yang harus di jawab oleh klien atau disuruh untuk

melakukan perintah, dan dilakukan penilaian GCS. Variasi

tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk,

harus diobservasi dan penurunan tingkat kesadaran

merupakan gejala syok.

b) Tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, dan

respiratory rate)
18

Monitor tanda-tanda vital pasien setiap 4 jam, dan ketika

kondisi klien sudah stabil, frekuensi pengkajian biasanya

akan berkurang menjadi satu per shift sampai klien keluar.

c) Status sirkulasi

Klien berisiko mengalami komplikasi kardiovaskular yang

disebabkan oleh hilangnya darah aktual atau potensial dari

tempat pembedahan, efek samping dari anestesi. Pengkajian

yang harus dilakukan yaitu pemantauan terhadap denyut

nadi dan irama jantung, serta tekanan darah. Masalah umum

pada sirkulasi yaitu perdarahan. Kehilangan darah dapat

terjadi secara eksternal melalui saluran atau sayatan

internal. Perdarahan tersebut dapat mengakibatkan

penurunan tekanan darah, laju pernafasan meningkat, nadi

lemah, kulit dingin, dan pucat. Perdarahan abnormal yaitu

apabila pasien menggunakan pembalut lebih dari 2 dalam

waktu 30 menit.

d) Status respiratori

Jenis anestesi tertentu bisa menyebabkan depresi

pernapasan. Perlu diwaspadai adanya pernapasan dangkal,

lambat, dan batuk lemah. Kaji patensi jalan napas, laju, dan

irama kedalaman ventilasi, simetri gerakan dinding dada.

Respirasi biasanya meningkat atau menurun. Bunyi

pernapasan akibat lidah jatuh kebelakang atau akibat


19

terdapat secret. Usaha batuk dan bernafas dalam

dilaksanakan segera pada klien yang memakai anestesi

general.

e) Status urinari

Retensi urin paling umum terjadi setelah pembedahan

ginekologi. Klien dengan hidrasi baik, biasanya BAK

setelah 6 sampai 8 jam setelah pembedahan. Raba perut

bagian bawah tepat diatas simfisis pubis untuk mengkaji

distensi kandung kemih. Jika klien terpasang kateter urin,

harus ada aliran urin terus menerus sebanyak 30-50 ml/jam

pada orang dewasa. Perawat mengamati warna dan bau

urin.

f) Status gastrointestinal

Fungsi gastrointestinal pulih pada 24-74 jam setelah

pembedahan. Anestesi melambatkan motilitas

gastrointestinal dan sering menyebabkan mual. Selama fase

pemulihan langsung biasanya suara usus yang diauskultasi

di empat kuadran sering kali hanya sedikit atau bahkan

tidak ada. Inspeksi abdomen untuk memeriksa perut

kembung yang mungkin disebabkan oleh akumulasi gas.

Auskultasi perut secara rutin untuk mendeteksi suara usus

kembali normal, 5-30 bunyi keras per menit. Tanyakan


20

apakah klien membuang gas (flatus), ini merupakan tanda

penting bahwa fungsi usus telah normal.

(Mansjoer, 2007)

b. Pengkajian Fokus

Menurut Doengoes (2000) fokus pengkajian dengan pasien pasca

bedah adalah sebagai berikut :

1) Aktivitas dan istirahat

Gejala : kelemahan dan keletihan, keterbatasan dalam ambulasi,

perubahan pola istirahat, dan jam tidur pada malam hari, adanya

faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, dan ansietas.

2) Sirkulasi

Tanda : takikardi, hipotensi, suhu tubuh meningkat, sebagai

kompensasi perdarahan pasca pembedahan.

3) Integritas ego

Gejala : faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran)

masalah dalam penampilan misalnya lesi karena pembedahan,

masalah tentang keluarga, penolakan terhadap keadaan saat ini,

perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak bermakna, rasa

bersalah, depresi.

Tanda: ansietas, terjadi penolakan, menyangkal, menarik diri,

marah, harga diri rendah.


21

4) Eliminasi

Gejala : konstipasi disebabkan oleh pengaruh anestesi

pembedahan, kateterisasi urinasi mungkin terpasang

Tanda : perubahan bising usus, distensi abdomen

5) Neorosensori

Gejala : pusing

6) Makanan dan cairan

Gejala : membran mukosa yang kering (pembatasan masukan

atau periode puasa pre operatif), anoreksia, mual, muntah, haus.

7) Nyeri atau ketidaknyamanan

Gejala : mengeluh ketidaknyamanan dikarenakan trauma bedah

atau insisi, distensi kandung kemih atau abdomen, efek-efek

anestesi, nyeri meningkat saat berpindah tempat tidur, berjalan,

atau nafas dalam.

8) Keamanan

Gejala : balutan abdomen tampak kering dan utuh

9) Seksualitas

Gejala : masalah seksual misalnya dampak pada hubungan,

perubahan pada tingkat kepuasan, infertilitas.

10) Penyuluhan dan pembelajaran

Gejala : kurang pengetahuan mengenai penyakit yang dialami

dan perawatan post operasi


22

2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens penyebab cedera (misalnya

biologis,kimia,fisik dan psikologis)

a. Definisi

Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan

akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial,atau digambrkan dengan istilah seperti awitan yang

tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat

dengan akhir yang dapat diantisipasi dan durasinya kurang dari

enam bulan.

b. Batasan karakteristik

a) Perubahan selera makan

b) Perubahan tekanan darah

c) Perubahan frekwensi jantung

d) Perubahan frekwensi pernapasan

e) Laporan isyarat

f) Diaforesis

g) Perilaku distraksi (misal: berjalan mondar-mandir

mencari orang lain dan atau aktivitas lain,aktivitas yang

berulang)

h) Mengekspresikan

perilaku(misal:gelisah,merengek,menangis)
23

i) Masker wajah (misal:mata kurang bercahaya,tampak

kacau,gerakan mata berpencar atau tetap pada satu

fokus meringis)

j) Sikap melindungi area nyeri

k) Fokus menyempit(misal : gangguan persepsi

nyeri,hambatan proses berfikir,penurunan interaksi

dengan orang dan lingkungan)

l) Indikasi nyeri yang dapat diamati

m) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri

n) Sikap tubuh melindungi

o) Dilatasi pupil

p) Melaporkan nyeri secara verbal

q) Gangguan tidur

c. NOC

1. Tingkat nyeri

2. Mengontrol nyeri

3. Tingkat kenyamanan

Kriteria hasil :

1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,mampu

menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi

nyeri,mencari bantuan)

2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri.
24

3) Mampu mengenali nyeri (skala,intensitas, frekuensi dan

tanda nyeri)

4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan trauma jaringan

a. Definisi

Keterbatasan dalam pergerakan fisik tubuhatau satu atau lebih

ekstremitas secara mandiri dan terarah.

b. Batasan karakteristik

1) Penurunan waktu reaksi

2) Kesulitan membolak-balik posisi

3) Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan

(misal:meningkatkan perhatian pada aktivitas orang

lain,mengendalikan perilaku,fokus pada aktivitas sebelum

sakit)

4) Dispnea setelah beraktivitas

5) Perubahan cara berjalan

6) Gerakan bergetar

7) Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik

halus

8) Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik

kasar

9) Keterbatasan rentang pergerakan sendi

10) Tremor akibat pergerakan


25

11) Ketidakstabilan postur

12) Pergerakan lambat

13) Pergerakan tidak terkoordinas

c. NOC

1) Gerakan tulang sendi: aktif

2) Tingkat mobilitas

3) Transfer kinerja

Kriteria Hasil

1) Klien meningkat dalam aktivitas fisik

2) Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas

3) Memverbalisasi perasaan dalam meningkatkan kekuatan

dan kemampuan berpindah

4) Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi

(walker)

3. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kulit rusak,

penurunan Hb,prosedur invasif peningkatan pemajuan lingkungan.

a. Definisi

Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik.

b. Batasan karakteristik

Terdapat faktor resiko yang dapat menimbulkan risiko infeksi:

penyakit kronis, ketidakadekuatan imunitas, peningkatan

pemajanan lingkungan terhadap patogen, pengetahuan yang kurang

untuk menghindari pajanan patogen,prosedur invasif, malnutrisi,


26

agen farmasi (misalnya: obat imuno supresi), pecah ketuban,

kerusakan jaringan, trauma.

Faktor – faktor resiko:

1) Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat

a) Gangguan peritalsis

b) Kerusakan integritas kulit (pemasangan kateter

intravena,prosedur invasif)

c) Perubahan sekresi Ph

d) Penurunan kerja siliaris

e) Pecah ketuban dini

f) Merokok

g) Stasis cairan tubuh

h) Trauma jaringan ( misal: trauma destruksi jaringan)

c. NOC

1) Status imun

2) Pengetahuan: pengendalian risiko

3) Pengawasan risiko

Kriteria hasil :

1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

2) Mendeskripsikan proses penularan penyakit faktor yang

mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya

3) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya

infeksi
27

4) Jumlah leukosit dalam batas normal

5) Menunjukkan perilaku hidup sehat

4. Risiko kekurangan volume cairan berhubugan dengan perdarahan

pasca partum.

a. Definisi

Kondisi individu yang beresiko mengalami dehidrasi vaskular,

selular atau intraselular.

b. Batasan Karakteristik

Terdapat faktor risiko yang mempengaruhi,yaitu secara

objektif: penyimpangan yang mempengaruhi akses untuk

pemasukan atau absorpsi cairan (misal: imobilitas fisik),

kehilangan berlebihan melalui rute normal (misal: diare), usia

ekstrem (kurang atau berlebih), faktor yang mempengaruhi

kebutuhan cairan (misal: status hipermetabolik), defisiensi

pengetahuan (yang berhubungan dengan volume cairan),

kehilangan cairan melalui rute yang tidak normal (misal: selang

kateter), obat (diuretik).

c. NOC :

1) Keseimbangan cairan

2) Hidrasi

3) Status nutrisi: makanan dan masukan cairan


28

Kriteria hasil :

1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan

BB,BJ urine normal,HT normal

2) Tekanan darah,nadi,suhu tubuh dalam batas normal

Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,elastisitas turgor kulit

baik,membran mukosa lembab,tidak ada rasa haus yang

NOC :

a. Pengetahuan : perjalanan penyakit

b. Pengetahuan : pola hidup sehat

e) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan

informasi

Definisi : tidak ada atau kurang informasi kognitif tentang topic

tertentu

Batasan karakteristik :

Subjektif : mengungkapkan masalah secara verbal

Objektif : tidak mengikuti instruksi secara akurat, performa uji

tidak akurat, perilaku yang tidak sesuai atau terlalu berlebihan

histeris , bermusuhan, agitasi, atau apatis)

a. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan

b. Memperlihatkan kemampuan dengan ketrampilan yang sudah

diajarkan

c. Mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan oleh perawat


29

3. Perencanaan

a) Nyeri akut berhubungan dengan agens penyebab cedera (misalnya

biologis,kimia,fisik dan psikologis)

NIC

Manajemen nyeri

1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk

lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas dan faktor

presipitasi)

2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien.

4) Ajarkan teknik non farmakologi

5) Tingkatkan istirahat

6) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

7) Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri

tidak berhasil.

b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan trauma jaringan

NIC

Terapi latihan: ambulasi

1) Kaji tingkat mobilitas pada pasien ( tingkat 0 : mandiri total,

tingkat 1 : memerlukan alat bantu, tingkat 2 : memerlukan

bantuan dari orang lain, tingkat 3 : membutuhkan bantuan dari


30

orang lain dan alat bantu, tingkat 4 : ketergantungan, tidak

berpartisipasi dalam aktivitas)

2) Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon

pasien saat latihan

3) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri

sesuai kemampuan

4) Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi

kebutuhan ADLs

5) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan

jika diperlukan

6) Beri informasi kepada keluarga dan pasien penyebab hambatan

mobilitas fisik dan tujuan dilakukannya mobilisasi pada pasien.

c) Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kulit rusak,

penurunan Hb,prosedur invasif peningkatan pemajuan lingkungan.

NIC

Kontrol Infeksi: bersih

Intervensi Keperawatan:

1) Pantau tanda dan gejala infeksi (suhu

tubuh,nadi,drainase,penampilan luka,sekresi,suhu kulit, lesi

kulit, keletihan dan malaise)

2) Lakukan perawatan luka insisi

3) Instrusikan untuk menjaga hygiene personal untuk melindungi

tubuh terhadap infeksi (misal : mencuci tangan)


31

4) Batasi pengunjung dan instruksikan pada pengunjug untuk

mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung

meninggalkan pasien

5) Kolaborasi pemberian terapi antibiotik bila diperlukan

d) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

pasca pembedahan.

NIC

Manajemen cairan

1) Observasi adanya perdarahan dan status ihidrasi (kelembapan

membran mukosa, keadekuatan nadi dan tekanan darah)

2) Hitung input dan output cairan

3) Berikan cairan sesuai kebutuhan

4) Informasikan kepada pasien dan keluarga penyebab

kekurangan volume cairan.

5) Kolaborasi pemberian terapi IV sesuai kebutuhan

e) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan

informasi

NIC :

a. berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang

proses penyakit yang spesifik

b. jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini

berhubungan dengan anatomi dan fisiologi dengan cara yang

tepat
32

c. Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul pada penyakit,

dengan cara yang tepat

d. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara

yang tepat

e. Sediakan bagi keluarga atau pasien informasi tentang kemajuan

pasien dengan cara yang tepat

f. Diskusikan pemilihan terapi atau penanganan

g. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second

opinion dengan cara yang tepat atau diindikasi

1. Evaluasi

Evaluasi hasil dari tindakan keperawatan pada pasien dengan post

operasi kista ovarium diharapkan tujuan dan kriteria hasil yang telah

ditentuan di rencana keperawatan dapat tercapai.

a. Nyeri akut

1) Pasien memperlihatkan pengendalian nyeri:

a. Menggunakan tindakan pencegahan ketika nyeri timbul

b. Melaporkan nyeri dapat dikendalikan

c. Mengenali awitan nyeri

2) Menunjukan tingkat nyeri:

a) Skala nyeri menjadi ringan

b) Ekspresi wajah tidak menahan nyeri

c) Melaporkan pola tidur baik


33

b. Risiko infeksi

1) Pasien terbebas dari tanda dan gejala infeksi.

2) Pasien dan keluarga mengetahui pencegahan infeksi.

c. Kekurangan volume cairan

1) Memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang

seimbang dalam 24 jam.

2) Memiliki keseimbangan cairan oral dan intravena yang

adekuat.

3) Tidak mengalami haus yang tidak normal.

d. Hambatan mobilitas fisik

Pasien mampu berbalik sendiri di tempat tidur dan meakukan

mobilitas fisik sesuai dengan jadwal serta melakukan aktivitas

secara mandiri.

e. Kurang pengetahuan

1) Pasien dan keluarga mampu mengidentifikasi kebutuhan

terhadap informasi tambahan tentang program terapi.

2) Mampu memperlihatkan kemampuan (keterampilan dan

perilaku) sesuai dengan informasi yang dibutuhkan.

f. Pasien tidak mengalami komplikasi yang ditandai dengan sebagai

berikut:

1) Mengalami perdarahan vaginal yang normal dan

menunjukan tanda-tanda vital yang normal.

2) Dapat melakukan ambulasi secara dini.


34

3) Melaporkan tidak adanya nyeri, pembengkakan, adanya

kemerahan.

4) Melaporkan tidak adanya masalah dalam perkemihan atau

distensi abdomen (Wilkinson, 2013) dan (Smeltzer, 2002).


35

BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan keperawatan pada Ny. E penulis lakukan dengan pendekatan

proses keperawatan selama tiga hari yaitu 11 Januari 2016 sampai 13 Januari 2016

di ruang Edelweis RST. Dr. Soedjono Magelang. Klien masuk rumah sakit pada

tanggal 10 Januari 2016 pukul 16.16 WIB dan pengkajian dilakukan pada tanggal

11 Januari 2016 pukul 09.00 WIB. Klien dirawat dengan diagnosa medis post

laparatomi kistektomi indikasi kista ovarium.Data pengkajian diperoleh

berdasarkan interaksi secara langsung dengan klien dan keluarga, observasi dan

didapatkan dari catatan keperawatan klien.

A. Biodata Klien

Klien bernama Ny. E berumur 50 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir

SMP, dan sehari-hari bekerja sebagai karyawan swasta di daerah

Karawang.Alamat klien di Peundeuy, Kondang Jaya, Karawang Timur.

Penanggung jawab adalah adik klien yaitu Ny. N yang berumur 45 tahun,

beragama Islam. Pekerjaan Ny. N sebagai Pedagang. Alamat Ny. N di

Saragan, Bayurojo, Mertoyudan.

B. Pengkajian

1. Riwayat Keperawatan

a. Riwayat kesehatan

Pengkajian yang dilakukan penulis pada tanggal 11 Januari 2016

didapatkan keluhan yaitu klien mengatakan nyeri pada bekas luka

35
36

operasi dan terasa saat bergerak sekarang ini. Riwayat penyakit

Ny. E sejak bulan Mei 2015 sampai bulan Agustus 2015 tidak

mengalami menstruasi.Bulan September dan bulan berikutnya

kembali menstruasi, namun setelah selesai menstruasi selalu

terdapat flex-flex coklat pada celananya.Klien sempat mengeluh

kepada teman kerjanya kalau menstruasi tidak teratur, tapi

dianggap sebagai akibat dari stress karena banyak pikiran dan

kecapekan.Kemudian klien diperiksa ke dokter tanggal 6 Januari

2016. Klien mengatakan sebelumnya periksa rutin, dan hasil

pemeriksaan terakhir USG terdapat kista ovarium sebesar ± 9 cm.

Saran dari dokter untuk mondok dan akan dilakukan tindakan

operasi. Tanggal 11 Januari 2016 klien dioperasi dengan anestesi

spinal.Jenis operasi yang dilakukan yaitu laparatomi

kistektomi.Klien mengeluh nyeri pada luka bekas operasi dan

terdapat balutan luka operasi ±10 cm dan terpasang drain.

Pengkajian mengenai riwayat penyakit dahulu klien belum

pernah dirawat di rumah sakit.Riwayat penyakit keluarga klien

yaitu paman klien mempunyai penyakit menurun yaitu diabetes

melitus.

Riwayat pernikahan klien yaitu klien pernah menikah di usia 39

tahun kemudian bercerai, menikah lagi pada usia 43 tahun namun

bercerai kembali, dan status klien saat ini janda.


37

Riwayat obstetri yang meliputi riwayat menstruasi yaitu klien

menstruasi pertama saat usia 11 tahun dengan siklus haid 30 hari.

Tidak mengalami nyeri saat menstruasi dan lama haid 7 hari.Pada

4 bulan terakhir klien mengalami siklus menstruasi yang tidak

normal yaitu dari bulan Mei-Agustus, baru menstruasi di bulan

September diikuti flex-flex coklat dan nyeri perut bagian

bawah.Riwayat persalinan klien belum pernah memiliki anak

hingga saat ini.

b. Pengkajian fokus

Pengkajian aktivitas atau istirahat, klien mengatakan masih

lemas, istirahat malam mulai pukul 22.00 dan bangun pada pukul

04.30 WIB. Tergantung dengan jadwal shift kerjanya dan jam

istirahatnya menyesuaikan. Klien masih bedrest total dengan

aktivitas yang dilakukan klien yaitu masih tidur terlentang diikuti

miring kanan dan kiri. ADL klien dibantu oleh keluarga dan

perawat, skala ketergantungan 2.

Pengkajian sirkulasi, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi

84x/menit, suhu 37,6ºC dan capilary refill time kembali < 2 detik.

Klien terpasang drain dan produksi drain ± 20 cc dan berwarna

merah.

Pengkajian integritas ego klien mengatakan saat ini sudah lega,

tenang karena operasinya berjalan lancar.Klien mengatakan

semoga lukanya cepat sembuh, bisa beraktivitas lagi.Saat ini klien


38

bisa menerima kondisinya dan klien tampak kooperatif saat

dilakukan tindakan keperawatan.

Pola eliminasi, klien mengatakan belum BAB sejak dioperasi

dan saat ini belum flatus.Klien terpasang DC urin berwarna kuning

kecoklatan sebanyak 150ml/3 jam.

Pola pengkajian nutrisi, klien mengatakan belum makan sejak

habis operasi.Biasanya makanan dari rumah sakit habis 5

sendok.Klien minum 4 gelas, sejak operasi baru minum 1 gelas.

Pengkajian neurosensori, klien mengatakan masih pusing, tidak

ada kesemutan pada ekstremitas.

Pengkajian interaksi sosial, hubungan klien dengan keluarga

baik, anggota keluarga selalu menemani klien selama di rumah

sakit.Klien juga kooperatif dengan dokter, perawat dan tenaga

medis lainya.

Pengkajian gangguan kenyamanan nyeri, klien mengeluh nyeri

pada luka bekas operasi. Penyebab nyeri yaitu nyeri luka post

operasi. Kualitas nyeri seperti disayat-sayat, lokasi nyeri berada di

abdomen kuadran kanan bawah dengan skala nyeri 6, nyeri hilang

timbul dan sering muncul saat bergerak. Klien tampak berhati-hati

dan meringis menahan nyeri ketika akan bergerak miring kanan

dan kiri. Keamanan tempat tidur klien terdapat pengaman dan

balutan luka operasi masih kering tidak mrembes, suhu klien

37,6ºC.
39

Pengkajian seksualitas, klien belum mengetahui dampak dari

post operasi kistektomi terhadap sistem reproduksinya. Status klien

saat ini janda dan tidak memiliki anak.

Pengkajian psikologis klien mengatakan pasrah dan menerima

jika tidak mempunyai anak, dan status klien saat ini janda.

Pengkajian penyuluhan dan pembelajaran, klien belum

mengetahui dampak laparatomi kistektomi/ pengangkatan saluran

telur.

2. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran umum klien baik, kesadaran klien compos mentis, GCS

15 dengan E4, M6, V5. Tekanan darah klien 120/90 mmHG, nadi

84x/menit, RR 20x/menit, suhu 37,6ºC, capilary refill time (CRT)

kembali kurang dari 2 detik.

Bentuk kepala mesochepal, penyebaran rambut merata, rambut

bersih, tidak mudah rontok, dan sebagian sudah beruban.Pupil klien

isokor, skera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.Hidung klien

kondisinya bersih, tidak ada polip dan tidak ada secret.Telinga kanan

dan kiri klien simetris, tidak ada serumen dan bersih.Mulut klien

bersih, mukosa bibir lembab, dan tidak ada stomatitis.Pada

pemeriksaan leher tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid.

Pergerakan dada kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, vocal

fremitus teraba sama kanan kiri. Perkusi paru-paru klien sonor.Bunyi


40

suara paru klien vesikuler tidak ada suara tambahan.Pemeriksaan

jantung ictus cordis tidak tampak, tetapi teraba di intercosta 4 dan 5

midclavicula.Perkusi jantung klien pekak, S1 dan S2 reguler dan tidak

ada bunyi tambahan seperti gallop dan murmur.

Pemeriksaan payudara klien didapatkan data aerola mamae

kecoklatan, puting menonjol dan tidak teraba masa pada mamae.

Pemeriksaan abdomen terdapat balutan luka berbentuk memanjang dan

terpasang drain, bising usus 8x/menit, tidak ada pembesaran hepar dan

terdapat nyeri tekan pada daerah luka operasi. Perkusi abdomen klien

tympani.Klien mengatakan belum flatus.

Pemeriksaan integument, kulit lembab, turgor kulit kembali <2

detik dan akral hangat.Pemeriksaan ekstremitas atas terpasang infus

D5% 20 tpm di tangan kiri, tidak terdapat edema di ekstremitas atas

dan bawah. Kekuatan otot klien ektremitas atas: 5 ektremitas bawah: 5.

Pemeriksaan genetaliia bersih, terpasang DC, tidak ada hemoroid.

3. Pemeriksaan Diagnostik

Hasil pemeriksaan laboratorium klien tanggal 7 Januari 2016 antara

lain:

Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan


RBC 4,27 1012/l 3,50-5,50
MCV 85,5 Fl 75,0-100,00
RDW% 15,2 % 11,0-16,0
HCT 36,6 % 35,0-55,0
PLT 377 1012/l 100-400
MPV 6,7 Fl 8,0-11,0
WBC 7,3 1012/l 3,5-10,0
HGB 12,9 g/dL 11,5-16,5
MCH 30,2 Pg 25,0-35,0
MCHC 35,3 g/dL 31,0-38,0
41

LYM 2,7 1012/l 0,5-5,0


GRAN 4,2 1012/l 1,2-8,0
MID 0,4 1012/l 0,1-1,5
LYM% 37,1 % 15,0-50,0
GRA% 37,4 % 35,0-80,0
MID% 5,5 % 2,0-15,0

4. Terapi Obat

Pada tanggal 11 Januari 2016 pasien post operasi laparatomi

kistektomi diberikan infus D5% 20 tpm, injeksi ceftriaxon1gr, injeksi

alnamine 1ampul, dan profenid suppositoria (2x sehari pada jam 09.00

dan jam 21.00).

Pada tanggal 12-13 Januari 2016 terapi yang diberikan infus RL 20

tpm, injeksi ceftriaxone 1gr, injeksi allinamine 1 ampul, injeksi

ketorolac 1 ampul (2x sehari pada jam 09.00 dan jam 21.00).

C. Perumusan Masalah

1. Pengkajian tanggal 11 Januari 2016 pukul 09.00 WIB ditemukan data

subjektif yaitu klien mengatakan nyeri pada luka post operasi dan

terasa saat bergerak. Penyebab nyeri yaitu nyeri luka post operasi.

Kualitas nyeri seperti disayat-sayat, lokasi nyeri berada di abdomen

kuadran kanan bawah dengan skala 6, nyeri hilang timbul dan sering

muncul saat bergerak. Data objektif yaitu klien tampak meringis

menahan nyeri dan terlihat berhati-hati saat bergerak miring kanan dan

miring kiri. Masalah keperawatan yang muncul berdasarkan data


42

subjektif dan data objektif diatas yaitu nyeri akut berhubungan dengan

agens cedera fisik.

2. Masalah keperawatan yang kedua yaitu risiko infeksi berhubungan

dengan trauma jaringan. Pengkajian yang dilakukan tanggal 11 Januari

2016 pukul 09.00 WIB ditemukan data subjektifnya, klien mengatakan

terdapat balutan luka operasi. Data objektif yang diperoleh yaitu

terdapat luka post operasi bentuk memanjang, balutan tampak kering,

terpasang DC dan drain, suhu klien 37,6ºC.

3. Masalah keperawatan yang ketiga yaitu kurang pengetahuan

berhubungan dengan kurang paparan informasi inform consent.

Pengkajian yang dilakukan tanggal 11 Januari 2016 pukul 09.00 WIB,

ditemukan data subjektifnya klien mengatakan belum mengetahui

mengenai miom. Data objektifnya yaitu penulis mengajukan

pertanyaan penyakit apa yang sedang dialaminya dan klien menjawab

miom, ketika ditanyai lagi klien mengatakan tidak mengetahui dan

tampak bingung. Ini menunjukan bahwa saat pemberian inform

consent informasi belum dipahami oleh klien.

D. Perencanaan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik

Tujuan rencana keperawatan: setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan masalah nyeri akut dapat

teratasi dengan kriteria hasil: mampu mendemonstrasikan teknik


43

relaksasi dan distraksi, nyeri dapat berkurang sakala ringan (1-3),

ekpresi wajah tenang dan rileks.

Intervensi yang direncanakan adalah: Lakukan pengkajian

nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan

durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, dan faktor pencetusnya

serta minta pasien untuk menilai skala nyeri dari 0-10, atur posisi

pasien dan lingkungan senyaman mungkin, ajarkan teknik non

farmakologis, misalnya teknik relaksasi dan distraksi dan berikan

lingkungan yang nyaman, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

analgetik.

2. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan

Tujuan rencana keperawatan : setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan masalah keperawatan risiko

tinggi infeksi dapat teratasi dengan kriteria hasil: terbebas dari tanda

dan gejala infeksi, suhu dalam batas, normal, memperlihatkan personal

hygiene yang adekuat, mengetahuai pencegahan infeksi.

Intervensi yang direncanakan adalah: observasi dan laporkan

tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan, nyeri, panas, tumor, dan

adanya fungsiolaesa, kaji temperature klien, cuci tangan sebelum dan

setelah tindakan perawatan serta lakukan perawatan luka post operasi

sesuai dengan teknik perawatan luka yang tepat, ajarkan keluarga

untuk menjaga personal hygiene yang berfungsi melindungi tubuh dari


44

infeksi (misalnya mencuci tangan), kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian antibiotik yang sesuai.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan informasi.

Tujuan rencana keperawatan: setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan keperawatan kurang

pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria hasil : pasien dan keluarga

mampu memahami mengenai informasi yang disampaikan, dapat

memperlihatkan kemampuan (perilaku) yang sesuai dengan informasi

yang didapatkan.

Intervensi yang direncanakan adalah : lakukan penilaian

terhadap tingkat pengetahuan pasien saat ini dan pemahaman terhadap

materi, bina hubungan saling percaya dengan pasien dan kaji gaya

belajar klien, beri penyuluhan sesuai dengan tingkat pemahaman klien,

ulangi informasi bila diperlukan, beri informasi tentang sumber-

sumber komunitas yang dapat menolong klien dalam mempertahankan

program terapi.

E. Pelaksanaan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik

a. Implementasi pada tanggal 11 Januari 2016 pukul 10.00 WIB

adalah melakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi

lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri, dan faktor pencetusnya serta minta klien untuk


45

menilai skala nyeri dari 0-10. Skala nyeri klien 6, dang mengatakan

bahwa nyeri pada luka bekas operasi. Tindakan keperawatan yang

kedua pukul 10.05 yaitu mengatur posisi pasien dan lingkungan

senyaman mungkin, dengan posisi menaruh bantal di samping

klien. Pukul 10.06 mengajarkan penggunaan teknik

nonfarmakologis, misalnya relaksasi dan distraksi yaitu dengan

latihan nafas dalam dan mengalihkan perhatian dengan cara

mengobrol dengan keluarga. Pukul 12.00 berkolaborasi dengan

dokter dalam pemberian analgetik, terapi supositoria dengan

profenid.

b. Implementasi yang telah penulis lakukan pada tanggal 12 Januari

2016 pukul 09.00 WIB adalah melakukan pengkajian skala nyeri

yang muncul sebelum dilakukan tindakan, skala nyeri 5. Tindakan

keperawatan yang kedua pukul 09.05 mengajarkan kembali teknik

relaksasi dan distraksi dengan latihan nafas dalam dan

mengalihkan perhatian dengan cara mengobrol dengan keluarga.

Pukul 11.00 berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian

analgetik yaitu ketorolac 30 mg.

c. Implementasi yang telah penulis lakukan pada tanggal 13 Januari

2016 pukul 09.00 WIB adalah melakukan pengkajian skala nyeri

yang muncul skala nyeri 4. Tindakan keperawatan yang kedua

pukul 09.05 yaitu mengevaluasi teknik nonfarmakologis, misalnya

relaksasi dan distraksi yaitu dengan cara mengobrol dengan


46

keluarga. Pukul 11.00 berkolaborasi dengan dokter dalam

pemberian analgetik yaitu ketorolac 30 mg.

2. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan

a. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 11 Januari

2016 pukul 09.00 WIB adalah mengobservasi dan melaporkan

tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri, tumor dan

adanya fungsiolaesa. Pukul 09.05 mengkaji temperatur klien. Pukul

09.10 mencuci tangan sebelum dan setelah tindakan perawatan,

serta pukul 09.15 melihat keadaan balutan luka post operasi. Pukul

09.20 mengajarkan keluarga untuk menjaga personal hygiene yang

berfungsi melindungi tubuh dari infeksi (misalnya mencuci

tangan). Pukul 09.25 berkolaborasi dengan dokter dalam

pemberian antibiotik yang sesuai, antibiotik certriaxone 1 gr.

b. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 12 Januari

2016 pukul 09.00 WIB adalah mengobservasi dan melaporkan

tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri, tumor dan

adanya fungsiolaesa. Pukul 09.05 mengkaji temperatur klien. Pukul

09.10 mencuci tangan sebelum dan setelah tindakan perawatan,

serta pukul 09.15 mengamati kembali luka post operasi. Pukul

09.20 mengajarkan keluarga untuk menjaga personal hygiene yang

berfungsi melindungi tubuh dari infeksi (misalnya mencuci

tangan). Pukul 09.25 berkolaborasi dengan dokter dalam

pemberian antibiotik yang sesuai, antibiotik certriaxone 1 gr.


47

c. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 13 Januari

2016 pukul 09.00 WIB adalah mengobservasi dan melaporkan

tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri, tumor dan

adanya fungsiolaesa. Pukul 09.05 mengkaji temperatur klien. Pukul

09.10 mencuci tangan sebelum dan setelah tindakan perawatan,

serta pukul 09.15 melakukan perawatan luka post operasi sesuai

dengan teknik perawatan luka yang tepat, mengganti balutan

dengan prinsip steril dan memasang gurita. Pukul 09.20

mengajarkan keluarga untuk menjaga personal hygiene yang

berfungsi melindungi tubuh dari infeksi (misalnya mencuci

tangan). Pukul 09.25 berkolaborasi dengan dokter dalam

pemberian antibiotik yang sesuai, antibiotik certriaxone 1 gr.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan sumber

informasi

a. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 11 Januari

2016 pukul 09.00 WIB adalah melakukan penilaian terhadap

tingkat pengetahuan klien saat ini dan pemahaman terhadap materi.

Pukul 09.05 membina hubungan saling percaya dengan klien dan

kaji gaya belajar klien. Pukul 09.10 memberi penyuluhan tentang

dampak post kistektomi sesuai dengan tingkat pemahaman klien.,

mengulangi informasi bila diperlukan. Pukul 09.15 memberi

informasi yang dapat menambah wawasan klien.


48

b. Tindakan keperawatan pada tanggal 12 Januari 2016 pukul 09.00

WIB adalah melakukan penilaian terhadap tingkat pengetahuan

klien saat ini dan pemahaman terhadap materi. Pukul 09.05

membina hubungan saling percaya dengan klien dan kaji gaya

belajar klien. Pukul 09.10 memberi penyuluhan tentang dampak

post kistektomi sesuai dengan tingkat pemahaman klien.,

mengulangi informasi bila diperlukan. Pukul 09.15 memberi

informasi yang dapat menambah wawasan klien.

F. Evaluasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik

a. Evaluasi pada tanggal 11 Januari 2016 pada tanggal 11 Januari

2016 pukul 14.00, data subjektif penyebab nyeri adalah nyeri luka

bekas operasi, kualitas nyeri seperti disayat-sayat, lokasi nyeri

berada di abdomen kuadran kanan bawah dengan skala nyeri 5,

nyeri hilang timbul dan sering muncul saat bergerak, klien nyaman

dengan kondisi ruangan yang dia tempati saat ini, klien

mengatakan sudah mengerti tentang teknik relaksasi distraksi yang

telah diajarkan dan akan mencoba mempraktekannya. Data objektif

yaitu klien tampak berhati-hati dan meringis menahan nyei ketika

akan bergerak miring kanan kiri, nyaman dengan meletakan bantal

di dekatnya, klien terlihat bisa mendemonstrasikan teknik yang

sudah dajarkan, pemberian analgetik yairu profenid suppositoria.


49

Masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi dan lanjutkan

intervensi.

b. Evaluasi pada tanggal 12 Januari 2016 pukul 14.00, data subjektif

skala nyeri 4, nyeri hilang timbul klien sudah mempraktekanya dan

nyeri berkurang. Data objektif yaitu klien masih berhati-hati dan

menahan nyeri ketika akan belajar duduk, pemberian analgetik

injeksi ketorolac 30 mg masuk. Masalah keperawatan nyeri belum

teratasi dan lanjutkan intervensi.

c. Evaluasi pada tanggal 13 Januari 2016 pukul 14.00, data subjektif

skala nyeri 3, nyeri hilang timbul, saat istirahat nyeri masih hilang

timbul, klien mengatakan masih mempraktekan teknik relaksasi

distraksi nyeri berkurang. Data objektif yaitu klien terlihat rileks

dan saat mobilisasi sudah bisa, pemberian analgetik yaitu injeksi

ketorolac 30 mg, terapi masuk. Masalah keperawatan nyeri akut

belum teratasi dan lanjutkan intervensi.

2. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan

a. Evaluasi pada tanggal 11 Januari 2016 pukul 14.00, respon objektif

yaitu tidak ada tanda kemerahan, panas, tumor dan fungsiolaesa,

temperature klien 37,6ºC. Perawatan luka belum dilakukan karena

kondisi balutan luka klien masih baru, bersih dan kering.

Pemberian antibiotik ceftriaxone 1 gr sudah masuk. Data subjektif

yairu klien merasa nyeri di daerah luka operasi, klien sudah

mengerti tentang nyeri yang dialaminya saat ini. Keluarga sudah


50

mengetahui cara melindungi tubuh dari infeksi dengan mencuci

tangan. Masalah keperawatan risiko infeksi belum teratasi dan

lakukan intervensi.

b. Evaluasi pada tanggal 12 Januari 2016 pukul 14.00, respon objektif

yaitu tidak ada tanda kemerahan, panas, tumor dan fungsiolaesa,

temperature klien 36,8ºC. Perawatan luka belum dilakukan karena

kondisi balutan luka klien masih baru, bersih dan kering.

Pemberian antibiotik ceftriaxone 1 gr sudah masuk. Data subjektif

yairu klien merasa nyeri di daerah luka operasi. Masalah

keperawatan risiko infeksi belum teratasi dan lakukan intervensi.

c. Evaluasi pada tanggal 13 Januari 2016 pukul 14.00, respon objektif

yaitu tidak ada tanda kemerahan, panas, tumor dan fungsiolaesa,

temperature klien 37,3ºC. Perawatan luka sudah dilakukan, kondisi

luka klien baik, terdapat nyeri tekan, balutan luka sudah diganti

dengan prinsip steril, drain sudah dilepas dengan jumlah cairan 50

cc, dan memasang gurita. Pemberian antibiotik ceftriaxone 1 gr

sudah masuk. Data subjektif yaitu klien merasa nyeri di daerah

luka operasi. Masalah keperawatan risiko infeksi belum teratasi

dan lakukan intervensi.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan sumber

informasi

a. Evaluasi pada tanggal 11 januari 2016 pukul 14.00, data objektif

yaitu dalam suasana tenang klien dapat belajar, dan klien tidak
51

mengajukan pertanyaan, saat evaluasi klien bisa menjawab

pertanyaan dari penulis. Data subjektif klien dan keluarga

mengatakan sudah paham mengenai dampak operasi kistektomi.

Masalah kurang pengetahuan sudah teratasi dan pertahankan

intervensi.

b. Evaluasi pada tanggal 12 Januari 2016 pukul 14.00, data objektif

yaitu dalam suasana tenang klien dapat belajar, dan klien tidak

mengajukan pertanyaan, saat evaluasi klien bisa menjawab

pertanyaan dari penulis. Data subjektif klien dan keluarga

mengatakan sudah paham mengenai kebutuhan nutrisi post operasi.

Masalah kurang pengetahuan sudah teratasi dan pertahankan

intervensi.
52

BAB IV

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Bab ini penulis akan membahas tentang pengelolaan asuhan

keperawatan post operasi kista ovarium pada Ny. E di ruang Edelweis

Rumah Sakit Tentara dr. Soedjono Magelang selama 3 hari pada

tanggal 11 Januari 2016 sampai tanggal 13 Januari 2016. Penyebab

kista ovarium yang dialami klien disebabkan oleh ketidakseimbangan

pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofisis dan

ovarium.Sehingga siklus menstruasi tidak teratur.Pada 4 bulan terakhir

tidak menstruasi sehingga dapat mendukung pembentukan kista pada

ovarium karena ovum tidak dilepaskan oleh ovarium.

Pembahasan difokuskan pada aspek asuhan keperawatan yang

meliputi pengkajian, analisa data, intervensi, implementasi dan

evaluasi terkait dengan kasus yang ada. Pada bab ini penulis juga akan

membahas mengenai hambatan-hambatan yang dihadapi selama

pengelolaan kasus dan upaya yang dapat diberikan untuk mengatasi

masalah yang muncul.

1. Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian terhadap kasus Ny. E

dengan kasus post operasi kista ovarium. Pada kakus klien

mengeluhkan bebrapa bulan terakhir ini menstruasinya tidak teratur

52
53

dan setiap kali menstruasi selalu terdapat flex-flex coklat.

Sebelumnya klien periksa rutin dan terakhir periksa didapatkan

hasil USG terdapat kista ovarium sebesar ± 9 cm. Pada teori

komplikasi putaran tangkai dapat terjadi pada kista dengan

diameter 5 cm. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi,

adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan terhadap peritoneum

perietale dan ini terjadi pembendungan darah didalamnya

(Winjosastro, 2005). Sedangkan pada klien tidak didapatkan tanda

komplikasi perdarahan.

Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 11 Januari

2016 klien dilakukan tindakan operasi dari pukul 07.15 sampai

08.00 WIB. Klien mulai dikaji jam 10.00 WIB, saat dikaji klien

mengeluh nyeri pada abdomen kuadran kanan bawah akibat luka

tindakan operasi.

Pengkajian aktivitas atau istirahat, klien mengatakan

masih lemas, istirahat malam mulai pukul 22.00 dan bangun pada

pukul 04.30 WIB. Tergantung dengan jadwal shift kerjanya dan

jam istirahatnya menyesuaikan. Klien masih bedrest total dengan

aktivitas yang dilakukan klien yaitu masih tidur terlentang diikuti

miring kanan dan kiri. ADL klien dibantu oleh keluarga dan

perawat, skala ketergantungan 2.Pengkajian sirkulasi, tekanan

darah 120/80 mmHg, nadi 84x/menit, suhu 37,6ºC dan capilary


54

refill time kembali < 2 detik. Klien terpasang drain dan produksi

drain ± 20 cc dan berwarna merah.

Pengkajian integritas ego klien mengatakan saat ini sudah

lega, tenang karena operasinya berjalan lancar.Klien mengatakan

semoga lukanya cepat sembuh, bisa beraktivitas lagi.Saat ini klien

bisa menerima kondisinya dan klien tampak kooperatif saat

dilakukan tindakan keperawatan.Pola eliminasi, klien mengatakan

belum BAB sejak dioperasi dan saat ini belum flatus.Klien

terpasang DC urin berwarna kuning kecoklatan sebanyak 150ml/3

jam.

Pola pengkajian nutrisi, klien mengatakan belum makan

sejak habis operasi.Biasanya makanan dari rumah sakit habis 5

sendok.Klien minum 4 gelas, sejak operasi baru minum 1

gelas.Pengkajian neurosensori, klien mengatakan masih pusing,

tidak ada kesemutan pada ekstremitas.Pengkajian interaksi sosial,

hubungan klien dengan keluarga baik, anggota keluarga selalu

menemani klien selama di rumah sakit.Klien juga kooperatif

dengan dokter, perawat dan tenaga medis lainya.

Pengkajian gangguan kenyamanan nyeri, klien mengeluh

nyeri pada luka bekas operasi. Penyebab nyeri yaitu nyeri luka post

operasi. Kualitas nyeri seperti disayat-sayat, lokasi nyeri berada di

abdomen kuadran kanan bawah dengan skala nyeri 6, nyeri hilang

timbul dan sering muncul saat bergerak. Klien tampak berhati-hati


55

dan meringis menahan nyeri ketika akan bergerak miring kanan

dan kiri. Keamanan tempat tidur klien terdapat pengaman dan

balutan luka operasi masih kering tidak mrembes, suhu klien

37,6ºC.

Pengkajian seksualitas, klien belum mengetahui dampak

dari post operasi kistektomi terhadap sistem reproduksinya. Status

klien saat ini janda dan tidak memiliki anak.Pengkajian psikologis

klien mengatakan pasrah dan menerima jika tidak mempunyai

anak, dan status klien saat ini janda.Pengkajian penyuluhan dan

pembelajaran, klien belum mengetahui dampak laparatomi

kistektomi/ pengangkatan saluran telur.

2. Diagnosa keperawatan

Dari hasil pengkajian keperawatan yang didapatkan pada

tanggal 11 Januari 2016 pada Ny. E di Rumah Sakit Tentara dr.

Soedjono Magelang. Penulis memunculkan masalah keperawatan

yang ditegakkan menurut prioritas keperawatan antara lain, nyeri

akut, risiko infeksi, kurang pengetahuan. Penulis akan membahas

diagnosa yang tidak muncul pada klien, dari teori yang telah

dibahas di BAB II terdapat diagnosa yang ada lima, akan tetapi

ada dua diagnosa yang tidak muncul antara lain:

a. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan sekunder akibat perdarahan.


56

Diagnosa keperawatan tidak ditegakkan karena pada

pasien tidak ditemukan batasan karakteristik risiko tinggi

kekurangan volume cairan. Wilkinson (2013) mengatakan untuk

menegakan diagnosa ini harus ada batasan karakteristik subjektif

yaitu haus sedangkan untuk objektif yaitu kehilangan yang

berlebihan melalui rute normal (diare dan perdarahan ), faktor

yang mempengaruhi kebutuhan cairan (misalnya status

hipermetabolik), kehilangan cairan melalui rute tidak normal

(misalnya kateter), penurunan turgor kulit, kulit dan membran

mukosa kering, kelemahan, suhu tubuh meningkat, hematokrit

meningkat, peningkatan frekuensi nadi, penurunan tekanan

darah.

Pengkajian yang dilakukan tanggal 11 Januari 2016

didapatkan data membran mukosa lembab, tekanan darah

120/80 mmHg, CRT < 2 detik, tidak menunjukan tanda-tanda

dehidrasi, turgor kulit baik. Klien terpasang DC urin ± 150 mL

dengan warna kuning jernih, drain ± 20 cc. Tidak terdapat

pengeluaran cairan yang berlebih misal melalui perdarahan.

Jumlah ini tidak melebihi batas volume darah hilang pasca

operasi berdasarkan penjelasan dari doengoes (201) yaitu 400-

500 mL serta menurut Bobak (2005) yaitu 300-400 mL.

Berdasarkan data tersebut penulis tidak mengangkat masalah

keperawatan risiko kekurangan volume cairan.


57

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan

aktivitas akibat gangguan kenyamanan nyeri.

Pengkajian yang dilakukan penulis ditemukan data

berdasarkan batasan karakteristik yang ditemukan oleh Wilkinson

(2013) yaitu data objektif, klien kesulitan membolak-balik posisi

tubuh, dispnea saat beraktivitas, perubahan cara berjalan,

keterbatasan rentang gerak sendi, dan melambatnya pergerakan.

Data hasil pengkajian tanggal 11 Januari 2016 sebagai

berikut, klien masih bedrest total dan aktivitas yang dilakukan

klien yaitu masih miring kanan dan kiri, keluhan yang dirasakkan

saat mobilisasi adalah nyeri. ADL klien masih dibantu oleh

keluarga, skala ketergantungan 2, namun diagnosa ini tidak

ditegakan oleh penulis karena penyebab dari masalah keperawatan

ini adalah nyeri sedangkan nyeri sudah menjadi masalah utama

dalam asuhan keperawatan dan sudah masuk dalam rencana

tindakan diagnosa keperawatan nyeri akut (Wilkinson, 2013)

(Carpenito, 2013).

3. Intervensi

Rencana tindakan keperawatan dari tiga diagnosa yang muncul

dalam kasus asuhan keperawatan post operasi kista ovarium pada

Ny. E sudah sesuai dengan intervensi menurut Nanda (2015),

antara lain:
58

a. Rencana keperawatan untuk diagnosa keperawatan nyeri akut

yaitu, lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi

lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri, dan faktor pencetusnya serta minta pasien untuk

menilai skala nyeri 0-10, atur posisi pasien dan lingkungan

senyaman mungkin, ajarkan teknik nonfarmakologis, misalnya

relaksasi dan distraksi, berikan lingkungan nyaman dan

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.

b. Rencana keperawatan dari diagnosa risiko infeksi adalah

observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi seperti

kemerahan, panas, nyeri, tumor, dan adanya fungsiolaesa, kaji

temperature klien, cuci tangan sebelum dan setelah tindakan

perawatan serta lakukan perawatan luka post operasi sesuai

dengan teknik perawatan luka yang tepat, ajarkan keluarga

untuk menjaga personal hygiene yang berfungsi melindungi

tubuh dari infeksi (misalnya mencuci tangan), kolaborasi dengan

dokter dalam memberikan antibiotik yang sesuai.

c. Rencana keperawatan dari diagnosa kurang pengetahuan yaitu

lakukan penilaian terhadap tingkat pengetahuan pasien saat ini

dan pemahaman terhadap materi, bina hubungan saling percaya

dengan pasien dan kaji gaya belajar pasien, ulangi informasi bila

diperlukan, beri informasi tentang sumber-sumber yang dapat

menolong pasien dalam mempertahankan program terapi.


59

4. Implementasi

Implementasi yang dilaksanakan pada diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan agens cidera fisik dengan rencana

keperawatan NANDA (2015) terdapat tindakan mengatur posisi

pasien dan lingkungan senyaman mungkin namun dalam kasus

yang ada lingkungan tempat tidur klien berjejer bersama tempat

tidur pasien lain. Klien kurang bisa mendapatkan lingkungan

nyaman karena ramai.

Diagnosa risiko infeksi berhubungan dengan trauma

jaringan terdapat satu implementasi yang tidak dilakukan penulis

yaitu monitor tanda dan gejala infeksi, dalam pelaksanaan penulis

kurang memonitor WBC post operasi karena pemeriksaan darah

lengkap post operasi tidak dilakukan oleh Rumah sakit.

Implementasi yang kedua ada melakukan perawatan luka sesuai

dengan teknik perawatan luka yang tepat, namun prosedur

perawatan luka memang prosedur rumah sakit yang dilakukan pada

hari ketiga post operasi saat klien direncanakan akan pulang.

Tindakan diagnosa kurang pengetahuan berhubungan

dengan kurangnya paparan informasi, dari rencana yang ditulis

penulis terdapat implementasi yang tidak ditulis yaitu memberikan

penyuluhan kebutuhan nutrisi post operasi karena klien baru

pertama operasi dan terdapat luka post operasi, dalam


60

penyembuhan luka membutuhkan informasi makanan yang sesuai

kebutuhan.

5. Evaluasi

Evaluasi diagnosa keperawatan nyeri yaitu pada hari

ketiga masalah sudah teratasi sebagian ditandai dengan data

subjektif klien mengatakan nyeri berkurang skala nyeri 3, nyeri

berkurang, saat mobilisasi nyeri masih hilang timbul, klien

masih mempraktekan teknik relaksasi distraksi apabila nyeri.

Data objektif yaitu klien terlihat lebih rileks.

Evaluasi diagnosa keperawatan risiko infeksi yaitu pada

hari ke tiga masalah sudah teratasi dengan ditandai oleh respons

objektif yaitu tidak ada tanda infeksi seperti kemerahan, panas,

tumor dan fungsiolaesa, temperature klien 363º, balutan luka

operasi sudah diganti pada hari ketiga sesuai dengan prosedur

Rumah Sakit dengan kondisi luka yang baik jahitan sudah

kering. Data subjektif yaitu klien merasa nyaman balutan sudah

diganti.

Evaluasi dari diagnosa keperawatan kurang pengetahuan

yaitu pada hari pertama masalah sudah teratasi ditandai dengan

data objektif yaitu dalam suasana tenang klien dapat belajar,

klien tidak mengajukan pertanyaan dan saat evaluasi klien bisa

menjawab pertanyaan dari penulis.Data subjektif klien dan

keluarga mengatakan sudah paham mengenai dampak operasi


61

kistektomi. Hari kedua masih dilakukan penyuluhan mengenai

kebutuhan nutrisi post operasi, klien dan keluarga mengatakan

sudah paham, klien tidak mengajukan pertanyaan dan saat

evaluasi klien bisa menjawab pertanyaan dari penulis. Hari

kedua intervensi sudah dihentikan karena pasien sudah

menunjukan peningkatan pengetahuan mengenai dampak

operasi kistektomi dan perawatan post operasi berkaitan dengan

kebutuhan nutrisi, sehingga hari ketiga sampai ketiga tindakan

keperawatan sudah tidak dilakukan.

B. Simpulan

Berdasarkan asuhan keperawatan post operasi kista ovarium yang

telah penulis lakukan pada Ny. E di ruang Edelweis RST dr. Soedjono

Magelang pada tanggal 11 Januari 2016 sampai 13 Januari 2016 dapat

diambil kesimpulan bahwa pada pengelolaan kasus telah dilakukan asuhan

keperawatan secara komprehensif berdasarkan tujuan yang ditulis dan

disusun oleh penulis.

Pengkajian pada tanggal 11 Januari 2016, klien masuk kemarin

tanggal 10 Januari 2016 dengan diagnosa kista ovarium (sebesar ± 9 cm).

Penyebab kista ovarium yang dialami klien disebabkan oleh

ketidakseimbangan pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofisis dan

ovarium.Sehingga siklus menstruasi tidak teratur.Pada 4 bulan terakhir

tidak menstruasi sehingga dapat mendukung pembentukan kista pada


62

ovarium karena ovum tidak dilepaskan oleh ovarium.Kemudian tanggal 11

Januari 2016 telah dilakukan tindakan operasi, keluar dari ruang operasi

pukul 08.15 WIB dengan diagnosis post operasi laparatomi

kistektomi.Setelah pengkajian didapatkan data dan ditemukan tiga

diagnosa yang muncul yaitu nyeri, risiko infeksi dan kurang pengetahuan.

Sedangkan pada teori terdapat lima diagnosa, yang tidak muncul yaitu

risiko tinggi kekurangan volume cairan dan hambatan mobilitas fisik

karena batasan karakteristik tidak terdapat pada keluhan klien.

Dalam melakukan pengelolaan asuhan keperawatan post operasi

kista ovarium pada Ny. E di Rumah Sakit Tentara dr. Soedjono Magelang

terdapat kesenjangan dalam pelaksanaan dari intervensi yang dibuat

disebakan karena penulis menyesuaikan dengan keluhan dan konsisi klien.

Selain itu waktu yang dimiliki penulis untuk mengelola klien terbatas

sehingga pengelolaan hanya dilakukan 3x7 jam saja. Dalam mengatasi

kesenjangan yang ada, penulis tetap berusaha memberikan pengelolaan

perawatan yang baik dan layak sesuai dengan keluhan yang klien rasakan

waktu itu.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI (2015). Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI

(online). (http://www.dinkesjateng.go.id) diakses 10 Oktober 2015

Depkes RI (2014). Rencana Penurunan Angka Kejadian Penyakit Reproduksi

Wanita Usia Subur Di Indonesia. (online).

(http.penyakitreproduksi.depkes.go.id) diakses tanggal 10 Oktober 2015.

Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta:

EGC

Johnson, F Hacker. (2001). Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :

Hipokrates.

Lewellyn, Derek, dkk. 2002. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi Ke-6.

Jakarta : Hipokrates.

Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media

Aeculapius.Manuaba, IBG. (2012). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan

dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.

Manuaba, IBG. (2009). Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC.

Nanda.(2015). Aplikasi Asuhan KeperawatanBerdasarkan Diagnosa Medis dan

Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta: Mediation.

Nugroho,T,. (2010). Buku Ajar Ginekologi.Yogyakarta : Nuha Medika

Owen, E. (2005). Panduan Kesehatan Bagi Wanita. Jakarta: PT. Prestasi

Pustakaraya

Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Price, A Sylvia, Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses

Penyakit. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S, C, Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2.

Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

_________________. (2010). Ilmu Kandungan.Jakarta :Yayasan Bina Pustaka.

SOP Keperawatan. (2006). Standar Operasional Prosedur. Yogyakarta : Asosiasi

Institusi Pendidikan DIII.

Suriadi. (2004). Perawatan Luka. Cetakan 1. Jakarta : Sagung Seto

Winkjosastro, Hanifa. (2005). Kista Ovarium.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

_________________.(2007). Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta : Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wilkinson, J. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 9. Jakarta:EGC

Yatim, Faizal. (2005). Penyakit Kandungan Myoma, Kanker Rahim atau Leher

Rahim dan Indung Telur, Kista serta Gangguan Lainnya. Jakarta :

Pustaka Populer Obor.


LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAWATAN POST OPERASI
KEBUTUHAN NUTRISI PASIEN POST OPERASI

Pokok bahasan : Perawatan post operasi


Sub pokok bahasan : Kebutuhan nutrisi post operasi
Hari dan tanggal :
Sasaran : Pasien dan keluarga
Tempat :R. Edelweis RST. Dr. Soedjono Magelang
Waktu : 30 menit
Penyuluh : Rachmawati

1. TIU (Tujuan Instruksional Umum)


Setelah dilakukan tindakan keperawatan atau pendidikan kesehatan maka
pasien dan keluarga mampu mengetahui dan merawat anggota keluarga
yang sakit dalam hal kebutuhan nutrisi pasca operasi.
2. TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama ± 30 menit diharapkan
sasaran dapat/ mampu:
a. Menyebutkan pengertian nutrisi
b. Menyebutkan tujuan pemenuhan nutrisi
c. Menyebutkan syarat diet post operasi
d. Menyebutkan tahapan diet pasca bedah
e. Menyebutkan jenis makanan yang harus diperhatikan untuk
penyembuhan luka
f. Menyebutkan tips perawatan pasca operasi
g. Menyebutkan rencana tindak lanjut
3. Materi
a. Pengertian nutrisi
b. Tujuan pemenuhan nutrisi
c. Syarat diet post operasi
d. Tahapan diet pasca bedah
e. Jenis makanan yang harus diperhatikan untuk penyembuhan luka
f. Tips perawatan pasca operasi
g. Rencana tindak lanjut
4. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi (Tanya Jawab)
5. Media
a. Leaflet
6. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan penyuluhan Kegiatan audiens
Pembukaan 5 1. Memberi salam 1. Membalas salam
Menit pembukaan penyaji
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
3. Menjelaskan tujuan memperhatikan
penyuluhan 3. Mendengarkan dan
4. Menjelaskan kontrak memperhatikan
waktu 4. Mendengarkan dan
memperhatikan
Pelaksanaan 15 1. Penyuluh menggali 1. Menyebutkan
menit pengetahuan audiens pengertian nutrisi
tentang pengertian 2. Mendengarkan dan
nutrisi memperhatikan
2. Menyebutkan 3. Mendengarkan dan
pengertian nutrisi memperhatikan
3. Menyebutkan tujuan 4. Mendengarkan dan
pemenuhan nutrisi memperhatikan
4. Menyebutkan syarat 5. Mendengarkan dan
diet post operasi memperhatikan
5. Menyebutkan tahapan 6. Mendengarkan dan
diet pasca bedah memperhatikan
6. Menyebutkan jenis 7. Mendengarkan dan
makanan yang harus memperhatikan
diperhatikan untuk 8. Mendengarkan dan
penyembuhan luka memperhatikan
7. Menyebutkan tips 9. Audiens tidak
perawatan pasca bertanya
operasi
8. Menyebutkan rencana
tindak lanjut
9. Memberikan waktu
audiens untuk
bertanya
Penutup 5 menit 1. Memberikan 1. Menjawab
beberapa pertanyaan pertanyaan
untuk mengevaluasi 2. Menyimpulaka
sejauh mana 3. Mendengarkan dan
pemhaman pasien memperhatikan
tentang nutrisi 4. Membalas salam
2. Menyimpulkan secara penutup
bersama-sama
3. Mengakhiri
penyuluhan
4. Memberi slam
penutup

7. Sumber
Mansjoer, Arif.(2005). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid
Pertama. Jakarta: Media Aesculapius.
SOP Keperawatan.2006. Standar Operasional Prosedur. Yogyakarta:
Asosiasi Institusi Pendidikan DIII.

8. Evaluasi
a. Prosedur Evaluasi : Post test
b. Jenis test : Pertanyaan lisan
c. Butir soal :
1) Menyebutkan pengertian nutrisi
2) Menyebutan tujuan pemenuhn nutrisi
3) Menyebutkan syarat diet pos operasi
4) Menyebutkan tahapan diet pasca bedah
5) Menyebutkan jenis makanan yang harus diperhatikan untuk
penyembuhan luka
6) Menyebutkan tips perawatan pasca operasi
d. Lampiran:
1) Materi
2) Media

MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
Nurisi adalah makanan yang mengandung cukup nilai gizi dan
tenaga untuk perkembangan, dan dan pemeliharaan kesehatan secara
optimal.
Diet pasca operasi adalah makanan yang diberikan kepada pasien
setelah menjalani pembedahan.Pengaturan makanan sesudah pembedahan
tergantung pada macam pembedahan dan jenis penyakit penderita.
Nutrisi bisa diberikan setlah pasien sadar dan rasa mual hilang
serta setelah diperiksa ada tanda-tanda usus mulai bekerja.
B. Tujuan diet pasien pasca operasi
Tujuan diet pasca operasi yaitu:
1. Untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal
untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya
tahan tubuh pasien, dengan cara berikut:
a. Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)
b. Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain
c. Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan
d. Mencegah dan menghentikan perdarahan
2. Mempercepat proses penyembuhan luka operasi
3. Meningkatkan daya tahan tubuh pasien
C. Syarat diet post operasi
1. Tinggi kalori tinggi proten (TKTP)
2. Tidak menyebabkan luka pada gatal
3. Cukup vitamin
4. Mudah dicerna
5. Makanan yang harus dihindari yaitu makanan yang terlalu manis dan
yang menimbulkan gas
D. Tahapan diet pasca bedah
1. Diet Pasca-Bedah I (DPB I)
Diet ini diberikan kepada semua pasien pascabedah:
a. Pasca-bedah kecil: setelah sadar dan rasa mual hilang
b. Pasca-bedah besar: setelah sadar dan rasa mual hilang serta ada
tanda-tanda usus mulai bekerja
c. Cara Memberikan Makanan
d. Selama 6 jam sesudah operasi, makanan yang diberikan berupa air
putih, teh manis, atau cairan lain seperti pada makanan cair jernih.
Makanan ini diberikan dalam waktu sesingkat mungkin, karena
kurang dalam semua zat gizi. Selain itu diberikan makanan
parenteral sesuai kebutuhan.
2. Diet Pasca-Bedah II (DPB II)
a. Diet pasca-bedah II diberikan kepada pasien pasca bedah besar
saluran cerna atau sebagai perpindahan dari Diet Pasca Bedah I.
b. Cara Memberikan Makanan:
Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu jernih,
sirup, sari buah, sup, susu, dan puding rata-rata 8-10 kali sehari
selama pasien tidak tidur. Jumlah cairan yang diberikan tergantung
keadaan dan kondisi pasien.Selain itu dapat diberikan makanan
parenteral bila diperlukan.DPB II diberikan untuk waktu sesingkat
mungkin karena zat gizinya kurang.Makanan yang tidak bleh
diberikan pada diet pasca-bedah II adalah air jeruk dan minuman
yang mengandung karbondioksida.

3. Diet Pasca-Bedah III


a. Diet Pasca-Bedah III diberikan kepada pasien pasca bedah besar
saluran cernah atau sebagai perpindahan dari diet pasca-bedah II.
b. Cara Memberikan Makanan:
Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu
dan biscuit. Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari.Selain
itu dapat memberikan makanan parenteral bila diperlukan.
Makanan yang tidak dianjurkan adalah makanan dengan bumbu
tajam dan minuman yang mengandung karbondioksida.
4. Diet Pasca-Bedah IV
a. Diet Pasca-bedah IV diberikan kepada:
1) Pasien pasca bedah kecil, setelah diet pasca bedah
2) Pasien pasca bedah besar, setelah die Pasca-Bedah III
b. Cara Memberikan Makananakanan lengkap dan satu kali makanan
selingan.
Makanan diberikan berupa makanan lunak yang dibagi dalam 3
kali

E. Jenis makanan yang harus diperhatikan untuk penyembuhan luka


Diantara makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mneral dan air yang cukup, maka yang paling penting untuk penyembuhan
luka adalah protein dan vitamin C. Alasanya: Protein dan vitamin C sangat
penting perananya dalam proses penyembuhan luka. Selain itu vitamin C
punya pernanan penting untuk mencegah terjadinya infeksi dan perdarahan
luka.
Contoh makanan yang perlu diperhatikan untuk penyembuhan luka
1. Protein terbagi menjadi: nabati dan hewani. Contoh nabati yaitu tempe,
tahu, kacang-kacangan dll. Contoh protein hewani, hati, telur, ayam
udang dll.
2. Vitamin C adalah kacang-kacangan, jeruk, jambu, daun pepaya,
bayam, tomat, daun singkong dll.
F. Tips perawatan pasca operasi
Secara umum, untuk mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan
kondisi pasien pasca operasi, perlu kita perhatikan tips di bawah ini:
1. Makan makananan bergizi, misalnya: nasi, lauk pauk, sayur, susu,
buah.
2. Konsumsi makanan (lauk-pauk) berprotein tinggi, seperti: daging,
ayam, ikan, telor dan sejenisnya.
3. Minum sedikitnya 8-10 gelas per hari.
4. Usahakan cukup istirahat.
5. Mobilisasinya bertahap hingga dapat beraktivitas seperti biasa
6. Mandi seperti biasa, yakni 2 kali dalam sehari.
7. Kontrol secara teratur untuk evaluasi luka operasi dan pemeriksaan
kondisi tubuh.
8. Minum obat sesuai anjuran dokter.
G. Rencana Tindak Lanjut
Untuk rencana tindak lanjut bisa menghubungi pelayanan kesehatan
terdekat seperti puskesmas maupun rumah sakit.
LAMPIRAN 3
Apa itu kista ovarium??? f. Siklus menstruasi tidak teratur 10. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa

Kista ovarium adalah g. Hipotiroid atau ketidakseimbangan juga jumlah darah yang keluar

rongga berbentuk kantong berisi hormonal banyak.

cairan di dalam jaringan ovarium. Tanda gejala kista ovarium Akibat kista ovarium
6. Gangguan siklus haid tidak teratur Komplikasi yang dapat terjadi pada
kista ovarium diantaranya:
7. Nyeri perut di bagian bawah/
b. Perdarahan ke dalam kista
panggul
c. Putaran tangkai

Penyebabnya d. Infeksi pada tumor

Kista ovarium disebabkan oleh gangguan e. Robek dinding kista

pembentukan hormon pada f. Perubahan keganasan

hipotalamusdan ovarium.

Beberapa faktor resiko berkembangnya

kista ovarium, adalah wanita yang Pengobatan kista ovarium


8. Nyeri saat berhubungan seksual
3. Terapi hormonal untuk menekan
biasanya memiliki:
9. Terkadang disertai nyeri saat hormon estrogen
e. Riwayat kista terdahulu
berkemih atau BAB
12. Secara rutin memeriksakan diri ke dokter
KISTA OVARIUM
sebagai tindakan antisipasi terjadinya
kista.
4. Penanganan operatif/ operasi bila
kista membesar atau mengarah ke
ganas

Pencegahan kista ovarium


9. Berolahraga yang cukup
Sumber: Disusun oleh:
Rachmawati
Yatim, Faizal. (2005). Penyakit Kandungan
Myoma, Kanker Rahim atau Leher
Rahim dan Indung Telur, Kista serta
Gangguan Lainnya. Jakarta : Pustaka
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
Populer Obor.
10. Menjalankan pola hidup yang sehat Nugroho,T,. (2010). Buku Ajar
PRODI DIII KEPERAWATAN
MAGELANG
Ginekologi.Yogyakarta : Nuha Medika
Winkjosastro,Hanifa.(2007). Ilmu Kandungan
Edisi Ketiga. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

11. Menghidari stress


LAMPIRAN 4
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAWATAN POST OPERASI
KEBUTUHAN NUTRISI PASIEN POST OPERASI

Pokok bahasan : Perawatan post operasi


Sub pokok bahasan : Kebutuhan nutrisi post operasi
Hari dan tanggal :
Sasaran : Pasien dan keluarga
Tempat :R. Edelweis RST. Dr. Soedjono Magelang
Waktu : 30 menit
Penyuluh : Rachmawati

9. TIU (Tujuan Instruksional Umum)


Setelah dilakukan tindakan keperawatan atau pendidikan kesehatan maka
pasien dan keluarga mampu mengetahui dan merawat anggota keluarga
yang sakit dalam hal kebutuhan nutrisi pasca operasi.
10. TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama ± 30 menit diharapkan
sasaran dapat/ mampu:
h. Menyebutkan pengertian nutrisi
i. Menyebutkan tujuan pemenuhan nutrisi
j. Menyebutkan syarat diet post operasi
k. Menyebutkan tahapan diet pasca bedah
l. Menyebutkan jenis makanan yang harus diperhatikan untuk
penyembuhan luka
m. Menyebutkan tips perawatan pasca operasi
n. Menyebutkan rencana tindak lanjut
11. Materi
h. Pengertian nutrisi
i. Tujuan pemenuhan nutrisi
j. Syarat diet post operasi
k. Tahapan diet pasca bedah
l. Jenis makanan yang harus diperhatikan untuk penyembuhan luka
m. Tips perawatan pasca operasi
n. Rencana tindak lanjut
12. Metode
c. Ceramah
d. Diskusi (Tanya Jawab)
13. Media
b. Leaflet
14. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan penyuluhan Kegiatan audiens
Pembukaan 5 5. Memberi salam 5. Membalas salam
Menit pembukaan penyaji
6. Memperkenalkan diri 6. Mendengarkan dan
7. Menjelaskan tujuan memperhatikan
penyuluhan 7. Mendengarkan dan
8. Menjelaskan kontrak memperhatikan
waktu 8. Mendengarkan dan
memperhatikan
Pelaksanaan 15 10. Penyuluh menggali 10. Menyebutkan
menit pengetahuan audiens pengertian nutrisi
tentang pengertian 11. Mendengarkan dan
nutrisi memperhatikan
11. Menyebutkan 12. Mendengarkan dan
pengertian nutrisi memperhatikan
12. Menyebutkan tujuan 13. Mendengarkan dan
pemenuhan nutrisi memperhatikan
13. Menyebutkan syarat 14. Mendengarkan dan
diet post operasi memperhatikan
14. Menyebutkan tahapan 15. Mendengarkan dan
diet pasca bedah memperhatikan
15. Menyebutkan jenis 16. Mendengarkan dan
makanan yang harus memperhatikan
diperhatikan untuk 17. Mendengarkan dan
penyembuhan luka memperhatikan
16. Menyebutkan tips 18. Audiens tidak
perawatan pasca bertanya
operasi
17. Menyebutkan rencana
tindak lanjut
18. Memberikan waktu
audiens untuk
bertanya
Penutup 5 menit 5. Memberikan 5. Menjawab
beberapa pertanyaan pertanyaan
untuk mengevaluasi 6. Menyimpulaka
sejauh mana 7. Mendengarkan dan
pemhaman pasien memperhatikan
tentang nutrisi 8. Membalas salam
6. Menyimpulkan secara penutup
bersama-sama
7. Mengakhiri
penyuluhan
8. Memberi slam
penutup

15. Sumber
Mansjoer, Arif.(2005). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid
Pertama. Jakarta: Media Aesculapius.
SOP Keperawatan.2006. Standar Operasional Prosedur. Yogyakarta:
Asosiasi Institusi Pendidikan DIII.

16. Evaluasi
e. Prosedur Evaluasi : Post test
f. Jenis test : Pertanyaan lisan
g. Butir soal :
7) Menyebutkan pengertian nutrisi
8) Menyebutan tujuan pemenuhn nutrisi
9) Menyebutkan syarat diet pos operasi
10) Menyebutkan tahapan diet pasca bedah
11) Menyebutkan jenis makanan yang harus diperhatikan untuk
penyembuhan luka
12) Menyebutkan tips perawatan pasca operasi
h. Lampiran:
3) Materi
4) Media

MATERI PENYULUHAN
H. Pengertian
Nurisi adalah makanan yang mengandung cukup nilai gizi dan
tenaga untuk perkembangan, dan dan pemeliharaan kesehatan secara
optimal.
Diet pasca operasi adalah makanan yang diberikan kepada pasien
setelah menjalani pembedahan.Pengaturan makanan sesudah pembedahan
tergantung pada macam pembedahan dan jenis penyakit penderita.
Nutrisi bisa diberikan setlah pasien sadar dan rasa mual hilang
serta setelah diperiksa ada tanda-tanda usus mulai bekerja.
I. Tujuan diet pasien pasca operasi
Tujuan diet pasca operasi yaitu:
4. Untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal
untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya
tahan tubuh pasien, dengan cara berikut:
e. Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)
f. Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain
g. Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan
h. Mencegah dan menghentikan perdarahan
5. Mempercepat proses penyembuhan luka operasi
6. Meningkatkan daya tahan tubuh pasien
J. Syarat diet post operasi
11. Tinggi kalori tinggi proten (TKTP)
12. Tidak menyebabkan luka pada gatal
13. Cukup vitamin
14. Mudah dicerna
15. Makanan yang harus dihindari yaitu makanan yang terlalu manis dan
yang menimbulkan gas
K. Tahapan diet pasca bedah
5. Diet Pasca-Bedah I (DPB I)
Diet ini diberikan kepada semua pasien pascabedah:
e. Pasca-bedah kecil: setelah sadar dan rasa mual hilang
f. Pasca-bedah besar: setelah sadar dan rasa mual hilang serta ada
tanda-tanda usus mulai bekerja
g. Cara Memberikan Makanan
h. Selama 6 jam sesudah operasi, makanan yang diberikan berupa air
putih, teh manis, atau cairan lain seperti pada makanan cair jernih.
Makanan ini diberikan dalam waktu sesingkat mungkin, karena
kurang dalam semua zat gizi. Selain itu diberikan makanan
parenteral sesuai kebutuhan.
6. Diet Pasca-Bedah II (DPB II)
c. Diet pasca-bedah II diberikan kepada pasien pasca bedah besar
saluran cerna atau sebagai perpindahan dari Diet Pasca Bedah I.
d. Cara Memberikan Makanan:
Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu jernih,
sirup, sari buah, sup, susu, dan puding rata-rata 8-10 kali sehari
selama pasien tidak tidur. Jumlah cairan yang diberikan tergantung
keadaan dan kondisi pasien.Selain itu dapat diberikan makanan
parenteral bila diperlukan.DPB II diberikan untuk waktu sesingkat
mungkin karena zat gizinya kurang.Makanan yang tidak bleh
diberikan pada diet pasca-bedah II adalah air jeruk dan minuman
yang mengandung karbondioksida.

7. Diet Pasca-Bedah III


c. Diet Pasca-Bedah III diberikan kepada pasien pasca bedah besar
saluran cernah atau sebagai perpindahan dari diet pasca-bedah II.
d. Cara Memberikan Makanan:
Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu
dan biscuit. Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari.Selain
itu dapat memberikan makanan parenteral bila
diperlukan.Makanan yang tidak dianjurkan adalah makanan
dengan bumbu tajam dan minuman yang mengandung
karbondioksida.
8. Diet Pasca-Bedah IV
c. Diet Pasca-bedah IV diberikan kepada:
3) Pasien pasca bedah kecil, setelah diet pasca bedah
4) Pasien pasca bedah besar, setelah die Pasca-Bedah III
d. Cara Memberikan Makananakanan lengkap dan satu kali makanan
selingan.
Makanan diberikan berupa makanan lunak yang dibagi dalam 3
kali
L. Jenis makanan yang harus diperhatikan untuk penyembuhan luka
Diantara makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mneral dan air yang cukup, maka yang paling penting untuk penyembuhan
luka adalah protein dan vitamin C. Alasanya: Protein dan vitamin C sangat
penting perananya dalam proses penyembuhan luka. Selain itu vitamin C
punya pernanan penting untuk mencegah terjadinya infeksi dan perdarahan
luka.
Contoh makanan yang perlu diperhatikan untuk penyembuhan luka
5. Protein terbagi menjadi: nabati dan hewani. Contoh nabati yaitu tempe,
tahu, kacang-kacangan dll. Contoh protein hewani, hati, telur, ayam
udang dll.
6. Vitamin C adalah kacang-kacangan, jeruk, jambu, daun pepaya,
bayam, tomat, daun singkong dll.
M. Tips perawatan pasca operasi
Secara umum, untuk mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan
kondisi pasien pasca operasi, perlu kita perhatikan tips di bawah ini:
13. Makan makananan bergizi, misalnya: nasi, lauk pauk, sayur, susu,
buah.
14. Konsumsi makanan (lauk-pauk) berprotein tinggi, seperti: daging,
ayam, ikan, telor dan sejenisnya.
15. Minum sedikitnya 8-10 gelas per hari.
16. Usahakan cukup istirahat.
17. Mobilisasinya bertahap hingga dapat beraktivitas seperti biasa
18. Mandi seperti biasa, yakni 2 kali dalam sehari.
19. Kontrol secara teratur untuk evaluasi luka operasi dan pemeriksaan
kondisi tubuh.
20. Minum obat sesuai anjuran dokter.
N. Rencana Tindak Lanjut
Untuk rencana tindak lanjut bisa menghubungi pelayanan kesehatan
terdekat seperti puskesmas maupun rumah sakit.
LAMPIRAN 5
Apakah Nutrisi itu? SYARAT DIET POST
Nutrisi adalah makanan yang B. KAPAN NUTRISI OPERASI
mengandung cukup nilai gizi DIBERIKAN Tinggi kalori tinggi protein
dan tenaga untuk perkembangan
Setelah pasien sadar dan rasa mual (TKTP)
dan pemeliharaan kesehatan
hilang serta setelah diperiksa ada Tidak menyebabkan gatal
secara optimal.
tanda-tanda usus mulai bekerja. pada luka
Diet pasca operasi adalah
makanan yang diberikan kepada Cukup vitamin
pasien setelah menjalani Mudah dicerna
pembedahan.Pengaturan
makanan sesudah pembedahan
atau operasi, tergantung pada
macam pembedahan dan jenis
penyakit penyerta.

A. TUJUAN PEMBERIAN
NUTRISI: MAKANAN YANG HARUS
Mengupayakan agar status DIHINDARI:
gizi pasien segera kembali Yaitu makanan yang terlalu manis:
normal dodol, cake tart, gula (mengurangi
nafsu makan)makanan yang
Mempercepat proses
menimbulkan gas: nangka durian,
penyembuhan luka operasi jengkol, pete (membuat kembung).
Meningkatkan daya tahan
tubuh pasien
TIPS PERAWATAN POST
OPERASI NUTRISI
1. Makan makanan bergizi
2. Konsumsi makanan (lauk-pauk) POST OPERASI
berprotein tinggi, seperti:
daging, ayam, ikan, telor dan
sejenisnya.
3. Minum sedikitnya 8-10 gelas
per hari. Dan cukup istirahat.
4. Mobilisasi bertahap hingga Hidup sehat dengan makan
dapat beraktifitas seperti biasa. makanan yang sehat dan olah raga
5. Mandi seperti biasa, yakni 2 teratur
kali dalam sehari Mencegah lebih baik dari pada
mengobati
6. Kontrol secara teratur untuk
Rencana tindak lanjut bisa
evaluasi luka operasi dan menghubungi puskesmas maupun
pemeriksaan kondisi tubuh rumah sakit.
7. Minum obat sesuai anjuran Disusun Oleh:
Sumber: Rachmawati
dokter.
1. Mansyur Arif. 2000. Kapita
Selekta Kedokteran Edisi. POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
Jakarta: EGC DIII KEPERAWATAN MAGELANG
2. SOP Keperawatan. 2006.
Standar Operasional
Prosedur. Yogyakarta:
Asosiasi Institusi
Pendidikan DIII.
LAMPIRAN 6
LAMPIRAN 7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap : Rachmawati


2. NIM : P. 17420513063
3. Tanggal Lahir :26 September 1993
4. Tempat Lahir :Magelang
5. Jenis Kelamin :Perempuan
6. Alamat Rumah
a. Alamat : Karang Kidul RT. 04/07
b. Kelurahan : Rejowinangun Selatan
c. Kecamatan : Magelang Selatan
d. Kota :Magelang
e. Provinsi : Jawa Tengah
7. Telepon
a. HP :085701543006
b. E-mail : rahma.2609.rw@gmail.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan SD di SD N Rejowinangun Selatan 2, lulus tahun 2006
2. Pendidikan SMP di SMP N 8 Kota Magelang, lulus tahun 2009
3. Pendidikan SMA di SMA Muhammadiyah 1 Kota Magelang, lulus tahun
2012

Magelang,........Maret 2016

RACHMAWATI
P17420513063

Anda mungkin juga menyukai