KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan
Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Keperawatan pada klien Tn. P
Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat dalam
Kesehatan Universitas Borneo Tarakan. Laporan Tugas Akhir ini disusun setelah
mahasiswa mengikuti ujian akhir program tahap satu di rumah sakit, dimana ujian
mengalami hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan dan bantuan dari
Akhir ini.
beserta segenap jajarannya yang telah memberi izin pada penulis untuk
4. Yuni Retnowati, SST, M.Keb, selaku wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Borneo Tarakan.
membimbing penulis selama proses laporan tugas akhir ini dan selaku dosen
Tarakan.
dari semester III sampai sekarang yang telah membimbing dan memberikan
membimbing penulis selama proses laporan tugas akhir ini dan selaku dosen
11. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
13. Pasien Tn. P, dan keluarga atas kerja samanya sehingga penulis tidak banyak
14. Kedua orangtuaku tercinta Nur Salim dan Nur Lia yang tiada hentinya
memberikan doa dan nasihat, adik-adikku serta kakak sepupu terbaik yang
semangat dan doa kepada penulis. Terutama teman-teman lokal C-1 yang
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu
untuk ini penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari banyak pihak yang
bersifat demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini dimasa yang akan datang.
Penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca
Sahwa Fauziah
vi
ABSTRAK
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
ABSTRAK.................................................................................................. vi
DAFTAR ISI............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. viii
DAFTAR TABEL...................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN............................................................................ xii
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan.................................................................. 3
1.3 Ruang Lingkup..................................................................... 4
1.4 Metode Penulisan...................................................................... 4
1.5 Sistematika Penulisan................................................................ 7
1.6 Manfaat Penulisan..................................................................... 7
BAB 2 :LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Medis............................................................ 9
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.................................. 17
BAB 3 : LAPORAN KASUS
3.1 Pengkajian.......................................................................... 31
3.2 Data Fokus......................................................................... 44
3.3 Analisa Data....................................................................... 46
3.4 Diagnosa Keperawatan...................................................... 51
3.5 Perencanaan....................................................................... 51
3.6 Implementasi...................................................................... 55
3.7 Evaluasi.............................................................................. 77
BAB 4 : PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian.......................................................................... 83
4.2 Diagnosa Keperawatan...................................................... 93
4.3 Perencanaan....................................................................... 101
4.4 Implementasi...................................................................... 103
4.5 Evaluasi.............................................................................. 104
BAB 5 : PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................ 106
5.2 Saran..................................................................................... 108
KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN - LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
BB : BeratBadan.
Do : Data objektif
Ds : Data subjektif
DM : Diabetes Mellitus
E : Eyes
GC : Gaster Cooling
GI : Gastrointestinal
HCT/HT : Hematokrit
HGB/ Hb : Hemoglobin
HR : Heart Rate
IV : Intra Vena
Jl : Jalan
Kg : Kilogram
M : Motorik
pH : Potensial Hidrogen
PLT : Platelet
RR : Respiration Rate
RT : Rukun Tetangga
SD : Sekolah Dasar
TD : Tekanan Darah
USG : Ultrasonografi
V : Verbal
BAB I
PENDAHULUAN
secara potensial untuk terjadinya kontaminasi bakteri dalam rongga perut (Kato,
2016).
dalam bentuk apapun yang mengenai saluran cerna merupakan suatu kasus
ditemukan antara 6-15% pada usia 20-50 tahun. Terutama pada lesi yang hilang
timbul dan paling sering didiagnosis pada orang dewasa usia pertengahan sampai
lanjut usia, tetapi lesi ini mungkin sudah muncul sejak usia muda (Silitonga,
2017). Sejak 30 tahun yang lalu perforasi pada ulkus peptikum merupakan
penyebab yang tersering. Perforasi ulkus duodenum insidennya 2-3 kali lebih
banyak daripada perforasi ulkus gaster. Hampir 1/3 dari perforasi lambung
diverticulitis akut dapat berkembang menjadi perforasi bebas (Utari & Hidayat,
golongan non steroid antiinflamatory drugs (NSAIDs) dan jamu. Obat golongan
2
2017).
konservatif dapat dilakukan pada beberapa kasus (Iskandar, 2015). Jika diperlukan
jenis operasi mayor yang dilakukan di daerah abdomen. Sayatan pada operasi
operasi sembuh antara hari ke-10 sampai ke-14. Di sisi lain, keterlambatan
penyembuhan luka terjadi ketika tepi jaringan granulasi yang berlawanan tidak
sembuh atau dijahit kembali akibat dari infeksi (Ningrum, Karyawati, & H.P,
2017). Terapi konservatif dan asuhan keperawatan lebih fokus pada pemberian
cairan intravena antibiotik, aspirasi NGT, dan dipuasakan pasiennya (Utari &
untuk tujuan pemulangan pasien meliputi: pasien harus bisa menghadapi situasi
Studi pendahuluan diruang perawatan Dahlia tanggal 22-23 Juni tahun 2018
untuk melakukan asuhan keperawatan kepada Tn. P dengan kasus Post Operasi
Laparatomi Perforasi Gaster masuk dengan keluhan nyeri perut selama ± 10 hari
dan tidak buang air besar selama 3 hari setelah dirawat di Rumah Sakit Tanjung
Selor yang kemudian di kirim ke Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan dan
dilakukan operasi laparatomi. Sekarang klien telah dirawat selama ±14 hari
diruang perawatan Dahlia. Luka post operasi klien belum mengalami pemulihan.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat asuhan keperawatan untuk
Perforasi Gaster.
Tujuan penulisan karya ilmiah ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus
2) Membandingkan antara teori dan praktik Asuhan Keperawatan pada klien Tn.
proses keperawatan pada klien Tn. P dengan Post Operasi Laparatomi Perforasi
Gaster
Berdasarkan uraian yang telah penulis ungkapan pada latar belakang, maka
penulis dalam studi kasus secara komprehensif ini, akan membahas tentang
asuhan keperawatan pada klien Tn. P dengan Post Operasi Laparatomi Perforasi
selama 3 hari, mulai tanggal 25 Juni 2018 sampai dengan 27 Juni 2018.
tugas akhir ini adalah: Melalui penulisan karya tulis ilmiah ini penulis
keperawatan.
klien dan perawat yang bertujuan untuk menggali informasi mengenai status
klien harus memperhatikan aspek verbal dan perilaku non verbal. Perawat yang
membangun kepercayan dari klien sehingga klien akan merasa nyaman dalam
berbagi perasaan dengan demikian, diharapkan data yang di inginkan dapat tergali
secara komprehensif.
kemampuan berbahasa yang tepat (sesuai dan dapat di mengerti klien), mengenali,
1.4.2 Observasi
1.4.3 Pemeriksaan
fisik. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi: Ukuran tubuh, warna,
bentuk, posisi, simetris, luka, perubahan yang terjadi pada kulit, dan kelainan
anatomi.
2) Palpasi : suatu bentuk pemeriksaan dengan cara perabaan. Tangan dan jari-jari
adalah instrument yang sensitif untuk merasakan adanya suatu perubahan yang
temperatur, turgor, bentuk dan ukuran, massa, kelembapan, vibrasi, dan tekstur.
jaringan. Dengan perkusi kita membedakan apa yang ada dibawah jaringan
stetoskop. Tujuannya adalah utuk mendengar bunyi jantung, suara napas, bunyi
1.4.3.2 Penunjang
Pada bagian ini diuraikan sistematika penulisan LTA yang terdiri dari Bab
Satu sampai dengan Bab Lima. Setiap bab dijelaskan dengan uraian singkat dan
menghubungkan antara teori dengan kasus yang ada. Bab Lima Penutup, yang
antara teori dengan kasus yang ada. Bab Lima Penutup, yang menguraikan tentang
sesuai agar klien dan keluarga menjaga pola hidup dan rutin memeriksakan
yang dilaksanakan pada Tn. P dengan Post Operasi Laparatomi Perforasi Gaster.
Perforasi Gaster.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
merupakan suatu bentuk penetrasi yang komplek dari lambung, usus halus, usus
besar akibat dari bocornya isi dari usus kedalam rongga perut (Utari & Hidayat,
2017).
Perforasi gaster adalah terjadinya kebocoran dari lambung sehingga isi dari
lambung termasuk cairan lambung dan udara keluar dari lambung dan mengisi
rongga peritoneum.
1) Tinjauan Anatomi
(sumber: Anonymous)
Gaster menerima bahan makanan dari esophagus dan menyimpannya untuk
sementara waktu. Selama berada didalam gaster, bahan makanan dilembutkan dan
makanan yang lembut tersebut ke dalam intestinum tenue sedikit demi sedikit.
5) Fundus adalah kubah diatas tingkat orificium cardia, normal diisi oleh
gelembung udara
4) Lapisan peritoneal
2) Tinjauan Fisiologi
1) Fungsi motorik
11
dasar.
(3) Fungsi pengosongan lambung: diatur oleh pembukaan sfingter pylorus yang
(1) Pencernaan protein oleh pepsin dan HCl dimulai disini; pencernaan
karbohidrat dan lemak oleh amilase dan lipase dalam lambung kecil
(2) Sintesis dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang dimakan,
(3) Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorbsi vitamin B12 dari usus halus
bagian distal.
12
(5) Sekresi bikarbonat, bersama dengan sekresi gel mukus, tampaknya berperan
2.1.3 Etiologi
2.1.3.1 Cedera tembus yang mengenai dada bagian bawah atau perut (contoh:
2.1.3.5 Benda asing (misalnya tusuk gigi atau jarum pentul) dapat menyebabkan
2.1.4 Patofisiologi
lainnya karena kadar asam intraluminalnya yang tinggi. Kebanyakan orang yang
mengalami trauma abdominal memiliki fungsi gaster yang normal dan tidak
Beberapa bakteri menempati bagian proksimal dari usus kecil dimana pada bagian
distal dari usus kecil (jejunum dan ileum) ditempati oleh bakteri aerob (E. Coli)
dan pengentalan cairan yang lebih banyak ke lokasi abses, dan diikuti pembesaran
abses pada perut. Jika tidak ditangani terjadi bakterimia, sepsis, multiple organ
Pasien dengan perforasi gaster muncul dan keadaan umum yang sakit
yang dicetuskan dengan penekaanan yang lembut pada abdomen. Pekak hati bisa
bernafas, menggerakkan badan, batuk, dan mengejan. Nyeri objektif berupa nyeri
ketika digerakkan seperti pada saat palpasi, tekanan dilepaskan, colok dubur, tes
2.1.6.1 Radiologi
Radiologi memiliki peran nyata dalam menolong ahli bedah dalam memilih
karena perforasi gaster adalah tugas diagnostik yang paling penting dalam status
mendeteksi jumlah udara sebanyak 1 ml. Dalam melakukannya, perlu teknik foto
abdomen klasik dalam posisi berdiri dan posisi lateral dekubitus kiri.
2.1.6.2 Ultrasonografi
berbagai densitas yang pada kasus ini adalah sangat tidak homogen karena
2.1.6.3 CT-scan
CT-scan abdomen adalah metode yang jauh lebih sensitif untuk mendeteksi
udara setelah perforasi, bahkan jika udara tampak seperti gelembung dan saat
pada foto rontgen murni dinyatakan negatif. Oleh karena itu, CT-scan sangat
2.1.7 Penatalaksanaan
pipa nasogastrik, dan pemberian antibiotic mutlak diberikan. Jika gejala dan
1) Tindakan Laparatomi
masalah seperti hemoragi, perforasi, kanker, dan obstruksi. Lama rawat inap atau
Length of Stay (LOS) adalah salah satu unsur atau aspek asuhan dan pelayanan di
rumah sakit yang dapat dinilai atau diukur. Lama rawat inap pasien pasca operasi
laparatomi merupakan jumlah hari rawat pasien sejak menjalani operasi sampai
saat pasien sembuh dan dapat dipulangkan (Kusumayanti, 2015). Luka pasca
operasi sembuh antara hari ke-10 sampai ke-14. Di sisi lain, keterlambatan
penyembuhan luka terjadi ketika tepi jaringan granulasi yang berlawanan tidak
sembuh atau dijahit kembali akibat dari infeksi (Ningrum, Mediani & H.P, 2017).
setelah eksisi tukak yang perforasi belum mengatasi penyakit primernya, tetapi
tindakan ini dianjurkan bila keadaan umum kurang baik, penderita usia lanjut dan
kepada pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut. Pasien post
pengembalian fungsi tubuh. Hal ini dilakukan segera setelah operasi dengan
latihan napas, batuk efektif dan mobilisasi dini. Tujuan perawatannya adalah
mempertahankan konsep diri dan mempersiapkan pulang, hal ini dilakukan sejak
pasien masih di ruang pulih sadar (Rustianawati, Karyawati & Himawan, 2013).
luka operasi bersih terkontaminasi, yaitu jenis operasi yang membutuhkan proses
penyembuhan yang lebih lama. Proses penyembuhan luka adalah salah satu hal
tepi luka berdekatan dan saling berhadapan, jaringan yang dihasilkan sangat
sedikit biasanya dalam waktu 10 sampai 14 hari, repitelisasi secara normal sudah
17
sempurna dan biasanya hanya menyisahkan jaringan parut tipis yang dengan cepat
2.1.8 Komplikasi
1) Infeksi luka, angka kejadian infeksi berkaitan dengan muatan bakteri pada
gaster.
2) Kegagalan luka operasi (kerusakan parsial atau total pada setiap lapisan luka
Keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam aspek-aspek
keperawatan dengan elemen yang paling relevan dari sistem teori, dengan
yang terdiri atas tiga tahap; pengkajian, perencanaan dan evaluasi yang didasarkan
langkah ini adalah pusat untuk tindakan keperawatan dan memberikan asuhan
pasien secara individual dan kualitas yang lebih tinggi dalam berbagai situasi
2.2.1 Pengkajian
lainnya. Mengacu kepada rencana khusus perawatan untuk data dan studi
1) Sirkulasi
Gejala : Gagal jantung kongestif, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau
2) Integritas ego
3) Makanan/cairan
4) Pernapasan
5) Keamanan
Gejala : Alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan.
6) Penyuluhan/pembelajaran
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respons terhadap masalah aktual dan
energi
rasa mual)
4) Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan, dan integritas
kulit/jaringan
hipervolemik
diharapkan dari pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
hasil pasien yang diharapakan dan tujuan pemulangan. Harapannya adalah bahwa
cara yang dapat diprediksi, yang berhubungan dengan masalah yang diidentifikasi
spesifik dan dinyatakan dengan jelas, dimulai dengan kata kerja aksi.
Geissler, 2014).
Dari diagnosa keperawatan yang telah disusun, maka intervensi atau rencana
2.2.4.1 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan ekspansi paru,
energi
Kriteria hasil :
Intervensi :
Mandiri
7) Lakukan latihan gerak sesegera mungkin pada pasien yang relatif lanjutkan
Kolaborasi
(Dopram).
insentif, balon.
Kriteria hasil :
Intervensi :
2) Bicara pada pasien dengan suara yang jelas dan normal tanpa membentak,
sadar penuh dengan apa yang diucapkan. Minimlakan diskusi yang bersifat
4) Gunakan bantalan pada tepi tempat tidur, lakukan pengikatan jika diperlukan.
5) Periksa aliran infus, selang endotrakeal, kateter, bila dipasang dan pastikan
kepatenannya.
berlebihan.
Kolaborasi
Kriteria hasil :
Intervensi :
Mandiri
dilakukan.
posisi duduk, air yang mengalir dalam bak, mengalirkam air hangat diatas
perineum.
5) Periksa pembalut, alat drein pada interval regular. Kaji luka untuk terjadinya
pembengkakan.
Kolaborasi
2.2.4.4 Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan, integritas
otot
Kriteria hasil :
1) Tampak santai.
Intervensi :
Mandiri
1) Evaluasi rasa sakit secara regular (mis. setiap 2 jam x 12) catat karakteristik,
Kolaborasi
kulit/jaringan
Kriteria hasil :
Intervensi :
1) Periksa tegangan balutan. Beri perekat pada pusat insisi menuju ke tepi luar
berbau.
5) Biarkan terjadi kontak antara luka dengan udara sesegera mungkin atau tutup
dengan air yang mengalir dan sabun lunak setelah daerah insisi ditutup.
Kolaborasi
hipervolemik
Kriteria hasil :
3) Kulit hangat/kering.
4) Kesadaran normal
Intervensi :
Mandiri
1) Ubah posisi secara perlahan ditempat tidur dan pada saat pemindahan
2) Bantu latihan rentang gerak, meliputi latihan aktif kaki dan lutut.
pasien agar tidak menyilangkan kaki atau duduk dengan kaki tergantung
lama.
5) Kaji ekstremitas bagian bawah seperti adanya eritema, tanda Homan positif.
6) Pantau tanda-tanda vital; palpasi denyut nadi perifer; catat suhu/warna kulit
Kolaborasi
kognitif
Kriteria hasil :
sesuai tindakan.
2) Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam
program perawatan.
Intervensi :
Mandiri
datang.
dijual bebas.
pemisahan tepi, karakteristik rasa sakit yang tidak terpecahkan atau berubah.
tertulis/materi pengajaran.
rumah, makanan pada baki, terapi luar, nomor telpon untuk saling
2.2.5 Implementasi
positif yang diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan oleh
Geissler, 2014).
2.2.6 Evaluasi
sejauh mana tujuan yang telah dicapai (Smeltzer & Bare, 2002).
yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dan seluruh tindakan keperawatan yang
telah dilakukan. Evaluasi ini bersifat sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan
sekaligus pada akhir dari semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan dan
1) Masalah teratasi
laku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan.
Masalah belum teratasi apabila klien atau keluarga sama sekali tidak
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan mengemukakan hasil asuhan keperawatan pada
Tn. P dengan diagnosa medis Post Operasi Laparatomi Perforasi Gaster, di Ruang
3.1 Pengkajian
Pada tahap pengkajian ini penulis mengumpulkan data dari klien, keluarga
klien, perawat ruangan, dokter dan catatan medik Tn. P dengan Post Operasi
pemeriksaan fisik, observasi secara langsung pada Tn. P pada tanggal 25 Juni
Juni 2018 pada pukul 00.15 WITA, klien lahir di Bone pada tanggal 05 Maret
1959. Klien berumur 59 tahun. Status perkawinan menikah. Jenis kelamin laki-
laki, agama Islam, klien berasal dari suku Bugis Bone/Indonesia. Pendidikan klien
SD. Pekerjaan klien sebagai nelayan. Alamat rumah klien Desa Tanah Merah,
32
diagnosa medis Post Operasi Laparatomi Perforasi Gaster, dengan Nomor Rekam
Medis 27.63.xx.
Klien datang dengan keluhan nyeri perut yang dirasakan sejak ± 10 hari
sebelum masuk rumah sakit. Anak klien mengatakan bahwa klien tidak bisa BAB
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit dan tidak pernah buang angin. Klien
Klien mengatakan nyeri terasa jika bergerak kekanan dan kekiri, nyeri akan
berkurang sedikit ketika klien beristirahat atau berbaring saja, nyeri yang
didaerah perut, skala nyeri 7 (nyeri berat) dan nyeri dapat dirasakan selama ± 5
menit.
Klien datang dari ruang ICU dan dirawat diruang Dahlia pada tanggal 21
Juni 2018 pada jam 00.15 WITA. Anak klien mengatakan klien dioperasi diruang
OK CITO pada tanggal 14 Juni 2018 dan dirawat diruang ICU selama 9 hari.
Klien mengatakan tidak bisa bergerak terlalu sering karena jika bergerak perutnya
terasa sangat nyeri. Klien mengeluh sesak tetapi nyerinya lebih dominan terasa.
33
Klien batuk berdahak. Untuk berpindah dibantu oleh istri dan anak-anaknya.
Mukosa bibir klien terlihat kering, klien terlihat pucat, klien terlihat letih, kulit
klien kering, klien terlihat meringis menahan nyeri, klien terlihat lemah, klien
Anak klien mengatakan bahwa klien ada riwayat penyakit Hipertensi dan
TB. Klien sering mengalami sakit perut yang sudah dirasakan selama 3 tahun.
Klien tidak pernah mengalami kecelakaan. Klien baru pertama kali melakukan
Istri klien mengatakan salah satu anaknya ada yang mempunyai penyakit
maag, sedangkan untuk penyakit lainnya klien dan keluarga kurang mengetahui.
34
GENOGRAM
?
?
?
? ?
?
?
59 59
: Klien
: Tidak diketahui
??
: Meninggal
Klien berharap agar cepat sembuh dan pulih. Klien tinggal dirumah sendiri
bersama istri dan 5 orang anaknya. Hubungan antar keluarga klien harmonis.
Klien yakin dengan agama yang dianutnya yaitu agama Islam. Istri klien
3.1.5.1 Nutrisi
1) Sebelum sakit:
Istri klien mengatakan sebelum sakit selera makan klien baik. Frekuensi
makan klien 3x sehari. Menu makan klien nasi, sayur, dan laukpauk. Klien
menyukai ikan masak kuning. Makanan pantangan klien tidak ada. Klien
2) Saat sakit:
Saat dikaji klien sedang menjalankan puasa yang dianjurkan dokter (hari ke
14).
3.1.5.2 Cairan
1) Sebelum sakit:
Istri klien mengatakan klien sering minum air putih, klien mengatakan minum
2) Saat sakit:
Anak klien mengatakan karena sedang puasa klien tidak dapat minum.
Biasanya, jika klien merasa haus istri klien akan membasahi bibir klien
1) Sebelum sakit:
Klien mengatakan BAB/BAK di WC. Klien BAB 1-2 x sehari. Tidak pernah
menggunakan obat pencahar. Warna kuning, lunak dan bau khas. Klien
2) Saat sakit:
Anak klien mengatakan belum pernah BAB. Klien terpasang kateter urin,
jumlah urin yang tertampung dalam urin bag 1000 ml dari jam 11 pagi
1) Sebelum sakit:
Istri klien mengatakan klien tidur setiap jam 9 pada malam hari dan bangun
2) Saat sakit:
Anak klien mengatakan klien sulit tidur dikarenakan nyeri diperutnya. Klien
dapat tidur pada jam 11 malam tetapi terbangun kembali pada jam 12 malam.
Kemudian setelahnya klien tidak dapat tertidur kembali sampai pagi. Klien
mengeluh tidak puas tidur dengan hanya dapat tertidur selama kurang ± 1 jam
37
dan mengeluh istirahat tidak cukup. Mata klien terlihat suram, klien terlihat
3.1.5.5 Olahraga
1) Sebelum sakit:
2) Saat sakit:
1) Sebelum sakit:
2) Saat sakit:
Anak klien mengatakan klien selalu diseka setiap pagi dan sore hari. Untuk
1) Sebelum sakit:
Istri klien mengatakan klien biasanya selain pergi melaut, klien juga biasa
2) Saat sakit:
3.1.5.8 Rekreasi
38
1) Sebelum sakit:
2) Saat sakit:
Istri klien mengatakan pada saat sakit seperti sekarang ini keluarga dapat
berkumpul bersama-sama.
1) Suhu : 36.6°C
3) Respirasi : 23 x/menit
3.1.6.3 Antropometri
2) Berat badan : 50 cm
3) Dada: bentuk dada normal, gerakan dada simetri kanan dan kiri. Saat
Pada inspeksi konjungtiva pucat, bibir pucat, CRT >2 detik. Pada palpasi
bunyi jantung redup, basis jantung berada pada ICS 2 line sternal sinistra – ICS 2
line sternal dextra, pinggang jantung pada ICS 3 line sinistra dextra dan apek di
ICS 5 midklavikula sinistra. Auskultasi suara jantung 1 lub dan suara jantung 2
1) Sklera tidak ikterus, bibir kering dan pecah-pecah, terdapat stomatitis, tidak
ada palato skiziz. Bunyi abdomen timpani. Bising usus 28x/menit. Terdapat
nyeri tekan. Terdapat luka post operasi laparatomi dengan panjang luka 22
cm, warna kulit sekitar luka merah muda, terdapat pus dibagian pinggir luka,
1) Mata: distribusi alis merata kiri dan kanan. Kelopak mata tidak ada massa
atau nyeri tekan. Bulu mata merata kiri dan kanan. Konjungtiva pucat, pupil
isokor dengan ukuran 3 mm, miosis ketika cahaya didekatkan pada mata kiri
2) Hidung: warna membrane mukosa merah muda, fungsi penciuman baik, tidak
ada polip, terdapat sekret dari kedua lubang hidung, adanya silia.
3) Telinga: telinga simetris kiri dan kanan, keadaan daun telinga bersih, tidak
1) Fungsi serebral
2) Fungsi kranial
Pasien dapat membedakan bau minyak kayu putih dan parfum, dengan cara
meminta klien untuk menutup matanya dan membedakan antara bau minyak
Klien dapat melihat dari jarak lebih 30 cm dan tidak mudah beralih.
Pasien dapat mengikuti 4 arah jari tangan ke atas, bawah, kanan, kiri.
Pasien dapat menaikkan alis degan cara menggerakan alis ke atas secara
bersamaan.
3) Fungsi motorik
Kekuatan otot: 4 4
Sinistra 4 4 Dextra
3) Kaki: tidak ada nyeri tekan atau massa, tidak bengkak, dapat digerakkan
4) Tangan: tidak ada nyeri tekan atau massa, tidak ada pembengkakan, terpasang
3) Kuku: warna kuku merah muda, permukaan kuku halus, tidak mudah patah,
kotor.
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, ekskresi urin tidak berlebih, suhu
tubuh seimbang, tidak mengalami keringat berlebih, bekas air kencing tidak
dikelilingi semut. Warna kuning pekat, dalam urin bag 1000 ml.
Keadaan kandung kemih tidak distensi. Klien terpasang kateter urin hari ke-11.
Pria
(3) Distribusi gas dalam usus meningkat. Herring bone (-). Coil spring (-). Step
4) Terpasang kateter urin (11 hari), jumlah 1000 ml, warna kuning pekat.
Tanggal 26/06/2018
Pengkajian luka
Lokasi : perut
Eksudat : purulent
4) Klien mengatakan terasa nyeri jika menggerakkan badan kekanan dan kekiri
berbaring
6) Klien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk, terasa pedis dan terjadi terus-
menerus
12) Klien mengeluh tidak puas tidur dengan hanya dapat tidur kurang dari 1 jam
45
9) Konjungtiva pucat
11) Terdapat luka post operasi laparatomi, dengan panjang luka 22 cm, warna
kulit sekitar luka merah muda, terdapat pus dibagian pinggir luka
14) Klien terpasang drainase disebelah kanan dan kiri perut klien. Setiap drainase
mempunyai dua saluran. Terdapat pus atau eksudat keluar dari lubang
Drainase I/II
46
15) Klien sering diseka setiap pagi dan sore tetapi NGT, kateter urin, dan drainase
1) Data subjektif :
b. Klien mengatakan nyeri terasa jika menggerakkan badan kekanan dan kekiri
berbaring
d. Klien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk, terasa pedis dan terjadi terus-
menerus
2) Data objektif :
1) Data subjektif :
2) Data objektif :
47
a. Terdapat luka post operasi laparatomi, panjang luka 22 cm, warna sekitar luka
b. Klien terpasang Drainase disebalh kanan dan kiri perut klien. Keluar eksudat
1) Data subjektif :
b. Klien mengeluh tidak puas tidur dengan hanya dapat tidur kurang dari 1 jam
2) Data objektif :
c. Konjungtiva pucat
1) Data subjektif :
b. Anak klien mengatakan klien diseka setiap pagi dan sore hari
48
2) Data objektif :
1) Data Subjektif :
2) Data Objektif :
b. RR : 23x/menit
1) Data Subjektif :
2) Data Objektif :
e. Terapi infus: Clinimix 1000 cc, Clinolic 250 cc, dan RL 500 cc
f. Data nutrisi
1) Data Subjektif:
2) Data Objektif:
b. Terdapat luka post operasi laparatomi, dengan panjang luka 22 cm, warna
Faktor Resiko
Perfusi
mukosa Penghancuran
MK lambung sawar epitel
Bersihan jalan terganggu
napas tidak efektif
Kerusakan
mukosa
Batuk
barier
produktif
Produksi
mukus Pengeluaran
histamin
berlebih
Merangsang Peningkatan
Kemotaksis pengeluaran produksi
Basofil & HCl pepsinogen
Netrofil
4.2.1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
4.2.6 Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi laparatomi
4.3.1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada
Intervensi:
2) Mampu mengenali nyeri (skala (0-10), intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
3) Klien mengatakan nyeri berkurang, dengan skala nyeri <4, HR: 60-100
x/menit
Intervensi:
5) Tingkatkan istirahat
Intervensi:
5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
Intervensi:
Intervensi:
4.3.6 Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi laparatomi
Intervensi:
1) Pantau pola tidur pasien dan catat hubungan faktor-faktor fisik (mis.
oral
Intervensi:
55
diri
Ds : -
Ds : -
Ds : -
Do : karena pasien masih terpasang selang NGT, pasien diajarkan batuk efektif
Ds : klien mengatakan nyeri pada daerah yang dioperasi, klien mengatakan nyeri
seperti tertusuk-tusuk dan terasa pedis, nyeri berkurang saat istirahat atau
Do: klien terlihat meringis, klien terlihat tidak nyaman. HR : 108 x/menit
Ds : -
Ds : -
Meningkatkan istirahat
57
Ds : -
Ds :-
58
Ds : -
Ds : -
Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Ds :-
Ds : -
Ds : -
59
Ds : -
Do : melakukan perawatan luka bersama dengan perawat jaga, warna sekitar luka
warna merah muda, terdapat eksudat keluar dari pinggir luka 0,2 cc.
Ds : -
meminta bantuan dari keluarga agar selalu membantu klien untuk bergerak
Ds : -
Ds : -
operasi besar
Ds :
Ds : -
Do : luka klien terlihat kemerahan, tidak terdapat pus/eksudat pada luka, tidak ada
jaringan nekrotik
Ds : klien mengatakan nyeri di daerah perut, nyeri saat bergerak, nyeri seperti
Do : terdapat luka post operasi laparatomi. Klien terlihat meringis menahan nyeri,
Ds : -
Memantau pola tidur pasien dan catat hubungan faktor-faktor fisik (mis.
Ds : anak klien mengatakan selama sakit klien sulit tidur, klien hanya dapat tidur
Ds : klien mengatakan belum dapat tidur dari semalam, klien hanya dapat tidur
selama kurang dari 1 jam, klien mengatakan mengantuk tapi tidak bisa tidur
Ds : istri klien mengatakan untuk menjaga kebersihan mulut, klien diberi obat
kumur-kumur
Ds : -
diri
Ds : -
Ds : -
Ds : -
Do : klien dianjurkan teknik nafas dalam, klien dapat melakukan tekhnik nafas
dalam
4) Pukul 08.00
Meningkatkan istirahat
Ds : -
Ds :-
Ds : -
Ds : -
Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Ds : -
Ds :-
Ds : -
Ds : -
Ds : -
Do : melakukan perawatan luka, kulit sekitar luka klien bersih, warna luka merah
sebelah kanan.
Ds : -
3) Pukul 09.11WITA
meminta bantuan dari keluarga agar selalu membantu klien untuk bergerak
Ds : -
Ds : -
operasi besar
Ds :
Ds : -
Do : luka klien terlihat kemerahan, terdapat pus/eksudat pada luka sebanyak 0,2
Ds : klien mengatakan masih sedikit nyeri, nyeri saat bergerak, nyeri terasa pedis,
nyeri dirasakan hilang timbul, skala nyeri 6 (nyeri sedang), nyeri dirasakan 2-3x
dalam 3 menit
Ds : -
Memantau pola tidur pasien dan catat hubungan faktor-faktor fisik (mis.
Ds : klien mengatakan tadi malam sudah dapat tidur. Anak klien mengatakan klien
Ds : -
Do : pada saat diauskultasi tidak terdengar lagi suara napas tambahan ronchi
Ds : -
3) Pukul 06.00
Ds : -
Ds :-
Ds : -
Ds : -
Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
73
Ds : -
Ds :-
Ds : -
Ds : -
Do : melakukan perawatan luka, kulit sekitar luka klien bersih, warna luka merah
Ds : -
Ds : klien mengatakan sudah dapat untuk bergerak kekanan dan kekiri tapi pelan-
pelan
meminta bantuan dari keluarga agar selalu membantu klien untuk bergerak
Ds : -
Ds : -
operasi besar
enakan
Ds : -
75
Do : luka klien terlihat berwarna merah muda, tidak ada jaringan nekrotik, keluar
Ds : -
Memantau pola tidur pasien dan catat hubungan faktor-faktor fisik (mis.
Ds : klien mengatakan tadi malam sudah dapat tidur. Anak klien mengatakan klien
Ds : -
3.9 Evaluasi
S : Klien mengatakan sudah tidak sesak lagi, klien mengatakan batuknya sudah
tidak berdahak
P : Intervensi dipertahankan
S : Klien mengatakan nyeri diperutnya masih terasa, skala nyerinya 7 (nyeri berat)
P : Intervensi dilanjutkan
O : Klien masih dipuasakan tapi sudah boleh minum, klien mendapatkan diet susu
entrasol, kulit klien kering, turgor kulit klien jelek kembali >3 detik, bibir klien
P : Intervensi dilanjutkan
terasa gatal
O : Pinggir luka klien terlihat kemerahan, luka post operasi klien mengeluarkan
pus/eksudat
P : Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi dilanjutkan
O : Klien terlihat mengantuk, klien terlihat letih, terdapat lingkaran hitam dimata
klien
P : Intervensi dilanjutkan
1) Pantau pola tidur pasien dan catat hubungan faktor-faktor fisik (mis.
mandiri
80
O : Klien trelihat hanya berbaring saja ditempat tidur, mulut klien bersih, kuku
klien bersih
P : Intervensi dilanjutkan
sedang)
P : Intervensi dipertahankan
P : Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi dilanjutkan
S : Klien mengatakan daerah sekitar luka terasa hangat dan gatal, klien
bergerak
O : Luka klien terlihat kemerahan, terdapat eksudat 0,5 cc, luka klien belum
P : Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi dipertahankan
O : Klien trelihat hanya berbaring saja ditempat tidur, mulut klien bersih, kuku
klien bersih
P : Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
83
Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan yang terjadi antara landasan
teori dan praktik yang ditemukan dalam proses pemberian asuhan keperawatan
pada klien Tn. P dengan Post Operasi Laparatomi Perforasi Gaster di Ruang
4.1 Pengkajian
untuk mengelola kesehatan meliputi bio, psiko, sosial dan spiritual. Pada tahap ini
semua data atau informasi tentang klien diutuhkan, dikumpulkan dan dianalisa
mendapatkan data, baik data subjektif dan data objektif dari klien dan keluarga
klien. Klien dan keluarga sangat kooperatif dan menerima kehadiran penulis
Perforasi Gaster di ruang Perawatan Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan
antara teori dan kasus yang diperoleh di lahan praktek sebagai berikut:
4.1.1 Sirkulasi
84
Dari data pengkajian yang terdapat pada Doenges, Moorhosue, dan Geissler
(2014) dengan intervensi bedah yang tidak ditemukan pada pasien seperti: gagal
jantung kongestif, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau statis vascular
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak dapat memompa
dibagi atas kegagalan jantung akut yang timbulnya sangat cepat, sebagai akibat
dari serangan infark miokard, ditandai dengan sinkope, syok, henti jantung, dan
kematian tiba-tiba dan kegagalan jantung kronis, berkembang secara perlahan dan
disertai dengan tanda- tanda yang ringan karena jantung dapat mengadakan
kongestif.
2) Edema pulmonal
dengan kongesti vaskular pulmonal. Edema pulmonal ini terjadi bila tekanan
saluran vaskular (kurang lebih 30 mmHg). Pada tekanan ini, akan terjadi
menurunkan tersedianya area untuk transpr normal oksigen dan karbon dioksida
pengkajian pada Tn. P tidak ditemukan adanya gejala seperti disebutkan diatas
tangan dan kaki yang berakibat pada rasa sakit karena kram otot kaki saat
olahraga dan lain-lain (Indrianasari, 2009). Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn.
vaskular perifer.
Dari data pengkajian yang terdapat pada Doenges, Moorhosue, dan Geissler
(2014) dengan intervensi bedah yang tidak ditemukan pada pasien seperti:
1) Perasaan cemas
dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahn
yang terbatas maupun hal-hal yang aneh (Nguyen, 2015). Pada saat dilakukan
pengkajian pada Tn. P, tidak ditemukan data seperti kekhawatiran dan ketakutan
akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas
2) Apatis
perasaan dan aktivitas (Brooker, 2001). Pada saat dilakukan pengkajian pada Tn.
4.1.3 Makanan/cairan
86
Dari data pengkajian yang terdapat pada Doenges, Moorhosue, dan Geissler
(2014) dengan intervensi bedah yang tidak ditemukan pada pasien seperti:
1) Insufisiensi pankreas/DM
akibat dari defisiensi insulin atau penurunan efektivitas kerja insulin. Tubuh tidak
glikosuria dengan berat jenis urine yang tinggi, polidipsia dan metabolisme lemak
seperti hiperglikemia, poliuria, glikosuria dengan berat jenis urine yang tinggi,
dapat diberikan secara enteral atau parenteral. Bila peristaltik usus baik, pasien
diberi nutrisi secara enteral melalui kateter nasogatrik atau yeyenum. Pemberian
nutrisi enteral dihindari bila ada obstruksi usus, pengeluaran cairan dari fistula
usus berlebihan, atau ada short-gut syndrome. Nutrisi parenteral paling sering
diberikan melalui kateter vena sentral sebab osmolaritas cairan cukup tinggi
sehingga dapat menyebabkan flebitis bila diberikan pada vena perifer. Cairan
yang diberikan biasanya 2000-2500 ml/hari, per hari yang mengandung 2000-
2500 kkal/hari. Nutrisi suportif diberikan dalam bentuk modifikasi pada penderita
gangguan hati, gangguan ginjal kronis, gagal jantung atau gangguan paru.
4.1.4 Keamanan
87
Dari data pengkajian yang terdapat pada Doenges, Moorhosue, dan Geissler
(2014) dengan intervensi bedah yang tidak ditemukan pada pasien seperti: alergi,
malignan/reaksi anastesi.
1) Alergi
berupa protein dalam pollen, makanan, obat, debu rumah dan bulu binatang
(Brooker, 2001). Pada saat dilakukan pengkajian pada Tn. P tidak ditemukan
adanya alergi berupa protein dalam pollen, makanan, obat, debu rumah dan bulu
binatang.
otot. Hipertermia malignan bisa dicetus oleh obat anastesi tertentu serta stress
fisiologis dan emosional yang berat. Tanda-tanda klinis dari hipertermia malignan
adalah takipnea, sianosis,distritmia, kulit belang (mottled skin), dan tekanan darah
tidak stabil (Baradero, 2008). Pada saat dilaukan pengkajian pada Tn. P tidak
distritmia, kulit belang (mottled skin), dan tekanan darah tidak stabil.
4.1.5 Penyuluhan/pembelajaran
Dari data pengkajian yang terdapat pada Doenges, Moorhouse, dan Geissler
(2014) dengan intervensi bedah yang tidak ditemukan pada pasien seperti:
obat yang dijual bebas atau obat-obatan rekreasional dan penggunaan alkohol.
88
1) Anti koagulasi
pembekuan darah. Obat-obat ini tidak melarutkan bekuan darah seperti trombolik,
anti koagulasi adalah pada orang yang memiliki gangguan pembuluh arteri dan
pembekuan darah (Nguyen, 2015). Pada saat dilakukan pengkajian pada Tn. P
tidak ditemukan adanya indikasi gangguan pembuluh arteri dan vena yang
2) Steroid
Steroid adalah salah satu dari sejumlah besar zat hormonal dengan struktur
kimia mirip yang berisi 17-karbon sistem 14-ring dan termasuk sterol dan
berbagai hormone dan glikosida. Indikasi penggunaan steroid adalah pada pasien
imonologis (Nguyen, 2015). Pada saat dilakukan pengkajian pada Tn. P tidak
3) Bronkodilator
memiliki penyakit asma (Nguyen, 2015). Pada saat dilakukan pengkajian pada Tn.
89
menggunakan bronkodilator.
4) Dekongestan
tersumbat terkait dengan alergi seperti demam dan rhinitis alergi. Indikasi
(Nguyen, 2015). Pada saat dilakukan pengkajian pada Tn. P tidak ditemukan
adanya indikasi pilek dan hidung tersumbat sehingga klien tidak menggunakan
dekongestan.
5) Anti konvulsan
lazim (Tomb, 2004). Pada saat dilakukan pengkajian pada Tn. P tidak ditemukan
Pada saat dilakukan pengkajian pada Tn. P terdapat luka post operasi
laparatomi dan ditemukan hal-hal sebagai berikut, warna dasar luka merah muda
terdapat tanda-tanda infeksi seperti luka teraba hangat, kemerahan, dan nyeri,
penyembuhan, dan lama penyembuhan. Pengkajian luka terdiri dari warna dasar
90
luka, lokasi, ukuran, kedalaman, eksudat, bau, tanda-tanda infeksi, dan keadaan
kulit sekitar luka (Kartika, 2015). Berdasarkan pembagian luka operasi, tindakan
bedah laparatomi merupakan jenis luka operasi bersih terkontaminasi, yaitu jenis
penyembuhan luka adalah salah satu hal terpenting dalam pelaksanaan pasien
pasca pembedahan yakni menyatukan kedua tepi luka berdekatan dan saling
sampai 14 hari, repitelisasi secara normal sudah sempurna dan biasanya hanya
menyisahkan jaringan parut tipis yang dengan cepat memudar dengan warna
setelah 48 jam bila luka bersih dan kering. Jahitan di daerah kepala atau leher
dibuka pada hari ke-5 sampai ke-7, sedangkan jahitan dibadan pada hari ke-7
kortikosteroid, jahitan dibuka lebih lama; luka operasi lebih sering diperiksa untuk
melihat tanda infeksi seperti kemerahan, udem, nyeri, atau ada pengeluaran cairan
purulen. Pada keadaan ini, luka dibuka dan pembalut diganti dua kali atau lebih
dalam sehari, tergantung derajat kontaminasi. Jaringan nekrosis, bila ada, dieksisi.
permukaan kulit dengan pemabalut steril. Pembalut yang basah harus diganti
setiap 24 jam atau setiap kali pembalut sudah jenuh dengan cairan. Banyaknya
cairan yang keluar dicatat setiap hari. Warna cairan juga harus dicatat, misalnya
91
serosa sampai purulen, pembalut warna hijau. Cairan yang keluar dari penyalir
Pada saat dilakukan pengkajian pada Tn. P didapatkan balance cairan Tn. P
cairan dan elektrolit puasa sebelum pembedahan, terjadi banyak kehilangan cairan
melalui saluran cerna (muntah, dilatasi lambung atau usus, diare), perdarahan,
keseimbangan cairan dan elektrolit pada saat pembedahan bertambah rumit jika
keseimbangan air, elektrolit dan darah; atau memperthanakan kadar protein darah.
hulu, preload) serta curah jantung (cardiac output). Dengan demikian, oksigenasi
ekstrasel, sehingga jenis cairan yang dipilih untuk terapi harus menyerupai
komposisi cairan tubuh yang hilang selama perawatan, misalnya cairan lambung,
keringat, atau diare. Dalam memilih jenis cairan, juga perlu diketahui komposisi
dan tujuan terapi cairan. Perhitungan cairan pascabedah juga harus selalu
adalah sejumlah cairan yang hilang akibat demam tinggi, poliuria, drainase
air sehingga tiap pemberian cairan yang tidak diimbangi dengan dieresis akan
dapat menyebabkan kelebihan cairan didalam tubuh. Oleh karena itu, pemberian
cairan pascabedah didasarkan atas kebutuhan sehari-hari, yang pada penderita ini
tidak dapat diberikan secara oral. Kebutuhan cairan minimal pada orang dewasa
berkala, misalnya tiap 6 jam sehingga dapat direncanakan koreksi cairan 6 jam
dalam darah.
berkeringat; demikian juga adanya produksi air endogen yang jumlahnya 250-400
kedalam (asupan) dan keluar dari (haluaran) tubuh. Tujuannya untuk menentukan
status keseimbangan cairan tubuh dan menentukan tingkat dehidrasi pasien. Hal
yang perlu diperhatikan yaitu rata-rata asupan nutrisi cairan perhari: Minum 500-
2500 ml, cairan dari makanan 750 ml, dan cairan hasil oksidasi (metabolisme) 200
IWL (paru dan kulit 350-400 ml), keringat 100 ml, dan feses 100-200 ml. IWL
93
dewasa 15 cc/kgBB/jam, jika ada kenaikan suhu: IWL + 200 x (suhu tubuh saat
4.2 Diagnosa
diagnosa keperawatan pada Tn. P dengan Post Operasi Peforasi Gaster. Terdapat
tujuh diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. P dengan Post Operasi
4.2.1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
4.2.6 Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi laparatomi
diagnosa keperawatan tersebut ada pada Doenges, Moorhouse dan Geissler (2014)
dengan intervensi bedah tetapi tidak terdapat pada klien Tn. P dengan Post
energi.
Pola napas tidak efektif adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak
ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun, dan eskursi dada berubah (PPNI,
2016).
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Tn. P tidak ditemukan
menurun, dan eskursi dada berubah, sehingga diagnosa tersebut tidak diangkat
yang diterima, yang disertai respon terhadap stimulus tersebut yang dihilangkan,
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Tn. P tidak diitemukan
batasan karakteristik yang sama seperti distorsi sensori, perubahan pola perilaku,
rasa mual).
dengan volume cairan), kehilangan cairan melalui rute yang tidak normal
dengan volume cairan), kehilangan cairan melalui rute yang tidak normal
96
hipervolemik.
pengaturan nutrisi ke jaringan pada tingkat kapiler (Wilkinson & Ahern, 2011).
pada tingkat kapiler, sehingga diagnosa tersebut tidak diangkat pada pasien ini.
persepsi yang keliru terhadap masalah, menjalani pemeriksaan yang tidak tepat,
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Tn. P tidak ditemukan
Adapun lima diagnosa yang terdapat pada Tn. P namun tidak terdapat pada
Doenges, Moorhouse dan Geissler (2014) dengan intervensi bedah sebagai beriku:
mempertahankan jalan napas tetap paten, dengan batasan karakteristik batuk tidak
efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi, wheezing, dan/atau ronchi
kering, dipsnea, sulit bicara ortopnea, gelisah, sianosis, bunyi napas menurun,
frekuensi napas berubah, dan pola napas berubah (PPNI, 2016). Dari hasil
pengkajian yang telah dilakukan pada Tn. P ditemukan batuk yang berdahak,
Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot
menelan lemah, membrane mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut
rontok berlebih, dan diare (PPNI, 2016). Dari hasil pengkajian yang telah
dilakukan pada Tn. P ditemukan bising usus 28x/menit dan membrane mukosa
pucat. Bising usus adalah kontraksi tonik bersifat kontinu, berlangsung bermenit-
tetap kontinu (Sinaga, Lenggono & Zakaria, 2013). Dari hasil pengkajian nutrisi
didapatkan A: BB: 50 kg, TB: 160 cm, B: HGB: 9 g/dL, HCT: 29,0 %, C: Kondisi
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Tn. P ditemukan usia ekstrem
yaitu klien berusia 59 tahun, gangguan mobilitas karena ketika klien bergerak
untuk memulai dan melakukan aktivitas sehari-hari, dengan faktor resiko skor
operasi, kontaminasi bedah, trauma luka operasi, dan efek agen farmakologis
(PPNI, 2016).
(1) Nyeri pascabedah mungkin sekali disebabkan oleh luka operasi, tetapi
yang memadai. Jenis obat dan cara pemberiannya bergantung pada penyebab dan
sangat penting ditentukan letak dan penyebab nyerinya. Pada setiap keluhan nyeri
terdapat suatu rangsangan nosisepsis di suatu tempat pada tubuh yang disebabkan
99
oleh suatu noksa (tingkat 1). Setelah itu penderita menyadari adanya noksa
(tingkat 2), baru kemudian mengalami sensasi nyeri (tingkat 3). Akhirnya, timbul
reaksi terhadap sensasi nyeri dalam bentuk sikap dan perilaku verbal maupun
nonverbal untuk mengemukakan apa yang dirasakannya (tingkat 4). Yang terkhir
inilah yang ditemukan dalam anamnesis dan pemeriksaan jasmani berupa apa
yang didengar, dilihat, dan diraba oleh sang perawat. Agar dapat menemukan sifat
dan letaknya nyeri, seorang perawat harus memahami tingkat timbulnya keluhan
nyeri ini.
sangat dipengaruhi oleh antisipasi dan harapan penderita. Bisa saja nyeri suntik
seseorang tidak tahu apa yang akan terjadi dan apa yang dapat dikerjakannya,
bahasa awam menjadi syarat mutlak untuk mencegah reaksi ketakutan pada nyeri.
Setelah semua ini jelas, dapat ditentukan apa yang perlu dilakukan untuk
kencang harus dibuka atau dilonggarkan, abses sebaiknya diinsisi, penderita kolik
usus harus diberi apasmolitik, penderita patah tulang iga harus diberi blockade
anastetik pada nervus interkostalis, dan sebagainya. Pada luka operasi, sebaiknya
analgesic diberikan dengan rencana sesuai dengan letak dan sifat luka, bukan
100
“diberikan kalau perlu”. Dosis yang diberikan pun tergantung pada respon
(2) Batuk dan sesak nafas. Pada paru perlu dipikirkan aspirasi dan pneumonia.
anastesi/operasi dan reflek batuk sangat terganggu pada anastesi. Distensi perut
(3) Luka operasi dapat mengalami dehisensi atau infeksi. Faktor penyebab luka
jahitan kurang baik dan teknik operasi kurang baik. Faktor penyabab lain adalah
Kejadian ini menunjukkan bahwa sudah terjadi dehisensi fasia dan/atau lapisan
otot. Dalam satu hari, keadaan ini akan diikuti oleh penonjolan usus dari luka kulit
yang menganga pada operasi perut. Penanganannya adalah operasi ulang segera
Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur
mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur berubah,
(PPNI, 2016). Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Tn. P ditemukan
mengeluh sulit tidur, mengeluh tidak puas tidur, dan mengeluh istirahat tidak
cukup.
2016). Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Tn. P ditemukan klien tidak
mampu melakukan perawatan diri yaitu tidak mampu mandi secara mandiri
4.3 Intervensi
keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam mencapai hasil pasien yang
diperskripsikan akan menguntungkan pasien dan keluarga dalam cara yang dapat
diprediksi, yang berhubungan dengan masalah yang diidentifikasi dan tujuan yang
perencanaan yaitu :
Penulis tidak mengambil intervensi ini karena telah masuk kedalam intervensi
diagnosa 1.
perawat.
Penulis tidak mengambil intervensi tersebut karena pada saat ini pasien sudah
melakukan operasi.
1) Periksa tegangan balutan. Beri perekat pada pusat insisi menuju ke tepi luar
daerah perut.
berbau.
4) Biarkan terjadi kontak antara luka dengan udara sesegera mungkin atau tutup
dengan air yang mengalir dan sabun lunak setelah daerah insisi ditutup.
setiap hari.
Kolaborasi
Penulis tidak mengambil intervensi tersebut karena luka pasien ada di perut.
Penulis tidak mengambil diagnosa karena tidak ada indikasi untuk dilakukan
debridemen.
4.4 Implementasi
dilakukan penulis disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah dibuat. Namun
104
dari semua perencanaan yang dibuat terdapat beberapa intervensi yang tidak dapat
antara lain yaitu klien dan keluarga bersikap terbuka, kooperatif, dan mudah
diajak kerjasama, mudah menerima penjelasan dan saran. Sedangkan untuk faktor
masih takut jika sewaktu-waktu jahitan operasinya bisa terbuka, usia klien yang
termasuk usia ekstrem yaitu 59 tahun, dan nutrisi klien yang kurang dikarenakan
4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah fase akhir dari proses keperawatan untuk menilai asuhan
keperawatan yang telah diberikan pada Tn. P dengan Post Operasi Laparatomi
Perforasi Gaster selama tiga hari yaitu mulai tanggal 25 Juni sampai dengan 27
Juni 2018.
Evaluasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan dalam kasus ini adalah
masalah yang teratasi dan masalah yang belum teratasi selama melakukan asuhan
keperawatan.
Dari tujuh diagnosa yang ditemukan pada klien didapatkan bahwa satu
diagnosa keperawatan dapat teratasi sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang
4.5.1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
pernapasan 19x/menit, tidak terdengar suara napas tambahan, dan tidak ada
sputum.
teratasi ditandai dengan: klien terlihat tidak nyaman, HR: 87x/menit, skala
Masalah tidak teratasi ditandai dengan: bibir klien kering dan pecah-pecah
Masalah tidak teratasi ditandai dengan luka post operasi klien mengeluarkan
pus/eksudat 2 cc.
tindakan operasi besar. Masalah tidak teratasi ditandai dengan: luka klien
terlihat kemerahan, terdapat eksudat 0,5 cc, luka klien belum menyatu.
4.5.6 Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi laparatomi.
4.5.7 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik. Masalah tidak
teratasi ditandai dengan: klien terlihat berbaring saja, klien masih belum
dapat melakukan perawatan diri secara mandiri, klien masih dibantu oleh
BAB V
PENUTUP
Dari hasil pelaksanaan asuhan keperatawan pada Tn. P dengan Post Operasi
dengan landasan teori dan tujuan yang telah ditetapkan. Penulis juga
5.1 Kesimpulan
tiga hari terhitung dari Tanggal 25- 27 Juni 2018 Di Ruang Perawatan Dahlia
Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Provinsi Kalimantan Utara, maka penulis
5.1.1 Penulis melakukan asuhan keperawatan melalui setiap tahap dari proses
Penulis dapat melaksanakan setiap tahapan sesuai dengan tingkat pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki oleh penulis. Pengkajian pada Tn. P dengan Post
menganalisa lalu merumuskan diagnosa yang tepat untuk setiap data. Setelah
tindakan yang tepat dengan memperhatikan kondisi klien, fasilitas yang tersedia
penulis terdiri dari dua kategori yaitu evaluasi sumatif yang dilakukan disetiap
tindakan dan evaluasi formatif yang dilakukan diakhir pertemuan dengan klien.
kasus pada klien Tn. P adalah sebagai berikut : Sirkulasi, integritas ego, makanan/
pada kasus, yaitu: Pola napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
pada teori, yaitu: Bersihan jalan napas tidak efektif, Defisit nutrisi, Resiko
diri.
108
berdasarkan rencana yang telah disusun. Pada tahap evaluasi ditemukan dari
empat diagnosa yang ditemukan, satu diagnosa dinyatakan teratasi dan enam
diagnosa belum teratasi. Semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan dapat
adalah sikap klien dan keluarga yang ramah dan kooperatif pada setiap tindakan
yang dilakukan, izin yang diberikan pihak rumah sakit serta tersedianya fasilitas
dari institusi yang menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien. Faktor
5.1.4 Adapun pemecahan masalah yang dilakukan pada klien yaitu dengan
lainnya.
5.2 Saran
Untuk Tn. P yang merupakan salah satu pasien dengan Post Operasi
pada pola makan dan makanan yang dikonsumsi mengandung kaya akan vitamin,
Perforasi Gaster. Peluang untuk mengatasi masalah seperti ini sangat terbatas oleh
dinamis.
sesuai dengan standar praktik keperawatan jika ini dilakukan pada Tn. P dengan
klien serta rumah sakit mampu menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana
yang dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada
umumnya dan khususnya bagi pasien Post Operasi Laparatomi Perforasi Gaster.
110
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, M. D. (2008). Klien Gangguan Kardiovaskuler: Seri Asuhan
Kartika, R.W. (2015). Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing. Bagian
Center.
Kebidanan Vol. 4, No 2.
Sinaga, G.P., Lenggono, K.A., & Zakaria, A.. (2013). Pengaruh Minyak Kayu
Smeltzer S.C., &. Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.
Theresia, D. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Lama Penyembuhan
Luka pada Pasien Post Operasi Laparatomi di IRNA Bedah RSUP Dr.
Universitas Andalas.
Utari, P., & Hidayat, F.R. (2017). Analisa Praktek Klinik Keperawatan pada Klien