Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM DENGAN


EPISOTOMI DI RUMAH SAKIT

FERJINIA SAIRLAY
1420118013R

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NUSANTARA
KUPANG
2021

LEMBAR PENGESAHAN

i
Laporan Pendahuluan dan Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum
Dengan Episiotomi sudah disetujui dan diresponsi pada :
Tanggal …………………………………2021

Mahasiswa

Ferjinia Sairlay
1420118013R

Mengetahui

Pembimbing Ketua Prodi S1 Keperawatan

( Nadraeni Pratami Yakub, S.Kep.,Ns.,M.Kes) ( Syahrir, S.Kep. M.Si)

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan Laporan
Kasus Asuhan Keperawatan “Pada Ibu Post Partum Dengan Episiotomi” dengan baik.
Dalam menyelesaikan laporan ini penulis menemui banyak kendala, namun atas
kerjasama dan bantuan dari beberapa pihak akhirnya kendala tersebut dapat teratasi.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Markus Kore, S.Kep. M.Si, selaku Ketua Stikes Nusantara Kupang
yang telah memperbolehkan Saya untuk kuliah di kampus Stikes Nusantara
Kupang
2. Bapak Syarir, S.Kep. M.Si, selaku Ketua Prodi Keperawatan
3. Ibu Nadraeni Pratami Yakub, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing
Keperawatan Stikes Nusantara Kupang yang telah membimbing Saya
dalam menyusun Praktek Kerja Lapangan ini dengan baik
4. Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik Saya bukan hanya saat daring
tetapi juga saat perkuliahan tatap muka
5. Orang Tua Saya yang sudah ada bagi Saya dan selalu memberi motivasi
terbaik bagi Saya hingga sampai tahap ini
6. Semua teman-teman yang membantu Saya dalam menyelesaikan PKL ini
Akhirnya kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan penyusunan laporan-laporan
selanjutnya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kupang, ……………….2021

Penulis

iii
Daftar Isi
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ............................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................iii
Daftar Isi....................................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan............................................................................................................. 2
1.2.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 2
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS .................................................................................... 3
2.1 Konsep Dasar Ibu Post Partum Dengan Episiotomi....................................... 3
2.1.1 Pengertian................................................................................................ 3
2.1.2 Jenis – Jenis Episiotomi .......................................................................... 4
2.1.3 Etiologi.................................................................................................... 4
2.1.4 Patofisiologi ............................................................................................ 5
2.1.5 Pathway ................................................................................................... 7
2.1.6 Manifestasi Klinis ................................................................................... 7
2.1.7 Penatalaksanaan ...................................................................................... 8
2.1.8 Komplikasi .............................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN........................................................ 10
3.1 Pengkajian .................................................................................................... 10
3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................................. 12
3.3 Intervensi Keperawatan Dan Rasional ......................................................... 12
3.4 Implementasi keperawatan ........................................................................... 19
3.5 Evaluasi keperawatan ................................................................................... 19
BAB 4 TINJAUAN KASUS....................................................................................... 20
4.1 Pengkajian .................................................................................................... 20
4.2 Analisa Data ................................................................................................. 26

iv
4.3 Diagnosa Keperawatan................................................................................. 27
4.4 Rencana Keperawatan .................................................................................. 28
4.5 Implementasi ................................................................................................ 30
4.6 Evaluasi ........................................................................................................ 35
BAB 5 PENUTUP....................................................................................................... 37
5.1 Kesimpulan................................................................................................... 37
5.2 Saran ............................................................................................................. 37

v
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Post partum merupakan masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa beberapa
jam sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke enam setelah
melahirkan, setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu
saluran reproduksi kembali keadaan yang normal pada saat sebelum hamil (Marmi,
2012 dalam Vifi Novita, 2019). Perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu post partum
ibu mengalami perubahan sistem reproduksi dimana ibu mengalami proses pengerutan
pada uterus setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Perubahan
adaptasi psikologis adanya rasa ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru
melahirkan. Hal ini akan berdampak kepada ibu yang berada dalam masa nifas menjadi
sensitif (Kirana, 2015 dalam Vifi Novita, 2019).

Menurut World Health Organitation (WHO) tahun 2015, menyatakan setiap menit
seorang ibu melahirkan meninggal karena beberapa komplikasi saat melahirkan. 1.400
perempuan yang meninggal lebih dari satu tahun karena kehamilan berkisar 50.000
perempuan yang meninggal pada saat persalinan dan nifas. Angka Kematian Ibu (AKI)
di negara ASEAN lainnya, seperti di Thailand pada tahun 2014 adalah 44/100.000
kelahiran hidup, di Malaysia 39/100.000 kelahiran hidup dan Singapura 6/100.000
kelahiran hidup (Herawati,2016 dalam Vifi Novita, 2019).

The American College Of Obstetricians and Gynecologists (ACOG)


merekomendasikan bahwa episiotomy rutin tidak perlu dilakukan karena dapat
meningkatkan resiko komplikasi tertentu.Hal ini bukan berarti episiotomy tidak boleh
dilakukan hanya saja tidak perlu secara rutin pada setiap wanita yang menjalani
persalinan. Prinsip tindakan episiotomi adalah pencegahan kerusakan yang lebih hebat
pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas adaptasi atau elatisitas
jaringan. Oleh karena itu, pertimbangan untuk melakukan episiotomy harus mengacu

1
pada pertimbangan klinik yang tepat dan teknik yang paling sesuai untuk menghadapi
kondisi tersebut. Sehingga sebagai perawat harus ikut berperan serta dalam upaya
perawatan episiotomi dengan mengikutsertakan keluarga dan pasien dalam penyuluhan
pentingnya perawatan episiotomi sehingga mencegah infeksi dan mempercepat
penyembuhan dan perbaikan jaringan

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mempelajari asuhan keperawatan pada Ibu Post Partum dengan
Episiotomi

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mampu memahami tentang konsep dasar asuhan keperawatan pada Ibu Post
Partum dengan Episiotomi
b. Mampu melakukan pengkajian pada Ibu Post Partum dengan Episiotomi
c. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada Ibu Post Partum dengan
Episiotomi
d. Mampu menyusun perencanaan asuhan keperawatan pada Ibu Post Partum
dengan Episiotomi
e. Mampu melaksanakan implementasi asuhan keperawatan pada Ibu Post
Partum dengan Episiotomi
f. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada Ibu Post Partum dengan
Episiotomi

2
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Ibu Post Partum Dengan Episiotomi


2.1.1 Pengertian
Postpartum adalah masa nifas yang dimulai sejak bayi lahir dan plasenta bayi
dilahirkan hingga keadaan kandungan kembali seperti saat sebelum hamil. masa
ini pada umumnya terjadi sekitar 6 minggu. Nifas adalah masa yang dihitung
sejak seorang ibu melahirkan hingga enam minggu setelah selesai melahirkan.
Dengan kata lain, lama waktu masa nifas berlangsung biasanya kurang lebih 40-
42 hari setelah ibu melahirkan bayi.

Lama masa nifas tersebut sama bagi ibu yang baru saja melahirkan normal
maupun operasi Caesar yang mana dalam lama kurun waktu 6 minggu atau 40-
42 hari setelah melahirkan normal maupun operasi caesar ini, tubuh ibu
mengalami berbagai perubahan. Perubahan tersebut khususnya dialmi organ-
organ tubuh yang berperan dalam masa kehamilan dan melahirkan, seperti rahim,
leher rahim (serviks), serta vagina.

Episiotomi merupakan prosedur yang umum dilakukan dalam persalinan


normal. Prosedur ini dilakukan untuk memperbesar jalan lahir agar bayi lebih
mudah dilahirkan. Episiotomi dilakukan dengan membuat sayatan pada perineum
atau area antara vagina dan anus saat proses persalinan. Dengan kata lain
Episiotomi adalah tindakan insisi pada perineum wanita yang dilakukan saat
persalinan dengan tujuan untuk memperbesar orifisium vagina dan mencegah
ruptur perineum. Episiotomi dilakukan dengan menggunakan gunting saat
perineum dalam keadaan distensi dan sesaat sebelum kepala janin mengalami
crowning (Kondisi ketika kepala bayi sudah melewati jalan lahir dan bagian
atasnya (mahkotanya) terlihat dari lubang vagina yang terus melebar).

3
2.1.2 Jenis – Jenis Episiotomi

Gambar 2.1 Berdasarkan Mom n Dad Are My Life Encouragement


(Fitri Rahmadhani, 2013)
a. Episiotomi Midline atau Sayatan Garis Tengah
Jenis episiotomi ini membentuk sayatan lurus, memanjang tegak lurus
dengan anus dan vagina. Jenis sayatan ini memang lebih mudah, tetapi risiko
untuk robekan yang lebih besar juga meningkat.
b. Episiotomi Mediolateral
Episiotomi mediolateral umumnya merupakan yang paling sering
digunakan. Sayatan yang dibuat mengarah diagonal seperti searah arah jarum
jam 4. Meski lebih sulit, jenis ini mampu mengurangi risiko robekan yang
parah.

2.1.3 Etiologi
Faktor dilakukan episiotomi menurut (Depkes RI 1996 dalam Rosita Kumala
Dewi, 2007) adalah :

a. Persalinan yang lama karena perinium yang kaku


b. Gawat janin
c. Gawat ibu
d. Pada tindakan operatif (ekstraksi cunam, vakum)

4
Sedangkan menurut (Rusda, 2004 dalam Rosita Kumala Dewi, 2007), penyebab
dilakukan episiotomi berasal dari faktor ibu maupun faktor janin.

a. Faktor ibu antara lain:


1. Primigravida
2. Perinium kaku dan riwayat robekan perinium pada persalinan lalu.
3. Terjadi peregangan perinium berlebihan misalnya persalinan sungsang,
persalinan cunam, ekstraksi vakum dan anak besar.
4. Arkus pubis yang sempit.
b. Faktor Janin antara lain:
1. Janin prematur
2. Janin letak sungsang, letak defleksi. Janin besar.
3. Keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II seperti pada
gawat janin, tali pusat menumbung.

2.1.4 Patofisiologi
Ibu dengan persalinan episiotomi disebabkan adanya persalinan yang lama:
gawat janin (janin prematur, letak sungsang, janin besar), tindakan operatif dan
gawat ibu (perineum kaku, riwayat robekan perineum lalu, arkus pubis sempit).
Persalinan dengan episiotomi mengakibatkan terputusnya jaringan yang dapat
menyebabkan menekan pembuluh syaraf sehingga timbul rasa nyeri dimana ibu
akan merasa cemas sehingga takut BAB dan ini menyebabkan Resti
konstipasi.Terputusnya jaringan juga merusak pembuluh darah dan
menyebabkan resiko defisit volume cairan.Terputusnya jaringan menyebabkan
resti infeksi apabila tidak dirawat dengan baik kuman mudah berkembang karena
semakin besar mikroorganisme masuk ke dalam tubuh semakin besar resiko
terjadi infeksi.

Ibu dengan persalinan dengan episiotomi setelah 6 minggu persalinan ibu


berada dalam masa nifas.Pada saat masa nifas ibu mengalami perubahan

5
fisiologis dan psikologis. Perubahan fisiologis pada ibu akan terjadi uterus
kontraksi.Dimana kontraksi uterus bisa adekuat dan tidak adekuat. Dikatakan
adekuat apabila kontraksi uterus kuat dimana terjadi adanya perubahan involusi
yaitu proses pengembalian uterus ke dalam bentuk normal yang dapat
menyebabkan nyeri/ mules, yang prosesnya mempengaruhi syaraf pada uterus.

Dimana setelah melahirkan ibu mengeluarkan lochea yaitu merupakan


ruptur dari sisa plasenta sehingga pada daerah vital kemungkinan terjadi resiko
kuman mudah berkembang.Dikatakan tidak adekuat dikarenakan kontraksi
uterus lemah akibatnya terjadi perdarahan dan atonia uteri.Perubahan fisiologis
dapat mempengaruhi payudara dimana setelah melahirkan terjadi penurunan
hormone progesteron dan estrogen sehingga terjadi peningkatan hormon
prolaktin yang menghasilkan pembentukan ASI dimana ASI keluar untuk
pemenuhan gizi pada bayi, apabila bayi mampu menerima asupan ASI dari ibu
maka reflek bayi baik berarti proses laktasi efektif.sedangkan jika ASI tidak
keluar disebabkan kelainan pada bayi dan ibu yaitu bayi menolak, bibir sumbing,
puting lecet, suplai tidak adekuat berarti proses laktasi tidak efektif.

Pada perubahan psikologis terjadi Taking In, Taking Hold, dan Letting
Go.Pada fase Taking In kondisi ibu lemah maka terfokus pada diri sendiri
sehingga butuh pelayanan dan perlindungan yang mengakibatkan deficit
perawatan diri.Pada fase Taking Hold ibu belajar tentang hal baru dan mengalami
perubahan yang signifikan dimana ibu butuh informasi lebih karena ibu kurang
pengetahuan.Pada fase Letting Go ibu mampu memnyesuaikan diri dengan
keluarga sehingga di sebut ibu yang mandiri, menerima tanggung jawab dan
peran baru sebagai orang tua.

6
2.1.5 Pathway

2.1.6 Manifestasi Klinis


a) Laserasi Perineum
Biasanya terjadi sewaktu kepala janin dilahirkan, luas robekan didefinisikan
berdasarkan kedalaman robekan :
1. Derajat pertama (robekan mencapai kulit dan jaringan)
2. Derajat kedua (robekan mencapai otot-otot perineum)
3. Derajat tiga (robekan berlanjut ke otot sfinger ari)
4. Derajat empat (robekan mencapai dinding rektum anterior)
b) Laserasi Vagina
Sering menyertai robekan perineum, robekan vagina cenderung mencapai
dinding lateral (sulci) dan jika cukup dalam, dapat mencapai levator ani.

7
c) Cedera Serviks
Terjadi jika serviks beretraksi melalui kepala janin yang keluar. Laserasi
serviks akibat persalinan terjadi pada sudut lateral ostium eksterna,
kebanyakan dangkal dan pendarahan minimal

2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan perbaikan episiotomi yaitu :

1. Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan, jika tidak ada tanda infeksi dan
pendarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan
2. Jika infeksi, buka dan drain luka
3. Jika infeksi mencapai otot dan terdapat nekrosis, lakukan debridemen dan
berikan antibiotika secara kombinasi sampai pasien bebas demam dalam 48
jam (Prawirohardjo, 2002).

2.1.8 Komplikasi
a) Pendarahan
Karena proses episiotomi dapat mengakibatkan terputusnya jaringan
sehingga merusak pembuluh darah terjadilah pendarahan.
b) Infeksi
Infeksi terkait dengan jalannya tindakan episiotomi berhubungan
dengan ketidaksterilan alat-alat yang digunakan.
c) Hipertensi
Penyakit hipertensi berperan besar dalam morbiditas dan mortalitas
maternal dan perinatal. Hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi sekitar
7% sampai 10% seluruh kehamilan.
d) Gangguan psikososial
Kondisi Psikososial mempengaruhi integritas keluarga dan akan
menghambat ikatan emosional bayi dan ibu. Beberapa kondisi dapat
mengancam keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayi.

8
DAFTAR PUSTAKA
1. Wikipedia, 2020. Pospartum. https://id.wikipedia.org/wiki/Postpartum.
2. Hello Sehat, 2021. Apa yang Terjadi pada Tubuh Ibu Selama Masa Nifas.
https://hellosehat.com/kehamilan/perawatan-ibu/masa-nifas/apa-yang-terjadi-
pada-tubuh-ibu-selama-masa-nifas/
3. Alodokter , 2021. Seputar Prosedur Episiotomi untuk Keselamatan Bayi.
https://www.alodokter.com/episiotomi-untuk-keselamatan-bayi.
4. Alomedika, 2017. Pendahuluan Episotomi. https://www.alomedika.com/tindakan-
medis/obstetrik-dan-ginekologi/episiotomi.
5. Halodoc, 2021. Ini 20 Istilah Persalinan yang Perlu Diketahui Ibu.
https://www.halodoc.com/artikel/istilah-persalinan-yang-perlu-diketahui-ibu.
6. Fitri Rahmadhani, 2013. Mom n Dad Are My Life Encouragement.
http://biancacalista.blogspot.com/2013/07/episiotomi_13.html.
7. Novita Nabilla, 2013. Laporan Pendahuluan Episiotomi.
http://himikastikesmadani.blogspot.com/2012/12/laporan-pendahuluan-
episiotomi.html.

9
BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian
Tujuan anamnesa adalah kumpulan beberapa informasi subyektif yang
diperoleh dari apa yang telah dipaparkan oleh pasien terkait dengan masalah
kesehatan yang menyebabkan pasien melakukan kunjungan ke pelayanan
kesehatan (Niman, 2013)

a. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan bertujuan untuk mendapatkan dan mengenal tentang
psikososial, suku, dan latar belakang budaya yang berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan pasien (Niman, 2013). Hal-hal yang perlu dikaji dalam
riwayat kesehatan ibu adalah :
1) Keluhan yang dirasakan ibu saat ini
2) Kesulitan atau gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
misalnya buang air kecil atau buang air besar, kebutuhan istirahat, dan
mobilisasi
3) Riwayat persalinan meliputi komplikasi, laserasi atau episiotomy
b. Pengkajian focus
Fokus pengkajian diambil dari Doengoes 2001.
1) Tekanan darah
Tekanan darah sedikit meningkat karena upaya persalinan dan keletihan,
keadaan ini akan normal kembali dalam waktu 1 jam.
2) Nadi
Nadi kembali ke frekuensi normal dalam waktu 1 jam dan mungkin
terjadi sedikit bradikardi (50 sampai 70 kali permenit).
3) Suhu tubuh
Suhu tubuh mungkin meningkat bila terjadi dehidrasi.

10
4) Payudara
Produksi kolostrom 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur biasanya
pada hari ke-3, mungkin lebih dini tergantung kapan menyusui dimulai.
5) Fundus uteri
Fundus harus berada dalam midline, keras dan 2 cm dibawah umbilicus.
Bila uterus lembek , lakukan masase sampai keras. Bila fundus bergeser
kearah kanan midline , periksa adanya distensi kandung kemih.
6) Kandung kemih
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5, kandung kemih ibu cepat terisi
karena diuresis post partum dan cairan intra vena.
7) Lochea
Lochea rubra berlanjut sampai hari ke-23, menjadi lochea serosa dengan
aliran sedang. Bila darah mengalir dengan cepat, dicurigai terjadinya
robekan servik.
8) Perineum Episiotomi dan perineum harus bersih, tidak berwarna, dan
tidak edema dan jahitan harus utuh.
9) Nyeri/ Ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara/ pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai
ke-5 post partum. Periksa adanya nyeri yang berlebihan pada perineum
dan adanya kematian dibawah episiotomi.
10) Makanan / Cairan
Kehilangan nafsu makan dikeluhkan kira-kira hari ke-3.
11) Interaksi anak-orang tua
Perlu diperhatikan ekspresi wajah orang tua ketika melihat pada bayinya,
apa yang mereka dan apa yang mereka lakukan. Respon - respon negatif
yang terlihat jelas menandakan adanya masalah.
12) Integritas ego Peka rangsang, takut / menangis (”post partum blues”)
sering terlihat kira-kira 3 hari setelah melahirkan.

11
3.2 Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan nyeri b.d terputusnya jaringan sekunder terhadap luka episiotomi.
b) Resiko infeksi b.d trauma jaringan dan atau kerusakan kulit
c) Resiko tinggi konstipasi b.d kurangnya aktivitas fisik nyeri saat defekasi.
d) Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi b.d tidak
mengenai sumber informasi.
e) Menyusui tidak efektif b.d suplai air susu Ibu tidak adekuat
f) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d hemoragi.
g) Resiko tinggi terhadap perubahan proses parenting b.d masa transisi menjadi
orang tua atau penambahan anggota keluarga.

3.3 Intervensi Keperawatan Dan Rasional


a. Gangguan nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan sekunder
terhadap luka episiotomi.
1. Tujuan :
Mencegah atau meminimalkan rasa nyeri.
2. Kriteria
a) Nyeri berkurang atau hilang.
b) Ekspresi wajah rileks.
c) Pasien mampu melakukan tindakan dan mengungkapkan intervensi
untuk mengatasi nyeri dengan cepat.
d) Tanda-tanda vital normal (tekanan darah 120/ 80 mm Hg. Nadi 80-
88 x/ menit)
3. Intervensi
a) Tentukan lokasi dan sifat nyeri.
Rasional : mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan khusus dan
intervensi yang tepat
b) Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi

12
Rasional : dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan
perineal dan atau terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi
atau intervensi lebih lanjut.
c) Anjurkan klien untuk duduk dengan mengkontraksikan otot gluteal.
Rasional : penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurun-
kan strees dan tekanan langsung pada perineum.
d) Berikan informasi tentang berbagai startegi untuk menurunkan
nyeri, misalnya teknik relaksasi dan distraksi.
Rasional : membantu menurunkan/ memberikan rasa nyaman.
e) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
Rasional : memberikan kenyamanan sehinggan klien dapat mem-
fokuskan pada perawatan sendiri dan bayinya.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan atau kerusakan
kulit.
1. Tujuan :
Infeksi tidak terjadi.
2. Kriteria :
a) Luka episiotomi sembuh dengan sempurna dan tidak ada tanda-
tanda infeksi (color, tumor, dolor, dan fungsio laesa)
b) Pasien mampu mendemontrasikan teknik-teknik untuk meningkat-
kan penyembuhan.
c) Tanda-tanda vital dalam batas normal (36-37º C)
d) Nutrisi terpenuhi (adekuat)
3. Intervensi :
a) Kaji adanya perubahan suhu.
Rasional : Peningkatan suhu sampai 38,3º C pada 2-10 hari setelah
melahirkan sangat menandakan infeksi.
b) Observasi kondisi episiotomi seperti adanya kemerahan, nyeri
tekan yang berlebihan dan eksudat yang berlebihan.

13
Rasional : Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan
parenial dan atau terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi
intervensi lebih lanjut.
c) Anjurkan pada pasien untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
menyentuh genital.
Rasional : membantu mencegah penyebaran infeksi.
d) Catat jumlah dan bau lochea atau perubahan yang abnormal.
Rasional : Lochea normal mempunyai bau amis, lochea yang
purulen dan bau busuk menunjukkan adanya infeksi.
e) Anjurkan pada pasien untuk mencuci perineum dengan
menggunakan sabun dari depan kebelakang dan untuk mengganti
pembalut sedikitnya setiap 4 jam atau jika pembalut basah.
Rasional : Membantu mencegah kontaminasi rektal memasuki
vagina atau uretra
f) Ajarkan pada klien tentang cara perawatan luka perineum.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien tentang perawatan
vulva/ perineum.
g) Kolaborasi untuk pemberian anti biotik
Rasional : Mencegah infeksi dan penyebaran kejaringan sekitar.
c. Resiko tinggi konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktivitas fisik nyeri
saat defekasi.
1. Tujuan :
Konstipasi tidak terjadi
2. Kriteria :
Pasien mampu melakukan kembali kebiasaan defekasi seperti biasanya
dengan ketidaknyamanan minimal.
3. Intervensi :
a) Auskultasi adanya bising usus.
Rasional : mengevaluasi fungsi usus

14
b) Kaji terhadap adanya hemoroid dan berikan informasi tentang
memasukkan heromoid kembali ke dalam rektal dengan jari yang
dilumasi.
Rasional : Menurunkan ukuran hemoroid, menghilangkan gatal dan
ketidaknyamanan dan meningkatkan vaso konstriksi lokal.
c) Anjurkan klien minum secara adekuat ± 1500-2000ml/ hari.
Rasional :Peningkatan cairan akan merangsang eliminasi.
d) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi bahan makanan yang berserat
tinggi seperti : sayuran dan buah-buahan.
Rasional :Melancarkan pencernaan
e) Anjurkan klien untuk rendam duduk dengan air hangat sebelum
relaksasi.
Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan mengurangi rasa nyeri.
f) Anjurkan pasien untuk ambulasi sesuai toleransi
Rasional : Membantu maningkatkan peristaltik gastro intestinal.
g) Berikan pelunak feses atau laksatif jika diindikasikan.
Rasional : Untuk meningkatkan kembali kebiasaan defekasi normal
dan mencegah menjelang atau strees perineal selama defekasi.
d. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan tidak mengenai sumber informasi.
1. Tujuan :
Pengetahuan pasien meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. Kriteria :
a) Pasien mampu menyatakan pemahaman tentang pemberian
instruksi atau informasi.
b) Pasien mampu mendemontrasikan prosedur belajar dengan cepat.
3. Intervensi :
a) Bantu pasien dalam mengidentifikasi kebutuhannya.

15
Rasional : Membantu klien dalam mengidentifikasi kebutuhan saat
ini dan untuk mengembangkan rencana keperawatan.
b) Berikan informasi tentang perawatan diri dan bayi.
Rasional : Agar pasien mengerti dan mampu melakukan tindakan
yang diajarkan.
c) Ajarkan pada pasien tentang cara perawatan bayi dan lakukan
prosedur demontrasi yang benar.
Rasional : Agar klien mengerti dan mampu melakukan tindakan
yang diajarkan.
d) Beri kesempatan pasien untuk merawat bayinya.
Rasional : Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba, atau
mempraktekkan ketrampilannya dalam merawat bayi.
e) Lakukan rencana penyuluhan sesegera mungkin setelah penerimaan
perkiraan, pada kondisi dan kesiapan untuk belajar.
Rasional : Dengan kesiapan klien belajar dapat mempermudah klien
menerima informasi-informasi yang baru.
e. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan suplai air susu Ibu tidak
adekuat.
1. Tujuan :
Menyusui menjadi efektif setalah dilakukan tindakan keperawatan.
2. Kriteria :
a) Ibu mampu mengenal cara memberikan ASI
b) Bayi mencapai keadaan nutrisi yang cukup ditunjukkan dengan
peningkatan berat badan, tumbuh kembang dalam batas normal,
atau batas yang diharapkan, bayi tidak rewel.
3. Intervensi :
a) Kaji pengetahuan pasien tentang menyusui sebelumnya.
Rasional : Untuk mengidentifikasi pengalaman klien tentang
menyusui

16
b) Beri informasi mengenai fisiologi dan keuntungan menyusui,
perawatan payudara, dan faktor-faktor yang memudahkan atau
menggangu keberhasilan menyusui.
Rasional ; Membantu menangani permasalahan klien tentang
menyusui sehingga dapat meningkatkan pengetahuan klien.
c) Demostrasikan tentang teknik-teknik menyusui.
Rasional : Agar klien mengerti dan memahami sert mampu
melaksanakan tindakan yang direncanakan.
d) Anjurkan pada klien untuk menyusui bayinya secara teratur dan
sesering mungkin.
Rasional : Untuk merangsang produksi air susu dan mengurangi
resiko terjadinya pembengkakan pada payudara.
e) Anjurkan pada klien untuk tidak menggunakan Bra yang terlalu
kencang.
Rasional : Dengan pelindung puting dapat menyebabkan tekanan
sehingga menggangu proses laktasi.
f. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
hemoragi.
1. Tujuan :
Untuk mempertahankan keseimbangan volume cairan.
2. Kriteria :
a) Intake dan output seimbang
b) Tanda-tanda vital normal, dan tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi
c) Berat badan pasien dalam batas normal.
d) Paien dan keluarga mengungkapkan pengetahuan tentang
pengawasan status cairan.
3. Intervensi :
a) Monitor tanda-tanda vital

17
Rasional : Untuk mengidentifikasi perubahan yang terjadi dan
menentukan rencana intervensi yang tepat
b) Awasi turgor kulit
Rasional : Dengan adanya tanda-tanda tersebut menunjukkan
nadanya dehidrasi atau kurangnya volume cairan dalam tubuh.
c) Monitor intake dan output dan timbang berat badan setiap hari
Rasional : Membantu dalam menganalisa keseimbangan cairan dan
derajat kekurangan.
d) Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan sedikitnya 8 gelas
sehari.
Rasional : Menggantikan kehilangan cairan karena kelahiran dan
diaforesis.
e) Pertahankan terapi intra vena untuk pergantian cairan sesuai
instruksi
Rasional : Mengganti kehilangan karena kelahiran dan diaporesis
g. Resiko tinggi terhadap perubahan proses parenting berhubungan dengan
masa transisi menjadi orang tua atau penambahan anggota keluarga.
1. Tujuan :
Pasien dapat menerima perannya sebagai orang tua dan dapat terjalin
hubungan yang hangat antara orang tua dan bayi.
2. Kriteria :
a) Klien mengungkapkan masalahnya menjadi orang tua
b) Klien mampu mendiskusikan perannya sebagai orang tua.
c) Klien mampu melakukan perawatan bayi dengan benar.
3. Intervensi :
a) Kaji respon klien atau pasangan terhadap kelahiran dan peranannya
menjadi orang tua.
Rasional : Kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk
menjadi orang tua dipengaruhi oleh reaksi ayah dengan kuat.

18
b) Beri kesempatan pada pasangan untuk rawat gabung.
Rasional : Memudahkan kendekatan, membantu mengembangkan
proses pengenalan.
c) Anjurkan pada pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan bayi.
Rasional : Membantu meningkatkan ikatan dan mencegah perasaan
putus asa dan menekankan realitas keadaan bayi.
d) Bantu dan ajarkan klien tentang cara perawatan bayinya yang benar.
Rasional : Membantu orang tua belajar dasar-dasar perawatan
bayinya, meningkatkan diskusi dan pemecahan masalah bersama.
e) Beri motivasi pada klien bahwa dia telah melakukan perawatan
bayinya dengan baik.
Rasional : Membantu meningkatkan percaya diri klien dalam
melakukan perawatan diri dan bayinya.

3.4 Implementasi keperawatan


Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam
proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi
pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursallam, 2011
dalam Tika Genesha Putri, 2019).

3.5 Evaluasi keperawatan


Menurut (Nursalam, 2011 dalam Tika Genesha Putri, 2019), evaluasi
keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :

a) Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana


evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
b) Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi
ini menggunakan SOAP.

19
BAB 4

TINJAUAN KASUS
4.1 Pengkajian

FORMULIR PENGKAJIANA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

1. Identitas Klien dan Penanggung Jawab


a) Identitas klien
Nama : Ny. L
Umur : 33 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Bajawa
Diagnosa Medik : Partus spontan dgn episiotomi hari ke II,PIII A0
Tanggal Masuk : 4 Juli 2021, Jam 13.30 wit
Tanggal Pengkajian : 5 Juli 2021, jam : 14.30 wit
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. Y
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Hubungan : Suami
2. Riwayat Kesehatan Klien
a. Keluhan utama : klien mengeluh nyeri pada perineum akibat episiotomi.
Seperti kesemutan, cekit- cekit dan perih. Skala nyeri 8.
b. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien hamil 38 minggu, G III PII A0,
mengeluh kenceng-kenceng, keluar darah berwarna coklat, flek-flek,
kemudian klien pergi ke rumah Bidan dan memeriksakannya, lalu oleh

20
Bidan klien disarankan untuk ke Rumah Sakit Jam 07.10 Wit klien ke
Rumah Sakit tanggal 4 Juli 2021 jam 09.10 WIt di ruang VK klien
melahirkan anak laki-laki, Apgar score: 10, BB: 3,1 kg, PB: 50 cm, LK: 34
cm, LD:32 cm, LL : 12cm.. Lama persalinan 6 jam 25 menit, kala I : 03.00-
09.00, kala II : 09.00-09.10, kala III : 09.10- 09.25.
c. Riwayat Kesehatan
Dahulu Riwayat asma (-), hipertensi (-), demam berdarah (-), penyakit
jantung (-).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan keluarganya ada yang menderita asma, hipertensi,
demam berdarah, penyakit jantung, riwayat gamelli tidak dikaji.
e. Riwayat Kehamilan G III PII A0, HPHT tanggal 19/10/2020, taksiran
persalinan 26 Juli 2021. klien mengatakan rajin untuk memeriksakan
kehamilannya di Bidan terdekat. Yang dimulai pada minggu ke-5 dan tiap
bulan periksa ke bidan. Pada waktu kehamilan klien mengeluh mual-mual
(ngidam).
f. Riwayat Persalinan
Klien telah mempunyai 2 orang anak, yaitu :
1. Laki-laki dengan BBL : 3.000 gr, aterm, spontan di rumah persalinan
dan sekarang berusia 13 tahun, persalinannya.tidak dengan episiotomi
2. Perempuan dengan BBL : 3.500 gr, usia 37 minggu, spontan di bidan
terdekat, sekarang berusia 7 tahun, persalinan dengan episiotomi.
g. Riwayat Haid
Menarche umur 13 tahun dengan siklus 28 hari dan tidak ada keluhan
ketika haid.
3. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional
a. Persepsi Terhadap Kesehatan
Klien menganggap bahwa kesehatan itu sangat penting untuk klien
sehingga selalu memeriksakan kehamilannya di bidan untuk mengetahui

21
status kesehatannya. Ketika sakit, klien membeli obat sendiri di apotik. Bila
tidak sembuh, maka Ny. L langsung berangkat periksa ke bidan terdekat /
dokter.
b. Pola Aktivitas dan Latihan
Klien mengatakan bahwa sebelum kehamilan ke tiga, klien tidak ada
keluhan begitu juga saat kehamilan ketiga ini. Klien hanya mengeluh
perutnya terasa penuh sehingga pada trimester akhir klien. Aktivitasnya
sedikit. Dirumah sakit juga tidak leluasa bergerak karena merasa nyeri,
klien terlihat lemas dan sedikit aktivitas.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Pada waktu hamil klien kurang tidur/ istirahat karena tidak nyaman dengan
posisi tidurnya, sehingga klien hanya tidur malam 21.00- 04.00 wit ,
sedangkan tidur siang klien jarang-jarang. Ketika dirumah sakit klien susah
tidur. Klien tidur malam dari jam 21.00- 05.00 wit. Klien sering terbangun
pada malam hari karena adanya luka post episiotomi pada perineum.
d. Pola nutrisi dan Metabolik
Sebelum sakit klien makan 1 /4 porsi dari makanan yang disediakan malah
kadang-kadang klien lebih sering puasa. Klien ngidam rujak dan lebih suka
makan-makanan rujak. Saat dirumah sakit klien makan 1 /2 porsi – 1 porsi
makan. Klien minum ± 500 – 600 cc/ hari.
e. Pola Eliminasi (BAB dan BAK)
Sebelum kerumah sakit, klien biasa buang air besar 1 kali / hari dan ketika
dirumah sakit klien belum buang air besar karena merasakan sedikit nyeri
dengan skala 2-3. sebelum masuk Rumah Sakit, klien buang air kecil ± 4-
5 x/ hari, begitu juga saat klien di Rumah Sakit.
f. Pola Kognitif
Klien percaya apabila mematuhi therapi pengobatan ia akan sembuh. Klien
mengeluh nyeri, skala nyeri 8. nyeri timbul saat klien bergerak dan nyeri

22
hilang saat dilakukan teknik relaksas. Nyeri pada bagian perineum, nyeri
hilang timbul ± 2-3 menit, cekit-cekit dan perih.
g. Pola Konsep Diri
Identitas diri : klien mengatakan tetap percaya diri dan menyukai bentuk
tubuhnya. Peran : klien sebagai seorang Ibu yang mempunyai 3 orang anak.
h. Pola Koping Klien mengatakan bahwa untuk memutuskan sesuatu klien
membicarakannya dengan Suami dan Orang tuanya. Hubungan dengan
teman dan tetangganya baik-baik saja.
i. Pola Seksual Reproduksi
Klien mengatakan bahwa kehamilannya mengganggu pola seksualnya.
Sehingga klien jarang melakukan hubungan seksual dengan Suaminya.
j. Pola Hubungan Sosial
Klien mengatakan bahwa dirumahnya, klien suka mengikuti kegiatan PKK
dan pengajian, atau kegiatan POSYANDU 1 bulan sekali. Klien
mengatakan tidak ada masalah dengan orang lain.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Klien mengatakan beragama Islam dan selama dirumah sakit klien merasa
tidak leluasa dan tidak mampu untuk sholat 5 waktu.
4. Pemeriksaan Fisik Pada Ibu
a. Kepala : Mesochepal
 Rambut : Tidak mudah rontok, cukup bersih, hitam, lurus
 Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil
isokor
 Hidung : Bersih, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping
hidung
 Telinga : Bersih, simetris, tidak ada secret
 Mulut : Stomatitis (-), Karies Gigi (-)
b. Leher : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran tonsil, trachea

23
ditengah, tidak ada distensi vena jugularis
c. Dada : Mammae simetris, berisi, hangat, areola berpigmentasi, nipple
menonjol, ekspansi paru simetris
d. Abdomen : Ada striae sedikit, DRA tidak dikaji, tidak ada massa pada
abdomen, bising usus 18x/ menit , TFU : ± 2cm dibawah
umbilikus.
e. Perineum : Keluar darah sedikit ± 40 cc , luka episiotomi masih basah,
kemerahan,tidak ada oedema, ada bitnik kebiruan, tidak ada
nanah dan tidak ada perdarahan, jenis jahitan jelujur., jumlah
jahitan dalam dan luar tidak dikaji.
f. Anus : Tidak ada hemoroid
g. Ekstremitas : Tidak ada varises, akral dingin, tidak ada oedem, Homan’s
sign tidak dikaji.
h. Tanda-TandaVital
TD : 120/ 80 mmHg S : 36,5ºC RR : 24x / menit N : 82x / menit
5. Data Penunjang
a) Hematologi
Table 4.1 Tanggal 5 Juli 2021, jam 07.54 wit
Analyzer Hema Nilai Nilai normal
Hemoglobin 11,80gr% (12,00-15,00 gr%)
Hematokrit 34,70 % (35,0-47,0 %)
Eritrosit 3,50 % (3,90-5,60 %)
MCH 33,80 % (27,00-32,00 %)
MCV 99,20 % (76,00-96,00 %)
MCHC 34,10 % (29,00-36,00 %)
Leukosit 16,90 rb/mmk (4,00-11,00 rb/mmk)
Trombosit 195,0 rb/mmk (150,0-400,0 rb/mmk)

24
Table 4.2 Kimia klinik
Elektrolit Nilai Nilai Normal
Na 138 mmol/ L (136-145 mmol/L)
K 4,9 mmol/ L (3,5-5,1mmol/L)
Cl 111 mmol/ L (98-107 mmol/L)
Cal 2,42 mmol/ L (2,12-2,52 mmol/L)

b) Therapy pengobatan, tanggal 05/07/2021, jam 07.54 wit diberikan:


1) Amoxicylin 3 x 500 mg
2) Methergin 3 x1 ampul
3) Vitamin BC / C / SF 2 x 1
c) Diit biasa : nasi, lauk dan sayur.
d) Rawat luka area perineum akibat luka episiotomi dengan betadin
6. Data Fokus
a. Data Subjektif
1) Klien mengatakan nyeri pada perineum akibat episiotomi skala 8, ketika
bergerak nyerinya cekit-cekit dan perih.
2) Klien mengatakan tidak tahu cara melakukan perawatan payudara
3) Pasien mengatakan masih keluar darah dari jalan lahir seperti
menstruasi.
b. Data Objektif
1) Klien tampak kesakitan
2) Klien sering bertanya bagaimana melakukan perawatan payudara.
3) Adanya kemerahan dan nyeri tekan pada perineum
4) Terdapat luka episiotomi, keadaan vulva kotor, keluar rubra ± 40 cc.

25
4.2 Analisa Data
Table 4.3 Analisa data keperawatan
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Terputusnya Gangguan rasa
nyeri
 Klien mengatakan nyeri pada perineum jaringan sekunder
akibat episiotomi skala 8, ketika terhadap luka
bergerak nyerinya seperti cekit-cekit episiotomi
dan perih.
DO :
 Klien tampak meringis kesakitan
2 DS : Trauma jaringan / Resiko infeksi
 Klien mengatakan masih keluar darah kerusakan fisik
dari jalan lahir seperti menstruasi
DO :
 Adanya kemerahan dan nyeri tekan
pada perineum
 Terdapat luka episiotomi, keadaan
vulva kotor, keluar lochea rubra ± 40
cc,cairan berwarna merah, Hb:11,80
gr%, suhu: 36,5ºC.
3 DS : Minimnya Kurangnya
 Klien mengatakan tidak tahu informasi tentang pengetahuan
bagaimana melakukan perawatan perawatan tentang “Breast
payudara payudara Care”.
DO :
 Klien sering bertanya bagaimana
melakukan perawatan payudara.

26
4.3 Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya jaringan sekunder terhadap luka
episiotomi ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada perineum akibat
episiotomi, skala 8 ketika bergerak nyerinya cekit - cekit dan perih, klien tampak
meringis kesakitan.
b. Resiko infeksi b.d trauma jaringan/kerusakan kulit ditandai dengan klien
mengatakan masih keluar darah dan jalan seperti menstruasi, adanya kemerahan
dan nyeri tekan pada perineum, terdapat luka episiotomi, keadaan vulva kotor,
keluar lochea rubra ± 40 cc.
c. Kurangnya pengetahuan b.d minimnya informasi tentang Breast care ditandai
dengan klien mengatakan tidak tahu bagaimana cara melakukan perawatan
payudara, klien sering bertanya-tanya bagaimana cara melakukan perawatan
payudara.

27
4.4 Rencana Keperawatan
Table 4.4 Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1) Tentukan lokasi dan sifat nyeri.
nyaman nyeri b.d keperawatan 1 x 24 jam diharapkan 2) Inspeksi perbaikan perineum dan
terputusnya jaringan dapat Mencegah atau meminimalkan episiotomy
sekunder terhadap luka rasa nyeri. dengan Kriteria Hasil: 3) Ajarkan klien untuk duduk dengan
episiotomi a. Nyeri berkurang atau hilang. mengkonstraksikan otot gluteal.
b. Ekspresi wajah rileks. 4) Berikan informasi tentang berbagai
c. Pasien mampu melakukan startegi untuk menurunkan nyeri,
tindakan dan mengungkapkan misalnya teknik relaksasi dan distraksi.
intervensi untuk mengatasi nyeri 5) Kolaborasi dengan dokter untuk
dengan cepat. pemberian analgetik
d. TTV normal (tekanan darah 120/
80 mm Hg. Nadi 80- 88 x/ menit)
2 Resiko infeksi b.d Setelah dilakuan tindakan 1) Kaji adanya perubahan suhu.
trauma jaringan / keperawatan 1 x 24 jam diharapkan 2) Observasi kondisi episiotomi seperti
kerusakan kulit Infeksi tidak terjadi. dengan Kriteria adanya kemerahan, nyeri tekan yang
Hasil : berlebihan dan eksudat yang berlebihan.
a. Luka episiotomi sembuh dengan 3) Anjurkan pada pasien untuk mencuci
sempurna dan tidak ada tanda- tangan sebelum dan sesudah menyentuh
tanda infeksi (color, tumor, dan genital.
dolor) 4) Catat jumlah dan bau lochea atau
b. Pasien mampu perubahan yang abnormal.
mendemontrasikan teknik-teknik 5) Anjurkan pada pasien untuk mencuci
untuk meningkatkan perineum dengan menggunakan sabun
penyembuhan. dari depan kebelakang dan untuk

28
c. TTV dalam batas normal, mengganti pembalut sedikitnya setiap 4
terutama suhu (36-37º C) jam atau jika pembalut basah.
d. Nutrisi terpenuhi (adekuat) 6) Ajarkan pada klien tentang cara
perawatan luka perineum.
7) Kolaborasi untuk pemberian anti biotik

3 Kurangnya Setelah dilakukan tindakan 1) Lakukan Breast care pada klien


pengetahuan b.d keperawatan 1 x 24 jam diharapkan 2) Ajarkan breast care pada Ibu
minimnya informasi agar ASI lancar, sekitar areola dan 3) Kaji pengetahuan klien tentang
tentang Breast care puting tidak kotor, payudara tidak perawatan payudara
bengkak dengan Kriteria Hasil : 4) Kaji produksi ASI pada klien
a. Klien dapat mengerti tentang 5) Anjurkan pada Ibu untuk melakukan
cara perawatan payudara. perawatan payudara tiap pagi hari
b. Klien mampu melakukan cara
perawatan payudara.

29
4.5 Implementasi
Table 4.5 Implementasi keperawatan

HARI /
No. Dx TANGGAL / IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM
I. Senin,5/07/2021 1. Mengkaji keluhan pasien S:
Jam 14.30 wit  Pasien mengatakan nyeri pada daerah luka
jahitan terutama saat bergerak, skala nyeri 8
O:
 Pasien tampak meringis menahan nyeri saat
klien menggeserkan tubuhnya untuk duduk,
terdapat 1 jahitan jelujur pada perineum
Jam 14.40 wit 2. Memberikan penjelasan S:-
kepada klien bahwa rasa nyeri O:
hal yang wajar  Klien lebih tenang dan cemas berkurang
II. Jam 14.50 wit 3. Melakukan vulva hygiene dan S:
mengobservasi luka episiotomi  Klien menyatakan lebih nyaman setelah
dengan REEDA dibersihkan daerah vulvanya.
O:
 Pasien tampak bersih, lochea rubra ± 40 cc, tak
ada oedem, ada kemerahan,ada bitnik - bintik
kebiruan pada perineum,ada nyeri tekan pada
perineum.
I. Jam 15.20 wit 4. Menganjurkan pasien untuk S:
relaksasi tarik nafas panjang  Pasien mengatakan nyeri berkurang dan merasa
dalam nyaman. Skala nyeri 4-5 setelah melakukan
nafas panjang dalam.

30
O:
 Pasien tampak rileks dan tenang, ekspresi wajah
tidak tegang.
I , II Jam 15.30 wit 5. Mengukur tanda-tanda vital S:-
O:
 TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit, S : 36°C
RR : 24 x/ menit.
I. Jam 15.45 wit 6. Menganjurkan pasien untuk S:
duduk dengan  Klien mengatakan dapat mengontrol nyerinya
mengontraksikan otot gluteal secara minimal
O:
 Klien tampak rileks dan menjawab akan
mengkontraksikan otot gluteal saat buang air
besar.
II. Jam 17.00 wit 7. Memberikan obat peroral 1 S:-
tablet amoxicillin dan 1 tablet O:
vitamin BC  Obat diminum pasien melalui oral, tidak ada
mual muntah
I. Jam 21.00 wit 8. Menciptakan lingkungan yang S:-
tenang dan nyaman O:
 Suasana ruangan tampak terang, pasien tampak
rileks dan tiduran diatas tempat tidur.
I. Selasa,6/07/2021 1. Mengkaji keluhan pasien S:
Jam 08.00 wit  Klien mengatakan dapat mengontrol nyerinya .
O:
 Pasien tampak tenang, rileks, ekspresi wajah
tidak tegang

31
II. Jam 08.15 wit 2. Melakukan vulva Hygiene dan S:-
mengobservasi luka episiotomi O :
 Vulva sudah bersih, tidak ada oedem pada
perineum, tidak ada kemerahan, tidak ada bintik
kebiruan pada perineum, nyeri tekan perineum
masih, lochea rubra ± 30 cc.
Jam 08.30 wit 3. Menganjurkan pasien untuk S:
mencuci tangan sebelum dan  Pasien mengatakan memegang genital jika mau
sesudah memegang genital BAK saja
O:
 Pasien menjawab akan selalu mencuci tangan
baik sebelum/ sesudah memegang genitalianya
III. Jam 08.45 wit 4. Mengkaji pengetahuan klien S:
tentang perawatan payudara  Klien mengatakan paham tentang perawatan
payudara
O:
 Klien tampak mengerti
Jam 09.00 wit 5. Melakukan Breast care pada S:
klien  Klien mengatakan lebih nyaman, enak setelah
dilakukan breast care
O:
 Pasien tampak senang, payudara tidak bengkak
I, 11 Jam 11.30 wit 6. Mengukur TTV S:-
O:
 TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/ menit, S : 36°C,
RR:24x/menit

32
Jam 12.30 wit 7. Memberikan obat peroral 1 S:-
tablet amoxicylin dan 1 tablet O:
vitamin BC  Obat diminum melalui oral, tidak ada mual
muntah
I. Rabu ,7/07/2021 1. Mengkaji keluhan pasien S:
Jam 07.30 wit  Klien mengatakan nyeri berkurang,dapat
berjalan kekamar mandi
O:
 Pasien tampak rileks dan tenang, terlihat sedang
duduk, ekspresi wajah tidak menahan
nyeri,tampak tersenyum
III Jam 08.00 wit 2. Mengajarkan perawatan S:
payudara pada pasien  Klien mendemontrasikan cara perawatan
payudara dengan baik
O:
 Klien tampak kooperatif
Jam 08.30 wit 3. Mengkaji pengetahuan klien S:
tentang perawatan payudara  Klien mengatakan paham dan mengerti tentang
perawatan payudara
O:
 Klien tampak gembira
II Jam 09.00 wit 4. Mengajarkan pada klien S:
tentang cara-cara perawatan  Klien mengatakan sudah mengetahui cara
perineum perawatan perineum
O:
 Klien mampu menyebukan ulang cara - cara
perawatan perineum

33
Jam 09.30 wit 5. Mengobservasi luka S:-
episiotomi O:
 Lochea rubra ± 20 cc, tidak ada oedem, tidak
ada kemerahan, jahitan tidak tampak, perineum
kembali seperti biasa, nyeri tekan masih.
Jam 10.30 wit 6. Menganjurkan pasien untuk S:
mencuci perineum dengan  Klien menyatakan lebih nyaman dan lebih keset
sabun dari depan ke belakang O:
dan untuk mengganti pembalut  Pasien menjawab akan melakukannya secara
jika sudah basah atau rutin untuk menjaga kebersihan genetalianya
sedikitnya tiap 4 jam.
III Jam 10.00 wit 7. Mengkaji produksi ASI pada S:-
klien O:
 Setelah dilakukan breast care, ASI keluar lancar,
payudara tidak bengkak.
Jam 10.15 wit 8. Menganjurkan ibu untuk S:
melakukan perawatan  Klien mengatakan akan melakukan perawatan
payudara tiap pagi hari. payudara tiap pagi hari
O:-
I, 11 Jam 10.30 wit 9. Mengukur TTV S:-
O:
 TD : 120/80 mmHg, N: 84 x/menit, Suhu
36,5ºC, RR : 22 x/menit

34
4.6 Evaluasi
Table 4.6 Evaluasi keperawatan
DIAGNOSA WAKTU EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN
Gangguan rasa Rabu ,7/07/2021 S:
nyaman nyeri b.d Jam 12.30 wit  Klien mengatakan skala
terputusnya jaringan nyeri berkurang yaitu 2.
sekunder terhadap O:
luka episiotomi  Klien terlihat rileks dan
tidak lemas
TD : 120/80 mmHg
S : 36,5 ° C
N : 84 x/ menit,
RR : 22x/ menit
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi dan
tetap Anjurkan pasien untuk
mobilitas dini / teknik
relaksasi dirumah
Resiko infeksi b.d Jam 12.45 wit S:
trauma jaringan /  Klien mengatakan sudah
kerusakan kulit mengetahui cara
perawatan perineum
O:
 Tidak ada tanda-tanda
infeksi pada luka jahitan
pada perineum
 TD : 120/80 mmHg

35
N : 84x/menit
S : 36,5° C
RR : 22 x/ menit
 Tidak ada kemerahan,
tidak ada oedem, tidak
ada perdarahan / nanah
pada luka jahitan
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
Kurangnya Jam 13.15 wit S:
pengetahuan b.d  Klien mengatakan sudah
minimnya informasi paham bagaimana cara
tentang Breast care melakukan perawatan
payudara
O:
 Klien belajar
mendemontrasikan
perawatan payudara
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi dan
Anjurkan klien melakukan
breast care tiap pagi hari saat
di rumah

36
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Kasus post partum episiotomi pada Ny. L adalah tipe lateralis atas indikasi
perineum yang kaku, efek samping dari tindakan insisi ini adalah penyembuhan
luka yang lama. Jika tidak mendapat perawatan yang optimal dapat
menimbulkan komplikasi , yaitu terjadinya infeksi pada luka episiotomi.
2. Asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny.L mulai dari pengkajian masalah
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Pada kasus Ny. L
muncul masalah keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri, resiko terjadinya
infeksi, dan kurang pengetahuan klien tentang perawatan payudara. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan sesuai intervensi yang ada didapatkan hasil
evaluasi masalah dapat teratasi sesuai dengan kriteria hasil.

5.2 Saran
Dalam hal ini penulis memberikan beberapa saran setelah mengamati masalah
kesehatan yang dialami Ibu Post Partum Dengan Episiotomi maka penulis
mengharapkan :

1. Bagi pihak institusi Pendidikan


Diharapkan pihak institusi dapat memberikan bimbingan klinik bagi
mahasiswa keperawatan untuk semakin mampu dalam melakukan asuhan
keperawatan pada Ibu Post Partum Dengan Episiotomi
2. Bagi perawat
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk
penerapan asuhan keperawatan pada Ibu Post Partum Dengan Episiotomi

37
3. Bagi pasien
Semoga dengan penulisan karya tulis ilmiah ini pasien dapat mengerti dengan
masalah kesehatan yang pasien alami dan dapat menerapkan intervensi yang
telah diberikan untuk mencapai kesembuhan yang pasien harapkan.

38
Lampiran 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Mata Ajaran : Keperawatan Maternitas

Masalah : Kurangnya pengetahuan Ibu mengenai Breast Care

Pada Masa Nifas

Pokok Bahasan : Breast Care (Perawatan Payudara)


Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Tujuan, Prinsip dan Teknik Breast Care
Sasaran : Ny.L dan Keluarga
Tempat : Ruang Mawar
Hari/tanggal : Senin, 5 Juli 2021
Waktu : 1 x 30 menit

I. Latar Belakang
Kehadiran seorang bayi dalam sebuah keluarga adalah merupakan dambaan
setiap orang. Karena dengan kehadiran seorang bayilah mereka dapat meneruskan
garis keturunan mereka. Seorang bayi tentu saja masih punya nilai ketergantungan
yang tinggi kepada kedua ortunya harus ekstra cermat dan penuh perhatian dalam
merawat bayi mereka.Untuk menunjang perawatan tersebut, seorang ibu sangat
dianjurkan untuk memberikan ASI (Air Susu Ibu) sebagai sumber makanan yang
utama seelum meraka diperbolehkan untuk mendapatkan sumber makanan yang
lainnya. Dalam proses pemberian ASI tersebut, seorang ibu harus memperhatikan
gizinya dan harus cukup pengetahuan tentang cara merawat seorang bayi dan
cara/teknik menyusui bayi yang baik dan benar. Sehingga bayi mereka bisa tumbuh
dengan baik dan sehat. Sehingga kelak bisa menjadi anak yang cerdas.

39
Pengetahuan tentang teknik menyusui bayi yang baik dan benar tidak hanya
berguna bagi ibu-ibu yang telah berkeluarga. Tapi juga berguna bagi remaja putri
agar kelak mereka bisa menyusui anak-anak mereka dengan baik dan benar

II. Tujuan intrusional umum


Setelah dilakukan Pendidikan Kesehatan tentang cara perawatan payudara
postnatal, diharapkan ibu mampu memahami dan selanjutnya melaksanakan
perawatan payudara dengan benar

III. Tujuan Intrusional Khusus


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara selama 1 x 30
menit Ny. L dan keluarga mampu :
1) Menjelaskan tujuan perawatan payudara
2) Menjelaskan cara perawatan payudara
3) Melakukan perawatan payudara post natal

IV. Metode
1) Ceramah dan tanya jawab
Metode ini digunakan untuk penyampaian materi melalui penjelasan kepada
klien Ny. L dan keluarga dengan cara tatap muka dan mempertahankan kontak
mata.
2) Diskusi
Metode ini digunakan untuk saling tukar pendapat, dan dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana klien Ny. L dan keluarga mampu menyerap tentang
materi yang telah disampaikan.

V. Materi (Terlampir)

40
VI. Kegiatan Belajar Mengajar
Hari/Tanggal/Jam KEGIATAN WAKTU PEMBAHASAN
Senin, 5 Juli 2021 Persiapan 5 menit 1. Mempersiapkan materi, media,
sasaran dan tempat
Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam
2. Perkenalkan diri dan
menyampaikan maksud dan tujuan
Inti 15 menit 1. Menjelaskan tentang materi
meliputi pengertian, tujuan, prinsip
dan Teknik breast care
2. Diskusi
Penutup 5 menit 1. Mengevaluasi tujuan penyuluhan
kesehatan, mengucapkan terima
kasih atas perhatian yang diberikan
2. Memberi salam penutup

VII. Media
Laflet

VIII. Evaluasi
1. Evaluasi Proses
Klien Ny. L dan keluarga dapat kooperatif, respon mendengarkan dan
memperhatikan penyampaian materi
2. Evaluasi Akhir
Setelah diberikan Pendidikan kesehatan klien Ny. L dan keluarga dapat
menjelaskan dan mendemonstrasikan kembali materi yang telah disampaikan

41
Lampiran 2

MATERI SAP (BREAST CARE)

A. Pengertian
Breast Care (Perawatan Payudara) adalah pemeliharaan buah dada / payudara
sehingga produksi ASI lancar dan menghindari kesulitan dalam menyusui.

B. Tujuan Breast Care


Tujuan Perawatan payudara adalah :
1) Memelihara kebersihan payudara
2) Melenturkan dan menguatkan puting susu
3) Mengeluarkan puting susu yang masuk ke dalam / datar
4) Memperlancar produksi ASI
5) Agar waktu menyusui, ASI dapat keluar dengan lancar dan menghindari
kesulitan dalam menyusui.

C. Prinsip breast care


1) Dikerjakan secara sistematis
2) Menjaga kebersihan sehari-hari
3) Memakai BH yang menopang payudara

D. Teknik breast care


a) Alat yang harus dipersiapkan
 Baby Oil / Minyak kelapa dalam tempatnya
 Kapas Dua
 Handuk besar yang bersih dan kering, Dua buah waslap
 Bengkok

42
 Gelas
 Air hangat dan air dingin dalam baskom
b) Cara perawatan payudara post natal
1. Mencuci tangan
2. Menempatkan handuk didaerah pundak ibu dan satunya lagi dibawah
payudara lalu disatukan dengan yang dipundak, kalau perlu jepit dengan
peniti agar tidak jatuh.
3. Dekatkan tempat untuk menampung air susu, kalu-kalu ada airv susu yang
menetes pada saat pengurutan nanti, bila perlu ditampung pada mangkok
plastic
4. Basahi kapas dengan minyak / baby oil, dan kompres puting susu dengan
kapas minyak tersebut selama 3-5 menit
5. Setelah 3-5 menit, bersihkan puting susu dengan gerakan memutar,
bersihkan sampai bersih
6. Ketuk-ketuk payudara dengan jari-jari tangan dengan gerakan memutar.
7. Gerakan I : Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak, Kedua tangan
diletakkan diantara kedua payudara kearah atas, samping, bawah dan
lepaskan ke arah depan (lakukan gerakan 30 kali)
8. Gerakan II : Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak , Telapak
tangan kiri menopang payudara kiri, dan jari-jari tangan saling dirapatkan,
Sisi kelingking kanan mengurut payudara kiri dari pangkal payudara ke
arah puting, demikian pula pada payudara sebelah kanan (lakukan 30 kali).
9. Gerakan III : Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak, Telapak
tangan kiri menopang payudara kiri, jari-jari tangan dikepalkan, tulang-
tulang kepalan tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah
puting (lakukan 30 kali)

43
10. Selanjutnya rangsang payudara dengan air hangat dingin bergantian,
siram/ kompres payudara dengan air hangat dulu baru air dingin, siram
bergantian sampai 5 menit.
11. Keringkan payudara dengan handuk.
12. Gunakan BH yang menopang payudara bukan yang menekan
c) Cara mengeluarkan ASI
Pijat / Urut payudara dari pangkal ke arah puting susu untuk
mengeluarkan ASI, bukan hanya memencet puting susunya saja karena dapat
menyebabkan iritasi dan ASI tidak dapat keluar dengan lancar. Jika puting
susu masuk ke dalam, cara perawatannya :
1. Letakkan kedua jari di atas dan di bawah puting
2. Regangkan daerah areola dengan menggerakkan kedua jari keatas dan
kebawah sebanyak 20 kali.
3. Letakkan kedua jari di samping kiri dan kanan puting
4. Regangkan daerah areola dengan menggerakkan kedua jari kearah kiri
dan kanan sebanyak 20 kali
5. Lakukan secara teratur sehingga puting susu menonjol.

E. Hal-hal yang harus diperhatikan


a) Ibu harus percaya diri akan kemampuan menyusui bayinya
b) Hindari pemakaian sabun pada payudara
c) Usahakan menyusui dengan kedua payudara secar bergantian kanan dan kiri
d) Hindari gerakan yang kasar yang dapat mememarkan payudara
e) Hindari stress
f) Gizi ibu harus diperhatikan untuk meningkatkan produksi ASI

44

Anda mungkin juga menyukai