Anda di halaman 1dari 59

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

Pada Ny “T “P2002Ab000 Dengan Retensio Plasenta


Di PMB Ike Wahyuningtias – Kota Probolinggo

OLEH:

IKE WAHYUNINGTIAS
NIM. 15301.11.19122

PROGRAM STUDI D – IV KEBIDANAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTERN ZAINUL HASAN

GENGGONG PROBOLINGGO

2020
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny.
“T”P2002Ab000 Dengan Retensio Plasenta di PMB Ike
Wahyuningtias - Kota Probolinggo Tahun 2020 telah disetujui
untuk dipertahankan pada seminar praktik klinik kebidanan

Tanggal 14 Agustus 2020

OLEH:

Ike Wahyuningtias
NIM. 15301.11.19122

Pembimbing Akademik Pembimbing Wahana Praktek

Tutik Hidayati , SST.M.Kes Ayu Nandia Utari, S.ST


NIDN.0702089004

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny. “T”


P2002Ab000 Dengan Retensio Plasenta di PMB Ike
Wahyuningtias Kota Probolinggo Tahun 2020 telah disetujui
untuk dipertahankan pada seminar praktik klinik kebidanan

Tanggal 14 Agustus 2020

OLEH:

Ike Wahyuningtias
NIM. 15301.11.19122

Penguji I

Nova Hikmawati , SST,M.Kes


NIDN 0712018501

iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah segala puji syukur kehadiran Allah SWT, karena hanya
dengan Rahmat dan hidayahNya menejemen asuhan kebidanan tentang retensio
plasenta ini dapat kami selesaikan dengan baik.
Adapun tujuan penulisan menejemen asuhan kebidanan ini adalah untuk
memenuhi tugas Praktik Klinik Kebidanan Prodi D-IV Kebidanan. Selain itu,
untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan kami tentang asuhan
kebidanan pada retensio plasenta.
Dalam kesempatan ini, dengan segala ketulusan dan keikhlasan kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada:
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Allalah, SH., MM. selaku Ketua Yayasan
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
2. Bapak Dr. H. Nur Hamim, S. KM., S.Kep, Ns., M.Kes selaku Ketua STIKES
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo.
3. Tutik Hidayati, SST, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Diploma IV
Kebidanan STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Pajarakan
Probolinggo dan Pembimbing pada PKK.
4. Nova Hikmawati, SSt., M.Kes , sebagai penguji.
5. Para teman-teman bidan di PMB Ike Wahyuningtias - Kota Probolinggo yang
telah membantu kelancaran penelitian ini.
6. Kedua orangtuaku, suami dan anak ku yang telah mendukung dan mendoakan
agar lancarnya perkuliahan ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa menejemen kebidanan komprehensif ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
kami mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan dan kelengkapan tugas selanjutnya.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
Probolinggo, 29 Juli 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN......................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
DAFTAR ISI....................................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................ 1
1.2 Tujuan ............................................................................................ 3
1.2.1 Tujuan Umum....................................................................... 3
1.2.2 Tujuan Khusus...................................................................... 3
1.3 Manfaat ......................................................................................... 3
1.3.1 Manfaat Teoritis................................................................... 4
1.3.2 Manfaat Praktis..................................................................... 4
1.4 Sistematika Penulisan ................................................................... 4
1.6 Ruang Lingkup.............................................................................. 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Persalinan Kala III............................................................ 6
2.2 Konsep Retensio Plasenta.............................................................. 13
2.3 Konsep Manajemen Kebidanan Retensio Plasenta........................ 24
BAB 3 ASUHAN KEBIDANAN
3.1 Data Subyektif.............................................................................. 36
3.2 Data Obyektif............................................................................... 39
3.3 Analisis Data................................................................................. 40
3.4 Penatalaksanaan ........................................................................... 40
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Data Subyektif.............................................................................. 46
4.2 Data Obyektif............................................................................... 47
4.3 Analisis Data................................................................................. 48
4.4 Penatalaksanaan ........................................................................... 48

v
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 50
5.2 Saran ............................................................................................ 50
DAFTARPUSTAKA......................................................................................... 52

vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kehamilan, persalinan dan nifas merupakan suatu proses yang
fisiologis dan berkesinambungan yang dialami oleh seorang wanita. Dalam
perkembangan kehamilan dan persalinan dan nifas dapat menjadi keadaan
yang patologis, sehingga dapat menimbulkan komplikasi apabila tidak
terdeteksi secara dini dan berujung kematian. Peran bidan sangat penting
dalam memberikan asuhan kebidanan untuk melakukan deteksi dini dengan
menerapkan asuhan kebidanan sesuai standar pelayanan kebidanan yang
diharapkan dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu serta
kematian bayi (Mandriwati : 2017).
Berdasarkan World Healt Organization (WHO) kematian ibu di
negara – negara berkembang pada tahun 2013 adalah 230 per 100.000
kelahiran hidup dibandingkan 16 per 100.000 kelahiran hidup di negara maju.
Ada perbedaan besar antara negara – negara, dengan beberapa negara yang
memiliki rasio kematian hidup yang sangat tinggi sekitar 1000 per 100.000
kelahiran hidup. Perdarahan post partum merupakan penyebab utama
kematian ibu diseluruh dunia dengan tingkat prevelensi sekitar 10,5 % atau
lebih dari 30% dari seluruh kematian ibu (WHO, 2015).
Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
2012 menunjukkan AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab
utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan post
partum. Penyebab ini dapat diminimalisir apabila kualitas Antenatal Care
dilaksanakan dengan baik (Kemenkes, 2015).
Penyebab kematian ibu berdasarkan data profil kesehatan Indonesia
2015 masih di dominasi oleh perdarahan (30,3%), hipertensi gestasional
(27,1%), infeksi 3(7,3%), partus lama (0%) dan abortus (0%). Selain
penyebab obstetric juga non obstetrik sebesar 40,8%) (Kemenkes RI : 2016).
Angka kematian di Jawa Timur masih tergolong tinggi, jumlah
kematian ibu di Jawa Timur pada tahun 2015 mencapai 531 orang, pada tahun
2016 ada 534 orang, pada tahun 2017 mencapai 529 orang, dan pada tahun

1
2018 mencapai 529 orang. Tingginya angka kematian ibu disebabkan karena
masih tingginya hipertensi dalam kehamilan sebanyak 32,4 %. Selain itu,
perdarahan pasca salinan sebanyak 20,3% (Dinkes Jatim, 2019).
Di Kota probolinggo Angka Kematian Ibu di tahun 2017 berjumlah 8
orang, pada 2018 turun menjadi 4 orang, dan tahun 2019 tercatat 3 orang dan
pada tahun 2020 sampai bulan Juni sudah ada 2 kematian 1 diantaranya
penyebabnya adalah perdarahan post partum (Dinkes Kota Probolinggo,
2020).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab langsung kematian ibu
yang terjadi sejak tahun 2012 sampai 2016 diakibatkan oleh perdarahan atau
retensio plasenta kemudian eclampsia dan preeklamsia. Namun 5 kematian
yang terjadi di tahun 2016 didominasi oleh faktor selain retensio plasenta juga
eklamsia. Retensio plasenta adalah ketika plasenta tertahan didalam Rahim
dan tidak keluar lebih dari rentang waktu yang seharusnya, yakni 30 – 60
menit setelah persalinan. Retensio plasenta dianggap sebagai kondisi yang
penting karena merupakan salah satu penyebab terjadinya perdarahan post
partum. Retensio plasenta adalah salah satu penyebab perdarahan yang paling
sering terjadi (Reininta : 2019).
Perdarahan Post Partum yang tidak ditangani dapat mengakibatkan
syok dan menurunnya kesadaran akibat banyaknya darah yang keluar. Hal ini
menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke seluruh tubuh, dan dapat
menyebabkan hipovolemiaberat. Bila hal ini terus terjadi maka akan
menyebabkan ibu tidak terselamatkan (Cuningham, 2013).
Upaya pencegahan perdarahan pasca persalinan dimulai pada tahap yang
paling dini. Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya penceghan
perdarahan pasca persalinan, diantaranya manipulasi minimal proses
persalinan, penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi
uterus pasca persalinan. Upaya rujukan obstetric dimulai dari pengenalan dini
terhadap persalinan patologis dan dilakukan saat ibu masih dalam kondisi
yang optimal (Diana sulis dkk : 2019).

2
Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik untuk membuat laporan
dengan judul “Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny“T“dengan retensio
plasenta di PMB Ike Wahyuningtias – Kota Probolinggo tahun 2020.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan sesuai standar
profesi kebidanan pada kasus retensio plasenta secara cepat, tepat dan benar.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari manajemen asuhan kebidanan ini adalah:
1. Mampu melakukan pengkajian data subjektif dengan kasus Retensio
plasenta pada Ny “T“.
2. Mampu menginterpretasi data obyektif yang ada sehingga mampu
menyusun diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan yang sesuai
dengan kasus rtetensio plasenta pada Ny“T“.
3. Mampu melakukan analisa kasus retensio plasenta pada Ny “ T “.
4. Mampu melakukan penatalaksanaan pada Ny “ T “ antara lain :
a. Mampu mengimplementasikan rencana asuhan kebidanan yang
sesuai pada ibu dengan retensio plasenta.
b. Mampu mengevaluasi asuhan yang telah diberikan pada ibu dengan
retensio plasenta.
c. Mampu menganalisis kesenjangan yang mungkin ada dalam
penatalaksanaan ibu dengan retensio plasenta.
1.3 MANFAAT PENELITIAN
1.3.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penyusunan manajemen asuhan kebidanan ini diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan kajian maupun referensi terutama dalam
mengatasi komplikasi yang terjadi yaitu retensio plasenta secara cepat ,
tepat dan benar.

3
2. Bagi Peserta Praktek
Menambah ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan
menejemen asuhan kebidanan tentang retensio plasenta secara cepat, tepat
dan benar.
1.3.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Institusi Tempat Praktek
Menjadi bahan masukan pengetahuan dan ketrampilan bagi bidan
di PMB Ike wshyuningtias dalam memberikan asuhan kebidanan pada
kasus retensio plasenta sehingga bilamana ada kasus dapat tertangani
dengan tepat, cepat dan benar.

2. Bagi Profesi Kebidanan


Menjadi bahan masukan, sumber informasi, dan sumber rujukan
ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada kasus retensio plasenta sehingga bilamana ada kasus
dapat tetangani dengan tepat , cepat dan benar
3. Bagi Pasien
Pasien dengan kasus retensio plasenta dapat di tangani dengan
tepat, cepat dan benar sehingga angka kesakitan dan kematian akibat
retensio plasenta dapat di cegah.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan menejemen kebidanan terdiri dari :
1. Pengkajian data subyektif (S), : mencatat hasil anamneses.

2. Pengkajian data obyektif (O) : mencatat hasil pemeriksaan.

3. Analisa (A) : mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.

4. Penatalaksanaan (P) : mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan


yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipasif, tindakan segera,
tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi
/follow up dan rujukan.

4
1.5 RUANG LINGKUP
1.5.1 Tempat
Tempat pengambilan kasus asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan retensio plasenta di PMB Ike Wahyuningtias - Kota Probolinggo.
1.5.2 Waktu
Waktu pengambilan kasus asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
retensio plasenta dilaksanakan tanggal 29 Juli 2020.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Asuhan Persalinan Kala III
2.1.1 Fisiologi Kala III
Dimulai sejak lahir bayi sampai lahirnya plasenta atau uri yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Rata-rata kala III berkisar 6-15 menit
setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan adanya tekanan pada
fundus uteri, baik pada primipara maupun multipara. Tempat implantasi
plasenta sering pada dinding depan dan belakang korpus uteri atau lateral.
Serta sangat jarang pada fundus uteri. Setelah bayi lahir uterus akan teraba
keras dengan fundus akan setinggi pusat beberapa menit kemudian uterus
akan berkontraksi untuk melepaskan plasenta dari tempat implantasinya
Pengeluaran akan disertai dengan pengeluaran darah serta akan mengalami
pengerutan akibat kavum uteri dan kontraksi lanjutan sehingga plasenta
dilepaskan dari perlekatannya dan pengumpulan darah pada ruang utero-
plasenter akan mendorong plaesenta keluar.
Pada kala III, miometrium berkontraksi mengikuti penyusupan volume
rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Tempat implantasi
plasenta semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka
plasenta akan terlipat,menebal, dan kemudian lepas dari dinding uterus.
Setelah lepas,plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau kedalam
vagina (Tando : 2013).

2.1.2 Mekanisme Pelepasan Plasenta


Setelah lahir bayi,uterus masih mengadakan kontraksi yang
mengakibatkan penciutan kavum uteri, tempat implantasi plasenta. Hal ini
mengakibatkan plasenta lepas dari tempat implantasinya.
1. Macam-macam pelepasan plasenta:
a. Metode Schulz
Pelepasan dimulai pada bagian tengah (sentral) dari plasenta
dan akan terjadi hematoma retro plasenta yang selanjutnya

6
mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan hematoma bagian
atas akan jatuh ke bawah dan akan menarik selaput plasenta. Bagian
plasenta yang akan muncul pada vulva adalah permukaan fetal,
sedangkan hematoma terdapat dalam kantong yang terputar balik.
Maka saat pelepasan plasenta secara schultze tidak akan terjadi
perdarahan sebelum plasenta lahir atau sebagian terlepas seluruhnya,
setelah plasenta lahir akan ada darah menggumpal mengalir.
Pelepasan plasenta dengan metode Schultze adalah cara yang paling
banyak ditemui dalam proses kala uri.
b. Metode Duncan
Plasenta lepas mulai dari bagian pinggir (marginal) yang
ditandai dengan adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta sudah
mulai terlepas. Umumnya perdarahan tidak melebihi 400ml
(Kuswanti dan Melina : 2014). Darah yang mengalir keluar antara
selaput janin dan dinding uterus, perdarahan ini telah terjadi sejak
sebagian dari plasenta dan akan berlangsung sampai seluruh plasenta
lepas. Pelepasan secara Duncan akan terjadi pada plasenta letak
rendah (Eniyati dan Sholihah : 2013).
Apabila plasenta telah lahir, umumnya otot-otot uterus segera
berkontraksi, pembuluh-pembuluh darah akan terjepit dan perdarahan
akan segera berhenti. Pada keadaan normal plasenta lahir spontan
dalam waktu lebih kurang 6 menit stelah anak lahir lengkap.
2. Tanda-tanda pelepasan plasenta
a. Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uterus
Setelah bayi lahir dan sebelum myometrium mulai
berkontraksi,uterus berbetuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya
di bawah pusat(Tando : 2015). Setelah uterus berkontraksi dan
plasenta terdorong ke bawah, uterus yang semula discoid menjadi
glober (bundar) akibat dari kontraksi uterus dan fundus berada di atas
pusat (Kuswanti dan Melina : 2013).
b. Semburan darah tiba-tiba

7
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dengan adanya gaya gravitasi. Apabila
retroplasenter pooling dalam ruang di antara dinding uterus dan
permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas maka retroplasenter
akan pecah, sehingga terjadi semburan darah dari tepi plasentayang
terlepas. Tanda ini tampak dalam waktu satu menit setelah bayi lahir
sampai lima menit (Tando : 2015).
c. Tali pusat memanjang
Tali pusat akan tampak menjulur keluar melalui vulva (tanda
Ahfeld) (Tando : 2015). Hal ini karena plasenta turun ke segmen
uterus yang lebih bawah atau rongga vagina (Kuswanti dan Melina :
2013).
d. Perubahan posisi uterus
Setelah plasenta lepas dan menempati segmen bawah Rahim,
maka uterus muncul pada rongga abdomen (uterus naik di dalam
abdomen) (Kuswanti dan Melina : 2013).
3. Pengawasan perdarahan
Prasat-prasat untuk mengetahui plasenta lepas dari tempat implantasinya:
a. Prasat Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat.
Tangan kiri menekan diatas simfisis. Apabila tali pusat masuk ke
dalam vagina menandakan plasenta belum terlepas, sebaliknya bila
tetap atau tambah maju menandakan plasenta telah lepas dari dinding
uterus. Prasat ini hendaknya dilakukan secara hati-hati, jika hanya
sebagian plasenta terlepas perdarahan abnormal akan terjadi (Eniyati
dan Sholihah : 2013).
b. Prasat Strassman
Prasat ini dilakukan dengan mengetok-ngetok fundus uterus
dengan tangan kiri dan tangan kanan meregangkan tali pusat, apabila
tali pusat bergetar berarti plasenta belum lepas, sebaliknya bila tidak
terasa getaran berarti plasenta sudah lepas dari dinding uterus. Prasat
ini menimbulkan tanda pelepasan plasenta yakni rahim menonjol di

8
atas simfisis, tali pusat bertambah panjang, rahim bundar dan keras,
serta keluar darah tiba-tiba (Eniyati dan Sholihah : 2013).
c. Prasat Klien
Untuk melakukan prasat ini, minta pasien untuk meneran,jika
tali pusat tampak turun atau bertambah panjang berarti plasenta telah
lepas bila pengejanan dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke
dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus
(Kuswanti dan Melina : 2013).
d. Prasat Manuaba
Tangan kiri memegang uterus pada segmen bawah
Rahim,sedangkan tangan kanan memegang dan mengencangkan tali
pusat kemudian tangan ditarik secara berlawanan.

2.1.3 Manajemen Aktif Kala III


Manajemen aktif kala III adalah mengupayakan kala III selesai
secepat mungkin dengan melakukan langkah-langkah yang memungkinkan
plasenta lepas dan lahir dengan cepat. Tujuan manajemen aktif kala III
adalah untuk meghasilkan kontraksi uterus yang lebih
efektif,mempersingkat waktu kala III, mencegah perdarahan dan
mengurangi kehilangan darah kala III persalinan jika dibandingkan dengan
penatalaksanaan fisiologis, sehingga dapat mengurangi angka kematian dan
angka kesakitan yang berhubungan dengan perdarahan.
Penatalaksanaan manajemen kala III dapat mencegah terjadinya kasus
perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri dan retensio
plasenta. Syarat manajemen aktif kala III yakni janin tunggal atau
memastikan tidak ada lagi janin di uterus. Dengan membuat kontraksi uterus
lebih efektif dapat memberi keuntungan di antaranya persalinan kala III
lebih singkat,mencegah perdarahan post partum dan menurunkan kejadian
retensio plasenta.
Manajemen aktif kala III dalam persalinan terdapat tiga intervensi
utama yakni pemberian uterotonika setelah kelahiran bayi,penegangan tali

9
pusat terkendali dengan menunggu pelepasan dan pengeluaran plasenta serta
masase fundus uteri.
1. Pemberian oksitosin
Pemberian oksitosin perlu dilakukan pengkajian dengan melakukan
palpasi pada abdomen untuk meyakinkan hanya ada bayi tunggal.
Pemberian oksitosin secara intramuscular pada sepertiga paha bagian luar
diberikan 1 menit setelah bayi lahir. Bila 15 menit plasenta belum lahir,
maka pemberian oksitosin kedua, evaluasi kandung kemih apakah penuh
atau tidak, bila penuh lakukan kateterisasi. Setelah 30 menit belum lahir,
maka berikan oksitosin ketiga sebanyak 10 mg dan rujuk pasien
(Kuswanti dan Melina Fitria : 2012).
Oksitosin dan ergometri kedua obat uterotonika tersebut dapat
mengurangi perdarahan pada periode postpartum. Berdasarkan penelitian
ibu hamil di nigeria, ditemukan bahwa penggunan ergometri aman untuk
klien dengan tekanan darah normal. Pada resiko tinggi seperti riwayat
hipertensi tidak dapat diberi ergometri karena ergometri meningkatkan
tekanan darah secara bermakna membahayakan jiwa ibu, sebaiknya
menggunakan oksitosin untuk lebih aman bagi ibu (Fauziyah Yulia :
2012).
2. Penengangan tali pusat terkendali
Penegangan tali pusat terkendali dilakukan dengan cara
menegangkan tali pusat secara berkala dengan mendorong uterus kearah
dorso cranial yakni kearah kepala ibu dengan tangan penolong diletakkan
di atas simphisis pubis ibu. Efek samping dari tindakan ini walaupun
jarang terjadi adalah putusnya tali pusat atau terjadinya inversi uterus.
Walaupun dikaitkan dengan kesalahan metode pelaksanaannya, namun
kejadian inversi uterus harus diwaspadai. Setelah kelahiran plasenta,
lakukan masase fundus uteri secara aktif untuk menunjang kontraksi
uterus hingga mencegah perdarahan postpartum (Fauziyah Yulia : 2012).
3. Masase fundus uteri
Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri dengan
tangan kiri sedangkan tangan kanan memastikan bahwa kotiledon dan

10
selaput plasenta dalam keadaan lengkap dari sisi maternal dan fetal.
Masase fundus uteri perlu dilakukan untuk merangsang kontraksi uterus
yang adekuat, sehingga perdarahan postpartum yang sering diakibatkan
oleh atonia uteri dapat dihindari (Fauziyah Yulia : 2012).

2.1.4 Pemeriksaaan Plasenta


Pemeriksaan plasenta terdiri dari :
1. Plasenta
Pastikan bahwa seluruh plasenta telah lahir lengkap dengan
memeriksa jumlah kotiledon yang rata-rata 15- 20 kotiledon. Periksa
dengan seksama pada bagian pinggir plasenta apakah kemungkinan
masih ada hubungan dengan plasenta lain (plasenta suksenturiata). Amati
apakah ada bagian tertentu yang seperti tertinggal atau tidak utuh, jika
kemungkinan itu ada maka segera lakukan eksplorasi untuk
membersihkan sisa plasenta (Walyani,Purwoastuti : 2015).
2. Selaput ketuban
Pada pemeriksaaan selaput ketuban setelah plasenta lahir, menilai
kelengkapan selaput ketuban untuk memastikan tidak ada bagian yang
tertinggal di dalam uterus. Dengan cara meletakkan plasenta diatas
tempat yang datar dan pertemukan setiap tepi selaput ketuban sambil
mengamati apakah ada tanda-tanda robekan dari tepi selaput ketuban.Jika
ditemukan kemugkinan ada bagian yang robek, maka segera lakukan
eksplorasi uterus untuk mengeluarkan sisa selaput ketuban karena sisa
selaput ketuban atau bagian plasenta yang tertinggal di dalam uterus akan
menyebabkan perdarahan dan infeksi (Walyani,Purwoastuti : 2015).
3. Tali pusat
Setelah plasenta lahir, periksa mengenai data yang berhubungan
dengan tali pusat yakni panjang tali pusat, bentuk tali pusat (besar,kecil
atau terpilin-pilin), insersio tali pusat, jumlah vena dan arteri pada tali
pusat serta adanya lilitan tali pusat (Kuswanti dan Melina,2013:126).

2.1.5 Pemantauan kala III

11
Pemantauan kala III antara lain :

1. Perdarahan
Jumlah darah diukur, disertai dengan bekuan darah atau tidak. Bila
jumlah darah lebih dari 500 cc, segera lakukan penatalaksanaan sesuai
faktor penyebab (Tando : 2013).
2. Kontraksi uterus
Setelah plasenta terlepas dan lahir, maka uterus akan melakukan
kontraksi. Kontraksi harus dipantau sampai kala IV persalinan, jika
didapatkan uterus berkontraksi jelek atau bahkan tidak
berkontraksi,kemungkinan terjadi atonia uteri sebagai faktor terjadinya
perdarahan pasca persalinan (Tando : 2013).
3. Robekan jalan lahir dan perineum
Saat melakukan PTT saat tidak adanya kontraksi, bidan akan
melakukan pengkajian terhadap robekan jalan lahir dan perineum.
Pengkajian dilakukan sejak awal sehingga bidan dapat segera
menentukan derajat robekan dan teknik jahitan yang tepat yang akan
digunakan sesuai kondisi pasien. Bidan memastikan apakah jumlah darah
yang keluar merupakan akibat dari robekan jalan lahir atau karena
pelepasan plasenta (Walyani,Purwoastuti : 2015).
4. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah yakni tekanan sistolik dan diastolik mulai kembali
ke tingkat sebelum persalinan. Nadi yakni secara bertahap meningkat
secara perlahan. Pernapasan akan kembali normal dan aktivitas
gastrointestinal, apabila tidak terpengaruh obat-obatan,motilitas lambung
dan absorbs kembali ke aktivitas normal, ibu bersalin yang mengalami
mual muntah selama kala III adalah hal yang abnormal (Tando : 2013).
5. Personal Hygiene Menjaga kebersihan tubuh pasien terutama pada
daerah genetalia dilakukan untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi
terhadap luka robekan jala lahir dan kemungkinan infeksi intrauterus.
Kondisi pasien yang sangat kotor akibat pengeluaran air ketuban, darah,

12
atau feses saat proses kelahiran janin. Saat plasenta telah lahir dan tidak
adanya perdarahan, maka segera keringkan bagian bawah pasien dari air
ketuban dan darah. Pasang underpad sebagai pengalas bokong yang
berfungsi untuk menampung darah. Apabila diperlukan unruk
menghitung volume darah, maka dapat dipasangkan bengkok dibagian
bokong pasien atau dapat di ketahui dari pemakaian pembalut
(Walyani,Purwoastuti : 2015).

2.1.6 Kebutuhan Ibu Pada Kala III


Kebutuhan ibu pada kala III antara lain :
1. Dukungan mental dari bidan dan keluarga atau pendamping.
2. Penghargaan terhadap proses kelahiran janin yang telah dilalui.
3. Informasi yang jelas tentang keadaan pasien sekarang dan tindakan apa
yang akan dilakukan.
4. Menjelaskan pada pasien yang harus dilakukan untuk membantu
mempercepat kelahiran plasenta yakni kapan akan meneran dan posisi
apa yang mendukung untuk pelepasan dan kelahiran plasenta.
5. Merasa nyaman karena terbebas dari bagian bawah yang basah
dikarenakan darah dan air ketuban.
6. Hidariasi (Kuswanti dan Melina : 2013).

2.2 Konsep Retensio Plasenta


2.2.1 Defenisi Retensio Plasenta
Retensio plasenta merupakan plasenta yang tidak terpisah dan
menimbulkan hemorhage yang tidak disadari dan disadari ketika durasi
waktu yang berlalu antara kelahiran bayi dan kelahiran plasenta yang
diharapkan. Dalam berbagai ilmu atau tenaga kesehatan khususnya bidan
akan menunggu selama setengah jam untuk mengetahui bahwa plasenta
tertahan dalam uterus atau belum lepas atau pun terlepas,namun tertahan
akibat kontriksi yang terjadi pada ostium uteri (Tando : 2013).
Plasenta yang tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir
disebut sebagai retensio plasenta. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan

13
pertolongan aktif kala III dapat disebabkan oleh adhesi yang kuat antara
plasenta dan uterus (Saifuddin : 2014). Retensio plasenta merupakan
tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau lebih dari 30 menit
setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus (Oktarina, M : 2016).

2.2.2 Klasifikasi Retensio Plasenta


Klasifikasi retensio plasenta terdiri dari beberapa jenis antara lain:
1. Plasenta adhesiva
Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot karion
plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi
fisiologis.
2. Plasenta akreta
Plasenta akreta adalah implantasi jonjot karion plasenta hingga
menembus sebagian lapisan miometrium.
3. Plasenta inkreta
Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot karion plasenta hingga
mencapai atau melewati miometrium.
4. Plasenta perkreta
Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot karion plasenta yang
menembus lapisan miometrium hingga mencapai lapisan serosa dinding
uterus.
5. Plasenta inkarserata
Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum
uteri, disebabkan oleh kontruksi ostium uteri.
(Oktarina, M : 2016)

2.2.3 Predisposisi Retensio Plasenta


Faktor resiko yang dapat terjadi pada tertahannya plasenta atau plasenta
tidak lahir selama durasi 30 menit yakni riwayat retensio plasenta,persalinan
premature, bekas luka operasi uterus, usia diatas 35 tahun dan
Grandemultipara (Akinola,dkk : 2013).

14
Menurut Walyani,Purwoastuti (2013) bahwa predisposisi retensio
plasenta atau faktor resiko retensio plasenta adalah grandemultipara, bekas
operasi pada uterus, plasenta previa karena pada bagian ishmus uterus,
pembuluh darah sedikit sehingga menembus jauh kedalam dan kehamilan
gemeli atau ganda yang memerlukan implantasi plasenta yang sedikit luas
serta infertilitas disebabkan karena lapisan endometriumnya tipis.

2.2.4 Etiologi Retensio Plasenta


Penyebab retensio plasenta antara lain :
1. Plasenta belum terlepas dari dinding uterus karena melekat dan tumbuh
lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya :
a. Bila plasenta belum lepas sama sekali, maka tidak akan terjadi
perdarahan tetapi bila sebagian plasenta telah terlepas maka akan
terjadi perdarahan, hal ini akan menjadi indikasi untuk segera
mengeluarkannya.
b. Plasenta kemungkinan tidak keluar disebabkan oleh vesika urinaria
atau kandung kemih dan rektum penuh, hal yang harus dilakukan
dengan mengosongkannya.
c. Dapat diketahui plasenta telah lepas atau belum saat tindakan
pemeriksaan dalam dan tarikan tali pusat serta terjadi lebih dari 30
menit maka dapat dilakukan plasenta manual.
(Maryunani, Yulianingsih : 2016).
2. Plasenta telah terlepas dari dinding uterus, namun belum keluar karena
atonia uteri atau adanya konstriksi pada bagian bawah Rahim (akibat
kesalahan penanganan kala III) yang menyebabkan plasenta tidak lahir
(plasenta inkarserata) (Walyani,Purwoastuti : 2015). Penyebab funsional
terjadinya retensio plasenta yakni his kurang kuat (sebab terpenting),
plasenta sukar terlepas karena tempat insersi di sudut tuba, bentuknya
plasenta membranacea, plasenta anularis dan ukuran plasenta sangat kecil
disebut plasenta adhesive. Sedangkan sebab patologi-anatomis yakni
klasifikasi dari perlekatan plasenta (Pudiastuti : 2012).

15
2.2.5 Anatomi
1. Plasenta
a. Bentuk dan ukuran
Plasenta berbentuk bundar atau oval, ukuran dari diameter 15-20
cm, tebal 2-3 cm, berat 500-600 gram. Rata-rata plasenta atau uri
berbentuk lengkap pada kehamilan kira-kira 16 minggu, tampak ruang
amnion telah mengisi seluruh rongga uterus.
b. Letak plasenta dalam uterus
Letak plasenta normal umumnya pada korpus uteri bagian depan
atau belakang agak kearah fundus uteri. Apabila letak plasenta
dibagian bawah dikatakan plasenta previa parsial,marginal dan totalis.
c. Pembagian plasenta
Plasenta terbagi dua yakni pada bagian fetal (janin) terdiri dari
karion frondosom dan vili, di bagian permukaan janin terdapat amnion
yang tampak licin,sedangkan pada bagian bawah amnion terdapat
banyak cabang-cabang pembuluh darah tali pusat. Tali pusat akan
melakukan insersi pada plasenta bagian permukaan janin. Sedangkan
pada bagian maternal (ibu) terdiri atas desidua kompakta yang
terbentuk dari beberapa lobus dan kotiledo (15-20 buah). Desidua
basalis plasenta matang disebut lempeng karion dimana sirkulasi utero
plasenta berjalan ke ruang-ruang intervili melalui tali pusat. Sehingga
untuk aliran darah ibu dan janin terpisah.
d. Faal plasenta
Nutrisi diperlukan untuk pemberian makanan terhadap janin.
Respirasi digunakan sebagai alat penyalur zat asam dan pembuangan
CO2 Ekskresi sebagai alat pengeluaran sampah metabolisme. Produksi
sebagai alat penghasil hormonehormon. Imunisasi sebagai alat
penyalur bermacam-macam antibody ke janin, dan pertahanan
digunakan sebagai alat menyaring obat-obatan dan kuman-kuman
yang dapat melewati plasenta.

16
e. Hormone plasenta
Hormone-hormon yang di hasilkan plasenta yakni HCG (human
chorionic gonadotropin), plasenta lactogen (chorionic
somatomamotropin), estrogen, progeteron serta hormone lainnya.
f. Tipe plasenta
Menurut bentuknya terdiri atas plasenta normal,plasenta
membranosa (tipis), plasenta suksenturiata (1 lobus), plasenta spuria,
plasenta bilobus (2 lobus), dan plasenta trilobus (3 lobus). Menurut
perlekatannya terdiri dari plasenta adhesive(melekat),plasenta akreta
(lebih melekat), plasenta ankreta (melekat sampai ke otot polos) dan
plasenta perkreta/sampai serosa (Jannah : 2012).
2. Selaput ketuban
Ruang yang dilapisi oleh selaput janin (amnion dan karion) berisi
air ketuban (liquor amnii). Ciri-ciri kimiawi dari amnion yakni volume
air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500cc. Bila
volume air ketuban < 500cc disebut oligohidramnion,volume air ketuban
>2000cc disebut polihidramnion. Air ketuban berwarna putih keruh,
berbau amis, dan berasa manis. Reaksi agak alkalis atau netral dengan
beta jenis 1,0008 dengan komposisi terdiri dari 98% air,sisanya
albumin,urea,verniks caseosa,rambut lanugo,asam urine,kreatin sel-sel
epitel dan garam anorganik. Kadar protein kira-kira 2,6% g/liter,terutama
albumin. Faal dari air ketuban yakni untuk proteksi janin,mencegah
perlekatan janin dengan amnion, janin dapat bergerak bebas, regulasi
terhadap panas dan perubahan suhu,meratakan tekanan intra uteri,
membersihkan jalan lahir bila ketuban sudah pecah, dapat mempercepat
peredaran darah ibu dan perputaran cepat kira-kira 350 - 500 cc. Air
ketuban berasal dari kencing janin (fetal urine), transfusi dari darah ibu,
sekresi dari epitel amnion da nasal campuran (mixed origin). Beberapa
cara untuk mengenali air ketuban di antaranya dengan lakmus yang akan
berwarna biru ketika lakmus terpapar air ketuban. Secara makroskopis
akan berbau amis, adanya lanugo, verniks caseosa dan ketuban akan
bercampur mekonium. Namun secara mikroskopis akan tampak lanugo

17
dan rambut serta dalam pemeriksaan laboratorium kadar urea rendah
dibanding dengan air kemih (Jannah : 2012).
3. Tali pusat
Struktur tali pusat merentang dari pusat janin hingga ke plasenta
bagian permukaan fetal janin. Warna bagian luar putih merupakan tali
yang terpilin dengan panjang rata-rata 55-59 cm, diameter 1-2,5 cm.
Terdiri dari zat seperti agar-agar yang disebut jelly harton yang
mencegah kompresi pembuluh darah sehingga pemberian makanan yang
kontinu untuk embrio-janin. Struktur dari tali pusat terdiri atas 2 arteri
umbilikalis (menghubungkan sistem kardiovaskuler) terbentuk kira-kira
minggu ke sepuluh) serta jelly harton (jaringa lembek yang berfungsi
untuk melindungi pembuluh darah). Adapun jenis dari tali pusat yaitu
insersi sentralis (di tengah), insersi lateralis, insersi marginal dan insersi
velamentosa (Jannah : 2012).
2.2.6 Tanda dan Gejala Retensio Plasenta
Gejala yang secara umum selalu ada yakni plasenta belum lahir
dalam waktu 30 menit dan perdarahan segera kontraksi uterus baik. Gejala
yang kadang timbul yakni tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi
uteri akibat tarikan, dan perdarahan lanjutan. Plasenta atau sebagian selaput
(mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera dan
kontraksi uterus baik tapi tinggi fundus tidak berkurang.
Tabel Gambaran dan Dugaan Penyebab Retensio Plasenta

Gejala Separasi/ Plasenta Plasenta Akreta


Ankreta Parsial Inkarserta
Kontraksi Uterus Kenyal Keras Cukup
Tingi Fundus Sepusat 2 jari di bawah Sepusat
pusat
Bentuk Fundus Discoid Agak globuler Discoid
Perdarahan Sedang – banyak Sedang Sedikit / Tidak ada
Tali Pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak Terjulur
Ostium Uteri Terbuka Kontriksi Terbuka
Separasi Plasenta Lepas sebagian Sudah lepas Melekat seluruhnya
Syok Sering Jarang Jarang sekali

18
(Nugroho : 2011)
Pada gambaran dan dugaan penyebab retensio, untuk jenis retensio
plasenta dengan separasi parsial penatalaksanaan tindakan, dapat
melakukan peregangan tali pusat terkendali. Untuk pelaksanaaan
sebelumnya melakukan pemasangan infus oksitosin 20 unit dalam 500cc
NS/RL dengan 40 tetesan per menit. Bila perlu, kombinasikan dengan
misoprostol 400mg melalui rectal (sebaiknya tidak menggunakan
ergometrin karena kontraksi tonik yang timbul dapat menyebabkan
plasenta terperangkap dalam kavum uteri). Jika peregangan tali pusat
terkendali gagal maka lakukan manual plasenta. Pemberian cairan untuk
menghindari hipovolemia dan melakukan transfusi darah apabila
diperlukan dan pemberian antibiotika profilaksis (ampisilin 2g IV/oral
dan metronidazol 1g supositoria/oral) (Pudiastuti : 2012).
Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta dalam kavum
uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri. Penanganan pada plasenta
inkarserata yakni dengan mencoba 1-3 kali dengan prasat Crede. Bila
prasat Crede gagal, maka lakukan manual plasenta,transfusi darah bila
perlu dan pemberian uterotonika dan antibiotik (Kuswanti dan Melina :
2014).
Plasenta akreta adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan implantasi plasenta yang sangat kuat menempel pada
dinding uterus, akibat dari tidak adanya desidua basalis dan ketidak
sempurnaan pembentukan lapisan fibrinoid atau lapisan nitabuch.
Plasenta akreta umumnya dapat diketahui ketika pecahnya ketuban
disertai perdarahan vagina, kegawatan janin, bahkan kematian janin.
Ketika terjadi perdarahan akut dari plasenta akreta yang pecah,
direkomendasikan untuk segera melahirkan. Plasenta akreta dapat
didiagnosis sebelum kelahiran dengan menggunakan USG.
Penatalaksanaan utama untuk plasenta akreta bergantung pada diagnosis
prenatal yakni melalui tindakan operatif (Fauziyah,Yulia : 2012).

2.2.7 Penanganan Retensio Plasenta

19
1. Penanganan secara umum
a. Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk men dan jika
terasakan plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut.
b. Pastikan kandung kemih sudah kosong. Apabila diperlukan lakukan
kateterisasi kandung kemih.
c. Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit secara
Intamuskular, jika belum dilakukan pada kala III.
d. Jangan berikan ergometrin karena dapat menyebabkan kontraksi
uterus yang tonik yang bisa memperlambat pengeluaran plasenta.
e. Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin
dan uterus teraba berkontraksi lakukan penarikan tali pusat terkendali.
f. Jika traksi pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk
mengeluarkan plasenta secara manual.
g. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji pembekuan darah
sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau
adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan
koagulapati.
h. Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam,secret vagina yang berbau),
berikan.
i. antibiotik untuk metritis.
2. Penanganan secara khusus
a. Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan
yang di ambil.
b. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi
plasenta tidak terjadi coba traksi terkontrol tali pusat.
c. Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan 40 tetes
permenit.
d. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400 mg per rektal
(sebaiknya tidak menggunakan ergometrin karena kontraksi tonik
yang timbul dapat meny
e. ebabkan plasenta terperangkap dalam kavum uteri).

20
f. Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta lakukan manual
plasenta secara hati-hati dan halus untuk menghindari terjadinya
perforasi dan perdarahan.
g. Lakukan transfusi darah apabila diperlukan.
h. Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 2g IV/oral + metronidazole
1g supositorial/oral).
i. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat,infeksi dan syok
hemoragik.
2.2.8 Penatalaksanaan Retensio Plasenta

21
(Kemenkes dan HOGSI : 2013)
Menurut WHO, Pengeluaran dengan manual plasenta merupakan
prosedur kebidanan yang umum dilakukan pada tahap kala III persalinan
sebagai tindakan segera terhadap plasenta yang tertahan selama durasi 30
menit. Manual Plasenta adalah tindakan untuk melepaskan plasenta secara
manual dengan tindakan menjemput dengan tangan dari tempat
implantasinya dan kemudian melahirkan melalui kavum uteri.
Prosedur

22
1. Persiapan
a. Pasang infus set dan
cairan infus.
b. Jelaskan pada ibu
prosedur dan tujuan tindakan.
c. Lakukan anastesi
verbal atau analgesia per rectal.
d. Siapkan dan jelaskan
prosedur pencegahan infeksi.
2. Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri
a. Pasang sarung tangan panjang DTT
b. Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong.
c. Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan
dengan satu tangan sejajar lantai.
d. Secara obstetric masukkan tangan lainnya (punggung tangan
menghadap ke bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah
tali pusat.
e. Setelah mencapai ujung serviks, minta asisten atau penolong lain
untuk memengang klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar
untuk menahan fundus uteri.
f. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke
kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
g. Bentangkan tangan obstetric menjadi datar seperti posisi jari-jari
merapat.
h. Menentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling
bawah.Bila plasenta berimplantasi dikorpus belakang, tali pusat tetap
di sebelah atas dan sisipkan ujung-ujung jari tangan diantara plasenta
dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap kebawah.
Bila korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat
dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan diding uters
serta punggung tangan menghadap ke atas.

23
i. Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus
maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke
kanan dan kiri sambil digeserkan ke atas (cranial ibu) hingga semua
perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.
j. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan
eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal.
k. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen
bawah uterus) kemudian instruksikan asisten atau penolong untuk
menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar.
l. Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimfisi)
uterus kearah dorso-kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan
plasenta di dalam wadah yang telah di sediakan.
m. Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepas) dan peralatan lain
yang digunakan.
n. Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
o. Cuci tangan dengan prinsip 6 langkah cuci tangan dibawah air
mengalir
p. Dengan sabun,kemudian keringkan dengan handuk bersih.
q. Periksa kembali tanda-tanda vital.
r. Mencatat kenadaan umum ibu dan laporan tindakan.
s. Menulis rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dari
asuahan lanjutan.
t. Memberitahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai
tetapi ibu.
u. Masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan.
v. Melanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum
w. Dipindahkan keruang rawat gabung.

2.3 Konsep Manajemen Kebidanan Retensio Plasenta


Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung
jawab dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki

24
kebutuhan dan masalah kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru
lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan
kesehatan masyarakat. Varney menjelaskan bahwa manajemen kebidanan
adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan,
keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu
keputusan yang terfokus pada klien.

2.3.1 Metode Pendokumentasian menurut SOAP


Adapun konsep Manajemen Kebidanan dengan retensio plasenta
dengan Metode Pendokumentasian dengan SOAP adalah sebagai berikut :
1. DATA SUBYEKTIF
Data yang di dapat dari wawancara langsung kepada klien ibu bersalin
terdiri dari:
a. Biodata (istri dan suami)
Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan
klien secara keseluruhan yang terdiri dari data ibu dan suami (Astuti,
2017) meliputi: nama,umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan dan
alamat.
1) Nama
Untuk dapat mengenal, mencegah kekeliruan bila ada nama yang
sama, dan agar tidak keliru dalam memberikan penanganan pada
kasus retensio plasenta .
2) Umur
Umur ditanyakan untuk memastikan resiko yang akan terjadi pada
ibu karena faktor umur . Menurut KSPR dicantumkan usia aman
untuk hamil adalah antara ≥ 16 dan ≤ 35 tahun.
3) Agama
Berhubungan dengan perawatan penderita yang berkaitan dengan
ketentuan agama. Dalam keadaan gawat ketika memberi pertolongan
dan perawatan dapat diketahui dengan siapa harus berhubungan.
4) Suku/Bangsa

25
Mengetahui kondisi sosial budaya ibu yang mempengaruhi perilaku
kesehatan.
5) Pendidikan
Mengetahui tingkat intelektual, tingkat pendidikan karena
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang dan untuk
mengetahui sejauh mana ibu mengerti KIE dari petugas.
6) Pekerjaan
Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonomi yang
mempengaruhi gizi pasien.
7) Alamat
Menjaga kemungkinan bila ada ibu yang namanya sama dan
diperlukan untuk mengadakan kunjungan kepada klien
b. Alasan Kunjungan/Keluhan
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat pengkajian berkaitan
dengan ibu mau melahirkan, mis: apakah terdapat tanda-tanda
persalinan seperti kontraksi semakin sering, terdapat lendir darah, dan
apakah terdapat rembesan air ketuban.
c. Riwayat Kesehatan Ibu
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu tidak sedang menderita penyakit menurun (diabetes melitus,
hipertensi), penyakit menular (HIV, hepatitis, TBC, IMS), penyakit
sistemik (ginjal, jantung).
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu tidak pernah menderita penyakit menurun (diabetes melitus,
hipertensi), penyakit menular (HIV, hepatitis, TBC, IMS), penyakit
sistemik (ginjal, jantung).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun (diabetes
melitus, hipertensi), penyakit menular (HIV, hepatitis, TBC, IMS),
penyakit sistemik (ginjal, jantung), dan riwayat gemeli.
4) Riwayat Menstruasi

26
Untuk mengetahui menarche, siklus, lama, banyaknya, haid teratur
atau tidak, sifat darah, disminorhoe atau tidak.
5) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui setatus perkawinan klien dan lamanya
perkawinan.
6) Riwayat kehamilan , Persalinan dan Nifas yang lalu
a) Kehamilan: Untuk mengetahui berapa umur kehamilan ibu, hasil
pemeriksaan kehamilan, berapa kali ibu hamil, apakah pernah
abortus.
b) Persalinan: Untuk mengetahui persalinan yang lalu Spontan atau
buatan/operasi lahir aterm atau prematur ada perdarahan atau
tidak, waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat
melahirkan.
c) Nifas: Untuk mengetahui hasil akhir persalinan (abortus, lahir
hidup, apakah dalam kesehatan yang baik) apakah terdapat
komplikasi atau intervensi pada masa nifas dan apakah ibu
tersebut mengetahui penyebabnya.
7) Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat kehamilan sekarang perlu dikaji untuk mengetahui apakah
ibu resti atau tidak, meliputi:
a) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) Digunakan untuk
mengetahui umur kehamilan.
b) Hari Perkiraan Lahir (HPL) Untuk mengetahui perkiraan lahir.
c) Keluhan-keluhan Untuk mengetahui apakah ada keluhan-keluhan
pada trimester I, II, dan III.
d) Ante Natal Care (ANC) Mengetahui riwayat ANC, teratur/ tidak,
tempat ANC, dan saat kehamilan berapa.
e) Penggunaan obat-obatan dan jamu atau rokok. Merokok, minum
alkohol dan minum obat-obatan tanpa indikasi perlu untuk
diketahui.
8) Riwayat KB

27
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kotrasepsi
jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan
kotrasepsi. Misalnya salah satu efek samping dari penggunaan
kontrasepsi pil kombinasi adalah terjadinya perdarahan.
9) Pola kebiasaan sehari- hari
a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, pantangan makanan.
b) Eliminasi
Menggambarkan tentang pola eliminasi klien BAB dan BAK,
frekuensi, bagaimana konsistensinya, apakah dalam kondisi atau
ada masalah yang membutuhkan penaganan.
c) Personal Hygiene
Untuk mengetahui berapa kali ibu mandi, gosok gigi, keramas,
ganti pakaian dalam dan luar/hari.
d) Istirahat
Untuk mengetahui bagaimana pola tidurnya, berapa lama tiap
hari, waktu tidur, apakah ada gangguan.
e) Aktifitas
Untuk mengetahui apakah ibu dapat istirahat atau tidur sesuai
kebutuhannya. Berapa jam ibu tidur dalam sehari dan kesulitan
selama ibu melakukan istirahat. Kebutuhan tidur + 8 jam pada
malam hari dan 1 jam pada siang hari.
f) Seksual
Untuk mengetahui bagaimana pola sexual suami isteri. Nutrisi.
g) Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya,
misal wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis
selama masa bersalin. Kemungkinan klien dan suami
mengharapkan dan senang dengan kehamilan ini atau
kemungkinan klien cemas dan gelisah dengan kehamilannya.
h) Data Riwayat social, ekonomi dan budaya.

28
Untuk mengetahui kemungkinan hubungan klien dengan suami,
keluarga dan masyarakat baik, kemungkinan ekonomi yang
kurang mencukupi, adanya kebudayaan dan adat istiadat yang
akan menguntungkan atau merugikan akan mempengaruhi
kehamilan dan persalinan.
i) Data Riwayat spiritual
Untuk mengetahui klien melakukan ibadah agama dan
kepercayaan dengan baik.
2. DATA OBYEKTIF
Data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik pada ibu bersalin yang
terdiri dari inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi terdiri dari:
a. Pemeriksaan fisik secara Umum
Keadaan Umum : Mengetahui kesadaran secara keseluruhan.
Kesadaran : mengetahui tingkat kesadaran
Tanda tanda Vital :
 TD : 80-120 / 60-80 mmHg
 Nadi : normal 60-90 kali/menit
 RR : normal 16-20 kali/menit
 Suhu : 36,5-37,5 oC kali/menit
Antropometri :
 BB : Penambahan pada ibu hamil Trimester III
adalah0,5 kg perminggu.
 TB : ≥145 cm
 IMT :19,8-26
 LILA : normal >23,5 cm
 KSPR : skor 2-6
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan ialah:
1) Inspeksi
Proses observasi pandang dengan menggunakan mata untuk
mendeteksi tanda tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik.

29
Kepala : Bersih/tidak, ada benjolan/tidak, warna Rambut ,
ada ketombe/tidak.
Muka : Simetris/tidak, odema/tidak dan pucat tidak .
Mata : Simetris (+/+), konjungtiva pucat/tidak, sclera
icterus/tidak, kelopak mata /palpebrae,
odem/tidak.
Mulut dan gigi : Simetris/tidak, stomatitis/tidak, karies/tidak.
Hidung : Simetris/tidak , secret/tidak, hygiene, Hidung ,
tampak pernafasan cuping hidung/ tidak.
Telinga : Simetris/tidak , ada serumen/tidak, hygiene
telinga.
Leher : Simetris/Tidak, pembesaran kelenjar tyroid
/tidak, pembesaran vena jugularis/tidak,
pembengkakan kelenjar limfe dan thyroid /tidak.
Dada : Simetris/tidak, tipe pernafasan dada.
Payudara : Ada benjolan/tidak, nyeri tekan/tidak puting susu
bersih dan menonjol/tidak, terdapat kolostrum,
puting susu menonjol /tidak.
Axila : Tampak pembesaran kelenjar limfe/tidak.
Abdomen : Tidak ada bekas SC, terdapat strie gravidarum,
terdapat linea, pembesar sesuai kehamilan,
terdapat benjol tidak.
Ginetalia : Vulva, vagina dan perineum Ada varises/ tidak,
tampak tumor/tidak, blood slem ada/tidak,
tampak lesi /tidak.
Anus : Haemorhoid / tidak.
Ekstermitas atas : Simetris/tidak, varises/ tidak, tampak odema/
tidak, tampak kekakuan sendi dan otot/tidak.
Ekstermitas bawah : Simetris /tidak, varises /tidak, tampak odem
/tidak, tampak kekakuan/ tidak.
2) Palpasi
Pemeriksaan dengan cara di raba.

30
Kepala : Teraba benjolan/ tidak di kepala.
Leher : Bendungan vena jugularis dan bendungan
kelenjar tiroid.
Payudara : Adakah benjolan abnormal, adakah nyeri tekan.
Abdoment : Teraba benjolan/tidak, ada massa/tidak, apakah
TFU sesuai Usia kehamilan/ tidak.
Palpasi Leopold
Leopold I : Bagian fundus teraba lunak dan tidak melenting
(bokong). TFU sesuai dengan umur kehamilan.
TFU (cm).
Leopold II : Pada bagian kanan/kir teraba panjang keras seperti
papan (punggung) satu sisi uterus dan pada sisi
yang lain teraba bagian kecil janin atau sebaliknya.
Leopold III : Teraba bagian yang bulat, keras dan melenting
(presentasi kepala).
Leopold IV : Divergen : bagian terendah janin masuk kedalam
rongga panggul dan sudah melewati PAP.
Mc Donald = TFU : 3,5 =... bulan
TBJ = (TFU-11) X 155 = ... gram
Ektermitas atas : teraba bengkak/ tidak.
Ekstermitas bawah : teraba bengkak / tidak.
3) Auskultasi
Abdomen : Bising usus ada / tidak
DJJ : 120-160 x/menit
4) Perkusi
Memeriksa dengan cara mengetuk
Abdomen : Kembung / tidak
Ekstremitas bawah : Reflek Patella +/+
5) Pemeriksaan Dalam
Vagina Touchar (VT) : Vulva/vagina lendir darah, pembukaan ….
cm, porsio menipis, effacement ....%,
ketuban (+/-) ,preskep, UKK jam ….,

31
moulage …, hodge …., ada/tidak ada bagian
kecil disamping kepala.

6) Data Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung diagnosa seperti
pemeriksaan laboratorium (hemoglobin, golongan darah, protein
urine, glukosa urine), pemeriksaan USG.

3. ANALISA
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
data subjektif dan data objektif. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti
perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan
pasien, dapat terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat.
Dx : Diagnosa yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup
praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama)
diagnosis kebidanan. Diagnosis yang dapat ditegakkan pada kasus
retensio plasenta yaitu P….Ab….Kala III dengan retensio plasenta.
Ds : Data yang berhubungan atau masalah dari sudut pandang pasien.
Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhan yang dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan
langsung dengan diagnosis. Data subjektif pada kasus retensio
plasenta adalah ibu merasa lemah dan tidak ada semburan darah atau
ada semburan darah sedikit atau banyak.
Do : Pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain.
Data obyektik yang didapatkan pada kasus retensio plasenta adalah :
1) Keadaan umum lemah.
2) Kesadaran komposmentis.
3) Tanda-tanda vital : Nadi cepat dan lemah , tensi turun ,
pernafasan dangkal dan cepat.
4) Kontraksi Uterus lembek.

32
5) Pengeluaran pervaginam berupa darah mengalir sedikit, tali pusat
masih nampak di vagina.

4. PENATALAKSANAAN
Perencanaan dibuat saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan
disusun berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data yang bertujuan
untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraannya. Pelaksanaan asuhan sesuai rencana
yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan dalam rangka mengatasi
masalah pasien. Dalam planning ini mencakup intervensi, implementasi
dan evaluasi terhadap asuhan kebidanan pada pasien.
Perencanaan yang dapat dilakukan bidan dalam penanganan kasus
atonia uteri yaitu dengan penatalaksanaan retensio plasenta yaitu:
a. Melakukan Pendekatan Pada Ibu dan Keluarga
R/ ibu dan keluarga lebih kooperatif terhadap penjelasan dan tindakan
yang akan dilakukan.
b. Memberitahu hasil pemeriksaan dan kondisi ibu saat ini (terjadi
retensio plasenta atau plasenta belum lahir lebih dari 30 menit) pada
ibu dan keluarga.
R/ Informasi dapat membantu ibu dan keluarga menjadi kooperatif
dalam melakukan tindakan.
c. Melaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan.
R/ Dengan memberi penjelasan pada ibu tentang keadaan dan
tindakan yang akan dilakukan, ibu dan keluarga akan mengerti dan
bekerjasama untuk tindakan tersebut agar dapat berjalan dengan
lancar.
d. Melakukan inform consent untuk tindakan yang akan dilakukan.
R/ untuk mengetahui bahwa pasien setuju atas tindakan yang akan
dilakukan tenaga kesehatan,sehingga dapat bekerjasama dalam
pelaksanaannya dan menerima segala hasil dari tindakan tersebut.

33
e. Meminta bantuan teman sejawat (bidan) untuk kolaborasi dalam
penanganan retensio plasenta.

R/ kolaborasi dengan teman sejawat agar kasus retensio plasenta dapat


ditangani dengan cepat dan tepat.
f. Melakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum baik ibu
termasuk tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, suhu).
R/ Dengan di periksa tanda-tanda Vital dapat di ketahui keadaan ibu
secara umum .

g. Melakukan pemasangan infus menggunakan jarum ukuran 16 atau


18 dan berikan 500 cc Ringer Laktat + 20 unit oksitosin dengan 40
tetes/menit.
R/ Jarum besar memungkinkan pemberian larutan IV secara cepat
atau untuk transfusi darah. Ringer Laktat akan membantu
memulihkan volume cairan yang hilang, pemberian oksitosin dapat
memperkuat kontraksi uterus.
h. Melakukan katerisasi jika kandung kemih penuh dengan teknik
aseptik.
R/ Membantu memperlancar proses pengeluaran plasenta dan
kontraksi uterus.

i. Melakukan penatalaksanaan plasenta manual apabila terdapat


semburan darah namun apabila tidak terdapat semburan darah maka
lakukan rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap (RS).
R/ penatalaksanaan manual plasenta dilakukan agar plasenta dapat
dilahirkan dengan lengkap dan untuk antisipasi terjadinya komplikasi.
Namun apabila tidak ada semburan darah maka harus dilakukan
rujukan karena fasilitas di tempat rujukan lebih lengkap, dan adanya
petugas yang lebih kompeten.
j. Observasi keadaan umum ibu, TTV, kontraksi uterus, tinggi fundus
Uteri (TFU), robekan jalan lahir, dan perdarahan

34
R/ Dengan melakukan pemantauan keadaan umum, TTV, kontraksi
uteri, TFU, robekan jalan lahir dan perdarahan petugas dapat
mengetahui apakah kondisi ibu masih stabil atau tidak, dan apabila
terjadi kompikasi setelah plasenta lahir maka petugas dapat segera
mempersiapakan tindakan pertolongan selanjutnya. berlangsung
normal dan untuk mengetahui tindakan selanjutnya.
k. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup dan menciptakan suasana yang
tenang.
R/ memberi kesempatan pada otot dan otak untuk relaksasi setelah
proses bersalin untuk pemulihan tenaga dapat berlangsung tenang dan
nyaman.
l. Menganjurkan ibu untuk tetap makan dan minum.
m. R/ untuk membahntu memulihkan kehilangan cairan dan memulihkan
tenaga.
n. Pemantauan kala IV, pemantauan dilakukan 15 menit jam pertama dan
30 menit pada jam ke 2 setelah plasenta lahir lengkap.
o. R/ untuk mencegah terjadinya resiko perdarahan pascapersalinan.

35
BAB 3
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY. ”T“ P2002 Ab000 DENGAN RETENSIO PLASENTA
DI PMB IKE WAHYUNINGTIAS - KOTA PROBOLINGGO

3.1 PENGKAJIAN DATA


Tanggal Pengkajian : 29 Juli 2020
Jam Pengkajian : 11.00 WIB
Tempat : PMB Ike Wahyuningtias
3.1.1. DATA SUBYEKTIF
1. Data Umum /Biodata:
Nama istri : Ny.“T “ Nama suami : Tn. “ Y “
Umur : 28 tahuN Umur : 34 tahun
Agama : Islam Agama : Islam.
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Buruh Tani
Penghasilan : - Penghasilan : tidak tetap
Alamat : Kelurahan Pohsangit Kidul RT 02 RW 04 Kecamatan
Kademangan - Kota Probolinggo.
2. Status Perkawinan:
Perkawinan : Ke 1 ( Satu )
Lama menikah : 9 Tahun
Umur Menikah : 19 Tahun

3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules, dan rasanya sudah capek.

4. Riwayat Kebidanan

36
a. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun.
Siklus :  30 hr / teratur.
Lama : 6 hari/ 3x ganti pembalut sehari.
Banyaknya : 2-3 softeks sehari.
Baunya : Amis.
Dysmenorhea : Tidak ada.
Flour Albus : Sesudah haid , berwarna putih , tidak berbau ,
tidak gatal

b. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu


Ha UK Jenis Penolong Tempat Riwayat penyakit/ penyulit JK Umur BBL H/ KB
Hamil Bersalin Nifas
mil persalinan persalinan persalinan ( th ) ( gr ) M
ke
I 9 bln Spontan Bidan PMB - Uri di - P 7 3000 H Stk
rogoh
II HAMIL INI

c. Riwayat Kehamilan Sekarang


Hamil : 2 (Tiga)
HPHT : 25 - 10 - 2019.
HPL : 02 - 08 - 2020.
ANC : TM I : 2 kali di Puskesmas
TM II: 3 kali di bidan
TM III: 3 kali di bidan
Tanda - tanda Penyulit : tidak ada
Imunisasi : TT 5
Gerakan janin : ibu mengatakan sudah merasakan gerakan
janin sejak usia kehamilan 4 bulan dan masih
dirasakan sampai sekarang dengan frekuensi
lebih dari 10 x per hari.
Kekhawatiran khusus : Tidak ada.
d. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

37
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular (Hepatitis,
TBC, HIV/AIDS), Penyakit Menurun (Asma,DM), Menahun (Jantung,
Darah Tinggi) .

e. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu mengatakan dalam keluarga tidak pernah menderita penyakit
menular (Hepatitis, TBC, HIV/AIDS), Penyakit Menurun (Asma, DM),
Menahun (Jantung, Darah Tinggi) dan tidak ada keturunan kembar.
f. Riwayat KB
Jenis kontrasepsi : Ibu mengatakan menggunakan kontrasepsi
suntikan 3 bulan.
Rencana akan datang : Ibu mengatakan ingin menggunakan KB
suntik.
Alasan : Ibu mengatakan ingin menjaga jarak anak.
5. Data Psikologis
Ibu mengatakan khawatir dan cemas dengan keadaannya saat ini.
6. Data Sosial Ekonomi
a. Penghasilan
Ibu mengatakan penghasilan suami tidak menentu
b. Penanggung jawab perekonomian
Ibu mengatakan tanggung jawab perekonomian adalah suami.
c. Pengambilan keputusan
Ibu mengatakan pengambilan keputusan dengan musyawarah keluarga.
d. Hubungan dengan suami dan keluarga
e. Ibu mengatakan hubungan ibu dengan suami, keluarga dan tetangga
baik.
7. Data Sosial Budaya
Ibu mengatakan sebelum dan selama hamil tidak ada pantangan makanan
dan tidak mengkonsumsi jamu dan obat –obatan.
8. Data Spiritual
Ibu mengatakan selama hamil mengerjakan sholat 5 Waktu.

38
9. Data Riwayat Persalinan Sekarang
Kala I:
1. Ibu merasakam sakit perut tembus belakang tanggal 29 Juli 2020 jam
05.00 WIB.
2. Masuk PMB tanggal 29 Juli 2020 jam 09.30 WIB, disertai keluar
lendir dan darah.
3. Kala I berlangsung ± 1 jam
Kala II:
1. Melahirkan tanggal 29 Juli 2020 jam 10. 30 WIB.
2. Jenis persalinan spontan.
3. Perdarahan ± 150 cc.
4. Bayi lahir sehat, Jenis kelamin Perempuan BB: 3200 gram PB 50 Cm
Kala III
Ibu mengatakan telah diberitahu bidan bahwa ari – ari bayi belum lahir
setelah 30 menit kelahiran bayi.

3.1.2. DATA OBYEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 100 /60 mmHg
Nadi : 86 x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36.8 0C
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Muka : tampak pucat, bibir tampak pucat.
Mata : konjungtiva agak pucat, sklera putih.
Abdomen : tidak tampak bekas operasi, masih nampak sedikit
pembesaran di perut..
Vulva : tampak adanya pengeluaran darah sedikit yang
mengalir, nampak adanya tali pusat yang menjulur.

39
Vagina : tampak pengeluaran darah sedikt yang mengalir,
nampak adanya tali pusat yang menjulur.
Anus : tidak tampak hemoroid.
b. Palpasi
Abdomen : kontraksi uterus lembek, TFU setinggi pusat,
globuler , kandung kencing teraba penuh.
Ekstermitas : akral pada tangan, dan pada kaki tidak teraba dingin.
c. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : HB : 10,1 gr/DL
Manajemen aktif kala 3 telah di lakukan yaitu dengan pemberian oksitosin
10 IU/IM sebelum 1 menit setelah kelahiran bayi, dan pemberian ulang
oksitosin 10 IU/IM setelah 15 menit kelahiran bayi, serta dilakukan PTT
namun saat dilakukan PTT tidak ada penambahan panjang pada tali pusat.

3.2 ANALISA
Dx: Ny“T“ P2002 Ab000 dengan Retensio Plasenta.

3.3 PENATALAKSANAAN
Tanggal 29 Juli 2020 Jam 11.00 WIB Di Puskesmas Kedopok.:
1. Melakukan konseling terapeutik, Jelaskan hasil pemeriksaan dan kondisi
pasien
E/: Pasien dan Keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan Bidan
tentang hasil pemeriksaan serta kondisi pasien.
2. Melakukan Informed consent dalam setiap melakukan tidakan
E/ : Ibu dan keluarga menyetujuinya.
3. Melakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum baik
ibu termasuk tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, suhu).
E/ : KU Cukup , Kesadaran CM , Tensi 90/65 MmHg , Nadi 90 X/mnt ,
RR 20 X/mnt , Suhu 36,8*
4. Melakukan Kalaborasi dengan teman sejawat.
E/ dalam melakukan pertolongan persalinan selalu ada teman sejawat yang
membantu.

40
5. Melakukan pemasangan dam pemberian Infus RL + Oksitosin 20
IU, dengan tetesan 40/menit.
E/ : Pemasangan dan pemberian infus RL + Oksitosin 20 IU telah
terpasang dengan baik.
6. Melakukan kateterisasi dengan tehnik aseptic
E/: Air kencing yang keluar 1 bengkok.
7. Melakukan penatalaksanaan manual plasenta (Menggunakan
sarung tangan panjang).
E/ : Plasenta lahir lengkap jam 11. 15 WIB.
8. Melakukan masase fundus uteri setelah plasenta lahir.
E/ Kontraksi uterus baik/ keras.
9. Melakukan observasi keadaan ibu, kontraksi uterus, tinggi fundus
uteri, robekan jalan lahir, dan perdarahan.
E/: Keadaan ibu cukup baik, kontraksi uterus baik/keras, TFU 2 jari di
bawah pusat, VU teraba kosong, tidak ada robekan jalan lahir, darah
mengalir ± 150 ml.
10. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu
setelah dilakukan tindakan.
E/: Ibu dan Keluarga merasa lega dan mengungkapkan rasa syukurnya.
11. Membersihkan badan ibu dari darah dan kotoran lainnya dengan
menggunakan air DTT
E/: Ibu tampak bersih dan nyaman.
12. Mengajarkan pada ibu cara mengontrol agar tetap normal yaitu
dengan cara massase fundus uteri selama 15 detik searah jarum jam.
E/: Ibu bisa melaksanakan massase dengan baik dan benar sesuai arahan.
Kontraksi Uterus baik.
13. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum, serta banyak
beristirahat.
E/: Ibu mengetahui manfaat dari makan, dan minum serta istirahat, dan ibu
akan segera melaksanakannya.
14. Melakukan Pemantauan Kala IV
E/: Hasil evaluasi : Tanggal 29 Juli 2020

41
Jam TD Nadi Suhu Tinggi fundusKandung Kontraksi
Waktu Perdarahan
ke (mmHg) (x/mnt) (0C) uteri kemih uterus
I 11.45 90/60 88 36,9 2 jri dibwh pst Kosong Baik ±50 cc
12.00 90/60 88 2 jri dibwh pst Kosong Baik -
12.15
100/70 86 2 jri dibwh pst Kosong Baik -

12.30
100/70 84 2 jri dibwh pst Kosong Baik ±50 cc

-
II 13.00 100/70 84 36,7 2 jri dibwh pst Kosong Baik

3 jari dibawah
13.30 110/70 82 Kosong Baik ± 5 cc
pst

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 29 Juli 2020/ Pukul 17.15 WIB di PMB Ike Wahyuningtias
A. DATA SUBJEKTIF
1. Ibu mengatakan bahwa keadaannya mulai membaik
2. Ibu mengatakan keluar darah pervagina sedikit
3. Klien bisa beristirahat dengan baik.
4. Ibu mengatakan masih ada nyeri tekan perut bagian atas.
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum ibu baik
a) TD : 110 /70 mmHg
b) N : 80x/menit
c) S : 36,7 0C
d) P : 20x/menit
2. Tampak masih ada sedikit pengeluaran darah dari vagina (lochea rubra)

42
3. Tidak tampak tanda tanda anaemia berat ( conjunctiva dan bibir tidak
pucat )
4. Masih ada sedikit nyeri tekan pada perut bagian bawah.
5. Kontraksi uterus baik/ keras, Kandung Kencing Kosong, TFU: 3 Jari
bawah pusat.
C. ANALISA
P2002 Ab000 dengan 6 Jam Post Partum dengan nyeri perut
bawah.
D. PENATALAKSANAAN
1. Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi secara bertahap.
E : ibu sudah mampu melaksanakan mobilisasi secara bertahap:
miring kanan dan kiri, duduk, berdiri, berjalan.
2. Menganjurkan pada ibu untuk makan-makanan yang bergizi
E : ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
3. Observasi perdarahan , Kontraksi Uterus dan TTV
E :
a) Tampak pengeluaran darah sedikit , Kontraksi Uterus baik
b) TTV
o TD : 110 /70 mmHg
o N :80x/menit
o P : 20x/menit
o S : 36,7 oC
4. Melakukan pemberian terapi.
E :
a) Amoxiccilin 500 mg/8 jam/oral
b) Asam mefenamat 500 mg/8 jam/oral
c) Sf 300 mg/24 jam/oral.
5. Melakukan pemeriksaan Cek HB
E : Hasil Hb 10,7 gr/DL

43
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 29 Juli 2020/ Pukul 20.45 WIB di PMB Ike Wahyuningtias.

A. DATA SUBJEKTIF
1. Ibu mengatakan bahwa keadaannya membaik
2. Ibu mengatakan keluar darah kecoklatan pervagina
3. Klien merasa senang dan bersyukur bayi dan kondisinya sehat.
4. Ibu dan keluarga mengatakan bersiap dan berkemas mau pulang.

B. DATA OBJEKTIF
1, Keadaan umum ibu baik
e) TD : 110 /70 mmHg
f) N : 80x/menit
g) S : 36,60C
h) P : 20x/menit
2. Tampak sedikit pengeluaran darah coklat dari vagina / lochea rubra.
3. Tidak tampak tanda tanda anaemia berat ( conjunctiva dan bibir tidak
pucat )
4. Kontraksi uterus baik/ keras, Kandung kencing : kosong ,TFU : 3 Jari
bawah pusat.

C. ANALISA
P2002 Ab000 Post Partum hari ke 1

D. PENATALAKSANAAN
1. Menganjurkan pada ibu untuk tetap melaksanakan mobilisasi.
E: ibu akan melaksanakan sesuai anjuran.
2. Menganjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihannya
E: ibu bersedia tetap menjaga kebersihannya
3. Menganjurkan pada ibu untuk makan-makanan yang bergizi
E: ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

44
4. Memberi tahu tanda-tanda Resiko tinggi nifas (perdarahan banyak,
pusing , panas tinggi , kejang , payudara bengkak ) dan segera datang
kembali ke Puskesmas bila ada tanda –tanda tersebut.
E: Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan
5. Memberi tahu dan mengajari perawatan bayi di rumah
E : Ibu mampu dan tahu tentang perawatan bayi di rumah .
6. Mengingatkan ibu 3 hari lagi untuk kontrol ( tanggal 1 Agustus
2020 ) atau kapanpun bila sewaktu waktu ada keluhan .
E : Ibu mengerti dan akan datang kontrol sesuai jadwal.

45
BAB 4
PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan pembahasan tentang manajemen asuhan


kebidanan yang akan menguraikan berdasarkan SOAP. Bab ini akan
membandingkan antara tinjauan kasus dengan teori serta opini pada Ny “T”
P2002 Ab000 dengan Reteansio Plasenta.

4.1 Data Subjektif


4.1.1 Fakta
Berdasarkan fakta yang di dapat dari anamnesa terdapat data yang
mendukung adanya kondisi pasien dengan retensio plasenta antara lain ibu
mengeluh perut masih terasa mules/ sakit dan capek, serta ari – ari belum
;ahir setelah bayi lahir 30 menit yang lalu. Dan pada riwayat persalinan
yang lalau ibu mengatakan bahwa ari – ari juga lahir setelah dirogoh oleh
bidan.
4.1.2 Teori
Plasenta yang tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir
disebut sebagai retensio plasenta. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan
pertolongan aktif kala III dapat disebabkan oleh adhesi yang kuat antara
plasenta dan uterus (Saifuddin : 2014).
Faktor resiko yang dapat terjadi pada tertahannya plasenta atau
plasenta tidak lahir selama durasi 30 menit yakni riwayat retensio plasenta,
persalinan premature, bekas luka operasi uterus, usia diatas 35 tahun dan
Grandemultipara (Akinola,dkk : 2013).
4.1.3 Opini
Dari data diatas penulis berpendapat tidak ada ksenjangan antara teori
dengan fakta. Plasenta tidak lahir lebih dari 30 menit setelah bayi lahir, serta
adanya faktor resiko pada riwayat persalinan sebelumnya yaitu adanya Uri
di rogoh.
4.2 Data Objektif
4.2.1 Fakta
Data Objektif pada kasus ini diperoleh fakta dari hasil pemeriksaan
inspeksi didapatkan adanya semburan darah sedikit, dan adanya tali pusat

46
yang masih menjulur. Sedangkan pada palpasi TFU setinggi pusat, terasa
globuler, dan kandung kemih penuh.
4.2.2 Teori
Penyebab retensio plasenta antara lain :
Plasenta belum terlepas dari dinding uterus karena melekat dan tumbuh
lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya :
a. Bila plasenta belum lepas sama sekali, maka tidak akan terjadi
perdarahan tetapi bila sebagian plasenta telah terlepas maka akan terjadi
perdarahan, hal ini akan menjadi indikasi untuk segera mengeluarkannya.
b. Plasenta kemungkinan tidak keluar disebabkan oleh vesika urinaria atau
kandung kemih dan rektum penuh, hal yang harus dilakukan dengan
mengosongkannya.
c. Dapat diketahui plasenta telah lepas atau belum saat tindakan
pemeriksaan dalam dan tarikan tali pusat serta terjadi lebih dari 30 menit
maka dapat dilakukan plasenta manual.
(Maryunani, Yulianingsih : 2016).
4.2.3 Opini
Bedasarkan data yang diperoleh diatas maka penulis berpendapat tidak
ada kesenjangan antara fakta dan teori dari semua gejala – gejala yang
terjadi/timbul pada pasien.
4.3 Analisis Data
4.3.1 Fakta
Pada kasus ini berdasarkan interpretasi yang benar atas data data yang telah
dikumpulkan maka disimpulkan diagnosanya adalah Ny “ T” P2002Ab000
dengan Retensio Plasenta.
4.3.2 Teori
Plasenta yang tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir
disebut sebagai retensio plasenta. Plasenta yang sukar dilepaskan dengan
pertolongan aktif kala III dapat disebabkan oleh adhesi yang kuat antara
plasenta dan uterus (Saifuddin : 2014). Retensio plasenta merupakan
tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau lebih dari 30 menit

47
setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus (Oktarina, M : 2016).
4.3.3 Opini
Berdasarkan data diatas maka untuk kasus Ny “T “dalam analisis data
maka penulis berpendapat bahwa tidak ada kesenjangan antara fakta dan
teori.
4.4 Penatalaksanaan
4.4.1 Fakta
Panatalaksanaan yang dilakukan antara lain :
1. Melakukan konseling terapeutik, Jelaskan hasil pemeriksaan dan kondisi
pasien.
2. Melakukan Informed consent dalam setiap melakukan tidakan.
3. Melakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum baik ibu
termasuk tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, suhu).
4. Melakukan Kalaborasi dengan teman sejawat.
5. Melakukan pemasangan dam pemberian Infus RL + Oksitosin 20 IU,
dengan tetesan 40/menit.
6. Melakukan kateterisasi dengan tehnik aseptic.
7. Melakukan penatalaksanaan manual plasenta (Menggunakan sarung
tangan panjang).
8. Melakukan masase fundus uteri setelah plasenta lahir.
9. Melakukan observasi keadaan ibu, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri,
robekan jalan lahir, dan perdarahan.
10. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu setelah
dilakukan tindakan.
11. Membersihkan badan ibu dari darah dan kotoran lainnya dengan
menggunakan air DTT.
12. Mengajarkan pada ibu cara mengontrol agar tetap normal yaitu dengan
cara massase fundus uteri selama 15 detik searah jarum jam.
13. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum, serta banyak beristirahat.
14. Melakukan Pemantauan Kala IV

48
4.4.2 Teori
Pada gambaran dan dugaan penyebab retensio, untuk jenis retensio
plasenta dengan separasi parsial penatalaksanaan tindakan, dapat melakukan
peregangan tali pusat terkendali. Untuk pelaksanaaan sebelumnya
melakukan pemasangan infus oksitosin 20 unit dalam 500cc NS/RL dengan
40 tetesan per menit. Bila perlu, kombinasikan dengan misoprostol 400mg
melalui rectal (sebaiknya tidak menggunakan ergometrin karena kontraksi
tonik yang timbul dapat menyebabkan plasenta terperangkap dalam kavum
uteri). Jika peregangan tali pusat terkendali gagal maka lakukan manual
plasenta. Pemberian cairan untuk menghindari hipovolemia dan melakukan
transfusi darah apabila diperlukan dan pemberian antibiotika profilaksis
(ampisilin 2g IV/oral dan metronidazol 1g supositoria/oral) (Pudiastuti :
2012).
4.4.3 Opini
Berdasarkan data diatas maka penulis berpendapat bahwa tidak ada
kesenjangan antara fakta dengan teori, bahwa retesio plasenta pada kasus
NY “T” dapat diatasi dengan penatalaksanaan manual plasenta .

49
BAB 5

PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori dan pengamatan langsung dari lahan


praktek melalui studi kasus tentang manajemen asuhan kebidanan pada Ny “T”
P2002 Ab 000 dengan Retensio Plasenta di PMB Ike Wahyuningtias, maka
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

5.1 Kesimpulan

1. Data Subyektif pada kasus retensio plasenta di dapatkan dari hasil


anamnesa keluhan pasien yaitu setelah bayi lahir ibu telah merasa capek
dan lelah, selain itu ibu juga merasa cemas dan khawatir karna ari – ari
bayi belum lahir setelah 30 menit kelahiran bayi.

2. Data Obyektif pada kasus ini didapatkan dari setelah lahirnya bayi dan
setelah dilakukannya manajement aktif kala III selama 30 menit plasenta
belum lahir, kontraksi uterus lembek, TFU setinggi pusat, dan kandung
kemih penuh.
3. Analisa data disimpulkan Ny “ T” P2002 Ab000 dengan Retensio
Plasenta.
4. Penatalaksanaan kasus Retensio Plasenta diantaranya adalah Informed
consent, pemasangan infus RL + Oksitosin 20 IU dg 40 tts/mnt,
mengosongkan kandung kemih, dan manual plasenta, serta masase fundus
uteri. Kemudian pemeriksaan jumlah darah yang keluar, robekan jalan
lahir, dan kontraksi uterus. Setelah itu dilanjutkan dengan pemantauan
Kala IV persalinan.

5.2 Saran
Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan kasus peneliti memberikan
sedikit masukan atau saran yang diharapkan dapat bermanfaat.

50
1. Untuk Klien
a. Menganjurkan kepada ibu hamil mencegah terjadinya retensio plasenta
dengan menurunkan faktor predisposisi yaitu untuk ber KB agar tidak
berpotensi menjadi grandemulti.
b. Menganjurkan agar setiap ibu hamil melaksanakan ANC secara rutin
agar setiap ada masalah dalam kehamilan yang akan mempengaruhi
proses persalinan dapat dicegah sedini mungkin.
c. Menganjurkan kepada setiap ibu hamil untuk meningkatkan pemenuhan
makanan bergizi hal ini untuk mencegah terjadinya komplikasi pada
proses persalinannya.
2. Untuk Bidan
a. Dalam melaksanakan tugas sebagai bidan untuk memberikan tindakan
perlu diketahui rasional setiap tindakan yanng diberikan kepada klien
dan harus dengan persetujuan klien.
b. Sebagai bidan dalam melakukan tindakan perlu membina hubungan
yang baik antara klien ataupun keluarga sehingga tercapai tujuan yang
diinginkan.
c. Profesi bidan harus mampu mengambil suatu keputusan klinik untuk
menghindari keterlambatan dalam melakukan tindakan yang cepat, tepat
dan benar untuk menurunkan AKI dan AKB.
3. Untuk Institusi
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perlu kiranya penerapan
menejemen kebidanan dalam pemecahan masalah lebih ditingkatkan dan
dikembangkan, mengingat proses tersebut sangat bermanfaat dalam
membina tenaga bidan guna menciptakan tenaga kesehatan yang
berpotensi dan berprofesional.

51
DAFTAR PUSTAKA
Andriani Rininta. 2019. Pencegahan Kematian Ibu Saat Hamil dan Melahirkan
Berbasis Komunitas.Yoogyakart : Deepublish
Ambarwati,Eny Retna dan Tri Sunarsih.2011.KDPK Kebidanan Teori dan
Aplikasi.Yogyakarta: Nuha Medika.
Billington,Mary dan Mandy Stevenson.2010.Kegawatan dalam
KehamilanPersalinan Buku Saku Bidan (critical care in childbearing for
midwives).Jakarta:EGC.
Cuningham FG.Gant NF, Levono KJ.2013. Obstetri Wiliams. Jakarta : EGC
Depkes RI.2019. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. https://pusdatin.
kemenkes.go.id
Depkes Jatim. 2019. Profil Kesehatan Jawa Timur. https://www.kemenkes.go.id
Depkes Kota Probolinggo. 2019. Profil Kesehatan Kota Probolinggo.www.
kemenkes.go.id
Departemen Kesehatan R I .2017 .Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal
( APN ) Asuhan Esensial , Pencegahan dan Penanggulangan Segera
Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir , Jaringan Nasional Pelatihan
Klinik – Kesehatan Reproduksi ( JNPK-KR ) , Jakarta.
Diana sulis, dkk. 2019. Asuhan Kebidan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Surakarta : CV Oase Group.
Eniyati dan Putri R. 2012. asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Eniyati dan Sholihah 2013. Asuhan Kebidanan pada Persalinan Patologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fauziyah,Yulia.Obstetri Patologi untuk Mahasiswa Kebidanan dan
Keperawatan.2012. Yogyakarta:Nuha Medika.
Kementerian Kesehatan Indonesia. 2015. Profil Kesehatan Indonesia.
http://www.depkes.go.id
Kementerian Kesehatan dan Himpunan Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia
(HOGSI).2013.Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta:Bina Kesehatan Ibu.

52
Kusmiyati Yuni.2012. Penuntun Belajar Keterampilan Dasar Praktik Klinik
Kebidanan.Yogyakarta : Fitramaya.
Jannah Nurul.2012. Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Ansi Pffesr.
Kuswanti Ina dan Fitria Melina.2014. Askeb II Persalinan. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Mandriwati, G.A. 2017. Asuhan Kebidanan Antenatal : berbasis kompetensi.
Jakarta : EGC
Maryuni dan Yulianingsih. 2016. Asuhan Kegawatdaruratan dalam Kebidanan.
Jakarta:Trans Info Media.
Mangkuji,Betty.dkk. 2013. Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney SOAP. Jakarta.:
EGS.
Nurhayati,dkk. 2013. Konsep Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Oktaria, Mika.2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta : Deepublish
Prawirohardjo,Sarwono. 2014. Ilmu Kebidananan. Jakarta : PT Bina Pustaka.
Pudiastuti Ratna Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Patologi.
Yogyakarta: Nuha Medical.
Saleha Sitti.2013. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas.Jakarta:Salemba Medika.
Tando Naomy Marie.2013.Asuhan Kebidanan persalinan dan Bayi Baru
Lahir.Jakarta:In Media.
Walyani dan Purwoastuti.2015. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru
Lahir.Yogyakarta:Pustaka Baru.
Wylie,Linda dan Helen Bryce.2010. Manajemen Kebidanan Gangguan Medis &
Persalinan. Jakarta:EGC.
Yulifah,Rita dan Surachmindari.2014. Konsep Kebidanan untuk Pendidikan
Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika.

53

Anda mungkin juga menyukai