Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIK PROFESI

CASE BASED DISCUSSION

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.A UMUR 22


TAHUN P1A0 DENGAN POSTPARTUM BLUES DI
PUSKESMAS BANDAR JAYA KABUPATEN LAHAT

DISUSUN OLEH :
RUNTINAH
NPM: 2126060005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


PROGRAM PROFESI STIKES TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN CASE BASED DISCUSSION
STASE NIFAS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.A UMUR 22 TAHUN P1A0


DENGAN POSTPARTUM BLUES DI PUSKESMAS BANDAR JAYA
KABUPATEN LAHAT

Bengkulu, Juli 2022

Mengetahui
Perceptor Akademik Perceptor Lahan Mahasiswa

(Elza Wulandari, SST, M. Kes) (Masnayati, SST) (Runtinah)

DAFTAR ISI
ii
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1. Latar Belakang................................................................................................... 1
2. Tujuan................................................................................................................ 3
BAB II. TINJAUAN TEORI................................................................................... 4
BAB III. DOKUMENTASI SOAP.......................................................................... 15
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................... 16
BAB V SIMPULAN................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah yang terjadi pada masa nifas adalah postpartum
blues. Angka kejadian postpartum blues di Luar Negeri cukup tinggi yakni
26-85%. Di Indonesia, diperkirakan insiden depresi postpartum sekitar 10-
15% dari perempuan yang melahirkan (Nurjanah, 2013). Sedangkan, untuk
angka kejadian postpartum blues di Indonesia antara 50-70%. Angka
kejadiannya rendah bila dibandingkan negara-negara lain (Janiwarty, Dkk,
2019).
Hasil penelitian Setyowati dan Riska pada tahun 2006 di RSU Dr.
Soetomo Surabaya mengidentifikasi bahwa dari 31 orang ibu postpartum,
terdapat 17 orang (54,84%) yang mengalami postpartum blues. Sedangkan
Albright mengemukakan angka kejadian postpartum blues di luar negeri
cukup tinggi pada ibu yang baru melahirkan sekitar 75-80% (Purwoastuti,
Dkk, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyowati dan Uke
(2006) tentang faktor yang memengaruhi terjadinya postpartum blues
didapatkan hasil bahwa sebanyak 54,84% mengalami postpartum blues yang
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya pengalaman yang tidak
menyenangkan pada periode kehamilan dan persalinan sebanyak 38,71%,
faktor psikososial (dukungan sosial sebanyak 19,35%, kualitas dan kondisi
bayi baru lahir sebanyak 16,13%) serta faktor spiritual sebanyak 9,78% (Psik,
Dkk, 2019).
Pasca melahirkan ibu akan mengalami beberapa perubahan, baik
perubahan fisik maupun perubahan psikologis. Beberapa penyesuaian
dibutuhkan oleh ibu, sebagian ibu bisa menyesuaikan diri dan sebagian tidak
bisa menyesuaikan diri, bahkan bagi mereka yang tidak bisa menyesuaikan
diri akan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai macam
4
sindrom atau gejala, yang biasa disebut dengan sindrom postpartum blues
(Hospital Majapahit, 2018). Perubahan psikis mempunyai peranan yang
sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitif, sehingga
diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga terdekat dan peran bidan untuk
menghindari perubahan psikis yang patologis (Nurjanah, 2018). Banyak bukti
menunjukan bahwa periode kehamilan, persalinan dan pascanatal merupakan
masa terjadinya stress berat, kecemasan, gangguan emosi dan penyesuaian
diri (Marmi, 2018).
Postpartum blues merupakan fenomena yang terjadi pada hari-hari
pertama postpartum yang telah dilaporkan sejak 460 tahun sebelum Masehi
(Marmi, 2017). Postpartum Blues adalah bentuk depresi yang paling ringan,
biasanya timbul antara hari ke 2 sampai 2 minggu. Postpartum blues dialami
hingga 50-80% ibu yang baru melahirkan (Dewi, 2018).
Studi Pendahuluan yang dilakukan di RB Dr.Johan Surakarta pada
bulan Januari - September 2014 didapatkan data ibu nifas sebanyak 108
pasien. Didapatkan 3 orang (2,7%) ibu nifas dengan kasus hipertensi, 4 orang
(3,7%) ibu nifas dengan bendungan ASI, dan 4 orang (3,7%) ibu nifas dengan
kasus postpartum blues (Nurmala, 2017).
Maka dengan adanya kasus ini sehingga saya tertarik untuk
menerapkan prinsip-prinsip Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Post Partum
Pada Ny.”M” Post Seksio Sesarea (SC) Hari ke II di Puskesmas Bandar Jaya
Kabupaten Lahat.

B. Tujuan
Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan postartum blues
dengan menggunakan pendekatan 7 langkah manajemen kebidanan menurut
Hellen Varney.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Teori Medis
1. Masa Nifas
a. Pengertian
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang
umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Marmi, 2017). Periode
pasca persalinan (postpartum) adalah masa waktu antara kelahiran
plasenta dan membran yang menandai berakhirnya periode intra
partum sampai waktu menuju kembalinya sistem reproduksi wanita
tersebut ke kondisi tidak hamil (Varney dalam Nurjanah, 2018).
Postpartum ialah kelahiran yang dimulai setelah lahirnya bayi sampai
pemulihan kembali organ-organ seperti sebelum kelahiran. Lamanya
periode postpartum yaitu sekitar 6-8 minggu dan wanita mengalami
perubahan fisik yang kompleks. Selain terjadinya perubahan-
perubahan tubuh, pada periode postpartum juga akan mengakibatkan
terjadinya perubahan kondisi psikologis (Psik, 2018).
Tujuan Asuhan Masa Nifas Asuhan masa nifas haruslah diperlukan
dalam periode ini karena merupakan masa kritis bagi ibu maupun bagi
bayinya. Diperkiraka 60% kematian ibu diakibatkan oleh perdarahan
yang terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama. selama bidan memberikan asuhan sebaiknya
11 bidan mengetahui apa tujuan dari pemberian asuhan paada masa
nifas, adapun tujuan dari pemberian asuhan masa nifas antara lain:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
dimana dalam asuhan pada masa nifas ini peranan keluarga sangat
penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologis maka
kesehatan ibu dab bayi selalu terjaga.

6
b. Melaksanakan skrinning yang komprehensif (menyeluruh) dimana
bidan harus memberikan manajemen asuhan kebidanan pada ibu
masa nifas secara sistematis yaitu mulai penkajian data subjektif,
objektif maupun penunjang.
c. Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus
menganalisis data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini
dapat mendeteksi masalah yang dapat terjadi pada ibu dan bayi.
d. Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya. Yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat
langsung masuk kelangkah berikutnya sehingga tujuan diatas dapat
dilakukan (Aiyeyeh Rukiyah 2018).
2. Periode Masa Nifas
a. Puerperium Dini. Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan
untuk berdiri dan berjalan.
b. Puerperium intermedial. Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ
reproduksi selama kurang lebih enam minggu.
c. Remote puerperium. Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
kembali dalam keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau
waktu persalinan mengalami komplikasi (Reni Heryani 2017).
3. Proses Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas Perubahan psikologi
sebenarnya sudah terjadi pada saat kehamilan. Menjelang persalinan,
perasaan senang dan cemas bercampur menjadi satu. Perasaan senang
timbul karena akan berubah peran menjadi seorang ibu daan segera
bertemu dengan bayi yang telah lama dinanti-nantikan. Timbulnya
perasaan cemas karena khawatir terhadap calon bayi yang akan
dilahirkanya, apakah bayi akan dilahirkan dengan sempurna atau tidak.
Hal ini dipengaruhi oleh polah asuh dalam keluarga dimana wanita
tersebut dibesarkan, lingkungan, adat istiadat setempat, suku, bangsa,
pendidikan serta pengalaman yang didapat (Dewi Maritalia, 2018).
4. Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas Dalam Masa Nifas, alat-alat
reproduksi khususnya pasca operasi belum bisa berangsur pulih di
7
bandingkan dengan ibu nifas yang melahirkan normal. Untuk membantu
proses penyembuhan maka di perlukan beberapa kebutuhan dasar ibu pada
Masa Nifas, yaitu diantaranya:
a. Kebutuhan Nutrisi. Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh
untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada Masa nifas
terutama bila menyusui akan meningkat sekitar 25%, karenaberguna
untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk
memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi semua itu
akan meningkatkan tiga kali dari kebutuhan bias (Walyani, dkk.,
2019:103). Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi
sebagai berikut: 1) Mengkinsumsi tambahann 500 kalori tiap hari. 2)
Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral. 3)
Minum sedkitnya 3 liter air setiap hari 4) Pil zat besi harus diminum
untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
5) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya melai ASI (Saleha, 2018).
b. Cairan Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari. Minum sedikitnya
3 liter tiap hari. Kebutuhan akan cairan diperoleh dari air outih, sari
buah, susu dan sup (Reni Heryani, 2017). Kegunaan cairan bagi tubuh
menyangkut beberapa fungsi berikut: 1) Fungsi system perkemihan. 2)
Keseimbangan dan keselarasan berbagai proses did lam tubuh. 3)
Sistem Urinarius (Walyani, dkk, 2018).
c. Mobilisasi dini (early mobilization) Pada pasien Post Seksio Sesarea
(SC) biasanya mulai ambulasi 24-36 jam sesudah melahirkan, jika
pasien menjalani analgesia epidural pemulihan sensibilitas yang total
harus dibuktikan dahulu sebelum ambulasi dimulai.
d. Adapun manfaat mobilisasi dini pada ibu Post Seksio Sesarea (SC),
yaitu:
a) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan ambulasi dini dengan
bergerak, otot-otot dan panggul akan kembali normal sehingga otot
perutnya menjadi kuat kambali dan dapat mengurangi rasa sakit.
8
Dengan demikian ibu merasa sehat dan membantu memperoleh
kekuatan, mempercepat kesembuhan serta membantu mempercepat
organ-organ tubuh bekerja eperti semula.
b) Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli dengan
mobilisasi sirkulasi darah norma/lancar sehingga resiko terjadinya
trombosis dan tromboemboli dapat dihindari.
2. Postpartum Blues
a. Pengertian
Postpartum Blues adalah gangguan perasaan yang menyertai suatu
persalinan, biasanya terjadi pada hari 3 sampai hari ke 10 dan umumnya
terjadi akibat perubahan hormonal (Prawirohardjo, 2019). Postpartum Blues
atau sering juga disebut maternity blues atau sindrom ibu baru, dimengerti
sebagai suatu sindrom gangguan efek ringan pada minggu pertama
setelah persalinan (Dewi dan Sunarsih, 2017). Postpartum Blues adalah
ketidakmampuan seorang ibu untuk menghadapi suatu keadaan baru dimana
adanya kehadiran anggota baru dalam pola asuhan bayi dan keluarga
(Nurjanah, 2018).
Postpartum Blues dikategorikan sebagai sindrom gangguan psikologis
masa nifas paling ringan, namun jika postpartum blues ini tidak
ditangani dengan baik dapat menjadi keadaan yang lebih berat yaitu
depresi dan psikosis pasca salin (Marmi, 2014).
b. Gejala
Gejala Postpartum Blues menurut Nurjanah (2013) diantaranya:
1) Sering menangis.
2) Sulit tidur.
3) Nafsu makan hilang.
4) Gelisah.
5) Perasaan tidak berdaya atau hilang kontrol.
6) Cemas atau kurang perhatian pada bayi.
7) Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi.
8) Pikiran menakutkan mengenai bayi.
9) Kurang perhatian terhadap penampilan dirinya sendiri.
9
10) Perasaan bersalah dan putus harapan.
11) Penurunan atau peningkatan berat badan.
12) Gejala fisik seperti sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar.
c. Penyebab
Penyebab Postpartum Blues menurut Dewi dan Sunarsih (2018) yaitu:
1) Faktor hormonal, turunnya kadar estrogen secara tiba-tiba setelah
melahirkan yang dapat mengakibatkan suasana hati menjadi
depresi.
2) Ketidaknyamanan fisik yang dialami sehingga menimbulkan
perasaan emosi pada wanita pasca melahirkan.
3) Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi.
4) Faktor umur dan jumlah anak.
5) Pengalaman proses kehamilan dan persalinannya.
6) Latar belakang psikososial ibu.
7) Dukungan yang diberikan dari lingkungan.
8) Stres yang dialami oleh ibu.
9) Kelelahan pasca bersalin.
10) Ketidaksiapan pada perubahan peran yang terjadi pada ibu.
11) Rasa sayang dan takut yang berlebihan akan kehilangan bayinya.
12) Masalah
d. Penanganan
Penanganan Postpartum Blues menurut Marmi (2014) yaitu:
1) Dengan pendekatan komunikasi terapeutik yang bertujuan
menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam
rangka kesembuhannya dengan cara:
a) Mendorong pasien mampu meredakan segala
ketegangan emosinya.
b) Dapat memahami dirinya sendiri.
2) Dengan peningkatan suport mental yang dapat dilakukan oleh
keluarga pasien diantaranya:
10
a) Meminta suami untuk membantu mengerjakan pekerjaan
rumah seperti membantu mengurus bayinya dan menyiapkan
susu.
b) Memanggil nenek atau keluarga bayi agar bisa menemani ibu
dalam menghadapi kesibukan merawat bayi.
c) Suami lebih perhatian terhadap istri dan permasalahan yang
dihadapi istrinya.
d) Menyiapkan mental dalam menghadapi kelahiran anaknya.
e) Suami menggantikan peran istri ketika istri kelelahan dan
memperbanyak dukungan.
f) Suami dianjurkan sering menemani istri dalam mengurus
anaknya.
g) Ibu dianjurkan sering berkumpul dengan teman-teman
terdekat atau keluarga.
3) Dilakukan pada diri klien sendiri diantaranya dengan cara:
a) Belajar tenang dengan menarik nafas panjang.
b) Tidurlah ketika bayi tidur.
c) Berolahraga ringan.
d) Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu.
e) Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan.
f) Bersikap fleksibel.
g) Bergabung dengan kelompok ibu.
e. Gangguan lain adaptasi psikologi ibu nifas
1) Depresi Postpartum
a) Pengertian
Depresi postpartum adalah perasaan sedih yang berkaitan dengan
sikap ibu yang sulit menerima bayinya. Perubahan ini merupakan
respon alamiah sebagai akibat kelelahan pasca persalinan (Janiwarty
dan Pieter, 2013). Umumnya keadaan ini terjadi dalam beberapa
minggu atau bulan setelah persalinan (Prawirohardjo, 2019).

11
b) Gejala
Gejala Depresi Postpartum menurut Marmi (2017) yaitu:
(1) Mimpi Buruk.
(2) Insomnia atau sulit tidur.
(3) Phobia atau rasa takut terhadap suatu benda
atau keadaan.
(4) Kecemasan, ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran
yang tidak diketahui sebabnya.
(5) Meningkatnya sensitivitas.
(6) perasaan yang berubah-ubah.
c) Penyebab
Penyebab Depresi Postpartum menurut Janiwarty dan Pieter
(2013) yaitu:
(1) Kekecewaan emosi yang diikuti rasa tidak puas.
(2) Ketakutan pada masa kehamilan dan persalinan.
(3) Rasa sakit pada masa nifas.
(4) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan.
(5) Kecemasan atas ketidaknyamanan merawat bayi setelah
pulang dari rumah sakit.
(6) Rasa takut tidak menarik lagi.
d) Penanganan
Penanganan Depresi Postpartum menurut Dewi dan Sunarsih
(2017) diantaranya:
(1) Dukungan keluarga dan lingkungan sekitar.
(2) Terapi psikologis dan psikiater.
(3) Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan antidepresan
(perlu diperhatikan pemberiannya pada wanita hamil dan
menyusui).
(4) Jangan tinggalkan ibu sendiri dirumah.
(5) Jika diperlukan lakukan perawatan di rumah sakit.
(6) Tidak dianjurkan rawat gabung (rooming in) dengan
12
bayinya.
2) Postpartum Psikosis
a) Pengertian
Postpartum psikosis adalah Insiden yang terjadi 1-2 per 1000
kelahiran. Pada kasus ini sebaiknya ibu dirawat karena dapat
menampakkan gejala yang membahayakan seperti menyakiti
diri sendiri atau bayinya. Gejala muncul umumnya dari
beberapa hari sampai 4-6 minggu Postpartum (Prawirohardjo,
2019).
b) Gejala
Gejala Postpartum Psikosis menurut Marmi (2018)
adalah:
(1) Delusi.
(2) Obsesi mengenai bayi.
(3) Keresahan dan agitasi.
(4) Gangguan perilaku.
(5) Kebingungan dan konfusi.
(6) Rasa curiga dan ketakutan.
(7) Pengabaian kebutuhan dasar.
(8) Gangguan saat tidur.
(9) Suasana hati depresi yang mendalam.
(10) Ibu menjadi hiperaktif.
(11) Halusinasi.
c) Penyebab
Penyebab Postpartum Psikosis menurut Prawirohardjo
(2019) yaitu:
(1) Kurangnya dukungan sosial dan emosional.
(2) Mempunyai masalah dalam perkawinan atau
keluarga.
(3) Riwayat gangguan mental pada saat sebelum atau
selama kehamilan.

13
(4) Adanya faktor genetik.
d) Penanganan
Penanganan Postpartum Psikosis menurut Mansur
(2019) adalah:
(1) Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat anti
depresan.
(2) Memberikan konseling dan dukungan psikologis.
(3) Menganjurkan ibu untuk beristirahat.
(4) Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan
dengan gizi seimbang.
(5) Menganjurkan ibu untuk bergabung dengan orang-
orang baru.
(6) Menganjurkan ibu untuk bersikap fleksibel.

14
BAB III

DOKUMENTASI SOAP
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.A UMUR 22 TAHUN P1A0 DENGAN POSTPARTUM
BLUES DI PUSKESMAS BANDAR JAYA KABUPATEN LAHAT

Tanggal Deksripsi Kegiatan Responden TTD


Pembimbing CI
Pengkajian Subyektif TTD Mahasiswa
Tanggal : 21 Agustus 2022 Ibu mengatakan merasa terganggu
Waktu : 11.30 WIB karena bayinya rewel sehingga ibu
Tempat : PMB Mutiara Bunda sulit tidur dan tidak nafsu makan ………………….

Pengkaji : Runtinah Obyektif Tanda Tangan

Identitas 1. Keadaan umum: cukup, Perceptor Lahan

Nama : Ny “A” kesadaran composmentis


Umur : 22 tahun 2. TD : 110/80 mmHg, nadi :
……………………..
Agama : Islam 92 x/menit, pernafasan : 23
Tanda Tangan
Suku : Jawa/Indonesia x/menit, suhu : 36°C
Pembimbing PKK
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT

9
Analisa :
Alamat : Bandar Jaya Depresi postpartum ……………………
Penatalaksanaan :
Konsultasi dengan tenaga kesehatan
seperti bidan, dokter spesialis jiwa
atau psikiater
Rencana :
a. Memotivasi ibu untuk selalu
menyusui bayinya tanpa
terjadwal atau maksimal setiap
2 jam.
b. Memotivasi ibu untuk tetap
berdoa dan berserah diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa untuk
selalu memanjatkan puji syukur
c. Memotivasi ibu untuk tetap
beristirahat cukup seperti tidur
siang ± 2 jam, dan malam ± 8
d. Menganjurkan ibu untuk tetap
memenuhi kebutuhan gizi
dengan makan makanan bergizi
yaitu dengan cara

10
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan membahas tentang proses asuhan


kebidanan yang telah diberikan kepada Ny. A umur 22 tahun P1A0
postpartum hari ke-2 dengan PostPartum Blues di Puskesmas Bandar Jaya
secara lebih terperinci, menurut langkah-langkah dalam manajemen
Varney yang dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi sebagai
berikut:
1. Pengkajian Data
Dalam pengkajian, penulis memperoleh data dari data subjektif dan
obyektif. Pada kasus ibu nifas Ny. A umur 22 tahun P1A0 postpartum hari
ke-2 dengan postpartum blues, di dapatkan data subjektif yaitu ibu sulit
tidur, tidak nafsu makan dan ibu merasa cemas. Hal ini sesuai teori yang
dikemukakan oleh Nurjanah (2018) bahwa gejala postpartum blues yaitu
sulit tidur, tidak nafsu makan, cemas dan pikiran menakutkan mengenai
bayi. Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori
dan praktek karena tanda-tanda yang dialami oleh Ny.A sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Nurjanah (2017).
2. Interpretasi Data
Pada kasus Ny. A diagnosa kebidanan Ny. A P1A0 umur 22 tahun
nifas hari ke-2 dengan postpartum blues, masalah yang timbul yaitu
tampak cemas, dasarnya perasaan berubah-ubah, kebutuhannya dukungan
suami, keluarga, teman dan teman sesama ibu. Hal tersebut sesuai dengan
teori Marmi (2018) bahwa untuk penanganan rasa cemas dukungan suami,
keluarga, teman dan teman sesama ibu. Maka penulis tidak menemukan
kesenjangan antara kasus dan teori Marmi (2017) karena rasa cemas dapat
ditangani dengan membicarakan rasa cemas yang dialami.
3. Diagnosa Potensial
Dalam kasus ibu nifas Ny.A dengan postpartum blues ini ditemukan

11
12

diagnosa potensial Depresi postpartum dengan antisipasi konsultasikan pada


dokter atau orang yang profesional, agar dapat meminimalisasikan faktor resiko
lainnya dan membantu melakukan pengawasan. Hal tersebut sesuai dengan teori
Marmi (2018). Penulis tidak menemukan kesenjangan antara kasus dan teori
Marmi (2018)
4. Tindakan segera
Dalam kasus ini tindakan segera yaitu konsultasi dengan tenaga kesehatan.
Hal tersebut sesuai dengan teori Dewi dan Sunarsih (2017) yaitu salah satu
penanganan postpartum blues dengan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan
seperti bidan, dokter spesialis jiwa serta psikiater. Maka penulis tidak menemukan
kesenjangan antara kasus dan teori Dewi dan Sunarsih (2017).
5. Rencana Tindakan
Intervensi asuhan yang dilakukan pada kasus Ny. A dengan
postpartum blues yaitu Beritahu ibu hasil pemeriksaan, Beritahu pada ibu bahwa
dirinya adalah ibu yang baik, Beritahukan ibu untuk memperlakukan dirinya
dengan baik, anjurkan ibu untuk menceritakan segala permasalahan atau hal lain
yang ingin diungkapkan kepada teman atau kerabat terdekat, anjurkan ibu untuk
berkonsultasi dengan tenaga medis untuk mengurangi kekhawatirannya, Beritahu
ibu tentang tanda bahaya masa nifas. Berdasarkan perencanaan yang diberikan
pada ibu nifas Ny. A dengan postpartum blues tidak ada kesenjangan karena
sesuai dengan teori Marmi (2017).
6. Pelaksanaan Tindakan
Pada kasus ini sudah dilaksanakan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu
nifas Ny. A dengan postpartum blues yaitu memberitahu ibu hasil pemeriksaan,
memberitahu pada ibu bahwa dirinya bukanlah ibu yang buruk, memberitahukan
ibu untuk memperlakukan dirinya dengan baik, menganjurkan ibu untuk
menceritakan segala permasalahan atau hal lain yang ingin diungkapkan kepada
teman atau kerabat terdekat, menganjurkan ibu untuk berkonsultasi dengan tenaga
medis untuk mengurangi kekhawatirannya. Dalam pelaksanaan tidak ada
kesenjangan dalam memberikan asuhan antara praktek dan teori Marmi (2018).
7. Evaluasi
13

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny.A dengan


postpartum blues maka hasil akhirnya ibu sudah tahu hasil pemeriksaan, ibu
mengerti bahwa dirinya bukanlah ibu yang buruk, ibu bersedia untuk
memperlakukan dirinya dengan baik, ibu bersedia untuk menceritakan segala
permasalahan atau hal lain yang ingin diungkapkan kepada teman atau kerabat
terdekat, ibu bersedia untuk berkonsultasi dengan tenaga medis untuk mengurangi
kekhawatirannya. Berdasarkan kasus diatas tidak terdapat kesenjangan antara
praktek dan teori Marmi (2018).
BAB V
SIMPULAN

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. A P1A0 dengan postpartum
blues di Puskesmas Bandar Jaya mulai dari pengkajian sampai evaluasi dengan
menggunakan pendekatan menejemen kebidanan menurut varney, maka
peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek, kemudian
dapat dirincikan sebagai berikut
1. Pada pengkajian pada Ny.A P1A0 umur 22 tahun dengan postpartum blues
dilaksanakan dengan mengumpulkan data subyektif yang diperoleh dari
hasil wawancara dimana ibu mengatakan sulit tidur, tidak nafsu makan dan
cemas terhadap keadaan bayinya dan dirinya. Data obyektif dieroleh dari
pemeriksaan fisik seperti keadaan umum dan pemeriksaan sistematis
2. Interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan yaitu Ny. A P1A0 Umur 22
tahun dengan postpartum blues, masalah yang muncul yaitu Ibu cemas
dengan keadaannya dan keadaan bayinya sehingga kebutuhan yang
diberikan yaitu dukungan moril dan suport mental
3. Diagnosa potensial pada Ny. A P1A0 umur 22 tahun dengan poostpartum
blues yaitu depresi postpartum
4. Tindakan segera pada Ny.A P1A0 Umur 22 tahun dengan postpartum
blues yaitu Konsultasi dengan tenaga kesehatan
5. Pada rencana asuhan kebidanan yang akan dilakukan pada ibu nifas Ny.A
P1A0 umur 22 tahun dengan postpartum blues yaitu Beritahu ibu hasil
pemeriksaan, Beritahu pada ibu bahwa dirinya bukanlah ibu yang buruk,
Beritahukan ibu untuk memperlakukan dirinya dengan baik, Anjurkan ibu
untuk menceritakan segala permasalahan atau hal lain yang ingin
diungkapkan kepada teman atau kerabat terdekat, Anjurkan ibu untuk
berkonsultasi dengan tenaga medis untuk mengurangi kekhawatirannya,
Beritahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas
6. Pelaksanaan pada kasus ibu nifas Ny. A P1A0 umur 22 tahun dengan
postpartum blues adalah Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, bahwa ibu
sedang mengalami sindrome postpartum blues, Memberitahu ibu bahwa
dirinya bukanlah ibu yang buruk, Memberitahu ibu untuk memperlakukan
dirinya dengan baik, menganjurkan ibu untuk menceritakan segala
permasalahan atau hal lain yang ingin diungkapkan kepada teman atau
kerabat terdekat, Menganjurkan klien untuk berkonsultasi dengan tenaga
medis untuk mengurangi kekhawatirannya, memberitahu ibu tentang tanda
bahaya masa nifas
7. Evaluasi pada kasus ibu nifas Ny.A P1A0 Umur 22 tahun dengan
postpartum blues adalah Ibu sudah tahu ibu hasil pemeriksaan, Ibu sudah
mengerti bahwa dirinya bukanlah ibu yang buruk, Ibu bersedia untuk
memperlakukan dirinya dengan baik, Ibu bersedia untuk menceritakan
segala permasalahan atau hal lain yang ingin diungkapkan kepada teman
atau kerabat terdekat, Ibu bersedia untuk berkonsultasi dengan tenaga
medis untuk mengurangi kekhawatirannya, Ibu sudah tahu tentang
perawatan bayi sehari-hari, Ibu sudah tahu tentang tanda bahaya masa
nifas
8. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny.A dengan menerapkan tujuh
langkah varney, tidak ditemukan antara kesenjangan teori dan praktek.
Dan dilanjutkan dengan data perkembangan dengan menggunakan metode
SOAP
B. SARAN
1. Bagi Profesi
Diharapkan dapat memberikan masukan kepada anggota profesi dalam
mengembangkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang postpartum blues
2. Bagi Instansi
Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya yang berhubungan pada ibu nifas dengan
postpartum blues.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E, R. Wulandari, D. 2019. Asuhan Kebidanan Nifas.


Yogyakarta : Mitra Cendikia Press
Dewi, V, N, L. Sunarsih, T. 2018. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Jakarta : Salemba Medika
Hidayat, A. A. A. 2017. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analis Data,
Jakarta : salemba medika
Irawati, D. Yuliani, F. 2017. Pengaruh Faktor Psikososial Dan Cara
Persalinan Terhadap Terjadinya Postpartum Blues Pada Ibu Nifas. Jurnal Hospital
Majapahit Vol.1 No. 6, Februari 2018. Jurnal Ilmiah Kesehatan Politeknik
Kesehatan Majapahit Mojokerto. Mojokerto
Janiwarty, B. Pieter, H, Z. 2017. Pendidikan Psikologi Untuk Bidan.
Yogyakarta : Andi Offset
Mansur, H. 2019. Psikologi Ibu Dan Anak Untuk Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika
Marmi. 2018. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Pueperium Care”.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Dewi, dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar


Manurung, S. Lestari, T, R. B, Suryati. Miradwiyana, B. Karma, A.
Paulina, K. 2018. Efektifitas Terapi Musik Terhadap Pencegahan Postpartum
Blues Pada Ibu Primipara Di Ruang Kebidanan RSUP Cipto Mangunkusmo
Jakarta Pusat. Jurnal Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 14 No. 1, Januari
2018. Poltekkes Kemenkes Jakarta 1 Jurusan Keperawatan
Miyansaski, A,U. Misrawati. Sabrian, F.2017. Perbandingan Kejadian
Postpartum Blues Pada Ibu Postpartum Dengan Persalinan Normal Dan Sectio
Sesaria. Jurnal Jom Psik Vol 1 No. 2, Oktober 2017. Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Riau. Riau
Nursalam. 2018. Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Nurjanah,S,N. Maemunah, A,S. Badriah, D,L. 2018. Asuhan Kebidanan
Postpartum. Bandung : Refika aditama
Prawirihardjo, S. 2019. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Riwidikdo, H. 2017. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Rohima Press
Rukiyah, A, Y. Yuliyanti, L. 2017. Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta :
Trans Info Media
Rukiyah, A, Y. Yuliyanti, L. 2018. Asuhan Kebidanan IV Patologi.
Jakarta : Trans Info Media
Sulistyawati, A. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Yogyakarta : Andi Offset
Varney, H. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : Buku
kedokteran EGC
Wulandari, S, R. Handayani, S. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas.
Yogyakarta : Gosyen publishing
Yuliana. 2017. Karya Tulis Ilmiah. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
dengan Postpartum Blues Di BPM Woro Tri Prabandari. Surakarta : STIKes PKU
Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai