Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KONPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA CALON AKSEPTOR AKDR


“ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM”
DI UPT.PUSKESMAS WARU

Oleh :
EKA NOVASARI
PO.722432085

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR


JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan Pada
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi “Alat Kontrasepsi Dalam Rahim”.
Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
“Alat Kontrasepsi Dalam Rahim” ini tidak akan selesai tepat pada waktunya tanpa
bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Asuhan
Kebidanan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang.
Semoga Asuhan Kebidanan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

PPU, Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Tujuan.................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................4

A. Konsep Dasar Teori Alat Kontrasepsi Dalam Rahim.........................................4

B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Akseptor “Alat


Kontrasepsi Dalam Rahim”................................................................................9

BAB III TINJAUN KASUS........................................................................................18

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................24

BAB V PENUTUP......................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................29

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan
kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan
Amerika Latin dan terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna
kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun
1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. Secara regional, proporsi pasangan
usia subur 15-49 tahun melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern
telah meningkat minimal 6 tahun terakhir. Di Afrika dari 23,6% menjadi
27,6%, di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi 61,6%, sedangkan
Amerika latin dan Karibia naik sedikit dari 66,7% menjadi 67,0%.
Diperkiraan 225 juta perempuan di negara-negara berkembang ingin menunda
atau menghentikan kesuburan tapi tidak menggunakan metode kontrasepsi
apapun dengan alasan sebagai berikut: terbatas pilihan metode kontrasepsi dan
pengalaman efek samping. Kebutuhan yang belum terpenuhi untuk
kontrasepsi masih terlalu tinggi. Ketidakadilan didorong oleh pertumbuhan
populasi (WHO, 2014).
Indonesia berada di urutan ke4/empat dengan penduduk terbesar di
dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari
hasil Sensus 2010 mencapai angka 237.641.326, dari total penduduk, sebesar
28 persen atau 64 juta jiwa adalah remaja (BPS, 2010). Hal ini menunjukkan
kemungkinan terjadinya peledakan penduduk akibat angka kesuburan yang
stagnan (Kemenkes, 2012).
Ledakan penduduk adalah suatu keadaan kependudukan yang
memperlihatkan pertumbuhan yang melonjak cepat dalam jangka waktu yang
relatif pendek yang terjadi karena angka kelahiran sangat tinggi (Anonim,
2016). Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah
penduduk sebanyak 252.124.458 jiwa dengan luas wilayah 1.913.378,68 km2

1
dan kepadatan penduduk sebesar 131,76 jiwa/km2 (Depkes RI, 2014).
Masalah yang terdapat di Indonesia adalah laju pertumbuhan penduduk yang
relatif masih tinggi. Perkiraan penduduk pertengahan (2013) sebesar 248,8
juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,48%. Laju
pertumbuhan ditentukan oleh kelahiran dan kematian dengan adanya
perbaikan pelayanan kesehatan menyebabkan tingkat kematian rendah,
sedangkan tingkat kelahiran tetap tinggi hal ini penyebab utama ledakan
penduduk. Menekan jumlah penduduk dengan menggalakan program
Keluarga Berencana (KB) (BPS, 2013).
Cakupan peserta KB baru dan KB aktif di Indonesia pada tahun 2014
dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 47.019.002. Peserta KB
baru sebesar 7.761.961 (16,15%) meliputi suntik sebanyak 3.855.254
(49,67%), pil KB sebanyak 1.951.252 (25,14%), kondom sebanyak 441.141
(5,68%), implan sebanyak 826.627 (10,65%), IUD (Intra Uterine Device)
sebanyak 555.241 (7,15%), Metode Operasi Wanita (MOW) sebanyak
116.384 (1,5%), Metode Operasi Pria (MOP) sebanyak 16.062 (0,2%).
Sedangkan peserta KB aktif sebanyak 35.202.908 meliputi IUD sebanyak
3.896.081 (11,07%), MOW sebanyak 1.238.749 (3,52%), MOP sebanyak
241.642 (0,69%), implant sebanyak 3.680.816 (10,46%), kondom sebanyak
1.110.341 (3,15%), suntikan sebanyak 16.734.917 (47,54%), dan pil KB
sebanyak 8.300.362 (29,58%) (Depkes RI, 2014).
Upaya mengatasi ledakan penduduk adalah dengan meningkatkan
gerakan KB Nasional. Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil
mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun keluarga
kecil yang makin mandiri. Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan
terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata. Sementara ini
kegiatan Keluarga Berencana masih kurangnya dalam penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) (BKKBN 2010).
MKJP yaitu kontrasepsi yang dapat dipakai dalam jangka waktu lebih

2
dari dua tahun, efektif dan efisien untuk tujuan pemakaian menjarangkan
kelahiran lebih dari tiga tahun atau mengakhiri kehamilan atau sudah tidak
ingin menambah anak lagi. MKJP mempunyai keuntungan karena mempunyai
efektifitas atau daya perlindungan terhadap kehamilan yang tinggi, serta
angka kejadian drop out dari kesertaan KB yang rendah (Hargiani, 2016).
Salah satu jenis MKJP adalah AKDR/ Intra Uterine Device (IUD) yaitu alat
kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua saluran yang
menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari
bahan plastik polietilena, ada yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak
(BKKBN, 2015). Atas dasar inilah penulis tertarik untuk membuat laporan
Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
“Alat Kontrasepsi Dalam Rahim”.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek klinik, diharapkan mahasiswa dapat
melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi “Alat Kontrasepsi Dalam Rahim”.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan konsep dasar teori Alat Kontrasepsi Dalam Rahim.
b. Mendeskripsikan konsep dasar manajemen Asuhan Kebidanan Pada
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi “Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim”.
c. Melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi “Alat Kontrasepsi Dalam Rahim” dengan
pendekatan Varney, yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial

3
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendokumentasikan pelaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi “Alat Kontrasepsi Dalam Rahim”
dalam bentuk catatan SOAP.
e. Melakukan pembahasan adanya kesenjangan antara teori dan praktik di
lapangan

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori Alat Kontrasepsi Dalam Rahim


1. Pengertian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua
saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan,
terdiri dari bahan plastik polietilena, ada yang dililit oleh tembaga dan ada
yang tidak (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
2. Jenis Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Jenis AKDR dibagi menjadi dua yakni AKDR hormonal dan non
hormonal. AKDR hormonal dibedakan menurut bentuk dan tambahan obat
atau metal. Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi bentuk terbuka (open
device) misalnya Lippes Loop, CU-T, Cu-7, Margulies, Spring Coil,
Multiload, Nova-T. Bentuk tertutup (closed device) misalnya Ota ring,
Antigon, Grafen Berg Ring. Menurut tambahan obat atau metal dibagi
menjadi medicated intrauterine device (IUD), misalnya Cu-T-200, 220, 300,
380A; Cu-7, Nova-T, ML-Cu 250, 375, selain itu ada Copper-T, Copper-7,
Multi Load, dan Lippes Load. AKDR hormonal ada dua jenis yaitu
Progestasert-T dan LNG-20 (Setyaningrum, 2016).
Jenis AKDR Cu T-380A adalah jenis AKDR yang beredar di
Indonesia. AKDR jenis ini memiliki bentuk yang kecil, kerangka dari plastik
yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat
dari tembaga (Cu) (Setyaningrum, 2016).
3. Mekanisme kerja Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Cara kerja AKDR yaitu mencegah sperma dan ovum bertemu dengan
mempengaruhi kemampuan sperma agar tidak mampu fertilisasi,
mempengaruhi implantasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, dan
menghalangi implantasi embrio pada endometrium (Rusmini, dkk, 2017).

5
AKDR mencegah terjadinya fertilisasi, tembaga pada AKDR menyebabkan
reaksi inflamasi steril, toksik buat sperma sehingga tidak mampu untuk
fertilisasi (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Menurut Setyaningrum (2016) cara kerja dari AKDR yaitu
menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii karena adanya
ion tembaga yang dikeluarkan AKDR dengan cupper menyebabkan
gangguan gerak spermatozoa. AKDR memungkinkan untuk mencegah
implantasi telur dalam uterus karena terjadinya pemadatan endometrium
oleh leukosit, makrofag, dan limfosit menyebabkan blastoksis mungkin
dirusak oleh makrofag dan blastoksis.
4. Efektivitas Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Efektivitas tinggi, 99,2 – 99,4% (0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan
dalam 1 tahun pertama). Telah dibuktikan tidak menambah risiko infeksi,
perforasi dan perdarahan. Kemampuan penolong meletakkan di fundus amat
memperkecil risiko ekspulsi (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
5. Indikasi pemasangan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Indikasi pemasangan AKDR menurut Rusmini, dkk. (2017) yaitu:
a) Wanita pasca persalinan pervaginam atau pasca persalinan sectio secarea
dengan usia reproduksi dan paritas berapapun
b) Pasca keguguran (non infeksi)
c) Masa menyusui (laktasi)
d) Riwayat hamil ektopik
e) Tidak memiliki riwayat keputihan purulen yang mengarah kepada IMS
(gonore, klaimidia dan servisitis purulen).
6. Kontraindikasi pemasangan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Kontraindikasi pemasangan AKDR menurut Rusmini, dkk. (2017) dan
Kementerian Kesehatan RI (2014) yaitu:
a) Menderita anemia, penderita kanker atau infeksi traktus genetalis
b) Memiliki kavum uterus yang tidak normal

6
c) Menderita TBC pelvic, kanker serviks dan menderita HIV/AIDS
d) Ketuban pecah sebelum waktunya
e) Infeksi intrapartum
f) Perdarahan post partum
7. Keuntungan pemasangan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Keuntungan pemasangan AKDR menurut Kementerian Kesehatan RI
(2014) yaitu:
a) Dapat efektif segera setelah pemasangan
b) Metode jangka panjang
c) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ngingat
d) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
e) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
f) Tidak ada efek samping hormonal
g) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
h) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi)
i) Dapat digunakan sampai menopause (satu tahun atau lebih setelah haid
terakhir)
j) Tidak ada interaksi dengan obat-obat
k) Mencegah kehamilan ektopik
8. Efek samping dan komplikasi pemasangan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR)
Efek samping dan komplikasi pemasangan AKDR menurut
Kementerian Kesehatan RI (2014) yaitu:
a) Perubahan siklus haid (umumnya pada tiga bulan pertama dan akan
berkurang setelah tiga bulan)
b) Haid lebih lama dan banyak
c) Perdarahan (spotting) antar menstruasi
d) Saat haid lebih sakit

7
e) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan
penyebab anemia

8
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Calon Akseptor “Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim”
Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Nama Pengkaji :
Tempat :

I. PENGKAJIAN
S:
1. Identitas
Nama :
Umur : usia PUS (20-55 tahun) mempengaruhi bagaimana
mengambil keputusan dalam kesehatannya (Sarwono,
2010)
Agama :
Suku/ Bangsa :
Pendidikan : ibu yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan
tingkat pendidikan rendah (Notoatmodjo, 2010).
Pekerjaan : penggunaan alat kontrasepsi AKDR akan sangat
menguntungkan bagi ibu yang bekerja karena sangat
efektif dan praktis, serta aman dari kemungkinan hamil
untuk jangka waktu yang relatif lama (Saifuddin,
2010).
Alamat :
2. Keluhan utama :
3. Riwayat Kesehatan Klien :
a. Riwayat Kesehatan yang lalu
Penyakit/ Kelainan Reproduksi :

9
- Kelainan bawaaan uterus yang abnormal atau tumor
jinak, kanker alat genital, ukuran rongga rahim kurang
dari 5 cm, menderita infeksi alat genital, perdarahan
vagina yang tidak diketahui penyebabnya tidak boleh
menggunakan metode KB AKDR.
Penyakit Paru-paru :
Penyakit Saluran Pencernaan :
Penyakit Ginjal & Saluran Kencing :
Penyakit Endokrin :
Diabetes mellitus tanpa komplikasi boleh menggunakan
metode AKDR
Penyakit Saraf :
Penyakit Jiwa :
Penyakit Sistem imunologi :
Penyakit Infeksi :
Sedang mengalami infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi AKDR
b. Riwayat Kesehatan sekarang:
Berisi riwayat perjalanan penyakit mulai klien merasakan keluhan
sampai pengkajian saat ini (sebelum diberikan asuhan)
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Mengkaji riwayat penyakit menurun (asma, hipertensi, DM, hemofilia,
kanker payudara), menular (hepatitis, TBC, HIV/AIDS), menahun
(jantung, asma) (Fraser & Cooper, 2009).
5. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi yang dikaji adalah siklus, lama haid, banyaknya,
warna, nyeri haid, keluhan waktu haid, dan amenore.

6. Riwayat Obstetri

10
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No Abnor
Suami Ank UK Peny Jns Pnlg Tmpt Peny JK BB/PB H M Laktasi Peny
malitas
1.

- Nulipara dan yang telah memiliki anak, bahkan sudah memiliki


banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi, atau setelah
mengalami abortus boleh menggunakan kontrasepsi AKDR (Cheung
et al., 2018).
- Ibu postpartum atau ibu menyusui boleh menggunakan kontrasepsi
AKDR (Cwiak, 2018).

7. Riwayat Kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi yang perlu dikaji adalah jenis alat kontrasepsi,
lama, kapan awal pemakaian, dan pelepasan, serta komplikasi yang
terjadi selama pemakaian. Pemakaian kontrasepsi sebelumnya dapat
menjadi tolak ukur penggunaan kontrasepsi selanjutnya.

8. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi
Eliminasi
Istirahat
Tingkat aktivitas seseorang dapat mempengaruhi
Aktivitas pengambilan keputusan dalam kesehatannya
(Arikunto:2002)
Personal
Hygiene

11
Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi obat
tertentu (epilepsy dan tuberculosis) dapat
Kebiasaan mempengaruhi penetapan pemilihan metode
kontrasepsi (Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi : 2011)
Seksualitas

9. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


Masih kuat kepercayaan di kalangan masyarakat muslim bahwa setiap
mahluk yang diciptakan Tuhan pasti diberi rezeki untuk itu tidak
khawatir memiliki jumlah anak yang banyak (Sarwono, 2009).

O:
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
- Tekanan darah tinggi >180/110 mmHg, atau diastolik > 90
mmHg atau sistolik > 160 mmHg tidak boleh menggunakan
alat kontrasepsi hormon metode kontrasepsi non hormonal
merupakan pilihan yang lebih baik (buku panduan praktis
pelayanan KB hal : MK-31)
- Nyeri dada hebat, batuk, napas pendek, Nadi > 100x/menit
merupakan keadaan yang perlu mendapatkan perhatian dimana
memungkinkan masalah yang mungkin terjadi seperti serangan
jantung atau bekuan darah di dalam paru.
- Tekanan darah tinggi boleh menggunakan metode KB AKDR
Antropometri :
Berat badan sekarang : Gemuk ataupun kurus boleh

12
menggunakan metode KB
AKDR.

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : tidak tampak lesi, tampak bersih, tidak tampak
benjolan, distribusi rambut merata
Wajah : tidak tampak pucat, tampak simetris
Mata : Kelopak mata tidak tampak odem, konjungtiva
tidak tampak pucat, dan sklera tidak tampak kuning
Hidung : tampak simetris, tidak tampak pengeluaran/secret,
tidak tampak benjolan
Mulut : tampak simetris, tampak lembab, tampak bersih,
tidak tampak stomatitis, lidah tampak bersih
Telinga : tampak simetris, tidak tampak secret/serumen
Leher : tidak tampak pembesaran pada kelenjar tiroid, getah
bening, dan vena jugularis
Dada : Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Payudara : Penderita tumor jinak atau kanker payudara boleh
menggunakan metode AKDR
Abdomen : Tidak tampak bekas luka operasi, tidak tampak
asites, tidak tampak linea ataupun striae
Genitalia : Perdarahan vagina yang tidak diketahui sampai
dapat dievaluasi tidak boleh menggunakan metode
AKDR
Ekstermitas : Tampak adanya varises pada tungkai boleh
menggunakan metode AKDR

Palpasi

13
Kepala : tidak teraba benjolan, tidak ada lesi
Wajah : tidak teraba oedema
Mata : tidak teraba oedema pada konjungtiva
Hidung : tidak teraba benjolan
Telinga : tidak teraba benjolan
Leher : tidak teraba oedema pada vena jugularis, kelenjar
tiroid, dan kelenjar getah bening
Payudara : Terabanya benjolan yang dapat menandakan adanya
kemungkinan akseptor menderita tumor jinak atau
kanker payudara boleh menggunakan metode AKDR
Abdomen : tidak teraba massa/ benjolan
Genitalia : adanya varises pada vulva boleh menggunakan
metode AKDR
Ekstermitas : teraba adanya varises pada tungkai boleh
menggunakan metode AKDR

Auskultasi :
- Nafas terdengar vesikuler
- Tidak terdengar suara nafas tambahan
- Bising usus 5-35 x/menit
Perkusi :
- Refleks Ekstremitas atas
Refleks Bisep (+)
Refleks Trisep (+)
- Refleks Ekstremitas Bawah
Patella (+)
Cavilari Refil kembali dalam waktu < 2 detik
Homan Sign (-)

14
3. Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan Laboraturium :
- HB
- PP test

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosis dan masalah yang spesifik
Diagnosis : PAPAH Akseptor / Calon akseptor KB AKDR
Masalah : hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman hal yang sedang dialami
klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosis.

III.IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang telah
diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan
antisipasi agar diagnosis/masalah potensial tersebut tidak terjadi.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus dilakukan
secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan.
V. INTERVENSI
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi.
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu
Rasional : Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi
petugas dan klien untuk tindakan selanjutnya (Varney, 2010).
2. Jelaskan kembali tentang kekurangan atau kerugian serta efek samping KB
yang digunakan/ingin digunakan klien

15
Rasional : Penjelasan tentang kekurangan dan kerugian serta efek
samping KB dapat menjadi pertimbangan ibu dalam
menentukan kontrasepsi yang akan digunakan dan
mengingatkan kembali kepada ibu mengenai efek samping KB,
hal ini juga dapat mengurangi kecemasan pada ibu. Tenaga
kesehatan dapat mengoptimalkan informasi atau penyuluhan-
penyuluhan mengenai pentingnya ber-KB khususnya AKDR
untuk mensejahterakan keluarga (Meilani, 2020).
3. Beritahukan kepada ibu tindakan pelayanan kontrasepsi yang akan dilakukan
Rasional : Agar pasien lebih siap dan kooperatif dalam setiap
pelaksanaan tindakan (Varney, 2010).
4. Berikan pelayanan metode kontrasepsi sesuai kebutuhan klien
Rasional : Tindakan pelayanan metode kontrasepsi dilaksanakan sesuai
kebutuhan klien. Pastikan 5 T sebelum memberikan pelayanan
kontrasepsi (tepat pasien, tepat tempat, tepat obat, tepat dosis,
tepat waktu).
5. Lakukan tindakan pasca pelayanan metode kontrasepsi
Rasional : Memberitahukan informasi mengenai KB yang digunakan
berguna untuk mengingatkan klien. Membersihkan alat-alat
yang telah dipakai, merapikan klien, dan mencuci tangan
merupakan tindakan pencegahan infeksi yang penting dalam
setiap tindakan. Dan mengajarkan ibu tentang cara melakukan
pemeriksaan sendiri.
6. Lakukan pencatatan pada kartu kunjungan klien dan jadwalkan ibu untuk
melakukan kunjungan ulang
Rasional : Pendokumentasian serta evaluasi terhadap tindakan yang
telah dilakukan pada kartu kunjungan klien dapat menghindari
terjadinya kesalahan dalam pemasangan atau pemberian KB.
Keterlambatan jadwal kunjungan ulang akan mempengaruhi

16
efektivitas dari cara pemakaian atau penggunaan KB (Ti et al.,
2020).

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan
yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

17
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 4 Januari 2023


Waktu : 15.25
Tempat : BPM eka
Oleh : Eka Novasari

S :
1. Identitas
Nama Ibu : Ny.E Nama Suami : Tn.Y
Umur : 21 tahun Umur : 28 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar Suku/Bangsa : Banjar
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : Honorer Pekerjaan :PNS
Alamat : Waru 07

2. Alasan Datang Periksa/ Keluhan Utama


Tidak ada keluhan, ibu datang ingin konsultasi KB IUD atas saran dari orang
tuanya dan berencana ingin mempunyai anak ke2 setelah anak pertama
berusia 5 tahunan.

3. Riwayat kesehatan keluarga


Tidak ada memiliki riwayat penyakit yang menular, menahun ataupun
berpotensi menurun.

18
4. Riwayat menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Lama haid : 5 hari
Banyaknya haid : Ganti pembalut dalam sehari 2-3 kali

5. Riwayat Obstetri

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


No
BB/
Suami Ank UK Peny Jns Pnlg Tmpt Peny JK H M Abn Laktasi Peny
PB
3200 3
ater gr / bu
1. 1 1 - spt bidan BPM - ♀ - - 3 bulan -
m 50 la
cm n

6. Riwayat Kontrasepsi
Ibu belum pernah menggunakan kontrasepsi KB apapun.

7. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan

Makan 3x/hari dengan porsi sedang dan menu nasi,

Nutrisi sayur, lauk


Minum 8 gelas/hari air mineral dan susu menyusui
1x/hari

Eliminasi BAK 6-7 x/hari,


BAB 1 x/hari

Istirahat Tidur siang 30 menit/ hari,


Tidur malam 7 jam/hari

19
Aktivitas Kegiatan sehari-hari adalah bekerja dan mengurus suami
dan anak

Personal Hygiene Mandi 2x/hari, keramas 3x seminggu, sikat gigi 2x/hari,


ganti celana dalam 3x/hari

Kebiasaan Tidak memiliki kebiasaan buruk seperti merokok dan


minum-minuman beralkohol
Seksualitas 1-2x / minggu

8. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


- Ini merupakan pernikahan pertama, lama menikah ±1 tahun, status
pernikahan sah.
- Di dalam keluarga, tidak ada kebiasaan, mitos, ataupun tradisi budaya
yang dapat merugikan ataupun berbahaya bagi kesehatan bagi kesehatan
ibu.

O:
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Baik
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 114/75 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,8 oC
Pernafasan : 20 kali/menit
Antropometri
Berat Badan saat ini : 48 kg
Tinggi Badan : 155 cm

20
LILA : 24 cm

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Simetris, warna rambut hitam, tidak ada lesi, tampak
kontruksi rambut kuat, distribusi merata, dan tampak
bersih
Wajah : Simetris, tidak pucat, dan tidak oedem
Mata : Simetris, sclera berwarna putih, konjungtiva merah muda
tidak tampak oedem pada kelopak mata, dan penglihatan
baik.
Telinga : Tampak bersih, tidak ada secret
Hidung : Tampak bersih, tidak ada polip dan peradangan, tidak ada
pernapasan cupping hidung
Mulut : Bibir tampak simetris, mukosa mulut tampak lembab,
tidak ada caries dentis, tidak tampak stomatitis, dan lidah
tremor
Leher : Tidak tampak hyperpigmentasi, tidak tampak peradangan
tonsil, tidak tampak pembesaran vena jugularis, kelenjar
tiroid, dan kelenjar getah bening
Dada : Tidak tampak retraksi dinding dada, tidak terdapat suara
nafas tambahan, BJ I dan BJ II teratur yaitu lup dan dup
Payudara : Simetris, tampak bersih, tampak hyperpigmentasi pada
areolla, kedua putting susu menonjol.
Abdomen : Tidak tampak luka bekas operasi, tidak ada massa, tidak
ada nyeri tekan
Genetalia : Tidak ada pengeluaran cairan, Vulva tidak oedem, tidak
ada varices,
Anus : Tidak tampak hemorroid
Ekstremitas : Atas : Simetris, Tidak oedema, capillary refill time

21
kembali <2 detik, Reflek bisep (+), reflek trisep
(+)
Bawah : Simetris, Tidak oedema, tidak ada varices,

capillary refill time kembali <2 detik, homan


sign (-), refleks Babinski (-), refleks patella (+)

3. Pemeriksaan khusus
Tidak ada

4. Pemeriksaan penunjang
Tidak ada

A:
Diagnosis : P1001 akseptor AKDR
Masalah : Tidak ada
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan segera : Tidak ada

P:

Tanggal/Jam Penatalaksanaan Paraf


4 Januari 2023 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
bahwa kondisi ibu baik dan ibu dapat
Mahasiswa
menggunakan AKDR
; ibu mengerti mengenai kondisinya saat ini

Memberikan KIE KB AKDR (cara kerja, Mahasiswa


manfaat dan efek samping)

22
; ibu mengerti mengenai penjelasan yang
diberikan

Menjelaskan mengenai proses pemasangan


AKDR
; ibu mengerti mengenai penjelasan yang Mahasiswa
diberikan dan bersedia memakai kontrasepsi
AKDR

Melakukan inform consent pemasangan


AKDR dan melakukan pemasangan AKDR,
; ibu mengisi dan menandatangani inform
consent dan telah dilakukan pemasangan
AKDR
Menjadwalkan ibu melakukan pemeriksaan
ulang 1 minggu lagi yaitu tanggal 11 januari
2023 Mahasiswa

; ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan


kunjungan ulang pada tanggal

23
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam kasus Ny. E usia 21 tahun P 1001 Calon akseptor AKDR telah dilakukan
asuhan kebidanan menggunakan 7 langkah Varney, mulai dari pengumpulan data
sampai evaluasi dan dalam catatan perkembangan selanjutnya menggunakan
SOAP. Penulis melakukan pengkajian terhadap Ny. E di BPM pada tanggal 4
Januari 2023, Ibu berusia 21 tahun ibu mengatakan ingin menggunakan alat
kontrasepsi yang efektif untuk mengatur jarak usia anak pertama dan kedua.
Dari hasil pengkajian klien memiliki 1 orang bayi berusia 3 bulan dan masih
menyusui bayinya, ibu berencana mengatur jarak usia anaknya 5 tahun dan
berencana untuk KB IUD. Riwayat menstruasi ibu teratur dan pada saat
menstruasi ibu tidak mengalami keluhan. Pemeriksaan di lakukan pada Ny. E
adalah pemeriksaan umum dan pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi). Pada langkah ini didapat kondisi Ny. E dengan keadaan umum baik,
kesadaran composmentis Tekanan Darah : 114/75 mmHg Nadi :80x/ menit
Pernafasan : 20x/ menit dan Suhu : 36.8 oC. Berat badan : 48 kg, Tinggi Badan :
155 cm, dan Lila : 24 cm, kondisi ibu adalah normal dan sehat.
Berdasarkan pengkajian di atas pemilihan ibu untuk memilih KB IUD /
AKDR adalah tepat karena menurut Cheung,et all (2018) Alat kontrasepesi dalam
Rahim (AKDR ) adalah metode kontrasepsi yang sering digunakan dan popular,
tanpa komplikasi besar, hemat biaya, bekerja lama dan reversible serta dapat
digunakan oleh banyak wanita.
Menurut Carrie , et all (2018) IUD non hormonal adalah pilihan yang aman,
sangat efektif, dapat bertoleransi dengan baik dan nyaman. Pemasangan AKDR
bisa dilakukan segera (dalam 10 menit setelah melahirkan plasenta) atau post
partum dini (setelah 10 menit dan sebelum 4 minggu setelah melahirkan plasenta),
wanita menyusui atau tidak menyusui. Berdasarkan teori ini Ny. E dapat
dilakukan pemasangan KB IUD / AKDR.
Menurut Carrol, Alexandria, et all (2022) Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)
adalah bentuk kontrasepsi reversibel jangka panjang yang paling umum

24
digunakan. IUD non-hormonal yang tersedia di AS adalah copper T 380A.
Pelepasan ion tembaga langsung di dalam rahim bertindak sebagai spermisida
untuk mencegah kehamilan. Setelah ditempatkan di dalam rahim, benda asing
(IUD) menyebabkan respon inflamasi steril yang tidak ramah terhadap
mempersulit sperma untuk bertemu sel telur. Manfaat penggunaan AKDR antara
lain efikasi (>99% efektif), kurangnya kebutuhan kepatuhan, penghindaran
estrogen eksogen, reversibilitas, dan efektivitas biaya. Efek samping IUD yang
paling umum adalah perdarahan tidak teratur dan nyeri. Jarang, penggunaan IUD
dapat dipersulit oleh penyakit radang panggul, kegagalan kontrasepsi, ekspulsi,
perforasi di dalam perdarahan vagina yang tidak terdiagnosis, kehamilan, infeksi
panggul akut, dan lain-lain yang spesifik terhadap alat. Wanita dengan servisitis
purulen tidak boleh menerima IUD sampai kondisinya didiagnosis dan diobati,
tetapi jika wanita telah diskrining sesuai dengan pedoman pengobatan penyakit
menular seksual dari pusat pengendalian penyakit, mereka tidak memerlukan
skrining PMS tambahan pada saat pemasangan AKDR.
Menurut Todd, Nicole (2020) Sebagian besar metode kontrasepsi dapat
dimulai kapan saja selama siklus menstruasi asalkan kehamilan atau kemungkinan
kehamilan dapat disingkirkan.
Sebelum melaksanakan pemasangan KB IUD / AKDR harus dilakukan inform
consent terlebih dahulu hal ini sesuai dengan pernyataan Carrie , et all (2018)
Proses informed consent untuk pemasangan IUD postpartum mengharuskan
pasien memahami prosedur, alternatif, manfaat, dan risiko yang dijelaskan.
Apabila setuju dapat menandatangi persetujuan pemasangannya.
Setelah dilakukan pemasangan IUD / AKDR sesuai Standar Operasional
Prosedur yang ada pasien di jadwalkan untuk melakukan kunjungan ulang yaitu 1
minggu setelah pemasangan, atau apabila ada keluhan dapat berkunjung ke BPM.
Hal ini sesuai dengan Carrol, Alexandria, et all (2022) Keberhasilan IUD hanya
ada jika perangkat ditempatkan dengan benar di rongga rahim, oleh karena itu,
penting untuk mengajari pasien cara memeriksa keberadaan benang IUD pada
kunjungan ulang pertamanya. Juga, untuk menekankan pentingnya mengajari
pasien cara memeriksa sendiri string dengan sukses pada kunjungan pertama.

25
Berdasarkan hal tersebut di atas tidak ditemukan adanya kesenjangan antara
teori dan praktek di lapangan.

26
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif
melalui Asuhan Kebidanan pada calon akseptor KB, maka penulis menarik
kesimpulan bahwa dalam pemberian asuhan kebidanan menggunakan
manajemen kebidanan 7 langkah varney terdapat beberapa kesenjangan
antara teori dan praktek saat melakukan asuhan kebidanan pada Ny. E.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki dalam
melakukan asuhan kebidanan pada calon akseptor KB, sesuai dengan standar
profesi bidan dan dapat mengatasi kesenjangan yang timbul antara teori dan
praktek sehingga dapat meningkatkan pengaplikasian teori yang didapat
dengan perkembangan ilmu kebidanan terbaru.
2. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan bidan dan tenaga kesehatan lainnya dapat memberikan
asuhan yang menyeluruh serta mendeteksi kelainan secara dini dan mencegah
terjadinya komplikasi penggunaan alat kontrasepsi.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi terus meningkatkan perbaikan dalam melaksanakan
asuhan kebidanan komprehensif agar lebih aplikatif dalam pelaksanaannya.
Selain itu, institusi juga dapat menilai kemampuan mahasiswa dalam
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dengan mempraktekkan dan
menerapkannya langsung kepada klien.
4. Bagi Klien
Bagi klien khususnya Ny.E dapat menambah informasi seputar
kontrasepsi AKDR.

27
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B dkk. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Arum, Noviawati Dyah Setya dan Sujiantini. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan
KB terkini. Yogyakarta: Nuha Medika.
BKKBN. (2008). Program KB di Indonesia. Jakarta.
BKKBN. 2013. Pemantauan Pasangan Usia Subur Melalui Mini Survei
Indonesia. Jakarta: BKKBN.
BKKBN. 2015. Akseptor KB dan pencegahan Kehamilan. Jakarta: BKKBN.
Cheung, Mon-Lai, Shadi Rezai, Janelle M. Jackman, Neil D. Patel, Basem Z.
Bernaba, Omid Hakimian, Dilfuza Nuritdinova, Catherine L. Turley, Ray
Mercado, Takeko Takeshige, Sudha M. Reddy, Paul N. Fuller, and Cassandra
E. Henderson. 2018. “Retained Intrauterine Device (IUD): Triple Case
Report and Review of the Literature.” Case Reports in Obstetrics and
Gynecology 2018:1–8.
Cwiak, Carrie and Sarah Cordes. 2018. “Postpartum Intrauterine Device
Placement: A Patient-Friendly Option.” Contraception and Reproductive
Medicine 3(1):3–7.
Fraser, Diane M. Cooper, Marrgaret A. 2009. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta:
EGC
Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Pustaka Rihama.
Hartanto, H. 2007. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan
di Fasilitas Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama.
Jakara: Media Aesculapius FKUI.

28
Meilani, Mita and Ade Putranto Prasetyo Wijiharto Tunggali. 2020. “Pemilihan
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Pada Akseptor Keluarga
Berencana.” Jurnal Kebidanan 9(1):31.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Rusmini, dkk. 2017. Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi Berbasis Evidence
Based. Jakarta: Trans Info Media.
Saifuddin. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Setyaningrum, E. 2016. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Trans Info
Media.
Ti, Angeline J., Andrea H. Roe, Katherine C. Whitehouse, Ruben A. Smith, Mary
E. Gaffield, and Kathryn M. Curtis. 2020. “Effectiveness and Safety of
Extending Intrauterine Device Duration: A Systematic Review.” American
Journal of Obstetrics and Gynecology 223(1):24–35.e3.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidnan. Jakarta: EGC
WHO. 2014. Medical Eligibility Criteria For Contraceptive Use, Gevena :
Departement of Reproduction and Research World Health Organization.
Wiknjosastro, Hanifa. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

29

Anda mungkin juga menyukai