Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

AS U HA N KEBID A NA N N EONA TU S DENGAN BBLR


DI PUSKESMAS WARU

Disusun Oleh:
SITI MUSLIMAH
NIM. P07224422139

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS
DENGAN BBLR DI UPT. PUSKESMAS WARU

Dievaluasi dan disetujui oleh pembimbing ruangan dan pembimbing institusi di


UPT. Puskesmas Waru.

Waru, Desember 2022


Mahasiswa

Siti Muslimah
NIM. P07224422139

Mengetahui,

Pembimbing Institusi, Pembimbing Ruangan,

Ita Kusumayanti, S.ST Eti Nur Ainah, S.Tr.Keb


NIP. 198104232002122001 NIP. 198704152010012018

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan limpahan

Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan

Asuhan Kebidanan Neonatus dengan BBLR di Puskesmas Waru.

Hal ini merupakan persyaratan pencapaian target praktik kebidanan stase

neonatus, bayi, balita dan APRAS sebagai mahasiswa profesi kebidanan

Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur. Tak lupa saya sebagai penyusun

mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing saya, yaitu ibu Ita

Kusumayanti, S.ST yang telah membimbing saya dalam menyusun laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Asuhan

Kebidanan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik

dan saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang. Terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu dan semoga memberikan manfaat.

Waru, Desember 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................ii

KATA PENGANTAR.................................................................................................iii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................5

A. Latar Belakang..........................................................................................5

B. Tujuan........................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................7

A. Konsep Dasar Teori...................................................................................7

B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Neonatus BBLR

……………................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................27

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kematian bayi menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar di dunia,
sebagian besar kematian bayi dapat dicegah, dengan intervensi berbasis bukti
yang berkualitas tinggi berupa data. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) kematian bayi pada tahun 2017 adalah sebesar
24/1.000 KH dengan kematian neonatal 15/1.000 (Lengkong et al., 2020).
Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada
masa neonatus (bayi baru lahir umur 0- 28 hari). Menurut hasil Riskesdas 2007
menunjukkan bahwa 78,5% dari kematian neonatal terjadi pada umur 0 - 6 hari
(Wiadnyana, Bikin Suryawan, & Sucipta, 2018).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada bayi masih merupakan masalah
dibidang kesehatan terutama kesehatan perinatal. Prevalensi bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia
dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara berkembang atau
negara dengan sosio-ekonomi rendah. Di Indonesia prevalensi BBLR
berkurang dari 11,1% pada tahun 2010 menjadi 10,2% pada tahun 2013
(Wiadnyana et al., 2018).
Untuk itu perlu dilakukan asuhan yang tepat dalam mengatasi masalah
kematian dan kesakitan bayi akibat BBLR agar status kesehatan dan kualitas
hidup bayi dengan berat lahir rendah meningkat.

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memberikan Asuhan Kebidanan berdasarkan
pendekatan manajemen kebidanan dengan pendokumentasian SOAP pada
kasus bayi dengan berat badan lahir rendah.

5
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori asuhan pada bayi dengan berat badan
lahir rendah
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada kasus
bayi dengan berat lahir rendah berdasarkan 7 langkah Varney
c. Melakukan asuhan kebidanan pada kasus bayi dengan berat lahir
rendah dengan pendekatan Varney, yang terdiri dari:
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasi data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis/masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada kasus bayi
dengan berat lahir rendah dalam bentuk catatan SOAP
e. Membahas adanya kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar BBLR


1. Defenisi Bayi BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram pada waktu lahir (Famani, 2017). Bayi yang mengalami Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah jika berat bayi tersebut kurang dari
angka 2500 gram atau 2.5 kg tanpa melihat periode waktu bayi berada
dalam rahim (gestasi). BBLR dapat terjadi dikarenakan usia kehamilan
yang kurang dari usia normal yaitu 37 minggu dan berat bayi pun lebih
rendah dari bayi pada umumnya (Manuaba, 2007 dalam Agustin,
Setiawan, & Fauzi, 2018). Pada tahun 1961 oleh World Health
Organization (WHO) semua bayi yang telah lahir dengan berat badan saat
lahir kurang dari 2.500 gram disebut Low Birth Weight Infants atau Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) (Afifah, 2020).

7
2. Klasifikasi BBLR
Menurut (Afifah, 2020) Bayi BBLR dapat diklasifikasikan
berdasarkan gestasinya dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) prematuritas murni, yaitu
BBLR yang mengalami masa gestasi kurang dari 37 minggu. Berat
badan pada masa gestasi itu pada umumnya biasa disebut neonatus
kurang bulan untuk masa kehamilan.
b. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dismatur, yaitu BBLR yang
memiliki berat badan yang kurang dari seharusnya pada masa
kehamilan. BBLR dismatur dapat lahir pada masa kehamilan preterm
atau kurang bulan-kecil masa kehamilan, masa kehamilan term atau
cukup bulan-kecil masa kehamilan, dan masa kehamilan post-term atau
lebih bulan-kecil masa kehamilan.

3. Etiologi
Etiologi dari BBLR dapat dilihat dari faktor maternal dan faktor
fetus. Etiologi dari maternal dapat dibagi menjadi dua yaitu prematur dan
IUGR (Intrauterine Growth Restriction). Yang termasuk prematur dari
faktor maternal yaitu Preeklamsia, penyakit kronis, infeksi, penggunaan
obat, KPD, polihidramnion, iatrogenic, disfungsi plasenta, plasenta previa,
solusio plasenta, inkompeten serviks, atau malformasi uterin. Sedangkan
yang termasuk IUGR (Intrauterine Growth Restriction) dari faktor
maternal yaitu Anemia, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit kronis, atau
pecandu alcohol atau narkortika. Selain etiologi dari faktor maternal juga
ada etiologi dari faktor fetus. Yang termasuk prematur dari faktor fetus
yaitu Gestasi multipel atau malformasi. Sedangkan, yang termasuk IUGR
(Intrauterine Growth Restriction) dari faktor fetus yaitu Gangguan
kromosom, infeksi intrauterin (TORCH), kongenital anomali, atau gestasi
(Afifah, 2020).
Faktor yang menyebabkan seorang bayi terlahir BBLR adalah
sebagai berikut (Agustin et al., 2018) :

8
1. Usia Ibu Hamil Faktor usia memiliki peranan yang sangat penting
terhadap masalah kesehatan pada ibu hamil dan bayinya, maka
dianjurkan untuk merencanakan kehamilan saat usia sudah memasuki
20-30 tahun
2. Jarak Kehamilan Jarak kehamilan yang sangat dekat akan
mempengaruhi proses hilangnya kalsium pada tulang, terutama ibu
hamil yang asupan hariannya kurang terpenuhi
3. Paritas Proses kehamilan yang berulang menjadikan dampak kerusakan
pada dinding pembuluh darah di dalam rahim, kondisi ini dapat
mengakibatkan terganggunya kandungan nutrisi pada janin untuk
kehamilan berikutnya yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
pada janin sehingga akan terlahir bayi dengan kondisi BBLR
4. Kadar Hemoglobin (HB) Ibu hamil yang terkena anemia akan
menaikkan risiko BBLR pada bayinya, risiko terjadinya pendarahan
sebelum persalinan dan saat proses persalinan berlangsung dapat
menjadi sebab dari kematian pada ibu dan bayi yang ada di dalam
kandungan jika ibu tersebut mengalami anemia yang cukup parah
5. Status Gizi Ibu Hamil Menurut (Riskesdas, 2007) kandungan gizi pada
ibu hamil dapat mempengaruhi berat bayi yang akan dilahirkan, maka
dari itu memperhatikan asupan makanan pada ibu hamil sangatlah
penting dilakukan. Pengukuran antropometri adalah sebuah cara untuk
menghitung status gizi dari ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil
yang biasa dilakukan adalah dengan mengukur berat badan dan
mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA) pada saat proses kehamilan.
6. Pendidikan Tingkat pendidikan berpengaruh pada perubahan dalam
bersikap dan berperilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih
tinggi kebanyakan akan lebih mempermudah penyerapan informasi dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Patofisiologi

9
Ketika hamil tubuh membuat lebih banyak darah untuk berbagi
dengan bayinya. Tubuh mungkin memerlukan darah hingga 30% lebih
banyak zat besi di bandingkan dengan yang telah tersedia, maka dapat
berpotensi terjadinya anemia. Anemia selama kehamilan akibat
peningkatan volume darah merupakan anemia ringan. Anemia yang lebih
berat meningkatkan resiko tinggi anemia pada bayi. Selain itu juga secara
signifikan terjadi anemia selama dua trimester pertama, maka berisiko
lebih besar untuk memiliki bayi baru lahir premature atau Bayi Berat Lahir
Rendah. Pertumbuhan janin pada kehamilan kembar tergantung dari faktor
plasenta apakah menjadi satu atau bagaimana lokalisasi implantasi
plasentanya. Pengaruh infeksi hepatitis dalam kehamilan bersumber dari
gangguan fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme
tubuh, sehingga aliran nutrisi kejanin dapat terganggu atau berkurang.
Oleh karena itu pengaruh infeksi hati dalam kehamilan terdapat
keguguran. Persalinan premature dan melahirkan BBLR (Manuaba 1998
dalam (Famani, 2017).

5. Diagnosis
Menurut (Pantiawati 2010 dalam Famani, 2017) menegakkan
diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat badan bayi dalam jangka
waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
a. Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk
menegakkan etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya BBLR:
1) Umur ibu
2) Riwayat hari pertama haid terakhir
3) Riwayat persalinan sebelumnya
4) Paritas, jarak kehamilan sebelumnya
5) Kenaikan berat badan selama hamil
6) Aktifitas

10
7) Penyakit yang diderita selama hamil
8) Obat-Obatan yang diminum selama hamil
b. Pemeriksaan fisik yang dapat dijumpai pada bayi BBLR antara lain :
1) Berat badan
2) Tanda-tanda prematuritas :
a) Berat badan kurang dari 2500 gram
b) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
c) Kuku panjangnnya belum lewat ujung jari
d) Batas dahi dan rambut tidak jelas

11
e) Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
f) Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
g) Rambut lanugo masih banyak
h) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
i) Tulang rawan daun telinga belum sempurna
j) Tumit mengkilap, telapak kaki halus
k) Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif
l) Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang
m)Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot
dan jaringan lemak yang masih kurang.
n) Verniks caseosa tidak ada atau sedikit
c. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan).
1) Lemak subkutan berkurang
2) Kulit longgar dan kering
3) Lingkar dada abdomen kurang dari normal
4) Abdomen cekung, kurus, lemah, umbilicus kering, rambut jarang,
mata terbuka.
d. Pemeriksaan skor ballard

12
Tabel 2.1 Skor Ballard ( sumber : Khan, Garcia-Sosa, Hageman, Msall, & Kelley,
2014)
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
a. Foto thorax dada diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan
kurang bulan dimulai pada bayi umur 8 jam atau didapat / diperkirakan
akan terjadi sindrome gawat napas.

13
b. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia difasilitas kesehatan
(Afifah, 2020).
7. Komplikasi
a. Pernafasan
1) Depresi perintal di ruang bersalin akibat rendahnya adaptasi bernafas.
2) Rerspiratory Distress Syndrome (RDS)/gangguan pernapasan
3) Apnu akibat mekanisme pengontrolan pernapasan yang belum
matang.
4) Bronchopulmonary Dysplasia (BPD) diklasifikasikan sebagai
penyakit paru kronis
b. Neurologis. BBLR memiliki risiko tinggi untuk mengalami masalah
neurologis, meliputi:
1) Depresi prenatal
2) Perdarahan intrakranial/Intracranial Hemorrhage (ICH)
3) Periventrikel white-matter, dan cedera syaraf lainya.
c. Kardiovaskuler. Meliputi:
1) Hipotensi, hipovelemi, disfungsi jantung, vasodilatas akibat sepsis
2) Patent Ductus Arteriosus (PDA) mungkin menyebabkan gagal jantung
kongestif
3) Kondisi hematologi merupakan resiko tinggi bagi bayi prematur,
diantaranya: anemia, hiperbilirubinemia
d. Nutrisi, bayi prematur membutuhkan perhatian yang spesifik pada
kandungan jumlah dan cara pemberian makan
e. Gastrointestinal/saluran cerna, prematur merupakan faktor risiko
terjadinya enterokolitis nekrotikan, susu formula juga merupakan faktor
risiko siginfikan, pemeberian Air Susu Ibu (ASI) merupakan protektif.
f. Metabolis, khususnya metabolisme glukosa dan kalsium
g. Ginjal belum matang, filtrasi glomerular rendah, ketidak mampuan dalam
mengatur air, zat terlarut, dan muatan asam, dan elektrolit
h. Regulasi temperatur. Bayi prematur mudah mengalami hipotermia dan
hipertermia

14
i. Immunologi, defisiensi humoral maupun respon sel menyebabkan bayi
prematur berisko tinggi untuk mengalami infeksi

j. Optalmologi/gangguan mata. Retinopati dini dapat terjadi pada bayi


dengan retina belum matang, pada bayi yang lahir < 2 minggu atau
dengan berat lahir < 1500 gram.
Dampak jangka panjang
BBLR rentan terhadap penyakit.
a. Cacat perkembangan
1) Retradasi mental
2) Kerusakan sensori (Tuli, buta)
3) Disfungsi serebral (Ketidakmampuan bicara, belajar, hiperaktif,
gangguan perilaku)
b. Retinopathy of Prematurity (ROP)/kerusakan mata
c. Chronic Lung Disease (CLD)/penyakit paru kronis
d. Kurang pertumbuhan
e. Meningkatnya penyakit posneonatal dan sering masuk rumah sakit
f. Peningkatan cacat bawaan (Hasriyani, Hadisaputro, Budhi, Setiawati, &
Setyawan, 2018).
8. Masalah yang Sering Terjadi pada BBLR
a) Asfiksia Asfiksia atau gagal bernapas secara spontan saat lahir atau
beberapa menit setelah lahir sering menimbulkan penyakit berat pada
BBLR. Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan (rasio lesitin atau
sfingomielin kurang dari dua), pertumbuahan dan pengembangan yang
belum sempurna, otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang
mudah melengkung atau pliable thorax.
b) Gangguan Nafas Gangguan napas yang sering terjadi pada BBLR kurang
bulan adalah penyakit membran hialin, sedangkan pada BBLR lebih
bulan adalah aspirasi mekonium.
c) Hipotermi, bahwa perawatan neonatus yang efektif didasarkan pada
upaya mempertahankan suhu optimum udara di ruangan. Suhu tubuh

15
dipertahankan supaya tetap berada pada batas sempit suhu tubuh normal
dengan memproduksi panas sebagai respon terhadap pengeluaran panas.
Hipotermia akibat pengeluaran panas secara berlebihan adalah masalah
yang membahayakan hidup bayi baru lahir. Selain itu, hal tersebut terjadi
karena hanya sedikit lemak tubuh sehingga sistem pengaturan suhu tubuh
pada bayi baru lahir belum matang.
d) Hipoglikemi Hipoglikemi terjadi karena hanya sedikit simpanan energi
pada bayi baru lahir dengan BBLR.
e) Masalah Pemberian ASI Masalah pemberian ASI terjadi karena ukuran
tubuh bayi kecil, kurang energi, lemah, lambung yang belum adekuat dan
lemahnya reflek hisap bahkan tidak dapat menghisap.
f) Sepsis Neonatorum Sepsis neonatorum didefinisikan sebagai infeksi pada
aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan Insidennya
berkisar antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup. Insiden
untuk bayi prematur dengan berat lahir sangat rendah (kurang dari 1500
gram) meningkat menjadi 1 dalam 250 kelahiran hidup. Faktor yang
mempengaruhi sepsis pada bayi baru lahir meliputi faktor maternal,
lingkungan, dan penjamu. Faktor maternal terdiri dari rupture selaput
ketuban yang lama, persalinan prematur, amnionitis klinis, demam
maternal, manipulasi berlebihan saat proses persalinan, dan persalinan
lama. Faktor lingkungan diantaranya buruknya kebersihan lingkungan,
buruknya teknik perawatan, pemberian susu formula, dll. Faktor penjamu
meliputi jenis kelamin, bayi prematur, berat lahir rendah, dan kerusakan
mekanisme pertahanan diri penjamu. Bayi prematur mengalami
peningkatan risiko terhadap infeksi karena cadangan imunoglobuin
maternal menurun, kemampuan untuk membentuk antibody rusak, dan
sistem integumrn rusak (kulit tipis dan kapiler rentan).
g) Ikterus Ikterus terjadi karena fungsi hati belum matang pada bayi
prematur BBLR sehingga menjadi kuning lebih awal dan lebih lama
daripada bayi yang cukup bulan.

16
h) Perdarahan Perdarahan berhubungan dengan belum matangnya sistem
pembekuan darah saat lahir pada bayi prematur BBLR (Rhomawati &
Estiwidani, 2017).
9. Penatalaksanaan
a. Mempertahankan suhu dengan ketat. BBLR mudah mengalami
hipotermia. Maka, suhu sering diperhatikan dan dijaga ketat.
b. Mencegah infeksi dengan ketat. Dalam penanganan BBLR harus
memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi karena sangat rentan.
Bayi BBLR juga memiliki imunitas yang sangat kurang. Hal sekecil
apapun harus perlu diperhatikan untuk pencegahan bayi BBLR. Salah
satu cara pencegahan infeksi, yaitu dengan mencuci tangan sebelum
memegang bayi.
c. Pengawasan nutrisi dan ASI. Refleks menelan pada BBLR belum
sempurna dan lemahnya refleks otot juga terdapat pada bayi BBLR Oleh
karena itu, pemberian nutrisi harus dilakukan dengan hati-hati.
d. Penimbangan ketat Penimbangan berat badan harus perlu dilakukan
secara ketat karena peningkatan berat badan merupakan salah satu status
gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh (Afifah,
2020).
9. Perawatan yang Dibutuhkan
Agar mendapat peluang beradaptasi yang sama dengan bayi cukup
bulan maka harus diberikan lingkungan dan kebutuhan yang sama dengan
keadaan di dalam uterus (Monintja,1997 dalam Suradi & Yanuarso, 2018)
merumuskan kebutuhan tersebut sebagai berikut:
a. Kebutuhan lingkungan fisik yang sesuai dengan pengaturan suhu,
kelembaban udara, dan kebersihan lingkungan.
b. Kebutuhan akan perfusi dan oksigenisasi jaringan yang baik agar fungsi
metabolisme dan ekskretorik dapat berlangsung adekuat.
c. Kebutuhan nutrisi yang sesuai dan adekuat yang menjamin tumbuh
kembang optimal.

17
d. Kebutuhan emosional dan sosial yang menunjang tumbuh kembang yang
baik.

B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan varney Pada Neonatus


dengan BBLR
I. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama :
Umur/tanggal lahir :
Berat Badan Lahir Rendah merupakan istilah untuk mengganti bayi
prematur karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan
berat badan kurang dari 2.500 gram, yaitu karena umur hamil kurang
dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya sekalipun
cukup bulan atau karena kombinasi keduanya(Khoiriah, 2017).
Jenis kelamin :
Tanggal MRS :
Diagnosa medis :
b. Identitas orang tua
Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah/ibu :
Pendidikan ayah/Ibu :
Pekerjaan ayah/ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :
2. Riwayat kesehatan klien
a. Riwayat kesehatan sekarang
- Keluhan utama : beberapa bayi mengalami depresi dengan
menunjukan gejala tonus otot yang menurun dan mengalami

18
kesulitan dalam mempertahankan pernafasan yang wajar
(pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, sarwono
prawirohardjo,2010 )
- Riwayat perjalanan penyakit dan upaya untuk mengatasi
pada riwayat penyakit, disusun dengan cerita yang kronologis,
terinci dan jelas pada dokumentasi pada SOAP mengenai keadaan
kesehatan pasien sejak sebelum terdapat keluhan sampai ia
berobat.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Riwayat kehamilan dan kelahiran
- Riwayat antenatal : Banyak faktor yang dapat menyebabkan bayi
BBLR. Banyak penyebab pra-kehamilan yang telah didapatkan
untuk mempengaruhi kehamilan diantaranya adalah paritas
primipara dan multipara (Khoiriah, 2017).
Status paritas yang tinggi dapat mengakibatkan peningkatan risiko
kejadian BBLR dan bayi lahir mati, hal tersebut dapat terjadi karena
semakin tinggi status paritasnya maka kemampuan organ ibu yaitu
rahim susah untuk menyediakan nutrisi bagi kehamilan yang terlalu
sering sehingga dapat mengakibatkan penyaluran nutrisi dari ibu dan
janin mengalami gangguan yang dapat menyebabkan terjadi bayi
BBLR (Afifah, 2020).
- Jarak atau interval kehamilan yang pendek atau kurang dari 2 tahun
akan berdampak pada seorang ibu yaitu belum cukup waktunya
untuk ibu memulihkan kondisi tubuhnya setelah persalinan
terdahulu. Ibu yang mengalami kehamilan dalam kondisi tubuh ibu
hamil kurang sehat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya
komplikasi kehamilan yang berdampak terjadinya BBLR pada bayi
yang dilahirkan dan terjadinya kematian dan kesakitan pada ibu dan
bayi yang dilahirkan serta berisiko mengalami gangguan sistem
reproduksinya. Sistem reproduksi yang mengalami gangguan akan
menghambat terjadinya proses pertumbuhan dan perkembangan

19
janin sehingga hal tersebut akan dapat berpengaruh terhadap berat
badan bayi saat dilahirkan. Ibu yang hamil dengan interval atau jarak
kehamilannya (Saragih, 2020).
- Riwayat intranatal : Penelitian oleh Gogoi tahun 2018
mendapatkan hasil bahwa risiko BBLR 2 kali lebih tinggi pada ibu
dengan persalinan normal dibandingkan operasi sesar, tinggal di
pedesaan, ibu buta huruf, suami buta huruf, ibu yang bekerja, suami
tidak terampil, keluarga dengan banyak anak, dan pendapatan rendah
ditemukan memiliki risiko BBLR yang lebih tinggi (Gogoi., 2018).
- Riwayat post natal :
- Riwayat imunisasi :
- Riwayat alergi :
- Riwayat penyakit yang pernah diderita :
- Riwayat tumbuh kembang :
-Riwayat pertumbuhan :
-Riwayat perkembangan :

- Riwayat kesehatan keluarga

a. Penyakit menular :
b. Penyakit menurun : Kelainan kongenital merupakan suatu keadaan
terjadinya kelainan pada bayi yang berkaitan dengan struktur, fungsi
serta metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi baru lahir atau
neonatus. Penyebab terjadinya kelainan kongenital bayi (janin) adalah
faktor usia ibu hamil, faktor kromosom ibu hamil, faktor mekanik ibu
hamil, faktor infeksi yang dialami oleh ibu, faktor obat yang
dikonsumsi oleh ibu, faktor hormonal ibu, faktor radiasi, faktor fisik
bayi di dalam rahim, faktor gizi ibu selama kehamilan, riwayat
kesehatan ibu pada masa kehamilan, jumlah anak atau paritas, dan
jarak atau interval kehamilan (Saragih, 2020).
c. Riwayat penyakit menahun :

20
3. Pola fungsi kesehatan

Kebutuhan Dasar Keterangan

Pola nutrisi Distensi abdomen pada bayi BBLR dapat


menyebabkan kurangnya absopsi makanan
di dalam lambung. Akibatkan sari – sari
makanan hanya sedikit yang diserap.
(England,2014)
Pola eleminasi Pada bayi BBLR kurang dapat mengatur
pembuangan sisa metabolisme dan juga
kerja ginjal yang belum matang. Sehingga,
menyebabkan adsorpsi sedikit, produksi
urin berkurang dan tidak mampunya
mengeluarkan kelebihan air didalam tubuh.
Edema dan asidosis metabolik sering
terjadi pada bayi BBLR. (England,2014)
Pola istirahat
Pola persoal hygiene
Pola aktifitas Bayi yang lahir dengan berat bayi lahir
rendah (BBLR) lebih tinggi angka
persentasenya terjadi pada ibu hamil
sebagai perokok pasif dibandingkan bayi
lahir dengan berat badan normal pada ibu
hamil sebagai perokok pasif (Hanum &
Wibowo, 2016).

4. Riwayat psikososiokultural spiritual


a. Komposisi fungsi,dan hubungan keluarga
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
c. Kultur dan kepercayaan yang membengaruhi kesehatan

21
II. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Kesadaran :
Tanda – tanda vital
- Tekanan darah : Faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu berat
badan dan usia bayi. Tekanan darah bayi dengan berat badan lebih besar
dan matur lebih tinggi dari pada bayi berat badan rendah. Faktor tersebut
akan mempengaruhi curah jantung, tahanan pembuluh darah tepi, volume
darah total, viskositas darah, dan kelenturan dinding arteri sehingga
secara langsung mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah (Zahra,
Radityo, & Mulyono, 2018).
- Nadi : Denyut jantung dipengaruhi oleh suhu tubuh, usia, dan aktivitas
fisik bayi, dimana bayi dengan usia lebih muda dan suhu tubuh lebih
rendah maka denyut jantungnya akan lebih tinggi dibanding bayi yang
lebih tua dan suhu tubuh lebih tinggi, sedangkan aktivitas fisik meliputi
pergerakan bayi yang berlebih serta keaadaan bayi yang menangis
menyebabkan nilai denyut jantung meningkat (Zahra et al., 2018).
- Suhu : Salah satu ciri BBLR terutama BKB adalah mempunyai
suhu yang tidak stabil dan cenderung hipotermia (suhu < 36,5ºC). Stres
dingin dapat meningkatkan angka kematian dan menghambat
pertumbuhan, sedangkan hipertermia dan suhu yang berfluktuasi dapat
menimbulkan apneu. Suhu yang cenderung hipotermia disebabkan oleh
produksi panas yang kurang dan kehilangan panas yang tinggi (Suradi &
Yanuarso, 2018).
- Pernafasan : Laju pernapasan lebih tinggi pada kondisi demam, usia
bayi yang lebih rendah, dan aktivitas fisik yang rendah yang meliputi
gerak minimal, tidur, kondisi bayi tenang. Pada bayi baru lahir laju
pernapasan berkisar antara 40-60 kali per menit kemudian cenderung
menurun dan stabil ketika dewasa (Zahra et al., 2018).

22
Antropometri
- Tinggi badan :
- Berat badan : Bayi berat lahir rendah (BBLR)/ low birth weight
infant adalah bayi dengan berat lahir 1500 sampai kurang dari 2500
gram (Rhomawati & Estiwidani, 2017).
- Lingkar lengan :
- Lingkar kepala : Neonatus cukup bulan umumnya memiliki berat
antara 2500-4000 gram, panjang 45-54 cm, lingkar kepala 33-37 cm,
lingkar dada biasanya 2 cm lebih kecil dari lingkar kepala (Zahra et al.,
2018).
- Lingkar dada :
- Lingkar perut :
2. Pemeriksaa fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi.
Inspeksi
Kulit : Tanda-tanda bayi kurang bulan meliputi kulit tipis dan
mengkilap, tulang rawan telinga sangat lunak karena belum
terbentuk sempurna (Rhomawati & Estiwidani, 2017).
Kepala :
Wajah : pada bayi baru lahir bayi cenderung wajahnya tanpa ekspresi
(Prawirohardjo,2006)
Hidung : Adanya pernafasan cuping hidung menandakan bahwa bayi
baru lahir mengalami gawat nafas (at a glance neonatoligi,
2009)
Mulut :
Dada : Tanda-tanda bayi kurang bulan meliputi jaringan payudara
belum terlihat, puting masih berupa titik (Rhomawati &
Estiwidani, 2017).

23
Ekstremitas :
Pada penilaian APGAR tonus otot yang lemas menunjukan bayi dalam
keadaan kurang baik (obstetri fisiologi UNPAD, 2005 )
Genetalia : Pada bayi BBLR perempuan labia mayora belum
menutupi
labia minora, pada bayi laki-laki skrotum belum banyak
lipatan, testis kadang belum turun, rajah telapak kaki
kurang dari sepertiga bagian atau belum terbentuk
(Rhomawati & Estiwidani, 2017).
Auskultasi :

3. Pemeriksaan neurologis/refleks
Refleks moro : Pada bayi asfiksia reflex moro negative (pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal, sarwono
prawirohardjo, 2006)
Refleks tonic neck : Pada bayi asfiksia reflex tonic neck negative
(pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,
sarwono prawirohardjo, 2006)
Refleks rooting : Pada bayi asfiksia reflex rooting negatif
(pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, sarwono
prawirohardjo, 2006)
Refleks sucking : Pada bayi BBLR aktifitas dan tangisnya lemah
serta refleks menghisap dan menelan tidak efektif/lemah
(Rhomawati & Estiwidani, 2017).
Refleks graps (plantar & palmar graps) : Pada bayi asfiksia reflex
graps negative (pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal, sarwono prawirohardjo, 2006)
Refleks babinski : Pada bayi asfiksia reflex babinski Negatif
(pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, sarwono
prawirohardjo, 2006).

24
4. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :


b. Foto thorax dada diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan
kurang bulan dimulai pada bayi umur 8 jam atau didapat / diperkirakan
akan terjadi sindrome gawat napas.
c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia difasilitas kesehatan
(Afifah, 2020).

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosis
NCB/NKB- SMK/KMK,Usia 0 hari dengan BBLR
Masalah : kondisi patofisologis yang dapat terjadi pada BBLR meliputi
hipotermia, gangguan nafas, hipoglikemia dan kemungkinan infeksi
(Rhomawati & Estiwidani, 2017).
Kebutuhan :
a. Kebutuhan lingkungan fisik yang sesuai dengan pengaturan suhu,
kelembaban udara, dan kebersihan lingkungan.
b. Kebutuhan akan perfusi dan oksigenisasi jaringan yang baik agar fungsi
metabolisme dan ekskretorik dapat berlangsung adekuat.
c. Kebutuhan nutrisi yang sesuai dan adekuat yang menjamin tumbuh
kembang optimal.
d. Kebutuhan emosional dan sosial yang menunjang tumbuh kembang yang
baik (Monintja,1997 dalam Suradi & Yanuarso, 2018).

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS MASALAH POTENSIAL


Berdasarkan buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal apabila
BBLR tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan depresi pernafasan,
hipotermia, hipoglikemia yang menyebabkan kelainan kelainan pada fungsi
tubuh (ROP) bahkan dapat menyebabkan kematian neonatal (Famani,
2017).

25
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

Pada kasus BBLR , memberi dan menjaga kehangatan bayi dapat


mencegah bayi dari keadaan hipotermia dan gangguan sirkulasi. Suhu tubuh
dipertahankan supaya tetap berada pada batas sempit suhu tubuh normal
dengan memproduksi panas sebagai respon terhadap pengeluaran panas.
Hipotermia akibat pengeluaran panas secara berlebihan adalah masalah yang
membahayakan hidup bayi baru lahir. Selain itu, hal tersebut terjadi karena
hanya sedikit lemak tubuh sehingga sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi
baru lahir belum matang (Rhomawati & Estiwidani, 2017).

V . INTERVENSI

1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi


Rasionalisasi : untuk menghindari infeksi nasokomial
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
Rasionalisasi : Memberikan informasi merupakan hak klien/keluarga
untuk meningkatkan kerjasama yang baik dalam pemberian intervensi
untuk pemulihan bayi
3. Observasi pemberian nutrisi (ASI saja) setiap 2 jam
Rasionalisasi : menjaga intake bayi tetap adekuat sehingga tidak terjadi
hipoglikemia
Penelitian El-Mohandes dkk, 1995. dan Hylander et al, 1998 menunjukkan
konsumsi ASI saja dalam penurunan tingkat sepsis pada bayi BBLR
dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula prematur saja lebih
baik (Arora, Yadav, Bajaj, Singh, & Mittal, 2020).
4. Menjaga bayi tetap hangat (PMK)
Rasionalisasi : Dengan menjaga agar badan bayi tetap kering dan terhindar
dari aliran angin serta benda bersuhu dingin atau bayi di letakkan dalam
incubator dapat mencegah bayi mengalami hipotermia dan kehilangan
cadangan lemak tubuh yang berlebih.

26
5. Menimbang berat badan bayi setiap 2 hari sekali
Rasionalisasi : Untuk memantau kebutuhan intake dan perkembangan
metabolism pada bayi
6. Melakukan perawatan metode kangguru bila ibu siap dan kondisi bayi
stabil.
Rasionalisasi: Sebagai persiapan perawatan BBLR dirumah untuk
memperpendek hari rawat
7. Kolaborasi dengan tim medis dalam penanganan pasien.
Rasionalisasi : Untuk pemberian terapi yang menyeluruh dan adekuat
sesuai kebutuhan klien.
8. Memberikan KIE pada ibu dan keluarga tentang perawatan metode
kangguru (tanda bahaya selama PMK : bayi sulit bernapaas, bayi teraba
dingin, bayi sulit minum) dan perawatan bayi di rumah.
Rasionalisasi : Untuk meningkatkan peran aktif dari keluarga dalam
meningkatkan berat BBLR.

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun.pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk soap

27
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, I. (2020). Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) di RS Muhammadiyah Surabaya. Universitas
Muhammadiyah Surabaya.
Agustin, S., Setiawan, B. D., & Fauzi, M. A. (2018). Klasifikasi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) Pada Bayi Dengan Metode Learning Vector
Quantization (LVQ). Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu
Komputer E-ISSN, 2548(3), 964X.
Arora, S., Yadav, P., Bajaj, H., Thakur, A. S., Mittal, M., Gupta, M. R., … Arora,
R. (2019). Improving clinical outcomes of very low birth weight infants:
Implementation of standardized management guidelines in tertiary care
hospital in Haryana. International Journal of Pediatrics and Adolescent
Medicine, 7(4), 174–180. https://doi.org/10.1016/j.ijpam.2019.08.002
Famani, Y. E. (2017). ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU
LAHIRDENGAN BBLR DI RUANGAN NICU-NHCU RSUD Prof. DR. WZ
JOHANNES KUPANG, TANGGAL 02 JUNI S/D 04 JUNI 2017.
UNIVERSITAS CITRA BANGSA.
Gogoi., N. (2018). Socio-Demographic Determinants of Low Birth Weight in
Northeastern City, India. International Journal of Integrative Medical
Sciences, 5(3), 587–591. https://doi.org/10.16965/ijims.2018.103
Hanum, H., & Wibowo, A. (2016). Pengaruh paparan asap rokok lingkungan pada
ibu hamil terhadap kejadian berat bayi lahir rendah. Jurnal Majority, 5(5),
22–26.
Hasriyani, H., Hadisaputro, S., Budhi, K., Setiawati, M., & Setyawan, H. (2018).
Berbagai Faktor Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)(Studi di
Beberapa Puskesmas Kota Makassar). Jurnal Epidemiologi Kesehatan
Komunitas, 3(2), 91–101.
Izzah, K. A. (2018). Hubungan Riwayat BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
dengan Perkembangan Motorik Halus dan Kasar Bayi Usia 6-12 Bulan
(Studi Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kecamatan Babat). STIKes Insan
Cendekia Medika Jombang.
Khan, O., Garcia-Sosa, R., Hageman, J., Msall, M., & Kelley, K. (2014). Core
Concepts: Neonatal Neurological Examination. NeoReviews, 15, e316–e324.
https://doi.org/10.1542/neo.15-8-e316
Khoiriah, A. (2017). Hubungan Antara Usia dan Paritas Ibu Bersalin dengan Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang.
Jurnal Kesehatan, 8(2), 310–314.
Lengkong, G. T., Posangi, J., Studi, P., Kesehatan, I., Pascasarjana, P., Sam, U.,
… Ratulangi, S. (2020). 41 faktor – faktor yang berhubungan dengan
kematian bayi di indonesia. 9(4), 41–47.
Rhomawati, W. S., & Estiwidani, D. (2017). PENGARUH KOMBINASI PIJAT
BBLR DAN KMC TERHADAP ROOTING-SUCKING REFLEX NEONATUS
BBLR DI RSUD SLEMAN TAHUN 2016. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

28
Saragih, N. S. (2020). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) pada Bayi Baru Lahir di RSUD DR. Pirngadi Kota
Medan Tahun 2018.
Suradi, R., & Yanuarso, P. B. (2018). Metode Kanguru Sebagai Pengganti
Inkubator Untuk Bayi Berat Lahir Rendah Alamat korespondensi. Sari
Pediatri, 2(1), 29–35. Retrieved from
https://www.saripediatri.org/index.php/sari
pediatri/article/download/1022/952%0Ahttp://saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-
1-5.pdf
Wiadnyana, I. B., Bikin Suryawan, I. W., & Sucipta, A. . M. (2018). Hubungan
antara bayi berat lahir rendah dengan asfiksia neonatarum di RSUD
Wangaya Kota Denpasar. Intisari Sains Medis, 9(2), 95–99.
https://doi.org/10.15562/ism.v9i2.167
Zahra, S. A., Radityo, A. N., & Mulyono, M. (2018). PENGARUH DURASI
KANGAROO MOTHER CARE TERHADAP PERUBAHAN TANDA VITAL
BAYI (Studi pada Bayi Berat Lahir Rendah dan Bayi Berat Lahir Sangat
Rendah Usia 0-28 Hari). Faculty of Medicine.

29

Anda mungkin juga menyukai